1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa era globalisasi saat ini perkembangan zaman sudah semakin
maju dan modern di berbagai negara-negara di dunia termasuk di Indonesia. Hal ini
menyebabkan terjadinya pasar bebas dimana suatu negara dapat secara mudah dan
bebas untuk menanamkan modal serta mengembangkan usahanya ke negara lain.
Fenomena ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha baik
di pasar dalam negeri/domestik maupun dipasar luar negeri sebagai usaha untuk
menyelamatkan kelangsungan hidupnya yang semakin terancam. Apalagi negara
Indonesia telah mengikuti Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2002 yang
berati sejak saat itu pelaku bisnis dalam negeri harus bersaing dengan pelaku bisnis
lokal dan juga bersaing dengan para pelaku bisnis dari luar negeri, karena mereka
telah dibebaskan untuk memasukkan produk yang mereka tawarkan dipasar dalam
negeri. Agar tetap dapat bersaing di zaman sekarang ini, diperlukan kekuatan
lingkungan seperti lingkungan politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi yang
harus terus berkembang untuk menanggapi dan mengantisipasi setiap perubahan
secara siaga, cepat dan tanggap terhadap perubahan dan perkembangan zaman yang
semakin dinamis.
Realitas mengenai dampak terjadinya hal tersebut tidak dapat dihindari,
termasuk juga di dalam dunia perbankan baik bank konvensional ataupun syariah.
Pengertian atau definisi bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7
Tahun 1992 tentang perbankan yaitu Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan ke dalam
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sehubungan
dengan definisi tersebut bank menduduki posisi yang penting di dalam perekonomian
nasional. Persaingan yang semakin ketat dialami oleh perusahaan perbankan dengan
2
competition tetapi juga pada persaingan non-price competition. Persaingan ini terjadi
agar industri perbankan menjadi Good Corporate Governance (GCG).
Untuk dapat bersaing menjadi industri perbankan yang tangguh dan siap
menghadapi globalisasi maka perusahaan perbankan dituntut untuk meningkatkan
daya saingnya melalui peningkatan kualitas manajemen perbankan yang mampu
memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, misalnya dengan memberikan
produk yang mutunya lebih baik, harganya murah, dan pelayanan yang lebih baik
dari pada para pesaingnya. Kualitas pelayanan sebuah bank adalah indikator subjektif
yang sulit diukur. Karena standar yang berbeda, pelayanan bank-bank asing tertentu
berbeda jauh dengan pelayanan di bank-bank pemerintah. Umumnya, masalah
pelayanan sebuah bank terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada
bank tersebut yang berhubungan dengan profesionalitas kerja karyawan bank. Oleh
karena itu, peningkatan kualitas manajemen bank dalam hal pelayanan sangat tidak bisa terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan bank
tersebut.
Dalam persaingan ini masalah kualitas sumber daya manusia merupakan
salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan, karena sumber daya manusia
merupakan salah satu asset yang menentukan maju mundurnya suatu industri
perbankan. Suatu perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan suatu pekerja yang
benar-benar kompeten dan dapat diandalkan pada segala bidang, dimana dalam
proses pelaksanaannya tidak tertutup kemungkinan adanya konflik antar kepentingan
bagi perusahaan maupun pekerja itu sendiri sehingga konflik itu dapat
mempengaruhi perilaku kerja seseorang yang akan berakibat pada pekerjaannya.
Adanya perubahan dengan tuntutan tertentu pada tenaga kerja seperti tuntutan dalam
hal penguasaan teknologi baru, batasan atau waktu yang lebih ketat, hasil kerja serta
perubahan dalam hal peraturan kerja dan perubahan hal lainnya dapat menimbulkan
suatu situasi yang menekan tenaga kerja yang bersangkutan. Jika tenaga kerja
tersebut sebagai individu tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri maka tenaga
kerja dapat mempersepsikan perubahan tersebut sebagai tekanan yang mengancam
dirinya sehingga dapat menimbulkan stres kerja bagi tenaga kerja tersebut. Menurut
menderita penyakit yang berhubungan dengan stres di tempat kerja (Wilkinson,
2003).
