• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 09dee0a22f BAB III03 ARAHAN KEBIJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 09dee0a22f BAB III03 ARAHAN KEBIJAKAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-0 Bagian ini berisikan arahan kebijakan

pembangunan Bidang Cipta Karya dan rencana strategis infrastruktur Bidang

Cipta Karya.

RPIJM

Kabupaten

Sumbawa

TAHUN 2017 - 2021

BAB 3.

ARAHAN KEBIJAKAN DAN

RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG

(2)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-1

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dan Arahan

Penataan Ruang

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sesuai dengan Undang Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN, RPJMN

2015-2019 diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional, termasuk

meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Oleh karena itu pembangunan

infrastruktur antara lain diarahkan untuk (a) menyediakan infrastruktur transportasi

untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan

penumpang dan barang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional; (b)

menghilangkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan

efisiensi penggunaan energi termasuk tenaga listrik; (c) meningkatkan teledensitas

pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa; (d) memenuhi kebutuhan hunian

layak bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; serta

(e) mewujudkan peningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya

air baik untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan

air dan pangan.

UU No. 17 Tahun 2007 tersebut juga mengamanatkan bahwa pengembangan

wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan

sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip

pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu

pembangunan infrastruktur harus memperhatikan situasi dan kondisi suatu wilayah

agar pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antarwilayah,

serta menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kebijakan pembangunan infrastruktur selama ini diarahkan pada percepatan

peningkatan daya saing yang tercermin pada laporan World Economic Forum (WEF)

tahun 2014 dimana posisi daya saing infrastruktur Indonesia meningkat tajam dari

urutan 84 dari 133 negara tahun 2009 menjadi urutan 56 dari 144 negara Tahun

2014. Penilaian daya saing infrastruktur mencakup kualitas dan kapasitas

(3)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-2 ketenagalistrikan, serta telekomunikasi (fixed and mobile phone). Di samping itu,

upaya perbaikan kinerja infrastruktur juga diprioritaskan pada infrastruktur

bendungan, jaringan irigasi, serta jaringan sanitasi dan air minum dengan tujuan

untuk mendukung peningkatan produksi hasil pertanian, ketahanan pangan,

ketahanan energi, dan ketahanan air nasional. Dalam upaya percepatan

pembangungan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, keseimbangan

pembangunan tetap dijaga dengan meningkatkan konektivtas antara pusat

pertumbuhan dengan wilayah hinterland maupun wilayah pendukungnya dengan

tetap menjaga manfaat ekonomi yang positif terhadap masyarakat di wilayah

tersebut dan menjaga kualitas daya dukung lingkungannya.

Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang

memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ketimpangan antara pasokan

(supply) dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama dalam penyediaan

infrastruktur dasar khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR).

Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh regulasi

yang bersifat insentif ditambah rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR baik

membangun atau membeli rumah menjadi salah satu penyebab utama masih

banyaknya MBR yang belum tinggal di rumah layak huni. Hal tersebut berpotensi

menyebabkan degradasi kualitas permukiman dan menciptakan permukiman

kumuh baru. Terlebih dalam pembangunan perumahan khususnya di area perkotaan

(urban area) yang terkendala dengan proses pengadaan lahan.

Penyediaan air minum dan sanitasi sebagai layanan dasar belum menjangkau seluruh

penduduk Indonesia. Pada tahun 2013, proporsi rumah tangga yang memiliki akses

terhadap sumber air minum aman adalah 67,73 persen sedangkan proporsi rumah

tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi layak adalah 60,91 persen

(BPS, 2013). Dengan demikian, masih terdapat 100 juta jiwa penduduk yang belum

memiliki akses air minum dan 120 juta penduduk yang belum memiliki akses terhadap

fasilitasi sanitasi layak. Adapun terkait layanan persampahan, proporsi rumah tangga

yang terlayani pengelolaan persampahan adalah 24,9 persen dan 46 persen khusus

(4)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-3 Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya

keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya

sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air

minum dan sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh

belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif

pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan

manajemen aset. Perencanaan dan pelaksanaan penyediaan air minum dan sanitasi

saat ini belum mencakup strategi manajemen aset yang tepat khususnya terkait

pemeliharaan dan rehabilitasi sehingga mempersingkat usia ekonomis dari

infrastruktur terbangun. Air baku untuk air minum semakin terbatas, baik secara

kuantitas maunpun kualitas. Pemanfaatan alternatif sumber air baku, contohnya air

hujan dan daur ulang, belum banyak dimanfaatkan. Penyediaan layanan sanitasi

belum tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya

pengamanan air minum untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas

dan keterjangkauan). Belum optimalnya pembangunan infrastruktur/prasarana dasar

permukiman tersebut menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kawasan

kumuh terutama di perkotaan.

Sasaran umum yang hendak dicapai oleh sektor Infrastruktur pada RPJMN Tahun

2015-2019 adalah :

1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan perencanaan tata ruang

nasional;

2. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak

dengan didukung prasarana, sarana dan utilitas yang memadai dalam mendorong

peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

3. Terwujudnya pertumbuhan bidang Infrastruktur minimal dua kali pertumbuhan

ekonomi nasional dalam rangka memberikan sumbangan terhadap

kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable growth) yang

berkualitas dan perluasan lapangan kerja;

4. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa Infrastruktur ke seluruh

pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan

mobilitas penumpang dalam rangka memberikan kontribusi terhadap

(5)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-4 5. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa Infrastruktur ke seluruh

pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan berdaulat;

6. Tercapainya peran dan investasi swasta yang optimal dalam pembangunan

infrastruktur guna meningkatkan efisiensi anggaran serta kuantitas dan kualitas

layanan infrastruktur.

