• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kasus Golkar Lp 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Kasus Golkar Lp 1"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Dasar-Dasar Ilmu Hukum

Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tentang Konflik

Dualisme Kepemimpinan Partai Golkar

Ananda Rizky A

Benaya Putera Herwidianto

Eti Ma’rifah

Nurul Chairunnisa

Syifa Amania Afra

Yunita Wulandari

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

Kata Pengantar :

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karna atas rahmat dan berkah Nya makalah yang berjudul “Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tentang Kasus Dualisme Kepemimpinan Partai Golkar” ini dapat kami selesaikan.

Kami menyusun makalah ini dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah “Dasar-Dasar Ilmu Hukum”. Makalah ini berisi analisis atas putusan yang ditetapkan PTUN terhadap kasus dualisme kepemimpinan partai golkar . Makalah ini juga membahas korelasi antara Hukum Tata Negara dengan kasus tersebut. Bila dalam makalah ini terdapat

kekurangan kami akan perbaiki untuk kedepannya.

Terimakasih.

Depok, 8 Oktober 2015

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... 1

KATA PENGANTAR………... 2

DAFTAR ISI ... 3

1. PENDAHULUAN ……… 4

2. PEMBAHASAN (ISI) ………. 5

2.1.Kronologi Konflik Dualisme Kepemimpinan Partai Golkar……….. 5

2.2.Teori Hukum Tata Negara,Hukum Administraasi Negara dan Peradilan Tata Usaaha Negara……….…….. 7

2.3.Analisis Putusan……….... 11

3. KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

(4)

1. PENDAHULUAN

Setiap partai tentu memiliki anggota-anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan latar belakang ini menyebabkan perbedaan ideologi maupun cara pandang dari para anggotanya. Perbedaan ideologi inilah yang menjadi salah satu penyebab perpecahan dari partai-partai di Indonesia, tidak terkecuali partai Golkar yang mengalami konflik internal.

Konflik pecahnya partai golkar menjadi dua golongan yang memiliki idealisme kepemimpinan berbeda telah berlangsung cukup lama. Konflik ini diawali dari perbedaan persepsi terhadap hasil Musyawarah Nasional Golkar yang diadakan tahun 2009 di Riau. Hingga akhirnya terdapat dua golongan yang menafsirkan hasil Munas Riau dengan pandangan yang berbeda yang berujung pada diadakannya dua Munas yang semakin memperburuk keadaan. Kedua golongan tersebut pun saling menggugat Munas masing masing golongan. Pada akhirnya, untuk mencari jalan keluar ditempuhlah proses peradilan yang cukup panjang hingga saat ini. Konflik dualisme kepemimpinan yang ada dalam tubuh golkar ini telah membawa warna dan pengaruh tersendiri dalam dunia hukum dan

perpolitikan Indonesia. Muncul kekhawatiran dari berbagai pihak bahwa konflik internal dari partai golkar ini dapat mengganggu proses pilkada yang akan berlangsung pada bulan

(5)

2. PEMBAHASAN (ISI)

2.1.Kronologi Konflik Dualisme Kepemimpinan Partai Golkar:

Konflik dualisme kepimpinan dalam partai golkar tidak muncul begitu saja. Menurut Indra J Piliang (Ketua Tim Ahli Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi) , perseteruan dua kubu Golkar yang terpecah hari ini tidak terlepas dari perbedaan persepsi terhadap hasil Musyawarah Nasional Golkar yang diadakan tahun 2009 di Riau. Kader-kader senior Golkar yang mengikuti Munas Riau menganggap ada perbedaan hasil rekomendasi Munas Riau dengan AD ART Golkar. Dalam AD ART Golkar disebutkan bahwa pemilihan pimpinan partai dilakukan setiap 5 tahun sekali, yang berarti Munas selanjutnya harus dilaksanakan paling lambat 8 Oktober 2014 satu tahun ari berakhirnya Munas Riau yakni pada tanggal 8 Oktober 2009. Di sisi lain, AD ART juga menyebutkan bahwa hasil munas adalah keputusan tertinggi partai. Hasil rekomendasi Munas Riau adalah masa kepengurusan partai diperpanjang sampai tahun 2015. Menurut Dave Akbershah Laksono, Ketua DPP Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia, hasil Munas Riau hanyalah bentuk rekomendasi. Jika menyalahi AD ART semuanya harus dikembalikan kepada AD ART. Akhirnya hasil Munas Riau menyatakan Abu Rizal Bakrie sebagai Ketua Umum Golkar dan Agung Laksono sebagai Wakil Ketua Umum.

