• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian mutu fisikokimia dan sensori es lilin markisa dengan konsentrasi sari bengkuang dan jenis penstabil yang berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian mutu fisikokimia dan sensori es lilin markisa dengan konsentrasi sari bengkuang dan jenis penstabil yang berbeda"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Markisa Ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims)

Markisa ungu merupakan salah satu jenis markisa yang paling banyak

dibudidayakan di Indonesia terutama di daerah subtropis dan di dataran tinggi

tropis. Tanaman ini berbuah lebat dengan buah berbentuk bulat sampai bulat agak

lonjong. Buah markisa yang muda berwarna hijau, sedangkan buah tua atau

masak berwarna ungu tua dengan kulit buah agak tipis dan keras. Sari buah

markisa berwarna kuning oranye, rasanya asam-asam manis dengan aroma yang

khas (Rukmana, 2003).

Buah markisa ungu merupakan buah yang memiliki kandungan gizi yang

tinggi terutama kandungan antioksidan, dimana antioksidan dapat menstabilkan

radikal bebas sehingga mencegah terjadinya peroksidasi lipid. Markisa segar

banyak mengandung vitamin A, vitamin C, β-karoten, komponen flavonoid dan

serat. Kandungan serat pada markisa bersifat tidak larut air sehingga berfungsi

untuk mengikat lemak dengan menurunkan kolesterol serum (Kusumastuty,

2014).

Selain menurunkan kolesterol serum, markisa juga bermanfaat terhadap

penghambatan pembentukan sel kanker karena kandungan serat yang tinggi

sekitar 10,40 g. Kandungan fitokimia markisa yang berperan dalam

penghambatan sel kanker adalah karotenoid dan polifenol. Kandungan vitamin C

dalam markisa berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh dan sebagai antioksidan

alami (Susanti dan Putri, 2014). Kandungan atau komposisi nilai gizi markisa

(2)

Tabel 1. Kandungan nilai gizi markisa dalam 100 g bahan

Pada umumnya di Indonesia, buah markisa dikonsumsi dalam keadaan

segar seperti jus. Jus markisa akan lebih baik apabila dicampur dengan jus nenas,

terong belanda atau stroberi. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi

pengolahan pangan, markisa diolah menjadi sirup atau sari buah. Sedangkan di

luar negeri, markisa diolah menjadi sirup yang digunakan dalam membuat saus,

gelatin desserts, candy, es krim, sherbet, cake filling, chiffon pie, dan cocktail.

Daging buah yang berbiji dikombinasi dengan buah lain seperti nenas atau tomat

dapat digunakan dalam pembuatan jam atau jelly (Karsinah, dkk., 2010).

Bengkuang (Pachyrhizus erosus)

Bengkuang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berbentuk

bulat seperti gasing dengan berat mencapai 500 gram. Kulit umbi bengkuang yang

tipis berwarna kuning pucat dan bagian dalam berwarna putih dengan cairan segar

(3)

86-90%. Rasa manis pada bengkuang berasal dari oligosakarida yang disebut inulin.

Sifat yang manis dapat berfungsi sebagai penurun kalori serta inulin berperan

dalam membantu tulang menyerap dan mengikat kalsium sehingga dapat

mencegah pengeroposan tulang (Astawan, 2009; Rivera, dkk., 2010). Kandungan

gizi bengkuang dalam 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi bengkuang dalam 100 g bahan

Zat gizi dasar Kadar per 100 g

(4)

Bengkuang mengandung gula, pati, serat, dan oligosakarida. Serat pangan

bengkuang berfungsi sebagai prebiotik bagi mikroflora usus serta dapat

menurunkan kadar glukosa darah. Oligosakarida bengkuang dikenal dengan

inulin. Inulin merupakan polimer dari unit-unit fruktosa yang bersifat larut dalam

air namun tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan. Serat pada bengkuang

dapat mengendalikan kadar glukosa darah karena diserap secara perlahan dan

tidak semuanya diubah menjadi glukosa sehingga sangat cocok bagi penderita

diabetes mellitus (Nurhamidah, 2013).

Es Lilin

Es lilin merupakan salah satu produk minuman beku (water ice) yang

terbuat dari bahan baku air, gula, baik dengan penambahan sari buah ataupun

senyawa aditif seperti zat pewarna, flavor, pemanis, pengatur keasaman dan zat

pengawet. Es lilin banyak dikonsumsi karena disajikan dalam keadaan dingin dan

salah satu karakteristik es lilin yang menarik masyarakat adalah tampilan produk

dengan warna yang menarik, rasa yang manis, kemasan yang sederhana dan harga

yang murah (Hartono, dkk., 2013).

