• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

Berdasarkan kajian serta penjelasan yang terdapat di dalam latar belakang, perancangan ini memiliki judul yaitu Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala.

2.1.1 Definisi Pusat

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pusat memiliki pengertian yaitu merupakan tempat yang terletak pada bagian tengah1

2.1.2 Definisi Kreativitas

Berdasarkan Kamus besar bahasa Indonesia kreativitas merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah

dan menemukan peluang

Berdasarkan para ahli kreativitas memiliki pengertian yang diantara nya yaitu

sebagai berikut :

Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education)2 kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai.

Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat

kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Supriadi (2001:7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

(2)

2.1.3 Definisi Pemuda

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kedua (1995) kata pemuda memiliki pengertian yakni remaja yang berarti sudah mulai beranjak dewasa.

Pada dasarnya pemuda merupakan masa transisi dari remaja menuju pra dewasa yang berusia berkisar antara 14 – 22 tahun dimana pada masa ini mereka sedang mencari perkembangan jati diri mereka dengan mencari apa yang mereka disukai atau tidak disukai atau kemana arah minat mereka akan terfokus.

2.1.4 Kota Kwala Bekala

Merupakan Kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Tuntungan Medan, Sumatera Utara yang merupakan termasuk dalam proyek wilayah Mebidangro3

2.1.5 Tinjauan Umum Proyek Pusat Kreativitas Pemuda / Gelanggang Remaja

/ Youth Centre

Pusat Kreativitas Pemuda memiliki fungsi yang sama dengan Istilah gelanggang remaja. Gelanggang remaja atau Youth Centre di dalam bahasa Inggris mengandung pengertian yaitu suatu arena atau tempat bertanding. Dengan demikian Gelanggang Remaja memiliki pengertian tempat bertanding atau berkompetisi para remaja dalam berbagai macam kegiatan. Sehubungan dengan itu maka Gelanggang Remaja juga dapat dipahami sebagai suatu arena atau tempat yang bersifat tetap bagi para remaja untuk menyelenggarakan berbagai macam kegiatan secara teratur dan terarah dengan penanggung jawab tertentu. Di dalam gelanggang mereka dapat berekreasi dan berkreasi sesuai dengan aspirasi, hasrat, bakat dan niatnya serta dapat menggunakan fasilitasi yang tersedia di tempat. Sehingga arena ini bermaksud memberikan fasilitas bagi penyaluran dan pengembangan aspirasi, hasrat dan minat

3

(3)

yang kreatif dimana penyelenggaraannya berlandaskan pada unsur-unsur pendidikan dan rekreasi.

2.1.5.1Kajian Kegiatan Pada Gelanggang Remaja

Dari berbagi jenis kegiatan yang diselenggarakan di Pusat Kreativitas Pemuda atau Gelanggang Remaja pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga golongan jenis kegiatan. Yaitu :

a. Kegiatan Seni, dimana mencakup materi kegiatan berupa: 1. Meningatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan benegara 3. Mempertebal idealism, patriotism dan harga diri

4. Memperkokoh kepribadian, disiplin dan budi pekerti luhur 5. Mengembangkan kepemimpinan dan kepeloporan

Materi-materi di atas terwujud dalam bentuk kegiatan seperti ceramah, diskusi, latihan kepemimpinan, peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan.

b. Kegiatan bidang pengetahuan dan ketrampilan, dimana mencakup materi kegiatan berupa:

1. Kursus 2. Latihan

3. Lomba karya ilmiah 4. Lomba karya ketrampilan

5. Kegiatan kepustakaan dan kegiatan kelompok belajar

(4)

1. Latihan dan pertandingan olahraga seperti bulu tangkis, bola basket, bola voli, tenis meja, bela diri dan sebagainya.

2. Latihan, pameran, lomba dan festival seni budaya seperti seni tari, seni suara, seni musik dan seni drama.

3. Wisata (diorganisasikan oleh Gelanggang Remaja)

2.1.5.2Jenis Kegiatan Pada Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala

Berdasarkan kajian kegiatan pada umumnya yang terdapat pada gelanggang remaja, maka proyek perancangan Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala ini terfokus pada fungsi – fungsi sebagai berikut:

a. Kegiatan Bidang Seni

Kegiatan seni ini bertujuan untuk melatih pola pikir remaja untuk kreatif, dan inovatif serta peka terhadap unsur – unsur yang ada pada seni. Kegiatan seni tersebut diantara nya yaitu :

1. Seni Lukis dan Kaligrafi

2. Seni Tari Tradisional dan Modern 3. Seni Musik dan Olah Vokal 4. Seni Pertunjukan Teater

b. Kegiatan Bidang Kreativitas dan Olahraga

Kegiatan bidang kreativitas dan olahraga ini terfokus kepada bidang pelatihan dan olahraga yang bertujuan untuk melatih saraf motorik, melatih kebugaran, serta meningkatkan ketangkasan para remaja. Kegiatan di bidang olahraga yang terdapat pada Pusat Kreativitas Pemuda terdiri atas :

1. Olahraga Renang Indoor 2. Olahraga Basket

3. Olahraga Futsal

(5)
(6)

2.2Lokasi Perancangan

Gambar 2.2 Detail Letak Site di kawasan Kwala Bekala

(7)

Lokasi Perancangan ini berada di kawasan Transit Oriented Development (TOD) Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera Utara. Lokasi perancangan berada di sekitar area permukiman masyarakat, kemudan terdiri atas fungsi-fungsi pendukung seperti perkantoran, hotel, pusat pasar Lau Chi, terminal, serta Convention Centre.

Judul Proyek : Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala Tema Proyek : Arsitektur Hijau

Lokasi Proyek : Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera Utara

Batas Site

 Utara : Lahan Kosong

 Selatan : Kwala Bekala Convention Centre

 Timur : Kompleks Pertokoan

 Barat : Eco Business Park Luas Site : 1.8 Ha

2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Kwala Bekala merupakan kelurahan yang termasuk dalam kecamatan Medan Johor yang tergolong dalam pengembangan inti kota, maka di perlukan aspek aspek untuk menunjang Pusat Kreativitas Pemuda ini agar menjadikan kota Kwala Bekala semakin berkembang, aspek – aspek yang diperlukan dalam pemilihan lokasi perancangan yaitu sebagai berikut :

a. Lokasi merupakan pengembangan kota dan sebagian besar fungsi di sekitar perancangan merupakan kawasan komersil

b. Lokasi berada dekat dengan pusat pendidikan

(8)

d. Lokasi tergolong dalam kawasan pengembangan Transit Oriented Development (TOD)

e. Ukuran lahan perancangan minimal 1.5 hektar

f. Berada dekat dengan kawasan permukiman penduduk untuk menunjang fungsi dari proyek perancangan

2.2.1.1Pencapaian

Lokasi perancangan merupakan fungsi edukasi dan komersil, kemudahan dalam pencapaian menuju lokasi perancangan merupakan hal yang harus diutamakan, kriteria pencapaian terdiri atas :

a. Lokasi perancangan mudah di akses dari segala arah b. Tidak berada dalam Kawasan kemacetan lalu lintas

c. Lokasi perancangan mudah di akses dengan jalur pejalan kaki, transportasi umum, serta jalan raya

d. Berada dekat dengan jalan primer maupun sekunder

2.1.1.3 Area Pelayanan

Perancangan Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala ini merupakan proyek perancangan yang melayani wilayah kota Kwala Bekala dan wilayah sekitarnya.

