• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 9 ASPEK KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 3ab9a21202 BAB IXbab 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 9 ASPEK KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 3ab9a21202 BAB IXbab 9"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 9

ASPEK KELEMBAGAAN

3.1 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Beberapa kebijakan yang merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2JM Kabupaten Luwu Timur, antara lain :

(1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

(2) PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

(3) PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Daerah; (4) PP No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014;

(5) Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

(6) Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

(7) Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum;

(8) Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

(9) Permendagri No. 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Estandar pelayanan Perkotaan;

(2)

3.1.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Kapasitas dan kewenangan instansi yang mendukung Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) PU Bidang Cipta Karya,menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit.

Kondisi Kelembagaan pemerintahan Kabupaten Luwu Timur, saat ini memperlihatkan beberapa kendala dalam mendukung program pembangunann bidang keciptakaryaan Kabupaten Luwu Timur, antara lain :

(1) Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;

(2) Dukungan peraturan belum memadai;

(3) Koordinasi antar SKPD yang membidangi Keciptakaryaan yang belum padu;

(4) Terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki; dan (5) Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.

(3)

3.1.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Di dalam pelaksanaan/implementasi RPI2JM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Luwu Timur melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga. Kapasitas dan kewenangan instansi dalam kerangka mendukung RPI2JM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Untuk maksud tersebut peran kelembagaan bidang PU/Cipta Karya memiliki posisi yang cukup penting didalam implentasi program yang akan disepakati.

Aspek kelembagaan yang dimaksud dalam pelaksanaan RPI2JM bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur akan bertugas untuk menjalaskan fungsinya melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan demikian akan diperlukan koordinasi yang intensif untuk tujuan singkronisasi didalam pelaksanaan program termasuk didalamnya Bappeda, Dinas-Dinas dan PDAM. Oleh karena RPI2JM ini bersifat program jangka menengah, maka di perlukan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah baik kelembagaan masyarakat maupun swasta yang terkait langsung dengan program yang akan dilaksanakan.

(4)

Tabel10.1HubunganKerjaInstansiBidangCiptaKarya 1. Bappeda Koordinasi penyusunan

program dan anggaran CK

Bidang fisik dan prasarana

3. PDAM Koordinasi terkait

(5)

3.1.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh PU Bidang Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur. Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan,seperti dijelaskan pada tabel 10.3. mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya di Kabupaten Luwu Timur.

Tabel 10.3

Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai

1. Strata Dua (S2) 3 orang

2. Strata Satu (S1) Teknik 10 orang 3. Strata Satu (S1) Non Teknik 3 orang

4. SMA / sederajat 6 orang

Jumlah 22 orang

Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Luwu TimurTahun 2013.

3.2 Analisis Kelembagaan

Untuk program pengembangan kelembagaan ini dibagi dalam 3 tahap pengembangan yaitu :

3.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

(6)

(2) Dukungan peraturan belum memadai;

(3) Terbatasnya kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki; dan

(4) Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;

Adapun usulan program dalam rangka mengoptimalkan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur adalah :

(1) Pengembangan struktur dinas atau instansi terkait RPI2JM. (2) Menambah jumlah tenaga sarjana teknis untuk tugas

membantu pimpinan dinas dalam perencanaan dan pemrograman, pemantauan dan supervisi.

(3) Mengikutsertakan para pimpinan dan staf terpilih pada dinas atau instansi terkait dalam program pelatihan baik teknis maupun manajemen.

(4) Sistem rapat koordinasi pembangunan (Rakorbang) merupakan cara yang baik untuk pelaksanaan koordinasi antar dinas atau instansi terkait, diluar itu dapat pula dilakukan pertemuan-pertemuan antar sektor dalam bentuk lokakarya atau bentuk pertemuan lainnya.

(5) Melaksanakan perbaikan sistem, prosedur dan koordinasi dalam perencanaan, pemrograman, pelaksanaan program dan proyek, pemantauan, supervisi, evaluasi, operasi dan pemeliharaan hasil-hasil proyek.