Adapun sasaran-sasaran khusus dari indikator kinerja Infrastruktur Bidang Cipta

Karya selama 5 tahun ke depan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. SASARAN RPJMN 2015-2019 BIDANG INFRASTRUKTUR

No. SASARAN INDIKATOR

Isu Strategis : Pembangunan Prasarana Dasar Kawasan Permukiman serta Energi dan Ketenagalistrikan

1 Meningkatnya akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan

a. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

b. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum yakni 85 persen penduduk terlayani akses sesuai prinsip 4K (Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Keterjangkauan) dan 15 persen sesuai kebutuhan dasar (basic needs).

c. Tercapainya 100 persen pelayanan sanitasi (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) yakni 85 persen penduduk terlayani akses sesuai standar pelayanan (pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat, pelayanan sampah perkotaan dan pengelolaan.

Arah kebijakan dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan

(6)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-5 1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan

perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi:

a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan

pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas,

kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan

pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan

dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off- site baik skala kawasan

maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill

dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan

prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan higienis, sanitasi

dan nilai ekonomis air.

b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui

upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan

air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air

baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan

penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan

drainase berwawasan lingkungan.

c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air

Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20

persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat

penyelenggara dan skala kota.

d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif

sumber air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di

dalamnya pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang

air yang telah dipergunakan (water reclaiming).

2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan

manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk

untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun

melalui strategi :

a. Optimalisasi infrastruktur air minum dan sanitasi eksisting melalui

(7)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-6 b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan

layanan.

c. Rehabilitasi infrastruktur air minum dan sanitasi untuk infrastruktur

dengan pemanfaatan yang sub-optimal, infrastruktur yang menua, dan

infrastruktur yang terkena dampak bencana.

d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan

drainase untuk memaksimalkan potensi yang ada.

e. Pembentukan dan penyehatan pengelola infrastruktur air minum, air

limbah dan persampahan, baik berbasis institusi maupun berbasis masyarakat.

f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan

sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost

recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP).

Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi

juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam

rangka pemenuhan full cost recovery.

g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan,

pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.

3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat

nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem

Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten

(SSK) melalui pengarusutamaan dalam proses perencanaan dan

penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran

sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan

pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan

kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi

perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal access di wilayah

kabupaten/kota;

b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand

generation sebagai prasyarat penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi;

c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di

(8)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-7 d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan

sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media untuk menjamin

keselarasan serta konsistensi perencanaan dan implementasinya di tingkat

pusat dan daerah.

4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan

sanitasi melalui strategi:

a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap

perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal,

termasuk sinergi dengan pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren,

kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan

adaptasi perubahan iklim, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh,

serta pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus.

b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam

rangka mengatasi kendala ketersediaan air baku dan lahan serta dalam

rangka mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi.

c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui (i)

peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi dan Kab/Kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk

penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (iii)

pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif

penyakit dan promosi higiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan

kesehatan masyarakat; serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi

dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP),

dana hibah berbasis kinerja/hasil, masyarakat, dan sumber dana lain terkait

lingkungan hidup, pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan.

d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk

pengelolaan data dan informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and

Sanitation Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi

serta melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.

Isu-isu politik dan sosial terutama pada tingkat local seringkali menghambat

(9)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-8 Pembangunan infrastruktur seringkali dikaitkan dengan kepentingan jangka

pendek seperti untuk mendapatkan dukungan politik dari masyarakat. Dengan

demikian, pembangunan infrastruktur tidak sepenuhnya didasarkan pada

kebutuhan dalam hal besaran dan waktu namun lebih berperan sebagai

instrumen sosial politik. Kondisi ini juga mengurangi kesempatan untuk

memaksimalkan sinergi antarsektor infrastruktur dan antarwilayah karena

integrasi perencanaan menjadi sulit untuk dilaksanakan.

Integrasi perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan

infrastruktur yang memperhitungkan kesesuaian dengan arah pengembangan

sektor lainnya maupun pengembangan wilayah sangat diperlukan untuk

mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang lebih luas.

Kesesuaian ini dituangkan dalam langkah strategis berupa Rencana

Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) sebagai instrumen yang

mengikat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

RPIJM merupakan daftar yang memuat rencana dan program investasi

infrastruktur terpadu untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. RPIJM telah

mengintergrasikan kebijakan sektoral dan kebijakan spasial beserta

pembiayaanya. Penyusunan RPIJM mengacu pada Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah. RPIJM digunakan sebagai bahan

pembahasan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.RPIJM pada

tingkat nasional mengikuti jangka waktu RPJMN periode 2015-2019. RPIJM

Provinsi dan Kawasan Strategis Provinsi serta RPIJM Kabupaten/Kota dan

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota mengikuti jangka waktu RPJMD Provinsi

dan RPJMD Kabupaten/Kota yang sedang berjalan.