Stres kerja merupakan hasil dari tidak atau kurang adanya kecocokan
antara individu sebagai pegawai dengan lingkungan tempat kerjanya, sehingga
mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan
terhadap dirinya secara efektif. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya
berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan
lingkungannya, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun di luar pekerjaan.
Stres kerja dapat menimbulkan dampak negatif terhadap aspek fisiologis,
psikologis, dan perilaku pegawai sehingga harus diatasi dengan tepat. Menurut
penelitian yang dilakukan disebutkan bahwa stress yang dialami oleh seseorang akan
merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh (Baker dkk, 1987). Para peneliti ini juga
menyimpulkan bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang
tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa
penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh,
ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Perilaku-perilaku negatif sering muncul
pada karyawan yang mengalami stress kerja, dan hal ini juga yang berpengaruh
memberikan dampak negatif terhadap sebuah perusahaan (Baker dkk, 1987).
Stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi
kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan,
seperti pada penelitian tingkat organisasi oleh Blix, Cruise, Mitchell dan Blix pada
tahun 1994 yang melaporkan bahwa stres pada karyawan berhubungan erat dengan
ketidakhadiran kerja yang tinggi, produktivitas kerja yang rendah serta ketidak
mampuan untuk bekerja padapekerja di Amerika. Hal ini juga terjadipada pekerja di
Indonesia dimana stres kerja juga menimbulkan absenteisme dan kecelakaan kerja
yang cukuptinggi di kalangan karyawan (KOMPAS Cyber Media, 2002). Penurunan
jam kerja akibat absenteisme, produktivitas rendah, penyakit dan kecelakaan kerja,
berdampak langsung terhadap pemasukan organisasi ditambah lagi dengan
pengeluaran dalam bentukbiaya pengobatan karyawan yang sakitatau cedera.
4
penelitian yang dilakukan di Swedia di tiga Pusat Kesehatan Kerja dengan
menggunakan Hopkins Symptom Check List (HSCL-25) didapatkan bahwa stres kerja
menyebabkan 33% kasus kecenderungan gejala gangguan mental emosional
(KGGME). Penelitian pada karyawan pengawas perbankan sebuah bank di Jakarta
pada tahun 1996 mendapatkan pervalens KGGME sebesar 27,6% (Wantoro, 1996).
Pervalens pada perawat suatu rumah sakit di Jakarta sebesar 17,7%, dan pada pilot
dan co-pilot penerbangan sipil di Jakarta tahun 1999 sebesar 39,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa stres kerja yang dialami oleh karyawan perbankan cukup tinggi
(Widyahening, 1999).
Stres kerja adalah suatu bentuk konsekuensi pekerjaan yang tidak dapat
terhindarkan dan bisa saja menimpa pada setiap karyawan di tempat kerjanya
termasuk juga karyawan frontliner di sebuah perusahaan perbankan. Oleh karena itu,
perusahaan perbankan harus secara optimal membuat hubungan yang kontinyu dan serasi dengan para karyawan menjadi sangat penting. Salah satu hal yang paling
penting untuk diperhatikan dalam pemeliharaan tersebut adalah mengenai
penanggulangan stres pada karyawan. Fenomena stres kerja pada karyawan bank
secara tidak langsung pasti dialami oleh perusahaan perbankan kebanyakan dan hal
ini juga dialami oleh karyawan Bank. Karyawan frontliner ini beresiko terkena stres
kerja karena termasuk salah satu pekerjaan yang memberikan pelayanan pada
nasabah dan akan sangat memungkinkan timbulnya permasalahan. Dan tidak jarang
seorang karyawan frontliner sebuah bank mendapatkan tuntutan serta beban
pekerjaan yang besar dan berat. Hal ini tak terkecuali dialami juga oleh karyawan
frontliner bank di bagian teller.
