348. BAB VII BAB VI Masuk dalam ruang lingkup PELINDUNGAN HAK
MASYARAKAT ADAT bagian Pemberdayaan Masyarakat Adat
349. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
HUKUM ADAT
350. Pasal 36 Pasal 34
351. (1) Pemberdayaan Masyarakat Adat
dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.
(1)Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
352. (2) Pemberdayaan Masyarakat Adat
dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.
(2)Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan Masyarakat Hukum Adat.
353. (3)Pemberdayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan
memperhatikan kearifan lokal dan adat istiadat Masyarakat
Hukum Adat.
354. Pasal 37 Pasal 35
355. (1) Pemberdayaan Masyarakat Adat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mencakup aspek kelembagaan, perluasan akses dan penyediaan fasilitas.
(1) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dilakukan melalui:
a. peningkatan kualitas sumber daya manusia;
b. pelestarian budaya tradisional; c. fasilitasi akses untuk
kepentingan Masyarakat Hukum Adat;
d. usaha produktif; dan e. kerjasama dan kemitraan.
356. (2) Pemberdayaan Masyarakat Adat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mencakup aspek kelembagaan, perluasan akses dan penyediaan fasilitas.
(2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa:
a. pendidikan;
b. kursus atau pelatihan; dan c. pendampingan.
357. (3) Pelestarian budaya tradisional
ayat (1) huruf b, berupa:
a. internalisasi adat istiadat dan tradisi kepada Masyarakat Hukum Adat;
b. penyelenggaraan festival budaya adat di tingkat nasional dan internasional; dan
c. pemberian penghargaan.
358. (4) Fasilitasi akses untuk
kepentingan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa:
a. akses pemasaran produk ke luar Wilayah Adat;
b. akses memperoleh informasi atas kebijakan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah; dan
c. akses dalam memperoleh pelayanan publik.
359. (5) Usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa:
a. membentuk dan
mengembangkan usaha agroindustri berdasarkan potensi sumber daya alam hayati;
b. membentuk koperasi atau unit usaha sesuai bidang usaha Masyarakat Hukum Adat; dan c. bantuan dana dan fasilitas
dalam koperasi atau unit usaha Masyarakat Hukum Adat.
360. (6) Kerjasama dan kemitraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berupa:
a. memfasilitasi kerja sama antara Masyarakat Hukum Adat dan pihak lain;
b. mengembangkan pola kerja sama dan kemitraan yang saling menguntungkan; dan
c. menempatkan Masyarakat Hukum Adat sebagai mitra yang setara.
361. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat diatur dalam Peraturan Pemerintah.
362.
363.KELEMBAGAAN
364. BAB IV Sudah tercakup ke dalam Bab III
(Pengakuan) dan Bab VIII (Tugas dan Wewenang)
BAB V
365. KELEMBAGAAN KELEMBAGAAN
366. Bagian Kesatu Bagian Kesatu
367. Umum Umum
368. Pasal 14 Pasal 30
369. Dalam rangka melaksanakan
pengakuan terhadap keberadaan dan hak Masyarakat adat, pemerintah membentuk Komisi Masyarakat Adat pada tingkat nasional dan Panitia Masyarakat Adat pada tingkat Provinsi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya menyelenggarakan Pelindungan Hak Masyarakat Adat.
dan Kabupaten/Kota.
370. Bagian Kedua
371. Komisi Nasional Masyarakat Adat Bagian Kedua
372. Paragraf 1 Tugas dan Wewenang Pemerintah Pusat
373. Unsur Keanggotaan Pasal 31
374. Pasal 15 (1)Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 mempunyai tugas:
375. (1) Pemerintah membentuk Komisi
Nasional Masyarakat Adat, paling lama 1 (satu) tahun setelah Undang-Undang ini diberlakukan. (2) Komisi Nasional Masyarakat Adat
sebagaimana disebut dalam ayat (1) bersifat permanen dan independen yang berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
a. menyusun dan mengoordinasikan kebijakan nasional terkait Pelindungan Hak Masyarakat Adat;
Masyarakat Adat berjumlah 9 (sembilan) orang yang mewakili unsur pemerintah, akademisi, Masyarakat Adat, perempuan dan organisasi masyarakat sipil.
