ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-0 Bagian ini berisikan arahan kebijakan
pembangunan Bidang Cipta Karya dan rencana strategis infrastruktur Bidang
Cipta Karya.
RPIJM
Kabupaten
Sumbawa
TAHUN 2017 - 2021
BAB 3.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN
RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-1
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dan Arahan
Penataan Ruang
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sesuai dengan Undang Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN, RPJMN
2015-2019 diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional, termasuk
meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Oleh karena itu pembangunan
infrastruktur antara lain diarahkan untuk (a) menyediakan infrastruktur transportasi
untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan
penumpang dan barang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional; (b)
menghilangkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan
efisiensi penggunaan energi termasuk tenaga listrik; (c) meningkatkan teledensitas
pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa; (d) memenuhi kebutuhan hunian
layak bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; serta
(e) mewujudkan peningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya
air baik untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan
air dan pangan.
UU No. 17 Tahun 2007 tersebut juga mengamanatkan bahwa pengembangan
wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan
sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu
pembangunan infrastruktur harus memperhatikan situasi dan kondisi suatu wilayah
agar pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antarwilayah,
serta menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kebijakan pembangunan infrastruktur selama ini diarahkan pada percepatan
peningkatan daya saing yang tercermin pada laporan World Economic Forum (WEF)
tahun 2014 dimana posisi daya saing infrastruktur Indonesia meningkat tajam dari
urutan 84 dari 133 negara tahun 2009 menjadi urutan 56 dari 144 negara Tahun
2014. Penilaian daya saing infrastruktur mencakup kualitas dan kapasitas
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-2 ketenagalistrikan, serta telekomunikasi (fixed and mobile phone). Di samping itu,
upaya perbaikan kinerja infrastruktur juga diprioritaskan pada infrastruktur
bendungan, jaringan irigasi, serta jaringan sanitasi dan air minum dengan tujuan
untuk mendukung peningkatan produksi hasil pertanian, ketahanan pangan,
ketahanan energi, dan ketahanan air nasional. Dalam upaya percepatan
pembangungan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, keseimbangan
pembangunan tetap dijaga dengan meningkatkan konektivtas antara pusat
pertumbuhan dengan wilayah hinterland maupun wilayah pendukungnya dengan
tetap menjaga manfaat ekonomi yang positif terhadap masyarakat di wilayah
tersebut dan menjaga kualitas daya dukung lingkungannya.
Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang
memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ketimpangan antara pasokan
(supply) dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama dalam penyediaan
infrastruktur dasar khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR).
Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh regulasi
yang bersifat insentif ditambah rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR baik
membangun atau membeli rumah menjadi salah satu penyebab utama masih
banyaknya MBR yang belum tinggal di rumah layak huni. Hal tersebut berpotensi
menyebabkan degradasi kualitas permukiman dan menciptakan permukiman
kumuh baru. Terlebih dalam pembangunan perumahan khususnya di area perkotaan
(urban area) yang terkendala dengan proses pengadaan lahan.
Penyediaan air minum dan sanitasi sebagai layanan dasar belum menjangkau seluruh
penduduk Indonesia. Pada tahun 2013, proporsi rumah tangga yang memiliki akses
terhadap sumber air minum aman adalah 67,73 persen sedangkan proporsi rumah
tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi layak adalah 60,91 persen
(BPS, 2013). Dengan demikian, masih terdapat 100 juta jiwa penduduk yang belum
memiliki akses air minum dan 120 juta penduduk yang belum memiliki akses terhadap
fasilitasi sanitasi layak. Adapun terkait layanan persampahan, proporsi rumah tangga
yang terlayani pengelolaan persampahan adalah 24,9 persen dan 46 persen khusus
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-3 Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya
keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya
sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air
minum dan sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh
belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif
pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan
manajemen aset. Perencanaan dan pelaksanaan penyediaan air minum dan sanitasi
saat ini belum mencakup strategi manajemen aset yang tepat khususnya terkait
pemeliharaan dan rehabilitasi sehingga mempersingkat usia ekonomis dari
infrastruktur terbangun. Air baku untuk air minum semakin terbatas, baik secara
kuantitas maunpun kualitas. Pemanfaatan alternatif sumber air baku, contohnya air
hujan dan daur ulang, belum banyak dimanfaatkan. Penyediaan layanan sanitasi
belum tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya
pengamanan air minum untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas
dan keterjangkauan). Belum optimalnya pembangunan infrastruktur/prasarana dasar
permukiman tersebut menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kawasan
kumuh terutama di perkotaan.
