• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daerah kecamatan merupakan pembagian wilayah administratif di bawah daerah

kabupaten atau kota yang dipimpin oleh seorang camat. Dalam menjalankan tugasnya, Camat

dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota

melalui sekretaris daerah kabupaten/kota. Oleh karena memiliki kedudukan tertinggi di

kantor kecamatan, camat merupakan pemimpin dalam organisasi pemerintah kecamatan.

Dengan demikian, camat dituntut dapat mempengaruhi bawahannya agar mampu

bekerjasama demi mencapai tujuan organisasi.

Kecamatan Muara terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, dengan jumlah penduduk

13.459 jiwa yang tersebar di 15 desa. Kecamatan muara yang letaknya masih di lingkungan

pedesaan membutuhkan kepemimpinan camat yang memiliki tata penyelenggaraan

pemerintahan yang baik. Berdasarkan jurnal Putra Sihombing yaitu “Peran Kepemimpinan

Camat Dalam Peningkatan Disiplin Kerja di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli

Utara” sebagian pegawai dikantor camat muara memiliki pekerjaan lain diluar pekerjaannya.

Hal tersebut dapat terlihat dari disiplin kerja para pegawai yang masih sangat kurang yaitu

pada saat jam kerja, masih banyak pegawai yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan

organisasi, mereka merasa enggan untuk menyumbangkan ide pikiran mereka dalam

menunjang kelancaran kegiatan pemerintahan di Kecamatan, serta pada jam masuk dan

pulang kerja pegawai tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Camat lebih banyak bekerja sendiri dan kurang menjalin hubungan kerja sama dengan

(2)

memfokuskan dirinya terhadap pekerjaannya di luar Kantor Camat sehingga camat sering

tidak berada di kantor untuk menjalankan tugasnya. Jadi, baik camat maupun pegawainya

sering tidak terlihat di kantor camat melaksanakan pekerjaanya karena memiliki pekerjaan

sampingan yang lebih di utamakan dari pekerjaan mereka di kantor camat.

Hal lain yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian adalah dengan

jurnal yang lebih dahulu melakukan penelitian di Kantor Camat Muara bahwa terdapatnya

kepemimpinan dan disiplin yang rendah. Disini camat di tuntut untuk dapat menerapkan

disiplin kerja kepada pegawainya agar mau bekerja sesuai aturan yang berlaku. Pegawai dan

camat sama-sama membenahi tata kerja agar lebih baik lagi. Dan yang juga sering terjadi jika

ada pekerjaan yang harus di selesaikan camat biasanya menyampaikan tugas tersebut di luar

jam kantor atau bahkan tidak saat di kantor kepada pegawainya. Akibatnya pekerjaan yang

ada di kantor camat terbengkalai dan tidak selesai tepat waktu. Dalam kepemimpinannya

camat diharapkan memiliki komunikasi yang profesional dengan bawahannya sehingga

pegawai kantor camat dengan baik menerima tugas yang diberikan oleh pemimpinya dan

dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Hal tersebut tentunya berimplikasi luas pada timbulnya kesenjangan antara pemimpin

dengan yang dipimpinnya yang berujung pada rusaknya tatanan organisasi di Kantor

Kecamatan Muara dan menyebabkan tidak tercapainya tujuan organisasi yang telah

ditentukan. Oleh sebab itu, dengan memiliki komunikasi yang baik dengan bawahannya

Camat Muara dapat menerapkan kedisiplinan kepada pegawainya. Disiplin kerja merupakan

faktor yang penting untuk membenahi kinerja pegawai agar lebih berkualitas lagi. Disiplin

kerja dinilai dari seberapa patuhkah pegawai dalam melaksanakan semua peraturan yang

ditetapkan oleh kantor camat. Menurut Saydam (2005: 284) disiplin adalah sikap kesediaan

dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma- norma, peraturan yang

(3)

mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan

kepadanya. Disiplin kerja diartikan jika pegawai selalu datang dan pulang tepat pada

waktunya, mengerjakan semua pekerjaanya dengan baik dan tepat waktu, melaksanakan

perintah atasan, dan mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlaku.