Sesuai dengan aturan The Code of Federal Regulation, komposisi standar

produk bekuan turunan es krim terdiri dari gula sebagai pemanis, air, sari buah,

dengan penambahan zat aditif berupa penstabil, atau pewarna sintetis. Produk es

yang tergolong water ice tidak mengandung krim dan susu dalam komposisi

produk es yang dihasilkan sehingga produk es lilin dan sherbet tidak mengandung

lemak (Kilara dan Chandan, 2007).

Karakteristik mutu fisik es lilin dan es krim hampir sama, hanya saja es

(5)

yang dihasilkan memiliki peranan penting terhadap penerimaan konsumen.

Pembuatan es krim tidak terlepas dari penggunaan zat penstabil untuk

mempertahankan tekstur dan mengurangi kecepatan mencair es krim. Konsentrasi

dan jenis zat penstabil yang digunakan memiliki peranan penting terhadap tekstur

pada produk es krim dengan mengikat air bebas dan mempertahankan ikatan air

pada struktur gel yang dikenal sebagai proses hidrasi (Soad, dkk., 2014).

Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk es lilin belum ada, sehingga SNI

yang digunakan mengacu pada SNI minuman sari buah. Adapun SNI minuman

sari buah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Syarat mutu minuman sari buah

No. Uraian Persyaratan

1. Keadaan (Kenampakan, bau, dan rasa) Normal

2. pH Maksimal 4

3. Padatan terlarut (b/b,%) Minimal 10,0/11,0

4. Gula (Sukrosa) Maksimal 5

5. Bahan tambahan makanan

- Pewarna tambahan Sesuai SNI 01-0222-1995

- Pemanis buatan Negatif

- Pengawet dan pengemulsi Sesuai SNI 01-0222-1995 6. Cemaran logam :

- Angka lempeng total (koloni/ml) Maks. 1.104 - Bakteri bentuk Coli (APM/ml) Maks. 20

- Escherichia coli (APM/ml) <3

- Staphylococcus aureus (koloni/ml) Negatif

- Salmonella (koloni/25 ml) Negatif

- Kapang dan Khamir (koloni/ml) Maks. 1 x 102

(6)

Gula Cair (High Fructose Syrup)

High Fructose Syrup (HFS) merupakan gula yang dihasilkan melalui

pencampuran glukosa, fruktosa dengan oligosakarida yang dipasarkan dalam

bentuk cair. Umumnya komposisi HFS terdiri dari 42-55% fruktosa. HFS banyak

digunakan untuk pengolahan produk minuman, jeli, dan produk olahan susu

karena tingkat kemanisan HFS yang hampir sama dengan gula sukrosa sehingga

dapat menggantikan penggunaan gula sukrosa dengan gula cair HFS serta

mengonsumsi gula HFS juga menurunkan resiko akan diabetes karena gula HFS

terbuat dari substitusi sukrosa dengan golongan oligosakarida (Silva, dkk., 2006).

HFS (High Fructose Syrup) dibuat dengan cara enzimasi pati secara

bertingkat, dengan cara memanfaatkan enzim alpha amylase, amyloglukosidase

dan isomerase. Hasil yang diperoleh berupa sirup (72-75%) yang mengandung

52-55% glukosa, 42-45% fruktosa dan sekitar 3% maltosa dan isomaltosa

(Soebijanto, 1986). Karakteristik fungsional HFS lebih baik apabila dibandingkan

dengan gula sukrosa yaitu kelarutan HFS yang tinggi, tidak membentuk kristal

gula, serta tingkat kemanisan yang tinggi (Vuilleumier, 1993).

Sirup fruktosa memiliki sifat yang tidak membentuk kristal sukrosa

sehingga meningkatkan kualitas tekstur dan lebih berpotensi untuk mencegah

kerusakan mikrobiologis terhadap produk yang dibekukan. Sirup fruktosa

berwarna bening, berasa manis, dan tekstur sirup yang kental. Apabila

dibandingkan dengan gula sukrosa, penggunaan sirup fruktosa pada produk yang

dibekukan lebih baik karena dapat menekan titik pembekuan sehingga tidak

terbentuk granula kristal es sehingga dihasilkan tekstur es yang halus dan padat

(7)

Zat Penstabil

Gelatin

Gelatin adalah salah satu jenis penstabil yang sering digunakan dalam

pengolahan produk beku seperti es krim. Gelatin memiliki ciri tidak berwarna dan

bening, mudah larut pada air hangat, dan tidak berbau (Soad, dkk., 2014).

