RENCANA PELAKNSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XI ( Sebelas ) / 1 ( satu )
Materi Pokok : Memahami dan Menginterpretasi Makna Teks Pantun Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Kompetensi Dasar
1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakan-nya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama baik melalui lisan maupun tulis.
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat pantun mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik.
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama baik melalui lisan maupun tulis
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.2.1 Menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah dan konteks untuk kritik dan humor dalam layanan publik sebagai perwujudan rasa syukur akan keberadaan bahasa Indonesia.
2.1.1 Selalu tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
2.1.2 Tanggap akan permasalahan sosialyang terdapat dalam teks pantun
2.1.3 Memberikan tanggapan dan solusi akan permasalahan sosial yang terdapat dalam teks pantun
2.1.4 Selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, yang tidak menyinggung perasaan orang lain, serta menghargai pendapat orang lain pada saat berdiskusi
3.1.1 Mengidentifikasi struktur teks pantun 3.1.2 Memahami isi teks pantun
3.1.3 Mengidentifikasi unsur kebahasaan teks pantun (konjungsi dan kata kerja) 4.1.1 Menjelaskan makna istilah dalam teks pantun
4.1.2 Menginterpretasi makna teks pantun C. Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Sikap
1.2.1.1 Melalui kegiatan membaca teks pantun, peserta didik mampu menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah dan konteks untuk humor dalam menginterpretasi makna teks pantun
2.1.1.1 Melalui kegiatan penugasan baik secara individu maupun kelompok, peserta didik mampu menyelesaikan tugas tepat waktu
2.1.2.2 Melalui kegiatan membaca teks pantun, peserta didik mampu tanggap akan permasalahan sosial yang terdapat dalam teks pantun
2.1.3.3 Melalui kegiatan diskusi, peserta didik mampu memberikan tanggapan dan solusi akan permasalahan sosial yang terdapat dalam teks pantun
2.1.4.4 Melalui kegiatan diskusi, peserta didik mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, yang tidak menyinggung perasaan orang lain, serta menghargai pendapat orang lain
Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan
3.1.1.1 Melalui kegiatan membaca teks pantun, peserta didik mampu mengidentifikasi struktur teks pantun
3.1.2.2 Melalui kegiatan membaca dan mengerjakan tes tertulis, peserta didik mampu memahami isi teks pantun
4.1.1.1 Melalui kegiatan membaca teks pantun dan berdiskusi, peserta didik mampu menjelaskan makna istilah dalam teks pantun
3.1.3.1 Melalui kegiatan membaca teks pantun, peserta didik mampu mengidentifikasi unsur kebahasaan teks pantun yang meliputi konjungsi dan penggunaan kata kerja
D. Materi Pembelajaran 1. Struktur teks pantun 2. Isi teks pantun
3. Istilah dan maknanya dalam teks pantun
4. Unsur kebahasaan dalam teks pantun (konjungsi dan kata kerja ) 5. Cara menginterpretasi makna teks pantun
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode Pembelajaran : TPS (Think-Pair-Share) Sintak:
1. Mengamati (model teks lisan atau tulis) 2. Menanya
3. Mencoba/mengumpulkan data atau informasi untuk menguji hipotesis 4. Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi
5. Mengomunikasikan hasil
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media Sastra Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas XI. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa untuk mendapatkan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa.
2. Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi teks pantun yang akan dipelajari.
3. Siswa dipandu guru mengecek kesiapan belajar dengan memastikan kelengkapan peralatan pembelajaran, meliputi: kelengkapan buku, alat tulis, dan kebersihan kelas.
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu memahami teks pantun.
5. Guru membangkitkan motivasi siswa dalam memberikan pendapat secara bersungguh-sungguh berdasarkan pengetahuan awalnya.
6. Guru bersama siswa untuk membagi kelompok dengan anggota 2 orang. b. Kegiatan Inti (160 menit)
1. Mengamati
1) Siswa diberi teks pantun.
2) Siswa membacakan teks pantun yang telah dibagikan guru. 3) Siswa mencermati struktur teks pantun.
4) Guru mengintruksikan siswa untuk mencermati isi teks pantun.
5) Siswa mencermati unsur kebahasaan (konjungsi dan kata kerja) yang terdapat dalam teks pantun.