Pada tanggal 24 – 25 November 2014, dilakukan Rapat pleno penentuan waktu Munas IX di Kantor DPP Partai Golkar. Namun,rapat pleno ini justru berujung ricuh dengan masuknya 50 orang massa yang mengaku berasal dari Angkatan Muda Partai Golkar. Pleno ketika itu sudah memutuskan untuk mengadakan Munas pada tanggal 30 November 2014. Ketika ricuh, rapat diambil alih oleh Agung Laksono yang kemudian membentuk Presidium Penyelamat Partai Golkar. Kubu Agung memutuskan agar Munas diadakan 13 Januari 2015 karena khawatir akan ricuh. Sementara kubu Aburizal Bakrie bersikeras untuk tetap mengadakan Munas pada tanggal 30 November 2014 sesuai dengan amanat Rapimnas di Yogyakarta.

(6)

Jakarta oleh kubu Agung Laksono. Munas ini memilih Agung Laksono sebagai Ketua Umum Golkar.

Konflik pun semakin memanas,tidak berhenti di penyelenggaraan Munas, kedua kubu partai Golkar terus berkonflik dengan saling menggugat hasil Munas kubu masing-masing. Pada tanggal 5 Januari 2015, Kubu Agung Laksono menggugat Munas Bali ke PN Jakpus dan hasilnya ditolak. Majelis hakim menolak dalil penggugat bahwa masalah sudah

diselesaikan di internal partai sehingga tidak perlu lagi dibawa ke Mahkamah Partai Golkar. Lalu pada tanggal 12 Januari 2015,Pengadilan Jakarta Barat menolak gugatan kubu Aburizal Bakrie terkait konflik internal Partai Golkar. Majelis hakim menolak dalil penggugat karena dianggap gugatan terlalu prematur dan penyelesaian konflik lebih baik dikembalikan kepada mekanisme partai. Kubu ARB, pada tanggal 6 Februari mengajukan gugatan kepada

Mahkamah Golkar. Lalu 5 hari setelahnya Mahkamah Golkar bersidang dan menyatakan bahwa Munas Ancol sah. Majelis hakim menilai Munas yang diselenggarakan di Bali dengan memilih Aburizal Bakrie secara aklamasi tidak demokratis. Mahkamah Golkar menerima hasil Munas Agung Laksono dengan kewajiban untuk mengakomodir kader dari kubu Aburizal Bakrie. Pada tanggal 23 Maret 2015, Menteri Hukum dan HAM menandatangani surat keputusan yang menyatakan Munas Ancol sah.

Merasa tidak terima,Abu Rizal Bakrie menggugat Menteri Hukum dan HAM atas SK yang diputuskan terkait disahkannya hasil Munas Ancol yang secara otomatis mengesahkan kepemimpinan Agung Laksono. Proses hukum berlangsung hingga terbitnya putusan PTUN Jakarta Utara NO. 62/G/2015/PTUN-JKT pada tanggal 18 Mei 2015.Ternyata putusan tersebut menyatakan bahwa PTUN membatalkan SK Menkumham. Dengan alasan bahwa keputusan yang mengangkat kubu Agung sah bukanlah keputusan Mahkamah Golkar,

melainkan pernyataan dua hakim Andi Mattalata dan Djasri Marin. Keputusan ini dinyatakan sah dan menunggu keputusan tetap. Kubu Agung Laksono yang tidak merasa puas kemudian mengajukan banding. Di sela-sela proses hukum tersebut, sempat terjadi upaya mediasi yang diprakarsai oleh Jusuf Kalla pada tanggal 30 Mei 2015. Namun upaya mediasi yang

diharapkan dapat menjadi islah tersebut ternyata tidak dapat mencapai islah dan tidak dapat menghentikan konflik ini sehingga proses hukum terus berjalan.

(7)

putusan PTUN Jakarta Nomor 62/G/2015/PTUN-JKT tanggal 18 Mei 2015, yang meminta dibatalkannya SK Kemenkumham atas kepengurusan Golkar Agung Laksono. Dengan dikeluarkanya putusan PT TUN Jakarta Nomor 162/B/2015/PT.TUN.JKT , maka dipastikan pada peradilan tingkat Provinsi (DKI JAKARTA) kubu Agung Laksono menang.

Pada tanggal 14 Juli 2015 kubu Abu Rizal Bakrie mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Juru Bicara Mahkamah Agung Suhadi mengatakan gugatan yang diajukan Ketum Partai Golkar hasil Munas Bali Aburizal Bakrie terkait dualisme

kepengurusan partai sudah sampai di Mahkamah Agung. Namun kasus tersebut masih dalam proses.

2.2.Teori Hukum Tata Negara,Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Tata Usaha Negara :

1. Pengertian Hukum Tata Negara

Hukum Tata Negara adalah salah satu cabang ilmu hukum, yaitu hukum kenegaraan yang berada di ranah hukum publik. Hukum Tata Negara dalam arti luas mencakup baik hukum yang mempelajari negara dalam keadaan diam maupun mempelajari negara dalam keadaan bergerak

Pengertian Hukum Tata Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadikan negara dapat berfungsi. Sehingga peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan hukum antar warga negara dengan pemerintahnya.