Berdasarkan pengamatan penulis di Kantor Camat Muara dengan seiring pergantian

camat yang baru telah terjadi perubahan dalam upaya membenahi kedisiplinan kerja pegawai,

Camat melakukan pendekatan dengan mengenal karakter masing-masing pegawainya agar

dapat mengetahui dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka, baik itu kebutuhan moril

maupun materil. Kepemimpinan seorang camat selaku pemimpin harus memiliki pikiran,

tenaga, dan kepribadian yang dapat memicu timbulnya hubungan kerjasama antara

sekelompok orang di dalam organisasi, serta dapat menjalin hubungan komunikasi yang baik

dalam memberikan pengawasan yang efisien dan dapat membawa para bawahannya kepada

sasaran yang ingin dituju sesuai dengan kriteria dan waktu yang telah ditetapkan.

Faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting di dalam instansi, karena

pemimpin itulah yang akan meggerakkan dan mengarahkan organisasi atau instansi dalam

mencapai tujuan. Sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan organisasi ditentukan oleh

kualitas kepemimpinan. Menurut Kartono (2005) Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni

mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama didasarkan pada kemampuan orang tersebut

untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

mengenai kepemimpinan Camat di Kantor Kecamatan Muara ini. Maka dari itu penulis akan

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

rumusan masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah

1. Adakah pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat

Muara Kabupaten Tapanuli Utara?

2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor

Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor

Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai

di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa suatu permasalahan serta

menerapkan segala ilmu yang telah diperoleh.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Kantor Camat Muara

Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi referensi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan peneliti lainnya yang tertarik dalam

(5)

E. Kerangka Teori

Dengan adanya kerangka teori, maka memudahkan penulis dalam rangka menyusun

penelitian ini dimana kerangka teori digunakan untu memberikan landasan berpikir yang berguna

untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk

memberi gambaran dan batasan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian

yang akan dilakukan. Dengan demikian penulisan dapat menggunakan teori-teori yang relevan

dengan tujuan penelitian.

1. Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seseorang yang memiliki

kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan dalam satu bidang, sehingga

dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas demi

tercapainya suatu maksud dan beberapa tujuan (kartono, 2005:76). Menurut (Rivai, 2005:64),

kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan,

proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti,

dipatuhi, dihormati dan orang lain bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan

atau kegiatan yang telah dikehendaki oleh pemimpin tersebut, dengan demikian dapat

dikatakan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan Menurut Hasibuan

(2003:170) “Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan

agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

organisasi”. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain agar mau berperan

serta dalam rangka memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bersama.

(6)

1. Kepemimpinan merupakan proses

2. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (hubungan) antara pimpinan dan bawahan

3. Kepemimpinan merupakan ajakan kepada orang lain

Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum

pengertian pemimpin adalah suatu kewanangan yang disertai kemampuan seseorang dalam

memberikan pelayanan untuk menggerakan orang-orang yang berada dibawah koordinasinya

dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan suatu organisasi.

b. Fungsi Kepemimpinan

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut

harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut nawawi

(2005:74), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam

kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada

didalam, bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian

didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan

fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam

kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap

pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan

gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial

suatu kelompok atau organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju

mundurnya suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin

mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat dapat berjalan dengan baik.

Sondang P. Siagian (1999:47) dalam bukunya Teori dan Praktek Kepemimpinan

(7)

1. Pimpinan sebagai penentu arah dalam usaha pencapaian tujuan

2. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di

luar organisasi

3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif

4. Pemimpin sebagai mediator, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam

menangani situasi konflik

5. Pemimpin sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral

Fungsi kepemimpinan menurut Rivai (2005:119), bahwa kepemimpinan berhubungan

langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing yang

mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.

Menurut Hadari Nawawi (2005:75), secara operasional dapat dibedakan dengan lima

fungsi pokok kepemimpinan, yaitu :

1. Fungsi Instruktif

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana

(cara mengerjakan perintah), bila mana (waktu memulai melaksanakan dan melaporkan

hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan

secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Dalam

hal ini fungsi orang yang dipimpin adalah sebagai pelaksana perintah. Inisiatif tentang segala

sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah tersebut, sepenuhnya adalah merupakan fungsi

pemimpin, fungsi ini juga berarti bahwa keputusan yang ditetapkan pemimpin tanpa kemauan

para bawahannya tidak akan berarti. Jika perintah tidak dilaksanakan juga tidak akan ada

artinya. Intinya,kemampuan bawahan menggerakan pegawainya agar melaksanakan perintah,

(8)

sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan efektivitas

dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi.

