• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Tindakan Perawat tentang Pemberian Cairan Pada Pasien Luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan Tindakan Perawat tentang Pemberian Cairan Pada Pasien Luka Bakar di RSUD Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba. Namun sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga tentang fakta dan kenyataan, selain itu juga melalui pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan baik bersifat formal dan informal.

Pengetahuan yang ada didalam diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya(Notoatmojo, 2007).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :

1. Tahu (know)

(2)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu sruktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan.

6. Evaluasi (evaluation)

(3)

Rogers dalam Notoadmojo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awarness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengerti terlebih dahulu terhadap stimulus.

2. Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek mulai terbentuk.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial (Mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption (Beradaptasi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket (kuisioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dan subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmojo, 2003).

(4)

1. Baik, jika menjawab pertanyaan benar sebanyak > 75% 2. Cukup, jika menjawab pertanyaan benar sebanyak 60 – 75% 3. Kurang, jika menjawab pertanyaan < 60% (Arikunto, 2002). 2.1.4 Fungsi Pengetahuan

Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi. Jadi, sikap berfungsi sebagai suatu skema, yaitu suatu cara strukturisasi agar dunia disekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya (Azwar, 2007).

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003), dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:

1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi untuk keperluan perbandingan, maka WHO mengajukan perbandingan sebagai berikut :

a. 0-14 tahun : bayi dan anak-anak b. 15-49 tahun : muda dan dewasa c. 60 tahun keatas : orang tua

(5)

2. Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

3. Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Akan tetapi, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh oleh orang tersebut.

4. Minat

Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

5. Pengalaman

(6)

6. Sumber informasi

Informasi adalah data yang diperoleh kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi untuk membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

7. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu kepercayaan datang dari apa yang telah diketahui, kemudian akan terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik suatu objek.

8. Intelegensi

Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. 9. Belajar

Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan dan setiap kegiatan belajar diharapkan akan ada perubahan dari individu seperti tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

10. Media massa

(7)

Sedangkan menurut Budiman (2013), mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi banyak faktor yaitu pendidikan, informasi, sosial ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

Sosial dan ekonomi juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

(8)

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam.

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.2 Luka Bakar

2.2.1 Pengertian Luka Bakar

Luka bakar adalah merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen; mengalami eksudasi dengan perembasan sejumlah besar air, protein serta elektrolit, dan memerlukan pencangkokkan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen (Smeltzer & Suzanne C, 2002). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan rasiasi (Nugroho, 2012).

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit

(9)

kelenjar-kelenjar keringat dan tanpa adanya kulit, maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit tubuh akan hilang dalam beberapa waktu. Kulit terdiri dari dua lapisan epidermis dan dermis (Marrieb, 2001).

1. Epidermis adalah merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel epitel. Sel-sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel terbanyak pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan langerhans. Epidermis terdiri dari lima lapisan, dari yang paling dalam yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum

corneum.

2. Dermis adalah merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembulu darah, dan pembulu darah limfe. Selain itu dermis juga tersusun atas kelenjar keringat, sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri atas dua lapisan yaitu papilaris dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan retikularis.

2.2.3 Derajat Luka Bakar

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/ derajat, yaitu sebagai berikut :

1. Luka Bakar Derajat I:

(10)

2. Luka Bakar Derajat II:

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

Dibedakan atas 2 (dua) bagian

A. Derajat II dangkal/ superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/ dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik.

B. Derajat II dalam/ deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka Bakar Derajat III

(11)

sensori rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan (Noer S.M, 2006)

Menurut American Burn Association (ABA), berat ringannya derajat luka bakar dapat diketahui melalui 3 hal,yaitu:

1. Luka bakar ringan

a. Luka bakar derajat II < 15% pada dewasa b. Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak c. Luka bakar derjat III < 2%

2. Luka bakar sedang

a. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa b. Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak c. Luka bakar derajat III < 10%

3. Luka bakar berat

a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa b. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak c. Luka bakar derajat III 10% atau lebih

d. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/ perineum.

e. Luka bakar dengan inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

(12)

2.2.4 Etiologi Luka Bakar

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karna panas, dingin atau zat kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler (dehidrasi) (Moenadjat, 2003).