Hukum Tata Negara atau “constitutional law” ialah hukum yang mengatur bentuk, organisasi, tugas dan wewenang negara. Hukum Tata Negara melihat negara dalam keadaan statis. Hukum tata negara itu diatur di dalam konstitusi UUD NKRI 1945 dan diatur dalam peraturan-peraturan lain. Bahkan diatur juga di dalam hukum yang tidak tertulis.Pengertian konstitusi pada umumnya diartikan lebih luas daripada sekedar UUD saja. UUD merupakan salah satu bentuk dari konstitusi terulis, tetapi konstitusi itu menunjukkan keseluruhan konstelasi negara termasuk yang tidak tertulis.

(8)

yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambtsdragers) (tata usaha negara, administrasi) melakukan tugas mereka yang istimewa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengertian Hukum Tata Negara berarti himpunan peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara

pemerintah (Tata Usaha Negara) dengan warga negaranya; sehingga dengan demikian para pejabat pemerintahan (ambtsdragers) dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

2. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Menurut Utrecht (1985) dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Negara mengatakan bahwa Hukum Administrasi Negara ialah himpunan peraturan –peraturan tertentu yang menjadi sebab, maka negara berfungsi. Dengan kata lain Hukum Administrasi Negara merupakan sekumpulan peraturan yang memberi wewenang kepada administrasi negara untuk mengatur masyarakat.

Berdasarkan definisi Hukum Administrasi Negara menurut Prajudi Atmosudirdjo (1994), maka dapatlah disimpulkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai seluk-beluk administrasi negara (hukum administrasi negara heteronom) dan hukum operasional hasil ciptaan administrasi negara sendiri (hukum administrasi negara otonom) di dalam rangka memperlancar penyelenggaraan dari segala apa yang dikehendaki dan menjadi keputusan pemerintah di dalam rangka penunaian tugas-tugasnya.

Hukum Administrasi Negara merupakan bagian operasional dan pengkhususan teknis dari hukum tata negara, atau hukum konstitusi negara atau hukum politik negara. Hukum administrasi negara sebagai hukum operasional negara di dalam menghadapi masyarakat serta penyelesaian pada kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat tersebut.

Hukum Administrasi Negara diartikan juga sebagai sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi Negara dengan warga masyarakat, dimana administrasi Negara diberi wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu pemerintahan.

3. Pengertian Peradilan Tata Usaha Negara

Berdasarkan UU NO.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dalam pasal (1) ayat (1) disebutkan bahwa Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang

(9)

peraturan perundangundangan yang berlaku”. Dan keputusan Tata Usaha Negara ialah (3) Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,

individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Sengketa yang dapat diperkarakan pada PTUN adalah (4) Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat

maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kedudukan PTUN di Indonesia menurut pasal 4 yaitu “Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara.”

4. Obyek Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara :

Obyek hukum administrasi negara adalah pokok permasalahan yang akan dibicarakan dalam hukum administrasi negara. Menurut Prof. Djokosutono, S.H., obyek hukum

administrasi negara adalah pemegang jabatan dalam negara itu atau alat-alat perlengkapan negara dan warga masyarakat.

Pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya obyek hukum administrasi adalah sama dengan obyek hukum tata negara, yaitu negara (pendapat Soehino, S.H.). pendapat demikian dilandasi alasan bahwa hukum administrasi negara dan hukum tata negara sama-sama mengatur negara. Namun, kedua hukum tersebut berbeda, yaitu hukum administrasi negara mengatur negara dalam keadaan bergerak sedangkan hukum tata negara dalam keadaan diam. Maksud dari istilah ”negara dalam keadaan bergerak” adalah nahwa negara tersebut dalam keadaan hidup. Hal ini berarti bahwa jabatan-jabatan atau alat-alat perlengkapan negara yang ada pada negara telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan dengan fungsinya masing-masing. Istilah ”negara dalam keadaan diam” berarti bahwa negara itu belum hidup

(10)

5. Tugas Pokok (Bidang Yustisial) Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) :

1. Menerima, Memeriksa, Memutus dan Menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara (TUN) Pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta), Dengan Berpedoman Pada Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 , Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 dan Ketentuan dan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Lain yang Bersangkutan, Serta Petunjuk-Petunjuk Dari Mahkamah Agung Republik Indonesia (Buku Simplemen Buku I, Buku II, SEMA, PERMA, dll);

2. Meneruskan Sengketa-Sengketa Tata Usaha Negara (TUN) Ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) yang Berwenang;

