• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Dan Politik (Analisis Korelasi Pengaruh Berita Politik Dalam Harian Tribun-Medan Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Media Dan Politik (Analisis Korelasi Pengaruh Berita Politik Dalam Harian Tribun-Medan Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa FISIP USU)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini menganalisis korelasi tentang pengaruh berita politik terhadap

pengetahuan politik masyarakat yakni mahasiswa. Dengan mengambil arena dan

konteks media masa Koran Harian Tribun, studi penelitian ini secara spesifik

mendeskripsikan apa pengaruh berita politik terhadap pengetahuan politik

(demokrasi, pemilu, partai politik) mahasiswa.

Latar belakang kajian penelitian ini berawal dari momentum demokrasi,

peran media massa sangat vital. Berfungsi menjaga keseimbangan sebuah entitas

negara dan masyarakat. Kebebasan pers termasuk media massa merupakan

keunggulan dalam rezim demokrasi. Sehingga menjadi pilar penting dalam

tegaknya berdemokrasi. Media massa memiliki fungsi kontrol. Karena melalui

transformasi informasi, media massa mampu mengerem laju kebijakan

pemerintah yang tidak memihak kepada kepentingan rakyat.

Media massa sangat erat hubungannya dengan kepentingan politik, karena

salah satu tujuan media yakni untuk membentuk pendapat umum mengenai

berbagai hal, terutama hal politik. Antara dunia politik atau politik praktis dengan

media terjalin hubungan yang saling membutuhkan dan bahkan saling

mempengaruhi. Media massa dengan fungsi persuasif yang mampu membentuk

(2)

politik yang sedang berkembang1

Merrill dan Lowenstein mengungkapkan bahwa media massa (surat kabar)

tunduk pada sistem pers, dan sistem pers itu sendiri tunduk pada sistem politik

yang ada. Artinya, dalam memberikan informasi kepada masyarakat atau dalam

penyampaian pesan, surat kabar harus berada dalam lingkaran regulasi yang

ditetapkan

. Dengan kata lain media massa dikenal sebagai

pembentuk opini publik yang efektif, dimana media massa mampu masuk ke

dalam alam bawah sadar seseorang, dan akhirnya mampu memengaruhi pemikiran

orang tersebut.

2

Pada perkembangannya, berbicara media massa sudah tidak bisa

dilepaskan lagi muatan – muatan politik dan begitu juga sebaliknya, berbicara

politik tidak bisa dilepaskan dari media yang memuatnya. Masa yang semakin

berkembang sekarang ini berita – berita politik bukan lagi menjadi sesuatu yang

tabu seperti yang pernah terjadi pada masa Orde Lama dan Orde Baru, atau hanya

milik orang-orang tertentu saja. Kini politik menjadi bagian dari masyarakat.

Bahwa politik itu adalah masyarakat itu sendiri, artinya bahwa setiap kehidupan

masyarakat tidak pernah terlepas dari politik, yang di dalamnya ada kegiatan

mempengaruhi, dan aturan – aturan maupun norma-norma yang mengikat setiap

kegiatan dalam masyarakat. .

1

Dan Nimmo, 1989. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal: 217

2

(3)

Sehingga media juga dianggap sebagai institusi sosial yang memfasilitasi

masyarakat menjalankan diskursus sosial. Dalam struktur intermedieri media

massa dapat dijadikan untuk mewujudkan hak politik rakyat secara komunikatif.

Dan sebagai ruang publik politis dimana setiap orang dapat menyampaikan

pendapat. Dengan kata lain penyambung realitas penyelenggaraan kekuasaan dan

realitas yang terjadi di masyarakat. Dalam beberapa pengalaman demokrasi di

sejumah negara di dunia, media massa selalu memainkan peranan penting paling

tidak dalam mensosialisasikan agenda –agenda politik yang seharusnya diketahui

publik3

Di Indonesia, dengan sistem pemilihan langsung yang didukung oleh

peran media secara maksimal, ke depam posisi dan peran partai politik akan

semakin berkurang. Media akan mulai menggeser peran –peran yang biasanya

dimainkan partai politik. Konsekuensinya, besar kecilnya partai tidak akan lagi

memberikan efek signifikan dalam memperoleh kemenangan politik yang

dilakukan melalui proses pemilihan umum .

4

Cara-cara media menampilkan peristiwa-peristiwa politik dapat

mempengaruhi persepsi masyarakat dan aktor politik mengenai perkembangan

politik. Keikutsertaan media dalam mengubah sistem politik dengan melalui

pembentukan opini publik atau pendapat umum yakni, upaya pembangunan sikap

dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik atau aktor politik. Dalam .

3 Asep Saeful Muhtadi, 2008. Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik Pasca-Orde

Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal:5

4

(4)

kerangka ini media menyampaikan pemberitaan-pemberitaan politik kepada

khalayak5

Berbagai informasi tersebut tentu sangat dibutuhkan masyarakat, terlebih

mereka yang telah memiliki hak pilih dalam pemilu. Terlebih lagi bagi pemilih

muda, yang pada pemilu 2014 baru pertama kali hendak memberikan hak suara

mereka. Pengetahuan maupun pendidikan politik tentang demokrasi, sistem

pemilu legislatif, DPD, informasi seputar pemilu presiden dan wakil presiden, tata . Penyampaiannya dalam berbagai bentuk, antara lain berupa audio,

visual maupun audio-visual yang didalamnya terdapat simbol politik dan fakta

politik. Dan dimuat dalam media cetak maupun media elektonik.

Melihat pengaruh media yang dipaparkan di atas, media massa termasuk

koran tentu pantas diberi apresiasi karena fungsinya dalam memberikan tentang

berbagai isu penting terkait dinamika politik yang terjadi selama ini. Misalnya

intensifitas pemberitaan media massa terhadap berbagai isu pemilu 2014. Kisruh

tentang Daftar Pemilih Tetap (DPT), kegiatan kampanye para caleg, berbagai

regulasi pemilu dari penyelenggara pemilu, hingga polemik tentang nama capres

terpopuler hasil sebuah survey, semuanya tidak luput dari pemberitaan media

massa. Selain itu masyarakat juga dapat mengetahui perilaku politik para

pemerintah, peristiwa politik dari berbagai media massa sebelum mereka akhirnya

membuat suatu kesimpulan dari informasi yang diterimanya dari media.

