BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini menganalisis korelasi tentang pengaruh berita politik terhadap
pengetahuan politik masyarakat yakni mahasiswa. Dengan mengambil arena dan
konteks media masa Koran Harian Tribun, studi penelitian ini secara spesifik
mendeskripsikan apa pengaruh berita politik terhadap pengetahuan politik
(demokrasi, pemilu, partai politik) mahasiswa.
Latar belakang kajian penelitian ini berawal dari momentum demokrasi,
peran media massa sangat vital. Berfungsi menjaga keseimbangan sebuah entitas
negara dan masyarakat. Kebebasan pers termasuk media massa merupakan
keunggulan dalam rezim demokrasi. Sehingga menjadi pilar penting dalam
tegaknya berdemokrasi. Media massa memiliki fungsi kontrol. Karena melalui
transformasi informasi, media massa mampu mengerem laju kebijakan
pemerintah yang tidak memihak kepada kepentingan rakyat.
Media massa sangat erat hubungannya dengan kepentingan politik, karena
salah satu tujuan media yakni untuk membentuk pendapat umum mengenai
berbagai hal, terutama hal politik. Antara dunia politik atau politik praktis dengan
media terjalin hubungan yang saling membutuhkan dan bahkan saling
mempengaruhi. Media massa dengan fungsi persuasif yang mampu membentuk
politik yang sedang berkembang1
Merrill dan Lowenstein mengungkapkan bahwa media massa (surat kabar)
tunduk pada sistem pers, dan sistem pers itu sendiri tunduk pada sistem politik
yang ada. Artinya, dalam memberikan informasi kepada masyarakat atau dalam
penyampaian pesan, surat kabar harus berada dalam lingkaran regulasi yang
ditetapkan
. Dengan kata lain media massa dikenal sebagai
pembentuk opini publik yang efektif, dimana media massa mampu masuk ke
dalam alam bawah sadar seseorang, dan akhirnya mampu memengaruhi pemikiran
orang tersebut.
2
Pada perkembangannya, berbicara media massa sudah tidak bisa
dilepaskan lagi muatan – muatan politik dan begitu juga sebaliknya, berbicara
politik tidak bisa dilepaskan dari media yang memuatnya. Masa yang semakin
berkembang sekarang ini berita – berita politik bukan lagi menjadi sesuatu yang
tabu seperti yang pernah terjadi pada masa Orde Lama dan Orde Baru, atau hanya
milik orang-orang tertentu saja. Kini politik menjadi bagian dari masyarakat.
Bahwa politik itu adalah masyarakat itu sendiri, artinya bahwa setiap kehidupan
masyarakat tidak pernah terlepas dari politik, yang di dalamnya ada kegiatan
mempengaruhi, dan aturan – aturan maupun norma-norma yang mengikat setiap
kegiatan dalam masyarakat. .
1
Dan Nimmo, 1989. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal: 217
2
Sehingga media juga dianggap sebagai institusi sosial yang memfasilitasi
masyarakat menjalankan diskursus sosial. Dalam struktur intermedieri media
massa dapat dijadikan untuk mewujudkan hak politik rakyat secara komunikatif.
Dan sebagai ruang publik politis dimana setiap orang dapat menyampaikan
pendapat. Dengan kata lain penyambung realitas penyelenggaraan kekuasaan dan
realitas yang terjadi di masyarakat. Dalam beberapa pengalaman demokrasi di
sejumah negara di dunia, media massa selalu memainkan peranan penting paling
tidak dalam mensosialisasikan agenda –agenda politik yang seharusnya diketahui
publik3
Di Indonesia, dengan sistem pemilihan langsung yang didukung oleh
peran media secara maksimal, ke depam posisi dan peran partai politik akan
semakin berkurang. Media akan mulai menggeser peran –peran yang biasanya
dimainkan partai politik. Konsekuensinya, besar kecilnya partai tidak akan lagi
memberikan efek signifikan dalam memperoleh kemenangan politik yang
dilakukan melalui proses pemilihan umum .
4
Cara-cara media menampilkan peristiwa-peristiwa politik dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat dan aktor politik mengenai perkembangan
politik. Keikutsertaan media dalam mengubah sistem politik dengan melalui
pembentukan opini publik atau pendapat umum yakni, upaya pembangunan sikap
dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik atau aktor politik. Dalam .
3 Asep Saeful Muhtadi, 2008. Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik Pasca-Orde
Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal:5
4
kerangka ini media menyampaikan pemberitaan-pemberitaan politik kepada
khalayak5
Berbagai informasi tersebut tentu sangat dibutuhkan masyarakat, terlebih
mereka yang telah memiliki hak pilih dalam pemilu. Terlebih lagi bagi pemilih
muda, yang pada pemilu 2014 baru pertama kali hendak memberikan hak suara
mereka. Pengetahuan maupun pendidikan politik tentang demokrasi, sistem
pemilu legislatif, DPD, informasi seputar pemilu presiden dan wakil presiden, tata . Penyampaiannya dalam berbagai bentuk, antara lain berupa audio,
visual maupun audio-visual yang didalamnya terdapat simbol politik dan fakta
politik. Dan dimuat dalam media cetak maupun media elektonik.
Melihat pengaruh media yang dipaparkan di atas, media massa termasuk
koran tentu pantas diberi apresiasi karena fungsinya dalam memberikan tentang
berbagai isu penting terkait dinamika politik yang terjadi selama ini. Misalnya
intensifitas pemberitaan media massa terhadap berbagai isu pemilu 2014. Kisruh
tentang Daftar Pemilih Tetap (DPT), kegiatan kampanye para caleg, berbagai
regulasi pemilu dari penyelenggara pemilu, hingga polemik tentang nama capres
terpopuler hasil sebuah survey, semuanya tidak luput dari pemberitaan media
massa. Selain itu masyarakat juga dapat mengetahui perilaku politik para
pemerintah, peristiwa politik dari berbagai media massa sebelum mereka akhirnya
membuat suatu kesimpulan dari informasi yang diterimanya dari media.