Penyusunan RPIJM dilakukan melalui 6 (enam) tahapan: (i) penyusunan

arahan spasial pengembangan wilayah; (ii) penyusunan program prioritas

pembangunan infrastruktur; (iii) penyusunan rencana terpadu pembangunan

(10)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-9 (v) penyusunan sumber pembiayaan pembangunan; serta (vi) inisiasi

pelaksanaan pembangunan. Infrastruktur yang dapat dimasukan dalam RPIJM

antara lain meliputi: (i) infrastruktur transportasi; (ii) infrastruktur sumber daya

air; (iii) infrastruktur air minum dan sanitasi; (iv) infrastruktur telekomunikasi; (v)

infrastruktur ketenagalistrikan; dan (vi) infrastruktur minyak dan gas bumi.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan dokumen yang

berskala nasional dan merupakan pedoman dalam penyusunan RPIJM. Pada

RTRWN disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,

5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Dalam hal ini, arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN bertujuan untuk

ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan kriteria-kriteria sebagai

berikut:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,

dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

(11)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-10 2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan kriteria-kriteria sebagai

berikut:

a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua

kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,

dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dengan kriteria-kriteria

sebagai berikut:

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas

dengan negara tetangga,

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga,

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

e. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Sumbawa, kriteria penetapan kawasan

strategis nasional ini dilakukan berdasarkan kepentingan-kepentingan sebagai

berikut:

a. Pertahanan dan keamanan,

1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan

negara berdasarkan

geostrategi nasional,

2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan

amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba

(12)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-11 3) kawasan industri sistem pertahanan, atau merupakan wilayah kedaulatan

Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan

negara tetangga dan/atau laut lepas.

b. Pertumbuhan ekonomi,

1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

nasional,

3) memiliki potensi ekspor,

4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam

rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

c. Sosial dan budaya

1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya

nasional,

2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri

bangsa,

3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan

dilestarikan,

4) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis

nasional,

3) pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

4) memiliki sumber daya alam strategis nasional

5) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

(13)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-12 7) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

3) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir

punah atau

4) diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

5) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang

6) menimbulkan kerugian negara,

7) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

8) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

9) rawan bencana alam nasional

10) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas

terhadap kelangsungan kehidupan.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah

Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi

untukpenyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

a. Arahan pengembangan pola ruang:

1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

2) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti

pengembangan RTH.

b. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti

pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan

drainase

2. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk

bidang Cipta Karya

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten di Kabupaten

Sumbawa, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten yang tercantum

(14)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-13

struktur ruang wilayah kota; dan kebijakan dan strategi pengembangan pola

ruang wilayah kota.

3.1.2.1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa

Rencana struktur ruang Kabupaten Sumbawa terbagi dalam 3 wilayah kegiatan yaitu

meliputi :

1. pusat-pusat kegiatan, terdiri atas :

a. PKW yaitu Sumbawa Besar sebagai Ibukota Kabupaten;

b. PKL meliputi Alas, Lenangguar, Empang, Labangka, dan Lunyuk;

c. PKLp meliputi Utan, Langam, dan Semamung;

d. PPK meliputi Labuhan Mapin, Pernang, Semongkat, Lape, Maronge,

Plampang, dan Labuhan Aji; dan

e. PPL meliputi Gontar, Juru Mapin, Batu Rotok, Labuhan Kuris, Teluk Santong,

Labuhan Jambu, Labuhan Aji Pulau Moyo, Bajo Medang, Sebeok, Rhee Luar,

Ropang, Lantung Ai Mual, Leseng, Labuhan Padi.

2. sistem jaringan prasarana utama, meliputi :

a. sistem transportasi darat;

b. sistem transportasi laut; dan

c. sistem transportasi udara.

3. sistem jaringan prasarana lainnya.

a. sistem jaringan energi dan kelistrikan;

b. sistem jaringan sumber daya air;

c. sistem jaringan telekomunikasi; dan

(15)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-14 Gambar 3.1. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa

(16)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-15

3.1.2.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa

Rencana pola ruang wilayah kabupaten dilaksanakan berdasarkan arahan

perencanaan :

a. rencana pengembangan kawasan lindung dengan luas paling sedikit 228.722,03

Ha; yang meliuti :

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, taman buru, perlindungan esensial

ekosistem dan cagar budaya; dan

e. kawasan lindung geologi.

Gambar 3.2. Peta Deleniasi Kawasan Lindung Kabupaten Sumbawa

(17)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-16 b. rencana pengembangan kawasan budidaya dengan luas paling banyak

35.675,97 Ha; terdiri atas :

a. kawasan peruntukan hutan produksi;

b. kawasan peruntukan pertanian;

c. kawasan peruntukan perikanan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

d. kawasan peruntukan pertambangan;

e. kawasan peruntukan industri

f. kawasan peruntukan pariwisata;

g. kawasan peruntukan permukiman; dan

h. kawasan peruntukan lain.

Gambar 3.3. Peta Deleniasi Kawasan Budidaya Kabupaten Sumbawa

(18)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-17 Gambar 3.4. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa

(19)

PENDAHULUAN | 3-18

3.1.2.3. Arahan Kebijakan dan Kegiatan Kabupaten Sumbawa

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang

harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten.

Kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Sumbawa terdiri dari :

a. pengembangan kawasan yang berbasis pertanian tanaman pangan dan

hortikultura;

b. pengembangan kawasan yang berbasis peternakan dan perikanan;

c. pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis potensi alam dan

budaya;

d. pengembangan kawasan potensi pertambangan yang ekonomis;

e. peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep

Agribisnis dan industriwisata;

f. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung kegiatan

Agribisnis, industriwisata dan pertambangan;

g. pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan

lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi;

h. penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan dan

menunjang sistem pemasaran produksi pertanian, perikanan dan

pariwisata dan pertambangan; dan

i. Pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek

keberlanjutan dan lingkungan hidup melalui kajian lingkungan hidup

strategis.

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan

penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Strategi pemanfaatan ruang

wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari :

1. Strategi pengembangan kawasan yang berbasis pertanian tanaman

(20)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-19 a. meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman pangan serta

hortikultura melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan

rehabilitasi lahan;

b. mengembangkan usaha agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;

c. mengembangkan kegiatan pengolahan hasil usaha tanaman pangan

dan hortikultura;

d. mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis

tanaman pangan dan hortikultura;

e. menekan pengurangan luasan lahan sawah beririgasi;

f. menetapkan lahan sawah abadi atau lahan sawah berkelanjutan;

g. mengembangkan sawah baru pada kawasan potensial;

h. mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian lahan kering.

i. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang

produksi dan pemasaran.

2. Strategi pengembangan kawasan yang berbasis peternakan dan

perikanan, meliputi :

a. meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan dan perikanan

melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi usaha peternakan

dan perikanan yang ekonomis;

b. penataan dan penyediaan lahan usaha pengembalaan ternak (lar atau

ranch);

c. penataan dan pengembangan budidaya perikanan laut, tambak, danau

dan sungai;

d. mengembangkan usaha agribisnis peternakan dan perikanan;

e. mengembangkan kegiatan pengolahan hasil usaha peternakan dan

perikanan;

f. mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis

peternakan dan perikanan;

g. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang

(21)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-20

3. Strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis potensi

alam dan budaya, meliputi :

a. mengembangkan wisata bahari pada kawasan unggulan;

b. merevitalisasi nilai-nilai budaya serta situs/cagar budaya yang bernilai

historis;

c. mendorong percepatan pengembangan kawasan wisata alam melalui

penataan, promosi, dan jaringan perjalanan wisata;

d. mendorong percepatan pengembangan wisata budaya melalui

penataan kawasan cagar budaya (kampung wisata), konservasi

bangunan bersejarah, situs dan peninggalan bersejarah lainnya;

e. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.

4. Strategi kawasan potensi pertambangan yang ekonomis, meliputi :

a. menetapkan kawasan pertambangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi;

b. menata dan menertibkan kawasan pertambangan yang mempercepat

kerusakan lingkungan;

c. menata dan mendorong percepatan pengembangan daerah potensi

pertambangan, dengan tetap menjaga pelestarian fungsi lingkungan

hidup; dan

d. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang

kawasan pertambangan.

5. Strategi peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah

dengan konsep agrobisnis, agroindustri dan industriwisata, meliputi:

a. menetapkan wilayah Agribisnis di Kecamatan Alas, Kecamatan

Lenangguar, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Empang dan

Kecamatan Labangka.

b. menetapkan wilayah agroindustri di Kecamatan Sumbawa dan

Kecamatan Alas;

c. menetapkan wilayah industriwisata di Kecamatan Sumbawa,

(22)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-21 d. mendorong percepatan pengembangan sentra industri menengah dan

kecil yang memanfaatan sumber daya lokal, khususnya hasil pertanian,

perkebunan, peternakan serta perikanan, termasuk untuk menunjang

kegiatan wisata;

e. mendorong percepatan pengembangan sentra industri menengah dan

kecil berbasis kompetensi di kawasan perkotaan.

f. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang

kawasan Agribisnis, agroindustri, dan wisata;

g. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan Agribisnis,

agroindustri dan industriwisata.

6. Strategi untuk pengelolaan pemanfaatan lahan dengan

memperhatikan peruntukan lahan, daya tampung lahan dan aspek

konservasi, meliputi:

a. mempertahankan luas kawasan lindung;

b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah

menurun dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan

ekosistem wilayah;

c. menyelenggarakan upaya terpadu untuk meningkatkan kuantitas dan

kualitas fungsi kawasan lindung;

d. melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air

untuk musim kemarau;

e. memelihara kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan

dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar

tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup

lainnya;

f. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak

langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang

mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang

(23)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-22

7. Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan

aspek keberlanjutan dan lingkungan hidup melalui kajian lingkungan

hidup strategis, meliputi :

a. mendukung kebijakan dalam kawasan hutan produksi serta mendorong

berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan

kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;

b. mengembangkan produksi dari hasil kegiatan budidaya tanaman hutan

dalam kawasan hutan produksi;

c. melakukan rehabilitasi/reboisasi terhadap lahan hutan produksi;

d. mengembangkan produksi hasil hutan yang berasal dari hutan produksi,

dari kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dengan izin

yang sah;

e. memelihara kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai

objek penelitian dan pariwisata;

f. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%

(tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;

g. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya

dukung dan daya tampung kawasan;

h. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan

kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

i. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan

perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal

dan tidak sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur

dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan

perdesaan;

j. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk

menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

dan

k. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang

(24)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-23 tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta

keanekaragamannya.

