• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BAHASA INDONESIA Etika Bisnis Ek (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH BAHASA INDONESIA Etika Bisnis Ek (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Etika Bisnis Ekonomi Islam

Dosen Pengampu: Zein Muttaqin, S.Ei, M.A

Disusun oleh:

Deby Jatra (13423078)

EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

2 | P a g e

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala Puji Syukur teruntuk Ilahi Rabbi, shalawat dan salam semoga senantiasa

terlimpah atas Rasulullah SAW. Seluruh keluarga, kerabat, dan sahabatnya. Amin.

Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena penyusun

dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Bisnis Ekonomi Islam” pada mata kuliah

Bahasa Indonesia. Pada kesempatan ini penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Zein Muttaqin, S.Ei, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia

yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

makalah ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik

serta saran yang membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan

untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Dan penyusun berharap makalah yang

sederhana ini bermanfaat, terutama bagi pembaca dan yang membutuhkannya.

Akhir kata, semoga Allah meridhoi kegiatan penyusunan makalah ini dan

memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya.

Yogyakarta, Desember 2016

(3)

3 | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 4

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan Makalah ... 6

D. Manfaat ... 6

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Prinsip Etika Bisnis ... 8

B. Studi Kelayakan Mendirikan Bisnis Ekonomi Islam ... 11

C. Implementasi Etika Bisnis Ekonomi Islam ... 13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 16

B. Saran ... 16

(4)

4 | P a g e

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dibidang teknologi telah melahirkan terjadinya revolusi industri di Eropa

pada abad ke-17 dan 18. Sejak itu volume produksi barang dan jasa meningkat tajam.

Barang-barang dan jasa tersebut memerlukan pasar untuk mendistribusikan produksi

yang melimpah, sehingga volume perdagangan berkembang pesat. Di samping itu,

kemajuan dibidang transportasi dan komunikasi semakin memacu kemajuan

perdagangan yang dapat menyebabkan distribusi atau perpindahan barang dan jasa

berjalan dengan lancar, sehingga transaksi dapat dilaksanakan dalam waktu singkat

melalui media elektronika canggih seperti fax, telepon, internet dan sebagainya.

Ratusan juta transaksi terjadi di setiap saat pada suatu negara dalam tatanan global.

Pada semua transaksi tersebut terjadi pula perpindahan ratusan barang atau jasa dari

satu tangan ke tangan lainnya. Dalam proses perpindahan barang dan jasa tersebut tidak

semua berjalan dengan mulus atau sesuai dengan transaksi, tetapi banyak terdapat

permasalahan yang merugikan konsumen. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada sidang ke-63 Economic and Social Council (Ecosoc) pada tahun 1977 yang menyatakan bahwa di semua negara, konsumen selalu dalam posisi tawar menawar yang lemah dan sering dirugikan

dibandingkan dengan pihak produsen karena berbagai faktor. (Muhammad & Alimin,

2004)

Tercapainya tujuan ekonomi dan sosial dari kegiatan bisnis, secara ideal perlu

didukung oleh semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung berjasa dalam

meraih keuntungan bisnis secara layak. Hal ini muncul dengan alasan bahwa

keuntungan yang diperoleh bisnis, secara logis disebabkan karena jasa pihak lain

terkait. Dengan kata lain, pencapaian tujuan bisnis terwujud karena telah didukung oleh

sumber daya manusia dan nonmanusia. Sumber daya inilah yang disebut dengan

(5)

5 | P a g e

Oleh karena itu, keuntungan yang diperoleh dari aktivitas bisnis selayaknya

dipergunakan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan maksud yang lebih luas,

dan komprehensif bagi keseluruhan pihak yang terkait, baik yang bersifat ekonomi

maupun sosial. (Muslich & Muhamad, 2007)