3. Peningkatan Kualitas dan Profesionalisme Hakim Pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta), Seiring Peningkatan Integritas Moral dan Karakter Sesuai Kode Etik dan Tri Prasetya Hakim Indonesia, Guna Tercipta dan Dilahirkannya Putusan-Putusan yang Dapat Dipertanggung jawabkan Menurut Hukum dan Keadilan, Serta Memenuhi Harapan Para Pencari Keadilan (Justiciabelen);

4. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Lembaga Peradilan Guna Meningkatan dan Memantapkan Martabat dan Wibawa Aparatur dan Lembaga Peradilan, Sebagai Benteng Terakhir Tegaknya Hukum dan Keadilan, Sesuai Tuntutan Undang-Undang Dasar 1945;

5. Memantapkan Pemahaman dan Pelaksanaan Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Sesuai Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : KMA/012/SK/III/1993, tanggal 5 Maret 1993 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN);

6. Membina Calon Hakim Dengan Memberikan Bekal Pengetahuan Di Bidang Hukum dan Administrasi Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) Agar Menjadi Hakim yang Profesional.

6. Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) :

(11)

2. Melakukan Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas dan Tingkah Laku Hakim dan Pegawai Lainnya;

3. Menyelenggarakan Sebagian Kekuasaan Negara Dibidang Kehakiman.

2.3.Analisis Kasus :

Terdapat beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai alat analisa dalam menganalisis kasus tersebut yaitu :

1. Apakah peristiwa ini merupakan peristiwa hukum dalam HAN? 2. Apakah putusan Yasona Laolly merupakan putusan dalam HAN? 3. Apakah kubu Abu Riezal Bakrie memiliki kedudukan hukum untuk melakukan gugatan ke PTUN? 4. Apa saja yang menjadi obyek gugatan dalam PTUN? 5. Apakah rasio juris hakim PTUN?

1. Apakah peristiwa ini merupakan peristiwa hukum dalam HAN?

Pengertian Peristiwa Hukum:

Peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang dapat menimbulkan akibat hukum atau yang dapat menggerakkan peraturan tertentu sehingga peraturan yang tercantum di dalamnya dapat berlaku konkrit[1] . Menurut van Apeldorn

bahwa peristiwa hukum adalah peristiwa yang berdasarkan hukum menimbulkan atau menghapuskan hak.[2] Begitu pula pendapat Bellefroid yang menjelaskan

bahwa peristiwa hukum adalah peristiwa sosial yang tidak secara otomatis dapat merupakan/menimbulkan hukum. Suatu peristiwa dapat menimbulkan hukum apabila peristiwa itu oleh peraturan hukum dijadikan peristiwa hukum.[3] Seperti misalnya perkawinan antara pria dan wanita Demikian pula misalnya kematian seseorang, akan pula membawa berbagai akibat hukum, seperti penetapan pewaris, ahli waris dan harta waris. Dan apabila dibidang hukum pidana, seandainya kematian tersebut akibat perbuatan seseorang, maka orang bersangkutan terkena akibat hukum berupa

(12)

1. Perbuatan subyek hukum (persoon) yaitu berupa perbuatan manusia atau badan hukum (recht persoon) sebagai pendukung hak dan kewajiban.

2. Peristiwa lain yang bukan perbuatan subyek hukum.[4]

Jadi, peristiwa hukum adalah peristiwa-peristiwa kemasyarakatn yang oleh hukum diberikan akibat-akibat dan akibat itu dikehendaki oleh yang bertindak. Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak dikehendaki oleh orang yang melakukannya, maka perbuatannya tersebut bukan merupakan peristiwa hukum. Sedangkan peristiwa hukum dalam Hukum Administrasi Negara memiliki arti bahwa peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan alat perlengkapan negara(aparatur negara) saat melaksanakan tugas sesuai fungsinya,dimana peristiwa tersebut mengandung akibat hukum dan dikehendaki oleh yang bertindak. Menimbulkan akibat hukum artinya perbuatan hukum yang diwujudkan dalam bentuk Keputusan badan atau pejabat TUN menimbulkan suatu perubahan suasana dalam hubungan hukum yang ada sehingga dapat menimbulkan suatu hak dan kewajiban

Maka, dapat disimpulkan bahwa kasus dualisme dalam partai Golkar ini merupakan salah satu peristiwa hukum dalam HAN. Karna, peristiwa ini berkaitan dengan alat perlengkapan negara (aparatur negara) yang dalam kasus ini adalah tergugatnya Yasonna Laoly saat melaksanakan fungsinya sebagai Menteri Hukum dan HAM atas diputuskannya SK Kemenkumham dengan nomor M. HH-01.AH.11.01 pada tanggal 23 Maret 2015 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta Komposisi dan Personalia DPP Golkar. Yang menyatakan disahkannya kepengurusan Partai Golkar dibawah pimpinan Agung Laksono.