8. Strategi untuk penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan

ekonomi perkotaan dan menunjang sistem pemasaran produksi

pertanian, perikanan & pariwisata dan pertambangan, meliputi :

a. menetapkan hierarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah;

b. memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah;

c. memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi

antara simpul wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai

hinterlandnya;

d. menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan

perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan

dan wilayah di sekitarnya;

e. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum

terlayani oleh pusat pertumbuhan; dan

f. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih

kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

9. Strategi pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung

kegiatan agrobisnis, industriwisata dan pertambangan, meliputi:

a. mengembangkan sistem jaringan infrastruktur dalam mewujudkan

keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;

b. meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi dan mewujudkan

keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;

c. mengembangkan akses jaringan jalan sistem perkotaan di pusat-pusat

kegiatan, antar pusat kegiatan dan antara pusat kegiatan ke pusat-pusat

produksi ekonomi;

d. mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan dan jalan

lingkar utara-selatan wilayah Kabupaten Sumbawa;

e. mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi di

(25)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-24 f. meningkatkan jaringan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan

dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan

sistem penyediaan tenaga listrik.

Konsep pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa mengacu kepada potensi yang

ada dengan mempertimbangkan adanya pertumbuhan yang merata pada wilayah –

wilayah baru dengan memprioritaskan pembangunan berkelanjutan serta dengan

mempertimbangkan faktor kelestarian dan kesinambungan lingkungan dengan konsep

pemberdayaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Skenario pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa dipilih berdasarkan hasil

analisa SWOT (Kekuatan, Kelemahan, peluang dan tantangan), yaitu :

1. Jumlah penduduk produktif dan agraris di Kabupaten Sumbawa lebih tinggi dari

jumlah pendudk non produktif dan non agraris, sehingga menguntungkan dalam

pemenuhan tenaga kerja yang dipasok dari dalam kawasan itu sendiri;

2. Budaya masyarakat di kabupaten Sumbawa yang agamis dan beretos kerja tinggi

dan partisipatif dan adanya potensi daerah yang masih memungkinkan digali dan

dikembangkan, sehingga dapat mendukung pengembangan wilayah;

3. Pengembangan perekonomian secara optimal dengan memacu sektor pertanian,

peternakan, perikanan berbasis industri yang mempunyai peluang investasi;

4. Melakukan pembinaan dan penyuluhan serta pembangunan fasilitas penunjang

pendidikan, sehingga dapat memacu perkembangan wilayah secara maksimal;

5. Pengembangan dan peningkatan jaringan dan sistem sarana prasarana (basic

infrastructure) penunjang kebutuhan wilayah untuk menarik investor;

6. Pengembangan wilayah di berbagai aspek dengan mempertimbangkan kelestarian

lingkungan;

7. Pengembangan peruntukan lahan yang digunakan sesuai dengan hasil analisa

yang telah dibuat, sehingga peruntukan lahan yang dilakukan sesuai dengan

fungsinya;

8. Konsep wisata ekotourism berbasis budaya masyarakat lokal untuk memajukan

(26)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-25

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Untuk mencapai sasaran strategis PUPR melalui pendekatan wilayah yang

dituangkan dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).

Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”, yang mempertimbangkan daya dukung lingkungan, dan fokus kepada

pengembangan infrastruktur di daerah strategis untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi, mengurangi disparitas regional dan mendukung

Pengembangan Infrastruktur Berkelanjutan.

Untuk itu, diperlukan Keterpaduan Perencanaan antara infrastruktur dengan

kawasan strategis seperti kawasan perkotaan, kawasan industri, kawasan

pariwisata dan pelabuhan. Kesinkronan program diperlukan untuk

meningkatkan sinergi dalam rangka mendukung pertumbuhan kawasan sesuai

fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan dana. Strategi ini bertujuan membentuk

spesialisasi, komplementaritas (saling isi), sinergi dan skala ekonomi wilayah

serta membentuk kawasan perkotaan polisentris sebagai aglomerasi antar

kawasan pertumbuhan/kota yang bertetangga dengan hinterland

pedesaannya.Dengan demikian, melalui WPS, kita dapat menyiapkan wilayah

dan kawasan yang ke depannya memiliki daya saing tinggi.

Nusa Tenggara Barat termasuk dalam WPS 16 yaitu Tanjung – Mataram –

Mandalika dan WPS 17 yaitu Sumbawa Besar – Dompu – Bima. Kabupaten

Sumbawa sebagai WPS 16 memiliki kawasan inti yang merupakan Kawasan

Strategis Nasional yaitu Pulau Moyo dan juga Kawasan Strategis Provinsi

yaitu SAMOTA dan KTM Labangka. Wilayah pengembangan strategis menjadi

penting mengingat konsep keterpaduan yang ditawarkan sebagai suatu

strategi percepatan pembangunan infrastruktur permukiman. WPS Sebagai

strategi pembangunan infrastruktur permukiman, maka beberapa halyang

penting fokus kegiatannya adalah sebagai berikut :

(27)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-26 a. Mendukung pengembangan wilayah Nusa Tenggara Barat di WPS 16

dan WPS 17 sebagai pendukung dalam mengembangkan potensi

ekonomi;

b. Pengembangan wilayah Kepulauan Nusa Tenggara melalui

pembangunan keseluruhan Trans Nusa dengan menghubungkan antar

wilayah pertumbuhan (WPS) serta pengembangan konektivitas menuju

kawasan-kawasan prioritas di luar WPS.

