• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAT/ULAYAT/TAN AH ADAT

Dalam dokumen Matriks Persandingan 3 versi RUU tentang (Halaman 35-63)

144. Tercakup dalam Bab Pengakuan

Hak

Tercakup dalam Bab Pengakuan Hak Bagian Kelima

Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan Hak Atas Tanah

145.

146. Paragraf 1

Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat

147. Pasal 13 Pasal 13 Pasal 14

kegiatan pemeriksaan lapangan oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat atas kelengkapan dan kebenaran data dan informasi hasil identifkasi.

Ulayat/Hak Wilayah Adat.

(2) Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak untuk mengatur, mengelola, memanfaatkan, dan mengawasi pemanfaatan Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat bagi anggota Masyarakat Adat dan/atau untuk kepentingan Masyarakat Adat.

(3) Penyelenggaraan Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh pemimpin dan/atau Lembaga Adat menurut Hukum Adat.

149. a. Melindungi keutuhan wilayah adat

dan pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat adat. b. Berpartisipasi dalam setiap proses

pembangunan yang telah

mendapatkan persetujuan

c. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budayanya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.

d. Melaksanakan toleransi antar Masyarakat Adat.

e. Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Memastikan pelibatan Perempuan, Anak, Pemuda, Lanjut Usia, Disabilitas dan kelompok rentan lainnya dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut wilayah adat.

g. Berpartisipasi dalam penyelesaian masalah yang terjadi di dalam wilayah adat.

h. Bekerja sama dalam kegiatan identifkasi dan verifkasi Masyarakat Adat; dan

sumberdaya alam di wilayah adatnya secara berkelanjutan.

150. Pasal 14 Pasal 15

151. (1) Panitia Masyarakat Hukum Adat

kabupaten/kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, dan Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat melakukan verifkasi terhadap hasil identifkasi oleh Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3).

(1)Pemerintah Pusat menyelenggarakan pendaftaran Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 bagi Masyarakat Adat.

152. (2) Dalam melakukan verifkasi, Panitia

Masyarakat Hukum Adat kabupaten/ kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, atau Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat dapat meminta Masyarakat Hukum Adat untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan.

(2)Pemerintah Pusat melakukan

inventarisasi dan verifkasi dalam rangka pendaftaran Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat.

153. (3) Panitia Masyarakat Hukum Adat

kabupaten/kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, dan Panitia

(3) Masyarakat Adat dapat mendaftarkan wilayah adatnya kepada instansi Pemerintah Pusat yang mengurus urusan

Masyarakat Hukum Adat pusat melakukan verifkasi paling lambat 60 (enampuluh) hari kerja sejak hasil identifkasi diterima.

pendaftaran pertanahan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

154. (4) Hasil verifkasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) diumumkan kepada masyarakat paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak verifkasi selesai dilakukan.

(4) instansi Pemerintah Pusat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) melakukan verifkasi lapangan untuk menentukan keabsahan klaim yang diajukan.

155. (5) Panitia Masyarakat Hukum Adat

mengumumkan hasil verifkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) di kantor desa/kelurahan setempat.

(5)Penentuan keabsahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat didasarkan pada pedoman verifkasi sistem penguasaan Hak Ulayat/Wilayah Adat yang telah ditetapkan dengan peraturan

gubernur atau peraturan

bupati/walikota.

156. (6) Pengumuman hasil verifkasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlangsung selama 60 (enam puluh) hari.

158. Hak Atas Tanah

159. Pasal 15 Pasal 16

160. (1)Selama masa pengumuman hasil

verifkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (6), masyarakat dapat mengajukan keberatan.

(1)Hak atas tanah meliputi:

161. (1)Keberatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, atau Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat.

a. tanah milik bersama; dan

162. (2)Terhadap keberatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), panitia Masyarakat Hukum Adat melakukan verifkasi ulang.

163. (2) Verifkasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 30 (tigapuluh) hari kerja sejak mengajukan keberatan.

(2)Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didaftarkan berdasarkan peraturan perundang- undangan.

164. (3) Pendaftaran tanah adat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh instansi Pemerintah Pusat yang menyelenggarakan urusan pertanahan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

165. (4) Dalam melakukan verifkasi lapangan,

Instansi Pemerintah Pusat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pelaksanaan pendaftaran yang memuat informasi tentang sistem penguasaan tanah bersama menurut Adat Istiadat di daerah yang bersangkutan.