5 Ibnu Hamad, 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
cara pemberian suara, sampai hal – hal teknis bagaimana penentuan caleg terpilih,
tentu sangat dibutuhkan mereka. Di tengah keterbatasan sosialisasi pemilu dari
penyelenggara pemilu seperti KPU, pemilih muda tentu sangat terbantu saat
fungsi tersebut sebagian diambilalih oleh media massa. Argumentasi inilah yang
menjadikan dasar bagi peneliti bahwa penelitian ini menarik dan penting untuk
dilakukan.
Lantas mengapa mahasiswa (pemuda) sebagai objek penelitian? Hal ini
didasari oleh kaum muda atau masyarakat intelektual (mahasiswa) dikatakan
sebagai tulang punggung suatu negara merupakan ungkapan yang sangat tepat.
Generasi muda adalah posisi poros berlangsungnya kehidupan suatu masyarakat
dan Negara. Oleh Jack Newfield, menilai kelompok minoritas mahasiswa itu
sebagai “a propetic minority”6
6
Denny J.A, 2006, Gerakan Mahasiswa dan Politik Kaum Muda Era 80-an, Yogyakarta: LKIS, hal:xxxiv
. Mahasiswa adalah kelompok minoritas dalam
masyarakat bangsa. Bahkan para aktivis yang disebut kaum radikal baru itu
hanyalah minoritas juga dalam populasi mahasiswa. Tetapi mereka memainkann
peranan yang profetik. Mereka melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang
tidak atau belum dipikirkan masyarakat umumnya. Tidak sekedar perubahan –
perubahan marginal, melainkan perubahan fundamental. Memikirkan suatu proses
transformasi. Kekuatan ini dibuktikan ketika mahasiswa menyatukan persepsi
pada tahun 1997 tentang keotoriteran rezim Orde Baru mampu melahirkan sebuah
Maka, tepatlah kiranya jika peneliti mencoba menyajikan kaum terpelajar
yang tentunya kaum muda yakni yang masih mengecap perkuliahan disalah satu
Perguruan Tinggi Negeri di Sumatera Utara sebagai objek penelitian yakni
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik salah satunya. Alasanny, mahasiswa FISIP USU
merupakan mahasiswa yang setidaknya sedikit banyak memahami dan tidak asing
lagi terhadap dinamika sosial politik di tingkat lokal maupun nasional.
Dari argumentasi di atas dapat diajukan sebuah asumsi atau kesimpulan
sementara bahwa pendidikan politik sangat penting bagi mahasiswa selaku kaum
intelektual. Fungsi pendidikan politik dan sosialisasi politik ini dapat dilakukan
oleh berbagai pihak dan lembaga, diantaranya partai politik, pemerintah dan
media massa. Dan ketertarikan penulis berita politik dalam media massa harian
tribun medan terhadap permasalahan pengetahuan politik, berawal dari ketika
penulis mengadakan survei kecil-kecilan terhadap 10 orang mahasiswa FISIP
USU (Jurusan Politik, Administrasi Negara, Komunikasi, Antropologi dan
Sosiologi) yang dipilih secara acak dengan mengajukan pertanyaan seputar media
koran apa yang sering diakes dalam mencari informasi seputar sosial politik.
Pertanyaan saya ajukan adalah pertanyaan yang paling mendasar, yakni:
apa yang terlintas dibenak anda ketika mendengar istilah politik? Menurut anda
koran apa saja yang menyediakan informasi seputar sosial politik? Koran apa
yang sering anda beli dan anda baca beserta alasanya? 7 orang menyebutkan,
politik itu adalah kekuasaan. Maka, ketika saya melanjutkan bertanya mengenai
Waspada, Tribun, SIB, Sindo. Terakhir, koran apa yang sering anda baca dan beli
mereka menjawab Tribun, Waspada, Kompas. Dengan alasanya Tribun murah,
ada informasi seputar pemilu, dan Tribun juga menyediakan informasi dalam
bentuk media elektronik/ Tribun news.com, sedangkan sesekali koran kompas
sebab harganya cukup mahal bagi kalangan mahasiswa. Dan tiga orang lainnya
mengatakan tidak mengerti apa itu politik, dan mereka tidak perduli dengan
politik kemudian menambahkan mereka jarang membaca koran.
Dari pernyataan dan kenyataan diatas, dapat diajukan sebuah prasangka
atau kesimpulan sementara bahwa pengetahuan politik mahasiswa FISIP USU
cukup baik. Selanjutnya karena dari berbagai fakta dan data yang disajikan
sementara, media massa yang dipilih dalam penelitian ini adalah media harian
Tribun. Argumen inilah mengapa media Tribun yang dijadikan salah satu alasan
peneliti sebagai fokus media penelitian.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh berita politik yang
ada pada media massa Tribun terhadap pengetahuan politik mahasiswa?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk:
Mendiskripsikan dan memberikan explanasi mengenai korelasi pengaruh
berita-berita politik di media massa. Pengetahuan politik yang dimaksud yakni
menyangkut: politik, demokrasi, pemilu maupun partai politik yang ikut
berkompetisi dalam pemilu.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi
peneliti, pengembangan ilmu pengetahuan, maupun masyarakat diantaranya;
1. Bagi Peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan
khususnya dalam penelitian, sehingga mampu mengungkapkan
permasalahan yang dihadapi.
2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diantaranya
mengenai berbagai aspek dari pengaruh media massa dan pengetahuan
politik
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pendidikan politik. Serta
diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran
secara konseptual, khususnya yang berorientasi kepada peningkatan mutu
pendidikan politik masyarakat.