Kemampuan gelatin dalam menyerap air sekitar 5-10 kali berat gelatin, serta

sebagai polimer bioadhesif yang mampu membentuk gel dengan kekuatan yang

berbeda tergantung konsentrasi gelatin yang digunakan (Suryani, dkk., 2009).

Gel yang dihasilkan bersifat reversibel karena penggunaan gelatin yang

diberi pemanasan akan menyebabkan gel meleleh, sedangkan pendinginan balik

akan menyebabkan pemadatan gelatin dan membentuk gel kembali yang dikenal

sebagai proses gelasi. Dalam industri pangan, gelatin berperan sebagai pembentuk

tekstur gel pada produk jeli, permen, penstabil dan pengemulsi pada produk es

krim, margarin dan olahan susu (Mariod dan Adam, 2013).

Gelatin yang digunakan berbentuk serbuk atau granula yang berwarna

bening kekuningan. Gelatin terlebih dahulu dilarutkan dengan air dingin,

kemudian dipanaskan pada suhu di atas 45ºC agar terlarut sempurna dengan

bahan. Penggunaan gelatin pada beberapa jenis buah yang mengandung enzim

proteolitik berpengaruh terhadap penurunan fungsi protein gelatin dalam

meningkatkan kepadatan tekstur produk. Gelatin diperlukan pada pengolahan

produk es krim, sorbet, sherbet dan es lilin karena fungsi gelatin yang bersifat

hidrokoloid dapat mengikat dan menyerap air bahan sehingga saat pembekuan

produk dapat mencegah terbentuknya kristal es yang menurunkan mutu tekstur

(8)

kepadatan produk beku yang dihasilkan (Blackburn, 2012). Sesuai dengan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

24 tahun 2003 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan penstabil

dimana batas maksimum penggunaan gelatin adalah 50.000 mg/kg untuk kategori

pangan es untuk dimakan (edible ice), termasuk sherbet dan sorbet.

Sifat gel yang dihasilkan gelatin pada pengolahan produk es lilin dapat

memberikan efek yang mudah meleleh di mulut dan tekstur produk yang lebih

lembut dan elastis. Penggunaan gelatin pada pengolahan produk es sering

dikombinasikan dengan jenis hidrokoloid lain untuk meningkatkan kelembutan

tekstur yang dihasilkan. Penggunaan gelatin pada produk jeli lebih fungsional

karena gel yang dihasilkan memberikan tampak warna bening dan mengkilat

(Saha dan Bhattacharya, 2010).

Penggunaan gelatin sebagai zat penstabil pada produk es krim cocok pada

konsentrasi sebesar 0,5%. Gelatin juga dapat digunakan untuk melapisi bagian

permukaan produk hewani dan buah-buahan untuk mencegah kerusakan fisik

produk (Rahman, 2007). Penambahan sebanyak 0,25% gelatin pada es krim dapat

menghambat pembentukan kristalisasi es. Dalam pengolahan minuman sorbet,

penggunaan gelatin biasanya disertai dengan penambahan beberapa jenis

hidrokoloid lainnya untuk meningkatkan mutu sensoris produk (Lersch, 2010).

(9)

Gambar 1. Struktur kimia gelatin

Gum arab

Gum arab atau gum akasia adalah senyawa hidrokoloid yang secara

alamiah diekstrak dari tanaman akasia dan berpotensi sebagai bahan penstabil,

pembentuk gel, pengikat air, dan pengemulsi yang baik pada pengolahan produk

pangan. Pada produk bekuan seperti

pada proses pengolahan dapat menghambat aktivitas pembentuk kristal es yang

berlebih karena sifat gum arab yang sangat baik meng

pembekuan sehingga mempertahankan konsistensi produk yang dihasilk

terhadap pengaruh suhu dan viskositas. Pada pengolahan produk es krim,

penggunaan hidrokoloid juga mampu mencegah penurunan kualitas aroma akibat

proses pembekuan dan umumnya dilakukan dengan mengkombinasikan antara

dua atau lebih jenis hidrokoloid (Mil

Gum arab adalah satu

pada dispersi air dan lemak yang baik. Mekanisme gum arab sebagai zat penstabil

adalah melalui reaksi penurunan tegangan interfasial antara dispersi air dan

minyak selama proses homogenisasi, dimana rantai polisakarida dari gum arab Gambar 1. Struktur kimia gelatin (Belitz, dkk., 2007)