Salah satu ciri ajaran Islam adalah karena sistem Islam selalu menetapkan secara

global dalam masalah-masalah yang mengalami perubahan, karena perubahan

lingkungan dan zaman. Islam memiliki pedoman dalam mengarahkan umatnya untuk

melaksanakan amalan. Pedoman tersebut adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Sebagai

sumber ajaran Islam, setidaknya dapat menawarkan nilai-nilai dasar atau

prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan

zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dalam waktu. Hal ini tentunya dapat

dipakai untuk pengembangan lebih lanjut atas suatu tatanan kehidupan tersebut,

termasuk tatanan kehidupan bisnis. (Muhammad, 2007)

Bersama dengan semakin besarnya kesadaran etika dalam berbisnis, orang mulai

menekankan pentingnya keterkaitan faktor-faktor etika dalam bisnis. Sesungguhnya

dalam hal seluruh pelaksanaan kehidupan telah di atur dalam pandangan ajaran Agama

Islam untuk mengatur seluruh kehidupan manusia termasuk dalam kaitannya

pelaksanaan perekonomian dan bisnis. Dalam ajaran Islam memberikan kewajiban bagi

setiap muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan syariah

(aturan). Islam di segala aspek kehidupan termasuk di dalamnya aturan bermuamalah

(usaha dan bisnis) yang merupakan jalan dalam rangka mencari kehidupan.

Pada hakikatnya tujuan penerapan aturan (syariah) dalam ajaran Islam di bidang

muamalah tersebut khususnya perilaku bisnis adalah agar terciptanya pendapatan

(rizki) yang berkah dan mulia, sehingga akan mewujudkan pembangunan manusia yang

berkeadilan dan stabilisasi untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, kesempatan kerja

penuh dan distribusi pendapatan yang merata tanpa harus mengalami

ketidakseimbangan yang berkepanjangan di masyarakat Penerapan etika bisnis Islam

tersebut juga harus mampu dilaksanakan dalamsetiap aspek perekonomian termasuk

dalam penyelenggaraan produksi, konsumsi maupun distribusi. Hal inilah yang sudah

(6)

6 | P a g e

dalam kegiatan mereka. Penelitian ini merupakan suatu resume dari hasil penelitian

yang penah dilakukan sebelumnya sehingga nantinya konsep etika bisnis Islam ini

dapat menjadi sebuah framework bagi pelaku usaha lainnya. (Amalia, 2014, p. 134) B. Rumusan Masalah

Dengan adanya latar belakang yang telah dijelaskan pada lembar halamn

sebelumnya, maka dapat di ambil rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Apakah Pengertian dan Prinsip Etika Bisnis?

2. Bagaimana Studi Kelayakan mendirikan Bisnis Ekonomi Islam ?

3. Bagaiman Penerapan Etika Bisnis Ekonomi islam ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas pada

mata kulaih Bahasa Indonesia. Serta agar mahasiswa mempunyai kemampuan

penyusunan makalah dengan baik dan benar melalui topik permasalahan yang

baerkaitan dengan Etika Bisnis Ekonomi Islam.

D. Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran mahasiswa

dalam penyusunan makalah yang baik dan benar, sehingga mahasiswa mendapatkan

bekal yang baik dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah yang baik dan

benar. Dalam pembahasan topik pada makalah ini, diharapkan agar menambah ilmu

pengetahuan serta wawasan pembaca terkait dengan judul Etika Bisnis Ekonomi Islam.

Serta dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu :

1. Masyarakat

Masyarakat dapat menyadari pentingnya nilai-nilai etika dalam setiap

perilaku berbisnis dalam kehidupan sehari-hari. Agar tidak ada yang dirugikan

dalam setiap transaksi berbisnis sehingga terciptanya kemakmuran dan

kesejahteraan bersama.

