• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hardiness atas kuat lemahnya Peranan Beban Kerja Mental Terhadap Stres Kerja Pada Frontliner di Bank Mandiri Area Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Hardiness atas kuat lemahnya Peranan Beban Kerja Mental Terhadap Stres Kerja Pada Frontliner di Bank Mandiri Area Pematangsiantar"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Stres kerja dipandang sebagai salah satu masalah psikososial yang ada di

tempat kerja (Girdano, 2005). Hingga saat ini, stres kerja masih menjadi

permasalahan yang utama dan aktual bagi perusahaan modern (Rafferty dan

Griffin, 2006 ; Safaria, 2011). Stres kerja tentunya dialami oleh karyawan dan

hanya berkaitan dengan kejadian dan kondisi di lingkungan kerja (Rollinson,

2005). Stres kerja biasanya muncul sebagai bentuk reaksi emosional dan fisik

terhadap tuntutan dari dalam ataupun dari luar organisasi (Greenberg & Baron,

2003). Keberadaan stres kerja menjadikannya sebagai fenomena yang menarik

banyak minat peneliti untuk mempelajarinya.

Stres kerja dapat berdampak negatif dan menyebabkan masalah pada

beberapa aspek diri karyawan serta ditandai dengan adanya dampak pada

fisiologis, psikologis, kognitif, dan perilaku (Rollinson, 2005). Beberapa studi

menemukan bahwa stres berdampak pada peningkatan izin kerja karena sakit,

menurunnya imunitas tubuh, kurangnya kreativitas, peningkatan jumlah kesalahan

kerja, buruknya pengambilan keputusan, ketidakloyalan karyawan, penurunan

produktivitas, peningkatan perilaku beresiko (seperti merokok dan mengkonsumsi

alkohol), ketidakhadiran, hingga pengunduran diri (Teasdale, Segal & Williams,

(2)

Stres kerja dapat terjadi di berbagai sektor pekerjaan. Salah satu sektor

pekerjaan yang berkembang pesat sekaligus berpotensi tinggi terhadap isu stres

kerja adalah industri perbankan. Menurut studi terbaru dari Sultan, Tariq dan Rile

(2014), pegawai perbankan rentan mengalami stres kerja yang disebabkan

tingginya kompetisi dan adanya tuntutan untuk memberikan layanan yang terbaik.

Studi lainnya juga menemukan bahwa karyawan bank publik mengalami stres

kerja yang lebih berat (Vadivel dan Ayyappan, 2013 ; Rao dan Borkar, 2012).

Studi yang dilakukan oleh International Labour Organization (2013) juga

menemukan bahwa pegawai perbankan lebih mungkin mendapat tekanan dalam

kehidupan pekerjaannya yang bisa berujung pada stres.

Industri perbankan di Indonesia juga tidak luput dari stres kerja. Sejumlah

penelitian mengenai stres kerja di industri perbankan menyebutkan bahwa stres

kerja karyawan perbankan di Indonesia cukup berat (Mahardiani dan

Pradhanawati, 2013 ; Permaitiyas, 2013). Sejalan dengan itu, Ketua Pembina

Yayasan lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Zumriton K. Soesilo menilai

bahwa stres karyawan jasa keuangan perbankan cukup berat (Harian Digital

Tempo, edisi 3 Juni 2014). Penilaian itu diperoleh berdasarkan riset yang

dilakukan oleh YLKI. Berdasarkan riset tersebut, diperoleh data bahwa target

nasabah yang diterapkan bank terbilang berat hingga menyebabkan kondisi sikut

menyikut di antara sesama bank untuk mendapatkan nasabah.