5 Ibnu Hamad, 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical

(5)

cara pemberian suara, sampai hal – hal teknis bagaimana penentuan caleg terpilih,

tentu sangat dibutuhkan mereka. Di tengah keterbatasan sosialisasi pemilu dari

penyelenggara pemilu seperti KPU, pemilih muda tentu sangat terbantu saat

fungsi tersebut sebagian diambilalih oleh media massa. Argumentasi inilah yang

menjadikan dasar bagi peneliti bahwa penelitian ini menarik dan penting untuk

dilakukan.

Lantas mengapa mahasiswa (pemuda) sebagai objek penelitian? Hal ini

didasari oleh kaum muda atau masyarakat intelektual (mahasiswa) dikatakan

sebagai tulang punggung suatu negara merupakan ungkapan yang sangat tepat.

Generasi muda adalah posisi poros berlangsungnya kehidupan suatu masyarakat

dan Negara. Oleh Jack Newfield, menilai kelompok minoritas mahasiswa itu

sebagai “a propetic minority”6

6

Denny J.A, 2006, Gerakan Mahasiswa dan Politik Kaum Muda Era 80-an, Yogyakarta: LKIS, hal:xxxiv

. Mahasiswa adalah kelompok minoritas dalam

masyarakat bangsa. Bahkan para aktivis yang disebut kaum radikal baru itu

hanyalah minoritas juga dalam populasi mahasiswa. Tetapi mereka memainkann

peranan yang profetik. Mereka melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang

tidak atau belum dipikirkan masyarakat umumnya. Tidak sekedar perubahan –

perubahan marginal, melainkan perubahan fundamental. Memikirkan suatu proses

transformasi. Kekuatan ini dibuktikan ketika mahasiswa menyatukan persepsi

pada tahun 1997 tentang keotoriteran rezim Orde Baru mampu melahirkan sebuah

(6)

Maka, tepatlah kiranya jika peneliti mencoba menyajikan kaum terpelajar

yang tentunya kaum muda yakni yang masih mengecap perkuliahan disalah satu

Perguruan Tinggi Negeri di Sumatera Utara sebagai objek penelitian yakni

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik salah satunya. Alasanny, mahasiswa FISIP USU

merupakan mahasiswa yang setidaknya sedikit banyak memahami dan tidak asing

lagi terhadap dinamika sosial politik di tingkat lokal maupun nasional.

Dari argumentasi di atas dapat diajukan sebuah asumsi atau kesimpulan

sementara bahwa pendidikan politik sangat penting bagi mahasiswa selaku kaum

intelektual. Fungsi pendidikan politik dan sosialisasi politik ini dapat dilakukan

oleh berbagai pihak dan lembaga, diantaranya partai politik, pemerintah dan

media massa. Dan ketertarikan penulis berita politik dalam media massa harian

tribun medan terhadap permasalahan pengetahuan politik, berawal dari ketika

penulis mengadakan survei kecil-kecilan terhadap 10 orang mahasiswa FISIP

USU (Jurusan Politik, Administrasi Negara, Komunikasi, Antropologi dan

Sosiologi) yang dipilih secara acak dengan mengajukan pertanyaan seputar media

koran apa yang sering diakes dalam mencari informasi seputar sosial politik.

Pertanyaan saya ajukan adalah pertanyaan yang paling mendasar, yakni:

apa yang terlintas dibenak anda ketika mendengar istilah politik? Menurut anda

koran apa saja yang menyediakan informasi seputar sosial politik? Koran apa

yang sering anda beli dan anda baca beserta alasanya? 7 orang menyebutkan,

politik itu adalah kekuasaan. Maka, ketika saya melanjutkan bertanya mengenai

(7)

Waspada, Tribun, SIB, Sindo. Terakhir, koran apa yang sering anda baca dan beli

mereka menjawab Tribun, Waspada, Kompas. Dengan alasanya Tribun murah,

ada informasi seputar pemilu, dan Tribun juga menyediakan informasi dalam

bentuk media elektronik/ Tribun news.com, sedangkan sesekali koran kompas

sebab harganya cukup mahal bagi kalangan mahasiswa. Dan tiga orang lainnya

mengatakan tidak mengerti apa itu politik, dan mereka tidak perduli dengan

politik kemudian menambahkan mereka jarang membaca koran.

Dari pernyataan dan kenyataan diatas, dapat diajukan sebuah prasangka

atau kesimpulan sementara bahwa pengetahuan politik mahasiswa FISIP USU

cukup baik. Selanjutnya karena dari berbagai fakta dan data yang disajikan

sementara, media massa yang dipilih dalam penelitian ini adalah media harian

Tribun. Argumen inilah mengapa media Tribun yang dijadikan salah satu alasan

peneliti sebagai fokus media penelitian.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh berita politik yang

ada pada media massa Tribun terhadap pengetahuan politik mahasiswa?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk:

Mendiskripsikan dan memberikan explanasi mengenai korelasi pengaruh

(8)

berita-berita politik di media massa. Pengetahuan politik yang dimaksud yakni

menyangkut: politik, demokrasi, pemilu maupun partai politik yang ikut

berkompetisi dalam pemilu.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi

peneliti, pengembangan ilmu pengetahuan, maupun masyarakat diantaranya;

1. Bagi Peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan

khususnya dalam penelitian, sehingga mampu mengungkapkan

permasalahan yang dihadapi.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diantaranya

mengenai berbagai aspek dari pengaruh media massa dan pengetahuan

politik

3. Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pendidikan politik. Serta

diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran

secara konseptual, khususnya yang berorientasi kepada peningkatan mutu

pendidikan politik masyarakat.

