• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM UPAYA MENCIPTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM UPAYA MENCIPTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM : UPAYA

MENCIPTAKAN SUMBER DAYA MANUSIA

BERKUALITAS

Oleh:

Dodi Ilham

1

PENDAHULUAN

Suatu usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan pendidikan tanpa menggunakan kearifan (wisdom) dan kekuatan filsafat ibarat sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk gagal. Persoalan pendidikan adalah persoalan filsafat. Pendidikan dan filsafat tidak terpisahkan karena akhir dari pendidikan adalah akhir dari filsafat, yaitu kearifan. Dan alat dari filsafat adalah alat dari pendidikan, yaitu pencarian (inquiry), yang akan mengantar seseorang pada kearifan. Berfilsafat tentang pendidikan menuntut suatu pemahaman yang tidak hanya tentang pendidikan dan persoalan-persoalannya, tetapi juga tentang filsafat itu sendiri. Filsafat pendidikan tidak lebih dan tidak kurang dari suatu disiplin unik sebagaimana halnya filsafat sains atau sains yang disebut mikrobiologi.

Untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara sesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan maka di adakan suatu proses pendidikan atau suatu proses belajar yang akan memberikan pengertian,pandangan,dan penyesuaian bagi seseorang atau si terdidik kearah kedewasaan dan kematangan, dengan proses ini maka akan terpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang anak didik atau peserta dan atau subjek didik kearah yang lebih dinamis baik kearah bakat atau pengalaman,moral, intelektual maupun fisik (jasmani) menuju kedewasaan dan kematangan tadi. Tujuan akhir pendidikan akan terwujud untuk menumbuhkan dan mengembangkan semua potensi si terdidik secara teratur, apabila prakondisi alamiah dan social manusia memungkinkan, seperti: iklim,makanan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya yang relatif sesuai dengan kebutuhan manusia. Dengan akal pikran yang dimilikinya, manusia mampu melangsungkan dan mengembangkan kehidupannya sesuai dngan waktu dan ruang yang ia tempati (hidup di segala zaman). Dalam hal ini manusia secara kolektif meyakini adanya nilai-nilai, budaya, doktrin dan kebenaran yang mesti dilestarikan dengan cara ditransfer kepada generasi berikutnya. Pada generasi yang lahir kemudian akan melakukan verifikasi dan pengembangan kea rah yang lebih sesuai dengan kondisi zaman, tentunya dilakukan oleh sebuah kelompok atau lembaga yang bernama pendidikan.

(2)

Dengan demikian pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan berproses sejalan dengan dinamikanya hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat logisnya maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya, sehingga diperoleh relefansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi umat manusia. Pemikiran dan kajian tentang pendidikan dilakukan oleh para ahli dalam berbagai sudut tinjauan dan disiplin ilmu seperti agama, filsafat, sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, dan antropologi. Sudut tinjauan ini menyebabkan lahirnya cabang ilmu pengetahuan kependidikan yang berpangkal dari sudut tinjauannya, yaitu pendidikan agama, filsafat pendidikan, sosiologi pendidikan, sejarah pendidikan, ekonomi pendidikan, politik pendidikan dan sebagainya.

Pencarian terhadap esensi pendidikan seperti apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan itu sebenarnya diselenggarakan telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu, sampai saat ini, para ahli pendidikan memberikan kesimpulan terhadap unsur-unsur dasar dalam pendidikan yaitu : 1) adanya pemberi, 2) penerima, 3) tujuan baik, 4) cara yang baik dan 5) konteks yang positif. Dengan adanya lima unsur dasar ini, pendidikan dapat dirumuskan sebagai aktivitas interaktif antara pemberi dan penerima untuk mencapai tujuan dengan cara yang baik dalam konteks yang positif

HAKEKAT FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan dan/atau mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dari sisi lain, Filsafat Pendidikan Islam diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji secara menyeluruh dan mendalam kandungan makna dan nilai-nilai al-Qur’an/al-Hadis guna merumuskan konsep dasar penyelenggaraan bimbingan, arahan dan pembinaan peserta didik agar menjadi manusia dewasa sesuai tuntunan ajaran Islam.

Menurut Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat Islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam yang selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.