(6) Menambah sarana-sarana penunjang kelembagaan untuk lebih memperlancar tugas pada dinas atau instansi terkait.

(7)

lain perlu dilakukan terkait dengan program yang menjadi usulan. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Timur merupakan institusi yang menangani penyusunan dan implementasi program investasi bidang keciptakaryaan, memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan dari proses perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait, dalam melaksanakan program/kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPI2JM.

3.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagai antisipasi kebijaksanaan strategi pengembangan fisik sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan dan pengawasan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan:

(1) Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan di setiap tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi perencanaan,penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian program.

(2) Memacu peningkatan sektor-sektor dalam rangka merealisasikan Kabupaten Luwu Timur sebagai salah satu PKW di Provinsi Sulawesi Selatan.

(8)

Hal itu ditunjang dengan perkembangan dunia sekarang ini dan akan di berlakukannya pasar bebas, oleh karena itu telah menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pemerintah daerah untuk mempersiapkan aparaturnya untuk mampu bersaing.

3.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di bidang keciptakaryaan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) dari aparatur yang menangani bidang keciptakaryaan tersebut. Peningkatan SDM dapat melalui pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus teknis yang mendukung tugas pokok dan fungsi sehingga mendapatkan SDM yang profesional sesuai dengan bidangnya. Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu didukung oleh komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan profesionalisme aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPI2JM dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah :

(1) Pengembangan kapasitas bersifat multi-dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu; jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek,

(2) Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders”,

(3) Pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri, dan

(4) Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional, seperti RPJMN

(9)

Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan program/proyek peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.

Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh unit kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur, dijelaskan pada tabel 10.4berikut.

Tabel 10.4

Potensi SDM dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur

No Pangkat / Golongan Jumlah Pegawai

1 Pembina Tk. I, IV/b 2 orang

2 Pembina, IV/a 1 orang

3 Penata, III/c 6 orang

4 Penata Muda Tk.I, III/b 1 orang

5 Penata Muda, III/a 5 orang

6 Pengatur Muda Tk.I, II/b 2 orang

7 Pengatur, II/a 5 orang

Jumlah 22 orang

Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013.

Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Luwu Timur sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Untuk meningkatkan SDM dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dll sangat diperlukan sehingga perlu dipersiapkan SDM yang mau dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya.

(10)

pendidikan SMA ke S-1, S-1 ke S-2) serta dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) masih sangat dibutuhkan.

3.3 Analisis SWOT Kelembagaan

Lebih jauh analisis dan kajian permasalahan yang dihadapi dalam aspek kelembagaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis organisasi dengan menggunakan model SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,

Threath). Analisis tersebut akan mengacu kepada tingkat kebutuhan pada

(11)

Tabel10.5

Matriks Analisis SWOT Aspek Kelembagaan

Strategi

STRENGTH (S) / KEKUATAN WEAKNESS (W) / KELEMAHAN (1) Potensi SDM yang cukup memadai

(2) Dukungan Pemerintah Kab. Luwu Timur Cukup Besar Di Dalam Pelaksanaan RPIJM terhadap instansi Unit kerja Bidang Cipta Karya

(3) Dukungan Pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Program pembangunan Prasarana dan Sarana Pendukung

(1) Perkembangan Kawasan Perkotaan Kab. Luwu Timur cenderung sporadis

(2) Koordinasi di dalam pelaksanaan program pembangunan infrastruktur masih sangat terbatas

(3) Munculnya kawasan-kawasan baru yang memerlukan pengendalian dan

pembiayaan

OPPORTUNITY (O)/ PELUANG STRATEGI S-O STRATEGI W-O (1) Dukungan Pembiayaan Dari

Pemerintah Pusat untuk menangani unit kerja Bidang Cipta Karya

(2) Dukungan Pemerintah Provinsi Untuk Mengembangan Kawasan potensial Cukup Positif