1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Media Massa

Dalam sebuah penelitian, teori-teori merupakan alat atau ‘tool’ untuk

menjelaskan fenomena yang akan diteliti. Teori-teori yang digunakan harus

(9)

dalam hal ini adalah peristiwa politik. Menurut Miriam Budiardjo teori adalah

bahasan dan renungan atas; tujuan kegiatan, cara-cara mencapai tujuan,

kemungkinan-kemungkinan atau prediksi, dan kewajiban yang diakibatkan oleh

tujuan7

Marshal McLuhan salah seorang ilmuwan yang mendalami media pernah

mengatakan “the medium is the message” alat yang kita pakai untuk

menyampaikan pesan .

8

Mengacu pada etimologis pada istilah media massa “mass medium”

diartikan sebagai beberapa sarana (means), perantara (agency) atau alat-alat

(instrument) yang mengkomunikasikan ide-ide, sikap, kesan atau images, harapan

kepada sejumlah besar masyarakat luas. Dengan demikian bentuk- bentuk media

meliputi bukan hanya bentuk- bentuk cetakan dan elektronik yang umumnya

diklasifikasikan sebagai media massa; Koran, radio, televise, film dan buku, tetapi

juga meliputi bentuk- bentuk lain secara luas seperti komik, drama, graffiti, poster

dan pakaian

. Secara etimologis, istilah media berasal dari bahasa

Yunani mediare yang berarti pengantar, sarana penghubung atau alat yang

digunakan untuk menyampaikan sesuatu.

9

7

Miriam Budiardjo, 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka, hal:30

8

Jacob Oetama (pengantar) Asa Briggs dan Peter Burke, 2006. Sejarah Sosial Media Dari Gutenberg Sampai Internet, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal:xi

9

Henny S Widyaningsih, 2004. Konsep Media Massa, Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka, hal:32

(10)

Secara teori media massa adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk

menyampaikan pesan. Menurut Innis, teori dampak sosial komunikasi massa

terdiri dari dua bagian yakni lisan dan tertulis10

1.5.2. Media Massa Dan Politik

. Media massa menjadi penting

karena memang memiliki kekuatan. Bukan sekedar mampu menyampaikan pesan

kepada khalayak tetapi lebih karena media menjalankan fungsi mendidik,

mempengaruhi, menginformasikan dan menghibur. Dengan fungsi demikian maka

media massa memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran, mengubah sikap,

pendapat atau persepsi masyarakat tertahadap suatu hal. Persepsi masyarakat

karena pengaruh pemberitaan media massa, bisa berubah menjadi positif maupun

negatif tergantung bagaimana pikiran yang terbentuk dibenak masyarakat setelah

mendapat informasi mengenai hal tertentu.

Diskusi mengenai hubungan antara media dengan politik (kekuasaan)

selama ini cenderung menempatkan posisi media hanya sebatas alat kekuasaan

dari rezim. Pandangan seperti ini berpijak pada beberapa analisis yang

menempatkan fungsi ideologi media sebagai alat merekayasa kesepakatan tatanan

sosial-politik (Herman dan Chomsky, 1989). Dalam istilah lain, media adalah

bagian dari ideologi aparatur negara (Althausser, 1971) dan berfungsi untuk

memelihara hegemoni kekuasaam (Tuchman, 1974) dalam Ishadi11

10

Dan Nimmo, Op,Cit, hal: 169

11

Ishadi SK, 2014. Media dan Kekuasaan, Televisi Di Hari -Hari Terakhir Presiden Soeharto, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, hal:29

(11)

Menempatkan media hanya sebagai alat kekuasaan berarti menganggap

medan media adalah medan yang statis. Padahal di dalamnya terdapat interaksi

kompleks antara para agen, khususnya para jurnalis media, pemilik modal, dan

bahkan pihak keamanan sebagai representasi langsung negara. Media digerakkan

secara dinamis, khususnya oleh para pekerja di bidang tersebut. Ada tiga peran

yang dimainkan oleh media dalam hubungannya dengan kekuasaan, yakni media

sebagai alat politik (political tool), pendukung kritis (critical supporter), dan

pembangkang (spoiler) dari rezim12

Sejalan dengan pemikiran Louis Althusser, yang pernah menulis bahwa

media dalam hubungannya dengan politik (kekuasaan) menempati posisi strategis,

terutama karena media memiliki kemampuan sebagai sarana legitimasi. Media

(massa) sebagaimana lembaga- lembaga pendidikan, agama, seni dan kebudayaan,

merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis untuk

mempengaruhi masyarakat atas rezim yang berkuasa (ideological states

apparatus). Namun bagi Antonio Gramsci media merupakan arena pergulatan

antar ideology yang saling berkompetisi .

13

Gramsci melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideology dan

kepentingan direpresentasikan. Dengan demikian, di satu sisi media bisa menjadi

sarana penyebaran ideology penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana .

12

Ishadi, ibid, hal: 30

13

(12)

serta sebagai alat untuk menyebarkan propaganda atas eksistensi dirinya. Dan di

sisi lain media bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa

menjadi alat untuk membangun kultur dan ideology dominan bagi kepentingan

kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrument bagi kaum tertindas untuk

membangun kultur tandingan.

Media massa merupakan sebagai suatu alat untuk menyampaikan

informasi, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai

kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik,

antara lain karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas

suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia

representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris14

Di dalam masyarakat modern manapun, media memainkan peranan

penting untuk perkembangan politik masyarakatnya. Media penyiaran, surat

kabar, film, media cetak seperti pamphlet dan bentuk komunikasi lain .

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebenarnya media berada pada

posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa ia dapat memberikan pengaruh –

pengaruh positif maupun negatif. Tentu saja, atribut – atribut yang sangat relative,

bergantung pada dimensi kepentingan yang diwakili.

14

(13)

menciptakan kerangka berfikir yang sama bagi semua warga masyarakat. Media

meneruskan pengetahuan serta nilai – nilai dari generasi terdahulu15

1. kebutuhan kognitif

.