(3)

pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber sekunder. Selain itu, Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru, kurikulum, metode dan lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar acuannya. Tanpa mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam itu sebagai aktifitas berfikir mendalam, menyeluruh dan spekulatif atau ilmu pengetahuan yang melakukan kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif mengenai masalah-masalah pendidikan dari sumber wahyu Allah, baik al-Qur’an maupun al-Hadis, paling tidak terdapat 2 hal pokok yang patut diperhatikan dari pengertian Filsafat Pendidikan Islam:

a. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap kandungan al-Qur’an/al-Hadis dalam rangka merumuskan konsep dasar pendidikan Islam. Artinya, Filsafat Pendidikan Islam memberikan jawaban bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan sesuai sengan tuntunan nilai-nilai Islam. Misalnya saja ketika muncul pertanyaan bagaimana aplikasi pendidikan Islam menghadapi peluang dan tantangan millenium II, maka Filsafat Pendidikan Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh, sehingga melahirkan konsep pendidikan Islam yang akan diaktualisasikan di era millenium III. b. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka mengatasi

berbagai probelam yang dihadapi pendidikan Islam. Misalnya ketika suatu konsep pendidikan Islam diterapkan dan ternyata dihadapkan kepada berbagai problema, maka ketika itu dilakukan kajian untuk mengatasi berbagi problema tadi.

HAKEKAT SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam rangka menjadi khalifah dimuka bumi, hal ini banyak dicantumkan dalam al-Qur’an dengan maksud agar manusia dengan kekuatan yang dimilikinya mampu membangun dan memakmurkan bumi serta melestarikannya. Untuk mencapai derajat khalifah di buka bumi ini diperlukan proses yang panjang, dalam Islam upaya tersebut ditandai dengan pendidikan yang dimulai sejak buaian sampai ke liang lahat.

(4)

kehidupan ini menyebabkan ketimpangan dalam perjalanan hidup manusia yang kemudian akan kembali menjadi permasalahan kemanusiaan khususnya sumber daya manusia.

Menurut Abuddin Nata, sumber daya manusia (SDM) adalah daya yang bersumber dari manusia, yang berbentuk tenaga atau kekuatan (energi atau power). Sumber daya manusia mempunyai dua ciri, yaitu : (1) Ciri-ciri pribadi berupa pengetahuan, perasaan dan keterampilan (2) Ciri-ciri interpersonal yaitu hubungan antar manusia dengan lingkungannya. Sementara Emil Salim menyatakan bahwa yang dimaksud dengan SDM adalah kekuatan daya pikir atau daya cipta manusia yang tersimpan dan tidak dapat diketahui dengan pasti kapasitasnya. Beliau juga menambahkan bahwa SDM dapat diartikan sebagai nilai dari perilaku seseorang dalam mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa. Dengan demikian kualitas SDM ditentukan oleh sikap mental manusia.

Ali Saifullah, menyatakan bahwa bila kualitas SDM tinggi, yaitu menguasai ilmu dan teknologi dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan merasa bahwa manusia mempunyai hubungan fungsional dengan sistem sosial, nampaknya pembangunan dapat terlaksana dengan baik seperti yang telah negara-negara maju, dalam pembangunan bangsa dan telah berorientasi ke masa depan. Tidak jarang di antara negara-negara maju yang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan bangsanya adalah bangsa yang pada mulanya miskin namun memiliki SDM yang berkualitas.

Dalam Islam sosok manusia terdiri dua potensi yang harus dibangun, yaitu lahiriah sebagai tubuh itu sendiri dan ruhaniyah sebagai pengendali tubuh. Pembangunan manusia dalam Islam tentunya harus memperhatikan kedua potensi ini. Jika dilihat dari tujuan pembangunan manusia Indonesia yaitu menjadikan manusia seutuhnya, maka tujuan tersebut harus memperhatikan kedua potensi yang ada pada manusia. Namun upaya kearah penyeimbangan pembangunan kedua potensi tersebut selama 32 tahun masa orde baru hanya dalam bentuk konsep saja tanpa upaya aplikasi yang sebenarnya. Telah dimaklumi bahwa pendidikan Islam memandang tinggi masalah SDM ini khususnya yang berkaitan dengan akhlak (sikap, pribadi, etika dan moral).

(5)

masyarakat terhadap hukum ditentukan oleh aspek ruhaniyah ini. Dalam hal ini pendidikan Islam memiliki peran utama untuk mewujudkannya.