166.

167. Paragraf 3

Penggunaan dan Pemanfaatan

168. Pasal 16 Pasal 17

169. Apabila sampai dengan batas waktu

yang telah ditentukan tidak terdapat pihak yang berkeberatan terhadap hasil verifkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (6), panitia Masyarakat Hukum Adat melakukan validasi.

(1) Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah dapat dimanfaatkan oleh Pihak Lain melalui pemberian hak sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Pemberian hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai kepada pihak ketiga di wilayah Masyarakat Adat dilakukan dengan syarat kegiatan usaha yang akan dilakukan mendukung kepentingan Masyarakat Adat, memelihara lingkungan hidup, dan pemberiannya dilakukan setelah memperoleh persetujuan tertulis dari Masyarakat Adat yang bersangkutan. (3) Dalam hal hak atas tanah sebagaimana

hapus karena sebab tertentu, maka:

a. tanahnya kembali dalam penguasaan Masyarakat Adat yang bersangkutan; atau

b. tanahnya kembali dalam penguasaan negara jika Masyarakat Adat yang bersangkutan sudah tidak ada lagi. (4) Persetujuan tertulis sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai rekomendasi untuk mengajukan permohonan hak atas tanah kepada instansi yang berwenang.

170. Pasal 17 Pasal 18

171. Hasil verifkasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 dan hasil verifkasi ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) dituangkan dalam berita acara verifkasi.

(1) Dalam menetapkan fungsi ruang, Pemerintah dan Pemerintah Daerah memperhatikan Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah Masyarakat Adat.

(2) Hak Masyarakat Adat atas Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah tidak mengubah fungsi ruang yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

(3) Penyelenggaraan Hak Masyarakat Adat atas Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dalam peraturan perundang-undangan.

172.

173. Bagian Kelima Bagian Keenam

174. Validasi Hak Atas Kekayaan Intelektual Tradisional

175. Pasal 18 Pasal 19

176. (1) Validasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 huruf c merupakan kegiatan pemeriksaan administrasi atas keabsahan hasil verifkasi oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat.

(1) Masyarakat Adat berhak mendapatkan pengakuan Hak Kekayaaan Intelektual Tradisional yang dimilikinya.

177. (2) Validasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling lambat 15 (lima belas) hari kerja.

(2) Kekayaaan Intelektual Tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

178. (3) Hasil validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara validasi.

a.pengetahuan tradiosional;

179. (4) Panitia Masyarakat Hukum Adat

menyampaikan laporan hasil validasi kepada Menteri untuk ditetapkan sebagai Masyarakat Hukum Adat.

b. ekspresi budaya tradisional;

180. c.indikasi geografs; dan

181. d. varietas lokal.

182.

183. Bagian Keenam

184. Penetapan

185. Pasal 19 Pasal 20

186. Menteri menetapkan Masyarakat Hukum

Masyarakat Hukum Adat dalam bentuk

Keputusan Menteri. inventarisasi dan penetapan HakKekayaaan Intelektual Tradisional yang dimiliki oleh Masyarakat Adat.

(2) Inventarisasi dan penetapan Hak Kekayaaan Intelektual Tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

187.

188. Tercakup dalam Bab Pengakuan

Hak

Tercakup dalam Bab Pengakuan Hak Bagian Ketujuh Hak Atas Spiritualitas

189. Pasal 21

190. (1)Masyarakat Adat berhak mendapatkan

Pengakuan dalam menjalankan

spiritualitasnya.

(2)Hak Masyarakat Adat dalam menjalankan spiritualitasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. beribadah sesuai dengan

b. mendirikan dan memelihara tempat ibadah;

c. membangun dan memelihara lembaga amal atau kemanusiaan sesuai dengan spiritualitasnya;

d. membuat, memperoleh, dan menggunakan literatur yang berkaitan dengan ritual atau kebiasaan spiritualitasnya;

e. mengajarkan spiritualitas kepada pemeluknya sesuai dengan tujuannya; f. meminta dan menerima sumbangan fnansial dan kontribusi sukarela dari perorangan dan institusi;

g. melatih, menunjuk, atau memilih pemimpin spiritualitas sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam spiritualitasnya; dan

h. memiliki hari libur dalam rangka

menyelenggarakan upacara

spiritualitasnya.