Kompetisi yang sengit antar bank tidak lepas dari banyaknya jumlah

perusahaan perbankan di Indonesia. Persaingan tersebut tidak hanya antara bank

(3)

sebagai BUMN). Sesama bank BUMN justru saling berkompetisi untuk menjadi

yang terbaik. Berdasarkan pernyataan Area Manager Bank Mandiri

Pematangsiantar, diketahui bahwa Bank Mandiri merupakan bank BUMN

terbesar di Indonesia, baik dalam segi pemberi pinjaman maupun penyimpanan

dana pihak ketiga (Wawancara personal, 9 Juni 2014). Pernyataan tersebut

menunjukkan bahwa Bank Mandiri memegang peranan yang vital dalam

perekonomian dan jasa keuangan di Indonesia.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila stres kerja juga terjadi di Bank

Mandiri. Salah satunya adalah di Bank Mandiri area Pematangsiantar yang

membawahi tiga kantor cabang, yaitu Kantor Cabang Sudirman, Kantor Cabang

Sutomo, dan Kantor Cabang Pembantu Megaland. Umumnya, karyawan Bank

Mandiri area Pematangsiantar yang sebagian besar menduduki posisi frontliner

(dalam hal ini teller dan customer service) mengalami stres kerja. Hal ini

dibuktikan melalui survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 4 April 2014

terhadap 56 orang frontliner yang ada di Bank Mandiri area Pematangsiantar.

Survey yang dilakukan untuk mengetahui stres kerja frontliner ini menggunakan

kuesioner Workplace Stress Survey (WSS) yang dikembangkan oleh National

Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia. Peneliti menggunakan WSS yang dikembangkan oleh

NIOSH karena sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Rollinson (2005)

yang menyebutkan bahwa keberadaan stres kerja dapat ditandai dan diukur

melalui intensitas dampak psikologis, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang

(4)

mengatakan bahwa pengukuran stres kerja ini dilakukan dengan memberikan

sejumlah pernyataan melalui kuesioner terkait dengan intensitas dampak

psikologis, fisiologis, kognitif dan perilaku yang dialami individu. Teknik ini

disebut juga sebagai self report measurement.

Hasil survey yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa 39,29%

frontliner berada pada kategori stres yang berat, 35,71% frontliner berada pada

kategori stres yang sedang, dan 25% frontliner berada pada kategori stres yang

ringan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa lebih dari 75% frontliner Bank

Mandiri Area Pematangsiantar mengalami stres kerja. Persentase frontliner di

Bank Mandiri area Pematangsiantar yang mengalami stres kerja disajikan pada

gambar 1.

Gambar 1. Diagram Stres Kerja Frontliner di Bank Mandiri Area Pematangsiantar

Temuan ini sejalan dengan beberapa penelitian terbaru yang menemukan

bahwa frontliner merupakan kelompok yang rentan terkena dampak stres kerja di

industri perbankan (Juliardhana & Wahyono, 2009 ; Tabassum, dkk., 2011 ;

Berat

Sedang

(5)

Riyantika, 2014). Stres kerja pada frontliner di Bank Mandiri area

Pematangsiantar juga terlihat dari dampak fisiologis yang muncul. Frontliner

kerap mengalami nyeri lambung dan nyeri punggung belakang. Seperti yang

tergali pada wawancara dengan salah satu customer service Bank Mandiri area

Pematangsiantar berikut ini :

“Kalau asam lambung kumat, udah jadi makanan sehari-hari kami di sini. Namanya pegawai kantoran, di bank pula. Yang telat makan, yang banyak pikiran lah. Udah gitu, karena sering berdiri atau sibuk duduk aja pun bikin sakit punggung loh. Gak nyaman sih kalau lagi kerja kumat kek gitu.”

(W2.b47-54)

Selain itu, para frontliner juga mengalami penurunan motivasi dan

peningkatan agresi. Kondisi ini terlihat dari informasi yang tergali dari penjelasan

Kepala Cabang Siantar Sutomo dan Area Manajer Bank Mandiri Pematangsiantar

berikut ini :

“Mereka kurang bersemangat, Mbak. Kurang motivasi sepertinya. Jadi bekerjanya ya segitu-gitu aja. Tidak ada perkembangan yang berarti. Mereka bekerja seperti hanya asal dilaksanakan, hasilnya gak optimal.” (W1.b62-67)

“Kebanyakan dari mereka (frontliner) ini sering merasa penat dan jenuh dengan pekerjaan mereka, baik untuk yang sifatnya administratif, harian yah, atau juga yang untuk pemasaran itu. Bahkan ada yang saking penatnya mungkin, jadi beberapa kali kedapatan bicaranya ketus dan dinilai kasar oleh nasabah.”