2. Pemanfaatan sumber daya air

a. Pemanfaatan infrastruktur sumber daya air seperti pengaman pantai

dan pengendali banjir untuk mendukung Ketahanan Air;

b. Pengembangan Infrastruktur jaringan irigasi melalui pengembangan

daerah irigasi (DI) dan pembangunan embung untuk mendukung

Ketahanan Pangan;

c. Pembangunan bendungan untuk mendukung Ketahanan Energi.

3. Peningkatan kualitas hidup di pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman

a. Infrastruktur permukiman termasuk infrastruktur perumahan maupun

pengembangan permukiman baru, serta pembangunan rumah susun

dan rumah swadaya.

b. Peningkatan kualitas perumahan di permukiman terutama untuk MBR.

4. Peningkatan potensi kepariwisataan dukungan infrastruktur PUPR terhadap

pengembangan kawasan destinasi pariwisata berupa akses menuju lokasi

pariwisata, infrastruktur air bersih dan sanitasi.

5. Peningkatan konektivitas laut (Kemaritiman). Infrastruktur bidang

kemaritiman seperti Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, Pelabuhan

Pengumpan Regional, dan Pelabuhan Pengumpul Lokal.Serta konektivitas

yang terhubungan dan memberi akses menuju infrastruktur bidang

(28)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-27

3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Rencana pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa berdasarkan potensi

dan kondisi topografinya dibagi dalam beberapa Kawasan Strategis Kabupaten

(KSK) sebagai berikut :

1. Kawasan Strategis Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi

Rencana pengembangan kawasan ekonomi dimaksudkan untuk

mendorong sektor unggulan dan percepatan pengembangan wilayah di

Kabupaten Sumbawa, antara lain meliputi :

Kawasan Agropolitan Alas – Utan

a. Rencana pengembangan kawasan Alas–Utan menjadi kawasan

agropolitan berpengaruh besar pada wilayah hinterlandnya yaitu

Alas Barat, Buer dan Rhee sehingga menjadikan kawasan tersebut

berpotensi sebagai agribisnis hasil pertanian dan perkebunan

dengan dididukung oleh sarana dan prasarana pendukung

kawasan agropolitan.

b. Kondisi wilayah memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Sarana prasarana wisata masih terbatas;

 Dukungan infrastruktur jalan masih rendah;

 Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan

secara optimal;

 Merupakan wilayah yang memiliki bahan tambang galian

(29)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-28 c. Kondisi wilayah memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Sarana prasarana wisata masih terbatas;  Dukungan infrastruktur jalan masih rendah;

 Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan

secara optimal;

 Merupakan wilayah yang memiliki bahan tambang galian

golongan C yang cukup besar, seperti pasir dan batu kali;

d. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung

sektor/sub sektor perdagangan, pertanian,perkebunan,

peternakan, pertanian dan pariwisata;

e. Mendorong program percepatan terwujudnya kawasan agropolitan

Alas Utan melalui program-program pemberdayaan masyarakat,

pengembangan pendidikan keterampilan, penyediaan Saprodi, dan

program insentif lainnya berdasarkan keterpaduan program

provinsi.

f. Kawasan Agropolitan Lenangguar dan Lunyuk (Lelu)

Rencana pengembangan pusat sektor unggulan pertanian,

perkebunan, peternakan, dan wisata, pengembangan perdagangan

sarana dan prasarana produksi pertanian, perkebunan, peternakan,

(30)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-29

g. Kawasan Agrobapet Emparano

Rencana Pengembangan Kawasan Peternakan dan bahari pada

Kecamatan Empang sebagai pusat dengan hinterlandnya Kecamatan

Tarano, Plampang, sehingga menjadikan kawasan tersebut berpotensi

juga untuk munculnya kawasan industri pengolahan hasil laut dan

pengolahan hasil ternak seperti industry makananan dan kerajianan

untuk itu perlu pengembangan infrastruktur pada kawasan tersebut.

h. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Labangka

Rencana pengembangan kawasan Labangka yaitu untuk kegiatan

pengembangan pertanian, perkebunan, perternakan yang mandiri

dengan tersedianya tempat pengolahan maupun pemasaran dengan

daerah hinterland seperti Ropang dan Lantung. Adanya pelabuhan laut

skala nasional di Pantai Labangka dan kawasan industri, sehingga

berkembang menjadi perkotaan yang besar. Pada lokasi ini dapat

dikembangkan sebagai permukiman perkotaan, industri, perdagangan

dan jasa, pergudangan, dan pelabuhan, pengembangan hasil bumi dan

pertambangan nasional. Pengembangan ekonomi tinggi di kawasan

Sendangbiru memicu tingginya aktivitas baik di dalam maupun di

sekitar kawasan pengembangan, sehingga perlu adanya pembatasan

pengembangan kawasan demi kelestarian ekosistem alam. Rencana

pengembangan kawasan strategis ini adalah :

- Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam penyediaan

lahan untuk pengembangan kawasan strategis ekonomi di kawasan

Labangka.

