• Tidak ada hasil yang ditemukan

kepemimpinan strategik Msdm Dalam Kepemimpinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kepemimpinan strategik Msdm Dalam Kepemimpinan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kepemimpinan Stretegik

I. PENDAHULUAN

Kepemimpinan dalam suatu perusahaan menjadi penting dibicarakan sejak munculnya teori

manajemen perusahaan. Karena itu kepemimpinan selalu menjadi tema yang selalu berkembang seiring dengan dianamika atau perubahan yang terjadi di organisasi , baik dalam organisasi laba maupun organisasi non laba. Perkembangan di Masyarakat tidak lagi di lihat dalam perspektif lokal namun sudah beralih kepada perspektif global dimana batas – batas suatu negara tidaklah lagi

menjadi penting , bauran budaya dan bahasa melalui jaringan teknologi yang saling terkoneksi menjadikan penduduk bumi semakin dekat secara “jarak” . Perubahan dalam Politik , ekonomi dan pendidikan semakin membuat tantangan baru bagi pemimpin . Dalam buku The Age of Discontinuitas , Drucker mengintrudusir beberapa perubahan yang menyebkan terjadinya diskontinuitas dengan kondisi lama antara lain :

1. Dampak teknologi baru pada struktur industri

2. Pergeseran dari "ekonomi internasional," ke "ekonomi dunia" yang tidak memiliki kebijakan, teori, atau lembaga;

3. Realitas sosial politik yang baru, yang membaurkan antara bisnis, pemerintah, dan

lembaga-lembaga pluralistik lainnya , dan menimbulkan tantangan politik, filsafat, dan spiritual secara drastis

4. Meningkatnya kepentingan terhadap pengetahuan dan pendidikan formal, dengan implikasi untuk bekerja, hidup, rekreasi, dan kepemimpinan.

Berbagai hal diatas tentu akan merubah tatanan masyarakat , khususnya masayarakat dunia

berkembang yang tentu masih menata kehidupan ekonomi dan industrinya. Dalam pada itu pergerakan ekonomi yang semakin cepat seperti ekspansi pasar produk baru, investasi yang mengalir ke dunia berkembang dan pergerakan tenaga kerja lintas negara membuat semakin membaurnya nilai antar bangsa. Untuk itu dibutuhkan tatanan baru nilai kepemimpinan sebagai

jawaban atas strategi kepemimpinan dalam dunia yang semakin pluralistik.

Pada perpectiv inilah dicoba untuk mengemukakan teori strategi kepemimpian seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin, meskipun dalam realitanya tidak ada teori yang tepat dalam membangun kualitas dan karakter seorang pemimpin yang ideal seperti apa yang digambarkan oleh banyak penelitian, namun setidaknya dari tulisan ini dapat memberi sugesti

(2)

II. TEORI KEPEMIMPINAN

Dari berbagai tinjaun kepemimpinan, terdapat beberapa teori yang dibangun berdasarkan perspektif para penulisnya . Meskipun tidak lengkap, jejak evolusi sejarah teori kepemimpinan dari awal yang befokus pada Great Man dan Teori Sifat ke Penelitian kontemporer, seperti teori kepemimpinan transformasional yang kemukakan oleh Bass. Meskipun teori kepemimpinan telah berubah seiring

waktu, dalam banyak hal pada dasarnya kepemimpinan berbicara mengenai orang yang memiliki kewenangan dalam memberikan arah, pembuatan keputusan , menetapkan tujuan, berkomunikasi , dan penyelesaian masalah (K.E Clark & Clark, 1990). Meneliti sejarah perkembangan teori kepemimpinan, membutuhkan berbagai perspektif penting serta konteks untuk menghargai

meningkatnya minat dalam kepemimpinan transformasional (Bennis, 1976) .