Tantangan manusia pada milenium ke-3 ini akan terfokus pada berbagai aspek kompleks. Khusus dibidang pendidikan, Barnadib menyebutkan bahwa tantangan pendidikan Islam terbagi atas 2, yaitu tantangandariluar, yaitu berupa pertentangan dengan kebudayaan Barat abad ke-20 dan dari dalam Islam itu sendiri, berupa kejumudan produktivitas keislaman. Barnadib menyatakan bahwa untuk menjawab tantangan dan menghadapi tuntutan pembangunan pada era globalisasi diisyaratkan dan diperlukan kesiapan dan lahirnya masyarakat modern Indonesia. Aspek yang spektakuler dalam masyarakat modern adalah penggantian teknik produksi dari cara tradisional ke cara modern yang ditampung dalam pengertian revolusi industri. Secara keliru sering dikira bahwa modernisasi hanyalah aspek industri dan teknologi saja. Padahal secara umum dapat dikatakan bahwa modernisasi masyarakat adalah penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas dan semua aspek hidup masyarakat.

Dalam upaya pembangunan masyarakat, tidak ada suatu masyarakat yang bisa ditiru begitu saja, tanpa nilai atau bebas nilai. Hal ini telah terlihat dengan peniruan dan pengambilan pola kehidupan sosialis, materialistis yang ditiru masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu pembangunan di bidang agama. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pembangunan di bidang agama diarahkan agar semakin tertata kehidupan beragama yang harmonis, semarak dan mendalam, serta ditujukan pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, teciptanya kemantapan kerukunan beragama, bermasyarakat dan berkualitas dlam meningkatkan kesadaran dan peran serta akan tanggung jawab terhadap perkembangan akhlak serta untuk secara bersama-sama memperkukuh kesadaran spiritual, moral dan etik bangsa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, peningkatan pelayanan, sarana dan prasarana kehidupan beragama. Masyarakat yang sedang membangun adalah masyarakat yang sedang berubah dan terkadang perubahan tersebut sangat mendasar dan mengejutkan. Masyarakat yang sedang dibangun berarti masyarakat terbuka, yang memberi peluang untuk masuknya modal, ilmu dan teknologi serta nilai dan moral asing yang terkadang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

Untuk itu peran agama diharapkan dapat berfungsi sebagai pengarah dan pengamanan pembangunan nasional. Dalam masyarakat yang sedang berubah ini terdapat objek paling rawan yaitu generasi muda, untuk itu prioritas perhatian pada generasi muda ini perlu ditingkatkan demi keberhasilan pembangunan. Peningkatan kualitas manusia hanya dapat dilakukan dengan perbaikan pendidikan. Ahmad Tafsir menyatakan ada beberapa ciri masyarakat atau manusia yang berkualitas, yaitu:

(6)

2. Berdisiplin, bekerja keras, tangguh dan bertanggung jawab 3. Mandiri, cerdas dan terampil

4. Sehat jasmani dan rohani

5. Cinta tanah air, tebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial

Generasi yang berkualitas yang akan disiapkan untuk menyongsong dan menjadi pelaku pembangunan pada era globalisasi dituntut untuk meningkatkan kualitas keberagamaannya (dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan agamayang tetap bertumpu pada iman dan aqidah). Dengan kata lain masyarakat maju Indonesia menuntut kemajuan kualitas hasil pendidikan Islam. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa modernisasi bagi bangsa Indonesia adalah penerapan ilmu pengetahuan dalam aktivitas pendidikan Islam secara sistematis dan berlanjut. Tujuan pendidikan nasional termasuk tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak untuk menjadi anak manusia berkualitas dalam ukuran dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas, ditetapkan langkah-langkah dalam pembinaan pendidikan agama yaitu:

1. Meningkatkan dan menyelaraskan pembinaan perguruan agama dengan perguruan umum dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi sehingga perguruan agama berperan aktif bagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pendidikan agama pada perguruan umum dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi akan lebih dimantapkan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta pendidikan agama berperan aktif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Pendidikan tinggi agama serta lembaga yang menghasilkan tenaga ilmuan dan ahli dibidang agama akan lebih dikembangkan agar lebih berperan dalam pengembangan pikiran-pikiran ilmiah dalam rangka memahami dan menghayati serta mampu menterjemahkan ajaran-ajaran agama sesuai dan selaras dengan kehidupan masyarakat.

KAITAN ANTARA FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DENGAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS

(7)

inteleknya manusia disebut homo intelectus. Manusia juga disebut sebagai homo faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk membuat barang atau peralatan. Kemudian manusia pun disebut sebagai homo sacinss atau homo social abima, karena manusia adalah mahkluk bermasyarakat. Di lain pihak manusia juga memiliki kemampuan merasai, mengerti, membeda-bedakan, kearifan, kebijaksanaan, dan penetahuan. Atas dasar adanya kemampuan tersebut, manusia disebut homo sapiens.