Sasaran umum yang hendak dicapai oleh sektor Infrastruktur pada RPJMN Tahun
2015-2019 adalah :
1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan perencanaan tata ruang
nasional;
2. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak
dengan didukung prasarana, sarana dan utilitas yang memadai dalam mendorong
peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;
3. Terwujudnya pertumbuhan bidang Infrastruktur minimal dua kali pertumbuhan
ekonomi nasional dalam rangka memberikan sumbangan terhadap
kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable growth) yang
berkualitas dan perluasan lapangan kerja;
4. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa Infrastruktur ke seluruh
pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan
mobilitas penumpang dalam rangka memberikan kontribusi terhadap
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-4 5. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa Infrastruktur ke seluruh
pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan berdaulat;
6. Tercapainya peran dan investasi swasta yang optimal dalam pembangunan
infrastruktur guna meningkatkan efisiensi anggaran serta kuantitas dan kualitas
layanan infrastruktur.
Adapun sasaran-sasaran khusus dari indikator kinerja Infrastruktur Bidang Cipta
Karya selama 5 tahun ke depan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. SASARAN RPJMN 2015-2019 BIDANG INFRASTRUKTUR
No. SASARAN INDIKATOR
Isu Strategis : Pembangunan Prasarana Dasar Kawasan Permukiman serta Energi dan Ketenagalistrikan
1 Meningkatnya akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan
a. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.
b. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum yakni 85 persen penduduk terlayani akses sesuai prinsip 4K (Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Keterjangkauan) dan 15 persen sesuai kebutuhan dasar (basic needs).
c. Tercapainya 100 persen pelayanan sanitasi (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) yakni 85 persen penduduk terlayani akses sesuai standar pelayanan (pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat, pelayanan sampah perkotaan dan pengelolaan.
Arah kebijakan dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-5 1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan
pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas,
kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan
pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan
dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off- site baik skala kawasan
maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill
dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan
prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan higienis, sanitasi
dan nilai ekonomis air.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui
upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan
air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air
baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan
penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan
drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20
persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat
penyelenggara dan skala kota.
d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif
sumber air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di
dalamnya pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang
air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan
manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk
untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun
melalui strategi :
a. Optimalisasi infrastruktur air minum dan sanitasi eksisting melalui
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-6 b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan
layanan.
c. Rehabilitasi infrastruktur air minum dan sanitasi untuk infrastruktur
dengan pemanfaatan yang sub-optimal, infrastruktur yang menua, dan
infrastruktur yang terkena dampak bencana.
d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan
drainase untuk memaksimalkan potensi yang ada.
e. Pembentukan dan penyehatan pengelola infrastruktur air minum, air
limbah dan persampahan, baik berbasis institusi maupun berbasis masyarakat.
f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan
sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP).
Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi
juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam
rangka pemenuhan full cost recovery.
g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan,
pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.
3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem
Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten
(SSK) melalui pengarusutamaan dalam proses perencanaan dan
penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran
sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan
pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan
kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi
perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal access di wilayah
kabupaten/kota;
b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand
generation sebagai prasyarat penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi;
c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-7 d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan
sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media untuk menjamin
keselarasan serta konsistensi perencanaan dan implementasinya di tingkat
pusat dan daerah.
4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan
sanitasi melalui strategi:
a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap
perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal,
termasuk sinergi dengan pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren,
kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh,
serta pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus.
b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam
rangka mengatasi kendala ketersediaan air baku dan lahan serta dalam
rangka mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi.
c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui (i)
peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi dan Kab/Kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk
penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (iii)
pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif
penyakit dan promosi higiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan
kesehatan masyarakat; serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi
dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP),
dana hibah berbasis kinerja/hasil, masyarakat, dan sumber dana lain terkait
lingkungan hidup, pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan.
d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk
pengelolaan data dan informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and
Sanitation Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi
serta melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.
Isu-isu politik dan sosial terutama pada tingkat local seringkali menghambat
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-8 Pembangunan infrastruktur seringkali dikaitkan dengan kepentingan jangka
pendek seperti untuk mendapatkan dukungan politik dari masyarakat. Dengan
demikian, pembangunan infrastruktur tidak sepenuhnya didasarkan pada
kebutuhan dalam hal besaran dan waktu namun lebih berperan sebagai
instrumen sosial politik. Kondisi ini juga mengurangi kesempatan untuk
memaksimalkan sinergi antarsektor infrastruktur dan antarwilayah karena
integrasi perencanaan menjadi sulit untuk dilaksanakan.
Integrasi perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan
infrastruktur yang memperhitungkan kesesuaian dengan arah pengembangan
sektor lainnya maupun pengembangan wilayah sangat diperlukan untuk
mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang lebih luas.
Kesesuaian ini dituangkan dalam langkah strategis berupa Rencana
Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) sebagai instrumen yang
mengikat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
RPIJM merupakan daftar yang memuat rencana dan program investasi
infrastruktur terpadu untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. RPIJM telah
mengintergrasikan kebijakan sektoral dan kebijakan spasial beserta
pembiayaanya. Penyusunan RPIJM mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah. RPIJM digunakan sebagai bahan
pembahasan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.RPIJM pada
tingkat nasional mengikuti jangka waktu RPJMN periode 2015-2019. RPIJM
Provinsi dan Kawasan Strategis Provinsi serta RPIJM Kabupaten/Kota dan
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota mengikuti jangka waktu RPJMD Provinsi
dan RPJMD Kabupaten/Kota yang sedang berjalan.
