• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matriks Persandingan 3 versi RUU tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Matriks Persandingan 3 versi RUU tentang"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

NO

MATERI MUATAN/ SUBSTANSI

RUU TENTANG MASYARAKAT ADAT (VERSI AMAN Tahun 2016)

RUU TENTANG

MASYARAKAT HUKUM ADAT (VERSI DPR RI Tahun 2018)

RUU TENTANG PELINDUNGAN HAK MASYARAKAT ADAT

(VERSI DPD RI Tahun 2018) 1.

2. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 4. Menimbang:

5. a. bahwa Negara mengakui,

menghormati dan melindungi masyarakat adat, wilayah adat, hukum adat serta hak-haknya yang merupakan salah satu unsur pembentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai bagian dari pemenuhan hak asasi masyarakat adat dalam rangka

mencapai kesejahteraan

a. bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia;

(2)

masyarakat adat;

6. b. bahwa pengakuan, penghormatan,

dan perlindungan hak-hak masyarakat adat harus dilakukan untuk mencapai cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara, memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mensejahterakan masyarakat adat;

b. bahwa Masyarakat Hukum Adat selama ini belum diakui dan dilindungi secara optimal dalam melaksanakan hak pengelolaan yang bersifat komunal, baik hak atas tanah, wilayah, budaya, dan sumber daya alam yang diperoleh secara turun-temurun, maupun

yang diperoleh melalui

mekanisme lain yang sah menurut hukum adat setempat;

b. bahwa pelindungan hak masyarakat adat oleh negara sebagaimana dimaksud dalam huruf a belum optimal dan belum memberikan kesejahteraan sehingga masyarakat adat belum dapat menikmati manfaat secara optimal dari hak yang dikuasainya secara berkeadilan sosial serta memunculkan konflik sosial dan menimbulkan ancaman bagi stabilitas keamanan nasional;

7. c. bahwa pengakuan dan

perlindungan hak Masyarakat Adat dalam peraturan perundang-undangan saat ini belum diatur secara komprehensif sehingga untuk itu diperlukan sebuah Undang-Undang tersendiri;

c. bahwa belum optimalnya pengakuan dan pelindungan hak Masyarakat Hukum Adat yang bersifat komunal mengakibatkan tidak tercapainya kesejahteraan bagi Masyarakat Hukum Adat dan munculnya konflik di Masyarakat

Hukum Adat sehingga

c. bahwa pengaturan mengenai

(3)

menimbulkan ancaman stabilitas keamanan nasional;

8. d. bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Masyarakat Adat;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu

membentuk Undang-Undang

tentang Masyarakat Hukum Adat;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pelindungan Hak Masyarakat Adat;

9. Mengingat:

10. Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, Pasal 21,

Pasal 28I ayat (3), dan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IX tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam;

Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28I ayat (3), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, Pasal 22D ayat (1) dan ayat (2), Pasal 25A, Pasal 28I ayat (3), Pasal 32, dan Pasal 33 ayat (3) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

(4)

13. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

14. dan dan dan

15. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

16. MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN:

17. Menetapkan : Menetapkan : Menetapkan:

18.

19. UNDANG-UNDANG TENTANG

MASYARAKAT ADAT

UNDANG-UNDANG TENTANG

MASYARAKAT HUKUM ADAT. UNDANG-UNDANG TENTANG PELINDUNGANHAK MASYARAKAT ADAT.

20. KETENTUAN UMUM

(5)

22. KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM

23. Pasal 1 Pasal 1 Pasal 1

24. Dalam Undang-Undang ini yang

dimaksud dengan: Dalam Undang-Undang ini yangdimaksud dengan:

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

25. 1. Masyarakat adat yang terdiri

dari Masyarakat hukum adat dan Masyarakat tradisional adalah subjek hukum yang merupakan sekelompok orang, yang hidup secara turun temurun di wilayah geografs tertentu dan diikat oleh identitas budaya, adanya ikatan pada asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah dan sumber daya alam di wilayah adatnya, serta sistem

1. Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang secara turun temurun dalam bentuk kesatuan ikatan asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal di wilayah geografs tertentu, identitas budaya, hukum adat yang masih ditaati, hubungan yang kuat dengan tanah dan lingkungan hidup, serta sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, budaya, dan

(6)

nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum.

hukum.

26. 2. Perlindungan adalah bentuk

pelayanan yang wajib diberikan oleh negara kepada Masyarakat Adat dalam rangka menjamin pemenuhan hak-hak mereka, agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya serta bebas dari diskriminasi dan kekerasan.

2. Pengakuan adalah pernyataan tertulis yang diberikan oleh Negara atas penerimaan dan

penghormatan kepada

Masyarakat Hukum Adat beserta seluruh hak dan identitas yang melekat padanya.

2. Adat Istiadat adalah nilai dan aturan yang menjadi pedoman berperilaku suatu masyarakat dalam menghadapi lingkungan sosial dan lingkungan alamnya, yang dibentuk melalui tradisi dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

27. 3. Pemberdayaan adalah proses

pembangunan Masyarakat Adat melalui berbagai bentuk penguatan dan pengembangan, baik atas inisiatif sendiri maupun difasilitasi Negara

3. Pelindungan adalah upaya untuk menjamin dan melindungi Masyarakat Hukum Adat beserta haknya agar dapat hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan

harkat dan martabat

kemanusiaannya.

(7)

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat dan memperkuat ketahanan Nasional.

menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum, baik yang diatur melalui suatu lembaga adat yang memiliki otoritas untuk mengatur warganya maupun tidak, sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

28. 4. Hak adat adalah hak yang bersifat asal usul dan/atau tradisional.

4. Pemberdayaan adalah upaya terencana untuk memajukan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan bagi Masyarakat Hukum Adat.

4. Hak Masyarakat Adat adalah kewenangan Masyarakat Adat untuk menguasai, mengatur, mengelola, memanfaatkan, dan/atau mengawasi seluruh objek dari hak asal usul dan hak kewarganegaraan.

29. 5. Ulayat yang selanjutnya disebut Wilayah Adat adalah satu kesatuan geografs dan sosial yang dihuni dan dikelola oleh Masyarakat Adat sebagai

5. Wilayah Adat adalah satu kesatuan wilayah berupa tanah, hutan, perairan, beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya yang diperoleh secara turun temurun dan memiliki

(8)

penghidupan dan diperoleh secara turun temurun sebagai titipan dari leluhurnya atau melalui kesepakatan dengan Masyarakat Adat lainnya.

batas-batas tertentu, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Masyarakat Hukum Adat.

30. 6. Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan yang tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan, yang hidup dan berlaku untuk mengatur kehidupan bersama masyarakat adat.

6. Hak Ulayat adalah hak Masyarakat Hukum Adat yang bersifat komunal untuk menguasai, memanfaatkan, dan melestarikan wilayah adatnya beserta sumber daya alam di atasnya sesuai dengan tata nilai dan hukum adat yang berlaku.

6. Hak Ulayat atau Hak Wilayah Adat atau disebut dengan nama lain adalah kewenangan Masyarakat Adat untuk menguasai, mengatur, mengelola, memanfaatkan, dan mengawasi satu kesatuan wilayah geografs dan sosial yang berupa tanah, air, dan/atau perairan beserta sumber daya alam dengan batas-batas tertentu secara turun-temurun.