(W3.b26-34)

Menurunnya konsentrasi dan daya ingat pada frontliner di Bank Mandiri area

Pematangsiantar juga mengindikasikan fenomena stres kerja. Berikut ini

(6)

“Beberapa karyawan saya itu sering mengeluh kalau mereka sering pecah konsen. Malah seringnya kalau sedang layani nasabah. Itu cukup ganggu ya, Mbak. Karena kan pasti ada yang salah, ya, salah input lah, kalau sudah begitu, fatal kalau enggak disadari.”

(W4.b11-18)

“Sering saya harus bolak-balik mengingatkan mereka mengenai tugas-tugas atau hal lain yang berkaitan dengan tugas mereka. Kalau gak begitu, nanti banyak kesalahan atau bahkan gak dikerjakan. Alasannya sih mereka sering lupa. Padahal sudah saya suruh buat agenda untuk mencatat.”

(W4.b22-29)

Frontliner di Bank Mandiri area Pematangsiantar juga menunjukkan

ketidakdisiplinan dalam bekerja. Kerap kali para frontliner tidak hadir bekerja

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini terlihat dari penjelasan Area

Manajer Bank Mandiri Pematangsiantar berikut ini :

“Ya, kalau dibilang produktivitasnya tidak terlalu bagus ya benar juga. Ketiga cabang itu jarang ada yang mencapai level hijau untuk pencapaian target. Biasanya di level kuning. Artinya kan memang belum optimal. Bicara kedisiplinan, kalau dilihat dari misalnya absensi kehadiran, banyak yang sering terlambat. Apalagi frontlinernya, padahal kan mereka harus sepagi mungkin datang karena berhubungan dengan layanan nasabah. ” (W3.b10-21)

Munculnya stres kerja di Bank Mandiri area Pematangsiantar dapat

disebabkan oleh berbagai sumber stres (stressor). Adapun sumber stres yang

dapat menyebabkan stres kerja adalah kondisi lingkungan di sekitar perusahaan,

kondisi perusahaan, hubungan sosial dengan rekan kerja dan atasan, dan

karakteristik pekerjaan yang dimiliki (Rollinson, 2005). Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Cabang Bank Mandiri Siantar Sudirman, diketahui bahwa sumber

stres yang paling berpengaruh di Bank Mandiri area Pematangsiantar adalah

kondisi perusahaan yang menuntut profesionalitas yang tinggi dari karyawannya.

(7)

Mandiri area Pematangsiantar, banyaknya aturan-aturan dan kode etik yang harus

dijalankan, besarnya target yang harus dicapai, sistem penilaian kinerja yang

ketat, adanya kebijakan yang mengharuskan frontliner untuk tetap bekerja dan

menghadiri kegiatan tambahan sekalipun di hari libur, dan beban untuk

mempertahankan gelar juara bertahan selama 7 tahun berturut-turut dalam bidang

layanan prima. Sebagaimana yang dituturkan oleh Kepala Cabang Siantar

Sudirman berikut ini :

“Mandiri memang sangat ketat terhadap aturan-aturan untuk karyawannya. Bahkan yang paling ketat di antara Bank BUMN lainnya. Kita harus berjiwa kompetitif di sini. Kalau pekerjaan lain itu mungkin fisiknya yang lelah,

untuk melayani nasabah dan melakukan pekerjaan administratif namun juga turut

menjadi tenaga pemasar bagi kantor cabang masing-masing. Para frontliner

diharuskan untuk mampu menarik nasabah agar dapat mecapai target kinerja

tahunan kantor cabang yang sudah ditetapkan. Keberhasilan para frontliner dalam

memenuhi target pencapaian ini juga menjadi bagian yang dinilai dalam penilaian

kinerja. Hal ini tergambar dari penuturan Kepala Cabang Siantar Sutomo berikut

ini :

“Kita kan memang bagian marketing-nya ya semua karyawan. Jadi yang di

frontliner itu juga punya tanggung jawab untuk memasarkan produk ke nasabah. Harus juga turun ke lapangan setelah tugas administrasinya selesai.”