(4) Dalam rangka pemenuhan affirmative action, maka jumlah perwakilan Masyarakat Adat didalam Komisi Nasional Masyarakat Adat adalah 3 (tiga) orang dengan, dan selebihnya masing-masing 2 (dua) orang. (5) Dalam pembentukan Komisi
Nasional Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud ayat (1), Pemerintah harus memperhatikan keterwakilan perempuan adat.
376. Paragraf 2 b. melakukan inventarisasi terhadap
Hak Masyarakat Adat yang ada;
377. Tugas c. menyusun rencana tata ruang
pencadangan dan/atau pendaftaran Wilayah Adat dan Tanah Adat; dan
378. Pasal 16 d. menginformasikan Hak Masyarakat
Adat kepada para pemangku kepentingan yang ada.
379. e. memberikan bantuan hukum kepada
Masyarakat Adat dalam
menyelenggarakan haknya.
380. Komisi Nasional Masyarakat Adat
bertugas:
(2)Pemerintah Pusat dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
381. a. Melakukan verifkasi terhadap
keberadaan dan hak-hak
Masyarakat Adat yang anggota dan atau wilayahnya berada di 2 (dua) atau lebih Provinsi.
b. Melakukan pengkajian dan pemantauan terhadap situasi Masyarakat Adat, pelaksanaan kebijakan dan pembangunan, dan pelanggaran terhadap hak
a. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan terkait Pengakuan dan Pelindungan Hak Masyarakat Adat;
masyarakat adat;
c. Melakukan penyelarasan program pembangunan yang terkait dengan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat adat.
d. Menyelenggarakan konsultasi dan mengusulkan perubahan kebijakan atau pembentukan kebijakan baru kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam rangka penetapan Rencana Pembangunan Daerah dan
Penetapan Tata Ruang
Wilayah/Daerah.
e. Menerima pengaduan dan penyelidikan terhadap pelanggaran hak-hak Masyarakat Adat;
f. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan para pihak
dalam rangka melakukan
penyelidikan terhadap pelanggaran hak Masyarakat Adat;
g. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan perundang- undangan baik di tingkat nasional maupun daerah;
h. Melakukan mediasi konflik yang melibatkan Masyarakat Adat;
i. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan para pihak dalam rangka melakukan mediasi konflik, dan penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu yang melibatkan Masyarakat Adat; dan j. Melakukan kerjasama dengan
organisasi, kelompok masyarakat baik nasional maupun internasional dalam rangka pemajuan dan pemenuhan hak-hak Masyarakat Adat.
382. Paragraf 3 b. mendaftarkan Hak Masyarakat Adat
yang ada sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini;
383. Syarat-syarat Keanggotaan c. menetapkan rencana tata ruang
wilayah nasional terkait
pencadangan dan/atau pendaftaran Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan Hak Masyarakat Adat atas tanah; dan
384. Pasal 17 d. menetapkan kebijakan terkait
penyelenggaraan sistem informasi Hak Masyarakat Adat.
385. (1) Syarat-syarat menjadi anggota
Komisi Nasional Masyarakat Adat adalah:
a. Warga negara Indonesia; b. Memiliki integritas dan tidak
tercela;
c. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana 5 (lima) tahun atau lebih;
pemahaman tentang Masyarakat Adat dan hak- haknya;
e. Bukan anggota partai politik atau anggota TNI/POLRI f. Bersedia mengundurkan diri
sebagai pegawai atau pejabat lembaga negara atau pemerintah apabila diangkat menjadi anggota Komisi Nasional Masyarakat Adat. g. Bersedia bekerja penuh
waktu.
h. Berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun; dan i. Sehat jiwa dan raga.
386. (2) Anggota yang mewakili unsur
Masyarakat adat dikecualikan dari syarat huruf (d), (e), dan (f).
(3) Anggota yang mewakili unsur Masyarakat Adat diusulkan oleh
Masyarakat Adat dan organisasi Masyarakat Adat.
(4) Seleksi calon anggota Komisi nasional Masyarakat Adat dilaksanakan oleh Pemerintah secara terbuka, jujur dan objektif. (5) Daftar calon anggota Komisi
Nasional Masyarakat Adat wajib diumumkan kepada masyarakat. (6) Setiap orang berhak mengajukan
keberatan terhadap calon anggota Komisi Nasional Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan disertai alasan.
387. Paragraf 4 (1)Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 menugaskan dan memberikan kewenangannya kepada menteri koordinator untuk
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Pelindungan Hak Masyarakat Adat.