2. Fungsi Konsultatif

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut

digunakan sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang memerlukan bahan

pertimbangan dan mungkin perlu konsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.

Konsultasi yang dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back),

yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah

ditetapkan dan dilaksanakan

3. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang

dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap

anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam

melaksanakan kesepakatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi

masing-masing. Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dua arah, tetapi juga perwujudan

pelaksanaan hubungan manusia yang efektif antara pemimpin dan orang yang dipimpin baik

dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Sekalipun

memiliki kesempatan yang sama bukan berarti setiap orang bertindak semaunya, tetapi harus

dilakukan dan dikerjakan secara terkendali dan terarah yang merupakan kerjasama dengan

tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Dengan demikian musyawarah

menjadi hal yang sangat penting dalam kesempatan berpartisipasi melaksanakan program

(9)

pelaksanaannya, akan tetapi pemimpin harus tetap dalam posisi sebagai pemimpin yang

melaksanakan fungsi kepemimpinan bukan sebagai pelaksana.

4. Fungsi Delegasi

Dalam melaksanakan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang

membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan

seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang

dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus

diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh

pemimpin seorang diri. Jika pemimpin berkerja seorang diri, ia pasti tidak dapat berbuat

banyak dan mungkin dapat menjadi tidak berarti sama sekali. Oleh karena itu sebagian

wewenang perlu didelegasikan kepada para bawahannya agar dapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur

aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga

memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.Dalam melaksanakan fungsi

pengendalian, pemimpin dapat mewujudkannya melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,

koordinasi, dan pengawasan. Dalam melakukan kegiatan tersebut berarti pemimpin berusaha

mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap perseorangan dalam melaksanakan

(10)

Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diatas, diselenggarakan dalam aktifitas kepemimpinan

secara intergral. Aktifitas atau kegiatan kepemimpinan yang bersifat intergral tersebut dalam

hal pelaksanaannya akan berlangsung sebagai berikut :

a. Pemimpin berkewajiban mejabarkan program kerja yang menjadi keputusan yang kongkrit

untuk dilaksanakan sesuai dengan prioritasnya masing-masing keputusan-keputusan itu harus

jelas hubungannya dengan tujuan kelompok/organisasi.

b. Pemimpin harus mampu menterjemahkan keputusan-keputusan menjadi intruksi yang

jelas, sesuai dengan kemampuan anggota yang melaksanakan, Setiap anggota harus

mengetahui dari siapa intruksi diterima dan pada siapa di pertanggung jawabkan.

c. Pemimpin harus berusaha untuk mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berpikir

dan mengeluarkan pendapat baik secara perorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin

harus mampu menghargai gagasan, pendapat, saran, kritik anggotanya sebagai wujud dari

partisipasinya. Usaha mengembangkan partisipasi anggota tidak sekedar ikut aktif dalam

melaksanakan perintah, tetapi juga dalam memberikan informasi dan masukan untuk

dijadikan bahan pertimbangan bagi pemimpin dalam membuat dan memperbaiki

keputusan-keputusan.

d. Mengembangkan kerjasama yang harmonis, sehingga setiap anggota mengerjakan apa

yang harus dikerjakannya, dan bekerjasama dalam mengerjakan sesuatu yang memerlukan

kebersamaan. Pemimpin harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap

kemampuan, prestasi atau kelebihan yang dimiliki setiap anggota kelompok/organisasinya.

e. Pemimpin harus membantu dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

dan mengambil keputusan sesuai dengan batas tanggung jawab masing-masing. Setiap

anggota harus didorong agar tumbuh menjadi orang yang mampu menyelesaikan

(11)

lain. Setiap anggota harus dibina agar tidak menjadi orang yang selalu menunggu perintah.

