BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara berperan dalam mengelola kompetensi negaranya untuk mencapai
peningkatan kesejahteraan, dalam pengelolaan ekonomi suatu bangsa diberi
kesempatan untuk menganalisis fakta dan kebijakan yang membentuk
kemampuan bangsa tersebut untuk menciptakan dan memelihara lingkungan
ekonominya yang menopang penciptaan nilai lebih tinggi bagi kemakmuran
rakyatnya.
Dengan adanya keterbukaan ekonomi antar negara maupun antar daerah
memberi kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat oleh pihak
luar. Meningkatnya kesadaran akan produktivitas dan peran saling bergantung
antar daerah di era globalisasi ini memberi pengaruh besar terhadap
perkembangan ekonomi negara maupun daerah serta menimbulkan persaingan
dalam menarik faktor-faktor produksi yang semakin ketat.
Perekonomian yang lebih kompetitif memberi peluang ekonomi untuk
tumbuh lebih cepat dan berkesinambungan, tingkat produktivitas turut
menentukan kesejahteraan yang dicapai masyarakat karena dengan tingkat
produktivitas tertentu akan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
berinvestasi kembali ke dalam perekonomian, sehingga perekonomian semakin
meningkat melalui produktivitas dari waktu ke waktu.
beberapa perubahan dalam tata pemerintahan melalui pembenahan tata
kelembagaan pemerintahan, pembenahan di bidang perencanaan perekonomian
dan sebagainya.
Kemajuan ekonomi suatu daerah sesungguhnya merupakan hasil kerja
banyak faktor. Sebagian maju karena anugrah sumber daya alam atau memiliki
posisi strategis dalam lanskap geografi-ekonomi tertentu, sebagian lagi karena
daerahnya memang sudah berkembang, terutama kota berbasis industri, jasa, dan
perdagangan, dengan skala ekonomi besar. Daerah berkembang juga dipengaruhi
oleh pemerintahnya, seperti ungkapan mahaguru manejemen Peter F.Drucker
(1194): sesungguhnya tidak ada negara/ daerah yang miskin, kecuali yang tak
terurus/ terkelola (There will be no poor countries. There will only be ignorant
countries).
Posisi Indonesia menurut laporan World Economic Forum (WEF) dalam
“Global competitiveness Report” tahun 2014-2015 berada di peringkat 34 dari 144
negara yang disurvei. Meskipun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya,
Indonesia masih posisi rendah bila dibandingkan dengan negara-negara Asia
seperti Jepang pada peringkat 6, Korea Selatan pada peringkat 26, Arab Saudi
pada peringkat 24, bahkan peringkat Indonesia lebih rendah dibandingkan
negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia pada peringkat 20, Thailand pada
peringkat 31 dan bahkan jauh tertinggal dibawah peringkat negara Singapura di
posisi peringkat 2. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Indonesia dalam
menghadapi persaingan pasar bebas Asia Pasifik (APEC) serta Masyarakat
Tingkat persaingan antar negara dari waktu ke waktu semakin tinggi
sebagai dampak dari munculnya fenomena globalisasi ekonomi, hal ini
menunjukkan tantangan sekaligus peluang semakin tingginya persaingan antar
negara ini tidak hanya berdampak pada perekonomian Indonesia secara
keseluruhan, tetapi juga akan berdampak langsung pada perekonomian daerah di
era otonomi daerah ini. Posisi daya saing Indonesia merupakan cerminan posisi
daya saing daerahnya (KPPOD, 2008).
Daya saing daerah menjadi salah satu itu isu dalam pembangunan daerah sejak diberlakukan kebijakan otonomi daerah. Pengukuran daya saing daerah selama ini banyak dilakukan melalui pemeringkatan sebagai benchmark daya saing daerah. Pemetaan daya saing daerah di Indonesia telah dilakukan terhadap semua kabupaten dan kota, yang menunjukkan peringkat daya saing masing-masing daerah. Peringkat daya saing daerah dinilai berdasarkan karakteristik daya saing input dan daya saing outputnya (Daryono, 2013).
Penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE-UNPAD (2008) dalam
neraca daya saing, Kabupaten Pakpak Bharat berada di peringkat ke-330 dari 434
kabupaten/ kota. Peringkat ini dibawah kabupaten/ kota lainnya di Sumatera Utara
Tabel 1.1
Peringkat Daya Saing Kabupaten/ kota
Nama Kabupaten Peringkat Keseluruhan Daya Saing
Kabupaten Asahan 73
Kabupaten Dairi 244
Kabupaten Deli Serdang 95
Kabupaten Tanah Karo 155
Kabupaten Labuhan Batu 65
Kabupaten Langkat 181
Kabupaten Mandailing Natal 321
Kabupaten Nias 294
Kabupaten Simalungun 214
Kabupaten Tapanuli Selatan 205
Kabupaten Tapanuli Tengah 352
Kota Binjai 141
Kota Medan 23
Kota Pematang Siantar 117
Kota Sibolga 131
Kota Tanjung Balai 108
Kota Tebing Tinggi 148
Kota Padang Sidempuan 259
Kabupaten Pakpak Bharat 330
Kabupaten Nias Selatan 224
Kabupaten Humbang Hasundutan 252
Kabupaten Serdang Bedagai 200
Kabupaten Samosir 146
Sumber: PPSK-BI (2008)
Berdasarkan input perekonomian daerah, Kabupaten Pakpak Bharat berada
pada peringkat 187 dari 434 kabupaten/ kota di Indonesia, namun Kabupaten
Pakpak Bharat masuk sepuluh persen peringkat terbawah daya saing kabupaten/
kota berdasarkan subindikator Infrastruktur, SDA dan Lingkungan , SDM dan
ketenagakerjaan.
Menurut data BPS, PDRB Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2012 atas
dasar harga berlaku sebesar Rp 420,52 miliar. Sedangkan berdasarkan atas dasar
harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 185,26 miliar. Sektor pertanian masih
mendominasi struktur PDRB paling besar di Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun
2012 sebesar 64,73 persen. Sedangkan sektor yang menjadi penyumbang terkecil
untuk nilai PDRB Kabupaten Pakpak Bharat adalah sektor pertambangan dan
penggalian, yaitu sebesar 0,05 persen. Besarnya sumbangan masing-masing sektor
perekonomian dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Pakpak Bharat pada
Persaingan antar daerah dalam menarik investasi semakin ketat, kebijakan
pembangunan daerah ditujukan pada peningkatan daya saing daerah yang
dilakukan berbagai tingkatan pemerintahan, termasuk Kabupaten Pakpak Bharat.
Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya
tarik daerah tersebut terhadap investasi, dan adanya iklim investasi yang kondusif.
Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi salah
satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang
berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan kualitas pelayanan
terhadap masyarakat. Kemampuan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang
dapat digunakan sebagai ukuran daya saing perekonomian daerah relatif terhadap
daerah lainnya juga sangat penting dalam upaya meningkatkan daya tariknya dan
memenangkan persaingan (KPPOD, 2003). Dengan demikian dengan
teridentifikasinya faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Pakpak Bharat,
pemerintah diharapkan dapat menetapkan kebijakan ekonomi untuk peningkatan
investasi dan perkembangan ekonomi daerah.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Determinan Daya Saing Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa yang menjadi penentu daya saing ekonomi Pakpak Bharat
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Pakpak Bharat
Tahun 2014
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian menjadi bahan masukan dan pengetahuan bagi pembaca
mengenai daya saing ekonomi
2. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi penulis lainnya
3. Hasil penelitian sebagai penambah dan pembanding hasil-hasil penelitian
dengan topik yang sama
4. Hasil penelitian sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Pakpak