1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Media Massa
Dalam sebuah penelitian, teori-teori merupakan alat atau ‘tool’ untuk
menjelaskan fenomena yang akan diteliti. Teori-teori yang digunakan harus
dalam hal ini adalah peristiwa politik. Menurut Miriam Budiardjo teori adalah
bahasan dan renungan atas; tujuan kegiatan, cara-cara mencapai tujuan,
kemungkinan-kemungkinan atau prediksi, dan kewajiban yang diakibatkan oleh
tujuan7
Marshal McLuhan salah seorang ilmuwan yang mendalami media pernah
mengatakan “the medium is the message” alat yang kita pakai untuk
menyampaikan pesan .
8
Mengacu pada etimologis pada istilah media massa “mass medium”
diartikan sebagai beberapa sarana (means), perantara (agency) atau alat-alat
(instrument) yang mengkomunikasikan ide-ide, sikap, kesan atau images, harapan
kepada sejumlah besar masyarakat luas. Dengan demikian bentuk- bentuk media
meliputi bukan hanya bentuk- bentuk cetakan dan elektronik yang umumnya
diklasifikasikan sebagai media massa; Koran, radio, televise, film dan buku, tetapi
juga meliputi bentuk- bentuk lain secara luas seperti komik, drama, graffiti, poster
dan pakaian
. Secara etimologis, istilah media berasal dari bahasa
Yunani mediare yang berarti pengantar, sarana penghubung atau alat yang
digunakan untuk menyampaikan sesuatu.
9
7
Miriam Budiardjo, 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka, hal:30
8
Jacob Oetama (pengantar) Asa Briggs dan Peter Burke, 2006. Sejarah Sosial Media Dari Gutenberg Sampai Internet, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal:xi
9
Henny S Widyaningsih, 2004. Konsep Media Massa, Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka, hal:32
Secara teori media massa adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan pesan. Menurut Innis, teori dampak sosial komunikasi massa
terdiri dari dua bagian yakni lisan dan tertulis10
1.5.2. Media Massa Dan Politik
. Media massa menjadi penting
karena memang memiliki kekuatan. Bukan sekedar mampu menyampaikan pesan
kepada khalayak tetapi lebih karena media menjalankan fungsi mendidik,
mempengaruhi, menginformasikan dan menghibur. Dengan fungsi demikian maka
media massa memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran, mengubah sikap,
pendapat atau persepsi masyarakat tertahadap suatu hal. Persepsi masyarakat
karena pengaruh pemberitaan media massa, bisa berubah menjadi positif maupun
negatif tergantung bagaimana pikiran yang terbentuk dibenak masyarakat setelah
mendapat informasi mengenai hal tertentu.
Diskusi mengenai hubungan antara media dengan politik (kekuasaan)
selama ini cenderung menempatkan posisi media hanya sebatas alat kekuasaan
dari rezim. Pandangan seperti ini berpijak pada beberapa analisis yang
menempatkan fungsi ideologi media sebagai alat merekayasa kesepakatan tatanan
sosial-politik (Herman dan Chomsky, 1989). Dalam istilah lain, media adalah
bagian dari ideologi aparatur negara (Althausser, 1971) dan berfungsi untuk
memelihara hegemoni kekuasaam (Tuchman, 1974) dalam Ishadi11
10
Dan Nimmo, Op,Cit, hal: 169
11
Ishadi SK, 2014. Media dan Kekuasaan, Televisi Di Hari -Hari Terakhir Presiden Soeharto, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, hal:29
Menempatkan media hanya sebagai alat kekuasaan berarti menganggap
medan media adalah medan yang statis. Padahal di dalamnya terdapat interaksi
kompleks antara para agen, khususnya para jurnalis media, pemilik modal, dan
bahkan pihak keamanan sebagai representasi langsung negara. Media digerakkan
secara dinamis, khususnya oleh para pekerja di bidang tersebut. Ada tiga peran
yang dimainkan oleh media dalam hubungannya dengan kekuasaan, yakni media
sebagai alat politik (political tool), pendukung kritis (critical supporter), dan
pembangkang (spoiler) dari rezim12
Sejalan dengan pemikiran Louis Althusser, yang pernah menulis bahwa
media dalam hubungannya dengan politik (kekuasaan) menempati posisi strategis,
terutama karena media memiliki kemampuan sebagai sarana legitimasi. Media
(massa) sebagaimana lembaga- lembaga pendidikan, agama, seni dan kebudayaan,
merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis untuk
mempengaruhi masyarakat atas rezim yang berkuasa (ideological states
apparatus). Namun bagi Antonio Gramsci media merupakan arena pergulatan
antar ideology yang saling berkompetisi .
13
Gramsci melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideology dan
kepentingan direpresentasikan. Dengan demikian, di satu sisi media bisa menjadi
sarana penyebaran ideology penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana .
12
Ishadi, ibid, hal: 30
13
serta sebagai alat untuk menyebarkan propaganda atas eksistensi dirinya. Dan di
sisi lain media bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa
menjadi alat untuk membangun kultur dan ideology dominan bagi kepentingan
kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrument bagi kaum tertindas untuk
membangun kultur tandingan.
Media massa merupakan sebagai suatu alat untuk menyampaikan
informasi, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai
kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik,
antara lain karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas
suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia
representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris14
Di dalam masyarakat modern manapun, media memainkan peranan
penting untuk perkembangan politik masyarakatnya. Media penyiaran, surat
kabar, film, media cetak seperti pamphlet dan bentuk komunikasi lain .
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebenarnya media berada pada
posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa ia dapat memberikan pengaruh –
pengaruh positif maupun negatif. Tentu saja, atribut – atribut yang sangat relative,
bergantung pada dimensi kepentingan yang diwakili.