Namun diharapkan setiap anggota/bawahan adalah orang yang inisiatif artinya mampu

berkerja dengan sendirinya karena kesadaran bahwa pemimpin memiliki tanggungjawab.

c. Teori Kepemimpinan

Menurut Wursanto (2005:197) dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Organisasi

menjelaskan teori kepemimpinan adalah bagaimana seseorang menjadi pemimpin, atau

bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Beberapa teori tentang kepemimpinan yaitu :

1. Teori Kelebihan

Teori ini beranggapan bahwa seorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki kelebihan

dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin

mencakup 3 hal yaitu kelebihan ratio, kelebihan rohaniah, kelebihan badaniah.

2. Teori Sifat

Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki

sifat yang positif sehingga para pengikutnya dapat menjadi pengikut yang baik,

sifat-sifat kepemimpinan yang umum misalnya bersifat-sifat adil, suka melindungi, penuh percaya diri,

penuh inisiatif, mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif dan kreatif.

3. Teori Keturunan

Menurut teori ini, seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan atau warisan, karena

orangtuanya seorang pemimpin maka anaknya otomatis akan menjadi pemimpin

(12)

4. Teori Kharismatik

Teori ini menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang tersebut mempunyai

kharisma (pengaruh yang sangat besar). Pemimpin ini biasanya memiliki daya tarik,

kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar.

5. Teori Bakat

Teori ini disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa pemimpin lahir karena

bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena memang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin.

Bakat kepemimpinan harus dikembangkan, misalnya dengan memberi kesempatan orang

tersebut menduduki suatu jabatan.

6. Teori Sosial

Teori ini beranggapan pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap orang

mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asal dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat

dididik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui

pendidikan formal maupun pengalaman praktek.

d. Teknik Kepemimpinan

Menurut Wursanto (2005:207) dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Organisasi

menjelaskan tentang teknik kepemimpinan yaitu membicarakan bagaimana seorang

pemimpin menjalankan fungsi kepemimpinanya yang terdiri dari:.

1. Teknik Kepengikutan

Merupakan teknik untuk membuat orang-orang suka mengikuti apa yang menjadi kehendak

si pemimpin. Ada beberapa sebab mengapa seseorang mau menjadi pengikut yaitu:

(13)

- kepengikutan karena agama

- kepengikutan karena tradisi atau naluri

- kepengikutan karena rasio

2. Teknik Human Relations

Merupakan hubungan kemanusiaan yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan psikologis

maupun kepuasan jasmaniah. Teknik human relations dapat dilakukan dengan memberikan

berbagai macam kebutuhan kepada para bawahan, baik kepuasan psikologis ataupun

jasmaniah.

3. Teknik Memberi Teladan, Semangat, dan Dorongan

Dengan teknik ini pemimpin menempatkan diri sebagai pemberi teladan, pemberi semangat,

dan pemberi dorongan. Dengan cara demikian diharapkan dapat memberikan pengertian dan

kesadaran kepada para bawahan sehingga mereka mau dan suka mengikuti apa yang menjadi

kehendak pemimpin.

2. Disiplin Kerja

a. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang

terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat

kerja dan terwujudnya tujuan organisasi dan karyawan. Oleh karena itu, setiap pemimpin

selalu berusaha agar bawahannya mempunyai kedisiplinan yang baik. Disiplin adalah kondisi

kendali diri karyawan dan perilaku tertib yang menunjukkan tingkat kerja sama tim yang

(14)

dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai, sehingga secara sukarela berusaha

bekerja kooperatif dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi kerja. Menurut

Saydam (2005: 284) disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi

dan mentaati segala norma- norma, peraturan yang berlaku disekitarnya secara bertanggung

jawab.

Disiplin merupakan faktor penting dalam rangka pencapaian tujuan organisasi,

dimana merupakan tugas para manajer agar para karyawan memiliki kesadaran untuk

mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, dengan demikian

disiplin dapat dikatakan sebagai bentuk sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan

peraturan-peraturan dalam organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis. Dapat disimpulkan

bahwa disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau sekelompok

orang yang tergabung dalam organisasi tersebut berkehendak mematuhi dan menjalankan

peraturan-peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dengan dilandasi

kesadaran akan tercapainya suatu kondisi antara keinginan dan kenyataan dan diharapkan

agar para karyawan memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga prestasinya

meningkat.

b. Bentuk- bentuk Disiplin Kerja

Terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja, yaitu:

1. Disiplin retributif (retributive discipline), yaitu berusaha menghukum orang yang

berbuat salah.