(8)

Tuntutan profesionalitas yang sangat tinggi dari perusahaan, seperti yang

terjadi di Bank Mandiri area Pematangsiantar, seringkali memberikan masalah

bagi karyawan. Beberapa penelitian menemukan bahwa kondisi ini akan

menimbulkan beban kerja yang berat bagi karyawannya (Dowse & Underwood,

2001 ; Tabassum, dkk, 2011 ; Ajala, 2012). Beban kerja terbagi atas dua jenis,

yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Meshkati (dalam Hancock &

Meshkati, 1988 ; Munoz dan Martinez, 2006 ; Weigl, Muller, Angerer, dan

Hoffmann, 2014) melakukan pembagian ini berdasarkan adanya penggolongan

aktivitas manusia saat bekerja menjadi kerja fisik dan kerja mental. Meskipun

tidak dapat dipisahkan, namun masih dapat dibedakan pekerjaan dengan dominasi

fisik dan pekerjaan dengan dominasi aktivitas mental. Aktivitas fisik dan mental

ini menimbulkan adanya beban kerja fisik dan beban kerja mental. Secara umum,

beban kerja yang terjadi di Bank Mandiri area Pematangsiantar adalah beban

kerja mental, mengingat bahwa aktivitas perbankan lebih banyak melibatkan

aktivitas mental. Oleh sebab itu, beban kerja mental merupakan sumber stres yang

umum dihadapi oleh frontliner di Bank Mandiri area Pematangsiantar.

Beban kerja mental terdiri dari tiga dimensi. Ketiga dimensi itu adalah beban

waktu, beban usaha mental, dan beban tekanan psikologis (Reid & Nygren, dalam

Wickens dan Holland, 2000). Ketiga dimensi ini memiliki peranan yang

signifikan dalam membentuk beban kerja mental. Dimensi-dimensi tersebut tidak

independen dan cenderung meningkat untuk kombinasi ketiga dimensi walaupun

jika hanya satu dimensi yang berubah (DiDomenico, 2003). Studi yang dilakukan

(9)

dimensi beban kerja mental yang paling signifikan menyebabkan stres kerja bagi

karyawan adalah beban waktu dan beban usaha mental.

Selain sumber stres, kemampuan dalam menghadapi sumber stres juga turut

menentukan kuat lemahnya stres kerja yang dalami oleh frontliner. Kemampuan

ini tidak lepas dari pengaruh karakteristik personal yang dimiliki. Ada beberapa

karakteristik personal yang dapat berpengaruh terhadap stres kerja, yaitu

hardiness, efikasi diri, dan negative affectivity. Dari ketiga karakteristik personal

ini, hardiness merupakan karakteristik yang paling mempengaruhi stres kerja

yang dibuktikan melalui studi yang dilakukan oleh Subramanian & Vinothkumar

(2009). Hardiness merupakan karakteristik personal yang memiliki ciri utama

berupa kemampuan bertahan terhadap stres dan dikarakteristikkan oleh komitmen

terhadap pekerjaan, keyakinannya untuk mengontrol keadaan dan pandangan

positif mengenai situasi yang menantang (Kobasa dkk., dalam Rollinson, 2005).

Individu dengan hardiness yang rendah lebih rentan mengalami stres

dibandingkan dengan individu yang memiliki hardiness yang lebih tinggi (Kobasa

dkk., dalam Rollinson, 2005). McCalister, Steinhardt, Dolbier & Gottlieb (2003)

dan Judkins (2005), dalam penelitiannya juga menemukan bahwa hardiness yang

tinggi merupakan faktor yang signifikan dari rendahnya stres kerja. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa hardiness pada diri frontliner dapat membantunya

bertahan dalam menghadapi kondisi yang menekan sehingga dapat meminimalisir

stres kerja yang dialami.