Penyusunan RPIJM dilakukan melalui 6 (enam) tahapan: (i) penyusunan
arahan spasial pengembangan wilayah; (ii) penyusunan program prioritas
pembangunan infrastruktur; (iii) penyusunan rencana terpadu pembangunan
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-9 (v) penyusunan sumber pembiayaan pembangunan; serta (vi) inisiasi
pelaksanaan pembangunan. Infrastruktur yang dapat dimasukan dalam RPIJM
antara lain meliputi: (i) infrastruktur transportasi; (ii) infrastruktur sumber daya
air; (iii) infrastruktur air minum dan sanitasi; (iv) infrastruktur telekomunikasi; (v)
infrastruktur ketenagalistrikan; dan (vi) infrastruktur minyak dan gas bumi.
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan dokumen yang
berskala nasional dan merupakan pedoman dalam penyusunan RPIJM. Pada
RTRWN disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam hal ini, arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN bertujuan untuk
ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,
dan/atau
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-10 2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,
dan/atau
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dengan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga,
b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga,
c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
e. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Sumbawa, kriteria penetapan kawasan
strategis nasional ini dilakukan berdasarkan kepentingan-kepentingan sebagai
berikut:
a. Pertahanan dan keamanan,
1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan
geostrategi nasional,
2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-11 3) kawasan industri sistem pertahanan, atau merupakan wilayah kedaulatan
Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga dan/atau laut lepas.
b. Pertumbuhan ekonomi,
1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional,
3) memiliki potensi ekspor,
4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
c. Sosial dan budaya
1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional,
2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri
bangsa,
3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan,
4) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau
6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis
nasional,
3) pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
4) memiliki sumber daya alam strategis nasional
5) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-12 7) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
3) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir
punah atau
4) diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
5) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang
6) menimbulkan kerugian negara,
7) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
8) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup
9) rawan bencana alam nasional
10) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi
untukpenyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:
1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
a. Arahan pengembangan pola ruang:
1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
2) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
b. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan
drainase
2. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk
bidang Cipta Karya
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten di Kabupaten
Sumbawa, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten yang tercantum
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-13
struktur ruang wilayah kota; dan kebijakan dan strategi pengembangan pola
ruang wilayah kota.
3.1.2.1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa
Rencana struktur ruang Kabupaten Sumbawa terbagi dalam 3 wilayah kegiatan yaitu
meliputi :
1. pusat-pusat kegiatan, terdiri atas :
a. PKW yaitu Sumbawa Besar sebagai Ibukota Kabupaten;
b. PKL meliputi Alas, Lenangguar, Empang, Labangka, dan Lunyuk;
c. PKLp meliputi Utan, Langam, dan Semamung;
d. PPK meliputi Labuhan Mapin, Pernang, Semongkat, Lape, Maronge,
Plampang, dan Labuhan Aji; dan
e. PPL meliputi Gontar, Juru Mapin, Batu Rotok, Labuhan Kuris, Teluk Santong,
Labuhan Jambu, Labuhan Aji Pulau Moyo, Bajo Medang, Sebeok, Rhee Luar,
Ropang, Lantung Ai Mual, Leseng, Labuhan Padi.
2. sistem jaringan prasarana utama, meliputi :
a. sistem transportasi darat;
b. sistem transportasi laut; dan
c. sistem transportasi udara.
3. sistem jaringan prasarana lainnya.
a. sistem jaringan energi dan kelistrikan;
b. sistem jaringan sumber daya air;
c. sistem jaringan telekomunikasi; dan
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-14 Gambar 3.1. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-15
3.1.2.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dilaksanakan berdasarkan arahan
perencanaan :
a. rencana pengembangan kawasan lindung dengan luas paling sedikit 228.722,03
Ha; yang meliuti :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, taman buru, perlindungan esensial
ekosistem dan cagar budaya; dan
e. kawasan lindung geologi.
Gambar 3.2. Peta Deleniasi Kawasan Lindung Kabupaten Sumbawa
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-16 b. rencana pengembangan kawasan budidaya dengan luas paling banyak
35.675,97 Ha; terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan
h. kawasan peruntukan lain.
Gambar 3.3. Peta Deleniasi Kawasan Budidaya Kabupaten Sumbawa
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-17 Gambar 3.4. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa
PENDAHULUAN | 3-18
3.1.2.3. Arahan Kebijakan dan Kegiatan Kabupaten Sumbawa
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang
harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten.
Kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Sumbawa terdiri dari :
a. pengembangan kawasan yang berbasis pertanian tanaman pangan dan
hortikultura;
b. pengembangan kawasan yang berbasis peternakan dan perikanan;
c. pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis potensi alam dan
budaya;
d. pengembangan kawasan potensi pertambangan yang ekonomis;
e. peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep
Agribisnis dan industriwisata;
f. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung kegiatan
Agribisnis, industriwisata dan pertambangan;
g. pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan
lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi;
h. penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan dan
menunjang sistem pemasaran produksi pertanian, perikanan dan
pariwisata dan pertambangan; dan
i. Pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan lingkungan hidup melalui kajian lingkungan hidup
strategis.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan
penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Strategi pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari :
1. Strategi pengembangan kawasan yang berbasis pertanian tanaman
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-19 a. meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman pangan serta
hortikultura melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan
rehabilitasi lahan;
b. mengembangkan usaha agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;
c. mengembangkan kegiatan pengolahan hasil usaha tanaman pangan
dan hortikultura;
d. mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis
tanaman pangan dan hortikultura;
e. menekan pengurangan luasan lahan sawah beririgasi;
f. menetapkan lahan sawah abadi atau lahan sawah berkelanjutan;
g. mengembangkan sawah baru pada kawasan potensial;
h. mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian lahan kering.
i. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
produksi dan pemasaran.
2. Strategi pengembangan kawasan yang berbasis peternakan dan
perikanan, meliputi :
a. meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan dan perikanan
melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi usaha peternakan
dan perikanan yang ekonomis;
b. penataan dan penyediaan lahan usaha pengembalaan ternak (lar atau
ranch);
c. penataan dan pengembangan budidaya perikanan laut, tambak, danau
dan sungai;
d. mengembangkan usaha agribisnis peternakan dan perikanan;
e. mengembangkan kegiatan pengolahan hasil usaha peternakan dan
perikanan;
f. mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis
peternakan dan perikanan;
g. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-20
3. Strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis potensi
alam dan budaya, meliputi :
a. mengembangkan wisata bahari pada kawasan unggulan;
b. merevitalisasi nilai-nilai budaya serta situs/cagar budaya yang bernilai
historis;
c. mendorong percepatan pengembangan kawasan wisata alam melalui
penataan, promosi, dan jaringan perjalanan wisata;
d. mendorong percepatan pengembangan wisata budaya melalui
penataan kawasan cagar budaya (kampung wisata), konservasi
bangunan bersejarah, situs dan peninggalan bersejarah lainnya;
e. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.
4. Strategi kawasan potensi pertambangan yang ekonomis, meliputi :
a. menetapkan kawasan pertambangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi;
b. menata dan menertibkan kawasan pertambangan yang mempercepat
kerusakan lingkungan;
c. menata dan mendorong percepatan pengembangan daerah potensi
pertambangan, dengan tetap menjaga pelestarian fungsi lingkungan
hidup; dan
d. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
kawasan pertambangan.
5. Strategi peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah
dengan konsep agrobisnis, agroindustri dan industriwisata, meliputi:
a. menetapkan wilayah Agribisnis di Kecamatan Alas, Kecamatan
Lenangguar, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Empang dan
Kecamatan Labangka.
b. menetapkan wilayah agroindustri di Kecamatan Sumbawa dan
Kecamatan Alas;
c. menetapkan wilayah industriwisata di Kecamatan Sumbawa,
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-21 d. mendorong percepatan pengembangan sentra industri menengah dan
kecil yang memanfaatan sumber daya lokal, khususnya hasil pertanian,
perkebunan, peternakan serta perikanan, termasuk untuk menunjang
kegiatan wisata;
e. mendorong percepatan pengembangan sentra industri menengah dan
kecil berbasis kompetensi di kawasan perkotaan.
f. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
kawasan Agribisnis, agroindustri, dan wisata;
g. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan Agribisnis,
agroindustri dan industriwisata.