Gum arab atau gum akasia adalah senyawa hidrokoloid yang secara

alamiah diekstrak dari tanaman akasia dan berpotensi sebagai bahan penstabil,

pembentuk gel, pengikat air, dan pengemulsi yang baik pada pengolahan produk

pangan. Pada produk bekuan seperti desserts dan es krim, penambahan gum arab

pada proses pengolahan dapat menghambat aktivitas pembentuk kristal es yang

berlebih karena sifat gum arab yang sangat baik mengikat air bahan selama

sehingga mempertahankan konsistensi produk yang dihasilk

terhadap pengaruh suhu dan viskositas. Pada pengolahan produk es krim,

penggunaan hidrokoloid juga mampu mencegah penurunan kualitas aroma akibat

proses pembekuan dan umumnya dilakukan dengan mengkombinasikan antara

dua atau lebih jenis hidrokoloid (Milano dan Maleki, 2012).

Gum arab adalah satu-satunya jenis gum yang memiliki stabilitas larut

pada dispersi air dan lemak yang baik. Mekanisme gum arab sebagai zat penstabil

adalah melalui reaksi penurunan tegangan interfasial antara dispersi air dan

k selama proses homogenisasi, dimana rantai polisakarida dari gum arab 2007)

Gum arab atau gum akasia adalah senyawa hidrokoloid yang secara

alamiah diekstrak dari tanaman akasia dan berpotensi sebagai bahan penstabil,

pembentuk gel, pengikat air, dan pengemulsi yang baik pada pengolahan produk

dan es krim, penambahan gum arab

pada proses pengolahan dapat menghambat aktivitas pembentuk kristal es yang

ikat air bahan selama

sehingga mempertahankan konsistensi produk yang dihasilkan

terhadap pengaruh suhu dan viskositas. Pada pengolahan produk es krim,

penggunaan hidrokoloid juga mampu mencegah penurunan kualitas aroma akibat

proses pembekuan dan umumnya dilakukan dengan mengkombinasikan antara

satunya jenis gum yang memiliki stabilitas larut

pada dispersi air dan lemak yang baik. Mekanisme gum arab sebagai zat penstabil

adalah melalui reaksi penurunan tegangan interfasial antara dispersi air dan

(10)

yang bersifat hidrofilik akan menarik air bahan dan mencegah terjadinya

penggumpalan atau flokulasi dispersi seiring dengan pengikatan air bebas

(Milano dan Maleki, 2012).

Gum arab bersifat stabil pada kondisi asam dan banyak digunakan sebagai

pengemulsi pada produk minuman berkarbonasi dan minuman sari buah karena

efektivitas gum arab dalam menghambat pengkeruhan dan flokulasi produk

minuman yang dihasilkan. Walaupun gum arab memiliki kelarutan dalam air yang

baik, penggunaan gum arab sebanyak 30% memiliki viskositas yang lebih rendah

daripada viskositas yang dihasilkan xanthan gum dan Carboxy Methyl Cellulose

(Phillips dan Williams, 2009). Struktur kimia gum arab dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Struktur kimia gum arab (Phillips dan Williams, 2009)

CMC (Carboxy Methyl Cellulose)

Beberapa jenis hidrokoloid yang sering digunakan dalam industri pangan

(11)

senyawa protein. CMC (Carboxymethycellulose) merupakan salah satu

hidrokoloid turunan polisakarida tumbuhan yang memiliki kelarutan yang baik

dalam air panas dan dapat membentuk gel yang bersifat reversibel bila dipanaskan

pada suhu 50-60ºC dan berfungsi sebagai agen pembentuk tekstur elastis. Selain

itu juga berfungsi untuk mencegah terbentuknya buih saat pendinginan. CMC

memiliki sifat larut pada air hangat yang berpotensi meningkatkan kepekatan pada

larutan dan bersifat anionik (Lersch, 2010).

Pemberian zat penstabil CMC dapat memperbaiki cita rasa, warna, serta

konsistensi sari buah. Selain itu, CMC memiliki beberapa kelebihan yaitu

kapasitas dalam mengikat air lebih besar, mudah larut dalam adonan es krim, serta

harga zat penstabil CMC relatif murah. CMC mempunyai kemampuan sebagai zat

pengemulsi yang bersifat hidrofilik sehingga tidak terjadi endapan pada larutan

(Kusbiantoro, dkk., 2005).