Beberapa pakar komunikasi seperti Katz, Gurevitch dan Hass (Wiryanto,

2000:66) mengidentifikasi lima kelompok kebutuhan dalam hal penggunaan

media, yaitu;

2. kebutuhan afektif

3. kebutuhan integrative

4. kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan dunia

luar

5. kebutuhan untuk melepaskan ketegangan

Dapat dilihat bahwa khalayak mengkonsumsi media massa untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri, dapat juga dimaksudkan bahwa ketika seseorang

memutuskan untuk mengkonsumsi media massa baik cetak maupun elektronik,

tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang dicapainya, yakni berupa

kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan diatas.

Media massa memiliki kekuatan yang sangat signifikan dalam komunikasi

politik untuk mempengaruhi khalayak. Terlebih lagi media massa presitisius

(cukup familiar) yang biasanya menjadi rujukan publik dalam berperilaku politik

karena isi media prestisius dipercaya oleh khalayak. Bahwa media apapun

15

(14)

kategorinya berfungsi sebagai alat pelipatganda pesan (multiflier of messages)

yang berkaitan dengan saluran lainnya16

Berberapa jenis fungsi media

. Alhasil pencitraan atau gambaran yang

diberikan oleh media mengenai kekuatan-kekuatan politik yang akan memberi

dampak yang signifikan serta menyebar dan menjangkau khalayak yang sangat

banyak

17

1. Penyebaran/teori persuasi dan informasi. Media massa mendifusikan

informasi dan mempersuasi. Dalam teori informasi, komunikasi massa

terdiri dari serangkaian sistem yang menyampaikan informasi dengan cara

bersambung dan berurutan.

menurut Marshall Mc Luhan:

2. Teori permainan. Politik dari titik pandang publik dilihat sebagai

permainan. Ilmuan Politik Murray Edelman, dalam membedakan

informasi mengemukakan bahwa akibat komunikasi politik massa

terutama permainan, informasi politik semantik.

3. Teori parasosial. Komunikasi berfungsi memenuhi kebutuhan manusia

akan interaksi sosial. Hal ini tercapai jika media massa memberi peluang

bagi hubungan parasosial18

Berdasarkan kemungkinan yang dapat diperankan tersebut, media

merupakan sebuah kekuatan besar yang sangat diperhitungkan. Dalam kehidupan .

16 Ibnu Hamad, 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical

Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, Jakarta: Granit, hal: 30

17 Dan Nimmo, Op,Cit, hal:172 18

(15)

social, ekonomi, dan politik, media sering ditempatkan sebagai salah satu variable

yang determinan. Bahkan media dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi

dapat pula dipandang sebagai factor yang menentukan dalam proses perubahan

social budaya dan politik. Oleh karena itu dalam konteks media sebagai institusi

informasi, Karl Deutch menyebutkan sebagai “urat nadi pemerintah” (the nerves

of government). Hanya mereka yang mempunyai akses kepada informasi yang

akan menguasai percaturan kekuasaan. Atau paling tidak urat nadi pemerintah itu

berada pada jarring- jarring informasi19

1.5.3. Pengetahuan Politik

.

Sebelum menjelaskan pengertian pengetahuan politik maka, ada baiknya

terlebih dahulu dipaparkan pengertian dari pengetahuan. Pengetahuan, kata

dasarnya ‘tahu’, mendapat awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan ‘pe-an’ disini

menunjukkan adanya proses mengetahui20

1. Faktor internal, yaitu dari dalam diri manusia. Ingin tahu mengenai

segala hal dalam taraf yang bagaimanapun secara benar dan

berlangsung terus-menerus sampai mendapatkan kepuasan. .

Objek pengetahuan bisa berupa benda mati, seperti media massa cetak,

bisa makluk hidup seperi manusia, binatang dan tumbuhan, dan bisa juga Sang

Pencipta sendiri. Keingintahuan ditentukan oleh dua factor;

19 Lihat Alex Sobur, 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal: 31

(16)

2. Faktor eksternal, yaitu dari dorongan dari luar diri manusia. Berupa

tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan21

Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan, pemikiran, insting dan

lain-lain. Melalui penginderaan mahasiswa bisa memperoleh pengetahuan salah

satunya dengan membaca, mendengar, dan melihat. Sehingga dapat menganalisis

suatu persoalan dan menyikapi persoalan tersebut dengan suatu tindakan. Atau

penarikan kesimpulan melalui proses berpikir.

.

Untuk mengetahui sejauh mana seseorang memiliki pengetahuan, terlebih

dahulu kita melihat unsur-unsur dari pengetahuan tersebut. Ada beberapa ahli

dalam bidang pendidikan yang mengkategorisasikan pengetahuan, yang pertama

adalah Benjamin Bloom. Bloom mengklsifikasikan pengetahuan menjadi tiga

domain22

a. Domain kognitif terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Misalnya: mengingat informasi,memahami

informasi, menggunakan pengetahuan untuk memecahkan

problem/permasalahan, kemudian memecah informasi yang kompleks dan

mengaitkan dengan informasi lain, mengkombinasikan elemene dan

menciptakan informasi, kemudian membuat penilaian dan keputusan. yakni;

b. Domain afektif yaitu menyangkut emosional dan perasaan individu yang

terdiri dari: penerimaan, respon, menghargai, mengorganisasikan, dan

21Suhartono, ibid, hal:66

22 John Santrock, 2007. Psikologi Pendidikan, dialihbahasakan oleh Tri Wibowo, dengan judul asli

(17)

menghargai karakter. Misalnya: mengetahui/memperhatikan lingkungan,

berkomitmen, dan mengintegrasikan nilai baru.

c. Domain psikomotorik yaitu kecenderungan bertindak, terdiri dari: gerak

refleks, gerak fundamental, kemampuan perceptual, kemampuan fisik,

gerakan terlatih, dan perilaku non diskusi. Misalnya: merespon stimulus,

menggunakan indera, kekuatan, fleksibilitas, keterampilan fisik,

mengkomunikasikan perasaan lewat gerakan fisik23

Seperti yang telah dikemukakan terlebih dahulu bahwa yang akan dilihat

dalam penelitian yang hendak dilakukan adalah domain kognisi atau pengetahuan

kognitif mahasiswa. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi kognisi individu ada

beberapa faktor yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya: pertama, sifat

dan proses pembelajaran, artinya mahasiswa mengkonstruksikan makna dari

infomasi yang diperoleh dari media dan fakta-fakta politik.