31. 7. Lembaga Adat adalah perangkat organisasi yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan sejarah suatu Masyarakat Adat dengan kewenangan mengatur, mengurus, dan menyelesaikan

7. Hukum Adat adalah seperangkat norma atau aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang hidup dan berlaku untuk mengatur kehidupan bersama Masyarakat Hukum Adat yang

(9)

berbagai permasalahan kehidupan sesuai dengan hukum adat.

diwariskan secara turun menurun, yang senantiasa ditaati dan dihormati, serta mempunyai sanksi.

lisan atau tulisan dari generasi ke generasi yang merupakan kepemilikan kolektif antara lain pengetahuan tradisional, ekspresi budaya tradisional, indikasi geografs, dan varietas lokal. 32. 8. Peradilan adat adalah mekanisme

penyelesaian pelanggaran terhadap hukum adat yang diselenggarakan oleh lembaga adat.

8. Lembaga Adat adalah perangkat yang berwenang mengatur, mengurus, dan menyelesaikan

berbagai permasalahan

kehidupan yang berdasarkan pada adat istiadat dan Hukum Adat, yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan sejarah Masyarakat Hukum Adat.

8. Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan yang tidak tertulis dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yang hidup dan berlaku untuk mengatur kehidupan Masyarakat Adat.

33. 9. Pengetahuan tradisional adalah

pengetahuan yang bersumber pada pengajaran, pengalaman dan keterampilan turun temurun yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam Masyarakat Adat.

9. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

(10)

34. 10. Panitia Masyarakat Adat adalah kelembagaan yang dibentuk pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota, bersifat sementara dengan tugas melakukan indentifkasi, verifkasi masyarakat yang berada didalam wilayah administrasi pemerintahan tertentu.

10. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan

pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

10. Pihak Lain adalah perseorangan atau badan hukum yang bukan anggota suatu Masyarakat Adat.

35. 11. Komisi Nasional Masyarakat Adat adalah badan yang dibentuk oleh Presiden di tingkat pusat yang memastikan adanya proses pengakuan, penghormatan, dan perlindungan masyarakat adat;

11. Pemerintah Daerah adalah kepala

daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

11. Sengketa Adat adalah perkara yang timbul akibat pelanggaran Hukum Adat yang terjadi dalam wilayah Masyarakat Adat baik yang dilakukan oleh anggota Masyarakat Adat atau Pihak Lain.

36. 12. Identifkasi Masyarakat Adat adalah proses penelitian tentang

keberadaan keberadaan

masyarakat adat yang mengacu pada kriteria-kriteria keberadaan

12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan pemerintahan di bidang urusan dalam negeri.

12. Pendidikan Layanan Khusus adalah

program pendidikan yang

diselenggarakan untuk memenuhi

kebutuhan khusus kelompok

(11)

masyarakat adat;

37. 13. Verifkasi Masyarakat Adat

adalah suatu proses pemeriksaan dan penilaian terhadap hasil

identifkasi keberadaan

masyarakat adat beserta hak-haknya.

13. Panitia Masyarakat Hukum Adat adalah tim teknis yang dibentuk oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah untuk melakukan proses pengakuan Masyarakat Hukum Adat.

13. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

38. 13. Pendaftaran Masyarakat Adat

adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan kewenangannya masing-masing, mengenai keberadaan masyarakat adat dan hak-hak masyarakat adat di wilayah kerjanya masing-masing;

14. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

(12)

serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan paska konflik.

46. 16. Sengketa adalah pertikaian

sebagai akibat dari pelanggaran terhadap hukum adat

(13)

penderitaan dan/atau penggantian biaya untuk tindakan tertentu.

48. 18. Rehabilitasi adalah pemulihan harkat dan martabat Masyarakat

Adat yang menyangkut

kehormatan, nama baik, jabatan, atau hak-hak lain.

49. 19. Pemerintah Daerah adalah

Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara

pemerintahan daerah.

50. Asas

51. BAB II

(14)

53. Pasal 2 Pasal 2 Pasal 2 54. Pengakuan dan perlindungan HAK

masyarakat adat berazaskan:

Pengakuan, Pelindungan, dan

Masyarakat Hukum Adat berasaskan: Pelindungan Hak Masyarakat Adatberasaskan:

55. a. Partisipasi a. partisipasi; a. rekognisi;

56. b. Keadilan b. keadilan; b. keragaman;

57. a. Transparansi c. kesetaraan dan tanpa diskriminasi; c. kenusantaraan; 58. c. Kesetaraan atau tanpa diskriminasi d. transparansi; d. perdamaian;

59. d. Hak Azazi Manusia e. kemanusiaan e. keadilan;

60. e. Hak Asasi Manusia f. kepentingan nasional f. kesetaraan;

61. b. Kepentingan umum g. keselarasan; dan g. ketertiban;

62. g. Keselaran, dan h. kelestarian dan keberlanjutan fungsi

lingkungan hidup. h. kepastian hukum;

63. h. Keberlanjutan lingkungan i. kemanfaatan;

(15)

65. k. kemandirian;

66. l. partisipasi; dan

67. m. transparansi dan akuntabilitas.

68. Tujuan

69. Pasal 3 Pasal 3 Pasal 3

70. Pengakuan dan perlindungan hak

Masyarakat Adat bertujuan untuk:

Pengakuan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat bertujuan untuk:

Pelindungan Hak Masyarakat Adat bertujuan:

71. a. Melindungi Masyarakat Adat agar dapat hidup aman, tumbuh, dan berkembang sebagai kelompok masyarakat sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiannya serta bebas dari diskriminasi dan kekerasan;

a. memberikan kepastian hukum terhadap kedudukan dan keberadaan Masyarakat Hukum Adat agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabat;

a. menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kebhinekaan tunggal ika;

(16)

rangka menikmati haknya; dan melaksanakan haknya sesuai dengan tradisi dan adat istiadatnya;

Masyarakat Adat dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabatnya dalam pembangunan nasional;

73. c. Menjadi dasar bagi Pemerintah

dalam melaksanakan pemulihan

hak Masyarakat Adat,

pemberdayaan, dan

penyelenggaraan program-program pembangunan.

d. memberikan ruang partisipasi dalam aspek politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, dan budaya;

c. memberikan jaminan kepada Masyarakat Adat untuk mengelola haknya sesuai dengan tradisi dan Adat Istiadat dan Hukum Adatnya;

74. e. melestarikan tradisi dan adat

istiadatnya sebagai kearifan lokal dan bagian dari kebudayaan nasional; dan

d. meningkatkan kondisi kehidupan dan penghidupan Masyarakat Adat yang harmonis, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, hukum, dan/atau budaya;

75. f. meningkatkan ketahanan sosial

budaya sebagai bagian dari ketahanan nasional.

e. mengakui keberadaan Lembaga Adat dalam pengelolaan tata kehidupan Masyarakat Adat sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku yang tidak

bertentangan dengan sistem

(17)

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

76. f. melestarikan Adat Istiadat yang dimilikioleh Masyarakat Adat sebagai kearifan

lokal dan bagian dari budayanya; dan

77. g.menjadikan Pelindungan Hak MasyarakatAdat sebagai upaya untuk menciptakan

ketahanan nasional dan solidaritas kebangsaan.