- Menyediakan lahan pengganti untuk mempertahankan lahan hutan

yang digunakan untuk pengembangan kawasan strategis agar

tetap sama.

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan hutan

masyarakat.

(31)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-30 Kawasan perkotaan Sumbawa akan menjadi kawasan pusat

pertumbuhan kabupaten Sumbawa dengan adanya penambahan pada

kecamatan pada wilayah kota Sumbawa yaitu Kecamatan Moyo Hilir

adn Kecamatan Moyo Utara. Dalam hal ini rencana pengembangan

kawasan Sumbawa Kota berperan untuk menunjang kegiatan

agrobisnis.

2. Kawasan Strategis Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah

kawasan yang meliputi sekitar Istana Dalam Loka/Wisma Praja, Bala

Kuning.

Rencana pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan

pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di

sekitar bangunan bernilai sejarah, dan kawasan dengan bentukan geologi

tertentu dengan membuat ketentuan-ketentuan yang perlu perhatian.

Rencana pengembangan kawasan sosio kultural sekitar Istana Dalam

Loka/ Wisma Praja dan Bala Kuning yaitu berupa zonasi kawasan

pengembangan di sekitarnya. Pembagian zonasi kawasan bertujuan untuk

menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian dan kealamian dan nilai

historisnya.

Zona kawasan sekitar Istana terbagi atas 4 zona yaitu Kawasan Inti

(bangunan Istana) yang tidak boleh dibangun, Buffer Zone berupa taman

bunga, pagar tanaman/pepohonan yang berfungsi meredam kebisingan

dan aktivitas tinggi di sekitarnya yang dapat merusak, Ruang Radius

(bidang transisi) yaitu kawasan peralihan dengan kegiatan luar yang lebih

tinggi intensitasnya, serta pengembangan kawasan sekitar istana untuk

menunjang kegiatan pariwisata dan perekonomian, dapat berupa kegiatan

perdagangan dan jasa yang menjual hasil industri kerajinan, cinderamata

dan makanan khas Kabupaten Sumbawa dan berbagai bentuk

(32)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-31

3. Kawasan Strategis Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup meliputi Batulanteh dan Buer (Brangpelat). Rencana

pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan

terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di Puncak Ngengas

dan Semongkat.

4. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Alasutan

Meliputi 5 (lima) Kecamatan : Kecamatan Alas Barat, Kecamatan Alas,

Kecamatan Buer, Kecam

a. atan Utan, Kecamatan Rhee;

b. Kondisi wilayah memiliki karakteristik sebagai berikut :  Sarana prasarana wisata masih terbatas;

 Dukungan infrastruktur jalan masih rendah;

 Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan

secara optimal;

 Merupakan wilayah yang memiliki bahan tambang galian golongan

C yang cukup besar, seperti pasir dan batu kali;

c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub

sektor perdagangan, perkebunan, peternakan, pertanian dan pariwisata;

(33)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-32

a. Meliputi 5 (lima) terdiri dari : Kecamatan Tarano, Kecamatan Empang,

Kecamatan Lape, Kecamatan Moyo Hilir, dan Kecamatan Moyo Utara.

b. Kondisi wilayah mempunyai karakteristik sebagai berikut :

 Mempunyai kawasan wisata bahari yang cukup potensial, namun

belum didukung oleh sarana prasarana yang memadai;  Dukung infrastruktur dan aksesibiltas masih kurang;

 Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan secara

optimal;

 Kawasan hulu sungai mulai terjadi degradasi, yang berakibat

timbulnya resiko bencana banjir;

 Pada kawasan pesisir mulai banyak dikembangkan usaha

pertambakan / perikana, yang akan berdampak pada terjadi

pencemarannya daerah pantai / laut;

c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub

sektor perdagangan, perkebunan, peternakan, pertanian dan pariwisata.

(34)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-33 a. Meliputi 3 (tiga) Kecamatan : Labangka, Plampang, Maronge`

SUMBAWA BESAR Ibu Kota Kabupaten

b. Kondisi wilayah mempunyai karakteristik sebagai berikut :  Dukung infrastruktur dan aksesibiltas masih kurang;

 Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan

secara optimal;

c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub

sektor perdagangan, perkebunan, peternakan, pertanian;

4. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Brang Pelat;

a. Meliputi 4 (Empat) Kecamatan : Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Lab.

(35)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-34 b. Kondisi wilayah mempunyai karakteristik sebagai berikut :

 Mempunyai kawasan wisata yang cukup potensial, namun belum

didukung oleh sarana prasarana yang memadai;

 Dukung infrastruktur jalan dan aksesibiltas masih kurang;

 Sumber daya air cukup memadai, namun belum dimanfaatkan

secara optimal;

 Kawasan hutan mulai terjadi degradasi, yang dapat menimbulkan

resiko kekeringan sumber air dikarenakan oleh hutan tidak dapat

sebagai kawasan tangkapan air;

c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub

sektor perdagangan, perkebunan, peternakan, pertanian dan pariwisata;

5. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Sumbawa Selatan :

a. Meliputi 7 (Tujuh) Kecamatan : Kecamatan Lantung, Kecamatan

Lenangguar, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lopok, Kecamatan

(36)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-35 b. Kondisi wilayah mempunyai karakteristik sebagai berikut :

 Dukung infrastruktur jalan dan aksesibiltas masih kurang;  Ketersediaan tenaga / energi listrik masih kurang ;

c. Pengembangan Infrastruktur diarahkan untuk mendukung sektor/sub

sektor perkebunan, peternakan, pertanian.