Kedua, tujuan proses pembelajaran, artinya ketika menyadari bahwa ia

harus turut serta dalam peristiwa atau proses politik maka ia akan berusaha untuk

mencari tahu tentang politik baik dari media maupun buku dan sarana lainnya.

Ketiga, konstruksi pengetahuan, artinya mahasiswa menghubungkan informasi

baru yang dia dapatkan dari media dengan pengetahuan politik yang sudah

dimiliki dengan cara yang mengandung makna tertentu. .

1.5.4. Isu – Isu Dalam Pengetahuan Politik

23

(18)

Seperti yang telah dikemukakan terlebih dahulu bahwa dalam penelitian

ini, isu-isu dan fakta-fakta pengetahuan politik yang akan dilihat adalah

mengenai;

1.5.4.1. Demokrasi

Demokrasi telah dianggap sebagai sebuah instrumen dalam menjalankan

sebuah konsepsi negara yang ideal dalam menjawab persoalan dan penegakan

kekuasaan rakyat. Hal yang mengarah kepada sebuah tipekal khusus dalam

pengertian dalam menghasilkan kepemimpinan dan tertib politik negara yang

mendekati sempurna dalam pengaturan hak politik masyarakat

Oleh karenanya, pemerintahan yang demokratis mengandaikan pemisahan

kekuasaan dalam tiga wilayah institusi yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Suatu pemerintahan dikatakan demokratis jika terdapat indikator utama yaitu

keterwakilan, partisipasi dan kontrol terhadap penyelenggaraan pemerintahan oleh

ketiga institusi tersebut. Prinsip partisipasi menjamin aspek keikutsertaan rakyat

dalam proses perencanaan pembangunan daerah; atau keikutsertaan rakyat dalam

proses pemilihan wakil dalam lembaga politik; sedangkan prinsip kontrol

menekankan pada aspek akuntabilitas pemerintahan. Dalam demokrasi, aspek

kelembagaan merupakan keutamaan dari berlangsungnya praktik politik yang

demokratis, sehingga, terdapat partai politik, pemilihan umum dan pers bebas.

Sebuah demokrasi yang terus tumbuh dan berkembang dalam proses

(19)

dan rakyatnya, kesemuanya adalah hal yang diharapkan akan bermuara pada

sebuah kondisi perpolitikan yang ideal24

“kriteria demokrasi ideal selalu menuntut berbagai hal sehingga

tidak ada rezim aktual yang mampu memahami secara utuh..., ketika

mencari demokrasi ideal maka tidak ada rezim yang demokratis”

. Walau hal ini sulit dimungkinkan,

seperti apa yang diungkapkan oleh Robert Dahl;

25

Lebih lanjut Robert A. Dahl menjelaskan bahwa terdapat prinsip dalam

Negara demokrasi, diantaranya pertama, Adanya kontrol atau kendali atas

keputusan pemerintahan. Kedua, adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Ketiga,

Adanya hak memilih dan dipilih. Keempat, adanya kebebasan menyatakan

pendapat tanpa ancaman. Kelima, adanya kebebasan mengakses informasi.

Keenam, adanya kebebasan berserikat yang terbuka

.

26

Istilah demokrasi sebenarnya dipahami sebagai sebuah ruang lingkup yang

sangat luas. Apapun bentuknya, fenomena demokrasi sangat menarik untuk

dibicarakan, begitu pula di Indonesia. Apalagi jika dikaitkan dengan kenyataan,

bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang masih menjadikan proses

demokratisasi sebagai sebuah tumpuan. Pasca orde baru di Indonesia istilah

demokrasi hampir selalu dibicarakan secara berkaitan dengan pembentukan sistem

politik yang mencerminkan prinsip keterwakilan, partisipasi, dan kontrol. .

24

Robert Dahl 1982. Dilema Demokrasi Pluralis, Jakarta: Rajawali, hal:7

25

Robert Dahl, ibid, hal:7

26

(20)

Indonesia yang secara eksplisit memahami dan bertegak dalam kedaulatan rakyat

turut melaksanakan demokrasi dengan variannya tersendiri.

1.5.4.2. Pemilihan Umum

Di Indonesia demokrasi dan Pemilihan Umum (PEMILU) sebagai

instrumen demokrasi itu sendiri, turut mengikutsertakan partisipasi kualitas

masyarakat dalam mewujudkan aspirasinya yang disalurkan melalui wadah partai

politik, serta kekuatan sosial politik yang dibawa kepada muara pemilihan dan

penetapan perwakilan politiknya baik di lembaga legislatif maupun eksekutif

pemerintahan.

Sejarah PEMILU di Indonesia juga merupakan sebuah bukti dari bentuk

aktualisasi dan agregasi kepentingan masyarakat yang dilembagakan melalui

berbagai proses dan instrumen demokrasi tersebut. Entitas masyarakat yang turut

berafilasi dengan kekuatan membentuk sebuah wadah kepentingan bersama untuk

memenangkan berbagai pemilihan perwakilan politik. Didorong pula kepada

sebuah perubahan warna dan dinamika akibat dari konstalasi politik di Indonesia

yang memasuki trasnsisi demokrasi yang diawali dengan Reformasi 1998, telah

membawa banyak perubahan politik di Indonesia.

Sebagai sebuah implementasi terhadap partisipasi politik masyarakat

dalam bentuknya maka lahirlah sistem PEMILU, dalam pengertiannya pemilihan

umum merupakan suatu kegiatan yang sering diidentikkan sebagai suatu ajang

(21)

memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota ataupun memilih

Bupati dan Wakil Bupati berdasarkan per Undang-Undangan yang berlaku.