78.

79. Ruang Lingkup BAB II

80. Ruang Lingkup

81. Pasal 4

82. Pelindungan Hak Masyarakat Adat yangdiatur dalam Undang-Undang ini meliputi:

83. a. Hak Masyarakat Adat;

84. b. pemajuan Hak Masyarakat Adat;

(18)

86. d. partisipasi masyarakat;

87. e. pengawasan; dan

88. f. pendanaan.

89.

90. PENGAKUAN HAK MASYARAKAT ADAT

91. BAB III

(menekankan jenis hak. Proses pengakuan ada di bab tersendiri)

BAB II

(menekankan proses pengakuan. Rincian jenis hak ada dalam bab hak dan kewajiban masyarakat hukum adat)

BAB III

(menekankan jenis hak, lingkupnya, dan sekaligus proses pengakuannya)

92. HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

ADAT

(Secara substansi mirip dengan pengaturan pada BAB V versi DPR RI)

PENGAKUAN

(Secara substnasi mirip dengan pengaturan BAB V versi AMAN)

HAK MASYARAKAT ADAT

(19)

94. Hak Umum Umum

95. Paragraf 1

Hak atas Wilayah Adat dan Sumberdaya Alam

96. Pasal 4 Pasal 4 Pasal 5

97. (1) Wilayah adat dan sumberdaya alam yang berada di dalamnya dapat diperoleh secara turun temurun atau melalui kesepakatan dengan pihak lain.

(1)Negara mengakui Masyarakat Hukum Adat yang masih hidup dan berkembang di masyarakat sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(1)Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan Hak Masyarakat Adat yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia.

98. (2) Masyarakat Adat berhak atas

wilayah adat dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di dalam wilayah adat berdasarkan hukum adat.

(20)

99. (3) Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah adat oleh pihak lain harus melalui persetujuan bersama

Masyarakat Adat yang

memilikinya.

(3)Hak Mayarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. Hak Atas Identitas Budaya;

b. hak atas penyelenggaraan

pemerintahan;

c. hak untuk berkembang/hak pembangunan;

d. hak untuk berpartisipasi;

e. hak untuk menyelesaikan Sengketa Adat;

f. hak lingkungan yang baik dan sehat; g. Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan

Hak Masyarakat Adat atas tanah; h. hak untuk memutuskan berdasarkan

informasi awal dan tanpa paksaan; i. hak untuk terbebas dari segala

tindakan yang diskriminatif dan menjadi objek kekerasan;

j. Hak Atas Kekayaan Intelektual Tradisional;

k. hak atas spiritualitas;

l. hak melakukan sistem perkawinan dan waris adat;

(21)

n. hak atas mata pencaharian/pekerjaan tradisional; dan

o. hak atas Pendidikan Layanan Khusus Masyarakat Adat.

100. (4) Masyarakat Adat berhak

menentukan, mengembangkan prioritas, bentuk dan strategi pembangunan di wilayah adatnya secara berkelanjutan sesuai dengan kearifan lokal dan inovasi yang berkembang.

(4) Hak Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d, huruf f, huruf h, huruf i, huruf l, huruf m, dan huruf n diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

101. (5) Masyarakat Adat berhak mendapat fasilitasi dan pemberdayaan dari Pemerintah untuk mewujudkan tujuan pengelolaan wilayah adatnya.

(5) Hak Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d, huruf f, huruf h, huruf i, huruf l, huruf m, dan huruf n diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(22)

adatnya.

103. Bagian Kedua

Hak Atas Identitas Budaya

104. Pasal 5 Pasal 5 Pasal 6

105. (1) Hak atas wilayah adat dapat dimiliki secara komunal atau perseorangan sesuai dengan hukum adat yang berlaku.

Pengakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan melalui tahapan:

a. identifkasi; b. verifkasi; c. validasi; dan d. penetapan.

(1)Masyarakat Adat berhak mendapatkan pengakuan Hak Atas Identitas Budaya yang dimilikinya.

106. (2) Hak atas wilayah adat yang dimiliki secara komunal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain.

(2)Hak Atas Identitas Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. pandangan hidup; b. Adat Istiadat; c. bahasa; dan d. kesenian.

107. (3)Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

sesuai dengan kewenangannya

menghormati, melindungi dan

(23)

Masyarakat Adat melalui:

a. memfasilitasi Masyarakat Adat agar dapat mengidentifkasi identitas budayanya;

b. mencatatkan identitas budaya Masyarakat Adat dalam sistem informasi;

c. memajukan identitas budaya Masyarakat Adat sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh Masyarakat Adat; dan

d. mempromosikan identitas budaya Masyarakat Adat sebagai bagian dari kebudayaan nasional

108.

109. Paragraf 2

Hak atas Lingkungan Hidup

(24)

111. (1) Masyarakat Adat berhak terlibat secara penuh dalam program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan.

(1) Dalam memberikan Pengakuan, Pemerintah Pusat melakukan identifkasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang masih tumbuh dan berkembang dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(1) Masyarakat Adat berhak mendapatkan pengakuan untuk menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan atas hak asal-usul.

112. (2) Masyarakat Adat memiliki hak

untuk mendapatkan informasi awal yang lengkap dan akurat mengenai program pembangunan

yang direncanakan oleh

(2) Identifkasi terhadap Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:

a. memiliki komunitas tertentu yang hidup berkelompok dalam suatu ikatan karena kesamaan keturunan dan/atau teritorial;

b. mendiami suatu wilayah adat dengan batas tertentu secara turun-temurun;

c. memiliki pranata atau perangkat hukum dan ditaati kelompoknya sebagai

(25)

pedoman dalam kehidupan Masyarakat Hukum Adat; dan/atau

d. mempunyai Lembaga Adat yang diakui oleh Masyarakat Hukum Adat.

113. (3) Masyarakat Adat berhak menolak

setiap program pembangunan yang berlangsung di wilayah adatnya yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kebudayaannya , dan atau yang membawa dampak buruk bagi kehidupannya.

(3) Dalam memberikan Pengakuan, Pemerintah Pusat melakukan identifkasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang masih tumbuh dan berkembang dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(3) Susunan kelembagaan, pengisian jabatan, dan masa jabatan kepala desa adat berdasarkan Hukum Adat ditetapkan dalam peraturan daerah kabupaten/kota.

114. (4) Masyarakat Adat berhak

mengusulkan program-program pembangunan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan mereka, dan atau yang membawa dampak yang baik bagi kehidupannya.

115. (5) Kelompok-kelompok rentan seperti

(26)

usia, dan Disabilitas yang merupakan anggota Masyarakat Adat berhak untuk terlibat dalam program-program pembangunan yang berlangsung di wilayah adat. 116.

117. Paragraf 3

Hak atas Spiritualitas dan Kebudayaan

Bagian Kedua

Panitia Masyarakat Hukum Adat Hak Untuk Menyelesaikan SengketaBagian Keempat Adat

118. Paragraf 1

Umum 119.