388. Pengangkatan (2)Menteri koordinator sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
mengoordinasikan seluruh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pelindungan Hak Masyarakat Adat.
389. Pasal 18
390. (1) Presiden mengusulkan 17 (tujuh belas) orang calon anggota Komisi Nasional Masyarakat Adat kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang telah lolos dari tahapan-tahapan seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memilih anggota Komisi Nasional Masyarakat Adat melalui uji kepatutan dan kelayakan.
Masyarakat Adat yang telah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia selanjutnya ditetapkan dan dilantik oleh Presiden.
391. Pasal 19 Bagian Ketiga
392. Anggota Komisi Nasional Masyarakat Adat diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu periode berikutnya.
Paragraf 5
Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi
393. Pemberhentian
394. Pasal 20 Pasal 33
395. (1) Anggota Komisi Nasional
Masyarakat Adat berhenti atau diberhentikan karena:
a. Meninggal dunia;
b. Telah habis masa jabatannya; c. Mengundurkan diri;
(1) Pemerintah Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 mempunyai tugas:
d. Dipidana dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dengan ancaman pidana paling singkat 5 (lima) tahun penjara; e. Sakit jiwa dan raga dan/atau
sebab lain yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugas 1(satu) tahun berturut-turut; atau
f. Melakukan tindakan tercela dan/ atau melanggar kode etik, yang putusannya ditetapkan oleh Komisi Nasional Masyarakat Adat.
396. (2) Pemberhentian anggota Komisi
Nasional Masyarakat Adat
dilakukan dengan
mempertimbangkan rekomendasi Komisi Nasional Masyarakat Adat.
a. menyusun dan mengoordinasikan kebijakan daerah provinsi terkait Pelindungan Hak Masyarakat Adat;
Nasional Masyarakat Adat
dilakukan dengan
mempertimbangkan rekomendasi Komisi Nasional Masyarakat Adat.
Hak Masyarakat Adat yang ada di daerah provinsinya;
398. Paragraf 6 c. menyusun rencana tata ruang wilayah
provinsi terkait pencadangan
dan/atau pendaftaran Hak
Ulayat/Hak Wilayah Adat dan Hak Masyarakat Adat Atas Tanah yang ada di daerah provinsinya; dan
399. Pergantian antar waktu d. menginformasikan Hak Masyarakat
Adat kepada para pemangku kepentingan yang ada di daerah provinsinya.
400. Pasal 21 (2) Pemerintah Daerah provinsi dalam
menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
401. (1)Pergantian antar waktu anggota
Komisi Nasional Masyarakat Adat dilakukan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan pimpinan
a. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan daerah provinsi terkait Pelindungan Hak Masyarakat Adat;
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
402. (2)Pergantian antar waktu anggota
Komisi Nasional Masyarakat Adat dilakukan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
b. mendaftarkan Hak Masyarakat Adat yang ada di daerah provinsinya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini;
403. Paragraf 7 c. menetapkan rencana tata ruang
wilayah provinsi terkait pencadangan dan/atau pendaftaran Wilayah Adat dan Tanah Adat; dan
404. Pertanggungjawaban d. menetapkan kebijakan daerah
provinsi terkait penyelenggaraan sistem informasi Hak Masyarakat Adat yang ada di daerah provinsinya. 405.
406. Pasal 34
407. (1)Pemerintah Daerah provinsi dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
perangkat daerah provinsi yang menangani urusan pemerintahan di bidang Pelindungan Hak Masyarakat Adat.
408. (2)Dalam hal Pemerintah Daerah tidak
membentuk satuan organisasi perangkat daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tugas dan wewenang
Pemerintah Daerah provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 diselengarakan oleh satuan organisasi perangkat daerah provinsi yang menangani urusan pemerintahan di bidang kesejahteraan rakyat.
409. (3)Satuan organisasi perangkat daerah
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengoordinasikan seluruh satuan organisasi perangkat daerah
provinsi yang ada dalam
menyelenggarakan Pelindungan Hak Masyarakat Adat.