2.3.1.4 Persyaratan Lain

Lahan perancangan merupakan terdiri atas lahan kosong dengan di dukung oleh fungsi fungsi komersil yang ada di sekitar proyek perancangan.

2.2.2 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi Perancangan

(9)

Utara sebagai faktor pendukung Lokasi Perancangan, dalam ketentuannya sebuah lokasi perancangan harus memenuhi kententuan sebagai berikut :

a. Luas Lahan : 18.000 m² atau 1.8 hektar

b. Kontur : Kondisi lahan relative Sedikit berkontur landau

Peraturan

a. KLB : 1-5

b. KDB : 60 %

c. GSB : 5 meter

d. Ketinggian bangunan : 5 Lantai

e. Pemilik : PTPN II

f. Bangunan existing : Lahan Kosong

g. Keistimewaan site : a. Site terletak di pinggir Danau

b. Site merupakan kawasan Transit Oriented Development (TOD).

c. Sekitar kawasan didukung dengan fungsi – fungsi komersil

d. Site berada dekat pusat pendidikan yaitu Universitas Sumatra Utara.

e. Lokasi site jauh dari pusat kota Medan, mendukung Fungsi Proyek Peraancangan sebagai fasilitas edukasi.

2.3 Studi Literatur

(10)

2.3.1 Peraturan Mebidang-ro

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 22 tahun 1973 tentang perluasan daerah Kotamadya Medan, menjelaskan bahwa Wilayah Kotamadya Medan diperluas dengan memasukkan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang, yaitu kecamatan Medan Tuntungan meliputi Kwala Bekala didalamnya.

Medan-Binjai-Deli Serdang & Karo memiliki visi yang jauh ke depan (visi 2027) yaitu kota yang nyaman dihuni, memiliki fasilitas kota yang terjangkau, mendorong gairah berakitivitas sosial, ekonomi maupun kebudayaan, banyak ruang publik yang mudah dicapai dengan bersepeda atau jalan kaki dan transportasi umum yang andal. Selain itu, sebagai PKN dan KSN Ekonomi, Rencana Pengembangan Metropolitan Mebidangro telah disiapkan sampai tahun 2030. Tujuannya agar Mebidangro mampu menjadi pusat pelayanan ekonomi skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi Regional IMT-GT, di samping melayani penduduknya dengan prima. Luas wilayah Metropolitan Mebidangro adalah 301.697 ha, meliputi Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo. Pada tahun 2009 total jumlah penduduk metropolitan ini mencapai

4.2 juta Jiwa.

Dengan perkiraan pertumbuhan penduduk selama 20 tahun terakhir sebesar 30,95%, diperkirakan jumlah penduduk Metropolitan Mebidangro pada tahun 2029 akan mencapai 5.5 juta Jiwa. Dilihat dari daya dukung fisik dasarnya, sekitar 37,55% lahan Metropolitan Mebidangro, yaitu 113.280 ha, potensial dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Diperkirakan daya tampung kawasan Metropolitan Mebidangro

mencapai 6,8 juta jiwa.

(11)

wilayah bandara minimal 1.365 ha. Metropolitan Mebidangro juga didukung keberadaan pelabuhan laut Belawan dengan status pelabuhan internasional (PP No. 26 tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Dalam melaksanakan pengelolan Kawasan Metropolitan, penguatan kelembagaan eksisting melalui pola kerjasama daerah menjadi perhatian penting terkait implementasi pengembangan Metropolitan Mebidangro 2030. Penguatan kelembagaan berorientasi pada sinergi program pembangunan, kepastian hukum dan perpendekan proses birokrasi sehingga mampu meningkatkan gairah investasi di wilayah MetropolitanMebidangro.

Kebijakan dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:

1. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand;

2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan Mebidangro sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah Sumatera bagian utara;

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara internasional, nasional, dan regional; 4. Peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan antara

perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan; 5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di

Kawasan Perkotaan Mebidangro.

(12)

pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro, dan pengembangan Akses Strategis Mebidangro. Pengembangan Koridor Ekonomi Internasional Belawan-Kuala Namu dilakukan dengan menata pusat Kota Medan menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Selain itu, dilakukan pula penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro.

Selanjutnya yang dimaksud dengan pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru adalah membangun pusat-pusat pelayanan kota baru yang berfungsi sekunder dan menghubungkan mereka dengan sistem jaringan transportasi massal yang dapat menampung serta melayani sekitar 500.000 jiwa untuk masing-masing pusat pelayanan sekunder. Di sisi lain, dilakukan pula pengembangan koridor kegiatan primer berdasarkan skalanya.

(13)

keterpaduan simpul sistem jaringan transportasi yang memadukan transportasi darat, udara, dan laut di Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu dan Stasiun Medan.

2.3.2 Transit Oriented Develoment (TOD)

Transit Oriented Development (TOD) ialah merupakan sebuah pendekatan pengembangan kota dimana pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi angka penggunaan transportasi pribadi dan mengubah pola pikir masyarakat untuk beralih kepada penggunaan transportasi umum maupun fasilitas umum yang dapat menunjang pejalan kaki menyusuri wilayah yang menerapkan konsep TOD tersebut. Pada dasarnya konsep ini memiliki titik – titik transit yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk menaikkan atau pun menurunkan penumpang, melainkan titik – titik transit tersebut juga dapat berguna sebagai area berlangsung nya kegiatan perkotaan baik di dalam aspek ekonomi, bisnis, pendidikan, permukiman, jasa, dan sebagainya.

2.3.2.1Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD)

Menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) struktur TOD dan daerah disekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut :

a) Fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan untuk memberi layanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan kaki.

b) Pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area komersial sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. Fasilitas yang ada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis dan hiburan.

(14)

d) Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial. jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersil dengan seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dengan fungsi single- family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar, fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir. e) Fungsi-fungsi lain , yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensi bergantung pada

kendaraan bermotor, truk atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang berada di luar kawasan TOD dan area sekunder.

Gambar. 2.1 Konsep TOD

(15)

Konsep Transit Oriented Development (TOD) di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik dengan moda maupun berjalan dengan radius berkisar antara 400 – 800 m yang diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi dengan titik-titik transit yaitu terminal dan stasiun kereta api.

2.3.2.2Kriteria Penerapan TOD pada Suatu Wilayah

Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2007) konsep Transit Oriented

Development (TOD) pada dasarnya adalah untuk mengintegrasikan jaringan jalan dengan bangunan sekitarnya dikaitkan dengan manusia sebagai penggunanya sehingga tercipta lingkungan yang walkable, aman dan nyaman, dimana dapat diuraikan :

a) Tujuan Lingkungan

1. Meningkatkan kualitas udara, menghemat penggunaan energi dan membuat lingkungan yang berkelanjutan.

b) Mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor pada lingkungan yang didominasi oleh kendaraan bermotor.

c) Tujuan Perencanaan/Transportasi

1. Menciptakan pola pembangunan kota untuk pengembangan kawasan secara terintegrasi.

2. Menciptakan variasi perumahan dengan berbagai kepadatan dari rendah sampai dengan tinggi dalam radius tertentu dari lokasi transit (Calthrope).

(16)

adalah ketinggian bangunan bertambah, menciptakan kemenarikan visual dan karakter urban yang lebih kuat.