Teori Great Man

Evolusi historis dari studi pemimpin dan kepemimpinan berasal dari Teori Great Man Galton (KE Clark & Clark, 1990). Kehormatan, pertempuran pahlawan di medan perang , orang-orang kaya dan

sukses lainnya dianggap memiliki bakat yang melekat dan kemampuan yang membedakan mereka dari populasi pada umumnya dan hal inilah yang memungkinkan mereka untuk mencapai sukses besar. Teori Great Man selanjutnya memicu perkembangan teori – teori kepemimpinan yang salah satunya disebut Teori Sifat yang berkembang pada tahun 1920 dan 1930-an, namun umumnya teori ini tidak berhasil untuk mengidentifikasi ciri-ciri yang membuat para pemimpin berbeda dari orang

lain. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa para pemimpin pasti memiliki beberapa karakteristik universal yang membuat mereka menjadi pemimpin. Pada umunya , dalam teori ini sifat kepemimpinan dipandang sebagai suatu "kodrat"- sesuatu yang sudah ada pada saat pemimpin tersebut dilahirkan, tetap, dan berlaku untuk, dan dalam, keadaan apapun. Kekurangan teori ini

salah satunya tidak memperhitungkan banyaknya keadaan yang berbeda yang dihadapi oleh pemimpin pada saat itu dan perbedaan besar pada individu yang dipimpin. Demikian juga, tidak ada upaya yang dilakukan untuk benar-benar mengukur kinerja pemimpin (Hollander & Offermann, 1990). Selanjutnya para peneliti di lapangan kemudian memfokuskan kembali upaya mereka lebih

jauh terhadap teori kepemimpinan yaitu dari seorang pemimpin ke apa yang para pemimpin lakukan, dan berusaha untuk mengidentifikasi perilaku pemimpin yang mereka amati (Sashkin & Burke, 1990)

Teori Perilaku Kepemimpinan

(3)

kepemimpinan mereka (Yukl, 2002). Penelitian ini pada dasarnya mengidentifikasi dua dimensi yang berbeda dari perilaku kepemimpinan (meskipun memiliki perbedaan namun tergantung pada studi) -satu berfokus pada tugas dan yang lainnya paa orangnya atau dimensi interpersonal (Yukl, Gordon, & Taber, 2002; Yukl & Van Armada, 1982). Ranah teori perilaku kepemimpinan berfokus pada prestasi kerja atau pencapaian tujuan. Teori Perilaku Kepemimpinan ini merujuk kepada produksi,

kemampuan pemimpin dalam mengarahkan, kemampuan dalam membangun struktur dan melakukan supervisi atau pengawasan. Fokus pemimpin atau perilaku hubungan akan ditunjukkan oleh kepedulian terhadap orang, menawarkan kepemimpinan yang mendukung , Fokus terhadap perasaan individu, kenyamanan mereka, menunjukkan apresiasi yang tepat dan berupaya untuk

mengurangi stres. Pemimpin menunjukkan perilaku ini dalam upaya untuk memberikan kepuasan antara anggota kelompok, memfasilitasi pengembangan dan pemeliharaan hubungan yang harmonis di tempat kerja, dan mempertahankan hubungan sosial yang stabil

Kepemimpinan Situasional

Dengan berkembangnya teori perilaku kepemimpinan, maka muncullah suatu alasan bahwa penting meninjau situasi atau konteks di mana kepemimpinan dilaksanakan . Karya Stogdill (1948; 1974) dan Mann (1959) menghasilkan reorientasi secara umum dari pengamatan yang dilakukannya di lapangan pada tahun 1950-an yang disebut Kepemimpinan Situasional. Stogdill (1948), dalam hal ini, telah mereview dan melakukan studi selama 25 tahun pada obyek kepemimpinan. Hasil

penelitiannya terhadap beberapa literatur , yang akhirnya dia mengatakan bahwa ia tidak bisa menemukan sifat-sifat tertentu atau karakteristik pribadi yang jelas dan dapat diidentifikasi sebagai indikasi sifat kepemimpinan yang absolut. Namun demikian , baik Stogdill dan Mann keduanya tidak mengidentifikasi beberapa karakteristik pribadi yang spesifik yang berkaitan dengan kepemimpinan

dalam studi yang mereka lakukan - extraver, dominasi, dan lain-lain. Sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan keduanya, mereka berpendapat bahwa pada situasi yang beragam, pemimpin akan menerima beban kerja yang berbeda .