Hal ini dibuktikan dengan temuan yang diperoleh dari hasil survey yang

(10)

kerja yang ringan. Temuan ini semakin menguatkan bahwa tidak semua frontliner

Bank Mandiri rentan terhadap stres kerja. Ada juga frontliner yang mampu

menghadapi stres kerja. Seperti penuturan yang disampaikan oleh BX, seorang

teller di Bank Mandiri Siantar Sutomo berikut ini :

“Bekerja di bank ini tantangan lho. Kalau ada tantangan, kan tergantung kitanya bisa mampu atau gak. Kalau saya sih, saya yakin bisa lalui tantangan ini. Kalau ada yang tidak tahan bekerja di bank sih, saya rasa itu karena orangnya gak komitmen. Maksudnya begini, semua orang juga kan tahu kalau bekerja di bank itu berat, jadi ya, harusnya sejak awal masuk kerja itu memang harus komit untuk mau kerja di bank. Kerjain aja dengan sepenuh hati. Jangan setengah-setengah. Sejauh ini saya tidak bermasalah dengan ini semua”

(W5.b16-29)

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh BX dapat terlihat bahwa

kemampuannya untuk bertahan dari kondisi yang ada di Bank Mandiri tidak lepas

dari komitmen untuk terlibat dalam pekerjaan dengan sepenuh hati. Temuan ini

sejalan dengan penelitian Sindik & Adzija (2012) yang menemukan bahwa

diantara ketiga karakteristik hardiness, yaitu komitmen, kontrol dan tantangan,

komitmen merupakan karakteristik hardiness yang signifikan yang membuat

individu dapat bertahan menghadapi stres kerja.

Selain itu, peneliti juga mendapati temuan yang berkebalikan dari kondisi

yang dimiliki oleh BX. Seorang customer service Bank Mandiri Siantar Sutomo

justru sering merasa tertekan dan tidak tahan saat bekerja karena harus melayani

kebutuhan administrasi nasabah sesuai dengan standar layanan, melakukan

(11)

mencari nasabah untuk produk simpanan. Kondisi itu tergambar dari kutipan

wawancara dengan WB berikut ini:

“Saya sih dengan hanya tugas administratif aja sudah kewalahan, apalagi harus sesuai dengan Standar Layanan yang seperti robot itu. Nah, ini juga disuruh mencari nasabah. Ya susah kan kalau begitu. Masa iya saya harus lembur tiap hari. Mengerjakan administrasi itu saja sudah melelahkan, karena yang dihadapi kan beragam nasabah. Saya jadi lebih fokus dengan tugas-tugas administrasi itu. Kalau saya sih ngerasa tugas yang diberikan gak semuanya bisa saya lakukan. Terlalu berat memang beban bekerja di bank. Gak hanya saya yang merasakan, rata-rata frontliner lainnya juga merasakan hal yang sama. Kita kan sering curhat bareng tentang ini.”

(W2.b21-37)

Berdasarkan sejumlah temuan yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa

stres kerja dapat terjadi karena beban kerja mental. Akan tetapi, peranan beban

kerja mental terhadap stres kerja juga dipengaruhi oleh hardiness. Oleh sebab itu,

peneliti merasa perlu untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh hardiness

atas kuat lemahnya peranan beban kerja mental terhadap stres kerja pada

frontliner di Bank Mandiri area Pematangsiantar.

B.Rumusan Permasalahan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh hardiness atas kuat lemahnya peranan beban kerja

mental terhadap stres kerja pada frontliner di Bank Mandiri area

Pematangsiantar?

2. Terkait dengan pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja :

a. Apakah ada pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja pada

(12)

b. Apakah ada perbedaan besar pengaruh dimensi-dimensi beban kerja mental

terhadap stres kerja pada frontliner di Bank Mandiri area Pematangsiantar?