14
menciptakan kerangka berfikir yang sama bagi semua warga masyarakat. Media
meneruskan pengetahuan serta nilai – nilai dari generasi terdahulu15
1. kebutuhan kognitif
.
Beberapa pakar komunikasi seperti Katz, Gurevitch dan Hass (Wiryanto,
2000:66) mengidentifikasi lima kelompok kebutuhan dalam hal penggunaan
media, yaitu;
2. kebutuhan afektif
3. kebutuhan integrative
4. kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan dunia
luar
5. kebutuhan untuk melepaskan ketegangan
Dapat dilihat bahwa khalayak mengkonsumsi media massa untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri, dapat juga dimaksudkan bahwa ketika seseorang
memutuskan untuk mengkonsumsi media massa baik cetak maupun elektronik,
tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang dicapainya, yakni berupa
kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan diatas.
Media massa memiliki kekuatan yang sangat signifikan dalam komunikasi
politik untuk mempengaruhi khalayak. Terlebih lagi media massa presitisius
(cukup familiar) yang biasanya menjadi rujukan publik dalam berperilaku politik
karena isi media prestisius dipercaya oleh khalayak. Bahwa media apapun
15
kategorinya berfungsi sebagai alat pelipatganda pesan (multiflier of messages)
yang berkaitan dengan saluran lainnya16
Berberapa jenis fungsi media
. Alhasil pencitraan atau gambaran yang
diberikan oleh media mengenai kekuatan-kekuatan politik yang akan memberi
dampak yang signifikan serta menyebar dan menjangkau khalayak yang sangat
banyak
17
1. Penyebaran/teori persuasi dan informasi. Media massa mendifusikan
informasi dan mempersuasi. Dalam teori informasi, komunikasi massa
terdiri dari serangkaian sistem yang menyampaikan informasi dengan cara
bersambung dan berurutan.
menurut Marshall Mc Luhan:
2. Teori permainan. Politik dari titik pandang publik dilihat sebagai
permainan. Ilmuan Politik Murray Edelman, dalam membedakan
informasi mengemukakan bahwa akibat komunikasi politik massa
terutama permainan, informasi politik semantik.
3. Teori parasosial. Komunikasi berfungsi memenuhi kebutuhan manusia
akan interaksi sosial. Hal ini tercapai jika media massa memberi peluang
bagi hubungan parasosial18
Berdasarkan kemungkinan yang dapat diperankan tersebut, media
merupakan sebuah kekuatan besar yang sangat diperhitungkan. Dalam kehidupan .
16 Ibnu Hamad, 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, Jakarta: Granit, hal: 30
17 Dan Nimmo, Op,Cit, hal:172 18
social, ekonomi, dan politik, media sering ditempatkan sebagai salah satu variable
yang determinan. Bahkan media dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi
dapat pula dipandang sebagai factor yang menentukan dalam proses perubahan
social budaya dan politik. Oleh karena itu dalam konteks media sebagai institusi
informasi, Karl Deutch menyebutkan sebagai “urat nadi pemerintah” (the nerves
of government). Hanya mereka yang mempunyai akses kepada informasi yang
akan menguasai percaturan kekuasaan. Atau paling tidak urat nadi pemerintah itu
berada pada jarring- jarring informasi19
1.5.3. Pengetahuan Politik
.
Sebelum menjelaskan pengertian pengetahuan politik maka, ada baiknya
terlebih dahulu dipaparkan pengertian dari pengetahuan. Pengetahuan, kata
dasarnya ‘tahu’, mendapat awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan ‘pe-an’ disini
menunjukkan adanya proses mengetahui20
1. Faktor internal, yaitu dari dalam diri manusia. Ingin tahu mengenai
segala hal dalam taraf yang bagaimanapun secara benar dan
berlangsung terus-menerus sampai mendapatkan kepuasan. .
Objek pengetahuan bisa berupa benda mati, seperti media massa cetak,
bisa makluk hidup seperi manusia, binatang dan tumbuhan, dan bisa juga Sang
Pencipta sendiri. Keingintahuan ditentukan oleh dua factor;
19 Lihat Alex Sobur, 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal: 31
2. Faktor eksternal, yaitu dari dorongan dari luar diri manusia. Berupa
tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan21
Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan, pemikiran, insting dan
lain-lain. Melalui penginderaan mahasiswa bisa memperoleh pengetahuan salah
satunya dengan membaca, mendengar, dan melihat. Sehingga dapat menganalisis
suatu persoalan dan menyikapi persoalan tersebut dengan suatu tindakan. Atau
penarikan kesimpulan melalui proses berpikir.
.
Untuk mengetahui sejauh mana seseorang memiliki pengetahuan, terlebih
dahulu kita melihat unsur-unsur dari pengetahuan tersebut. Ada beberapa ahli
dalam bidang pendidikan yang mengkategorisasikan pengetahuan, yang pertama
adalah Benjamin Bloom. Bloom mengklsifikasikan pengetahuan menjadi tiga
domain22
a. Domain kognitif terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Misalnya: mengingat informasi,memahami
informasi, menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
problem/permasalahan, kemudian memecah informasi yang kompleks dan
mengaitkan dengan informasi lain, mengkombinasikan elemene dan
menciptakan informasi, kemudian membuat penilaian dan keputusan. yakni;
b. Domain afektif yaitu menyangkut emosional dan perasaan individu yang
terdiri dari: penerimaan, respon, menghargai, mengorganisasikan, dan
21Suhartono, ibid, hal:66
22 John Santrock, 2007. Psikologi Pendidikan, dialihbahasakan oleh Tri Wibowo, dengan judul asli
menghargai karakter. Misalnya: mengetahui/memperhatikan lingkungan,
berkomitmen, dan mengintegrasikan nilai baru.
c. Domain psikomotorik yaitu kecenderungan bertindak, terdiri dari: gerak
refleks, gerak fundamental, kemampuan perceptual, kemampuan fisik,
gerakan terlatih, dan perilaku non diskusi. Misalnya: merespon stimulus,
menggunakan indera, kekuatan, fleksibilitas, keterampilan fisik,
mengkomunikasikan perasaan lewat gerakan fisik23
Seperti yang telah dikemukakan terlebih dahulu bahwa yang akan dilihat
dalam penelitian yang hendak dilakukan adalah domain kognisi atau pengetahuan
kognitif mahasiswa. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi kognisi individu ada
beberapa faktor yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya: pertama, sifat
dan proses pembelajaran, artinya mahasiswa mengkonstruksikan makna dari
infomasi yang diperoleh dari media dan fakta-fakta politik.