411. Bagian Keempat
412. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
413. Pasal 22
414. (1)Komisi Nasional Masyarakat Adat bertanggung jawab kepada Presiden dan menyampaikan laporan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Pasal 35
415. Ketentuan mengenai tugas dan wewenang
Pemerintah Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34 berlaku secara mutatis mutandis terhadap tugas dan wewenang Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan Pelindungan Hak Masyarakat Adat di
daerahnya. 416. (2)Komisi Nasional Masyarakat Adat
bertanggung jawab kepada Presiden dan menyampaikan laporan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
417. Bagian Ketiga Bagian Kelima
418. Panitia Masyarakat Adat Sistem Informasi
419. Paragraf 1
420. Keanggotaan
421. Pasal 23 Pasal 36
422. (1) Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota membentuk
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan tugas
Panitia Masyarakat Adat paling lama 1 (satu) tahun setelah Undang-Undang ini diberlakukan. (2) Panitia Masyarakat Adat bersifat
sementara dan independen yang berkedudukan di masing-masing Ibu Kota Provinsi atau Ibu Kota Kabupaten/Kota.
(3) Anggota Panitia Masyarakat Adat Provinsi berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri unsur pemerintah, akademisi, Masyarakat Adat, perempuan adat, dan masyarakat sipil.
(4) Anggota Panitia Masyarakat Adat Kabupaten/Kota berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri dari unsur pemerintah, akademisi, Masyarakat Adat, perempuan adat, dan masyarakat sipil.
dan kewenangannya membentuk dan mengembangkan sistem informasi terpadu mengenai Masyarakat Adat.
dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:
424. Panitia Masyarakat Adat bertugas:
a. Memberikan bantuan tehnis kepada Masyarakat Adat yang sedang melakukan identifkasi keberadaan dan hak.
b. Melakukan identifkasi keberadaan Masyarakat Adat dan hak-haknya yang tidak melakukan identifkasi sendiri.
c. Panitia Masyarakat Adat Provinsi melakukan verifkasi Masyarakat Adat yang anggota dan atau wilayahnya berada di 2 (dua) atau lebih Kabupaten/Kota.
d. Panitia Masyarakat Adat
Kabupaten/Kota melakukan
verifkasi Masyarakat Adat yang anggota dan atau wilayahnya berada dalam satu wilayah
a. memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat;
Kabupaten/Kota.
425. Paragraf 2 b. dasar penetapan dan pelaksanaan
kebijakan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota; dan
426. Pengangkatan dan Pemberhentian c. mendukung penyelenggaraan
Pengakuan dan Pelindungan Hak Masyarakat Adat.
427. Pasal 25 (3) Sistem informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berisi:
428. (1) Syarat-syarat anggota Panitia
Masyarakat Adat adalah: a.Warga negara Indonesia;
b.Memiliki integritas dan tidak tercela;
c. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana 5 (lima) tahun atau lebih;
d.Memiliki pengetahuan dan
a. data dan informasi mengenai Hak Masyarakat Adat;
pemahaman tentang Masyarakat Adat dan hak-haknya;
e. Bukan anggota partai politik dan anggota TNI/POLRI;
f. Bersedia mengundurkan diri sebagai pegawai atau pejabat lembaga negara atau pemerintah apabila diangkat menjadi anggota Komisi Nasional Masyarakat Adat;
g. Bersedia bekerja penuh waktu; h.Berusia paling rendah 35 (tiga
puluh lima) tahun; dan i. Sehat jiwa dan raga.
429. (2) Anggota yang mewakili unsur
Masyarakat Adat dikecualikan dari syarat huruf (f) dan huruf (g) dalam ayat (1);
(3) Anggota yang mewakili unsur Masyarakat Adat diusulkan oleh Masyarakat Adat atau organisasi
b. program Pelindungan Hak Masyarakat Adat;
Masyarakat Adat;
(4) Seleksi calon anggota Panitia Masyarakat Adat dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota secara terbuka, jujur dan objektif; (5) Daftar calon anggota Panitia
Masyarakat Adat wajib
diumumkan kepada masyarakat.
430. Paragraf 3 c. hasil pengawasan terhadap
pelaksanaan Pelindungan Hak Masyarakat Adat; dan
431. Pengangkatan d. evaluasi terhadap hasil
Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat.
432. Pasal 26 (4) Sistem informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikelola secara transparan dan akuntabel yang mudah diakses oleh para pemangku kepentingan yang ada.
ditetapkan oleh Gubernur.
(2) Panitia Masyarakat Adat Kabuaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informasi.
434. Paragraf 4
435. Pertanggungjawaban
436. Pasal 27
437. (1) Panitia Masyarakat Adat Provinsi bertanggung jawab kepada Gubernur.