(3) Ketentuan mengenai pendirian tempat ibadah dan penetapan hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf h dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(4) Spiritualitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan identitas Masyarakat Adat.

(5) Identitas Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dicatatkan dalam penyelenggaraan sistem administrasi kependudukan dan pelayanan publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

191.

192. Tercakup dalam Bab Pengakuan

Hak Tercakup dalam Bab Pengakuan Hak

Bagian Kedelapan

Hak Atas Pendidikan Layanan Khusus Masyarakat Adat

193. Pasal 22

194. (1) Masyarakat Adat berhak mendapatkan

Pendidikan Layanan Khusus sesuai dengan Adat Istiadat yang dikenal oleh Masyarakat Adat yang bersangkutan. (2) Pendidikan Layanan Khusus bagi

Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyediakan akses pendidikan bagi peserta didik agar haknya untuk memperoleh pendidikan terpenuhi.

(3) Pendidikan Layanan Khusus bagi Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. menanamkan identitas budaya;

b. menanamkan keseimbangan hidup antara manusia dan alam;

c. membangun kolektivitas dan komunitas sosial budaya dalam Masyarakat Adat;

e. memajukan budaya yang dianut oleh Masyarakat Adat sesuai dengan perkembangan kebudayaan nasional; dan

f. membangun kecerdasan sosial dan emosional bagi anak-anak Masyarakat Adat.

195.

196. Pasal 23

197. (1) Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus

bagi Masyarakat Adat paling sedikit mencakup 4 (empat) materi dasar meliputi:

a. literasi dasar;

b. potensi dan masalah

budaya;

c. pendidikan

kewarganegaraan; dan

d. pengorganisasian

(2) Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus bagi Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam kurikulum pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan/atau pendidikan informal di tempat Masyarakat Adat.

198.

199. Pasal 24

200. (1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan Pendidikan Layanan Khusus bagi Masyarakat Adat.

(2) Ketentuan mengenai penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus bagi Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri yang yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

202.EVALUASI

203. Tidak diatur BAB III Masuk dalam ruang lingkup KELEMBAGAANBagian Sistem Informasi

204. EVALUASI

205. Pasal 20

206. (1) Pemerintah Daerah atau Pemerintah

Pusat dapat melakukan evaluasi terhadap Pengakuan Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan dengan keputusan Menteri.

207. (2) Panitia evaluasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:

a. kementerian terkait;

b. perwakilan Masyarakat Hukum Adat;

c. perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan

d. akademisi yang memiliki keilmuan dan kepakaran mengenai

Masyarakat Hukum Adat.

208. (3) Evaluasi dilakukan 10 (sepuluh)tahun sekali sejak ditetapkannya Pengakuan Masyarakat Hukum Adat. 209. (4) Panitia evaluasi Masyarakat HukumAdat melakukan evaluasi atas

Pengakuan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).

210. Pasal 21

211. (1) Berdasarkan hasil evaluasi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, panitia evaluasi melaporkan hasil evaluasi Masyarakat Hukum Adat kepada Menteri.

212. (2) Berdasarkan laporan panitiaevaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal Masyarakat Hukum Adat sudah

tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) maka:

a. bupati/walikota, gubernur atau Menteri melakukan pembinaan terhadap Masyarakat Hukum Adat;

b. dalam hal pembinaan telah dilaksanakan dan persyaratan Masyarakat Hukum Adat tetap tidak dapat dipenuhi, Menteri menetapkan hapusnya Pengakuan Masyarakat Hukum Adat.

213. (3) Dengan hapusnya PengakuanMasyarakat Hukum Adat, maka tanah adat menjadi tanah negara. 214.

215.PELINDUNGAN

216. Secara tidak langsung tercakup dalam bagian pengakuan hak

217. PERLINDUNGAN PEMAJUAN HAK MASYARAKAT ADAT 218.

219. Pasal 22

220. (1)Masyarakat Hukum Adat yang

telah ditetapkan berhak atas Pelindungan.