Model Kepemimpinan Contingency and Transactional

Pada pertengahan 1960-an, dua pendekatan baru teori kepemimpinan yang dikembangkan dari pendekatan situasional yaitu model kepemimpinan kontingensi dan transaksional . Fiedler (1961) mengidentifikasi apa ciri-ciri efektivitas kepemimpinan yang terkait dengan kualitas-kualitas individu dalam peran kepemimpinan yang harus dilakukan serta mengidentifikasi setiap sifat-sifat tertentu

(4)

atau Tugas, riwayat organisasi , ketersediaan sumber daya dan sifat hubungan antara pemimpin dan pengikut. Penelitian Fiedler terus dilanjutkan di lapangan dan berkembang lebih lanjut pada penekanan pada atribut-atribut pemimpin yang mengakibatkan respon yang lebih positif dqr pengikutnya. Model Kontingensi dan transaksional memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang kompleksitas kepemimpinan yang berpindah dari pendekatan sifat atau situasional

kepemimpinan (Hollander & Offermann, 1990).

Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformatif berkembang sebagai tren pada akhir tahun 1970 dan awal 1980-an

(Bass, 1990a; Hickman, 1990). Konsep ini Pertama kali diperkenalkan oleh Burns dalam buku Kepemimpinan (1978), dan kemudian diperluas dalam penelitian barunya pada Transformasi Kepemimpinan (Burns, 2003), Burns memulai proses merumuskan kembali, bagaimana mengamati dan memahami kepemimpinan (Kellerman, 1999). Upaya Burns banyak memberikan kerangka kerja untuk memamhami paradigma kepemimpinan transaksional dan transformasional. Dia melakukan

penelitian dengan melihat , perbedaan antara para pemimpin yang melakukan perubahan pengikutnya lewat mode transaksional dan mereka yang berinteraksi dengan pengikutnya secara transformasional (Burns, 1978; Kellerman, 1999). Burns (1978) mereview bahwa tipe kepemimpinan transformasional lebih berpotensi kuat diabnding dua pendekatan teori yang ada, pada saat satu atau lebih orang terlibat dengan orang lain sedemikian rupa sehingga pemimpin dan pengikut

meningkatkan motivasi dan moralias yang lebih tinggi . Sementara para pemimpin transaksional berfokus pada hirarki antara pemimpin dan pengikut, pemimpin transformasional, menyadari kebutuhan pengikutnya, dan berharap dapat meningkatkan kebutuhan yang lebih tinggi, seperti yang diidentifikasi pada Tingaktan kebutuhan Maslow (Maslow, 1970), Hal ini akan melibatkan

pengikut di setiap Dimensi (Burns, 1978).

III. KEPEMIMPINAN STARTEGIS

ARTI KEMIMPINAN STRATEGIK

Kepemimpinan strategik adalah kompetensi kepemimpinan yang diperlukan pada lingkungan/kondisi yang kompleks .

MENGAPA ORGANISASI MEMBUTUHKAN KEPEMIMPINAN STRATEGIK ?

(5)

pemimpin yang memiliki pola berpikir dan bertindak strategis dan visioner, sehingga setiap keputusan yang dikeluarkan tepat

Referensi

Dokumen terkait

beberapa kesimpulan yaitu: 1) Teori yang diprediksi dapat meningkatkan kinerja pegawai adalah teori kepemimpinan karena kepemimpinan mengacu kepada kemampuan

Dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif pun tentunya tak terlepas dari berbagai teori atau pendekatan-pendekatan kepemimpinan yang nantinya akan

Sementara itu, gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 2 Bima yaitu menggunakan gaya kepemimpinan demokratis, karena kepala

beberapa kesimpulan yaitu: 1) Teori yang diprediksi dapat meningkatkan kinerja pegawai adalah teori kepemimpinan karena kepemimpinan mengacu kepada kemampuan

• Perilaku atau gaya kepemimpinan ditunjukan oleh pemimpin sebagai pihak yang berhak menyelesaikan masalah-masalah organisasi sebagai satu satunya pengambil keputusan dan

Namun, di gereja HKI Silando orientasi kepemimpinan yang mengarah pada orang yakni melayani jemaat itu belumlah memenuhi syarat penuh seperti yang dipahami oleh

Munculnya Aliran Radikal dan Moderat Masa Pergerakan Nasional Indonesia Pada rentang tahun 1920-1930 ini disebut sebagai masa radikal dikarenakan oleh pola pergerakan yang dilakukan

Teori jalur tujuan mengakui empat kepemimpinan perilaku untuk meningkatkan motivasi bawahan.Empat gaya kepemimpinan jalur-tujuan yang berfungsi untuk memberikan struktur dan