Kedua, tujuan proses pembelajaran, artinya ketika menyadari bahwa ia
harus turut serta dalam peristiwa atau proses politik maka ia akan berusaha untuk
mencari tahu tentang politik baik dari media maupun buku dan sarana lainnya.
Ketiga, konstruksi pengetahuan, artinya mahasiswa menghubungkan informasi
baru yang dia dapatkan dari media dengan pengetahuan politik yang sudah
dimiliki dengan cara yang mengandung makna tertentu. .
1.5.4. Isu – Isu Dalam Pengetahuan Politik
23
Seperti yang telah dikemukakan terlebih dahulu bahwa dalam penelitian
ini, isu-isu dan fakta-fakta pengetahuan politik yang akan dilihat adalah
mengenai;
1.5.4.1. Demokrasi
Demokrasi telah dianggap sebagai sebuah instrumen dalam menjalankan
sebuah konsepsi negara yang ideal dalam menjawab persoalan dan penegakan
kekuasaan rakyat. Hal yang mengarah kepada sebuah tipekal khusus dalam
pengertian dalam menghasilkan kepemimpinan dan tertib politik negara yang
mendekati sempurna dalam pengaturan hak politik masyarakat
Oleh karenanya, pemerintahan yang demokratis mengandaikan pemisahan
kekuasaan dalam tiga wilayah institusi yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Suatu pemerintahan dikatakan demokratis jika terdapat indikator utama yaitu
keterwakilan, partisipasi dan kontrol terhadap penyelenggaraan pemerintahan oleh
ketiga institusi tersebut. Prinsip partisipasi menjamin aspek keikutsertaan rakyat
dalam proses perencanaan pembangunan daerah; atau keikutsertaan rakyat dalam
proses pemilihan wakil dalam lembaga politik; sedangkan prinsip kontrol
menekankan pada aspek akuntabilitas pemerintahan. Dalam demokrasi, aspek
kelembagaan merupakan keutamaan dari berlangsungnya praktik politik yang
demokratis, sehingga, terdapat partai politik, pemilihan umum dan pers bebas.
Sebuah demokrasi yang terus tumbuh dan berkembang dalam proses
dan rakyatnya, kesemuanya adalah hal yang diharapkan akan bermuara pada
sebuah kondisi perpolitikan yang ideal24
“kriteria demokrasi ideal selalu menuntut berbagai hal sehingga
tidak ada rezim aktual yang mampu memahami secara utuh..., ketika
mencari demokrasi ideal maka tidak ada rezim yang demokratis”
. Walau hal ini sulit dimungkinkan,
seperti apa yang diungkapkan oleh Robert Dahl;
25
Lebih lanjut Robert A. Dahl menjelaskan bahwa terdapat prinsip dalam
Negara demokrasi, diantaranya pertama, Adanya kontrol atau kendali atas
keputusan pemerintahan. Kedua, adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Ketiga,
Adanya hak memilih dan dipilih. Keempat, adanya kebebasan menyatakan
pendapat tanpa ancaman. Kelima, adanya kebebasan mengakses informasi.
Keenam, adanya kebebasan berserikat yang terbuka
.
26
Istilah demokrasi sebenarnya dipahami sebagai sebuah ruang lingkup yang
sangat luas. Apapun bentuknya, fenomena demokrasi sangat menarik untuk
dibicarakan, begitu pula di Indonesia. Apalagi jika dikaitkan dengan kenyataan,
bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang masih menjadikan proses
demokratisasi sebagai sebuah tumpuan. Pasca orde baru di Indonesia istilah
demokrasi hampir selalu dibicarakan secara berkaitan dengan pembentukan sistem
politik yang mencerminkan prinsip keterwakilan, partisipasi, dan kontrol. .
24
Robert Dahl 1982. Dilema Demokrasi Pluralis, Jakarta: Rajawali, hal:7
25
Robert Dahl, ibid, hal:7
26
Indonesia yang secara eksplisit memahami dan bertegak dalam kedaulatan rakyat
turut melaksanakan demokrasi dengan variannya tersendiri.
1.5.4.2. Pemilihan Umum
Di Indonesia demokrasi dan Pemilihan Umum (PEMILU) sebagai
instrumen demokrasi itu sendiri, turut mengikutsertakan partisipasi kualitas
masyarakat dalam mewujudkan aspirasinya yang disalurkan melalui wadah partai
politik, serta kekuatan sosial politik yang dibawa kepada muara pemilihan dan
penetapan perwakilan politiknya baik di lembaga legislatif maupun eksekutif
pemerintahan.
Sejarah PEMILU di Indonesia juga merupakan sebuah bukti dari bentuk
aktualisasi dan agregasi kepentingan masyarakat yang dilembagakan melalui
berbagai proses dan instrumen demokrasi tersebut. Entitas masyarakat yang turut
berafilasi dengan kekuatan membentuk sebuah wadah kepentingan bersama untuk
memenangkan berbagai pemilihan perwakilan politik. Didorong pula kepada
sebuah perubahan warna dan dinamika akibat dari konstalasi politik di Indonesia
yang memasuki trasnsisi demokrasi yang diawali dengan Reformasi 1998, telah
membawa banyak perubahan politik di Indonesia.