2. Disiplin korektif (corrective discipline), yaitu berusaha membantu karyawan

mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat.

3. Perspektif hak-hak individu (individual rights perspective), yaitu berusaha melindungi

(15)

4. Perspektif utilitarian (utilitarian perspective), yaitu berfokus kepada penggunaan

disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi

dampak-dampak negatifnya (Rivai, 2004: 444).

c. Tujuan Disiplin Kerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2002: 292), secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan

utama pembinaan disiplin kerja adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai dengan motif

perusahaan. Secara khusus tujuan pembinaan disiplin kerja para tenaga kerja, antara lain:

1. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan

maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak

tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.

2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan

pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan

perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa

perusahaan dengan sebaik-baiknya.

4. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada

perusahaan.

5. Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan

perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

d. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

(16)

1. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan

yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi

kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan

kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar

karyawan bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladanan Pimpinan

Teladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan

harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata

dengan perbuatannya. Dengan keteladanan pimpinan yang baik, kedisiplinan

bawahan pun akan ikut baik.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena

balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap organisasi

atau pekerjaannya.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat

manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan

manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam memberikan

balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptannya kedisiplinan

karyawan yang baik.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam

(17)

atasan langsung harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah

kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu hadir

ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya

yang mengalami kesulitan dalam menyelasaikan tugasnya.

6. Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memeihara kedisiplinan karyawan. Dengan

sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar

peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan

berkurang. Berat / ringan saksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi

baik buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan

pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua

karyawan.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan

karyawan. Pimpinan harus berani dan tegas untuk menghukum setiap karyawan yang

indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Impinan yang

berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan indisipliner akan akan

disegani dan diakui kepemimpinanya oleh bawahan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama karyawan ikut menciptakan

kedisiplinan yang baik pada suatu perusahan. Hubungan-hubungan itu baik bersifat

vertikal maupun horizontal yang terdiri dari single relationship, direct group

relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis. Pimpinan atau manajer

(18)

relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang

nyaman.

e. Dimensi Disiplin Kerja

Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi

dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu

upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2004:444).

1. Sikap adalah mental dan perilaku karyawan yang berasal dari kesadaran atau kerelaan

dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas dan peraturan perusahaan.

2. Norma adalah kemampuan karyawan untuk memahami sepenuhnya peraturan yang

berlaku sebagai suatu acuan dalam bersikap dan mengetahui tujuan dan manfaat dari

peraturan tersebut.

3. Tanggung jawab adalah kemampuan dalam menjalankan tugas dan peraturan

perusahaan.

f. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja

Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para karyawan yang melanggar

norma-norma perusahaan adalah memperbaiki dan mendidik para karyawan yang melakukan

pelanggaran disiplin. Pada umumnya sebagai pegangan manajer meskipun tidak mutlak,

tingkat dan jenis disiplin kerja terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang dan

sanksi disiplin ringan.

1. Sanksi disiplin berat

(19)

a. Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan/pekerjaan yang diberikan

sebelumnya.

b. Pembebasan dari jabatan/pekerjaan untuk dijadikan sebagai karyawan biasa bagi yang

memegang jabatan.

c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri karyawan yang

bersangkutan.

d. Pemutusan hubungan kerja tidak hormat sebagai karyawan di perusahaan.

2. Sanksi disiplin sedang

a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancangkan sebagaimana

karyawan lainnya.

b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan, harian, mingguan, atau

bulanan.

c. Penundaan program promosi bagi karyawan yang bersangkutan pada jabatan yang lebih

tinggi.

3. Sanksi disiplin ringan

a. Teguran lisan kepada karyawan yang bersangkutan

b. Teguran tertulis

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

3. Pegawai Negeri Sipil

Di dalam suatu organisasi sumber daya manusia disebut sebagai pegawai.

Menurut UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN atau Aparatur Sipil Negara Pasal 7 pegawai

negeri sipil adalah Pegawai ASN atau Aparatur Sipil Negara yang diangkat sebagai pegawai

(20)

1. Pegawai Negeri Sipil pusat (PNS Pusat), yaitu pegawai negeri sipil yang gajinya

dibebankan kepda APBN, dan bekerja pada departemen, lembaga non departemen,

kesekretariatan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, instansi vertikal di daerah-daerah

serta kepaniteraan di pengadilan.