Menurut Kamus Online Bank Indonesia, teller adalah petugas bank yang
bertanggung jawab untuk menerima simpanan, mencairkan cek, dan memberikan
jasa pelayanan perbankan lainnya kepada masyarakat yang pada umumnya bekerja di
belakang counter dengan uraian tugas yang diberikan oleh bank dimana dia bekerja.
Pekerjaan karyawan bank bagian teller diantaranya menerima setoran dari nasabah
(baik tunai maupun non tunai) yang kemudian di posting di sistem komputer bank,
melakukan pembayaran tunai kepada nasabah yang bertransaksi tunai di counter
produk-produk perbankan, dan bertanggung jawab terhadap kesesuaian antara jumlah
kas di sistem dengan kas di terminalnya. Selain dari pekerjaan utama tersebut,
seorang teller memiliki tangggung jawab yang besar atas uang tunai dan transaksi
perbankan yang ia proses sehingga tidak jarang seorang teller menjadi orang pertama
yang mendapatkan komplain dan teguran dari nasabah ataupun dari perusahaan bank
dimana karyawan tersebut bekerja. Bahkan seorang teller sebuah perusahaan bank
harus mengganti rugi uang perusahaan apabila terjadi selisih atau kesalahan
perhitungan saat melakukan transaksi perbankan pada waktu itu juga sesuai dengan
jumlah uang yang selisih, dan sebaliknya apabila ada kelebihan uang dari
perhitungan transaksi perbankan harus disetorkan kepada perusahaan. Seorang
karyawan bank bagian teller tidak jarang harus bekerja lebih dari jam kerjanya
seperti yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor Kep. 102/Men/VI/2004 tentang waktu kerja dan upah kerja lembur pasal 1 nomor 1 yang berbunyi “Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang
ditetapkan Pemerintah” tanpa mendapatkan uang lembur.
Selain beban yang telah dijelaskan diatas, seorang teller harus dituntut
memiliki sikap ramah, selalu tersenyum dan juga memiliki kemampuan menghitung
uang dengan cepat sehingga dalam menghitung uang biasanya mereka menggunakan
minimal dua jari. Kemampuan seperti ini diperlukan karena tuntutan kerja seorang
teller harus melayani nasabah dengan jumlah yang cukup banyak misalnya saja
setiap teller dapat melayani minimal 150 nasabah dalam sehari dan juga untuk
menghindari adanya keluhan pelanggan atas layanan teller paling banyak berjumlah
10 keluhan per tahun. Hal tersebut berakibat ketidaknyamanan karyawan dalam
bekerja sehingga menimbulkan stres kerja. Bahkan ada sebuah kasus yang terjadi
pada karyawan kontrak sebuah bank BUMN di kota Blitar yang rela membayar uang
ganti dengan jumlah puluhan juta untuk dapat mengundurkan diri sebagai karyawan
6
sanggup menjalani tuntutan dan beban kerja sebagai teller yang cukup menguras
fisik dan psikologis atau pikiran seseorang.
Stres kerja yang dialami oleh karyawan bank bagian teller juga
kemungkinan dialami oleh teller pada perusahaan Bank Jatim di kantor cabang
ataupun kantor kas. Bank Jatim merupakan Badan Usaha Milik Daerah Pemerintah
Proponsi TK I Jawa Timur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Bank Jatim
cabang Kota Blitar sebagai sample subjek penelitian. Dapat dikatakan secara umum
terjadi peningkatan pada Bank Jatim yaitu dalam hal peningkatan kinerja SDM
ataupun peningkatan teknologi dan sarana penunjang di Bank Jatim. Akan tetapi
persaingan Bank Jatim dengan bank-bank swasta lainnya tidak bisa terhindarkan
untuk dialami oleh Bank Jatim cabang Blitar. Dengan jumlah nasabah yang banyak
dan satu-satunya bank yang dipercaya menangani keuangan pemerintahan seperti
pembagian gaji bagi para PNS membuat karyawan teller memliki beban tanggung jawab yang semakin besar juga. Beban kerja itu seakan ditambah lagi jika kondisi
fisik bangunan dan sistem operasional perbankan dirasa kurang modern jika
dibandingkan dengan keadaan bank lain pada umumnya sehingga kurang
memberikan kenyamanan juga bagi karyawan perusahaan tersebut.