120. Pasal 7 Pasal 7 Pasal 8

121. (1) Masyarakat Adat berhak untuk

menganut dan melaksanakan sistem kepercayaan dan ritual yang diwarisi dari leluhurnya. (2) Masyarakat Adat berhak untuk

melestarikan dan mengembangkan

(1) Bupati/walikota membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota untuk melakukan identifkasi, verifkasi, dan validasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang berada di 1 (satu) wilayah kabupaten/kota.

(1) Masyarakat Adat berhak untuk menyelesaikan Sengketa Adat berupa pidana ringan dan yang berkaitan dengan keperdataan.

(27)

tradisi, adat istiadat, serta kebudayaannya.

(3) Masyarakat Adat memiliki hak untuk menjaga, mengendalikan, melindungi, dan mengembangkan pengetahuan tradisional serta kekayaan intelektual.

(4) Masyarakat Adat berhak untuk mendapatkan status hukum atas perkawinan yang dilakukan berdasarkan hukum adat beserta anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut.

(2)Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) terdiri dari unsur:

a. Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota;

b. Perwakilan Masyarakat Hukum Adat;

c. Perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi mengenai Masyarakat Hukum Adat;

d. Akademisi yang memiliki keilmuan dan kepakaran mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan

(3) Kantor Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.

berdasarkan Hukum Adat yang berlaku di tempat terjadi Sengketa Adat.

(3) Penyelesaian Sengketa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselengarakan dengan menghormati nilai kemanusiaan yang bersifat universal.

122.

(28)

Hak Atas Lingkungan Hidup

124. Pasal 8 Pasal 8 Pasal 9

125. (1) Masyarakat Adat berhak atas

perlindungan lingkungan hidup. (2) Dalam rangka pemenuhan hak

atas lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Masyarakat Adat mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses atas informasi, dan partisipasi yang luas terhadap pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup sesuai dengan kearifan lokal.

(3) Masyarakat Adat berhak atas pemulihan lingkungan hidup wilayah adatnya yang mengalami kerusakan.

(4) Masyarakat adat berhak untuk

(1) Gubernur membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi untuk melakukan identifkasi, verifkasi, dan validasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang berada di wilayah paling sedikit 2 (dua) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.

(2)Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:

a. Organisasi Perangkat Daerah Provinsi terkait;

b. Perwakilan Masyarakat Hukum Adat;

c. Perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi mengenai Masyarakat

Penyelesaian Sengketa Adat meliputi:

a. penyelesaian internal Masyarakat Adat; b. penyelesaian antar Masyarakat Adat;

dan

(29)

menjalankan pengetahuan tradisionalnya dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Hukum Adat;

d. Akademisi yang memiliki keilmuan dan kepakaran mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan

e. Kantor Wilayah Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

126. (3) Pembentukan Panitia Masyarakat

Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh gubernur.

127. Paragraf 5

Hak untuk Menjalankan Hukum dan Peradilan Adat

Paragraf 2

Penyelesaian Internal Masyarakat Adat

128. Pasal 9 Pasal 9 Pasal 10

129. (1) Masyarakat Adat berhak untuk

menjalankan hukum untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri

(1) Menteri membentuk panitia untuk melakukan identifkasi, verifkasi, dan validasi terhadap Masyarakat Hukum Adat pusat yang berada di wilayah

(30)

termasuk menyelenggarakan

peradilan adat untuk

menyelesaikan pelanggaran hukum adat.

(2) Peradilan adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh lembaga adat.

paling sedikit 2 (dua) provinsi.

(2) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:

a. kementerian terkait;

b. perwakilan Masyarakat Hukum Adat;

c. perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan

d. akademisi yang memiliki keilmuan dan kepakaran mengenai Masyarakat Hukum Adat.

(3) Pembentukan panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

(2) Penyelesaian internal Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Lembaga Adat berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

130.

131. Paragraf 6

Hak atas Pendidikan

Paragraf 3

(31)

132. Pasal 10 Pasal 10 Pasal 11

133. (1) Masyarakat Adat berhak untuk

mendapatkan layanan pendidikan dari negara tanpa pembatasan dan diskriminasi.

(2) Masyarakat Adat berhak untuk mengembangkan sistem

pendidikan yang sesuai dengan tradisi dan budayanya.

(3) Pemerintah bersama Masyarakat Adat mengembangkan suatu sistem pendidikan berdasarkan tradisi dan budaya Masyarakat Adat yang terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional.

(4) Masyarakat Adat berhak untuk mendapatkan fasilitas dan pendampingan dalam rangka menjalankan hak nya untuk

mengembangkan sistem

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dengan Peraturan Presiden.

(1) Penyelesaian antar Masyarakat Adat merupakan penyelesaian Sengketa Adat yang melibatkan 2 (dua) atau lebih Masyarakat Adat.

(2) Penyelesaian antar Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh antar Lembaga Adat.

(32)

tradisi dan budayanya.

(5) Masyarakat Adat berhak mendapatkan perlindungan dari ancaman, gangguan atau upaya

Identifkasi Penyelesaian Antar Masyarakat AdatParagraf 4 dengan Pihak Lain

136.

137. Pasal 11 Pasal 11 Pasal 12

138. (1) Masyarakat Adat berhak untuk

mendapatkan layanan kesehatan dari negara tanpa pembatasan dan diskriminasi.

(2) Masyarakat Adat berhak untuk melaksanakan dan

(1)Identifkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a merupakan kegiatan menentukan keberadaan Masyarakat Hukum Adat.

(2)Identifkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

(1)Penyelesaian antar Masyarakat Adat dengan Pihak Lain merupakan penyelesaian Sengketa Adat yang melibatkan Masyarakat Adat dan Pihak Lain.

(33)

mengembangkan pengobatan tradisional.

(3) Masyarakat Adat berhak

menentukan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhannya.

(4) Masyarakat Adat berhak untuk mendapatkan fasilitas dan pendampingan dari negara dalam rangka menjalankan hak sebagaimana disebutkan pada ayat (2).

(5) Masyarakat Adat berhak mendapatkan perlindungan dari ancaman, gangguan atau upaya lain yang dapat merusak pengobatan tradisionalnya.

dilakukan oleh Masyarakat Hukum Adat atau Panitia Masyarakat Hukum Adat.

(3)Hasil identifkasi memuat data dan informasi mengenai pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2). (4)Dalam hal identifkasi sudah

dilakukan oleh Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Panitia Masyarakat Hukum Adat tidak melakukan identifkasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang bersangkutan.

(5)Hasil identifkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) digunakan untuk melakukan

(3)Penyelesaian antar Masyarakat Adat dengan Pihak Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Lembaga Adat yang berada di tempat Sengketa Adat terjadi berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

139. Paragraf 8

(34)

140. Pasal 12 Pasal 12 Pasal 13 mendapatkan keuntungan yang

adil dari pemanfaatan

pengetahuan tradisional mereka oleh pihak lain berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. (3) Masyarakat Adat berhak untuk

mendapatkan fasilitas dan

pendampingan untuk

meningkatkan pengetahuan tradisionalnya.

(4) Masyarakat Adat berhak mendapatkan perlindungan dari ancaman, gangguan atau upaya lain yang dapat merusak pengetahuan tradisional nya.

(1) Masyarakat Hukum Adat yang sudah melakukan identifkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4), yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota, menyampaikan hasil identifkasi kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota.