Fasad bangunan harus bervariasi dan terartikulasi untuk memberikan ketertarikan visual bagi pedestrian. Jika syarat ini tidak dipenuhi, pengalaman ruang kala berjalan kaki akan terasa membosankan dan terasa semakin jauh.

a) Area Residensial

Tujuan TOD adalah mengurangi tingkat penggunaan mobil pribadi. dengan perancangan dan lokasi area residensial yang tepat tujuan ini dapat dicapai. Residensial sebaiknya berdekatan dengan area komersial dan dan transit.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis” Peter Calthorpe

Gambar.2.6

Sumber : Buku “The Next AmericanMetropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.7

(17)

Kepadatan area residensial dirancang untuk mendukung pengguna transit. Tipe permukiman bervariasi terdiri dari tipe single family, tipe townhouse, dan apartemen.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.8

Zona antara sidewalk dan rumah

b) Pedestrian

Jalan di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrian-friendly. Untuk menciptakan ruang jalan yang demikian harus dipikirkan berapa luas yang diperlukan untuk pedestrian untuk menciptakan ruang publik yang aktif,sementara tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parkir, jalur bersepeda dan pergerakan kendaraan.

(18)

Sidewalk secara virtual terbagi atas beberapa zona yaitu; zona tepi yang berbatasan langsung dengan jalur mobil (minimal 1,2 meter untuk kawasan TOD, untuk menyediakan ruang menunggu), zona furnishing yang mengakomodasi perletakan street furniture seperti pohon atau fasilitas transit, zona „melintas‟ yaitu jalur yang dapat dilalui tanpa gangguan, dan zona „frontage‟ yaitu ruang bersih antara fasad bangunan (tempat pejalan kaki melakukan window shopping, area keluar dan masuk dari dalam bangunan) dan zona „melintas‟. Lebar sidewalk minimum yang disarankan adalah 3 meter (pada area komersial minimum 4 meter), tidak batas maksimum untuk lebar sidewalk namun jika terlalu lebar menyebabkan ketidaknyaman karena terkesan kosong dan tidak mengundang

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.9

(19)

Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter (dapat dialui dua orang sekaligus). Dimensi sidewalk lebar di area komersial dimana aktivitas pedestrian lebih besar dan seating luar sangat direkomendasikan (1,8 meter -2,5 meter). Jalur pedestrian yang nyaman akan mengurangi penggunaan mobil dan menambah efisiensi penggunaan transit.

Street furniture pada pedestrian sangat diperlukan bagi pejalan kaki. Jika ruang jalan tidak memiliki fasilitas ini maka pemakaian ruang jalan mnjadi tidak nyaman. Misalnya jika tidak ada lampu jalan menyebabkan ketidaknyaman dan

Gambar 2.10

Sumber : Buku “Planning and Designing for Pedestrians” San Diego‟s Regional Planning Agency

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar 2.11

(20)

tidak tersedianya tempat sampah membuat jalan jadi kotor dan membuat orang enggan berjalan kaki. Untuk menciptakan sense of community dapat melalui pemilihan desain street furniture yang mencerminkan karakter lokal.

Pepohonan untuk peneduh diperlukan disepanjang jalan. Jarak antara pohon-pohon tersebut tidak boleh lebih dari 9 meter. Jenis pohon dan teknik penanaman harus diseleksi dengan seksama untuk menciptakan kesan meyatu pada ruang jalan, menyediakan naungan yang efektif, dan menghindari kerusakan trotoar. Banyak ruang jalan yang dikenang orang karena deretan pepohonan di sepanjang jalan. Keberadaan pohon penting untuk kenyamanan pejalan kaki karena menyediakan naungan dari cuaca dan mengurangi suhu panas yang dihasilkan permukaan aspal dan menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk. Selain itu pepohonan juga memberikan keindahan pada ruang jalan.

Akan akan lebih baik jika jalan memiliki vista menuju area pusat, bangunan publik, taman atau fitur-fitur alami. Jalan yang membingkai vista akan lebih mudah diingat (memorable). Jalan yang ideal sebaiknya mempunyai titik tujuan yang penting. Dalam hal ini jalan lurus lebih mudah diimplimentasikan karena

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar 2.12

(21)

memiliki pandangan yang jelas kesebuah landmark.Landmark memudahkan orientasi pedestrian dan membuat rute perjalanan lebih menarik. Jalan lurus juga memberikan aksesibilitas visual yang tinggi, ketika tujuan dapat terlihat seseorang akan lebih tertarik untuk berjalan kesana.

c) Parkir

Parkir on-street sangat direkomendasikan dan lebarnya sebaiknya antaa 2,1-2,4 meter. Parkir dipinggir jalan ini sangat untuk mencegah fokus pada lahan parkir dan lebih mengutamakan jalan. Parkir paralel lebih baik namun parkir dengan sudut lebih direkomendasikan untuk area komersial. Parkir on-street dapat membantu mengurangi kecepatan mobil yang melintas karena membuat ruang jalan lebih sempit secara visual, juga berfungsi sebagai buffer antara trotoar dengan lajur mobil.

Selain itu parkir paralel juga bisa membuat aktivitas pada ruang jalan hidup karena akan mendukung fungsi-fungsi komersial. Parkir paralel secara visual membuat ruang jalan lebih sempit. Sistem parkir sealain on-strret sebaiknya tidak bersebelahan langsung dengan ruang jalan. Lahan parkir dibelakang bangunan lebih disarankan.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.13

(22)

2.3.3 Konsep Perancangan Masterplan TOD Kota Kwala Bekala

Keberadaan titik titik transit antara stasiun dengan terminal pada rancangan wilayah yang telah dikembangkan dengan luas wilayah 22.7 Ha ini berintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan komersil yang mendukung wilayah ini sebagai kawasan perekonomian. Dalam proyek pengembangan terdapat jalur pejalan kaki yang berguna sebagai penghubung antara kedua titik transit tersebut dan juga menjadi salah satu faktor pendukung konsep TOD, sehingga keberadaan jalur ini dapat menjadi Backbone atau tulang punggung pusat terhadap kawasan Kota Pengembangan Kwala

Bekala. Jalur Backbone TOD ini merupakan jalur pejalan kaki yang memiliki lebar 12-20 m yang bertujuan untuk memberikan fleksibilitas terhadap pergerakan para pejalan kaki untuk menyusuri wilayah proyek perancangan ini. Jalur Backbone juga menghubungkan antara terminal dengan stasiun dengan jarak berkisar 700 m. Jalur backbone merupakan penghubung atas pusat-pusat komersil yang berada di kawasan perancangan.

Gambar dibawah berikut merupakan konsep titik transit berdasarkan ketentuan di dalam teori TOD, dimana di dalam teori tersebut menyatakan bahwa suatu wilayah yang menerapkan TOD memiliki dua titik transit yang berjarak 400-800 m denngan didukung berbagai fungsi komersil dan di lengkapi dengan jalur pedestrian TOD.

Gambar 2.15

(23)

Jalur Backbone atau jalur pedestrian TOD ini merupakan jalur transit yang perlu di dukung dengan perletakan beberapa titik aktivitas dan perletakan fasilitas seperti furnitur lansekap yang bertujuan memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki dalam menyusuri jalur ini, berikut dibawah ini merupakan analisa jalur pedestrian TOD

Maka berdasarkan data dan konsep wilayah kota pengembangan Kwala Bekala ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat didalam ketentuan pada konsep Transit Oriented Development dimana wilayah ini terdiri atas fasilitas komersil, letak titik transit yang berjarak 700 m, serta kehadiran fasilitas penunjuang yaitu jalur pedestrian dengan yang menjadi pusat kegiatan transit di wilayah ini.