2. Pemerintah

Dapat dijadikan acuan bagi pemerintah mengenai peran etika bisnis dalam

peningkatan kualitas moral masyarakat dalam bertransaksi di kehidupan

(7)

7 | P a g e

3. Akademisi

Dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dan menambah

(8)

8 | P a g e

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Prinsip Etika Bisnis

Pengertian etika adalah a code or set of principles which people live (kaedah atau seperangkat prinsip yang mengatur hidup manusia). Etika adalah bagian dari filsafat

yang membahas secara rasional dan kritis tentang nilai, norma atau moralitas. Dengan

demikian, moral berbeda dengan etika. Norma adalah suatu pranata dan nilai mengenai

baik dan buruk, sedangkan etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa

sesuatu itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah buruk. Ini berada pada tataran

moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk apa alasan

pikirannya, merupakan lapangan etika. Salah satu kajian etika yang amat populer

memasuki abad 21 di mellinium ketiga.

Di zaman klasik bahkan juga di era modern, masalah etika bisnis dalam dunia

ekonomi tidak begitu mendapat tempat. Maka tidak aneh bila masih banyak ekonom

kontemporer yang menggemakan cara pandang ekonom klasik Adam Smith. Mereka

berkeyakinan bahwa sebuah bisnis tidak mempunyai tanggung jawab sosial dan bisnis

terlepas dari “etika”. Dalam ungkapan Theodore Levitt, tanggung jawab perusahaan

hanyalah mencari keuntungan ekonomis belaka.

Di Indonesia paham klasik tersebut sempat berkembang secara subur di Indonesia,

sehingga mengakibatkan terpuruknya ekonomi Indonesia ke dalam jurang kehancuran.

Kolusi, korupsi, monopoli, penipuan, penimbunan barang, pengrusakan lingkungan,

penindasan tenaga kerja, perampokan bank oleh para konglomerat, adalah

persoalan-persoalan yang begitu jelas didepan mata kita baik yang terlihat dalam media massa

maupun media elektronik.

Di Indonesia, pengabaian etika bisnis sudah banyak terjadi khususunya oleh para

konglomerat. Para pengusaha dan ekonom yang kental kapitalisnya, mempertanyakan

apakah tepat mempersoalkan etika dalam wacana ilmu ekonomi?. Munculnya

penolakan terhadap etika bisnis, dilatari oleh sebuah paradigma klasik, bahwa ilmu

(9)

9 | P a g e

diskursus ilmu ekonomi, menurut kalangan ekonom seperti di atas, akan

mengakibatkan ilmu ekonomi menjadi tidak ilmiah, karena hal ini mengganggu

obyektivitasnya. Mereka masih bersikukuh memegang jargon “mitos bisnis a moral”

Di sisi lain, etika bisnis hanyalah mempersempit ruang gerak keuntungan ekonomis.

Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka, adalah mencari keuntungan yang

sebesar-besarnya. (Agustianto, 2008)

Menurut Wisanto dan Wijayakusuma (2002) bisnis Islami adalah serangkaian

aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan

hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya

dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram. (Muhammad & Alimin,

2004)

Dalam pelaksanaannya etika bisnis ada beberapa prinsip yang harus dianut oleh

pelaku bisnis. Sesuai dengan norma dan kecenderungan alamiah tentang kodrat

manusia yang mempunyai watak kreatif dan berkeinginan untuk berkembang sebagai

makhluk sosial maka prinsip-prinsip ini dapat dirinci dengan kategori sebagai yang

akan dijelaskan dibawah ini.

