K e t e r k a i t a n S i f a t F i s i k Ta n a h d a n P e n g e l o l a a n Ta n a h G a m b u t d i I n d o n e s i a | 1
Keterkaitan Sifat Fisik Tanah dan Pengelolaan Tanah Gambut di Indonesia
Vina Idamatussilmi 13/349976/GE/07644
A. Latar Belakang
Sifat fisik tanah merupakan suatu faktor yang sering dikaitkan dengan karakteristik dan jenis suatu tanah tertentu. Sifat fisik akan menentukan dapat atau tidaknya suatu tanah untuk diolah. Tanah yang baik untuk diolah sebagai lahan pertanian adalah tanah yang memiliki kandungan bahan organik, kandungan air, dan zat hara yang tepat dan tidak berlebihan. Namun, hal ini tidak terjadi pada tanah dengan jenis gambut. Tanah gambut adalah tanah organic yang memiliki sifat fisik tanah yang rendah (angka pori besar, kadar air tinggi, dan berat volume tanah kecil). Tanah gambut juga dapat dikatakan sebagai onggokan sisa tanaman yang tertimbun dalam masa dari ratusan bahkan sampai ribuan tahun (Noor, 2010). Hal tersebut berakibat pada daya dukung tanah gambut yang rendah. Tanah gambut juga merupakan tanah non-kohesi. Oleh sebab itu, diperlukan pemahaman antara sifat fisik tanah dan pemahaman tentang pengelolaan tanah gambut itu sendiri. Kesimpangsiuran pemahaman tentang pemanfaatan lahan gambut menjadi topik utama dalam kajian ini.
Kata kunci : Sifat fisik tanah, tanah gambut, pengelolaan
B. Tujuan
1. Mengetahui sifat fisik tanah gambut di Indonesia
2. Mengetahui keterkaitan antara tanah gambut dengan pengelolaan yang sesuai bagi tanah gambut itu sendiri
C. Metode
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode pembadingkan konsep-konsep dari berbagai literatur. Pembandingan konsep-konsep tersebut dikarenakan paper yang dikaji bukan merupakan paper hasil penelitian.
D. Hasil dan Pembahasan
K e t e r k a i t a n S i f a t F i s i k Ta n a h d a n P e n g e l o l a a n Ta n a h G a m b u t d i I n d o n e s i a | 2
horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 m, warna hitam hingga coklat, chroma tetap, histik epidon, tekstur debu-lempung, konsitensinya encer (tidak lekat0agak lekat), lapisan selalu atau hamper selalu jenuh air, bahan organic (fibric, hemik, saprist), dan kandungan unsur hara rendah.
Faktor pembentuk dari tanah gambut adalah iklim, bahan induk, topografi, dan organism. Keempat factor tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan tanah gambut. Faktor iklim dengan curah hujan >2.500 mm/tahun menyebabkan air tanah yang dangkal. Bahan induk dari tanah gambut adalah bahan organic dari hutan rawa dan rumput rawa. Topografi yang dapat membentuk tanah gambut adalah topografi datar hingga bergelombang di dataran rendah. Serta, factor organisme yang sangat berpengaruh dalam pembentukannya adalah vegetasi dengan jenis pakis, rumput rawa, ataupun hutan rawa.
Tanah gambut juga bersifat sarang (porous) dan sangat ringan, sehingga mempunyai kemampuan menyangga sangat rendah, kandungan hara relatif rendah dan banyak mengandung asam-asam organik yang menyebabkan pH gambut sangat rendah (pH antara 4 – 7) sehingga bersifat masam.
Tabel 1.1 Sifat fisik tanah gambut
K e t e r k a i t a n S i f a t F i s i k Ta n a h d a n P e n g e l o l a a n Ta n a h G a m b u t d i I n d o n e s i a | 3
menyebabkan pH tanah gambut antara 4-7 dan bersifat masam. Bahan organic yang berlebihan akan mengganggu tanaman apabila ditanam pada tanah gambut. Potensi kemasaman yang tinggi akan menyebabkan permasalahan apabila tanah gambut mulai diatuskan dan diolah (Sartohadi, et.al, 2012). Dalam hal ini, lahan gambut akan berpotensi apabila dikelola kandungan batubara yang terdapat di dalamnya.
Fakta-fakta tersebut sangatlah berbalik 180o dengan fakta di lapangan dewasa ini. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tanah-tanah gambut yang tersebar di kawasan Kalimantan, Sumatera, dan sebagian Papua adalah tanah yang dapat diolah. Hal tersebut bertentangan dengan sifat fisik tanah gambut yang pada dasarnya sangat minimum apabila diolah menjadi lahan pertanian/ perkebunan. Pemahaman tentang sifat fisik tanah gambut sangatlah minim bagi pengelola lahan gambut. Sehingga, tanah gambut tetap diolah sebagai lahan pertanian/ perkebunan.
Apabila tanah gambut diolah, misalnya dengan dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit maka akan terjadi permasalahan-permasalahan baru. Permasalahan yang timbul berawal dari pembukaan lahan yang biasanya dengan cara dibakar, tentu saja akan menyebabkan buangan gas CO2 yang tinggi di udara sehingga membuka lapisan ozon. Hal ini menyebabkan permukaan bumi menjadi lebih panas temperaturnya. Faktor lain adalah penanaman lahan gambut dengan kelapa sawit akan membuat tanah gambut menjadi kehilangan kandungan air secara cepat, sehingga menyebabkan kekeringan di wilayah tersebut.
Simpangsiur pengelolaan lahan gambut sebaiknya dikaji lebih lanjut. Hal ini karena dari segi geografi tanah, lahan gambut tidak produktif untuk dikelola sebagai lahan pertanian/ perkebunan. Namun, dari segi pertanian/ perkebunan, lahan gambut tetap bisa diusahakan menjadi lahan yang subur dan berpotensi. Sehingga, kesesuaian persepsi antara geografi tanah dengan pertanian harus dilakukan. Hal tersebut untuk menghindari dualisme pengelolaan lahan gambut yang akan terjadi di suatu ketika.
E. Kesimpulan
1. Sifat fisik tanah gambut di Indonesisa antara lain memiliki kandungan kadar air dan bahan organic yang sangat tinggi persentasenya. Bahan organic yang belum terurai memiliki kandungan yang lebih besar daripada kandungan bahan organic yang telah terurai.
2. Pengelolaan tanah gambut akan bergantung pada sifat-sifat fisik dari tanah gambut itu sendiri. Tanah gambut tidak sesuai apabila dijadikan sebagai lahan pertanian menurut geografi tanah, karena sifat-sifat fisik yang tidak mendukung.
K e t e r k a i t a n S i f a t F i s i k Ta n a h d a n P e n g e l o l a a n Ta n a h G a m b u t d i I n d o n e s i a | 4
Noor, Muhammad. 2010. Lahan Gambut Pengembangan, Konservasi, dan
Perubahan Iklim. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Sartohadi, Junun et.al. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Sriyono. 2010. Jenis-jenis Tanah di Indonesia. Semarang : Universitas Negeri
Semarang