6. Strategi untuk pengelolaan pemanfaatan lahan dengan
memperhatikan peruntukan lahan, daya tampung lahan dan aspek
konservasi, meliputi:
a. mempertahankan luas kawasan lindung;
b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan
ekosistem wilayah;
c. menyelenggarakan upaya terpadu untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas fungsi kawasan lindung;
d. melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air
untuk musim kemarau;
e. memelihara kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan
dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar
tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya;
f. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-22
7. Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan
aspek keberlanjutan dan lingkungan hidup melalui kajian lingkungan
hidup strategis, meliputi :
a. mendukung kebijakan dalam kawasan hutan produksi serta mendorong
berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan
kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
b. mengembangkan produksi dari hasil kegiatan budidaya tanaman hutan
dalam kawasan hutan produksi;
c. melakukan rehabilitasi/reboisasi terhadap lahan hutan produksi;
d. mengembangkan produksi hasil hutan yang berasal dari hutan produksi,
dari kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dengan izin
yang sah;
e. memelihara kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai
objek penelitian dan pariwisata;
f. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
g. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung kawasan;
h. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
i. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan
perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal
dan tidak sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur
dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan
perdesaan;
j. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
dan
k. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-23 tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
8. Strategi untuk penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan
ekonomi perkotaan dan menunjang sistem pemasaran produksi
pertanian, perikanan & pariwisata dan pertambangan, meliputi :
a. menetapkan hierarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah;
b. memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah;
c. memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi
antara simpul wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai
hinterlandnya;
d. menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan
dan wilayah di sekitarnya;
e. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan; dan
f. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
9. Strategi pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung
kegiatan agrobisnis, industriwisata dan pertambangan, meliputi:
a. mengembangkan sistem jaringan infrastruktur dalam mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
b. meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi dan mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;
c. mengembangkan akses jaringan jalan sistem perkotaan di pusat-pusat
kegiatan, antar pusat kegiatan dan antara pusat kegiatan ke pusat-pusat
produksi ekonomi;
d. mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan dan jalan
lingkar utara-selatan wilayah Kabupaten Sumbawa;
e. mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi di
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-24 f. meningkatkan jaringan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan
dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan
sistem penyediaan tenaga listrik.
Konsep pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa mengacu kepada potensi yang
ada dengan mempertimbangkan adanya pertumbuhan yang merata pada wilayah –
wilayah baru dengan memprioritaskan pembangunan berkelanjutan serta dengan
mempertimbangkan faktor kelestarian dan kesinambungan lingkungan dengan konsep
pemberdayaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Skenario pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa dipilih berdasarkan hasil
analisa SWOT (Kekuatan, Kelemahan, peluang dan tantangan), yaitu :
1. Jumlah penduduk produktif dan agraris di Kabupaten Sumbawa lebih tinggi dari
jumlah pendudk non produktif dan non agraris, sehingga menguntungkan dalam
pemenuhan tenaga kerja yang dipasok dari dalam kawasan itu sendiri;
2. Budaya masyarakat di kabupaten Sumbawa yang agamis dan beretos kerja tinggi
dan partisipatif dan adanya potensi daerah yang masih memungkinkan digali dan
dikembangkan, sehingga dapat mendukung pengembangan wilayah;
3. Pengembangan perekonomian secara optimal dengan memacu sektor pertanian,
peternakan, perikanan berbasis industri yang mempunyai peluang investasi;
4. Melakukan pembinaan dan penyuluhan serta pembangunan fasilitas penunjang
pendidikan, sehingga dapat memacu perkembangan wilayah secara maksimal;
5. Pengembangan dan peningkatan jaringan dan sistem sarana prasarana (basic
infrastructure) penunjang kebutuhan wilayah untuk menarik investor;
6. Pengembangan wilayah di berbagai aspek dengan mempertimbangkan kelestarian
lingkungan;
7. Pengembangan peruntukan lahan yang digunakan sesuai dengan hasil analisa
yang telah dibuat, sehingga peruntukan lahan yang dilakukan sesuai dengan
fungsinya;
8. Konsep wisata ekotourism berbasis budaya masyarakat lokal untuk memajukan
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-25
3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis
Untuk mencapai sasaran strategis PUPR melalui pendekatan wilayah yang
dituangkan dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”, yang mempertimbangkan daya dukung lingkungan, dan fokus kepada
pengembangan infrastruktur di daerah strategis untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengurangi disparitas regional dan mendukung
Pengembangan Infrastruktur Berkelanjutan.
Untuk itu, diperlukan Keterpaduan Perencanaan antara infrastruktur dengan
kawasan strategis seperti kawasan perkotaan, kawasan industri, kawasan
pariwisata dan pelabuhan. Kesinkronan program diperlukan untuk
meningkatkan sinergi dalam rangka mendukung pertumbuhan kawasan sesuai
fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan dana. Strategi ini bertujuan membentuk
spesialisasi, komplementaritas (saling isi), sinergi dan skala ekonomi wilayah
serta membentuk kawasan perkotaan polisentris sebagai aglomerasi antar
kawasan pertumbuhan/kota yang bertetangga dengan hinterland
pedesaannya.Dengan demikian, melalui WPS, kita dapat menyiapkan wilayah
dan kawasan yang ke depannya memiliki daya saing tinggi.
Nusa Tenggara Barat termasuk dalam WPS 16 yaitu Tanjung – Mataram –
Mandalika dan WPS 17 yaitu Sumbawa Besar – Dompu – Bima. Kabupaten
Sumbawa sebagai WPS 16 memiliki kawasan inti yang merupakan Kawasan
Strategis Nasional yaitu Pulau Moyo dan juga Kawasan Strategis Provinsi
yaitu SAMOTA dan KTM Labangka. Wilayah pengembangan strategis menjadi
penting mengingat konsep keterpaduan yang ditawarkan sebagai suatu
strategi percepatan pembangunan infrastruktur permukiman. WPS Sebagai
strategi pembangunan infrastruktur permukiman, maka beberapa halyang
penting fokus kegiatannya adalah sebagai berikut :
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-26 a. Mendukung pengembangan wilayah Nusa Tenggara Barat di WPS 16
dan WPS 17 sebagai pendukung dalam mengembangkan potensi
ekonomi;
b. Pengembangan wilayah Kepulauan Nusa Tenggara melalui
pembangunan keseluruhan Trans Nusa dengan menghubungkan antar
wilayah pertumbuhan (WPS) serta pengembangan konektivitas menuju
kawasan-kawasan prioritas di luar WPS.