2.Apakah putusan Yasona Laolly merupakan putusan dalam HAN? Pengertian Keputusan Administrasi :

Menurut Undang-undang No.9 tahun 2004 pasal 1 (3) yang menyatakan bahwa suatu Keputusan tata usaha negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, bersifat konkret, individual, dan final. Pengaturan ini memberikan suatu ciri khas tentang pengertian Keputusan tata usaha itu sendiri sehingga memberikan suatu ciri pembeda antara suatu Keputusan yang dapat dijadikan obyek gugatan serta yang tidak bisa dijadikan obyek gugatan di pengadilan.

12 [1] Kansil, Drs., SH., Op-cit, hlm 35

(13)

Jadi dapat disimpulkan bahwa putusan dalam HAN berbentu KTUN yang memiliki ciri khas tertentu dibanding keputusan lainnya. Adapun pembatasan tentang KTUN tercantum dalam pasal 2 yaitu : Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-Undang ini:

1. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata; 2. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum; 3. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;

4. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;

5. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia; 7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil pemilihan umum.

Kebijakan Regeling dan Beschikking :

Terdapat 2 jenis kebijakan yang bisa ditentukan oleh pemerintah. Yaitu Regeling

(peraturan)yaitu memberlakukan sesuatu yang bersifat abstrak- umum,belum ada subjek dan objeknya yang spesifik. Serta Beschikking (penetapan) memberlakukan sesuatu yang bersifat konkretindividual, sudah jelas subjek dan objeknya. Kalau pemerintah dianggap salah dalam membuat peraturan (regeling), upaya hukum untuk melawannya dilakukan melalui pengujian yudisial atau judicial review. Tetapi, jika pemerintah atau pejabat tata usaha negara dalam membuat keputusan (beschikking), upaya hukum untuk melawannya adalah ke Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) atau administratief rechtspraak atau bisa juga ke peradilan umum, bergantung pada isi keputusannya.

Maka, dapat disimpulkan bahwa putusan Yasonna Laoly tentu saja merupakan putusan dalam HAN. Yang pertama, secara logika jika putusan tersebut bukan putusan HAN maka putusan tersebut tidak memenuhi syarat sebuah putusan dalam HAN, dan tentu tidak akan diterima oleh PTUN. Yang kedua, berdasarkan UU.NO.9 Tahun 2004 pasal 1(3) bahwa putusan dalam HAN atau bisa disebut juga sebagai KTUN memiliki ciri khusus dibandingkan putusan lain yaitu bersifat konkret, individual, dan final.

(14)

memiliki objek yang jelas yaitu Kepengurusan Partai Golkar. Kata Individual memiliki arti Keputusan tata usaha Negara itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi ditujukan untuk pihak tertentu yang jelas subyeknya. Kata individual juga tercermin dalam putusan tersebut bahwa subyek dari putusan tersebut jelas hanya untuk Partai Golkar bukan seluruh partai di

Indonesia. Final artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum. Menimbulkan akibat hukum artinya perbuatan hukum yang diwujudkan dalam bentuk Keputusan badan atau pejabat TUN menimbulkan suatu perubahan suasana dalam hubungan hukum yang ada sehingga dapat menimbulkan suatu hak dan kewajiban. Sifat yang terakhir tersebut juga sudah terpenuhi karna putusan tersebut menimbulkan perubahan dalam hubungan hukum kepengurusan Partai Golkar sehingga menimbulkan hak dan kewajiban salah satu contohnya kewajiban bagi Agung Laksono sebagai Ketua Umum Partai menurut putusan Menkumham tersebut.

Pembatasan konteks putusan HAN/KTUN pada pasal 2 juga semakin memperkuat bahwa putusan Menkumham ini memang sebuah produk putusan dalam HAN. Karna putusan Menkumham tidak mengandung unsur-unsur yang disebutkan pada pasal 2 dan justru

mengandung unsur yang sebaliknya. Salah satu contohnya Yang tidak dianggap sebagai Keputusan Tata Usaha Negara adalah “Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umm” hal ini jelas dapat dibuktikan karna isi dari putusan menkumham tersebut hanya ditujukan kepada kepengurusan partai golkar.

Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa putusan Yasonna Laoly berupa SK Kemenkumham dengan nomor M. HH-01.AH.11.01 tanggal 23 Maret 2015 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta Komposisi dan Personalia DPP Golkar adalah sah merupakan putusan dalam HAN / merupakan sebuah KTUN.