2.2.5 Jenis-Jenis Luka Bakar

(13)

Sedangkan Menurut Moenadjat (2003) ada 4 tipe luka bakar, yaitu: 1. Luka bakar ternal (Thermal Burns)

Luka bakar ternal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) jilatan api ketubuh (flash), kobaran api ditubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya misalnya plastik logam panas, dan lain-lain.

2. Luka bakar kimia (chemical burns)

Luka bakar kimia biasanya disebakan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.

3. Luka bakar listrik (Electrical Burns)

Listrik menyebabkan kerusakkan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi kedistal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground.

4. Luka bakar radiasi (radiation exposure)

(14)

2.2.6 Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Luasnya

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan rule of nine atau rule of wallace yaitu:

1. Kepala dan leher : 9% 2. Lengan masing-masing 9% : 18% 3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4. Tungkai masing-masing 18% : 36% 5. Genetalia / perineum : 1% 2.2.7 Perawatan Luka Bakar

Suatu penanganan yang terdiri dari membersihkan luka, mengangkat jahitan, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka (Hidayat, 2008). Perawatan luka bakar ada dua cara:

1. Perawatan terbuka (exposure method) adalah mudah dan murah, permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya mitras argenti, alas tidur menjadi kotor

2. Perawatan tertutup (occlusive dressing method) adalah dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi.

Penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti kaidah standar Advanced Trauma Life Support dari komite Trauma American College Of

Surgeons. Pada survei primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D (Nugroho,

(15)

1. A (Airway)

Jalan nafas adalah sumbatan jalan atas (larynx, pharinx) akibat cedera inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi “stridor hoarness”. Tindakan dengan membersihkan jalan napas, memberikan

oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tertinggi dan antibiotika.

2. B (Breathing)

Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri atau eschar melingkar di dada. Tindakan yang dilakuakan kaji dan monitor kemampuan bernafas, memberikan oksigen, melakukan tindakan kedaruratan jalan napas agresif.

3. C (Circulation)

Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel dinding pembuluh darah). Dalam hal ini tindakan yang perlu dilakukan oleh perawat adalah auskultasi bising usus perhatikan hipoaktif tak ada bunyi, perhatikan jumlah kalori, dan kaji ulang persen area permukaan tubuh terbakar/luka tiap minggu.

4. D (Disability) a. Penanganan

(16)

1) Pertolongan pertama :

a) Jauhkan korban dari sumber panas.

b) Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban. c) Kaji kelancaran jalan nafas korban

d) Beri pendinginan atau menyiram dengan air dingin 20º-30 ºC dan bersih sangat menolong karena; menurunkan suhu sehingga menggurangi dalamnya luka, mengurangi nyeri, mengurangi oedema, mengurangi kehilangan protein.

Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (Nugroho, 2012).

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

(17)

2.3.2 Struktur Sikap

Struktur sikap menurut Azwar (2007) terbagi tiga komponen, yaitu: 1. Komponen kognitif (cognitive)

Disebut juga persepsual yang berisi kepercayaan individu yang berhubungan terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan informasi dari orang lain).

2. Komponen efektif (emotional)

Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap baik yang postif (rasa senang) maupun negatif ( tidak senang). Reaksi emosional banyak yang dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.

3. Komponen konatif

Komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

2.3.3 Fungsi Sikap

Menurut attkinson dkk, seperti dikutip dalam Sunaryo (2004), sikap memiliki 5 fungsi, yakni sebagai berikut:

1. Funsi intrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginan dan tujuan.

(18)

3. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu yang bersangkutan(misalnya, individu yang telah menghayati ajaran agama, sikapnya akan tercermin dalam tutur kata, perilaku, dan perbuatan yang dibenarkan oleh agamanya).

4. Fungsi pengetahuan, yaitu setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin dimengerti, ingin dapat banyak pengalaman dan pengetahuan yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebgai bentuk adaptasi dengan lingkungan.

2.3.4 Tingkatan Sikap

Menurut Maulana (2009), tingkatan sikap terbagi atas menerima (receiving) berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

Merespon (responding) berarti memberi jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. Menghargai (valuing) berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible) berarti sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih, meskipun mendapat tantangan dari keluarga.