Dengan adanya beban dan tekanan pekerjaan yang cukup berat yang dialami
seorang teller seperti penjelasan diatas maka karyawan di bagian teller biasanya
mempunyai suatu cara untuk mengatasi stres kerja yang dialaminya yang biasa
disebut dengan strategi coping stress. Pengertian coping itu sendiri menurut Lazarus
adalah usaha-usaha kognitif dan perilaku yang secara terus menerus berubah untuk
mengelola tuntutan dari dalam dan/atau dari luar individu yang dirasakan merugikan
atau melebihi kemampuan individu itu (Warr, 1996).
Dari hasil sebuah penelitian juga diketahui bahwa, metode coping juga
mempengaruhi derajat stres kerja. Bedanya, strategi coping merupakan sesuatu yang
dapat dipelajari oleh individu dan bukan faktor bawaan. Pemilihan strategi coping
yang dilakukan oleh karyawan dipengaruhi oleh penilaian kognitif atau persepsi
terhadap faktor penyebab stres (stressor) dan juga dipengaruhi oleh penilaian
terhadap sumber daya. Melalui identifikasi terhadap sumber daya yang dimilikinya,
digunakan akan menentukan derajat stres yang dirasakan. Dengan memahami proses
tersebut, maka seorang karyawan secara tidak sama dapat memperoleh pendekatan
yang paling efektif untuk mengatasi stres kerja yang mereka alami, apakah faktor
bawaan yang lebih berperan atau apakah dari faktor hasil pembelajaran.
Coping dilakukan mengingat pengaruh stres pada karyawan terhadap
kinerjanya cukup besar, pengelolaan terhadap stres itu sendiri harus mendapatkan
perhatian dan kesungguhan dari manajemen perusahaan agar tujuan organisasi bisa
lebih mudah dicapai. Masalah mengenai stres kerja yang berkaitan dengan organisasi
atau perusahaan memang sudah cukup sering diangkat ke permukaan. Hal ini
kemungkinan besar terjadi karena masalah stres sangat besar kaitannya dengan
produktivitas karyawan yang juga berdampak pada kerugian perusahaan, stres kerja
selain dipengaruhi oleh stressor dari luar perusahaan juga dipengaruhi oleh fakor dari
dalam perusahaan sehingga pemahaman akan sumber stres dan cara mengatasinya dirasakan menjadi sesuatu hal yang masih cukup penting bagi karyawan demi
kelangsungan perusahaan yang sehat dan efektif, selain itu sebagian besar
masyarakat Indonesia merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi atau
perusahaan baik sebagai atasan maupun bawahan pernah mengalami stres kerja
meskipun dalam taraf yang amat rendah, dan juga saat ini zaman sudah semakin
mengalami kemajuan di berbagai bidang sehingga membuat manusia semakin sibuk
bekerja serta peralatan kerja yang semakin modern sehingga stres kerja dalam taraf
yang cukup tinggi mulai dirasakan. Dengan kenyataan-kenyataan seperti itulah yang
membuat peneliti melakukan penelitian yang berkaitan dengan stres kerja.
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan stres kerja telah cukup banyak
dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Primaldhi (2008),
tentang hubungan antara trait kepribadian neuroticism, strategi coping, dan stres
kerja yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh stres
kerja dengan menyelidiki hubungan antara faktor dalam diri seseorang, dalam bentuk
trait kepribadian neuroticism, dengan stres kerja, serta hubungannya dengan jenis
strategi coping yang digunakan oleh individu tersebut. Penelitian tersebut
menggunakan pendekatan korelasional dengan analisa korelasi Pearson, t-Test dan
8
emosi serta menunjukkan tidak adanya hubungan negatif antara trait kepribadian
neuroticism dengan strategi coping.