Filsafat pendidikan, seperti dikemukakan oleh Imam Barnadib, disusun atas dua pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofis tokoh-tokoh tertentu. Sedangkan pandangan kedua adalah usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta problem-problem yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Dari pendekatan pertama, terkait dengan kualitas potensi manusia, terdapat tiga aliran filsafat:

1. Pertama, aliran natularisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi bawaan yang dapat berkembang secara alami, tanpa memerlukan bantuan dari luar. Secara alami manusia akan bertambah dan berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing. Tokoh aliran ini adalah Jean Jacques Rosseau.

2. Kedua, aliran empirisme. Menurut aliran ini manusia tumbuh dan berkembang atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan. Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer.

3. Ketiga, aliran konfergensi. Yang memiliki pandangan gabungan antara empirisme dan naturalism. Menurut aliran ini, manusia secara kodrati memang telah dianugrahi potensi yang disebut bakat. Namun selanjutnya agar potensi itu dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, perlu adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui pendidikan. Tokoh aliran ini adalah Jhon Locke.

(8)

diintervensi oleh pengaruh lingkungan. Kenyataan ini antara lain, dapat dirunut dari sejumlah kasus manusia serigala yang pernah terungkap. Menurut Al-Syaibani, pendidikan dalam hubungannya dengan individu dan masyarakat, dapat dilihat dari bagaimana garis hubungannya dengan filsafat pendidikan dan sumberdaya manusia. Dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan adalah sebagai pewaris nilai-nilai budaya.

Dalam pandangan ini filsafat pendidikan pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu, dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahkluk berbudaya dan hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu. Tingkat perkembangan kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya manusia yang menjadi pendukung nilai-nilai budaya tersebut.

PENUTUP.

1. Hakekat filsafat pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan dan/atau mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dari sisi lain, filsafat pendidikan Islam diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji secara menyeluruh dan mendalam kandungan makna dan nilai-nilai al-Qur’an/al-Hadis guna merumuskan konsep dasar penyelenggaraan bimbingan, arahan dan pembinaan peserta didik agar menjadi manusia sesuai tuntunan ajaran Islam.

2. Sumber daya manusia (SDM) adalah daya yang bersumber dari manusia, yang berbentuk tenaga atau kekuatan (energi atau power). Sumber daya manusia mempunyai dua ciri, yaitu : (1) Ciri-ciri pribadi berupa pengetahuan, perasaan dan keterampilan (2) Ciri-ciri interpersonal yaitu hubungan antar manusia dengan lingkungannya.

3. Kaitan antara filsafat pendidikan filsafat pendidikan Islam dengan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu, dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahkluk berbudaya dan hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.

Prasetya, Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000.

Arifin Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara , 2005.

Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Jakarta, Bumi Aksara, 2008.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. XI, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2007.

Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1983.

Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan IKIP Yogyakarta, 1990.

Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. V; Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai adalah (1) Untuk mengetahui implementasi metode eksperimen verifikasi di laboratorium dapat meningkatkan motivasi belajar biologi peserta didik

Apabila laju pembelajaran terlalu singkat atau terlalu lama akan menyebabkan jaringan sulit mencapai hasil yang diinginkan dan hasil pengenalan menjadi kurang bagus, sedang

Setelah Uji Hausman tidak dilakukan disimpulkan bahwa penelitian ini untuk (penawaran ekspor tuna nasional) dipergunaan model estimasi fixed effect dalam menganalisis

Sehubungan dengan rencana penyelenggaraan Public Expose oleh Perseroan yang akan diadakan pada Hari Kamis, 23 Juni 2016 pada pukul 12.00 bertempat di Ruang Truly

Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “terdapat perbedaan yang signifikan hasil

Selain itu pula dalam rangka mengeliminir perekrutan pelaku terorisme pemerintah dapat bersinergi dengan para tokoh setiap agama yang ada di Indonesia untuk melepaskan

Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja, dibutuhkan lima orang tenaga kerja room boy untuk ditugaskan pada hari Senin di shift pagi, namun hasil

´ Melakukan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di sekolah-sekolah, kantor Desa dan Kecamatan ditujukan kepada warga desa atau Kecamatan yang secara khusus adalah