2. Pemanfaatan sumber daya air
a. Pemanfaatan infrastruktur sumber daya air seperti pengaman pantai
dan pengendali banjir untuk mendukung Ketahanan Air;
b. Pengembangan Infrastruktur jaringan irigasi melalui pengembangan
daerah irigasi (DI) dan pembangunan embung untuk mendukung
Ketahanan Pangan;
c. Pembangunan bendungan untuk mendukung Ketahanan Energi.
3. Peningkatan kualitas hidup di pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman
a. Infrastruktur permukiman termasuk infrastruktur perumahan maupun
pengembangan permukiman baru, serta pembangunan rumah susun
dan rumah swadaya.
b. Peningkatan kualitas perumahan di permukiman terutama untuk MBR.
4. Peningkatan potensi kepariwisataan dukungan infrastruktur PUPR terhadap
pengembangan kawasan destinasi pariwisata berupa akses menuju lokasi
pariwisata, infrastruktur air bersih dan sanitasi.
5. Peningkatan konektivitas laut (Kemaritiman). Infrastruktur bidang
kemaritiman seperti Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, Pelabuhan
Pengumpan Regional, dan Pelabuhan Pengumpul Lokal.Serta konektivitas
yang terhubungan dan memberi akses menuju infrastruktur bidang
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-27
3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah
Rencana pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa berdasarkan potensi
dan kondisi topografinya dibagi dalam beberapa Kawasan Strategis Kabupaten
(KSK) sebagai berikut :
1. Kawasan Strategis Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi
Rencana pengembangan kawasan ekonomi dimaksudkan untuk
mendorong sektor unggulan dan percepatan pengembangan wilayah di
Kabupaten Sumbawa, antara lain meliputi :
Kawasan Agropolitan Alas – Utan
a. Rencana pengembangan kawasan Alas–Utan menjadi kawasan
agropolitan berpengaruh besar pada wilayah hinterlandnya yaitu
Alas Barat, Buer dan Rhee sehingga menjadikan kawasan tersebut
berpotensi sebagai agribisnis hasil pertanian dan perkebunan
dengan dididukung oleh sarana dan prasarana pendukung
kawasan agropolitan.
b. Kondisi wilayah memiliki karakteristik sebagai berikut :
Sarana prasarana wisata masih terbatas;
Dukungan infrastruktur jalan masih rendah;
Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan
secara optimal;
Merupakan wilayah yang memiliki bahan tambang galian
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-28 c. Kondisi wilayah memiliki karakteristik sebagai berikut :
Sarana prasarana wisata masih terbatas; Dukungan infrastruktur jalan masih rendah;
Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan
secara optimal;
Merupakan wilayah yang memiliki bahan tambang galian
golongan C yang cukup besar, seperti pasir dan batu kali;
d. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung
sektor/sub sektor perdagangan, pertanian,perkebunan,
peternakan, pertanian dan pariwisata;
e. Mendorong program percepatan terwujudnya kawasan agropolitan
Alas Utan melalui program-program pemberdayaan masyarakat,
pengembangan pendidikan keterampilan, penyediaan Saprodi, dan
program insentif lainnya berdasarkan keterpaduan program
provinsi.
f. Kawasan Agropolitan Lenangguar dan Lunyuk (Lelu)
Rencana pengembangan pusat sektor unggulan pertanian,
perkebunan, peternakan, dan wisata, pengembangan perdagangan
sarana dan prasarana produksi pertanian, perkebunan, peternakan,
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-29
g. Kawasan Agrobapet Emparano
Rencana Pengembangan Kawasan Peternakan dan bahari pada
Kecamatan Empang sebagai pusat dengan hinterlandnya Kecamatan
Tarano, Plampang, sehingga menjadikan kawasan tersebut berpotensi
juga untuk munculnya kawasan industri pengolahan hasil laut dan
pengolahan hasil ternak seperti industry makananan dan kerajianan
untuk itu perlu pengembangan infrastruktur pada kawasan tersebut.
h. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Labangka
Rencana pengembangan kawasan Labangka yaitu untuk kegiatan
pengembangan pertanian, perkebunan, perternakan yang mandiri
dengan tersedianya tempat pengolahan maupun pemasaran dengan
daerah hinterland seperti Ropang dan Lantung. Adanya pelabuhan laut
skala nasional di Pantai Labangka dan kawasan industri, sehingga
berkembang menjadi perkotaan yang besar. Pada lokasi ini dapat
dikembangkan sebagai permukiman perkotaan, industri, perdagangan
dan jasa, pergudangan, dan pelabuhan, pengembangan hasil bumi dan
pertambangan nasional. Pengembangan ekonomi tinggi di kawasan
Sendangbiru memicu tingginya aktivitas baik di dalam maupun di
sekitar kawasan pengembangan, sehingga perlu adanya pembatasan
pengembangan kawasan demi kelestarian ekosistem alam. Rencana
pengembangan kawasan strategis ini adalah :
- Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam penyediaan
lahan untuk pengembangan kawasan strategis ekonomi di kawasan
Labangka.
- Menyediakan lahan pengganti untuk mempertahankan lahan hutan
yang digunakan untuk pengembangan kawasan strategis agar
tetap sama.
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan hutan
masyarakat.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-30 Kawasan perkotaan Sumbawa akan menjadi kawasan pusat
pertumbuhan kabupaten Sumbawa dengan adanya penambahan pada
kecamatan pada wilayah kota Sumbawa yaitu Kecamatan Moyo Hilir
adn Kecamatan Moyo Utara. Dalam hal ini rencana pengembangan
kawasan Sumbawa Kota berperan untuk menunjang kegiatan
agrobisnis.
2. Kawasan Strategis Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah
kawasan yang meliputi sekitar Istana Dalam Loka/Wisma Praja, Bala
Kuning.
Rencana pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan
pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di
sekitar bangunan bernilai sejarah, dan kawasan dengan bentukan geologi
tertentu dengan membuat ketentuan-ketentuan yang perlu perhatian.
Rencana pengembangan kawasan sosio kultural sekitar Istana Dalam
Loka/ Wisma Praja dan Bala Kuning yaitu berupa zonasi kawasan
pengembangan di sekitarnya. Pembagian zonasi kawasan bertujuan untuk
menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian dan kealamian dan nilai
historisnya.
Zona kawasan sekitar Istana terbagi atas 4 zona yaitu Kawasan Inti
(bangunan Istana) yang tidak boleh dibangun, Buffer Zone berupa taman
bunga, pagar tanaman/pepohonan yang berfungsi meredam kebisingan
dan aktivitas tinggi di sekitarnya yang dapat merusak, Ruang Radius
(bidang transisi) yaitu kawasan peralihan dengan kegiatan luar yang lebih
tinggi intensitasnya, serta pengembangan kawasan sekitar istana untuk
menunjang kegiatan pariwisata dan perekonomian, dapat berupa kegiatan
perdagangan dan jasa yang menjual hasil industri kerajinan, cinderamata
dan makanan khas Kabupaten Sumbawa dan berbagai bentuk
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-31
3. Kawasan Strategis Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup meliputi Batulanteh dan Buer (Brangpelat). Rencana
pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan
terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di Puncak Ngengas
dan Semongkat.
4. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Alasutan
Meliputi 5 (lima) Kecamatan : Kecamatan Alas Barat, Kecamatan Alas,
Kecamatan Buer, Kecam
a. atan Utan, Kecamatan Rhee;
b. Kondisi wilayah memiliki karakteristik sebagai berikut : Sarana prasarana wisata masih terbatas;
Dukungan infrastruktur jalan masih rendah;
Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan
secara optimal;
Merupakan wilayah yang memiliki bahan tambang galian golongan
C yang cukup besar, seperti pasir dan batu kali;
c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub
sektor perdagangan, perkebunan, peternakan, pertanian dan pariwisata;
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-32
a. Meliputi 5 (lima) terdiri dari : Kecamatan Tarano, Kecamatan Empang,
Kecamatan Lape, Kecamatan Moyo Hilir, dan Kecamatan Moyo Utara.
b. Kondisi wilayah mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Mempunyai kawasan wisata bahari yang cukup potensial, namun
belum didukung oleh sarana prasarana yang memadai; Dukung infrastruktur dan aksesibiltas masih kurang;
Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan secara
optimal;
Kawasan hulu sungai mulai terjadi degradasi, yang berakibat
timbulnya resiko bencana banjir;
Pada kawasan pesisir mulai banyak dikembangkan usaha
pertambakan / perikana, yang akan berdampak pada terjadi
pencemarannya daerah pantai / laut;
c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub
sektor perdagangan, perkebunan, peternakan, pertanian dan pariwisata.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-33 a. Meliputi 3 (tiga) Kecamatan : Labangka, Plampang, Maronge`
SUMBAWA BESAR Ibu Kota Kabupaten
b. Kondisi wilayah mempunyai karakteristik sebagai berikut : Dukung infrastruktur dan aksesibiltas masih kurang;
Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan
secara optimal;
c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub
sektor perdagangan, perkebunan, peternakan, pertanian;
4. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Brang Pelat;
a. Meliputi 4 (Empat) Kecamatan : Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Lab.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-34 b. Kondisi wilayah mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Mempunyai kawasan wisata yang cukup potensial, namun belum
didukung oleh sarana prasarana yang memadai;
Dukung infrastruktur jalan dan aksesibiltas masih kurang;
Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan
secara optimal;
Kawasan hutan mulai terjadi degradasi, yang dapat menimbulkan
resiko kekeringan sumber air dikarenakan oleh hutan tidak dapat
sebagai kawasan tangkapan air;
c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub
sektor perdagangan, perkebunan, peternakan, pertanian dan pariwisata;
5. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Sumbawa Selatan :
a. Meliputi 7 (Tujuh) Kecamatan : Kecamatan Lantung, Kecamatan
Lenangguar, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lopok, Kecamatan
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-35 b. Kondisi wilayah mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Dukung infrastruktur jalan dan aksesibiltas masih kurang; Ketersediaan tenaga / energi listrik masih kurang ;
c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub
sektor perkebunan, peternakan, pertanian.