Selain penelitian diatas, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati
(2008), dengan judul penelitian Analisis Stres Kerja pada PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Bogor dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif
yang menghasilkan berbagai informasi mengenai stressor, tingkat stres kerja, dan
penanggulangan stres kerja karyawan PT BRI (Persero) Tbk cabang Bogor. Dan juga
ada penelitian mengenai pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada
kantor pusat PT. POS Indonesia (Persero) Bandung yang dilakukan dengan tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui stress kerja, kepuasan kerja dan menguji
pengaruh stress kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada Kantor Pusat PT. Pos
Indonesia (Persero) Bandung dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pengaruh stress kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos
Indonesia (Persero) Bandung menunjukkan tingkat hubungan sedang, dengan
kontribusi pengaruhnya sebesar 34,3%, dan sisanya sebesar 65,7% yang dipengaruh
oleh faktor lain seperti, gaya kepemimpinan, penilaian prestasi kerja kompensasi, dan
lain-lain (Tunjungsari, 2011). Contoh-contoh penelitian mengenai stres kerja yang
telah dilakukan masih banyak lagi, akan tetapi sebagian besar dari penelitian stres
kerja tersebut dilakukan oleh peneliti non psikologi dan kebanyakan peneliti
melakukan penelitian tentang stres kerja dikaitkan dengan variabel lainnya serta
penelitian juga jarang yang menggunakan pendekatan kualitatif khususnya penelitian
mengenai stres kerja ataupun strategi coping pada karyawan frontliner bank bagian
teller.
Berkaitan dengan uraian-uraian diatas tersebut, maka peneliti perlu
mengkaji lebih dalam tentang stres kerja dan cara penanggulangannya pada
karyawan frontliner sebuah perusahaan perbankan khususnya pada karyawan di
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dihasilkan mengenai
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran stres kerja yang meliputi faktor penyebab stres kerja
(stressor), gejala stres kerja, dan dampak stres kerja pada karyawan frontliner
Bank bagian teller?
2. Bagaimana upaya penanggulangan stres kerja (strategi coping stress) yang
dilakukan oleh karyawan frontliner Bank bagian teller?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran stres kerja yang meliputi faktor penyebab stres kerja (stressor), gejala stres kerja dan dampak stres kerja pada karyawan
frontliner Bank bagian teller.
2. Untuk mengidentifikasi upaya penanggulangan stres kerja (strategi coping
stress) yang dilakukan oleh karyawan frontliner Bank bagian teller.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah dari hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan
oleh perusahaan di dalam mengatasi masalah yang timbul khususnya mengenai stress
kerja yang dialami dan strategi coping untuk pengembangan program peningkatan
kualitas sumber daya manusia khususnya pada karyawan frontliner Bank di bagian
i
STRES KERJA DAN STRATEGI COPING
KARYAWAN FRONTLINER (TELLER) BANK
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar sarjana Psikologi
oleh:
Eingrit Permaitiyas
08810232
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
1. Judul Skripsi : Stres Kerja dan Strategi Coping Karyawan Frontliner
(Teller) Bank.
2. Nama Peneliti : Eingrit Permaitiyas
3. NIM : 08810232
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 13 Februari 2012 s/d 17 Februari 2012
7. Tanggal ujian : 14 April 2012
Malang, 3 April 2012
Pembimbing II
M. Shohib, S.Psi., M.Si Pembimbing I
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji
Pada tanggal 14 April 2012
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si (... )
Anggota Penguji : 1. Dra. Nida Hasanati, M.Si (... )
2. Adiyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi (... )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
iv Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Eingrit Permaitiyas
NIM : 08810232
Fakultas / Jurusan : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :
Stres Kerja dan Strategi Coping Karyawan Frontliner (Teller) Bank.
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan
kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan
telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak Bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai
sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Malang, 3 April 2012
Yang Menyatakan,
Eingrit Permaitiyas Mengetahui,
Ketua Program Studi
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Stres Kerja dan Strategi Coping Karyawan Frontliner (Teller) Bank”, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana jenjang strata (S-1) psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
tercinta, Ibu Sudaryanti serta Bapak tersayang, Bapak UU Sukarsah atas segala cinta,
kasih sayang, doa serta dukungan baik moril maupun materil yang selalu menyertai
langkah penulis. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan kebahagiaan kepada
keduanya, di dunia maupun di akhirat. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik.