2. Menanya
1) Guru bersama siswa bertanya jawab tentang struktur teks pantun serta cara menemukan isi teks pantun.
2) Siswa menayakan unsur kebahasaan yang terdapat dalam teks pantun. 3. Menalar
1) Secara berkelompok, siswa membaca teks pantun yang dibagikan guru. 2) Siswa membaca sumber-sumber lain mengenai struktur dan isi teks pantun. 3) Siswa membaca sumber-sumber lain mengenai konjungsi, penggunaan tanda
tanya dan tanda seru.
4) Siswa membaca sumber-sumber lain mengenai menginterpretasi makna teks pantun.
5) Secara berkelompok siswa berdiskusi dan mengasosiasikan hasil bacaan teks pantun untuk diperoleh pemahaman.
4. Mencoba
1) Guru mengajukan pertanyaan kepeda individu kepada setiap kelompoknya dan siswa menjawabnya dengan menuliskannya pada lembar kerja yang dipersiapkan oleh guru.
2) Secara berkelompok, siswa mengidentifikasi struktur teks pantun yang telah mereka baca.
3) Peserta didik mencari makna kata-kata sukar melalui KBBI.
4) Siswa mendiskusikan hasil temuan terkait dengan struktur teks, isi, dan makna istilah pada teks pantun.
5) Siswa berdiskusi menemukan hal-hal yang menarik dalam teks pantun. 6) Siswa mencatat hasil identifikasi ke dalam lembar kerja (LK)
5. Mengomunikasikan
1) Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mengenai struktur teks, isi, dan makna istilah dalam teks pantun.
2) Kelompok lain menanggapi presentasi kelompok lain dengan santun. c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1) Guru mengintruksikan siswa untuk mengemukakan pengalaman-pengalamannya selama melakukan kegiatan pembelajaran memahami teks pantun dan menjelaskan makna istilah pada teks pantun.
2) Guru mengintruksikan siswa untuk meningkatkan pemahamannya mengenai teks pantun.
3) Guru mempersilahkan siswa menyampaikan hambatan yang dialami selama proses pempelajaran yang telah berlangsung.
4) Guru dan siswa menyimpulkan hasi pembelajaran.
H. Penilaian
1. Kompetensi Sikap Spiritual dan Sosial a. Teknik penilaian : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan sikap
Lembar Obsevasi Sikap dan Sikap Sosial Siswa
No
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d.4 PedomanPenskoran :
4 = sangat baik 3 = baik 2 = kurang 1 = sangat kurang
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus: skor diperole h
skor maksimal x100=nilai ak h ir =
2. Penilaian Keterampilan
a. Teknik penilaian : Tes tulis b. Bentuk Instrument : Esai
Pedoman pengskoran nilai
No Aspek yang dinilai kriteria Skor
1 Mampu mengidentifikasi struktur teks
pantun a. Sangat mampub. Mampu 43
c. Kurang mampu 2
3 Kemampuan mengidentifikasi unsur kebahasaan teks pantun (konjungsi dan kata kerja)
a. Sangat mampu 4
b. Mampu 3
d. Tidak mampu 1 4 Kemampuan menjelaskan makna
istilah dalam teks pantun a. Sangat mampub. Mampu 43
c. Kurang mampu 2
d. Tidak mampu 1
5 Menginterpretasi makna teks pantun a. Sangat mampu 4
b. Mampu 3
c. Kurang mampu 2
d. Tidak mampu 1
Keterangan:
Skala penilaian pengetahuan dibuat dengan rentang antara 1 s.d.4 1 = sangat kurang
2 = kurang 3 = baik 4 = sangat baik
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:
Penilaian Pengetahuan =
Banda Aceh, 2014 Guru Mata Pelajaran
Muzammil, S.Pd. NIP
Mengetahui,
Kepala Yayasan Harapan AL Muzammil
Adun Seumeugeub, S.Pd., M.Ed. NIP 6070 8481
Skor Diperoleh
A. Pengertian Pantun
Pantun adalah senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan. Dalam kesusastraan, pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat popular yang sezaman. Kata pantun sendiri mempunyai asal-usul yang cukup panjang dengan persamaan dari bahasa Jawa yaitu kata parik yang berarti pari, artinya paribasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama dan seloka yang berasal dari India.