2.3.4 Masterplan Perancangan TOD Kota Kwala Bekala

Pada proyek pengembangan masterplan yang berasal dari hasil perancangan wilayah P.T Propenas Nusa Dua menghasilkan fungsi-fungsi penunjang diantaranya

Gambar 2.16 Konsep TOD

(24)

Eco-Business Park, Kwala Bekala Convention Centre, Stasiun Kereta Api Kwala Bekala, Hotel Bisnis dan Pusat Kuliner, Hotel Mixed-Use, Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala, serta Apartemen dan Rumah Susun. Kehadiran fungsi-fungsi tersebut merupakan fasilitas yang berguna untuk mendorong perkembangan perekonomian di wilayah ini.

Gambar 2.14

Peta Lokasi Tapak Masterplan Pengembangan Kwala Bekala Sumber : Hasil Olah Data Pribadi

(25)

2.4 Tinjauan Fungsi

Pada Bab ini tinjauan fungsi merupakan penjelesan mengenai bagaimana kegiatan atau aktivitas yang berlangsung pada Pusat Kreativitas Pemuda ini, siapa pelaku yang menggunakan proyek perancangan tersebut, bagaimana alur kegiatan pelaku, bagaimana kebutuhan ruang yang diperlukan, serta studi banding sebagai acuan dalam merancang proyek ini.

2.4.1 Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan

Kegiatan utama yang dilaksankan pada Pusat Kreativitas ini ialah merupakan kegiatan edukatif yang berbasis seni maupun olahraga, berdasarkan sifat kegiatan yaitu :

 Edukatif : bersifat untuk memberikan pengetahuan dan mendidik pengunjung yang dating terkait dengan unsur seni

 Rekreatif : bersifat rekreasi dengan konteks pengetahuan

 Kreatif : memberikan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan diri untuk menjadi lebih kreatif.

2.4.2 Deskripsi Perilaku

Deskripsi pengguna dan kegiatan merupakan gambaran secara umum terhadap siapa pelaku yang menggunakan proyek perancangan ini, pada Pusat Kreativitas Pemuda ini, kelompok pengguna di bagi berdasarkan yaitu :

(26)

Kegiatan yang dilaksanakan oleh pelaku seni diantaranya :

 Mengadakan pertunjukan teater, seni, maupun pameran

 Mengikuti serangkaian pelatihan

 Menggunakan fasilitas yang tersedia

 Diskusi

2. Pengunjung, Pengunjung merupakan pelaku yang datang untuk menikmati rangkaian kegiatan/acara yang telah di sediakan oleh pengelola.

Pengunjung di bagi atas dua klasifikasi diantaranya :

a. Pengunjung Domestik, merupakan pengunjung yang berasal dari kota Medan maupun luar kota medan yang merupakan warga negara Indonesia, pengunjung ini meliputi, mahasiswa, pelajar, seniman, atau wisatawan lokal

b. Pengunjung Non Domestik, merupakan pengunjung/wisatawan yang berasal dari luar negeri yang menghadiri suatu acara atau pun kegiatan yang diadakan oleh pihak pengelola Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala ini.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh pengunjung diantaranya : a. Menikmati pertunjukan atau teater

b. Mengikuti kelas pengajaran terkait seni dan olahraga

c. Menggunakan fasilitas yang telah di sediakan di dalam maupun luar gedung d. Menikmati makanan atau minuman di area cafe

e. Membeli produk –produk yang berasal dari retail atau took souvenir f. Rekreasi

(27)

g.

3. Pengelola

Merupakan pelaku yang bertugas untuk mengelola sarana dan fasilitas gedung, memanejemen kegiatan acara, mengatur pekerjaan, dan bertanggung jawab penuh terhadap Pusat Kreativitas Mahasiswa ini.

Pengelola di bagi atas beberapa klasifikasi, diantaranya : a. Kepala koordinator utama

Merupakan pelaku yang memeliki wewenang penuh terhadap seluruh kegiatan serta bertanggung jawab terhadap bangunan pusat kreativitas

b. Manajer

Manajer merupakan pelaku yang bertugas memanajemen seluruh kegiatan di dalam gedung maupun luar dan bertugas mengatur karyawan di dalamnya.

c. Karyawan

Merupakan pelaku yang bertugas membantu serta melaksanakan seluruh pekerjaan yang di berikan manajer dalam mengelola bangunan.

d. Teknisi

Merupakan pelaku yang bertanggungjawab dalam memantau secara teknis bangunan

Datang Parkir

Kendaraan

Menikmati fasilitas

Rekreasi

Pulang

Diagram alur kegia tan Pengunjung

(28)

4. Servis

Merupakan pelaku servis yang bertanggungjawab untuk memantau kebersihan bangunan, selain kebersihan pelaku ini juga bertanggung jawab untuk melayani kebutuhan para pegawai selama bekerja.

2.4.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang

Kebutuhan ruang merupakan kebutuhan akan ruang yang di perlukan untuk menaungi aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh pelaku kegiatan. Kebutuhan ruang pada dasarnya di bagi atas dua jenis yaitu kebutuhan ruang utama dan kebutuhan ruang pendukung, hal ini di perlukan untuk mengetahui apa saja ruang yang di perlukan dalam perancangan untuk menunjang fungsi utama proyek perancangan sebagai Pusat Kreativitas Pemuda ini, selain itu kebutuhan ruang diperlukan untuk mengetahui bagaimana standar yang di tentukan pada suatu ruang berdasarkan peraturan atau literatur standar ukuran yang telah ada

Diagram alur kegia tan Pegawai Servis Diagram alur kegia tan Pengelola

(29)

Kebutuhan ruang yang terdapat pada Pusat Kreativitas Pemuda yaitu diantara lain sebagai berikut :

1. Ruang Seni dan Kreativitas

Ruang ini terdiri atas ruang – ruang utama yang menunjang aktivitas pembelajaran di bangunan Pusat Kreativitas Pemuda. Ruang – ruang yang di perlukan antara lain :

m. Ruang arsip dan dokumen n. Ruang Pegawai

o. Kantin Bersama p. Ruang

q. Gudang

2. Ruang Pengelola

(30)

a. Ruang Kepala g. Ruang Arsip dan Dokumen h. Ruang Staff

n. Ruang Ganti dan Loker

3. Ruang Teknisi

Ruang Teknisi merupakan ruang yang berisi dengan ruang – ruang mekanikal dan elektrikal yang berfungsi sebagai area teknis pada bangunan, ruang teknisi diantara nya sebgaai berikut :

a. Ruang Genset b. Ruang Trafo c. Ruang Alat

d. Ruang Ruang Pompa e. Ruang Ruang STP f. Ruang Chiller dan AHU g. Ruang Pembuangan Sampah h. Ruang CCTV

i. Ruang Monitor

(31)

4. Ruang Keamanan

Ruang keamanan merupakan ruang yang berfungsi sebagai ruang untuk memonitor seluruh aktivitas serta kegiatan yang terjadi pada bangunan, ruang keamanan pada umumnya terdiri atas :

a. Ruang Keamanan b. Ruang Pegawai

c. Ruang Alat Keamanan d. Ruang Monitor

e. Ruang CCTV f. Gudang

5. Servis

Ruang servis merupakan ruang yang terdiri atas ruang – ruang servis yang bersifat melayani para pelaku kegiatan selama beraktivitas di dalam bangunan, ruangan yang di butuhkan diantaranya :

a. Toilet Umum Pusat Kreativitas Pemuda b. Dapur Bersama

c. Dapur kantor pengelola d. Ruang janitor

e. Ruang Pegawai f. Gudang

2.4.3.1 Organisasi Kebutuhan Ruang

(32)

A. Pengelola Bangunan

No Fungsi Fasilitas Pelaku Aktivitas Kebutuhan

Ruang

(33)
(34)

B. Fasilitas Kegiatan Pelayanan dan Pendukung

No Fungsi Fasilitas Pelaku Aktivit

as

Tabel 2.3 Tabel Organisasi Ruang Fasilitas Kegiatan Pelayanan dan Pendukung Pusat Kreativitas Pemuda

(35)
(36)

2.3.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala merupakan perancangan yang tergolong dalam fungsi edukasi atau pendidikan. Penggolongan zona terhadap fungsi fungsi pada bangunan ini harus diperhatikan, kemudian dalam perancangan Pusat Kreativitas Pemuda ini juga perlu memerhatikan pola sirkulasi, pencahayaan, pembagian ruang, serta jumlah ruang yang di perlukan.