Senyawa hidrokoloid juga telah dikembangkan sebagai alternatif

pengganti peranan lemak atau fat replacer. Senyawa hidrokoloid turunan pati

hasil hidrolisis dari bengkuang atau yang dikenal sebagai inulin memiliki

karakteristik gel yang identik dengan tekstur lemak sehingga berpotensi untuk

dijadikan sebagai fat replacer pada beberapa olahan produk yang berkadar lemak

rendah. Penggunaan inulin tidak hanya berperan sebagai hidrokoloid tetapi juga

dapat meningkatkan tekstur krim dan efek mouthfeel yang creamy pada produk

seperti susu, es krim dan mentega bebas lemak tanpa mengubah atau merusak

aroma (Milano dan Maleki, 2012). Struktur kimia Carboxy Methyl Cellulose dapat

(12)

n

Gambar 3. Struktur kimia Carboxy Methyl Cellulose (Kristanoko, 1996)

Pembuatan Es Lilin

Pembuatan sari buah

Pembuatan sari buah dalam skala rumah tangga dapat dilakukan dengan

menyaring buah dengan kain saring atau diperas, untuk mempermudah proses

penyaringan maka buah tersebut dihaluskan dengan menggunakan blender serta

penambahan air. Penambahan air bertujuan memudahkan proses penghalusan. Di

industri pembuatan sari buah atau konsentrat alami dilakukan dengan

menggunakan ekstraktor mekanik. Kemudian konsentrat ini dapat dimaniskan dan

dicampur dengan air atau sari buah lain. Penambahan hidrokoloid bertujuan untuk

memperoleh produk es lilin yang baik (Karsinah, dkk., 2010).

Sifat fisik buah memberikan pengaruh terhadap kualitas sari buah terutama

dari tingkat kekentalan, kekeruhan, dan total padatan terlarut. Pengolahan buah

menjadi sari buah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sari buah encer

dengan penambahan air atau pengepresan sari buah murni dari buah dengan

kandungan air yang cukup tinggi dan sari buah yang dipekatkan dengan

(13)

Pemanasan

Pemanasan merupakan proses pengolahan pangan dengan menggunakan

panas. Pemanasan berperan penting dalam pengawetan dan peningkatan kualitas

produk. Namun tidak semua proses pemanasan memberikan keuntungan terutama

terhadap kandungan nutrisi kimia dalam produk yang rentan akan panas

(Latorre, dkk., 2012). Penggunaan suhu yang tinggi dapat menyebabkan

penurunan atau hilangnya senyawa-senyawa volatil seperti vitamin C dan

senyawa antioksidan, serta memberikan pengaruh terhadap mutu sensori seperti

warna dan kualitas rasa (Susanti dan Putri, 2014).

Pencampuran sari buah dan bahan tambahan lainnya seperti zat penstabil

dan gula cair dimasak dengan suhu 70-80oC selama 3 menit. Proses pemanasan ini

dapat disebut sebagai proses pasteurisasi. Dimana pasteurisasi bertujuan untuk

menonaktifkan mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kerusakan selama

proses penyimpanan (Buckle, dkk., 2009).

Mixing

Proses pencampuran atau mixing merupakan salah satu jenis pengolahan

dalam produksi produk pangan, mencakup kombinasi antara beberapa jenis bahan

baku produk berbeda yang dicampurkan hingga membentuk suatu campuran yang

homogen baik secara manual maupun dengan menggunakan mesin pencampuran

yang dikenal sebagai mixer. Proses pencampuran dipengaruhi oleh faktor

kecepatan pencampuran, jenis bahan, tingkat homogenitas bahan dari

pencampuran bahan yang dilakukan (Brennan, 2008).

Mixing merupakan unit operasi yang digunakan secara luas untuk berbagai

(14)

untuk mencampurkan dua cairan sehingga membentuk suatu campuran yang

homogen. Proses pencampuran dapat mengurangi konsentrasi dan suhu dalam

bahan sehingga memberikan efek yang menguntungkan. Mixing juga dapat

berguna untuk melarutkan bahan, pemanasan atau pendinginan bahan

(Cheremisinoff, 2000).

Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan mutu

produk dari kerusakan baik secara fisik maupun oleh adanya kontaminasi mikroba

sekaligus memperpanjang masa simpan suatu produk. Berbagai jenis pengemasan

dirancang sesuai dengan karakteristik produk dan bahan yang akan dikemas.

Tahapan pengemasan juga terdiri dari kemasan primer, sekunder dan tersier.