Pantun merupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji. Antologi pantun yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu. Genre pantun merupakan genre yang paling bertahan lama. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa sunda dikenal sebagai PAPARIKAN dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-a-b-b, atau a-b-a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: SAMPIRAN dan ISI. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
1. Peran pantun
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Materi Ajar
Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main dengan kata.
Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
2. Struktur pantun
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan.
Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi kadang-kadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:
Air dalam bertambah dalam Hujan di hulu belum lagi teduh Hati dendam bertambah dendam Dendam dahulu belum lagi sembuh
Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.
3. Pola Sajak Pantun
Sajak / rima pantun harus berpola a-b-a-b.
Maksudnya adalah rima pada baris ke-1 harus sama dengan baris ke-3, sedangkan baris ke-2 harus sama dengan baris ke-4.
Contoh:
"Tiada kusangka si pohon cengke h.. Buahnya tiada tanda tak subur.. Kita merdeka 60 tahun labih.. Harusnya kita sudah makmur..."
Jika kebetulan seluruh baris memiliki sajak yang sama, maka bisa dikatakan pantun tersebut berpola a-a-a-a.
Contoh:
"Buah nangka buah anggu r.. Jangan disentuh bila berlumpur.. Sudah merdeka patutlah bersyukur..
Pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya. Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
1) Tiap bait terdiri atas empat baris (larik). 2) Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. 3) Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b.
4) Baris pertama dan kedua merupakan sampiran. 5) Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/. Maksudnya, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat.
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang, 1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan, kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R. J. Wilkinson dan R. O. Winsted dalam Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson malah balik bertanya, ‘tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang berasal dari pantun.
dalam percintaan, upacara peminangan dan pernikahan, nyanyian, dan upacara adat. Secara umum setiap tahap kehidupan masyarakat Melayu dihiasi oleh pantun.
5. JENIS JENIS PANTUN
jenis jenis pantun berikut dengan sedikit penyesuaian
Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya yaitu: A. pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a) pantun bersukacita b) pantun berdukacita
c) pantun jenaka atau pantun teka-teki
B. pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi: a) pantun dagang atau pantun nasib
b) pantun perkenalan c) pantun berkasih-kasihan d) pantun perceraian
C. pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi: a) pantun nasihat
b) pantun adat c) pantun agama
B. PENJELASAN DAN CONTOH SERTA MAKNA PANTUNNYA
Berikut merupakan makna dan nilai- nilai luhur yang terkandung dalam pantun nusantara. Penggalian makna pantun dibagi berdasarkan jenis pantun.
1. Pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a. Pantun bersukacita: Pantun yang mengungkapkan perasaan suka cita orang tersebut. Dilontarkan dalam situasi yang suka cita. Dituturkan agar orang yang mendengarnya ikut merasakan suka cita.
Pantun tersebut menggambarkan kegembiraan hati anak-anak yang berhasil naik kelas. Penyampaian pantun itu tentunya dalam suasana yang suka cita. Apabila pantun tersebut dilayangkan, tentu saja membuat yang mendengar merasa turut bersuka cita.
b. Pantun berdukacita: Pantun yang mengungkapkan kesedihan seseorang. Pantun ini juga dilontarkan oleh seseorang untuk menghapus suasana duka cita yang ada.
Memetik manggis di kota Kedu Membeli tebu uangnya hilang Menangis adik tersedu-sedu Mencari ibu belum juga pulang
Pantun tersebut mewakilkan perasaan anak yang ditinggal oleh orang tuanya. Pantun tersebut dilayangkan dalam situasi yang sedih. Biasanya, anak yang ditinggal orang tuanya tentu akan merasa sedih, dan mungkin mereka bisa mengungkapkannya dalam bentuk pantun.
c. Pantun jenaka atau pantun teka-teki: Pantun jenaka atau pantun teka teki merupakan pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang.
Pohon mangis di tepi rawa
Tempat nenek tidur beradu
Sedang menangis nenek tertawa
Melihat kakek bermain gundu
Masyarakat terdahulu menggunakan pantun sebagai media pelipur lara atau menia hiburan. Dapat dilihat dari pantu tersebut, tujuannya juga untuk menambah keakraban penutur dengan pendengarnya.
2. Pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
dinyanyikan/dibacakan oleh orang-orang yang berada di perantauan jika mereka ingat akan kampung halamannya atau nasibnya yang tak seberuntung temannya.