2.3.5 Determinan Sikap

(19)

terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek tertentu. (c) faktor kerangka ancuan, kerangka ancuan yang tidak sesuai dengan objek sikap akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. (d) faktor komunikasi sosial, informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada individu tersebut.

2.3.6 Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli seperti Sarlito Wirawan Sarwono (2010), Bimo Walgito (2010) pada intinya sama, yaitu: 1. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnibility) dan dibentuk

berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat, untuk itu sehingga dapat dipelajari.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. 4. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan

atau banyak objek.

5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan.

2.3.7 Pembentukkan dan Pengubahan Sikap

(20)

dari pengaruh interaksi manusia atau dengan yang lain (eksternal). Di samping itu, manusia juga sebagai mahluk individual, sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal), juga mempengaruhi pembentukkan sikap.

1. Faktor internal

Faktor ini berasal dari dalam individu. Dalam hal ini individu menerima, mengelola dan mendidik serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak (faktor fisiologis).

2. Faktor eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mebentuk dan mengubah sikap (Sunaryo, 2004).

Menurut Azwar (2007), ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu:

1. Adopsi

Adopsi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu dan akan mempengaruhi pembentukkan serta perubahan terhadap sikap individu. a. Difensial

Adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap karena sudah memiliki pengetahua, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur. b. Integrasi

(21)

c. Trauma

Trauma adalah suatu carauntuk pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalamdalam diri individu tersebut.

d. Generalisasi

Generalisasi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap karena pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya.

2.3.8 Sikap Perawat dalam Merawat Pasien

Sikap yang perlu dimiliki oleh seorang perawat pasien agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan harapan pasien, antara lain:

1. Setiap perawat harus memiliki sikap yang ramah terhadap semua orang, terlebih terhadap pasien.

2. Setiap perawat harus memiliki sikap menaruh kasih sayang terhadap sesama, terlebih dahulu bagi yang membutuhkan.

3. Setiap perawat harus memiliki sikap yang dapat memberikan rasa aman pada pasien, bukan menimbulkan kecemasan, kegelisahan dan rasa takut.

4. Setiap perawat harus memiliki sikap menaruh perhatian terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

(22)

pasien yang sedang sakit akan merasa senang, simpati, dan tidak menilai judes terhadap perawat.

6. Setiap perawat harus memiliki sikap yang dapat dipercaya, karena dengan kepercayaanlah harga diri dan kepribadian orang dapat dinilai.

7. Setiap perawat harus memiliki sikap percaya diri, jangan minder. Oleh karean itu, perlu banyak belajar, manambah dan meningkatkan pengetahuan, serta keterampilan keperawatan.

8. Setiap perawat harus memiliki sikap dapat menahan diri, jangan sampai menyalahkan , mengkritik, menyudutkan, dan mempermalukan pasien maupun keluarganya yang dapat menambah berat penyakitnya.

9. Setiap perawat harus memiliki sikap agar pasien tidak ketergantungan pada perawat.

10. Setiap perawat harus memiliki sikap untuk dapat menghindari ucapan yang dapat menyinggung perasaan pasien.

11. Setiap perawat harus memiliki sikap penuh pengertian dan pengabdian. 12. Setiap perawat harus memiliki sikap riang gembira, tidak cemberut dimuka

pasien umum.

13. Setiap perawat harus memiliki sikap yang kooperatif atau mudah diajak kerjasama dengan pasien maupun tim kesehatan lainnya.

14. Setiap perawat harus memiliki sikap yang memungkinkan dapat membantu dalam mengatasi kesulitan pasien maupun keluarganya.