Plastik merupakan jenis kemasan yang paling umum digunakan, terutama jenis

plastik polipropilen yang paling banyak digunakan dalam pengemasan produk

minuman dan makanan, bersifat fleksibel, ringan, tahan akan suhu rendah, daya

rekat yang baik dan lebih tahan akan pengaruh kelembaban, oksigen, dan panas

(Vaclavik dan Christian, 2008).

Pengemasan merupakan bagian akhir dari suatu proses produksi, dimana

tahapan pengemasan mengarah pada peningkatan kualitas fisik produk yang

menentukan nilai akhir produk melalui penilaian konsumen atau pasar. Fungsi

dilakukannya proses pengemasan adalah sebagai wadah pembungkus produk,

untuk mengurangi terjadinya kerusakan fisik produk, untuk mengurangi terjadinya

kontaminasi, serta sebagai salah satu metoda pengawetan untuk memperpanjang

masa simpan produk yang dikemas. Jenis kemasan yang digunakan tergantung

(15)

plastik, kaleng, gelas), bentuk, ukuran, dan warna kemasan yang digunakan

(Coles, dkk., 2003).

Pembekuan

Salah satu upaya dalam mempertahankan umur simpan produk pangan

adalah dengan cara pembekuan, dengan menyimpan produk dibawah titik beku

produk sehingga mengubah wujud air produk dalam bentuk kristal es. Produk

pangan seperti pada jus sari buah yang dibekukan dapat disimpan tanpa

mengalami kerusakan selama setahun pada suhu -18oC (Karsinah, dkk., 2010).

Hal ini dikarenakan tidak tersedia air bebas yang dapat digunakan untuk

pertumbuhan mikroba sehingga produk lebih awet. Pembekuan produk dalam

jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan fisik terutama terjadi perubahan

warna, tekstur dan flavor (Vaclavik dan Christian, 2008).

Pembekuan produk dapat dibedakan menjadi pembekuan lambat dan

pembekuan cepat. Proses pembekuan lambat akan menyebabkan kristalisasi air

bahan pangan dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi ukuran granula kristal yang

dihasilkan lebih besar. Sedangkan pada pembekuan cepat, kristalisasi air bahan

terbentuk dalam jumlah yang besar sehingga ukuran granula kristal lebih kecil.

Ukuran granula kristal es yang besar cenderung menurunkan mutu sensori

(Hariyadi, 2007).

Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian Hartanti (2014) menunjukkan kandungan air yang besar

pada buah nenas berdampak terhadap penurunan mutu tekstur produk beku

(16)

memperlambat titik beku produk sehingga tekstur yang dihasilkan lebih lembut

dan padat.

Hasil penelitian Banerjee dan Bhattacharya (2012) menunjukkan bahwa

gelatin larut pada suhu pemanasan di atas 45 ºC dan RH 60% serta sifat kekuatan

gel dipengaruhi oleh aktivitas enzim, suhu dan pH. Penggunaan gelatin juga dapat

menjernihkan warna dan meningkatkan tekstur pada produk minuman jus buah

Gambar

Tabel 1. Kandungan nilai gizi markisa dalam 100 g bahan
Tabel 2. Kandungan gizi bengkuang dalam 100 g bahan
Tabel 3. Syarat mutu minuman sari buah
Gambar 1. Struktur kimia gelatin Gambar 1. Struktur kimia gelatin (Belitz, dkk., 2007)2007)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, we performed a volumetric MRI study in treatment-naive pediatric OCD patients focusing on the in vivo neuroanatomy of the thalamus before and after CBT to determine

The geometry of drainage of different order, longitudinal and across sections, the positions and angle in the joint of watercourses, the geometry of the

The Istanbul Congress offered more to youth: an international youth forum was organized and a summer camp for the students and young professionals was held near the

Pada musim hujan, terdapat kawasan daerah aliran sungai (DAS) yang ketika hujan cepat mengalami banjir, tetapi ada juga yang datangnya banjir lebih lambat, bahkan ada yang

Buatlah analisis, banyak manakah jenis tumbuhan yang bisa tumbuh dengan baik antara Kanada dan Indonesia, jelaskan

The AGSI aims to be financially self-sufficient as a non-profit NGO. It would be contradictory to many of its objectives to setup the AGSI as a commercial

Jika Saudara akan membuat peta tingkat kerawanan bencana tsunami pada suatu wilayah di pantai selatan Pulau Jawa dengan menggunakan SIG, peta apa sajakah yang diperlukan,

It is recommended to establish the Remote Sensing Center in “Faгo” Institute in Dushanbe and transform to the local staff the modern Remote Sensing technology and