3. Apakah kubu Abu Riezal Bakrie memiliki kedudukan hukum untuk melakukan gugatan ke PTUN?

Berdasarkan UU.NO.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara pasal 1 (4) “Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan

(15)

negara yang dapat diajukan ke PTUN. ”(5). Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan;Konteks gugatan yang diajukan Abu Rizal Bakrie juga telah memenuhi syarat suatu gugatan dalam ayat 5 tersebut. Dan yang terakhir pada ayat (6) dinyatakan bahwa: “Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang

mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata; “ Pada ayat (6) tersebut syarat seorang penggugat dan tergugat juga sudah dipenuhi dalam kasus ini. Penyelenggaraan Munas di Ancol oleh TPPG juga dianggap tidak memenuhi ketentuan Pasal 30 AD Partai GOLKAR, karena TPPG bukan sebagai Pihak (Kepengurusan), yang berwenang berdasarkan hasil Musyawarah Nasional Partai GOLKAR ke VIII di Pekanbaru, tanggal 5 s.d 8 Oktober Tahun 2009 untuk menyelenggarakan Munas IX Partai GOLKAR. Dasar itu juga yang memperkuat kedudukan hukum kubu Abu Rizal Bakrie.

Maka,dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data diatas kubu Abu Rizal Bakrie memiliki kedudukan hukum untuk melakukan gugatan ke PTUN. Bahkan memiliki bukti dan argumen yang menguatkan kedudukan hukum kubu Abu Rizal Bakrie sehingga dapat

memenangkan gugatan di tingkat PTUN Jakarta Utara.

4. Apa saja yang menjadi obyek gugatan dalam PTUN?

Obyek sengketa atau obyek gugatan di PTUN terdiri dari Keputusan tata usaha negara sebagaimana dimaksud Pasal 1(3) dan Keputusan fiktif negatif berdasarkan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986.

a. Keputusan Tata Usaha Negara :

Pengertian Keputusan tata usaha negara menurut pasal 1(3) UU. No. 5 Tahun 1986 ialah "Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual, final, yang menimbulkan akibat hukum bagi Seseorang atau Badan Hukum Perdata.

Dari rumusan keputusan tersebut di atas, dapat ditarik unsur-unsur yuridis keputusan menurut hukum positip sebagai berikut :

1) Suatu penetapan tertulis.

(16)

4) Bersifat konkret, individual dan final.

5) Menimbulkan akibat hukum bagi Seseorang atau Badan Hukum Perdata.

b. Keputusan tata usaha negara fiktif negatif

Obyek sengketa PTUN termasuk Keputusan Tata Usaha Negara yang fiktif negatif sebagai mana dimaksud Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986, yaitu :

(1) Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara.

(2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagai mana ditentukan dalam peraturan perundang- undangan dimaksud telah lewat, maka badan atau penjabat tata usaha negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.

(3) Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka waktu maka setelah lewat jangka waktu 4 bulan sejak diterimanya permohononan, badan atau penjabat tata usaha negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan. Jadi jika jangka waktu telah lewat sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan atau setelah lewat empat bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat tata usaha negara itu tidak mengeluarkan keputusan yang dimohonkan, maka Badan atau Pejabat tata usaha negara tersebut dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan. Sikap pasif Badan/Pejabat tata usaha negara yang tidak mengeluarkan keputusan itu dapat disamakan dengan keputusan tertulis yang berisi penolakan meskipun tidak tertulis. Keputusan demikian disebut keputusan fiktif-negatif. Fiktif artinya tidak mengeluarkan keputusan tertulis, tetapi dapat dianggap telah mengeluarkan keputusan tertulis. Sedangkan negatif berarti karena isi keputusan itu berupa penolakan terhadap suatu permohonan.

Keputusan fiktif negatif merupakan perluasan dari keputusan tata usaha negara tertulis yang menjadi objek dalam sengketa tata usaha negara.

5. Apakah rasio juris hakim PTUN?

(17)

pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu kan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memutus perkara. Hakim tidak dapat menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya. Selain itu, pertimbangan hakim hendaknya juga memuat tentang hal-hal sebagai berikut : a. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak disangkal. b. Adanya analisis secara yuridis terhadap putusan segala aspek menyangkut semua fakta/hal-hal yang terbukti dalam persidangan.

c. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik kesimpulan tentang terbukti/tidaknya dan dapat dikabulkan/tidaknya tuntutan tersebut dalam putusan.. Dasar Pertimbangan Hakim Dasar hakim dalam menjatuhkan putusan pengadilan perlu didasarkan kepada teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan sehingga didapatkan hasil penelitian yang maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek.

Keteraitan dengan kasus ini dapat kita analisis bahwa :

1. Mengapa Abu Rizal Bakrie mengajukan gugatan ke PTUN? Karna dalam hal ini, Abu Rizal Bakrie merasa tidak puas atas kebijakan yang dikeluarkan oleh aparat negara yaitu dalam konteks kasus ini adalah Menkumham. Sesuai kutipan UU NO.5 Tahun 1986 pasal 1 ayat (4) “Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa

kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku” dan pada ayat (5) “Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan.”