Tudung saji hanyut terapung
hanyut terapung di air sungai
Niat hati hendak pulang kampung
apa daya tangan tak sampai
Pantun diatas menggambarkan bagaimana orang yang merantau, berada jauh dari kampung halamannya, sangat merindukan kampungnya. Disini tergambar bahwa masyarakat daerah merantau untuk mencari uang ataupun belajar, jauh dari keluarga, namun mereka tak lupa dengan tempat asal mereka. Mereka bertahan di tempat rantau demi mencapai tujuan.
b. Pantun perkenalan: Pantun yang berisi ungkapan untuk mengenal seseorang dan ucapannya berupa pantun.
Dari mana hendak kemana Manggis dipetik dengan pisau
Kalau boleh kami bertanya Gadis cantik siapa namamu
Pantun tersebut menggambarkan bagaimana keinginan seseorang untuk berkenalan dengan orang yang ditemuinya. Dalam hal ini, kearifan local yang dapat ditemui yakni masyarakat sangat gemar membuka tali pertemanan, suka mengenal satu sama lain. Apabila-ia bertemu dengan seseorang yang menarik perhatApabila-iannya, Apabila-ia akan menanyakan hal awam untuk menjalin tali pertemanan, agar mereka menjadi lebih akrab.
c. Pantun berkasih-kasihan: Pantun yang berisi ungkapan yang ditujukan pada orang yang dicintainya.
Badan kurus bukan tak makan Kurus memikir si jantung hati
Pantun tersebut dituturkan oleh seseorang kepada pasangannya. Pantun berkasih-kasihan berisikan hal yang ingin diungkapkan kepada pasangan, atau pun sebagai sarana untuk merayu pasangannya. Pantun tersebut menggambarkan rasa cinta seseorang terhadap pasangannya dan membuat ungkapan yang berlebihan bahwa badannya kurus karena memikirkan kekasihnya. Hal tersebut tentunya akan membuat sang kekasih merasa tersentuh dan kenambah keharmonisan hubungan.
d. Pantun perceraian: Pantun yang berisi ucapan perpisahan atau perceraian. Pantun ini dilontarkan ketika kedua pasangan sedang memiliki masalah dan mungkin berniat untuk berpisahataupun diputuskan hubungannya.
Jaga tugu di tengah jalan Menjala ikan mendapat kerang
Tega nian aku kau tinggalkan Hidup di dunia hanya seorang
Pantun perceraian tersebut menggambarkan kegundahan seseorang karena ditinggal oleh pasangannya.
3. Pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi:
a. Pantun nasihat: Rangkaian kata-kata yang mempunyai makna mengarahkan atau menegur seseorang untuk menjadi lebih baik.Pantun nasehat dari jaman ke jaman mengalami perkembangan, pada awal mulanya pantun hanyalah karya lisan yang spontan terucap dari orang yang kreatif.
Bau paku sedin telabah
Buaq randu masak odaq
Pacu-pacu pada sekolah
Memetik paku dekat selokan
Buah kapuk matang muda
Rajin-rajinlah bersekolah
Jadi bekal ketika tua
b. Pantun adat: pantun yang menggunakan gaya bahasa bernuansa kedaerahan dan kental akan unsur adat kebudayaan tanah air. jenis pantun ini bertutur lebih kepada kearifan lokal dimana pantun adat tersebut beredar,masing masing daerah di Nusantara ini pasti memiliki pantun adat yang berbeda beda.
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah
Pantun tersebut jelas menggambarkan adat istiadat melayu dimana hukumnya berujung atau bermula dari kitabullah atau alquran. Kearifan local yang terkandung yakni tentang aturan adat yang bertumpu pada alquran. Sebagian besar orang Indonesia memeluk agama islam. Aturan adat yang ada tentunya merujuk pada ajaran islam.
c. Pantun agama: pantun yang didalamnya mengandung kata-kata nasehat atau petuah yang memiliki makna mendalam sebagai sebuah pedoman dalam menjalani hidup, yang biasanya berisi kata kata yang bisa mendorong kita untuk berbuat yang tidak melanggar aturan agama baik untuk kepentingan diri maupun bagi orang lain.