(2) Masyarakat Hukum Adat yang sudah melakukan identifkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4), yang berada di 2 (dua) atau lebih kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi, menyampaikan hasil identifkasi kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi.

(3) Masyarakat Hukum Adat yang sudah melakukan identifkasi sebagaimana dimaksud dalam

(1) Hasil penyelesaian Sengketa Adat oleh Lembaga Adat bersifat fnal dan mengikat dengan memperhatikan hak asasi manusia dan kesetaraan gender. (2) Hasil Sengketa Adat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan itikad baik serta harus didaftarkan di pengadilan negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak putusan ditetapkan.

(35)

Pasal 11 ayat (4), yang berada di 2 (dua) atau lebih provinsi, menyampaikan hasil identifkasi kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat.

142.

143.PENGKAUAN ATAS WILAYAH

ADAT/ULAYAT/TAN AH ADAT

144. Tercakup dalam Bab Pengakuan

Hak

Tercakup dalam Bab Pengakuan Hak Bagian Kelima

Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan Hak Atas Tanah

145.

146. Paragraf 1

Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat

147. Pasal 13 Pasal 13 Pasal 14

(36)

kegiatan pemeriksaan lapangan oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat atas kelengkapan dan kebenaran data dan informasi hasil identifkasi.

Ulayat/Hak Wilayah Adat.

(2) Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak untuk mengatur, mengelola, memanfaatkan, dan mengawasi pemanfaatan Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat bagi anggota Masyarakat Adat dan/atau untuk kepentingan Masyarakat Adat.

(3) Penyelenggaraan Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh pemimpin dan/atau Lembaga Adat menurut Hukum Adat.

149. a. Melindungi keutuhan wilayah adat

dan pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat adat. b. Berpartisipasi dalam setiap proses

pembangunan yang telah

mendapatkan persetujuan

(37)

c. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budayanya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.

d. Melaksanakan toleransi antar Masyarakat Adat.

e. Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Memastikan pelibatan Perempuan, Anak, Pemuda, Lanjut Usia, Disabilitas dan kelompok rentan lainnya dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut wilayah adat.

g. Berpartisipasi dalam penyelesaian masalah yang terjadi di dalam wilayah adat.

h. Bekerja sama dalam kegiatan identifkasi dan verifkasi Masyarakat Adat; dan

(38)

sumberdaya alam di wilayah adatnya secara berkelanjutan.

150. Pasal 14 Pasal 15

151. (1) Panitia Masyarakat Hukum Adat

kabupaten/kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, dan Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat melakukan verifkasi terhadap hasil identifkasi oleh Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3).

(1)Pemerintah Pusat menyelenggarakan pendaftaran Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 bagi Masyarakat Adat.

152. (2) Dalam melakukan verifkasi, Panitia

Masyarakat Hukum Adat kabupaten/ kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, atau Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat dapat meminta Masyarakat Hukum Adat untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan.

(2)Pemerintah Pusat melakukan

inventarisasi dan verifkasi dalam rangka pendaftaran Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat.

153. (3) Panitia Masyarakat Hukum Adat

kabupaten/kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, dan Panitia

(39)

Masyarakat Hukum Adat pusat melakukan verifkasi paling lambat 60 (enampuluh) hari kerja sejak hasil identifkasi diterima.

pendaftaran pertanahan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

154. (4) Hasil verifkasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) diumumkan kepada masyarakat paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak verifkasi selesai dilakukan.

(4) instansi Pemerintah Pusat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) melakukan verifkasi lapangan untuk menentukan keabsahan klaim yang diajukan.

155. (5) Panitia Masyarakat Hukum Adat

mengumumkan hasil verifkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) di kantor desa/kelurahan setempat.

(5)Penentuan keabsahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat didasarkan pada pedoman verifkasi sistem penguasaan Hak Ulayat/Wilayah Adat yang telah ditetapkan dengan peraturan

gubernur atau peraturan

bupati/walikota.

156. (6) Pengumuman hasil verifkasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlangsung selama 60 (enam puluh) hari.

(40)

158. Hak Atas Tanah

159. Pasal 15 Pasal 16

160. (1)Selama masa pengumuman hasil

verifkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (6), masyarakat dapat mengajukan keberatan.

(1)Hak atas tanah meliputi:

161. (1)Keberatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, atau Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat.

a. tanah milik bersama; dan

162. (2)Terhadap keberatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), panitia Masyarakat Hukum Adat melakukan verifkasi ulang.

(41)

163. (2) Verifkasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 30 (tigapuluh) hari kerja sejak mengajukan keberatan.

(2)Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didaftarkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

164. (3) Pendaftaran tanah adat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh instansi Pemerintah Pusat yang menyelenggarakan urusan pertanahan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

165. (4) Dalam melakukan verifkasi lapangan,

(42)

166.

167. Paragraf 3

Penggunaan dan Pemanfaatan

168. Pasal 16 Pasal 17

169. Apabila sampai dengan batas waktu

yang telah ditentukan tidak terdapat pihak yang berkeberatan terhadap hasil verifkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (6), panitia Masyarakat Hukum Adat melakukan validasi.

(1) Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah dapat dimanfaatkan oleh Pihak Lain melalui pemberian hak sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Pemberian hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai kepada pihak ketiga di wilayah Masyarakat Adat dilakukan dengan syarat kegiatan usaha yang akan dilakukan mendukung kepentingan Masyarakat Adat, memelihara lingkungan hidup, dan pemberiannya dilakukan setelah memperoleh persetujuan tertulis dari Masyarakat Adat yang bersangkutan. (3) Dalam hal hak atas tanah sebagaimana

(43)

hapus karena sebab tertentu, maka:

a. tanahnya kembali dalam penguasaan Masyarakat Adat yang bersangkutan; atau

b. tanahnya kembali dalam penguasaan negara jika Masyarakat Adat yang bersangkutan sudah tidak ada lagi. (4) Persetujuan tertulis sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai rekomendasi untuk mengajukan permohonan hak atas tanah kepada instansi yang berwenang.

170. Pasal 17 Pasal 18

171. Hasil verifkasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 dan hasil verifkasi ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) dituangkan dalam berita acara verifkasi.

(1) Dalam menetapkan fungsi ruang, Pemerintah dan Pemerintah Daerah memperhatikan Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah Masyarakat Adat.

(44)

(3) Penyelenggaraan Hak Masyarakat Adat atas Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dalam peraturan perundang-undangan.

172.

173. Bagian Kelima Bagian Keenam

174. Validasi Hak Atas Kekayaan Intelektual Tradisional

175. Pasal 18 Pasal 19

176. (1) Validasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 huruf c merupakan kegiatan pemeriksaan administrasi atas keabsahan hasil verifkasi oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat.

(1) Masyarakat Adat berhak mendapatkan pengakuan Hak Kekayaaan Intelektual Tradisional yang dimilikinya.

177. (2) Validasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling lambat 15 (lima belas) hari kerja.

(45)

178. (3) Hasil validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara validasi.

a.pengetahuan tradiosional;

179. (4) Panitia Masyarakat Hukum Adat

menyampaikan laporan hasil validasi kepada Menteri untuk ditetapkan sebagai Masyarakat Hukum Adat.

b. ekspresi budaya tradisional;

180. c.indikasi geografs; dan

181. d. varietas lokal.