Bagian Kesatu

221. (2)Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah wajib melakukan Pelindungan terhadap Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Umum

222. (3)Pelindungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan jaminan terhadap pelaksanaan hak Masyarakat Hukum Adat.

223. Pasal 23 Pasal 25

meliputi:

a. Pelindungan terhadap Wilayah Adat; b. Pelindungan sebagai subyek hukum; c. pengembalian Wilayah Adat untuk dikelola, dimanfaatkan, dan dilestarikan sesuai dengan adat istiadatnya;

d. pemberian kompensasi atas hilangnya hak Masyarakat Hukum Adat untuk mengelola Wilayah Adat atas izin Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya;

e. pengembangan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup; f. peningkatan taraf kehidupan

Masyarakat Hukum Adat;

g. pelestarian kearifan lokal dan pengetahuan tradisional; dan

h. pelestarian harta kekayaan dan/atau benda adat.

Hak Masyarakat Adat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 226. a. pelestarian Hak Masyarakat Adat; 227. b. pemberdayaan Masyarakat Adat; 228. c. pengembangan Hak

Masyarakat Adat; dan

229. d. pemanfaatan Hak

Masyarakat Adat. 230.

231. Bagian Kedua

232. Pelestarian Masyarakat Adat

233. Pasal 26

234. (1) Pelestarian Hak Masyarakat Adat

dilakukan oleh Masyarakat Adat melalui dukungan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan

masyarakat.

235. (2)Pelestarian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) antara lain:

236. a. inventarisasi;

237. b. identifkasi;

238. c. dokumentasi;

239. d. penelitian;

240. e. revitalisasi; dan

241. f. promosi dan publikasi.

242. (3)Masyarakat Adat berhak memperoleh

dukungan program dan anggaran atas upaya pelestarian Hak Masyarakat Adat.

243.

244. Bagian Ketiga

246.

247. Pasal 27

248. (1)Pemberdayaan Masyarakat Adat

dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

249. (2)Pemberdayaan Masyarakat Adat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

250. a. peningkatan kualitas sumber daya

manusia;

251. b. fasilitasi sarana dan prasarana

Pendidikan Layanan Khusus;

252. c. fasilitasi sarana da prasarana

kesehatan; dan

253. d. pengalokasian anggaran.

254. (3)Peningkatan kualitas sumber daya

manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, berupa:

256. b. kursus atau pelatihan; dan/atau

257. c. pendampingan.

258. (4) Fasilitasi sarana dan prasarana

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diselenggarakan di tempat Masyarakat Adat berada.

259. (5) Fasilitasi sarana dan prasarana

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, antara lain:

260. a. layanan kesehatan dan

gizi yang berkualitas;

261. b. jaminan pembiayaan

kesehatan;

262. c. pengadaan dan

peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di tempat Masyarakat Adat berada; dan

263. d. penyediaan air bersih

dan sanitasi yang baik.

dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan Hak Masyarakat Adat yang berasal dari:

265. a. Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara;

266. b. Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah; dan

267. c. anggaran lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan.

268.

269. Bagian Keempat

270. Pengembangan Hak Masyarakat Adat

271. Pasal 28

272. (1) Pengembangan Hak Masyarakat Adat

dilakukan oleh Masyarakat Adat melalui dukungan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

273. (2) Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

274. a. penguatan kelembangaan Masyarakat

Adat;

275. b. peningkatan sumber daya manusia;

276. c. penelitian dan pengkajian; dan

277. d. pendampingan.

278. (3)Masyarakat Adat berhak memperoleh

dukungan program dan anggaran atas upaya pengembangan Hak Masyarakat Adat.

279.

280. Bagian Kelima

281. Pemanfaatan Hak Masyarakat Adat

282. Pasal 29

283. (1)Masyarakat Adat berhak mendapatkan

yang dimilikinya.

284. (2)Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah melindungi pemanfaatan Hak Masyarakat Adat.

285. (3)Pihak Lain yang terlibat dalam

pemanfaatan Hak Masyarakat Adat harus mendapatkan persetujuan dari Masyarakat Adat dan memberikan kompensasi kepada Masyarakat Adat. 286.

Dalam dokumen Matriks Persandingan 3 versi RUU tentang (Halaman 35-63)

Dokumen terkait