(23)

2.4 Pemberian Cairan

Menurut Efendi (2007), pemberian cairan pada pasien luka bakar sesuai dengan persen luka yang dialami penderita dengan rumus “Baxter”: 4 x bb x % Lb. Contoh: BB pasien: 50 kg, luas luka bakar 40%, maka kebutuhan cairan pasien adalah 4 x 50 x 40 = 8000ml diberikan dengan pembagian. 8 jam I diberikan: 4000ml, 8 jam II diberikan: 2000ml, dan 8 jam III diberikan: 2000ml. Sedangkan menurut “Evans-Brooke” jumlah cairan di berikan dengan memperhitungkan luas permukaan luka bakar dan berat badan pasien (dalam kg). Hari pertama, separuh jumlah kebutuhan cairan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam sisa. Pada hari kedua diberikan separuh jumlah koloid (darah) dan larutan saline ditambah 2000ml glukosa, pemberian merata dalam 24 jam.

Menurut Efendi (2007), hal-hal penting sehubungan dengan resusistasi pada luka bakar:

1. Tujuan utama resusitasi pada luka bakar adalah tercukupi kebutuhan air tubuh untuk mempertahankan fungsi organ dan mencegah komplikasi karena resusitasi yang berlebihan.

(24)

3. Ditemukan perbedaan signifikan volume air resusitasi yang diberikan kelompok pasien muda cenderung diberikan jauh lebih banyak setiap persen luka bakarnya. Hal ini ternyata juga terjadi pada kelompok pasien dengan usia tua bila dibandingkan pasien usia 15-44 tahun.

4. Resusitasi yang berlebihan pada luka bakar yang sangat luas akan sangat berhubungan dengan mudahnya terjadi reaksi adverse pada pasien dan ini ditemukan pada pasien luka bakar luas (mayor) yang dihitung kebutuhan air resusitasinya menggunakan formula Parkland/Baxter. Walaupun banyak kejadian reaksi advers, akan kematiannya masih cukup rendah.

2.4.1 Pengertian Pemberian Cairan

(25)

2.4.2 Tujuan Terapi Penggantian Cairan

Volume cepat dan kecepatan pemberian cairan infus diukur berdasarkan respons pasien luka bakar. Tujuan pemberian atau penggantian cairan adalah tekanan sistolik yang melebihi 100 mm Hg; frekuensi nadi yang kurang dari 110/menit, dan haluaran urin sebanyak 30 hingga 50 ml/jam.

Ukuran tambahan untuk menentukan kebutuhan cairan dan respons pasien terhadap resusitasi mencakup nilai hematokrit, hemoglobin dan kadar natrium serum. Jika nilai hematokrit dan hemaglobinnya menurun atau bila haluaran lebih besar dari 50 ml/jam, kecepatan pemberian infus dapat diturunkan tujuannya adalah untuk menurunkan kadar natrium serum dalam batas-batas normal selama penggangtian cairan (Smeltzer & Suzanne C, 2002).

Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan kedalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, dan fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa, konduksi saraf, kontraksi muscular dan osmolaritas.

(26)

cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan per oral atau intravena (Smeltzer & Suzanne C, 2002).

2.4.3 Pemberian Cairan Melalui Infus

Referensi

Dokumen terkait

Cemilan adalah istilah bagi makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam).Makanan ringan merupakan makanan untuk menghilangkan rasa pasokan

“Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan RisikoBisnis Terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor

mencari ketinggian maksimal untuk penerjunan air dari saluran pembawa ke power house agar dapat menghasilkan energi atau daya yang dapat dimanfaatkan sebagai

Persepsi terhadap indikator sarana prasarana pendidikan yang diberikan pihak perusahaan kepada masyarakat Kecamatan Muara Bengkal dalam kategori netral dengan total

1. Kelengkapan mesin dalam proses produksi sesuai dengan kebutuhan. Ketersediaan bahan baku. Kualitas bahan baku yang baik. Selama ini masih diperlukan rangka sepeda balap

Maka, dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk menyempurnakan penelitian tersebut, agar gagasan Amien Rais mengenai teologi dapat tersampaikan sebagai sebuah

Pada tahapan historiografi peneliti memaparkan dalam bentuk dokumen tertulis data-data yang didapat selama melakukan penelitian mengenai Peran Kyai Haji Abdul Halim

Pemberian dekokta eceng gondok ( E. crassipes ) pada dosis 200 mg/KgBB, 400 mg/KgBB dan 800 mg/KgBB dapat menurunkan kadar MDA ginjal dan persentase nekrosis sel