1. Prinsip Otonomi

Pelaku bisnis menjalankan kegiatan bisnis dengan paradigma yang ada di

masyarakat tersedia berbagai pilihan penggunaan sumber daya yang tersedia atau

sarana dan prasarana yang akan dimanfaatkan dalam rangka mencapai tujuan yang

ingin dicapai pelaku bisnis. Keputusan yang diambil pelaku bisnis dalam

memanfaatkan sumber daya ini bebas untuk memilih penggunaan yang mana yang

akan dipilih tentu yang bebas secara otonomi. Tentunya keputusan yang secara

otonomi ini terikat dengan kebebasan orang lain yang terlibat baik secara langsung

maupun tidak langsung. Keputusan yang diambil betapapun bebasnya keputusan

ini mesti ada pertanggungjawaban yang dimiliki oleh pelaku bisnis terutama pada

pihak-pihak terkait dengan siapa yang menerima pertanggungjawaban yang harus

diberikan pelaku atau pengambil keputusan ini. Tetapi secara umum

pertanggungjawaban ini diberikan kepada:

(10)

10 | P a g e

b. Pihak terkait secara partnership

c. Masyarakat luas juga menjadi pihak yang harus dipertanggung-jawabkan

d. Tuhan sebagai pencipta alam

2. Kejujuran

Prinsip etika atas sikap kejujuran yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis merupakan

modal utama bagi pelaku bisnis manakala diinginkan bisnisnya mendapat

kepercayaan dari partner dan masyarakat. Misalnya dalam hal:

a. Perjanjian kontrak kerja

b. Penawaran barang atau jasa

c. Hubungan kerjasama dengan stake holder

d. Jujur pada semua mitra kerja perlu dijaga dengan baik.

3. Niat Baik dan Tidak Berniat Jahat

Sejak awal didirikannya bisnis memang diniatkan bertujuan baik dan tak

sedikitpun tersembunyi niatan yang tidak baik atau jahat terhadap semua pihak.

Niatan dari suatu tujuan terlihat pada cukup transparannya misi, visi dan tujuan

yang ingin dicapai oleh organisasi bisnis. Dari misi, visi dan tujuan yang

dirumuskan akan menjadi bahan ukur bagi masyarakat untuk menilai niatan yang

dipaparkan didalamnya dilaksanakan atau tidak.

4. Adil

Prinsip ini merupakan prinsip yang cukup sentral bagi kegiatan bisnis.

Hampir disegala aspek kegiatan bisnis bermuara pada tuntutan untuk bersikap dan

berperilaku adil terhadap semua pihak yang terlibat. Sedikitpun sikap dan perilaku

yang dilakukan jangan mengandung ketidakadilan. Sebab ketidakadilan

merupakan sumber kegagalan yang akan dialami perusahaan atau pelaku bisnis.

5. Hormat pada Diri Sendiri

Prinsip hormat pada diri sendiri adalah cermin penghargaan yang positif

pada diri sendiri. Sebuah upaya dalam perilaku bagaimana penghargaan terhadap

diri sendiri itu diperoleh. Hal ini tentu dimulai dengan penghargaan kita terhadap

orang lain. Jadi sebelum kita menghargai diri sendiri maka kita terlebih dahulu

(11)

11 | P a g e

sendiri maka seharusnya kita lakukan sebagai penghormatan yang kita bisa lakukan

untuk orang lain. (Muslich, 2004)

B. Studi Kelayakan Mendirikan Bisnis Ekonomi Islam

Studi kelayakan investasi menurut Islam suatu keputusan investasi dilihat dari sudut

pandang atau aspek tertentu sesuai dengan kaidah Islam. Secara empiris sesungguhnya

studi kelayakan investasi menurut versi Islam setidaknya harus memenuhi kriteria

terntentu, anatar lain:

1. Layak secara Syar’i

Pengertian layak dalam kontek Syar’i adalah dapat diterima ditinjau dari sudut

perundang-undangan yang Islami. Dalam hal ini dilihat dari boleh tidaknya proyek

usaha ini dijalankan oleh umat Islam yang menghendaki usaha ini halal atau tidak

haram. Tolak ukur yang dipergunakan tentu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.

Secara umum semua usaha yang menghasilkan barang atau jasa dimana produk atau

jasa tersebut berguna secara positif bagi umat manusia diperbolehkan atau mubah

oleh Islam.