2.2.3.1Fasilitas Edukasi mewadahi kegiatan seni tari pada pusat kreativitas, kriteria yang dibutuhkan yaitu :

(37)

Proporsi Ruang

Studio tari memerlukan ruang yang cukup luas, maka bentuk ukuran studio tari sebaiknya bujur sangkar atau persegi untuk memaksimalkan pergerakan tari atau aktivitas pelaku didalmnya.

Persyaratan Permukaan Lantai

Permukaan lantai studio tidak berpermukaan licin melainkan dengan tekstur parkit atau kayu untuk meminimalisir terjadinya cidera.

Fasilitas Ruang Seni Tari

a. Ruang Ganti

Ruang gantiberfungsi sebagai ruang untuk mengakomodasi para pengguna untuk mengganti pakaian dan kebutuhan lainnya, kriteria ruang ganti antara lain :

a. Ruang ganti peserta di bedakan dengan ruang ganti tamu khusus

b. Meja rias dan kaca di fasilitasi dengan pencahayaan semaksimal mungkin c. Ruang loker dekat dengan ruang bilas

d. Ruang Kelas Bersama

e. Ruang kelas bersama terdiri dengan meja, papan tulis, serta proyektor apabila di perlukan.

B. Seni Musik

Pada seni musik di bagi atas dua jenis musik yakni jazz dan klasik. Pada bagian seni music terdapat ruang – ruang yang di perlukan dengan kriteria dan standar yang telah di tentukan, yaitu :

 Ruang Kelas teori

Merupakan ruang untuk mempelajari teori – teori mengenai music dan jenis jenis nya.

(38)

Ruang ini merupakan ruang kelas untuk mengakomodasi kelas seni tarik suara.

 Ruang alat musik tiup

Ruang ini merupakan ruang kelas untuk mengakomodasi kelas musik jenis musik tiup.

 Ruang alat musik piano

Ruang ini merupaka ruang kelas untuk mengakomodasi kelas musik bagi pemain piano

 Ruang alat musik petik

 Ruang alat musik perkusi

 Ruang Latihan Bersama

Ruang Latihan Bersama merupakan ruang untuk mewadahi seluruh jenis alat musik untuk persiapan pertunjukan atau pentas.

C. Seni Pertunjukan Teater

Seni teater memiliki ruang – ruang yang di perlukan untuk mewadahi para pengguna untuk beraktivitas, ruang – ruang tersebut terdiri atas :

 Auditorium

Menurut Dictionary of Architecture and Construction (1975:17), auditorium adalah bagian dari sebuah gedung pertunjukan atau teater, sekolah, atau bangunan publik yang diatur sedemikian rupa untuk kegiatan melihat dan mendengar. Sedangkan fungsi auditorium adalah Sebagai tempat untuk kegiatan melihat dan mendengar seperti pertunjukan seni, seminar, kuliah dan konferensi.

Menurut Ham (Theater Planning, 1972: 17- 21), bentuk-bentuk dasar auditorium dapat dibagi berdasarkan pada hubungan auditorium sebagai tempat duduk penonton terhadap panggung, yaitu:

(39)

segala arah. Pencapaian dari arah penonton atau dari bawah panggung. Pada bentuk ini tidak ada background panggung dan tidak ada masalah pada sudut pandang penonton terhadap panggung.

b. Bentuk dasar auditorium dengan Transverse Stage atau panggung melintang.Bentuk dasar panggung dengan transverse stage atau panggung melintang merupakan variasi dari bentuk diatas, dan memiliki barisan tempat duduk yang sejajar dengan panggung dan berhadapan satu sama lain. Pencapaian pemain ke panggung berasal dari kedua arah samping.

c. Sudut Pengelilingan 210-220 Bentuk dasar auditorium dengan sudut pengelilingan 210-220 terhadap panggung memiliki barisan tempat duduk dengan sudut pengelilingan 210-220 terhadap panggung. Pencapaian pemain ke panggung dapat dibuat melalui lubang pada dinding vertical belakang atau dari sisi terbuka panggung.

d. Sudut Pengelilingan 180 Bentuk dasar auditorium dengan sudut pengelilingan 180 memiliki sudut pengelilingan tempat duduk 180 terhadap panggung. Auditorium ini sering disebut dengan istilah peninsular atau panggung tiga sisi. e. Sudut Pengeliling 90 Bentuk dasar auditorium dengan sudut pengelilingan 90 memiliki sudut pengelilingan tempat duduk 90 terhadap panggung dan sudut pandang yang baik bagi penonton terhadap panggung. Pencapaian pemain ke panggung dapat dicapai melalui sisi belakang atau samping panggung.

(40)

Keterangan

Tinggi mata: 1120 mm

Tapak tempat duduk lapis (baris spasi) T: 800-1150mm

kepala clearance C: C1 = 60mm minimum (lihat antara kepala di depan) C2 = 120mm (wajar standar viewing)

Pengaturan kursi auditorium Pengaturan kursi ini adalah untuk memberikan kenyamanan penonton pada suatu pertunjukan.

D. Ruang Lukis

Pada ruang lukis terdapat ruang ruang penunjang bagi aktivitas seni lukis yaitu diantaranya :

 Ruang Lukis

 Ruang Pameran/galeri

Ruang pameran/galeri merupakan ruang yang berfungsi sebagai ruang untuk memamerkan hasil karya seni, umumnya galeri seni ini di bagi menurut klasifikasinya yaitu antara lain :

Galeri dalam museum, merupakan galeri khusus yang bersifat non-profit dan memamerkan benda yang dianggap memiliki nilai sejarah.

• Galeri kontemporer, merupakan galeri yang memiliki fungsi komersial/ milik swasta. Biasanya terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Tapi karena bersifat semi-swasta biasanya mencari keuntungan dari hasil penjualan seni.

• Vanity galeri, merupakan galeri yang mendapatkan keuntungan dari senimannya, seniman harus membayar untuk memamerkan hasil karyanya. Biasanya sebagian besar pendapatan didapatkan dari seniman, bukan dari hasil pameran koleksi.

• Galeri arsitektur, merupakan galeri yang memamerkan hasil karya perancangan arsitektur

(41)

Ditinjau dari koleksi barang dan kegiatannya, galeri seni lukis secara umum terbagi menjadi:

• Galeri Tetap Pada galeri ini kegiatan dan koleksi lukisan yang dipajang bersifat permanen berada di galeri (koleksi tidak keluar dari area galeri).