182.

183. Bagian Keenam

184. Penetapan

185. Pasal 19 Pasal 20

186. Menteri menetapkan Masyarakat Hukum

(46)

Masyarakat Hukum Adat dalam bentuk

Keputusan Menteri. inventarisasi dan penetapan HakKekayaaan Intelektual Tradisional yang dimiliki oleh Masyarakat Adat.

(2) Inventarisasi dan penetapan Hak Kekayaaan Intelektual Tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

187.

188. Tercakup dalam Bab Pengakuan

Hak

Tercakup dalam Bab Pengakuan Hak Bagian Ketujuh Hak Atas Spiritualitas

189. Pasal 21

190. (1)Masyarakat Adat berhak mendapatkan

Pengakuan dalam menjalankan

spiritualitasnya.

(2)Hak Masyarakat Adat dalam menjalankan spiritualitasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. beribadah sesuai dengan

(47)

b. mendirikan dan memelihara tempat ibadah;

c. membangun dan memelihara lembaga amal atau kemanusiaan sesuai dengan spiritualitasnya;

d. membuat, memperoleh, dan menggunakan literatur yang berkaitan dengan ritual atau kebiasaan spiritualitasnya;

e. mengajarkan spiritualitas kepada pemeluknya sesuai dengan tujuannya; f. meminta dan menerima sumbangan fnansial dan kontribusi sukarela dari perorangan dan institusi;

g. melatih, menunjuk, atau memilih pemimpin spiritualitas sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam spiritualitasnya; dan

h. memiliki hari libur dalam rangka

menyelenggarakan upacara

(48)

spiritualitasnya.

(3) Ketentuan mengenai pendirian tempat ibadah dan penetapan hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf h dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Spiritualitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan identitas Masyarakat Adat.

(5) Identitas Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dicatatkan dalam penyelenggaraan sistem administrasi kependudukan dan pelayanan publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

191.

192. Tercakup dalam Bab Pengakuan

Hak Tercakup dalam Bab Pengakuan Hak

Bagian Kedelapan

(49)

193. Pasal 22

194. (1) Masyarakat Adat berhak mendapatkan

Pendidikan Layanan Khusus sesuai dengan Adat Istiadat yang dikenal oleh Masyarakat Adat yang bersangkutan. (2) Pendidikan Layanan Khusus bagi

Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyediakan akses pendidikan bagi peserta didik agar haknya untuk memperoleh pendidikan terpenuhi.

(3) Pendidikan Layanan Khusus bagi Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. menanamkan identitas budaya;

b. menanamkan keseimbangan hidup antara manusia dan alam;

c. membangun kolektivitas dan komunitas sosial budaya dalam Masyarakat Adat;

(50)

e. memajukan budaya yang dianut oleh Masyarakat Adat sesuai dengan perkembangan kebudayaan nasional; dan

f. membangun kecerdasan sosial dan emosional bagi anak-anak Masyarakat Adat.

195.

196. Pasal 23

197. (1) Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus

bagi Masyarakat Adat paling sedikit mencakup 4 (empat) materi dasar meliputi:

a. literasi dasar;

b. potensi dan masalah

budaya;

c. pendidikan

kewarganegaraan; dan

d. pengorganisasian

(51)

(2) Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus bagi Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam kurikulum pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan/atau pendidikan informal di tempat Masyarakat Adat.

198.

199. Pasal 24

200. (1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan Pendidikan Layanan Khusus bagi Masyarakat Adat.

(2) Ketentuan mengenai penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus bagi Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri yang yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

(52)

202.EVALUASI

203. Tidak diatur BAB III Masuk dalam ruang lingkup KELEMBAGAANBagian Sistem Informasi

204. EVALUASI

205. Pasal 20

206. (1) Pemerintah Daerah atau Pemerintah

Pusat dapat melakukan evaluasi terhadap Pengakuan Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan dengan keputusan Menteri.

207. (2) Panitia evaluasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:

a. kementerian terkait;

b. perwakilan Masyarakat Hukum Adat;

c. perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan

(53)

Masyarakat Hukum Adat.

208. (3) Evaluasi dilakukan 10 (sepuluh)tahun sekali sejak ditetapkannya Pengakuan Masyarakat Hukum Adat. 209. (4) Panitia evaluasi Masyarakat HukumAdat melakukan evaluasi atas

Pengakuan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).

210. Pasal 21

211. (1) Berdasarkan hasil evaluasi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, panitia evaluasi melaporkan hasil evaluasi Masyarakat Hukum Adat kepada Menteri.

(54)

tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) maka:

a. bupati/walikota, gubernur atau Menteri melakukan pembinaan terhadap Masyarakat Hukum Adat;

b. dalam hal pembinaan telah dilaksanakan dan persyaratan Masyarakat Hukum Adat tetap tidak dapat dipenuhi, Menteri menetapkan hapusnya Pengakuan Masyarakat Hukum Adat.

213. (3) Dengan hapusnya PengakuanMasyarakat Hukum Adat, maka tanah adat menjadi tanah negara. 214.

215.PELINDUNGAN

216. Secara tidak langsung tercakup dalam bagian pengakuan hak

(55)

217. PERLINDUNGAN PEMAJUAN HAK MASYARAKAT ADAT 218.

219. Pasal 22

220. (1)Masyarakat Hukum Adat yang

telah ditetapkan berhak atas Pelindungan.

Bagian Kesatu

221. (2)Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah wajib melakukan Pelindungan terhadap Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Umum

222. (3)Pelindungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan jaminan terhadap pelaksanaan hak Masyarakat Hukum Adat.

223. Pasal 23 Pasal 25

(56)

meliputi:

a. Pelindungan terhadap Wilayah Adat; b. Pelindungan sebagai subyek hukum; c. pengembalian Wilayah Adat untuk dikelola, dimanfaatkan, dan dilestarikan sesuai dengan adat istiadatnya;

d. pemberian kompensasi atas hilangnya hak Masyarakat Hukum Adat untuk mengelola Wilayah Adat atas izin Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya;

e. pengembangan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup; f. peningkatan taraf kehidupan

Masyarakat Hukum Adat;

g. pelestarian kearifan lokal dan pengetahuan tradisional; dan

h. pelestarian harta kekayaan dan/atau benda adat.

Hak Masyarakat Adat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(57)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

226. a. pelestarian Hak

Masyarakat Adat;

227. b. pemberdayaan

Masyarakat Adat;

228. c. pengembangan Hak

Masyarakat Adat; dan

229. d. pemanfaatan Hak

Masyarakat Adat. 230.

231. Bagian Kedua

232. Pelestarian Masyarakat Adat

233. Pasal 26

234. (1) Pelestarian Hak Masyarakat Adat

(58)

masyarakat.

235. (2)Pelestarian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) antara lain:

236. a. inventarisasi;

237. b. identifkasi;

238. c. dokumentasi;

239. d. penelitian;

240. e. revitalisasi; dan

241. f. promosi dan publikasi.

242. (3)Masyarakat Adat berhak memperoleh

dukungan program dan anggaran atas upaya pelestarian Hak Masyarakat Adat.

243.