2. Bapak M. Shohib, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dan membimbing dengan kesabaran, memberikan saran dan
kritik sehingga skripsi ini menjadi semakin sempurna.
3. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si serta Ibu Dra. Dr. Dyah Karmiyati, M.Si
selaku dosen wali dan pengganti dosen wali kelas F angkatan 2008 yang telah
mendukung dan memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga
selesainya skripsi ini.
4. Dosen-dosen dan staf pengajar fakultas psikologi Univeristas Muhammadiyah
Malang, yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis melaksanakan
vi penyusunan skripsi.
6. Ketiga subjek penelitian yaitu subjek FA, subjek YID, dan subjek PPR yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dalam skripsi ini.
7. Mas Bagus Baskoro Wibowo, S.H, yang selalu memberikan dukungan, setia dan
sabar menunggu serta menemani penulis dalam suka duka kehidupan yang
dijalani.
8. Kedua kakakku tersayang, Deriska Suyanita, Amd dan Briptu Agnes Yuwanita
beserta suami dan ketiga keponakan yang super (Deva, Arvin dan Aurel) yang
selalu memberikan motivasi dan canda tawa dalam kehidupan penulis.
9. Penghuni Green House terutama ketiga sahabatku Dita Eka. S.Psi, Dyah Ayu.
S.Ikom, dan Sari Kusuma. S.Ikom. Kenangan bersama kalian tak akan pernah
aku lupakan.
10.Teman-teman Psikologi kelas F angkatan 2008 yang selalu memberikan semangat dari awal perkuliahan kepada penulis. Khususnya sahabat D’Sumpret (Denise Permatasari, S.Psi, Larasati Marendra, S.Psi, Baiq Anggun. S.Psi, dan
Ahmad Nizar, S.Psi).
11.Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan penulis mohon maaf tidak bisa menyebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari dengan segenap kerendahan hati bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna dan tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik
dan saran sangat diharapkan peneliti demi perbaikan karya skripsi ini. Namun
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
telah membacanya.
Malang, 3 April 2012
Penulis
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
INTISARI ... vii
ABSTRACT... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja ... 10
1. Pengertian stres ... 10
2. Pengertian stres kerja ... 12
3. Faktor-faktor penyebab stres kerja ... 13
4. Gejala-gejala stres kerja ... 17
5. Dampak stres kerja ... 18
B. Coping ... 19
1. Pengertian coping ... 19
viii
B. Batasan Istilah ... 24
C. Subjek Penelitian ... 25
D. Metode Pengumpulan Data ... 26
E. Prosedur Penelitian ... 28
F. Analisis Data ... 29
G. Keabsahan Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Subjek dan Informan ... 32
B. Deskripsi Data ... 33
1. Subjek FA ... 33
2. Subjek YID ... 37
3. Subjek PPR ... 40
C. Analisa Data ... 43
1. Subjek FA ... 43
2. Subjek YID ... 45
3. Subjek PPR ... 47
D. Rangkuman Analisa Data ... 49
E. Pembahasan ...51
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55
B. Saran-saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA... 57
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Identitas Subjek Penelitian ... 32
Tabel 4.2 : Identitas Informan Penelitian ... 33
Tabel 4.3 : Gambaran Stres Kerja dan Strategi Coping Subjek FA ... 44
Tabel 4.4 : Gambaran Stres Kerja dan Strategi Coping Subjek YID ... 46
Tabel 4.5 : Gambaran Stres Kerja dan Strategi Coping Subjek PPR ... 48
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Panduan wawancara subjek ... 60
Lampiran 2 : Panduan wawancara informan ... 62
Lampiran 3 : Panduan observasi ... 64
Lampiran 4 : Hasil wawancara dan observasi subjek FA ... 67
Lampiran 5 : Hasil wawancara dan observasi subjek YID ... 77
Lampiran 6 : Hasil wawancara dan observasi subjek PPR ... 83
Lampiran 7 : Lembar persetujuan subjek penelitian ... 90
Lampiran 8 : Formulir pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian ... 91
xii
Anoraga, P. (2006). Psikologi kerja (Cetakan keempat). Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian; suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Baker, dkk. (1987). Penelitian stres kerja, e-psikologi com, team e-psikologi,
informasi, psikologi online. Jakarta. Diakses tanggal 15 Oktober 2011.