Untuk menunjang pertumbuhan kawasan tersebut perlu ditunjau dengan

program prioritas. Adapun program prioritas yang menjadi program unggulan

secara keseluruhan wilayah pengembangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memantapkan peran dan fungsi Wilayah pengembangan sesuai dengan

potensi yang dimiliki,

2. Pengembangan struktur pemanfaatan ruang yang mampu mewujudkan

integritas wilayah dan pengembangan potensi daerah,

3. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baik untuk kegiatan

pariwisata, pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan dan

kelautan,

4. Pengembangan infrastruktur wilayah strategis,

(37)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-36 6. Mengupayakan keseimbangan pengembangan ekonomi dan pelestarian

ekologi.

Permasalahan pembangunan di bidang prasarana dan sarana kawasan

strategis di Kabupaten Sumbawa adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan serta pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah

dibangun maupun yang akan di bangun belum di dukung peraturan /

pedoman yang memadai khususnya di bidang Penataan Bangunan &

Lingkungan dan Penyehatan Lingkungan Permukiman sehingga

mengakibatkan pembangunan permukiman menjadi kurang terkendali,

2. Kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan relatif masih rendah,

ditandai dengan masih terdapat lingkungan permukiman kumuh dan tingkat

kesehatan masyarakat di beberapa wilayah relatif rendah. Untuk

mewujudkan permukiman yang layak dalam lingkungan sehat aman,

serasi, dan teratur sangat memerlukan pembangunan prasarana yang

akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang

sehat.

3. Target MDGs maupun nasional di bidang pembangunan prasarana dan

sarana relatif cukup tinggi sementara kemampuan pendanaan untuk

membangun dan membiayai O&P terhadap prasarana dan sarana yang

telah terbangun masih rendah. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Sumbawa relatif masih rendah, pendapatan terbesar masih dari

pendapatan transfer Pemerintah Pusat dan Dana perimbangan (DAU,

DAK).

4. Kuantitas SDM pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis yang terlibat di

bidang perencanaan / penyusunan program masih kurang jumlahnya serta

masih memerlukan peningkatan pengetahuan khususnya dibidang

perencanaan prasarana dan sarana permukiman.

(38)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-37 melaksanakan pembangunan infrastruktur secara terarah dan terencana dalam

kurun waktu selama 10-20 tahun. Selain itu, Masterplan Infrastruktur dapat digunakan dalam menyusun Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota yang

mempertimbangkan keadilan, demokratis, dan keberlanjutan bagi kehidupan

masyarakat luas, sehingga pembangunan infrastruktur dapat mendorong

daerah mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Masterplan Infrastruktur dapat

dijadikan dasar dalam menyusun Rencana Investasi Prasarana dan Sarana

Perkotaan. Selain itu, mendorong daerah untuk dapat menyiapkan Rencana

Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya yang mengacu

pada RTRW Kabupaten Sumbawa dan RPJMD serta memperhatikan

Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan dengan proses

yang partisipatif.

Rencana Induk Sistem/Masterplan Infrastruktur menguraikan rencana kebutuhan pengembangan dan pembangunan infrastruktur secara rinci

sebagai pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat yang dilengkapi dengan peta/gambar

pendukung yang sesuai dan lengkap.

Pengembangan Wilayah-Wilayah Prioritas di Kabupaten Sumbawa difokuskan

ada kawasan-kawasan sebagai berikut :

 Sentra pertambangan di Kabupaten Sumbawa tersebar di kecamatan

Sumbawa, Lab. Badas, Moyo hilir, Moyo hulu, Labangka, Ropang,

Plampang, Empang, Utan, Alas barat, Alas, Lunyuk.

 Sentra tenaga listrik tersebar di Brang beh. Kecamatan Lunyuk, kec. Alas,

Moyo hulu, Lopak, Maronge, dan empang

 Sentra produksi pertanian tanaman pangan diarahkan didaerah lahan

Gambar

Gambar 3.2. Peta Deleniasi Kawasan Lindung Kabupaten Sumbawa
Gambar 3.3. Peta Deleniasi Kawasan Budidaya Kabupaten Sumbawa

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti yang berkaitan dengan penggunaan teori Utami

Hal ini bisa dilihat pada program pembelajaran guru, baik pada program semester maupun pada Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci mencantumkan perencanaan waktu

antara kemahiran berbicara dan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014 tergolong

segala rahmat dan karunianya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Kontrol Diri dengan Intensitas Perilaku

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya, penerimaan, pendapatan dan efisiensi serta break even point (BEP) dalam unit (Kg) dan harga (Rp) usaha

DFD Level 0 menggambarkan sistem yang akan dibuat sebagai suatu entitas.. tunggal yang berinteraksi dengan orang maupun sistem