3. Terkait dengan pengaruh hardiness terhadap stres kerja :

a. Apakah ada pengaruh hardiness terhadap stres kerja pada frontliner di

Bank Mandiri area Pematangsiantar?

b. Apakah ada perbedaan besar pengaruh karakteristik-karakteristik hardiness

terhadap stres kerja pada frontliner di Bank Mandiri area Pematangsiantar?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menguji secara empiris pengaruh hardiness atas kuat lemahnya peranan beban

kerja mental terhadap stres kerja pada frontliner di Bank Mandiri area

Pematangsiantar.

2. Terkait dengan pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja :

a. Menguji secara empiris pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja

pada frontliner di Bank Mandiri area Pematangsiantar

b. Menguji secara empiris perbedaan besar pengaruh dimensi beban kerja

mental terhadap stres kerja pada frontliner di Bank Mandiri area

Pematangsiantar.

3. Terkait dengan pengaruh hardiness terhadap stres kerja :

a. Menguji secara empiris perbedaan pengaruh hardiness terhadap stres kerja

pada frontliner di Bank Mandiri area Pematangsiantar

b. Menguji secara empiris perbedaan besar pengaruh karakteristik hardiness

(13)

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis :

Memperkuat hasil penelitian dan temuan sebelumnya mengenai kaitan beban

kerja mental, hardiness dan stres kerja yang didasarkan pada uji empiris dan

dapat menjadi penunjang untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis:

Hasil penelitian ini akan menjadi acuan peneliti dalam memberikan saran

solusi kepada pihak manajemen Bank Mandiri area Pematangsiantar dalam

hal:

a. Pengelolaan stres kerja frontliner dengan memberikan intervensi terhadap

hardiness.

b. Pengelolaan stres kerja frontliner dengan memberikan intervensi terhadap

beban kerja mental.

E.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Berbagai tinjauan literatur,

fenomena dan hasil penelitian sebelumnya mengenai stres kerja, beban kerja

(14)

2. Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi

objek penelitian. Memuat landasan teori tentang stres kerja, beban kerja mental

dan hardiness. Bab ini juga menjelaskan mengenai keterkaitan antara stres

kerja, beban kerja mental dan hardiness yang diakhiri dengan pengajuan

hipotesa sebagai jawaban sementara dalam penelitian ini.

3. Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan identifikasi variabel penelitian, definisi operasional

variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, dan tahapan pelaksanaan

penelitian.

4. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini berisikan gambaran umum subjek penelitian, pengujian hipotesis, dan

pembahasan.

5. Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk

Gambar

gambar 1.

Referensi

Dokumen terkait

Kini internet telah menyediakan situs - situs web yang menyediakan informasi untuk suatu organisasi, tentu saja seiring dengan kemajuan zaman.Penulis dapat membantu pihak

Hasil tabulasi silang antara ke- bisasaan merokok dengan gangguan pernapasan pada pekerja gudang semen Tiga Roda Bengkulu menunjukkan dari 35 pekerja yang tidak memakai APD dengan

• To provide economic and social benefits need creative people need more opportunities for wider participation, should be provided opportunities together for creative production and

Bila pengkayaan disesuaikan dengan spesifikasi bahan bakar bola yang digunakan di HTR-10 China, yakni 17%, maka desain neutronik teras perangkat kri- tik reaktor temperatur

Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengurangi atau memulihkan polutan logam berat yaitu dengan menggunakan tanaman tertentu yang dapat menyerap dan mengakumulasi logam

Untuk memuaskan pelanggan yang datang ke Gallery Indosat, maka Customer Service sebagai komunikator harus mampu memahami kondisi pelanggan (organism) dan memberikan

Adapun tujuan peneliti adalah untuk mengamati secara langsung mengenai upaya yang dilakukan guru Akidah akhlak dalam meningkatkan motivasi balajar peserta didik apakah relevan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan atau sebagai pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan terkait dengan mekanisme tata kelola perusahaan