244. Bagian Ketiga

(59)

246.

247. Pasal 27

248. (1)Pemberdayaan Masyarakat Adat

dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

249. (2)Pemberdayaan Masyarakat Adat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

250. a. peningkatan kualitas sumber daya

manusia;

251. b. fasilitasi sarana dan prasarana

Pendidikan Layanan Khusus;

252. c. fasilitasi sarana da prasarana

kesehatan; dan

253. d. pengalokasian anggaran.

254. (3)Peningkatan kualitas sumber daya

manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, berupa:

(60)

256. b. kursus atau pelatihan; dan/atau

257. c. pendampingan.

258. (4) Fasilitasi sarana dan prasarana

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diselenggarakan di tempat Masyarakat Adat berada.

259. (5) Fasilitasi sarana dan prasarana

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, antara lain:

260. a. layanan kesehatan dan

gizi yang berkualitas;

261. b. jaminan pembiayaan

kesehatan;

262. c. pengadaan dan

peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di tempat Masyarakat Adat berada; dan

263. d. penyediaan air bersih

dan sanitasi yang baik.

(61)

dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan Hak Masyarakat Adat yang berasal dari:

265. a. Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara;

266. b. Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah; dan

267. c. anggaran lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

268.

269. Bagian Keempat

270. Pengembangan Hak Masyarakat Adat

271. Pasal 28

272. (1) Pengembangan Hak Masyarakat Adat

(62)

273. (2) Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

274. a. penguatan kelembangaan Masyarakat

Adat;

275. b. peningkatan sumber daya manusia;

276. c. penelitian dan pengkajian; dan

277. d. pendampingan.

278. (3)Masyarakat Adat berhak memperoleh

dukungan program dan anggaran atas upaya pengembangan Hak Masyarakat Adat.

279.

280. Bagian Kelima

281. Pemanfaatan Hak Masyarakat Adat

282. Pasal 29

283. (1)Masyarakat Adat berhak mendapatkan

(63)

yang dimilikinya.

284. (2)Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah melindungi pemanfaatan Hak Masyarakat Adat.

285. (3)Pihak Lain yang terlibat dalam

pemanfaatan Hak Masyarakat Adat harus mendapatkan persetujuan dari Masyarakat Adat dan memberikan kompensasi kepada Masyarakat Adat. 286.

287. LEMBAGA ADAT

288. Tidak diatur secara khusus. Secara tidak langsung telah tercakup dalam pengakuan keberadaan masyarakat adat itu sendiri.

BAB IX Masuk dalam ruang lingkup HAK

MASYARAKAT ADAT bagian Hak untuk Menyelesaikan Sengketa Adat

289. LEMBAGA ADAT

290.

(64)

292. (1) Lembaga Adat merupakanpenyelenggara Hukum Adat dan adat istiadat yang berfungsi mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan Masyarakat Hukum Adat.

293. (2) Lembaga Adat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari Masyarakat Hukum Adat yang masih hidup dan berfungsi sesuai dengan kedudukan dan peranannya.

294. Pasal 42

295. Lembaga Adat mempunyai tugas:

a. memfasilitasi pendapat atau aspirasi Masyarakat Hukum Adat kepada pemerintah desa dan Pemerintah Daerah;

(65)

Hukum Adat;

c. memberikan putusan atas penyelesaian sengketa adat;

d. memberdayakan, melestarikan, mengembangkan adat istiadat dan kebiasaan Masyarakat Hukum Adat; e. meningkatkan peran aktif

Masyarakat Hukum Adat dalam pengembangan dan pelestarian nilai budaya untuk mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat; dan

f. menjaga hubungan yang demokratis, harmonis, dan obyektif antara Masyarakat Hukum Adat dengan pemerintah desa dan Pemerintah Daerah.

296. Pasal 43

297. Lembaga Adat berwenang:

(66)

Masyarakat Hukum Adat;

b. mewakili kepentingan Masyarakat Hukum Adat dalam hubungan di luar Wilayah Adat; dan

c. menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan Masyarakat Hukum Adat.

298. Pasal 44

299. Lembaga Adat bekerjasama secarasinergis dengan pemerintah desa dan/atau Pemerintah Daerah dalam mendukung upaya pelestarian, pengembangan, dan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat.

300.HAK DAN KEWAJIBAN

301. Sebagaimana dimaksudkan oleh BAB III BAB V Pengaturan tentang Hak masuk dalam ruanglingkup HAK MASYARAKAT ADAT. Tidak ada pengaturan khusus tentang

KEWAJIBAN.

(67)

303. Bagian Kesatu

304. Hak

305. Paragraf 1

306. Hak Atas Wilayah Adat

307. Pasal 24

308. (1) Masyarakat Hukum Adat yangtelah ditetapkan berhak atas Wilayah Adat yang mereka miliki, tempati, dan kelola secara turun temurun berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.

309. (2) Wilayah Adat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bersifat komunal dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

310. Pasal 25

(68)

menentukan perencanaan, pengembangan, dan pemanfaatan secara berkelanjutan atas Wilayah Adatnya sesuai dengan kearifan lokal.

312. Paragraf 2

313. Hak Atas Sumber Daya Alam

314. Pasal 26

315. Masyarakat Hukum Adat berhakmengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang berada di Wilayah Adat sesuai dengan kearifan lokal.

316. Pasal 27

(69)

orang banyak, Negara dapat melakukan pengelolaan setelah melalui musyawarah dengan Masyarakat Hukum Adat untuk mencapai persetujuan bersama. 318. (2) Atas pengelolaan oleh negarasebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Masyarakat Hukum Adat berhak mendapatkan kompensasi.

319. (3) Kompensasidimaksud pada ayat (2) diberikansebagaimana dalam bentuk:

a. uang;

b. tanah pengganti;

c. permukiman kembali; d. kepemilikan saham; atau

e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

(70)

pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan kebutuhan prioritas Masyarakat Hukum Adat.

321. (5) Ketentuan mengenai bentuk dan

tata cara pemberian kompensasi bagi Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

322. Paragraf 3

323. Hak Atas Pembangunan

324. Pasal 28

325. Masyarakat Hukum Adat berhak

mendapat manfaat dari penyelenggaraan pembangunan nasional.

326. Pasal 29

327. (1) Masyarakat Hukum Adat berhak

(71)

dan Pemerintah Daerah di Wilayah Adatnya sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.

328. (2) Masyarakat Hukum Adat berhak

untuk mendapatkan informasi awal mengenai rencana pembangunan yang akan dilaksanakan di Wilayah Adat oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau pihak lain, yang akan berdampak pada keutuhan wilayah, kelestarian sumber daya alam, budaya, dan sistem pemerintahan adat.

329. (3) Masyarakat Hukum Adat berhak

(72)

bersama.

330. (4) Masyarakat Hukum Adat berhakmengusulkan pembangunan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhannya di Wilayah Adat yang bersangkutan, berdasarkan kesepakatan bersama.

331. Paragraf 4

332. Hak atas Spiritualitas dan Kebudayaan

333. Pasal 30

334. Masyarakat Hukum Adat berhak

menganut dan menjalankan sistem kepercayaan, upacara spiritual, dan ritual yang diwarisi dari leluhurnya.