(2) Panitia Masyarakat Adat Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.
438. (3)
439.
440.SISTEM INFORMASI Masuk dalam ruang lingkup KELEMBAGAAN
441. Bab XI BAB VII
442. PUSAT DATA DAN INFORMASI SISTEM INFORMASI
443. Pasal 44 Pasal 36
444. (1) Pemerintah wajib melakukan
pendokumentasian dan
pemutakhiran data dan informasi sosial ekonomi, wilayah, dan data- data lain yang relevan mengenai profl masyarakat adat.
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membentuk dan mengembangkan sistem informasi terpadu mengenai Masyarakat Hukum Adat.
445. (2) Pemutakhiran data dan informasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sekurang- kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat;
b. dasar pengambilan dan implementasi kebijakan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan
c. mendukung penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat.
446. (3) Wali data dan informasi
masyarakat adat menjadi tanggung jawab Komisi Nasional Masyarakat Adat.
(3) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi:
a. data dan informasi mengenai Masyarakat Hukum Adat;
b. program Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat;
c. hasil pengawasan terhadap pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat; dan d. evaluasi terhadap hasil
Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat.
447. (4) Pemutakhiran data dan informasi masyarakat adat terintegrasi sebagai bagian dalam data dan informasi resmi reguler Badan Pusat Statistik Nasional maupun Provinsi
(4) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola secara akuntabel dan sistematis serta mudah diakses.
448. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi diatur dengan Peraturan Menteri.
449. TATA CARA PENDAFTARAN MASYARAKAT ADAT
450. BAB V Sebagaimana dimaksudkan BAB III Langsung diatur dalam bagian pengakuan hak.
451. TATA CARA PENDAFTARAN
MASYARAKAT ADAT
452. Pasal 28
453. (1) Masyarakat Adat yang berada
dalam satu wilayah
Kabupaten/Kota melakukan identifkasi keberadaan dirinya dan menyampaikan laporan hasil identifkasi kepada Panitia
Masyarakat Adat
Kabupaten/Kota.
dua atau lebih Kabupaten/Kota melakukan identifkasi keberadaan dirinya dan menyampaikan laporan hasil identifkasi kepada Panitia Masyarakat Adat Provinsi. (3) Masyarakat Adat yang berada di
dua atau lebih Provinsi melakukan identifkasi keberadaan dirinya dan menyampaikan laporan hasil identifkasi kepada Komisi Nasional Masyarakat Adat.
454. Pasal 29
455. Laporan hasil identifkasi
sebagaimana disebutkan pada pasal 29 sekurang-kurangnya memuat data dan informasi mengenai:
a) Identitas Budaya, dan b) Wilayah adat.
456. Pasal 30
457. (1) Panitia Masyarakat Adat
Komisi Nasional Masyarakat Adat melakukan verifkasi terhadap laporan hasil identifkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30.
(2) Dalam melaksanakan Verifkasi, Panitia atau Komisi Masyarakat Adat dapat meminta pemohon untuk melengkapi informasi yang diperlukan.
(3) Panitia Masyarakat Adat
Kabupaten/Kota, Panitia
Masyarakat Adat Provinsi dan Komisi Nasional Masyarakat Adat mengumumkan hasil laporan verifkasi dan menyampaikannya kepada Masyarakat Adat yang bersangkutan selambat-lambatnya 60 (enampuluh) hari kerja sejak laporan hasil identifkasi diterima. (4) Apabila Panitia Masyarakat Adat
Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Adat Provinsi dan Komisi Nasional Masyarakat Adat tidak melaksanakan verifkasi sesuai ketentuan batas waktu yang ditentukan pada ayat (2), maka verifkasi dianggap sudah dilakukan.
458. Pasal 31
459. (1) Pemohon yang tidak menerima
hasil pengumuman verifkasi Panitia Masyarakat Adat Kabupaten/Kota dan Provinsi, dapat mengajukan keberatan
kepada Komisi Nasional
Masyarakat Adat.
(2) Komisi Nasional Masyarakat Adat membentuk Tim Independen untuk memproses keberatan yang diajukan oleh pemohon karena
pengumuman verifkasi Komisi Nasional Masyarakat Adat.