Melalui pemilihan umum, maka hak asasi rakyat dapat disalurkan, demikian juga

halnya dengan hak untuk sama didepan hukum dan pemerintahan27

1.5.4.3. Partai Politik

.

Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD 1945,

maka kekuasaan untuk menentukan corak dan cara pemerintahan sesungguhnya

berada di tangan rakyat. Kedaulatan tersebut dilaksanakan menurut ketentuan

UUD, yaitu oleh lembaga negara, dan oleh rakyat yang diantaranya melalui

mekanisme pemilihan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 22 E UUD 1945.

Pemilihan umum juga dapat dilihat sebagai mekanisme yang menghubungkan

antara infrastruktur politik dan suprastruktur politik. Pemilu juga merupakan

mekanisme transformasi aspirasi politik partai menjadi kebijakan negara

Pengertian partai politik menurut Roy C. Macridis, Partai politik adalah

asosiasi yang mengaktifkan. Memobilisasi rakyat, dan mewakili kepentingan

tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat-pendapat yang bersaing, dan

memunculkan kepemimpinan politik, serta digunakan sebagai alat untuk

memperoleh kekuasaan dan untuk memerintah28

27

Mahfud, 1999. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media, hal:221-222

28

(22)

Menurut pendapat Rusadi Kantaprawira, Partai politik adalah organisasi

manusia dimana di dalamnya terdapat pembagian tugas dan petugas untuk

mencapai suatu tujuan, mempunyai ideologi (political doctrine, political ideal,

political thesis, ideal objective, dan mempunyai program politik (political

platform, material objective) sebagai rencana pelaksanaan atau cara pencapaian

tujuan secara lebih pragmatis menurut pentahapan jangka dekat sampai yang

jangka panjang serta mempunyai ciri berupa keinginan berkuasa29

Menurut Miriam Budiarjo, Partai politik adalah suatu kelompok yang

terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan

cita-cita yang sama, tujuannya untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut

kedudukan politik dengan cara konstitusional

.

30

Menurut pendapat Sigmund Neumann, Partai politik adalah organisasi

artikulasi yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat,

yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan

pemerintah dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan

beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Dengan

demikian Partai Politik merupakan perantara besar yang menghubungkan

kekuatan kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintah yang

resmi dan mengkaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang

lebih luas. Partai politik tidak saja sekedar badan yang menyaingi, dengan .

29 Ahmad Farhan Hamid, ibid, hal:8

30

(23)

persetujuan, pemisahan dan partisipasinya yang khas, tetapi juga perlu diingat

bahwa masingmasing kelompok yang terpisah itu pada intinya merupakan bagian

dari keseluruhan31

1. Partai Porto

.

Sedikitnya terdapat lima jenis partai yang dapat dikenali berdasarkan basis

ideologi, yakni :

Partai ini belum memiliki organisasi dan hanya merupakan pengelompokan

kepentingan daerah atau ideology yang berkembang dalam masyarakat tertentu.

Tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat seperti dewasa ini. Partai

semacam ini muncul di Eropa Barat sekitar abad pertengahanhingga akhir abad

ke-19. Ciri paling menonjol partai porto adalah perbedaan antara kelompok

anggota dengan non anggota. Partai porto belum menunjukkan ciri sebagai partai

politik dalam pengertian modern.

2. Partai Massa

Partai Massa muncul pada saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga

dianggap sebagai suatu respon politisi dan organisasional bagi perluasan hak-hak

pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai

massa dibentuk di luar perlemen (extraparlemen). Partai tipe ini berorientasi pada

basis pendukung yang lebih luas, seperti; buruh, petani, kelompok agama dan

31

(24)

memiliki ideology yang jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan

organisasi yang cukup rapi dalam mewujudkan tujuan ideologisnya.

3. Partai Kader

Partai kader merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai porto. Partai ini

muncul sebelum diterapkannya system hak pilih secara luas bagi rakyat sehingga

bergantung pada masyarakat kelas menegah keatas yang memiliki hak pilih,

keanggotaan yang terbatas, kepemimpinan, serta para pemberi dana. Tingkat

organisasi dan ideologi partai kader sesungguhnya masih rendah kaerna

aktifitasnya jarang didasarkan pada program dan organisasi yang kuat. Kelahiran

partai ini biasanya dari dalam parlemen (intra-parlemen). Orientasi partai kader

adalah pada pendidikan politik dan kurang mementingkan massa32

4. Partai Ditaktoral

.

Partai ditaktoral merupakan sub tipe partai massa tetapi memiliki ideologi yang

lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan control yang sangat

ketat kepada pengurus dan anggota. Untuk diterima sebagai anggota partai

seseorang harus lebih dahulu diuji kesetiaan dan komitmennya terhadap ideology

partai. Partai radikal menuntut pengabdian total dari para anggotanya33

5. Partai Catch-all.

.

32

Ichlasul Amal (edt). 1996. Teori-teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta : PT. Tiara Wacana.

33

(25)

Disebut juga umbrella party (partai payung), merupakan gabungan dari partai

kader dan partai massa. Istilah partai catch-all pertama kali diperkenalkan oleh

Otto Kirchheimer. Istilah ini merujuk pada perhimpunan yang menampung

kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya. Tujuan utama

partai ini adalah memenangkan pemilihan dengan cara menawarkan

programprogram dan keuntungan bagi anggotanya sebagai ganti ideologi yang

kaku34

Sebagai fungsi partai politik di dalam negara demokrasi, Partai Politik

menyelenggarakan beberapa fungsi .

35

1. Partai Politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Dalam hal ini,

partai politik merumuskan kebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari

masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada

pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah kebijakan. Proses ini

menunjukkan bahwa komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat

dapat dijembatani oleh oartai politik. Dan bagi partai politik dapat

mengartikulasikan aspirasi rakyat merupakan suatu kewajiban yang tidak

dapat diletakkan, terutama bila partai politik tersebut ingin teteap eksis

dalam kancah politik nasional

, yaitu :

36

2. Partai Politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan

.