Untuk menunjang pertumbuhan kawasan tersebut perlu ditunjau dengan
program prioritas. Adapun program prioritas yang menjadi program unggulan
secara keseluruhan wilayah pengembangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memantapkan peran dan fungsi Wilayah pengembangan sesuai dengan
potensi yang dimiliki,
2. Pengembangan struktur pemanfaatan ruang yang mampu mewujudkan
integritas wilayah dan pengembangan potensi daerah,
3. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baik untuk kegiatan
pariwisata, pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan dan
kelautan,
4. Pengembangan infrastruktur wilayah strategis,
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-36 6. Mengupayakan keseimbangan pengembangan ekonomi dan pelestarian
ekologi.
Permasalahan pembangunan di bidang prasarana dan sarana kawasan
strategis di Kabupaten Sumbawa adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan serta pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah
dibangun maupun yang akan di bangun belum di dukung peraturan /
pedoman yang memadai khususnya di bidang Penataan Bangunan &
Lingkungan dan Penyehatan Lingkungan Permukiman sehingga
mengakibatkan pembangunan permukiman menjadi kurang terkendali,
2. Kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan relatif masih rendah,
ditandai dengan masih terdapat lingkungan permukiman kumuh dan tingkat
kesehatan masyarakat di beberapa wilayah relatif rendah. Untuk
mewujudkan permukiman yang layak dalam lingkungan sehat aman,
serasi, dan teratur sangat memerlukan pembangunan prasarana yang
akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang
sehat.
3. Target MDGs maupun nasional di bidang pembangunan prasarana dan
sarana relatif cukup tinggi sementara kemampuan pendanaan untuk
membangun dan membiayai O&P terhadap prasarana dan sarana yang
telah terbangun masih rendah. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Sumbawa relatif masih rendah, pendapatan terbesar masih dari
pendapatan transfer Pemerintah Pusat dan Dana perimbangan (DAU,
DAK).
4. Kuantitas SDM pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis yang terlibat di
bidang perencanaan / penyusunan program masih kurang jumlahnya serta
masih memerlukan peningkatan pengetahuan khususnya dibidang
perencanaan prasarana dan sarana permukiman.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-37 melaksanakan pembangunan infrastruktur secara terarah dan terencana dalam
kurun waktu selama 10-20 tahun. Selain itu, Masterplan Infrastruktur dapat digunakan dalam menyusun Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota yang
mempertimbangkan keadilan, demokratis, dan keberlanjutan bagi kehidupan
masyarakat luas, sehingga pembangunan infrastruktur dapat mendorong
daerah mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Masterplan Infrastruktur dapat
dijadikan dasar dalam menyusun Rencana Investasi Prasarana dan Sarana
Perkotaan. Selain itu, mendorong daerah untuk dapat menyiapkan Rencana
Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya yang mengacu
pada RTRW Kabupaten Sumbawa dan RPJMD serta memperhatikan
Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan dengan proses
yang partisipatif.
Rencana Induk Sistem/Masterplan Infrastruktur menguraikan rencana kebutuhan pengembangan dan pembangunan infrastruktur secara rinci
sebagai pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat yang dilengkapi dengan peta/gambar
pendukung yang sesuai dan lengkap.
Pengembangan Wilayah-Wilayah Prioritas di Kabupaten Sumbawa difokuskan
ada kawasan-kawasan sebagai berikut :
Sentra pertambangan di Kabupaten Sumbawa tersebar di kecamatan
Sumbawa, Lab. Badas, Moyo hilir, Moyo hulu, Labangka, Ropang,
Plampang, Empang, Utan, Alas barat, Alas, Lunyuk.
Sentra tenaga listrik tersebar di Brang beh. Kecamatan Lunyuk, kec. Alas,
Moyo hulu, Lopak, Maronge, dan empang
Sentra produksi pertanian tanaman pangan diarahkan didaerah lahan