• Galeri Temporer Kegiatan yang berlangsung didalam galeri dan barang koleksi yang dipamerkan berlangsung sesuai jadwal waktu tertentu yang ditetapkan (berubah-ubah). 29

• Galeri Keliling Pameran yang diadakan tidak menetap pada satu lokasi atau berpindah-pindah.

 Ruang Kelas Bersama

2.3.4 Studi Banding Proyek Sejenis

2.3.4.3 Rezekne Centre of Creative Service

Pusat Kreativitas Rezekne berada pada negara Latvia, bagunan ini merupakan pusat seni dengan fasilitas terdiri atas ruang pertunjukan, kelas teater, ruang seni lukis,hall, pameran dan fasilitas seni lainnya, luas site perancangan 12080 m² dengan terdapat 2 tower dengan jumlah lantai 4 lantai.

Bentuk bangunan pusat kreativitas ini merupakan ekspos dari struktur bangunan.

(42)

Denah Pusat Kreativitas ini memiliki bentukan bentukan dengan penggunaan garis diagonal sehingga memberikan kesan tegas pada bangunan, pada lantai satu terdiri atas ruang – ruang kelas, pertunjukan, serta pameran.

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa konsep atap pada bangunan ini termasuk dalam fasilitas ruang terbuka, hal ini di pertegas dengan adanya jalur pedestrian pada bagian atap bangunan, sehingga pengguna dapat menjangkau area

Gambar 2.5 Denah Pusat Kreativitas Rezekne Sumber : www.Archdaily.com

(43)

tersebut, selain itu pada bagian atap dapat dijadikan sebagai ruang rekreasi bagi pengunjung yang datang.

Pada gambar 2.5 terdapat ruang pertunjukan, ruangan ini digunakan secara multifungsi, baik sebagai ruang pertunjukan teater maupun pertunjukan seni tari, dan musik.

Gambar 2.6 merupakan gambar area fasilitas playground bagi anak di bawah umur, fungsi ini ditujukan bagi anak anak. Dapat disimpulkan bahwa bangunan kreativitas ini tetap memperhatikan faktor umur pengguna nya

Gambar 2.7 Ruang Pertunjukan Rezekne

(44)

2.3.4.4 Youth Centre di Rivas, Madrid

Pusat Remaja ini berlokasi di Rivas, Madrid. Youth Centre ini di dirikan bagi para pemuda kelas menengah ke bawah di kota Madrid. Konsep struktur pada bangunan ini dirancang berdasarkan semangat radikal masyarakat muda di pinggiran Madrid.

Gambar diatas merupakan suasana ruang pada pusat kreativitas Rivas ini, dapat di lihat bahwa desain interior bangunan menggunakan konsep warna cerah sebagai cerminan dari semangat anak muda, selain itu penggunaan warna ini juga berfungsi sebagai suasana dari tiap – tiap ruang yang ada pada pusat kreativitas ini.

Gambar 2.9 Youth Centre Rivas, Madrid

(45)

Dari Gambar potongan dapat dilihat konsep pada perancangan youth centre ini mengadaptasi dari bentukan bintang, selain itu penggunaan warna – warna berani yang tidak hanya ditampilkan hanya di interior bangunan melainkan juga pada ruang luar bangunan, bentukan - bentukan ini di gunakan sebagai penarik minat para pemuda untuk beraktivitas didalam maupun diluar bangunan.

2.3.4.5Gary South Corner Youth Centre

(46)

Gary South Corner Youth Centre merupakan bangunan gelanggang remaja yang dirancang oleh Garry Corner sebelum ia meninggal, gelanggang remaja ini berlokasi pada sisi selatan Grand Crossing, Chicago, USA. Youth Centre ini berasal dari ide pelangi yang terlihat pada tampak bangunan dengan aplikasi gradasi warna.

Bangunan gelanggang remaja ini menyediakan lingkungan yang konstruktif bagi pemuda di sekitar gelanggang untuk menghabiskan jam setelah sekolah mereka. Gelanggang ini menyediakan dukungan untuk program program dari kelompok seperti Bar Team South Shore and Performing Arts Ensemble yang terdiri atas 300 member grup penari yang berumur antara 8 sampai 18 tahun yang melakukan pertunjukan parade 50 kali setiap tahunnya.

Konsep yang dihadirkan pada gelanggang remaja ini ialah berdasarkan pada program pendidikan dan rekreasi remaja. Ruang yang menjadi pusat pada bangunan ini merupakan gymnasium yang beradptasi terhadap fungsi fungsi olahraga dan dipergunakan untuk ruang praktek sehari-hari. Secara garis besar gelanggang ini memiliki beberapa ruangan yang difokuskan untuk kegiatan yang spesifik, diantaranya seni dan kerajinan, laboraturium komputer, ruang tari, ruang studio remana, ruang desain pakaian atau kostum, ruang les dan belajar, ruang kantor pengajar, serta ruang kelas belajar mengajar.

(47)

Selain kehadiran ruang –ruang pendidikan, terdapat juga ruang multifungsi yang terkoneksi dengan setiap antar ruang dan bersifat fleksibel dan dapat di modifikasi dari waktu ke waktu, fungsi ruang ini memiliki fungsi ganda, diantaranya dapat menjadi ruang duduk penonton teater atau ruang olah raga basket pengguna seperti pada gambar 2.14.

Kaca didalam gedung gymnasium atau ruang multifungsi difungsikan sebagai akses visual terhadap anatar fungsi ruang di dalam bangunan sehingga menimbulkan rasa kebersamaan antar pengguna yang ada di dalam bangunan ini, selain itu ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman bagi anak-anak yang menggunakan fasilitas di dalam gelanggang.

Gambar 2.14 Interior Ruang Multifungsi Gary South Corner Youth Centre Sumber : www. Archdaily.com

(48)

Selain itu dilantai dua terdapat taman yang tepat berada diatas atap gymnasium. Taman tersebut merupakan struktur atap hijau dengan luas 8.160 sf dengan kedalaman tanaman 18-24 ini. Taman ini memungkinkan untuk menghasilkan produksi pangan seperti kkubis, bunga matahari, wortel, selada, dan aneka sayur mayur lainnya.

Desain atap hijau ini menampung enam sumur cahaya logam besar yang berfungsi sebgai unsur ekspresi estetik an artistic juga memberikan pencahayaan alami yang berasal dari matahari menuju ke dalam bangunan gymnasium dan café yang berada di sebelahnya. Selain itu terdapat jendela di sepanjang koridor sirkulasi lantai tiga yang berfungsi sebagai akses view pengguna melihat taman dan lingkungan hijau tersebut. Berikut dibawah ini merupakan gambar kerja dari gelanggang remaja Gary South Corner Youth Centre

(49)

2.4 Elaborasi Tema

Pada sub bab ini menjelaskan mengenai uraian secara jelas mengenai tema/konsep yang dipilih dalam proyek perancangan, apa definisi atas pemilihan tema, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul, serta studi banding proyek yang telah terbangun sebagai acuan dalam proses perancangan.

2.4.1 Pengertian Arsitektur Hijau

Arsitektur Hijau merupakan Sebuah proses perancangan dengan mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik,meningkatkan kenyamanan manusia dengan efisiensi dan pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan dan

Gambar 2.17 Denah Lantai 1 Bangunan Gymnasium Sumber : www. Archdaily.com

(50)

pengelolaan sampah efektif dalam tatanan arsitektur (Futurarch 2008, “Paradigma Arsitektur Hijau”, green lebih dari sekedar hijau).