34Ichlasul Amal (edt)

35 Miriam, Budiardjo, Op,Cit, hal: 17 36

(26)

Partai politik berkewajiban untuk mensosialisasikan wacana politiknya kepada

masyarakat. Wacana politik dari sebuahn partai politik dapat dilihat melelui visi,

misi, platform, dan program partai tersebut. Dengan sosialisasi wacana politik ini

diharapkan masyarakat akan menjadi semakin dewasa dan terdidik dalam politik.

Sosialisasi dan pendidikan politik ini memposisikan masyarakat sebagai subyek,

tidak lagi sebagai obyek

3. Partai Politik berfungsi sebagai saran rekruitmen politik

Partai politik berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekruitmen dalam rangka

mengisi posisi dan jabatan politik tertentu. Dengan adanya rekruitmen politik

maka dimungkinkan terjadinya rotasi clan mobilitas politik. Tanpa rotasi dan

mobilitas politik pada sebuah system politik maka akan muncul ditaktorisme dan

stagnasi politik dalam sistem tersebut

4. Partai Politik berfungsi sebagai sarana peredam dan pengatur konflik.

Dalam negara demokrasi yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya perbedaan

dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar. Akan tetapi pada

masyarakat yang heterogen sifatnya, perbedaan pendapat baik yang berdasarkan

etnis, status sosial ekonomi atau agama mudah sekali mengundang konflik.

Pertikaian-pertikaian yang ada dapat diatasi dengan bantuan partai politik,

sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-akibat

negatifnya seminimal mungkin37

37

(27)

1.6. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pengukuran dan analisis data

pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara teori

penelitian kuantitatif, merupakan penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka

dan dianalisis dengan teknik statistik. Oleh Bambang menjelaskan bahwa

penelitian kuantitatif dilihat dari berbagai asumsi sebagai berikut: Rasional, bebas

nilai, objektif, ilmu adalah cara terbaik memperoleh pengetahuan, deduktif,

menemukan hukum universal dan mencari penjelasan38

Penelitian yang sering menggunakan cara ini adalah deskriptif (survai),

korelasional, eksperimen, dan kausal komparatif. Dimana oleh bungin

menyebutkan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dalam

masyarakat mengenai objek penelitian

.

39

1.6.1. Populasi Penelitian

.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang mempunyai

karakteristik tertentu dalam suatu penelitian atau keseluruhan gejala atau satuan

yang ingin diteliti40

38

Bambang Prasetyo, 2005. Metode Penelitian Kuantatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal: 33

39 Burhan Bungin, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta; Prenada Media, hal: 48 40 Bambang Prasetyo, 2005. Metode Penelitian Kuantatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja

(28)

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas ISIP

USU program S-1 stambuk 2012-2013. Mahasiswa stambuk 2010 dan 2011 tidak

dimasukkan lagi dalam populasi penelitian ini karena kebanyakan dari mereka

sudah jarang datang ke kampus mengingat sudah banyak yang mengikuti

perkualiahn praktek kuliah lapangan (PKL) maupun sudah banyak yang

menyusun tugas akhir (skripsi). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1692

orang. Berikut tabulasi jumlah mahasiswa FISIP USU yang dijabarkan pada tabel

1 di bawah ini:

Tabel.1

Data Mahasiswa FISIP USU

No Departemen Angkatan Jumlah Mahasiswa Aktif

1 Ilmu Komunikasi 2012 / 2013

7 Ilmu Administrasi Niaga

/ Bisnis

8 Administrasi Perpajakan 2012 / 2013

2011 / 2012

(29)

Jumlah 250

Jumlah Total 1692

Sumber : diolah dari data Bagian Akademik FISIP USU

1.6.2. Sampel Penelitian

Teknik penarikan sampel ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas

dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti.

Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut

tidak dijadikan sampel. Accidental sampling dilakukan dengan cara mengambil

subjek, bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas

adanya tujuan tertentu41

Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini merujuk pada rumus yang

kemukakan oleh Taroyamane (Bungin. 2005:105) yaitu pendekatan simple

random sampling (SRS)

. Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah;

1. Mahasiswa Fakultas ISIP USU program reguler S1 stambuk 2012

-2013.

2. Pernah membaca dan membeli media masa harian Tribun.

42

. Dengan presisi 10 % dan tingkat kepercayaan 90 %

yakni sebagai berikut:

n =

41 Kriyantono Rahmat, 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: PT Kencana Prenada

Media Group,hal: 154

42

Burhan Bungin, Op,Cit, hal: 105

N

N(d)2 + 1

(30)

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel minimal

d = presisi yang ditetapkan = 10% dan tingkat kepercayaannya sebesar 90%)

Oleh itu berdasarkan data diatas, maka diperoleh;

N = 1692

n = ukuran sample minimal

d = 10%

n =

1.6.3. Langkah-langkah Pengambilan Sampel 1692

1692 (0,1) 2 + 1

= 94,41 dibulatkan menjadi 94 orang.

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 orang.

Ada beberapa langkah-langkah pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian diantaranya adalah Sampel Acak Terlapis Berimbang

(Proporsional Stratified Random Sampling) maupun teknik stratified random

sampling atau metode pengambilan sampel secara acak berumpun. Adapun teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik

(31)

berumpun disebabkan populasi yang hendak diteliti bersifat heterogen atau

berstrata43.

Teknik pengambilan sampel ini digunakan karena populasi yang akan

diteliti heterogen, terdiri dari dua stambuk yakni stambuk 2012 dan 2013 yang

berjumlah 1692 orang.