2. Layak secara Ekonomi

Penelitian dan evaluasi terhadap suatu proyek investasi dilakukan secara

berhasil atau menguntungkan baik dalam konteks sempit yaitu kelayakan secara

teknologi dan finansial, maupun dalam konteks luas yang meliputi keseluruhan

faktor yang pantas dipertimbangkan yaitu kelayakan dari sudut pandang sosial,

politik, budaya, dan lingkungan.

Layak dalam arti sempit dimaksudkan sebagai kepentingan bagi investor

yang menghendaki proyek menguntungkan secara finansial. Artinya investasi yang

dilakukan akan terjamin kembali modal dan mendatangkan keuntungan secara

positif baginya dengan kalkulasi teknik ekonomi dan finansial yang dapat diprediksi

kedepan.

3. Layak secara Logika

Kelayakan investasi atau proyek yang dilihat dari sudut logika secara

(12)

12 | P a g e

ilmiah maka logika ilmiah berorientasi pada kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah

seperti yang dinyatakan oleh filosof ilmu bahwa kebenaran ilmiah adalah

pengungkapan fakta sesuai dengan hakekatnya.

Jadi logika secara obyektif pasti mengakui kebenaran ilmiah yang

berorientasi pada kebenaran yang sesuai dengan hakikatnya. Namun, terkadang

atua sering karena manusia memiliki unsur hawa nafsu, terkelabui atau

mengadakana pengingkaran terhadap kebenaran ilmiah ini.

Oleh karena jika kebenaran ilmiah yang dijadikan landasan logika dalam

menilai sesuatu khususnya terhadap suatu objek, yang dalam hal ini kelayakan suatu

proyek, maka pasti berorientasi pada kebenaran hakikiyah ini, yaitu pasti

kebenarannya dilihat dari sejumlah fenomena ekonomi, sosial, budaya, dan

lingkungan.

Jadi kelayakan proyek jika dilihat dari logika pasti obyektifitasnya lebih

menonjol. Kebenaran ilmiah menjadi penguat argumentasi kelayakan suatu proyek

investasi. Karena logika yang dibimbing hati nurani pasti berpihak pada kebenaran.

4. Pihak yang Berkepentingan

Para pihak yang berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan dari sudut

pandang beberapa aspek ini tentu akan diperlukan oleh beberap pihak, misalnya:

a. Investor

5. Design Studi Kelayakan

Desain yang jika dijabarkan secara substansi akan terlihat pada tahapan-tahapan

sebagai berikut ini:

(13)

13 | P a g e

b. Identifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

c. Mengambil keputusan investasi dari hasil evaluasi, layak ataukah tidak layak.

(Muslich & Muhamad, 2007)

C. Implementasi Etika Bisnis Ekonomi Islam

Berikut merupakan beberapa implementasi etika bisnis ekonomi Islam:

1. Implementasi Etika Bersaing

Prinsip etika yang dapat dikembangakan dalam persaingan antara lain

dijabarkan pada beberapa landasan, yaitu:

a. Memberikan yang terbaik bagi konsumen

Prinsip memberikan yang terbaik pada konsumen dapat berupa memberikan

kualitas produk terbaik bagi konsumen, memberikan harga yang kompetitif

dibanding yang lain dan memberikan pelayanan terbaik pada konsumen.

Dengan memberikn pelayanan atau service dan kualitas barang yang lebih baik atau lebih menyenangkan dibanding dengan yang diberikan oleh pesaing

lainnya dengan harga yag sama.

b. Berusaha Lebih Unggul

Keunggulan dalam bersaing untuk memberikan yang terbaik pada

konsumen antara lain dapat dilakukan dengan cara, bekerja dengan

cara-cara yang lebih efisien, membuat barang atau jasa yang lebih bermutu, dan

memberikan pelayanan yang lebih baik.

Jika dalam pengoperasiannya lebih efisien, maka dipastikan biaya yang

dapat kita capai adalah lebih rendah. Lebih rendahnya biaya akan memberikan

penghematan biaya yang tidak relevan dan yang mengarah pada pemborosan.