Dalam kasus ini Abu Rizal Bakrie berperan sebagai pemohon/penggugat dan gugatan yang dilakukan Abu Rizal Bakrie ke PTUN Jakarta Utara adalah valid sesuai

konstitusional.

(18)

mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata” 3. Salah satu penyebab Abu Rizal Bakrie menggugat SK tersebut adalah karna

penyelenggaraan Munas di Ancol oleh kubu Agung Laksono yang disebut sebagai Tim Penyelamat Partai Golkar dianggap tidak memenuhi ketentuan Pasal 30 AD Partai GOLKAR, karena Tim Penyelamat Partai Golkar bukan sebagai Pihak (Kepengurusan), yang berwenang berdasarkan hasil Musyawarah Nasional Partai GOLKAR ke VIII di Pekanbaru, tanggal 5 s.d 8 Oktober Tahun 2009 untuk menyelenggarakan Munas IX Partai GOLKAR.

4. Akhirnya PTUN memutuskan :

Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, dalil gugatan Penggugat yang menyatakan penerbitan Surat Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.HH-01.AH.11.01 tanggal 23 Maret 2015 Tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Serta Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Pusat Partai GolonganKarya oleh Tergugat, telah melanggar Ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Nomor2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan telah melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik khususnya Asas Kepastian Hukum yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan

Penyelenggara Negara adalah beralasan menurut hukum; Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh rangkaian pertimbangan hukum di atas, merujuk pada penilaian atas fakta dan hukum dalam sengketa ini,

Pengadilan berkesimpulan:

1. Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta berwenang untuk mengadili gugatan a quo ;

2. Penggugat memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan gugatan a quo ;

3. Pokok gugatan Penggugat terbukti dan beralasan menurut hukum ;

(19)

Berdasarkan putusan PTUN tersebut, menurut analisis kelompok kami putusan yang diambil PTUN sudah tepat karna dalam kasus ini pemohon juga mampu memberikan bukti dan argumen yang kuat.

-Setelah itu kubu Agung Laksono mengajukan banding kepada PT TUN (Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara).

-Dalam kasus ini pemohon/penggugat adalah pihak kubu Agung Laksono dan Menteri Hukum dan HAM.

-Sebagai pihak tergugat adalah PTUN Jakarta Utara terhadap putusannya Nomor : 62/G/2015/PTUN-JKT.

-Penyebab pengajuan banding ke PT TUN adalah karna pihak Agung Laksono merasa tidak puas dengan putusan PTUN Nomor : 62/G/2015/PTUN-JKT dan merasa aspirasi dan kepentingannya belum terpenuhi secara konstitusional.

-Akhirnya PT TUN menerima permohonan banding dari pihak Agung Laksono yang dirumuskaan pada putusan Nomor 162/B/2015/PT.TUN.JKT yang memutuskan bahwa : 1. Menerima permohonan banding dari Tergugat/Pembanding dan Tergugat

2. Membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor

62/G/2015/PTUN-JKT tanggal 18 Mei 2015 yang dimohonkan banding,Memperhatikan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, undang-undang, serta peraturan hukum

lainnya yang terkait dengan sengketa ini.

(20)

3. KESIMPULAN & SARAN

Hukum Publik terdiri dari Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur negara dalam keadaan alat perlengkapan negara yang ada pada negara telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan dengan fungsinya masing-masing(bergerak). Kasus ini merupakan sebuah peristiwa hukum dalam HAN karna karna berkaitan dengan alat perlengkapan negara(aparatur negara) saat melaksanakan tugas sesuai fungsinya,dimana peristiwa tersebut mengandung akibat hukum dan dikehendaki oleh yang bertindak. Putusan yang dibahas dalam kasus ini merupakan putusan dalam HAN karna menunjukkan ciri khusus dari putusan HAN itu sendiri yaitu bersifat konkret, individual, dan final. Saat mengajukan gugatan ke PTUN pemohon harus memiliki keuddukan hukum yang kuat. Obyek gugatan di dalam PTUN adalah KTUN dan KTUN Fiktif Negaatif. Seorang hakim memutuskan putusan dengan mempertimbangkan ratio yuris(pertimbangan hukum hakim).

Menurut analisis kelompok kami, secara hukum tentu pihak pihak terkait sudah menempuh proses hukum yang benar. Proses hukum tersebut tentu akan menghasilkan keputusan secara adil karna ditempuh dengan proses hukum yang tepat. Namun konteks kata keadilan memang bukan berarti semua pihak dapat diuntungkan dan terpenuhi

(21)

DAFTAR REFRENSI BUKU:

R. Atang Ranumihardja (1989). Hukum Tata Usaha Negara dan Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia. Bandung,Indonesia : Penerbit Tarsito.