Brown, Donald R., & Harvey, D. (2006). Organization development (Ed. ketujuh).
New Jersey: Pearson Education.
Burhan, B. (2001). Metode penelitian kualitatif (Cetakan kedelapan). Jakarta : raja
Grafindo Persada.
Davis, K., & Newstorm, John. W. (1985). Perilaku dalam organisasi (Ed. ketujuh).
Jakarta : Erlangga.
Departemen Keuangan RI. (1992). Undang-undang republik Indonesia tentang
perbankan. Jakarta : Depkeu RI.
Dimatteo, M. R., & Martin, L. R. (2002). Health psychology. USA : A Person
Education Company.
Fraser, T. M. (1992). Stres dan kepuasan kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman
Pressindo.
Ivancevich, J., Konopaske, R., & Matteson, M. (2005). Perilaku dan manajemen
organisasi (Ed.ketujuh). Jakarta : Erlangga.
Kamus Online Bank Indonesia. http//http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Kamus/
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2004). Tentang waktu kerja
xiii
Kompas Cyber Media. (2002). Kesehatan jiwa terkait produktivitas. Diakses tanggal
10 Oktober 2011 dari http://www.kompas.com.
Landy, Frank J., & Conte, Jeffrey M. (2004). Work in the 21st century: an
introduction to industrial and organizational psychology. New York:
McGraw-Hill.
Luthans, F. (2005). Perilaku organisasi (Ed. kesepuluh). Yogyakarta : Andi.
Mangkunegara, Anwar. P. (2006). Perencanaan dan pengembangan sumber daya
manusia (sdm) (Cetakan kedua). Bandung : PT. Refika Aditama.
Moleong, Lexy. J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif (Ed.Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Munandar, A. S. (2001). Stress dan keselamatan kerja (Ed. Ketiga). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Munandar, A. S. (2006). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Nasrudin, E. (2010). Psikologi manajemen. Bandung : CV Pustaka Setia.
Prihatini, L. D. (2007). Analisa hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat
di tiap ruang rawat inap RSUD Sidikalang. (Tesis, Kekhususan Program
Studi Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan). Diakses 10 Oktober 2011 dari
http://www.static.cc.gatech.edu/~asb/thesis/.
Primaldhi, A. (2008). Hubungan antara trait kepribadian neuroticism, strategi
coping, dan stres kerja. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,
Jakarta).
Rahmawati, S. (2008). Analisis stres kerja karyawan pada PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk cabang Bogor. (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan
xiv
Tunjungsari, P. (2011). Pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan
pada kantor pusat PT. POS Indonesia (Persero) Bandung. (Skripsi,
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, Bandung).
Wantoro, B. (1996). Analisis hubungan stressor kerja dengan gangguan kesehatan
jiwa pada karyawan pengawas perbankan sebuah bank di Jakarta. (Tesis,
Prodi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Indonesia, Jakarta).
Abstrak diakses tanggal 13 Oktober 2011 dari
http://www.static.cc.gatech.edu/~asb/thesis/.
Warr, Peter B. (1996). Psychology at work (Fourth Edition Completely Revised).
England: Penguin Books.
Widyahening IS. (1999). Analisis stresor kerja dan status emosional serta
keterkaitan di antara keduanya pada pilot dan ko-pilot sipil PT. X Jakarta.
(Tesis, Prodi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Indonesia,
Jakarta). Abstrak diakses tanggal 13 Oktober 2011 dari
http://www.static.cc.gatech.edu/~asb/thesis/.
Wilkinson, G. (2003). Panduan menangani stres sendiri. Jakarta : Intimedia &
Ladangpustaka.