2. Pegawai Negeri Sipil daerah (PNS Daerah), yaitu pegawai negeri sipil yang bekerja di

pemerintah daerah dan gajinya dibebankan kepada APBD, PNS Daerah terdiri dari PNS

Daerah Provinsi dan PNS Kabupaten/Kota.

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan, yang

mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Dengan kata

lain, hipotesis dapat juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirik. (Sugiyono, 2005:70)

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian terdahulu diatas, maka hipotesis

yang dikemukakan penelitian adalah sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemimpinan terhadap disiplin kerja

pegawai Kantor Camat Muara.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemimpinan terhadap disipin kerja

pegawai Kantor Camat Muara.

H. Defenisi Konsep

(21)

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu cara seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya agar mau

bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.

2.Disiplin Kerja Pegawai

Kedisiplinan pegawai adalah sifat pegawai yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan

organisasi tertentu.

I. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional menurut Singarimbun (2006:46) adalah unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran

tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari

variabel-variabel tersebut.

Defenisi operasional merupakan uraian konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk

indikator-indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut penelitian. Adapun

yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (x), Kepemimpinan diukur atau diteliti melalui indikator-indikator, sebagai

berikut :

a. Fungsi Instruktif

1. Penjelasan mengenai cara mengerjakan perintah

2. Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan pegawainya agar melaksanakan perintah

b. Fungsi Konsultatif

(22)

c. Fungsi Partisipasi

1. Kerja sama dengan tidak mencampuri tugas pegawai lainnya

2. Selalu melibatkan seluruh pegawai dalam pelaksanaan program organisasi yang sesuai

dengan tugasnya masing-masing

d. Fungsi Delegasi

Pelimpahan wewenang kepada bawahan dalam merumuskan dan mengambil keputusan

2. Variabel Terikat (y), Disiplin Kerja Pegawai diukur atau diteliti melalui

indikator-indikator, sebagai berikut :

a. Sikap

1. Datang sesuai jam kerja yang ditentukan.

2. Pulang sesuai jam yang ditentukan.

3. Menjalankan peraturan yang berlaku di kantor.

4. Mampu mengerjakan tugas yang diberikan.

b. Norma

1. Memakai seragam yang ditetapkan.

2. Menjaga kerapian ruang kerja.

3. Penggunaan fasilitas kantor.

c. Tanggung Jawab

1. Ketelitian dalam bekerja.

2. Kemampuan menjaga peralatan kantor yang telah disediakan.

J. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan yang akan dilakukan oleh peneliti dijabarkan sebagai

berikut:

(23)

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Kerangka Teori dam Sistematika Penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel,

Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum lokasipenelitian atau karakteristik objek

penlitian yang relevan dengan topik penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang diperoleh selama penelitian di

Lapangan

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat analisis data-data yang diperoleh saat peneltian dilakukan dan

memberikan interpretasi atas permasalahan yang diajukan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu dari hasil

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,553 dengan taraf signifikansi 0,000 (p ≤ 0,05) yang berarti menunjukkan adanya

Analisis kompetensi kepala ruang dalam pelaksanaan standar manajemen pelayanan keperawatan dan pengaruhnya terhadap kinerja perawat dalam mengimplementasikan model praktik

HUBUNGAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA/I DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH 02 KAMPUNG DADAP

Mereka lebih suka latah membangun gedung-gedung dan mal-mal tanpa perencanaan yang matang, dan justeru sering menggusur bangunan bersejarah tersebut.Dari urian di

Pada penggunaan dataset Reuters metode yang diusulkan dengan menggunakan semantic word holonim mampu menghasilkan nilai overall f-measures yang lebih baik

untuk pertumbuhan tinggi badan yang optimal perkembangan

Banyaknya jenis material yang dapat diterapkan baik pada elemen pembentuk ruang yaitu dinding, lantai,dan langit-langit dan perabotan, juga banyaknya café yang terdapat di

Suppose that we want to get some information from Portal Garuda on the list of journals in Computer Science & IT Subject, then the data source that