Prof.DR.Sudikno Mertokusumo, SH, (1999). Mengenal Hukum. Yogyakarta,Indonesia : Liberty .

Mukti Arto, (2004) Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V h.140. Yogyakarta, Indonesia, Pustaka Pelajar.

PUBLIKASI ELEKTRONIK:

Indra Jaya Piliang. “Kronologi Perang Beringin.”Selasar 30 November 2014. <https://www.selasar.com/politik/penyebab-konflik-golkar>

Sugeng Triono.”Menkumham : SK Golkar Agung Laksono Sah Terbit Hari Ini.” News Liputan6 23March 2015. < http://news.liputan6.com/read/2195573/menkumham-sk-golkar-agung-laksono-sah-terbit-hari-ini>

Put. “Yasonna Keukeuh Putusannya soal Kisruh Golkar Sudah Tepat” OkezoneNews 6 April 2015. <

http://news.okezone.com/read/2015/04/06/337/1130063/yasonna-keukeuh-putusannya-soal-kisruh-golkar-sudah-tepat>

Damar Iradat.”Pengamat Sebut PTUN Jasi Lembar Baru Kisruh Golkar”. MetroTV News 18 May 2015. <http://news.metrotvnews.com/read/2015/05/18/126887/pengamat-sebut-ptun-jadi-lembar-baru-kisruh-golkar>

Dani PrabowoEditor,Laksono Hari Wiwoho. “Hari Ini, PTUN Berikan Putusan soal Konflik Internal Partai Golkar” Kompas 18 May 2015.

<http://nasional.kompas.com/read/2015/05/18/11021191/Hari.Ini.PTUN.Berikan.Putus an.soal.Konflik.Internal.Partai.Golkar>

(22)

Rinaldo. “PT TUN Jakarta Batalkan Putusan PTUN, Kubu Agung Laksono ‘Menang’.” News Liputan6 10 July 2015. <http://news.liputan6.com/read/2270605/ pt-tun-jakarta-batalkan-putusan-ptun-kubu-agung-laksono-menang>

Basuki Rahmat N. “Langkah Banding Kubu Agung Laksono Mentahkan Putusan PN Jakut.” CNN INDONESIA 24 July 2015.<http://www.cnnindonesia.com/politik/ 20150724162600-32-68017/langkah-banding-kubu-agung-laksono-mentahkan-putusan-pn-jakut/>

PTUN JAKARTA (2015, May 18) . Putusan PTUN Nomor : 62/G/2015/PTUN-JKT. May 18,2015. <http://ptun-jakarta.go.id/wp content/uploads/file/putusan/Putusan %2062%20G%202015%20PTUN%20JKT.pdf>

KOMISI YUDISIAL.UU.NO.5 Tahun1986. December 29,1986. <http://www. komisiyudisial.go.id/downlot. php?file= UU%20 No%205%20Thn%201986% 20PERADILAN%20TATA %20USAHA%20 NEGARA .pdf>

DPR. UU.NO.9.Tahun 2004. March 29,2004.<http://www.dpr.go.id/dokjdih/ document/uu/UU_2004_9.pdf >

PTTUN,DIREKTORI PUTUSAN MA-RI.PUTUSAN NO.162/B/2015/PT.TUN.JKT. July 10,2015.<http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/98a091816e239dd94e bdcf1200c3230f>

Referensi

Dokumen terkait

mengidentifikasi keterkaitan antara ketersediaan air irigasi dan pola tanam, intensitas tanam dan tingkat produksi pertanian di di daerah hulu, tengah dan hilir;

Problematika sosial berubah kian dinamis yang tidak ter cover dalam yurisprudensi fikih klasik lantaran perbedaan dalam jangkauan ruang waktu, tempat dan kondisi

55 Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan informasi terkait konten buku panduan yang penulis rancang terutama mengenai penanganan kesehatan maternal dan

Rataan konsumsi ransum itik pada umur 0-4 dan 0-8 minggu yang memperoleh perlakuan kepadatan gizi rendah (R,) sangat nyata lebih rendah dibandingkan dengan itik yang

persen dari total seluruh PAD di Kalimantan Tengah. ajak Daerah di Kalimantan Tengah adalah yang terbesar dibanding jenis PAD lainnya yaitu sebesar tingkat realisasi

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : data harga daging ayam ras, harga telur ayam ras, harga daging sapi, harga beras, pendapatan perkapita, jumlah

diterima, artinya bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga (X1), pendapatan dari agrowisata (X2), lama pendidikan (X3), umur (X4), dan jenis kelamin (D5)

ASI mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan otak karena gula dan lemak yang dikandungannya. Penelitian perbandingan terhadap bayi yang diberi ASI