Aqu lalo beli tembage
Te ngadu ngelim parang
Lamun mele tame surge
Saya pergi beli tembaga
Saya pakai untuk merekatkan parang
Apabila ingin masuk surga
Sering-sering mengaji dan sembahyag
Dari baris pertama dan kedua memiliki keterhubungan yang saling berkaitan. Keterhubungan antara baris pertama dengan baris kedua sangat erat, karena pada baris pertama menjelaskan mengenai apa yang digunakan, sedangkan baris kedua menjelaskan mengenai sebab. Sehingga sampiran pada lelakaq ini merupakan keterhubungan sebab-akibat antara baris pertama dan baris kedua.
Selanjutnya pada isi lelakaq kalimat pada baris ketiga berbunyi “lamun mele tame surge”. Apabila dilihat secara kata perkata, maka kata ”lamun” berarti kalau, kata “mele” berarti ingin, dan kata “surge” berarti surga. Dari kata tersebut maka arti seluruhnya pada kalimat di baris ketiga ini adalah “ kalau ingin masuk surga”. Kata-kata tersebut dapat dilihat dari artinya akan memiliki makna yang sangat luas dan mendalam. Dari hal tersebut maka akan lebih mudah untuk menggali makna sebenarnya dari kalimat lelakaq pada baris ketiga ini.
Dan kalimat pada baris keempat pada lelakaq tersebut berbunyi “girang-girang ngaji sembahyang”. Apabila diartikan secara kata-perkata, maka kata “girang-girang” berarti sering-sering, kata “ngaji” berarti membaca Al-Quran, dan kata “sembahyang” dapat berarti sholat. Maka apabila diartikan secara sepenuhnya maka dapat diartikan “ sering-sering membaca Al-Quran dan sholat. Kalimat tersebut sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh kalimat pada baris ketiga tersebut. Sehingga dari hal tersebut maka secara arti kata maka kalimat pada baris ketiga dan keempat sesuai dan saling berhubungan.
Lembar Kerja (LK)
Bukit Tinggi kota orang Agam Mendaki jenjang empat puluh Sakit sebesar biji bayam Tapi rasa akan membunuh
1. Tuliskan struktur dari pantun di atas!
2. Tuliskan baris keberapa yang merupakan sampiran!
3. Tulisakan baris keberapa yang merupakan isi dari pantun di atas! 4. Tuliskan konjungsi yang terdapat pada pantun di atas!
Rambu-rambu instrumen 1. Sampiran dan isi
2. Bukit Tinggi kota orang Agam Mendaki jenjang empat puluh 3. Sakit sebesar biji bayam
Tapi rasa akan membunuh 4. Konjungsi (tapi dan akan) 5. Kata kerja (membunuh) 6. Makna sampiran
Agam adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat, dan termasuk pusat dari daerah Minangkabau, bersama dengan Limapuluh Kota dan Tanah Datar, yang dinamakan “luhak”. Kota Bukit Tinggi terletak dijantung Luhak Agam dan merupakan kota terbesar didaerah Agam. Ada beberapa tempat yang bersejarah dikota Bukit Tinggi ini, antara lain benteng Ford de Cock, Ngarai Sianok, Pasar Atas , Pasar Bawah, Jam Gadang, Panorama, Kebun Binatang dan Jenjang Empat puluh. Pasar Bawah dan Pasar Atas dihubungkan jalan tangga yang lebar dan berbelok. Dibagian atas dari tangga atau jenjang itu menanjak curam, dengan anak tangga kecil-kecil dan jumlahnya 40 buah. Jenjang atau tangga ini mulai dari Pasar Bawah sampai ke Pasar Atas secara keseluruhan terkenal dengan nama “Janjang Empat puluh”.
7. Makna isi
“Sakik segudang biji bayam” yang dimaksud dalam pantun ini, bukanlah berupa penyakit badan, misalnya luka, demam dan sebagainya. Sebab sakit badan secara fisik yang hanya kecil saja tidak akan sampai membunuh. Hanya penyakit berat atau luka parah yang berpeluang untuk membunuh. Yang dimaksud dengan “sakit” disini adalah semacam penyakit hati yang bisa membunuh. Dan biasanya disini adalah penyakit yang disebabkan oleh karena putus cinta, yang menimbulkan patah hati. Seseorang yang kehilangan kekasihnya apakah karena meninggal dunia, atau menyeleweng direbut orang lain, adakalanya sampai patah hati, berputus asa bahkan ada yang bunuh diri.