Dari jumlah tersebut, maka akan diperoleh jumlah responden dari

masing-masing stambuk-stambuk, dengan menggunakan rumus:

Sampel = Populasi x Total Sampel

Total Populasi

Dengan populasi stambuk 2012 sebanyak 791 dan populasi stambuk 2013

sebanyak 901. Maka sampel stambuk 2012 sebanyak:

s = 791 x 94

1692

= 43,9 atau dibulatkan menjadi 44 orang

Sampel stambuk 2013 sebanyak:

s = 901

43

Burhan Bungin, ibid, hal: 115 x 94

1692

(32)

Jadi jumlah sampel yang diperoleh setelah pembulatan adalah sebanyak 94

orang. Dapat juga dilihat dalam tabel 2 berikut;

Tabel 2: Jumlah Sampel di Setiap Stambuk

No Stambuk Populasi Sampel

1 2012 791 44

2 2013 901 50

Total 1692 94

Sumber : diolah dari data Bagian Akademik FISIP USU

1.7. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.8. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang

berkaitan dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah:

1. Penyebaran kusioner, yaitu alat mengumpulkan data dengan menyebarkan

kusioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh

responden. Kusioner yang digunakan bersifat terbuka, sehingga selain

adanya jawaban yang sudah tersedia, responden juga bisa memberikan

pilihannya sendiri serta alasannya.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Library Research atau studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara

(33)

informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan teknik wawancara sistematik. Kegiatan penelitian ini

dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur. berupa buku bacaan,

artikel, makalah, jurnal, majalah/surat kabar serta website yang berkaitan dengan

penelitian.

3. Penelitian Lapangan (Field Research)

Jika memungkinkan dan untuk menambah informasi dalam penelitian ini, peneliti

juga menggunakan teknik wawancara sistematik dengan jenis pertanyaan terbuka

terhadap Mahasiswa. Metode wawancara, yang merupakan rangakaian atau

kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar

pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk dijelaskan.

1.9. Teknik Analisa Data

Teknik analisis dan penafsiran data dalam penelitian ini mengikuti

langkah-langkah yang direkomendasikan oleh Yin, yang menyatakan bahwa

analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian ataupun

pengkombinasian bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal penelitian. Unsur

mendeskripsikan lebih menonjol dalam kajian ini44

Setelah seluruh data didapat maka data yang relevan dan diperlukan

diklasifikasi untuk disederhanakan kembali. Setelah semua data diperoleh dan

diklasifikasikan, maka selanjutnya untuk penyusunan data. Tujuannya untuk .

44 Penjelasan dapat dilihat dalam tulisan Yin, Robert K, 2008. Studi Kasus: Desain dan Metode,

(34)

memperoleh ketepatan data yang berkaitan dengan tema penelitian. Penyajian data

dimulai dengan mengetengahkan data-data. Kemudian selanjutnya dengan

memaparkan data-data mengenai fakta empirik yang ditemukan di lapangan.

Kemudian semua data tersebut dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan

kerangka teoritik yang dipergunakan dalam penelitian ini. Sehingga signifikansi

kesimpulan analisis penelitian dapat diperoleh.

Adapun teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik

Analisis Tabel Tunggal. Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisa yang

dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori

yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal

dalam menganalisa kolom-kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan

persentasi untuk setiap kategori45

1.9.1. Analisis Tabel Frekuensi .

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan

permasalahan46

Data primer dan data sekunder yang sudah terkumpul, disusun terlebih

dahulu sebelum diolah kemudian dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan

kesimpulan. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau .

45

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3S, hal: 226

46

(35)

sumber pertama di lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber kedua47

Analisis tabel frekuensi merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan

membagi-bagi variabel kedalam kategori-katergori yang dilakukan atas dasar

frekensi. Tabel-tabel frekuensi merupakan langkah awal atau bahan dasar untuk

analisis selanjutnya. Tabel frekuensi biasanya memuat dua kolom, terdiri dari

frekuensi dan presentase untuk setiap kategori .

48 .

Tabel distribusi frekuensi relatif atau sering disebut juga tabel persentase

untuk mencari prosentase frekuensi setiap jawaban, yaitu dengan rumus

Dengan ketentuan sebagai berikut:

p = prosentase

f = frekuensi jawaban

n = jumlah sampel (number of cases)

(36)

1.9.2. Analisis Tabel Silang

Merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menganalisis dan

mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga

diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif49

1.9.3. Hipotesis

.

Hipotesis adalah peryataan yang bersifat dugaan sementara atau tentative

answer yang hendak dibuktikan kebenaraanya melalui suatu penelitian. Antara

dua variabel atau lebih. Menurut Burhan Bungin (2005) ada dua jenis hipotesis

yang biasa dipakai dalam penelitian50

49Singarimbun, Masri dkk, ibid, hal: 137 50

Burhan Bungin, Loc,Cit, hal:128

, yaitu: Hipotesis Nol (Ho) : pernyataan yang

menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y yang akan

diteliti, atau variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.

Hipotesis Alternatif (Ha) : pernyataan yang menyatakan terdapat

hubungan antara variabel X dengan variabel Y, atau variabel indenpen

mempengaruhi variabel independen. Adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah: Ha: Ada (terdapat) hubungan antara membaca berita-berita politik dalam

harian Tribun terhadap pengetahuan politik mahasiswa FISIPOL Universitas

Sumatera Utara. Variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel X: media massa

Gambar

Tabel 2: Jumlah Sampel di Setiap Stambuk

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan tentang hubungan siaran Metro TV (variabel x) terhadap persepsi mahasiswa (variabel y) dalam pendidikan politik

Sehubungan dengan itu dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui hanya sedikit waktu yang diluangkan Mahasiswa Universitas Bengkulu untuk membaca rubrik politik diharian Rakyat Bengkulu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan pemberitaan batu akik di media online okezone.com dengan pengetahuan mahasiswa

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah persepsi mahasiswa FISIP

Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pencitraan yang dilakukan Rusli Zainal di Riau Pos dan Tribun

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara terhadap perilaku Mahasiswa dalam Menerapkan Pengetahuan Akuntansi dikehidupan Sehari-hari