(3) Tingginya minat pembangunan di Kab. Luwu Timur

(1) Peningkatan SDM Aparat unit kerja Bidang Cipta Karya

(2) Optimalisasi pengembangan kawasan perkotaan Kab. Luwu Timur yang berkelanjutan

(3) Optimalisasi sumber-sumber pendanaan daerah, partisipasi swasta dan masyarakat, untuk mendukung programBidang Cipta Karya

(1) Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM melalui jalur pendidikan dan pelatihan Bidang Cipta Karya

(2) Optimalisasi sumberdaya dalam

pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya

(3) Efektifitas dan efisiensi di dalam penganggaran yang dibarengi dengan peningkatan pelayanan

THREATS (T) / HAMBATAN STRATEGI S-T STRATEGI W-T

(1) Globalisasi Ekonomi yang cukup kuat (2) Lemahnya koordinasi pelaksanaan

program

(3) Pembiayaan Pembangunan yang Terbatas

(1) Mengupayakan peningkatan jiwa usaha bagi masyarakat untuk menggalang sumber-sumber pendanaan

(2) Penegasan RTRW dan rencana sektoral sebagai alat pengendali pembangunan di Kab. Luwu Timur (3) Penguatan struktur kelembagaan Bidang Cipta

Karya

(4) melalui penegasan tugas dan fungsi masing-masing bidang.

(1) Peningkatan dan pemberdayaan manejemen PU/Bid. Cipta Karya Kab. Luwu Timur

(2) Peningkatan koordinasi dan manajemen tata pemerintahan yang baik.

(3) Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat untuk mendukung

pelaksanaan program Bidang Cipta Karya

(12)

3.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

Rencana pengembangan kelembagaan pemerintah Kabupaten Luwu Timur serta kapasitas dan kewenangan instansi untuk mendukung RPI2JM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Kondisi kelembagaan dalam pelaksanaan dan implementasi program keciptakaryaan, jika dikaji secara mendalam masih mengalami berbagai hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan yang dimaksud sebagai berikut :

(1) Struktur organisasi kelembagaan pada pemerintah Kabupaten Luwu Timur belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan sesuai yang dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah.

(2) Dukungan peraturan belum memadai.

(3) Terbatasnya dan relevansi sdm yang dimiliki dengan bidang tugas belum terselenggara secara optimal.

(4) Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.

Sebagai antisipasi kebijaksanaan dan strategi pengembangan fisik, sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan dan pengawasan khususnya dalam menjabarkan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan yang akan dikembangkan di Kabupaten Luwu Timur untuk mendukung pelaksanaan RPI2JM 2014-2018 sebagai berikut :

(1) Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan disetiap tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi perencanaan tata ruang;

(2) Koordinasi didalam pelaksanaan program diawali dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program secara berkala; (3) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan SDM yang

(13)

3.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

Unit KerjaBidang Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur merupakan institusi yang menangani penyusunan dan implementasi program investasi Bidang Cipta Karya, memiliki kewenangan yang terbatas dalam pengambilan keputusan dalam proses perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait. Diusulkan untuk dibentuk satuankerja yang terdiri dari seluruh unit kerja terkait Bidang Cipta Karya, perencanaan dan penganggaranAntara lain Dinas PU, Bappeda, Badan Pengelola Keuangan Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan program keciptakaryaan Luwu Timur, maka diperlukan langkah-langkah koordinasi sebagai berikut:

(1) Dalam hal penganggaran pelaksanaan program, maka Dinas Tata Ruang, Permukiman dan Perumahan (bidang cipta karya) akan berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; dan

(2) Dalam hal pelaksanaan program maka Dinas Tata Ruang, Permukiman dan Perumahan (bidang cipta karya)Kab. Luwu Timur, akan berkoordinasi dengan dinas/instansi yang terkait langsung dengan pelaksanaan program.