Oleh karena itu biaya yang lebih rendah akan diberikan kepada konsumen

dengan penetapan harga yang lebih rendah.

2. Implementasi Etika Pengelolaan SDM

a. Peran Sumber Daya Manusia

Pada landasan normatif sangat jelas bahwa manusia dilahirkan memiliki

(14)

14 | P a g e

sumber daya dalam rangka memakmurkan kehidupan dimuka bumi ini. Baik

fungsi sebagai individu maupun sebagai kelompok. Oleh karena itu dalam

konteks kerja sama dalam hal kebaikan. Untuk kemakmuran bersama seluruh

manusia.

Peran manusia dalam kerjasama memang sudah menjadi karakter dan

kodratnya sebagai makhluk sosial. Manusia tidak bisa hdup sendirian, apalagi

jika untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar dan memeelukan banuan

orang lain, maka konsep kerja sama adalah konsep yang penting dalam

mencapai tujuan-tujuan bersama. Disinilah konsep pengelolaan sumber daya

manusia itu menjadi landasan pijakan.

b. Prinsip Saling Membutuhkan

Allah menciptakan manusia dengan berbagai anugrah potensi yang

berbeda-beda sesuai dengan kehendak-Nya. Perberbeda-bedaan potensi ini memungkinkan

manusia secara fitrahnya mengharuskan adanya kerja sama antar manusia satu

dengan yang lain dalam karya untuk mencapai tujuan kebaikan bersama.

Saling membutuhkan merupakan refleksi dari kenyataan bahwa setiap

manusia memiliki potensi yang berbeda-beda, memiliki disiplin ilmu yang

berbeda dan minat yang berbeda. Sehingga kerjasama antar disiplin dan

ketrampilan dalam suatu pekerjaan yang besar atau kecil dinilai sebagai suatu

keadaan yang mengharuskan antara manusia saling membutuhkan dan saling

butuh adanya kekompakan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

c. Pendelegasian Wewenang

Delegasi wewenang merupakan pemberian kepercayaan atas tugas atau

pekerjaan kepada orang lain yang memang berhak sesuai dengan kemampuan

dan keahlian. Semakin besarnya suatu organisasi memerlukan adanya

pendelegasian sejumlah pekerjaan kepada orang lain. Prinsip norma ini dapat

diaplikasikan dalam konteks pemberian amanah kepada tenaga kerja yang akan

menerimadelegasi atau kekuasaan dalam suatu organisasi.

(15)

15 | P a g e

Islam sangat concer pada pemberian kontra pretasi pada seorang yang memberikan kontribusi kepada prestasi yang diperoleh suatu oraganisasi atau

perusahaan. Hal ini terlihat dari sebuah hadits yang mengharuskan segera

memberikan kontra prestasi yaitu upah pada pekerja sebelum keringatnya

kering.

Besar kecilnya upah atau gaji yang diberikan oleh pengusaha atau pemimpin

perusahaan kepada tenaga kerja ditentukan oelh pengukuran antara hasil

prestasi kerja atau perusahaan dengan kontribusi masing-masing pekerja atas

prestasi yang dihasilkan. Tetapi prinsip yang patut dianut oleh pengusaha atau

pimpinan perusahaan adalah penetapan kontra prestasi atau upah yang cukup

adil sesuai dengan pertimbangan peran atau kontribusi atau risiko dari

masing-masing peran atau posisinya.

c. Mengembangkan Potensi

Sumber daya manusia dengan seluruh potensi yang berbeda yang

dipekerjakan didalam suatu organisasi perlu dikembangkan, karena hal ini

sesuai dengan kebutuhan organisasi. Jika sumber daya manusia semakin

meningkat kemampuannya maka akan semakin berguna bagi perusahaan dan

semakin dapat dimanfaatkan potensi yang meningkat tersebut untuk

meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan tersebut.