Sebagai sebuah implementasi terhadap partisipasi politik masyarakat
dalam bentuknya maka lahirlah sistem PEMILU, dalam pengertiannya pemilihan
umum merupakan suatu kegiatan yang sering diidentikkan sebagai suatu ajang
memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota ataupun memilih
Bupati dan Wakil Bupati berdasarkan per Undang-Undangan yang berlaku.
Melalui pemilihan umum, maka hak asasi rakyat dapat disalurkan, demikian juga
halnya dengan hak untuk sama didepan hukum dan pemerintahan27
1.5.4.3. Partai Politik
.
Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD 1945,
maka kekuasaan untuk menentukan corak dan cara pemerintahan sesungguhnya
berada di tangan rakyat. Kedaulatan tersebut dilaksanakan menurut ketentuan
UUD, yaitu oleh lembaga negara, dan oleh rakyat yang diantaranya melalui
mekanisme pemilihan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 22 E UUD 1945.
Pemilihan umum juga dapat dilihat sebagai mekanisme yang menghubungkan
antara infrastruktur politik dan suprastruktur politik. Pemilu juga merupakan
mekanisme transformasi aspirasi politik partai menjadi kebijakan negara
Pengertian partai politik menurut Roy C. Macridis, Partai politik adalah
asosiasi yang mengaktifkan. Memobilisasi rakyat, dan mewakili kepentingan
tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat-pendapat yang bersaing, dan
memunculkan kepemimpinan politik, serta digunakan sebagai alat untuk
memperoleh kekuasaan dan untuk memerintah28
27
Mahfud, 1999. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media, hal:221-222
28
Menurut pendapat Rusadi Kantaprawira, Partai politik adalah organisasi
manusia dimana di dalamnya terdapat pembagian tugas dan petugas untuk
mencapai suatu tujuan, mempunyai ideologi (political doctrine, political ideal,
political thesis, ideal objective, dan mempunyai program politik (political
platform, material objective) sebagai rencana pelaksanaan atau cara pencapaian
tujuan secara lebih pragmatis menurut pentahapan jangka dekat sampai yang
jangka panjang serta mempunyai ciri berupa keinginan berkuasa29
Menurut Miriam Budiarjo, Partai politik adalah suatu kelompok yang
terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
cita-cita yang sama, tujuannya untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik dengan cara konstitusional
.
30
Menurut pendapat Sigmund Neumann, Partai politik adalah organisasi
artikulasi yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat,
yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan
pemerintah dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan
beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Dengan
demikian Partai Politik merupakan perantara besar yang menghubungkan
kekuatan kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintah yang
resmi dan mengkaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang
lebih luas. Partai politik tidak saja sekedar badan yang menyaingi, dengan .
29 Ahmad Farhan Hamid, ibid, hal:8
30
persetujuan, pemisahan dan partisipasinya yang khas, tetapi juga perlu diingat
bahwa masingmasing kelompok yang terpisah itu pada intinya merupakan bagian
dari keseluruhan31
1. Partai Porto
.
Sedikitnya terdapat lima jenis partai yang dapat dikenali berdasarkan basis
ideologi, yakni :
Partai ini belum memiliki organisasi dan hanya merupakan pengelompokan
kepentingan daerah atau ideology yang berkembang dalam masyarakat tertentu.
Tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat seperti dewasa ini. Partai
semacam ini muncul di Eropa Barat sekitar abad pertengahanhingga akhir abad
ke-19. Ciri paling menonjol partai porto adalah perbedaan antara kelompok
anggota dengan non anggota. Partai porto belum menunjukkan ciri sebagai partai
politik dalam pengertian modern.
2. Partai Massa
Partai Massa muncul pada saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga
dianggap sebagai suatu respon politisi dan organisasional bagi perluasan hak-hak
pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai
massa dibentuk di luar perlemen (extraparlemen). Partai tipe ini berorientasi pada
basis pendukung yang lebih luas, seperti; buruh, petani, kelompok agama dan
31
memiliki ideology yang jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan
organisasi yang cukup rapi dalam mewujudkan tujuan ideologisnya.
3. Partai Kader
Partai kader merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai porto. Partai ini
muncul sebelum diterapkannya system hak pilih secara luas bagi rakyat sehingga
bergantung pada masyarakat kelas menegah keatas yang memiliki hak pilih,
keanggotaan yang terbatas, kepemimpinan, serta para pemberi dana. Tingkat
organisasi dan ideologi partai kader sesungguhnya masih rendah kaerna
aktifitasnya jarang didasarkan pada program dan organisasi yang kuat. Kelahiran
partai ini biasanya dari dalam parlemen (intra-parlemen). Orientasi partai kader
adalah pada pendidikan politik dan kurang mementingkan massa32
4. Partai Ditaktoral
.
Partai ditaktoral merupakan sub tipe partai massa tetapi memiliki ideologi yang
lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan control yang sangat
ketat kepada pengurus dan anggota. Untuk diterima sebagai anggota partai
seseorang harus lebih dahulu diuji kesetiaan dan komitmennya terhadap ideology
partai. Partai radikal menuntut pengabdian total dari para anggotanya33
5. Partai Catch-all.
.
32
Ichlasul Amal (edt). 1996. Teori-teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta : PT. Tiara Wacana.