Dalam upaya untuk mempermudah pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pengendalian program bidang Cipta Karya di level Kabupaten/Kota, maka harus di bentuk Satgas Randal Kabupaten/kota (Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya No. 11/SE/DC/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Perencanaan dan Pengendalian Bidang Cipta Karya dan Surat Keputusan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan No. 650/386/Distarkim tanggal 31 Januari 2013 tentang Pembentukan SATGAS RANDAL Kabupaten/Kota). Satgas Randal Kabupaten/Kota sebaiknya beranggotakan dengan melibatkan unsur-unsur dari :

(1) Pokjanis Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP);

(14)

(3) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten/Kota bidang Cipta Karya;

(4) Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kab./Kota;

(5) Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP).

Adapun penjelasan dari masing-masing unsur Satgas Randal Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pokjanis SPPIP. Kelompok kerja teknis (Pokjanis) SPPIP bertugas terutama untuk menghasilkan dokumen SPPIP dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di bidang permukiman. Dokumen SPPIP dan RPKPP diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui pengurangan luasan kawasan kumuh, peningkatan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman. Dalam melakukan tugasnya Pokjanis SPPIP didampingi oleh tim tenaga ahli, untuk menghasilkan dokumen SPPIP kemudian dikonsultasikan kepada publik sebelum dirumuskan menjadi acuan dalam merencanakan pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan. Dokumen SPPIP dan RPKPP ini selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan RPI2JM Kab/kota, maka keanggotaan Satgas Randal Kabupaten/kota harus melibatkan unsur Pokjanis SPPIP.

(15)

pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di kabupaten/kota.

3. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

TKPKD adalah wadah koordinasi lintas sektor, lintas pemangku kepentingan dalam rangka menanggulangi kemiskinan di tingkat kab/kota. TKPKD kab/kota bertugas melakukan koordinasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota sekaligus sesuai keputusan tim nasional. Anggota TKPKD terdiri dari unsur: pemerintah ,masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan organisasi perangkat daerah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi maupun tugas pembantuan yang dilimpah sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal ini yang di maksud SKPD terutama yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan bidang Cipta Karya di daerah.

(16)

pelaksanaan dan pengelolaan serta pengembangan program kegiatan RPI2JM. Pengambilan kebijakan tersebut dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan tidak terjadi penumpukan program yang kurang terarah pelaksanaannya sesuai dengan usulan program yang dibuat.

3.4.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, maka diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, khususnya di bidang Cipta Karya.

Format umum dalam rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan terkait dengan bentuk kebijakan dan strategi dalam pengambilan keputusan untuk mendukung pelaksanaan program kegiatan RPI2JM 5 (lima) tahun kedepan. Strategi tersebut dilakukan dengan peningkatan fungsi dan peran dari setiap tingkatan pemerintahan, dinas-dinas dan lembaga/instansi terkait lainnya untuk menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan aturannya dalam bentuk koordinasi untuk pelaksanaan program RPI2JM dari proses awal hingga akhir.

Peningkatan kelembagaan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan struktur yang dianggap tidak efektif, sehingga pelaksanaan pembangunan di berbagai sub bidang keciptakaryaan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

(17)

Organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPI2JMunit Bidang Cipta KaryaKabupaten Luwu Timur, terdiri dari:

(1) Satgas Pusat, didukung oleh Sekretariat RPI2JM;

(2) Satgas Provinsi, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan; dan

(3) Satgas Kabupaten/Kota, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan.

Salah satu aspek yang menjadi usulan adalah upaya untuk melakukan penguatan kelembagaan, khususnya pemerintah desa/kelurahan. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan yaitu:

(1) Diharapkan lahirnya kader-kader masyarakat kota yang akan memiliki kemampuan sebagai fasilitator kota yang memahami tentang sistem dan mekanisme perencanaan partisipatif, sebagaimana petunjuk Kepmendagri No. 66 tahun 2007 tentang KPMD;

(2) Tersusunnya RPJM Kelurahan dan beberapa data base desa yang sangat penting;

(3) Membentuk tim yang memiliki kemampuan manajerial pelaksanaan pembangunan di kelurahan, dan memiliki kemampuan teknis tentang administrasi pelaporan keuangan proyek;

(18)

Gambar 10.1 Organisasi Penyusunan RPI2JM

3.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Relatif masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan dari aparatur / sumber daya manusia (SDM) yang menangani / mengelola pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Luwu Timur. Peningkatan pendidikan formal para aparatur melalui kursus singkat, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanganan sarana dan prasarana Keciptakaryaan masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM semakin meningkat.