d. Memberikan Kepemimpinan

Pengertian dari istilah kepemimpinan pada para karyawan tidak lain

memberikan pengarahan dan bimbingan agar semakin termotivasi dan loyalitas

serta komitmen untuk mendukung tercapainya tujuan organisasisemakin efektif

dan efisien. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dalam menjalankan

kepemimpinan, yaitu:

 Motivasi yang diberikan oleh pimpinan

 Komunikasi yang efektif antara pimpinan dan bawahan  Tujuan bersama yang ingin dicapai

(16)

16 | P a g e

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis tentang

nilai, norma atau moralitas. Dengan demikian, moral berbeda dengan etika. Menurut

Wisanto dan Wijayakusuma (2002) bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis

dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya

(barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan

pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.

Studi kelayakan investasi menurut Islam suatu keputusan investasi dilihat dari sudut

pandang atau aspek tertentu sesuai dengan kaidah Islam. Secara empiris sesungguhnya

studi kelayakan investasi menurut versi Islam setidaknya harus memnuhi kriteria

terntentu, anatar lain: layak secara Syar’i, layak secara Ekonomi, layak secara logika,

dan design studi kelayakan.

Berikut merupakan beberapa implementasi etika bisnis ekonomi Islam:

1. Implementasi Etika Bersaing

Prinsip etika yang dapat dikembangakan dalam persaingan antara lain

dijabarkan pada beberapa landasan, yaitu memberikan yang terbaik bagi konsumen,

dan berusaha lebih unggul

2. Implementasi Etika Pengelolaan SDM

Dalam implementasi etika pengelolaan SDM yang memuat, peran sumber daya

manusia, prinsip saling membutuhkan, pendelegasian wewenang, memberikan

kontra pretasi, mengembangkan potensi, serta memberikan kepemimpinan.

B. Saran

Setelah mempelajari materi tentang etika bisnis ekonomi Islam, penulis berharap

semoga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua serta dapat

diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, serta agar terciptanya masyarakat yang

adil, makmur, dan sejahtera. Memang tidak mudah dalam merealisasikan tindakan etika

(17)

17 | P a g e

etika bisnis ekonomi Islam pada penulisan makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat

serta dapat menjadi rujukan dalam penulisan makalah maupun kegiatan dilapangan di

masa yang akan datang.

Selanjutnya saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para

pembaca yang bersifat membangun demi kebaikan makalah ini kedepannya, terima

(18)

18 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, 2008. Etika Bsinis dalam Islam, Yogyakarta: Wordpress.

Amalia, F., 2014. Etika Bisnis Islam: Konsep dan Impelemntasi Pada Usaha Kecil. Al-Iqtishad, Volume VI, pp. 133-142.

Muhammad, 2007. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Muhammad & Alimin, 2004. Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam.

Yogyakarta: BPFE.

Muslich, 2004. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Ekononisia.

Referensi

Dokumen terkait

Ketika pembuat kebijakan yang lain masih ragu atas keputusan Zhou, mereka (pihak Cina) menyadari akan peran IMF terkait krisis global yang membantu negara-negara yang bangkrut pada

Data Primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak terkait yang mengetahui

Etika bisnis menjadi semakin penting ketika kegiatan bisnis dilakukan secara online karena transaksi berlangsung secara tidak tatap muka, seperti bisnis reseller

kata lain, perusahaan tersebut harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan semua pihak terkait: jujur, bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,

Ada keprihatinan banyak pihak akan berkembangnya fenomena cara-cara bisnis yang tidak etis atau a- moral tersebut, bahkan ada angapan bahwa praktik bisnis

(De George, 1993), Dengan demikian terciptanya praktek bisnis yang ideal adalah sikap dan kesadaran moral yang baik pada pelaku bisnis di satu pihak tetapi di pihak

Kedua dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa untung dan