Arsitektur hijau merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mewujudkan arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai keseimbangan di dalam sistem interaksi manusia dengan lingkungan. Selain itu Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, yang merupakan langkah untuk merealisasikan kehidupan manusia yang berkelanjutan.

Sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energy dan sumber daya alam secara efisiensi dan optimal.

Maka secara garis besar Arsitektur Hijau memiliki prinsip-prinsip yang diantaranya yaitu :

1. Memberikan kenyamanan thermal/penghawaan alami pada bangunan perancangan

2. Meminimalisir penggunaan energi

3. pengolahan air agar dapat di gunakan kembali 4. Penerangan alami pada bangunan

5. Menggunakan unsur material daur ulang

6. Mengadaptasi terhadap kondisi lingkungan alam di sekitar 7. Menciptakan bangunan yang berkelanjutan

8. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. 9. Menerapkan konsep Atap Rumput atau green Roof

2.4.2 Interpretasi Tema

(51)

mereka tinggal. Arsitektur Hijau merupakan langkah dalam merancang bangunan yang berlanjut dengan mempertahankan segi lingkungan.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapanarsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.

Tujuan utama dari arsitektur hijau adalah menciptakan eco-design, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.

2.4.3 Keterkaitan Tema dengan Judul

Pusat Kreativitas Pemuda merupakan wadah bagi pemuda maupun pemudi dalam menyalurkan ide dan aktivitas mereka di bidang edukasi seni dan olahraga, namun demi menunjang kegiatan tersebut maka di perlukan satu konsep yang terintegrasi terhadap ruang luar sehingga mampu mendukung pengguna pusat kreativitas dalam menjalani aktivitas mereka secara nyaman.

(52)

2.4.4 Penerapan Arsitektur Hijau Pada Perancangan

Penerapan arsitektur hijau pada dasarnya didukung oleh beberapa penerapan teknologi pada bangunan perancangan, teknologi ini kaidah nya bertujuan dalam mendukung konsep persyaratan bangunan hijau seperti pengurangan emisi gas, penghematan energi, pengelolaan air, penggunaan photovoltaic, serta penghawaan alami, berikut merupakan beberapa penerapan teknologi pada bangunan pusat Kreativitas Pemuda Kwala Bekala :

2.4.3.1 Green Roof

Green roof ( atap hijau ) adalah sebuah teknologi yang memungkinkan atap sebuah bangunan yang sebagian atau seluruhnya ditutupi dengan vegetasi dan media tumbuhan yang ditanam diatas membrane waterproof.

Green roof memberikan aspek pembangunan keindahan yang terlihat lebih hidup, indah, dan nyaman, meningkatkan keanekaragaman hayati pada bangunan. Selain itu dapat mengurangi polusi, menurunkan suhu udara, dan dapat mengurangi radiasi panas matahari.

(53)

Green roof atau roof garden dibangun diatas beberapa lapisan. Setiap lapisan memiliki fungsi tertentu untuk mendukung pertumbuhan vegetasi serta memastikan bahwa green roof dapat berfungsi dengan optimal. Dari lapisan yang paling bawah hingga paling atas, green roof tersusun atas:

1. Lapisan sub-struktur: merupakan lapisan utama atap, misalnya dak beton. Faktor paling penting dari lapisan sub-struktur adalah kekuatannya, mengingat lapisan ini akan menjadi dasar bagi green roof ataupun roof garden. Sebagai gambaran, lapisan tanah untuk green roof memiliki berat rata-rata 14,5 kg sampai 16,5 kg per meter persegi dalam kondisi kering. Dalam kondisi basah, beratnya dapat bertambah menjadi 18,5 kg hingga 20,5 kg per meter persegi. Berat ini belum termasuk berat tanaman dan aksesoris di green roof. Mengingat pentingnya kekuatan sub-struktur, dalam setiap proyek green roof ataupun roof garden kami selalu melakukan inspeksi terlebih dahulu dan jika diperlukan pemilik bangunan wajib melakukan penguatan struktur atap sebelum konstruksi green roof dimulai.

2. Lapisan vapour barrier: merupakan lapisan yang menjaga supaya uap dari sub-struktur atap tidak merusak lapisan-lapisan diatasnya. Biasanya terbuat dari plastik polyethylene

3. Lapisan insulasi panas: merupakan lapisan yang menjaga supaya panas dari green roof tidak masuk ke bangunan. Bahan yang kami gunakan adalah polyurethane foam sheet yang memiliki karakter insulasi panas yang baik

4. Lapisan waterproofing dan root barrier: merupakan lapisan anti air untuk melindung sub-struktur atap. Sistem kami menggunakan AUSTROPLAN FPO produsi AGRU, Austria sebagai lapisan anti air. AUSTROPLAN FPO juga berfungsi sebagai root barrier, atau penahaman akar tanaman, supaya akar tanaman yang tumbuh tidak merusak struktur atap

(54)

basah terkena air tidak mengalami erosi dan larut ke saluran drainase. Kami menggunakan AGRUDRAIN sebagai lapisan draincomposite dan filtrasi dalam sistem AGRYA Green Roof-Garden.

6. Lapisan substrat / tanah: merupakan lapisan tempat vegetasi tumbuh. Jenis dan ketebalan tanah yang digunakan bervariasi, tergantung dari jenis green roof (ekstensif, semi-intesif, atau intensif). Faktor daya dukung beban lapisan atap juga menjadi pertimbangan dalam memilih lapisan tanah yang digunakan

7. Vegetasi / tanaman: jenis tanaman yang digunakan tergantung dari jenis green roof (ekstensif, semi-intensif, atau intensif).

2.4.3.2 Skylight

Aplikasi Skylight ditujukan untuk mendapatkan cahaya alami matahari, yang juga berfungsi sebagai penerangan dalam sebuah ruang. Bentuk paling umum adalah bentuk persegi, lingkaran, oval, permata, segi tiga, dan berbentuk tabung. Biasanya terdapat pada ruangan yang letaknya di tengah yang tidak dimungkinkan untuk membuat jendel

(55)

2.4.3.3 Solar Panel

Menggunakan atap solar panel dapat menghasilkan energi listrik. Tujuan dari solar panel ini menghasilkan bangunan dengan maintenance cost yang rendah, bangunan nyaman dan konsumsi energi yang rendah. Selain itu, memasang sistem solar panel untuk rumah tangga dapat menjawab kebutuhan masyarakat di saat listrik PLN padam. Dengan bantuan bank daya dari baterai, listrik dari sistem solar panel dapat dimanfaatkan untuk menyala pada saat-saat listrik mati. Sehingga aktivitas masyarakat tetap berjalan normal, tanpa ketergantungan dengan PLN.

(56)

2.4.3.4 Penggolahan Air Hujan

Pengelolaan air hujan memiliki dua tujuan utama, yaitu

1. Bagaimana mendapatkan manfaat yang optimal, baik ketika melimpah (musim hujan).

2. Bagaimana menghindarkan dari bencana, baik ketika melimpah pada musim hujan sehingga tidak sampai banjir ataupun ketika musim kemarau sehingga tidak sampai kekeringan. (Susilo Soekardi, 2012:18)

Dalah pengolahan air hujan yang turun ditampung pada penyaringan besar unruk keperluan domestik maupun pengairan kebutuhan untuk tanaman.