Juga masih terbatasnya SDM, prasarana dan sarana kerja yang kondisi dalam jumlah yang terbatas serta pemanfaatan yang padat danterbatasnya ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dan peralatan kantor menjadikan belum optimalnyakinerja kelembagaan. Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Luwu Timur masih sangat dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Pengembangan teknologi dan informasi sangat cepat dan ini perlu kecepatan pula dalam menangkap dan

Satgas Provinsi Satgas Pusat

Dukungan Sekretariat RPIJM Dukungan Satker

DJCK Provinsi

Dukungan Konsultan Satgas

Kabupaten/Kota

(19)

meresponnya, sehingga sangat diperlukan peningkatan SDM personel kelembagaan yang terlibat di Kabupaten Luwu Timur.

Oleh karena itu peningkatan kualitas serta dukungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Luwu TimurLuwu Timur diperlukan untuk pelaksanaan RPI2JM agar dapat berjalan dengan efisisen dan efektif.

Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya bidang Cipta Karya Kabupaten Luwu Timur yang dapat di identifikasi sebagai berikut :

(1) Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan.

(2) Dukungan peraturan belum memadai.

(3) Koordinasi antar SKPD yang membidangi KeciptaKaryaan yang belum padu.

(4) Terbatasnya kemampuan SDM yang dimiliki. (5) Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.

Untuk mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan, bidang PU/Cipta Karya dalam kerangka pelaksanaan program beberapa hal yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut :

(1) Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan bagi staf yang tingkat pendidikannya masih sarjana muda dan non sarjana melalui jalur pendidikan formal.

(2) Peningkatan kualitas SDM aparat bidang PU/Cipta Karya melalui pelatihan dan kursus di bidang teknis dan manajerial untuk pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan.

(3) Penghargaan bagi karyawan yang berprestasi.

(20)

hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 10.6.

Tabel 10.6

Jenis Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihann

1. Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat,

Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan

Lingkungan

5. Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan

Bangunan Gedung dan Lingkungan

6. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan

Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

11. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap

Darurat Bencana

12. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

13. Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

16. Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

17. Diklat Jabatan Fungsional

(21)

Tabel 10.7

Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Kabupaten Luwu Timur

Gambar

Tabel 10.2InventarisasiSOPBidangCiptaKarya
Tabel 10.4
Gambar 10.1 Organisasi Penyusunan RPI2JM
Tabel 10.6
+2

Referensi

Dokumen terkait

Survey pemberian makanan MP-ASI pada bayi usia 6-12 Bulan didapatkan hasil pemberian makanan yang tidak sesuai paling banyak terdapat pada usia 7-8 bulan yaitu

(1) Kerja sama penyelenggaraan statistik dapat juga dilakukan oleh Badan, instansi pemerintah, dan atau masyarakat dengan lembaga internasional, negara asing, atau lembaga

Sepanjang kontrak kerja adalah „bebas‟, apa yang diperoleh pekerja tidak ditentukan oleh nilai sesungguhnya dari barang-barang yang dihasilkannya, tetapi oleh kebutuhan

Sektor pertanian yang merupakan kontributor terbesar dalam PDRB Kalimantan Tengah, pada triwulan I-2011 mengalami kontraksi dengan pertumbuhan -0,28 persen dibanding triwulan yang

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi dimana sistem-sistem ini dapat melakukan pendeteksian suhu ruangan, pendeteksian asap,

Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi persyaratan administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi sesuai dengan yang ditetapkan dalam Dokumen

c) Membuat karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang epidemiologi/kesehatan yang tidak dipublikasikan dalam bentuk buku dan atau makalah..

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, baik simultan maupun parsial besarnya pengaruh indeks harga saham bursa global, yang terdiri