460. Pasal 32
461. (1) Panitia Masyarakat Adat
Kabupaten/Kota, Panitia
Masyarakat Adat Provinsi dan Komisi Nasional Masyarakat Adat memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan selama 30 (tigapuluh) hari kerja terhitung sejak laporan hasil verifkasi diumumkan.
(2) Panitia Masyarakat Adat
Kabupaten/Kota, Panitia
Masyarakat Adat Provinsi dan Komisi Nasional Masyarakat Adat melakukan pemeriksaan terhadap pengajuan keberatan yang disampaikan oleh pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Pengajuan keberatan disampaikan secara tertulis kepada Panitia Masyarakat Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Adat Provinsi atau Komisi Nasional Masyarakat
adat sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
462. Pasal 33
463. (1) Komisi Nasional Masyarakat Adat mengajukan hasil verifkasi Masyarakat Adat kepada Presiden untuk ditetapkan.
(2) Panitia Masyarakat Adat Provinsi mengajukan hasil verifkasi Masyarakat Adat kepada Gubernur untuk ditetapkan.
(3) Panitia Masyarakat Adat Kabupaten/Kota mengajukan hasil verifkasi Masyarakat Adat kepada Bupati/Walikota untuk ditetapkan.
Bupati/Walikota harus menetapkan masyarakat adat selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya laporan hasil verifkasi. (5) Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), masyarakat adat belum ditetapkan, maka masyarakat adat dapat
mengajukan permohonan
penetapan sebagai masyarakat adat kepada pengadilan negeri setempat. 464. TUGAS DAN
WEWENANG
465. BAB VIII BAB VIII Masuk dalam ruang lingkup KELEMBAGAAN
466. TUGAS DAN WEWENANG
PEMERINTAH
TUGAS DAN WEWENANG
468. Tugas Pemerintah Pusat
469. Pasal 38 Pasal 37
470. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
bertugas:
a. Membuat kebijakan-kebijakan yang bertujuan memenuhi, melindungi dan menghormati hak asasi manusia Masyarakat Adat dalam kedudukannya sebagai warga negara;
b. Mengembangkan dan
melaksanakan program
pemberdayaan Masyarakat Adat
dengan mempertimbangkan
kearifan lokal;
c. Menyediakan sarana dan
prasarana yang diperlukan Masyarakat Adat;
d. Menyediakan informasi dan melakukan konsultasi program
Pemerintah Pusat mempunyai tugas: a. menyusun kebijakan Pemberdayaan
Masyarakat Hukum Adat;
b. menyusun kebijakan sosialisasi pembangunan nasional kepada Masyarakat Adat;
c. membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat;
d. menetapkan Masyarakat Hukum Adat yang memenuhi persyaratan dan melalui tahapan yang ditentukan dalam undang-undang ini;
e. menyusun rencana tata ruang wilayah terkait penetapan Wilayah Adat;
f. memetakan dan mengadministrasi Wilayah Adat; dan
g. menyusun kebijakan pelindungan karya seni, budaya, dan
pembangunan kepada Masyarakat Adat;
e. Memfasilitasi dan mendampingi Masyarakat Adat dalam pembuatan peta partisipatif wilayah adat;
f. Memfasilitasi dan melakukan mediasi penyelesaian konflik antar Masyarakat Adat;
g. Mengintegrasikan wilayah adat ke dalam kebijakan tata ruang ditingkat nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota; dan
h. Mempromosikan nilai-nilai kearifan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Adat.
pengetahuan tradisional Masyarakat Hukum Adat.
471. Pasal 39 Pasal 38
472. a. Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib mendaftarkan Masyarakat Adat yang sudah ditetapkan ke Administrasi Hukum
Untuk menjalankan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Pemerintah Pusat berwenang: dalam Pasal
HAM untuk dicatat sebagai badan hukum.
b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mendaftar dan mengesahkan peta wilayah adat ke dalam peta resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Kementerian Agraria Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
c. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mendaftar agama asli Masyarakat Adat kepada Kementerian Agama.
d. Pemerintah wajib mencatatkan dan mengesahkan perkawinan yang dilakukan berdasarkan Hukum Adat, beserta anak-anak yang lahir dari perkawinan kedalam sistem administrasi kependudukan.
berwenang:menetapkan kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat; a. menetapkan kebijakan sosialisasi
pembangunan nasional kepada Masyarakat Hukum Adat;
b. menetapkan rencana tata ruang wilayah nasional;
c. menetapkan kebijakan pembinaan Masyarakat Adat;