335. Pasal 31

336. (1) Masyarakat Hukum Adat berhak

(73)

337. (2) Masyarakat Hukum Adat berhak untuk melindungi dan mengembangkan pengetahuan tradisional serta kekayaan intelektual yang dimiliki.

338. Paragraf 5

339. Hak atas Lingkungan Hidup

340. Pasal 32

341. (1) Masyarakat Hukum Adat berhak

atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

342. (2) Hak atas lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:

a. pengajuan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup;

(74)

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; dan

c. penerimaan keuntungan dari pemanfaatan pengetahuan tradisional terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup yang bernilai ekonomis.

343. Bagian Kedua

344. Kewajiban

345. Pasal 33

346. Masyarakat Hukum Adat wajib:

a. menjaga keutuhan Wilayah Adat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. mengembangkan dan

melestarikan budayanya sebagai bagian dari budaya Indonesia; c. bertoleransi antar-Masyarakat

(75)

d. memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup di Wilayah Adat;

e. mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam di Wilayah Adat secara berkelanjutan; f. bekerjasama dalam proses

indentifkasi dan verifkasi Masyarakat Hukum Adat;

g. menjaga dan tidak mengalihkan harta kekayaan Masyarakat Hukum Adat kepada pihak luar Masyarakat Hukum Adat;

h. menjaga keberlanjutan program dan hasil pembangunan nasional: dan

i. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

(76)

HUKUM ADAT

348. BAB VII BAB VI Masuk dalam ruang lingkup PELINDUNGAN HAK

MASYARAKAT ADAT bagian Pemberdayaan Masyarakat Adat

349. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

HUKUM ADAT

350. Pasal 36 Pasal 34

351. (1) Pemberdayaan Masyarakat Adat

dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan

masyarakat.

(1)Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

352. (2) Pemberdayaan Masyarakat Adat

dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan

masyarakat.

(2)Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan Masyarakat Hukum Adat.

353. (3)Pemberdayaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan

(77)

Hukum Adat.

354. Pasal 37 Pasal 35

355. (1) Pemberdayaan Masyarakat Adat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mencakup aspek kelembagaan, perluasan akses dan penyediaan fasilitas.

(1) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dilakukan melalui:

a. peningkatan kualitas sumber daya manusia;

b. pelestarian budaya tradisional; c. fasilitasi akses untuk

kepentingan Masyarakat Hukum Adat;

d. usaha produktif; dan e. kerjasama dan kemitraan.

356. (2) Pemberdayaan Masyarakat Adat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mencakup aspek kelembagaan, perluasan akses dan penyediaan fasilitas.

(2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa:

a. pendidikan;

b. kursus atau pelatihan; dan c. pendampingan.

357. (3) Pelestarian budaya tradisional

(78)

ayat (1) huruf b, berupa:

a. internalisasi adat istiadat dan tradisi kepada Masyarakat Hukum Adat;

b. penyelenggaraan festival budaya adat di tingkat nasional dan internasional; dan

c. pemberian penghargaan.

358. (4) Fasilitasi akses untuk

kepentingan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa:

a. akses pemasaran produk ke luar Wilayah Adat;

b. akses memperoleh informasi atas kebijakan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah; dan

c. akses dalam memperoleh pelayanan publik.

359. (5) Usaha produktif sebagaimana

(79)

a. membentuk dan

mengembangkan usaha agroindustri berdasarkan potensi sumber daya alam hayati;

b. membentuk koperasi atau unit usaha sesuai bidang usaha Masyarakat Hukum Adat; dan c. bantuan dana dan fasilitas

dalam koperasi atau unit usaha Masyarakat Hukum Adat.

360. (6) Kerjasama dan kemitraan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berupa:

a. memfasilitasi kerja sama antara Masyarakat Hukum Adat dan pihak lain;

b. mengembangkan pola kerja sama dan kemitraan yang saling menguntungkan; dan

(80)

361. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat diatur dalam Peraturan Pemerintah.

362.

363.KELEMBAGAAN

364. BAB IV Sudah tercakup ke dalam Bab III

(Pengakuan) dan Bab VIII (Tugas dan Wewenang)

BAB V

365. KELEMBAGAAN KELEMBAGAAN

366. Bagian Kesatu Bagian Kesatu

367. Umum Umum

368. Pasal 14 Pasal 30

369. Dalam rangka melaksanakan

pengakuan terhadap keberadaan dan hak Masyarakat adat, pemerintah membentuk Komisi Masyarakat Adat pada tingkat nasional dan Panitia Masyarakat Adat pada tingkat Provinsi

(81)

dan Kabupaten/Kota.

370. Bagian Kedua

371. Komisi Nasional Masyarakat Adat Bagian Kedua

372. Paragraf 1 Tugas dan Wewenang Pemerintah Pusat

373. Unsur Keanggotaan Pasal 31

374. Pasal 15 (1)Pemerintah Pusat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 mempunyai tugas:

375. (1) Pemerintah membentuk Komisi

Nasional Masyarakat Adat, paling lama 1 (satu) tahun setelah Undang-Undang ini diberlakukan. (2) Komisi Nasional Masyarakat Adat

sebagaimana disebut dalam ayat (1) bersifat permanen dan independen yang berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

(82)

Masyarakat Adat berjumlah 9 (sembilan) orang yang mewakili unsur pemerintah, akademisi, Masyarakat Adat, perempuan dan organisasi masyarakat sipil.

(4) Dalam rangka pemenuhan affirmative action, maka jumlah perwakilan Masyarakat Adat didalam Komisi Nasional Masyarakat Adat adalah 3 (tiga) orang dengan, dan selebihnya masing-masing 2 (dua) orang. (5) Dalam pembentukan Komisi

Nasional Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud ayat (1), Pemerintah harus memperhatikan keterwakilan perempuan adat.

376. Paragraf 2 b. melakukan inventarisasi terhadap

Hak Masyarakat Adat yang ada;

377. Tugas c. menyusun rencana tata ruang

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam penelitian ini disimpulkan bahwa, perjalanan haji ke Puncak Bawa Karaeng adalah bentuk artikulasi dari jemaat Haji Bawa Karaeng, yang

rendah (ketinggian bangunan sampai dengan 12 meter) di lokasi sesuai dengan fungsi jalan lokal/lingkungan, Pelaku pembangunan wajib menyediakan lahan pada lahan

Berdasarkan nilai IDR gula kristal putih yang disajikan pada Tabel 4, terlihat bahwa Indonesia memiliki ketergantungan impor gula jenis gula kristal putih. Pada

Biaya Produksi meruPakan biaYa keseluruhan baik biaya tetap maupun biaya variabel, yang dikeluarkan oleh petani dalam mengusahakan usahatani padi lebak untuk.

Kotler dan Keller (2012: 150) mendeskripsikan kepuasan pelanggan merupakan perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang

Untuk menangani permasalahan terkait rumah tidak layak huni yang dimiliki oleh kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), pemerintah kota Bandung menjalankan

FD sebesar 13,76%, Untuk indikator (3) yaitu menerapkan strategi menyelesaikan masalah matematis dan menyelesaikan sesuai dengan rencana penyelesaian masalah yang

Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit adalah pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan RSUN, dengan kata lain Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah sebagian atau seluruh