(57)

2.4.3.4.1 Lubang Resapan Air Hujan

Lubang resapan air hujan (biopori) yaitu upaya untuk mendaur ulang kembali air hujan yang jatuh kedalam tanah, kemudian dapat digunakan kembali untuk berbagai kebutuhan yang bermanfaat. Teknologi ini dapat diaplikasikan pada seluruh kawasan sehingga kesan ramah terhadap lingkungan

2.4.3.5 Sistem Kolam Renan

Sirkulasi kolam renang yang benaradalah air kotor disedot oleh pompa khusus kolam renang lalu dimasukkan ke dalam filter.Terakhir, air yang sudah bersih dialirkan kembali kedalam kolam. Air kolam renang dikatakan tersaring sempurna apabila 100% air telah melewati filter

(58)

2.3.4.6 Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah

Lingkungan yang bersih bebas dari segala polusi dan kotoran merupakan dambaan setiap orang. Namun pesatnya perkembangan di segala bidang membawa akibat atau dampak pada lingkungan yaitu LIMBAH.

Limbah pada umumnya terbagi tiga yaitu :

1. Limbah padat ( solid wastes ) 2. Limbah cair ( liquid wastes )

3. Limbah gas ( gaseous wastes )

(59)

Instalasi Pengolahan Air Limbah yang diterapkan pada Pusat Kreativitas ini ialah yaitu sistem pengolahan limbah dengan sistem aerob dan anaerob, sistem kinerja dari Sistem IPAL aerob dan anerob ini yaitu :

Proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.

Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob :

1. Air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll.

2. Setelah melalui screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan.

3. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split.

4. Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, pasltik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.

5. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.

(60)

Gambar 2.17 Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Aerob dan Anaerob Sumber :

(61)

3.4.4 Studi Banding Tema Sejenis

2.4.5.1Perpustakaan Universitas Indonesia

Model bangunan menghadirkan bangunan masa depan dengan mengambil sisi danau sebagai orientasi perancangan. Penggunaan bukit buatan sebagai potensi pemanfaatan atap untuk fungsi penghijauan. Sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui beberapa skylight. Di balik gundukan rerumputan hijau terdapat 5 bangunan tinggi yang menjulang hingga beberapa ratus meter berisikan ruangan-ruangan kosong yang disiapkan sebagai ruang utama perpustakaan UI. Di punggung bukit bangunan di timbun tanah dan ditanami rerumputan yang berguna sebagai pendingin suhu ruangan yang ada didalamnya, hingga dapat mereduksi fungsi alat pendingin udara sampai 15 persen. Di antara punggung rerumputan itu terdapat jaringan-jaringan selokan yang di sampingnya terdapat kaca tebal bening selebar 50 sentimeter. Selokan itu untuk mengalirkan air hujan ke tanah resapan, sedangkan fungsi kaca sebagai sistem pencahayaan.

(62)

Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang dan ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi udara alam menjadi maksimal. Penggunaan energi matahari dilakukan melalui solar cell yang dipasang di atap bangunan.Guna memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan juga dilengkapi sistem pengolahan limbah. Karena itu, air buangan toilet dapat digunakan untuk menyiram di punggung bangunan. Dengan diproses terlebih dahulu melalui pengolahan limbah atau sewage treatment plant (STP).

(63)

Terdiri delapan lantai, Luas bangunan: 30.000m2 atau 3 hektar lantai dasar berisi pusat kegiatan dan bisnis mahasiswa yang terdiri toko buku, toko cenderamata, ruang internet, serta ruang musik dan TV. Ada juga restoran dan kafe, pusat kebugaran, ruang pertemuan, ruang pameran, dan bank. Lantai 2 hingga 6 akan dilengkapi fasilitas seperti ruang tamu, ruang pelayanan umum dan koleksi, ruang baca, ruang teknologi informasi, serta unit pelayanan teknis. Lantai 7 terdapat ruang sidang dan ruang diskusi. Gedung perpustakaan juga dilengkapi plaza dan ruang pertemuan yang menjorok ke danau. Gedung menggunakan panel surya sebagai sumber energinya. Keunikan yang lain, nanti akan terdapat berbagai huruf aksara dari seluruh dunia yang akan ditulis di kaca gedung sebagai dinding.

(64)

2.4.5.2 Gedung Teknologi Gas

Salah satu bangunan yang memperoleh peringkat silver oleh GBCI adalah

bangunan Gedung Teknologi Gas yang berfungsi sebagai laboratorium dan kantor

milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

(PPPTMGB) Lemigas. Gedung ini merupakan gedung pemerintah pertama yang

berhasil mendapatkan sertifikasi bangunan hijau kategori silver. Fokus gedung yang

berada di Jalan Ciledug Raya Kav 109 Cipulir, Kebayoran Lama, ini adalah mampu

menghemat energi sampai 30 persen, menghemat air sampai 30 - 50 persen, serta

menghemat biaya operasional 50 - 90 persen

Adapun untuk mengurangi penggunaan lampu di ruangan, gedung ini

memakai curtain wall pada dindingnya. Sebaliknya, untuk mengurangi penyerapan

panas, gedung ini dilengkapi roof garden di lantai atap. Lobby dan koridor juga telah

dilengkapi desain louver sebagai sirkulasi udara.

Dari enam kriteria hijau yang ditetapkan GBCI sebagaimana pada gambar

tabel di atas, gedung Laboratorium Teknologi Gas di Jalan Ciledug Raya Kav 109

Cipulir, Kebayoran Lama, ini menerapkan beberapa kategori dan berhasil meraih

kategori silver tersebut.Fokus gedung ini adalah pemilihan elemen yang

memperhatikan efek perusakan lingkungan, terutama lapisan ozon dan polusi, studi

(65)

indikasi energi melalui desain selimut bangunan, dan mengurangi ketergantungan

listrik.Gedung ini juga dikonsep memadukan sistem aktif dan sistem pasif. Sistem

aktif pada gedung ini adalah teknologi photovoltaic, HVAC, penerangan buatan,

sensor dan monitor.Sistem pasifnya adalah dengan adanya dinding insulasi bangunan

bernuansa hijau, penangkal sinar matahari dengan louvre, cat akrab lingkungan, dan

Gambar

Gambar 2.2 Detail  Letak  Site di kawasan Kwala Bekala
Gambar. 2.1
Gambar 2.15
Gambar 2.16
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran pragmatik terintegrasi dengan hasil penelitian konteks sosial, sosietal, situasional, dan kultural, berbasis paradigma pedagogi reflektif ini disusun dengan

Analisis data yang digunakan adalah analisis Uji Beda Dua Rata-Rata melalui program Statistical Package For Social Science (SPSS) 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)

Rencana Tata Ruang Kota Denpasar meliputi rencana struktur tata ruang, rencana pemanfaatan dan pengelolaan kawasan lindung, rencana pemanfaatan dan pengelolaan kawasan budidaya,

Faktor yang mempengaruhi aktivitas adalah tingkat energi yang didapatkan dari pola makan, dimana energi merupakan sumber untuk melakukan aktivitas sehari-hari atau

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk

Etanol yang diproduksi dan dipasarkan maksimum berkadar 95-96%, karena pada rentang kadar 95-96% terjadi peristiwa yang disebut azeotrop, yaitu kondisi pada saat

Romney Marshall B dan Steinbart John Paul, (2006), Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu, Edisi IX, Jakarta : Salemba Empat.. S.R Soemarso, (2002), Akuntansi Suatu Pengantar,

Hal ini memungkinkan penduduk laki-laki yang melakukan seks pra nikah atau di luar nikah dengan wanita penjaja seks, sedangkan dari penduduk wanita yang melakukan mobilisasi ke