33
Disebut juga umbrella party (partai payung), merupakan gabungan dari partai
kader dan partai massa. Istilah partai catch-all pertama kali diperkenalkan oleh
Otto Kirchheimer. Istilah ini merujuk pada perhimpunan yang menampung
kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya. Tujuan utama
partai ini adalah memenangkan pemilihan dengan cara menawarkan
programprogram dan keuntungan bagi anggotanya sebagai ganti ideologi yang
kaku34
Sebagai fungsi partai politik di dalam negara demokrasi, Partai Politik
menyelenggarakan beberapa fungsi .
35
1. Partai Politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Dalam hal ini,
partai politik merumuskan kebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari
masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada
pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah kebijakan. Proses ini
menunjukkan bahwa komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat
dapat dijembatani oleh oartai politik. Dan bagi partai politik dapat
mengartikulasikan aspirasi rakyat merupakan suatu kewajiban yang tidak
dapat diletakkan, terutama bila partai politik tersebut ingin teteap eksis
dalam kancah politik nasional
, yaitu :
36
2. Partai Politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan
.
34Ichlasul Amal (edt)
35 Miriam, Budiardjo, Op,Cit, hal: 17 36
Partai politik berkewajiban untuk mensosialisasikan wacana politiknya kepada
masyarakat. Wacana politik dari sebuahn partai politik dapat dilihat melelui visi,
misi, platform, dan program partai tersebut. Dengan sosialisasi wacana politik ini
diharapkan masyarakat akan menjadi semakin dewasa dan terdidik dalam politik.
Sosialisasi dan pendidikan politik ini memposisikan masyarakat sebagai subyek,
tidak lagi sebagai obyek
3. Partai Politik berfungsi sebagai saran rekruitmen politik
Partai politik berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekruitmen dalam rangka
mengisi posisi dan jabatan politik tertentu. Dengan adanya rekruitmen politik
maka dimungkinkan terjadinya rotasi clan mobilitas politik. Tanpa rotasi dan
mobilitas politik pada sebuah system politik maka akan muncul ditaktorisme dan
stagnasi politik dalam sistem tersebut
4. Partai Politik berfungsi sebagai sarana peredam dan pengatur konflik.
Dalam negara demokrasi yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya perbedaan
dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar. Akan tetapi pada
masyarakat yang heterogen sifatnya, perbedaan pendapat baik yang berdasarkan
etnis, status sosial ekonomi atau agama mudah sekali mengundang konflik.
Pertikaian-pertikaian yang ada dapat diatasi dengan bantuan partai politik,
sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-akibat
negatifnya seminimal mungkin37
37
1.6. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam pengukuran dan analisis data
pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara teori
penelitian kuantitatif, merupakan penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka
dan dianalisis dengan teknik statistik. Oleh Bambang menjelaskan bahwa
penelitian kuantitatif dilihat dari berbagai asumsi sebagai berikut: Rasional, bebas
nilai, objektif, ilmu adalah cara terbaik memperoleh pengetahuan, deduktif,
menemukan hukum universal dan mencari penjelasan38
Penelitian yang sering menggunakan cara ini adalah deskriptif (survai),
korelasional, eksperimen, dan kausal komparatif. Dimana oleh bungin
menyebutkan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan
berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dalam
masyarakat mengenai objek penelitian
.
39
1.6.1. Populasi Penelitian
.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam suatu penelitian atau keseluruhan gejala atau satuan
yang ingin diteliti40
38
Bambang Prasetyo, 2005. Metode Penelitian Kuantatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal: 33
39 Burhan Bungin, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta; Prenada Media, hal: 48 40 Bambang Prasetyo, 2005. Metode Penelitian Kuantatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas ISIP
USU program S-1 stambuk 2012-2013. Mahasiswa stambuk 2010 dan 2011 tidak
dimasukkan lagi dalam populasi penelitian ini karena kebanyakan dari mereka
sudah jarang datang ke kampus mengingat sudah banyak yang mengikuti
perkualiahn praktek kuliah lapangan (PKL) maupun sudah banyak yang
menyusun tugas akhir (skripsi). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1692
orang. Berikut tabulasi jumlah mahasiswa FISIP USU yang dijabarkan pada tabel
1 di bawah ini:
Tabel.1
Data Mahasiswa FISIP USU
No Departemen Angkatan Jumlah Mahasiswa Aktif
1 Ilmu Komunikasi 2012 / 2013
7 Ilmu Administrasi Niaga
/ Bisnis
8 Administrasi Perpajakan 2012 / 2013
2011 / 2012
Jumlah 250
Jumlah Total 1692
Sumber : diolah dari data Bagian Akademik FISIP USU
1.6.2. Sampel Penelitian
Teknik penarikan sampel ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas
dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti.
Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut
tidak dijadikan sampel. Accidental sampling dilakukan dengan cara mengambil
subjek, bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu41
Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini merujuk pada rumus yang
kemukakan oleh Taroyamane (Bungin. 2005:105) yaitu pendekatan simple
random sampling (SRS)
. Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah;
1. Mahasiswa Fakultas ISIP USU program reguler S1 stambuk 2012
-2013.
2. Pernah membaca dan membeli media masa harian Tribun.
42
. Dengan presisi 10 % dan tingkat kepercayaan 90 %
yakni sebagai berikut:
n =
41 Kriyantono Rahmat, 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: PT Kencana Prenada
Media Group,hal: 154
42
Burhan Bungin, Op,Cit, hal: 105
N
N(d)2 + 1
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel minimal
d = presisi yang ditetapkan = 10% dan tingkat kepercayaannya sebesar 90%)
Oleh itu berdasarkan data diatas, maka diperoleh;
N = 1692
n = ukuran sample minimal
d = 10%
n =
1.6.3. Langkah-langkah Pengambilan Sampel 1692
1692 (0,1) 2 + 1
= 94,41 dibulatkan menjadi 94 orang.
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 orang.
Ada beberapa langkah-langkah pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian diantaranya adalah Sampel Acak Terlapis Berimbang
(Proporsional Stratified Random Sampling) maupun teknik stratified random
sampling atau metode pengambilan sampel secara acak berumpun. Adapun teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
berumpun disebabkan populasi yang hendak diteliti bersifat heterogen atau
berstrata43.
Teknik pengambilan sampel ini digunakan karena populasi yang akan
diteliti heterogen, terdiri dari dua stambuk yakni stambuk 2012 dan 2013 yang
berjumlah 1692 orang.
Dari jumlah tersebut, maka akan diperoleh jumlah responden dari
masing-masing stambuk-stambuk, dengan menggunakan rumus:
Sampel = Populasi x Total Sampel
Total Populasi
Dengan populasi stambuk 2012 sebanyak 791 dan populasi stambuk 2013
sebanyak 901. Maka sampel stambuk 2012 sebanyak:
s = 791 x 94
1692
= 43,9 atau dibulatkan menjadi 44 orang
Sampel stambuk 2013 sebanyak:
s = 901
43
Burhan Bungin, ibid, hal: 115 x 94
1692
Jadi jumlah sampel yang diperoleh setelah pembulatan adalah sebanyak 94
orang. Dapat juga dilihat dalam tabel 2 berikut;
Tabel 2: Jumlah Sampel di Setiap Stambuk
No Stambuk Populasi Sampel
1 2012 791 44
2 2013 901 50
Total 1692 94
Sumber : diolah dari data Bagian Akademik FISIP USU
1.7. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
1.8. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah:
1. Penyebaran kusioner, yaitu alat mengumpulkan data dengan menyebarkan
kusioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden. Kusioner yang digunakan bersifat terbuka, sehingga selain
adanya jawaban yang sudah tersedia, responden juga bisa memberikan
pilihannya sendiri serta alasannya.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Library Research atau studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara
informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teknik wawancara sistematik. Kegiatan penelitian ini
dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur. berupa buku bacaan,
artikel, makalah, jurnal, majalah/surat kabar serta website yang berkaitan dengan
penelitian.
3. Penelitian Lapangan (Field Research)
Jika memungkinkan dan untuk menambah informasi dalam penelitian ini, peneliti
juga menggunakan teknik wawancara sistematik dengan jenis pertanyaan terbuka
terhadap Mahasiswa. Metode wawancara, yang merupakan rangakaian atau
kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar
pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk dijelaskan.
1.9. Teknik Analisa Data
Teknik analisis dan penafsiran data dalam penelitian ini mengikuti
langkah-langkah yang direkomendasikan oleh Yin, yang menyatakan bahwa
analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian ataupun
pengkombinasian bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal penelitian. Unsur
mendeskripsikan lebih menonjol dalam kajian ini44
Setelah seluruh data didapat maka data yang relevan dan diperlukan
diklasifikasi untuk disederhanakan kembali. Setelah semua data diperoleh dan
diklasifikasikan, maka selanjutnya untuk penyusunan data. Tujuannya untuk .
44 Penjelasan dapat dilihat dalam tulisan Yin, Robert K, 2008. Studi Kasus: Desain dan Metode,
memperoleh ketepatan data yang berkaitan dengan tema penelitian. Penyajian data
dimulai dengan mengetengahkan data-data. Kemudian selanjutnya dengan
memaparkan data-data mengenai fakta empirik yang ditemukan di lapangan.
Kemudian semua data tersebut dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan
kerangka teoritik yang dipergunakan dalam penelitian ini. Sehingga signifikansi
kesimpulan analisis penelitian dapat diperoleh.
Adapun teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik
Analisis Tabel Tunggal. Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisa yang
dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori
yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal
dalam menganalisa kolom-kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan
persentasi untuk setiap kategori45
1.9.1. Analisis Tabel Frekuensi .
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan
permasalahan46
Data primer dan data sekunder yang sudah terkumpul, disusun terlebih
dahulu sebelum diolah kemudian dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan
kesimpulan. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau .
45
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3S, hal: 226
46
sumber pertama di lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber kedua47
Analisis tabel frekuensi merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan
membagi-bagi variabel kedalam kategori-katergori yang dilakukan atas dasar
frekensi. Tabel-tabel frekuensi merupakan langkah awal atau bahan dasar untuk
analisis selanjutnya. Tabel frekuensi biasanya memuat dua kolom, terdiri dari
frekuensi dan presentase untuk setiap kategori .
48 .
Tabel distribusi frekuensi relatif atau sering disebut juga tabel persentase
untuk mencari prosentase frekuensi setiap jawaban, yaitu dengan rumus
Dengan ketentuan sebagai berikut:
p = prosentase
f = frekuensi jawaban
n = jumlah sampel (number of cases)
1.9.2. Analisis Tabel Silang
Merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menganalisis dan
mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga
diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif49
1.9.3. Hipotesis
.
Hipotesis adalah peryataan yang bersifat dugaan sementara atau tentative
answer yang hendak dibuktikan kebenaraanya melalui suatu penelitian. Antara
dua variabel atau lebih. Menurut Burhan Bungin (2005) ada dua jenis hipotesis
yang biasa dipakai dalam penelitian50
49Singarimbun, Masri dkk, ibid, hal: 137 50
Burhan Bungin, Loc,Cit, hal:128
, yaitu: Hipotesis Nol (Ho) : pernyataan yang
menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y yang akan
diteliti, atau variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.
Hipotesis Alternatif (Ha) : pernyataan yang menyatakan terdapat
hubungan antara variabel X dengan variabel Y, atau variabel indenpen
mempengaruhi variabel independen. Adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah: Ha: Ada (terdapat) hubungan antara membaca berita-berita politik dalam
harian Tribun terhadap pengetahuan politik mahasiswa FISIPOL Universitas
Sumatera Utara. Variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel X: media massa