• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLUASAN AREAL KEBUN HIJAUAN MAKANAN TERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLUASAN AREAL KEBUN HIJAUAN MAKANAN TERNAK"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN TEKNI S

PERLUASAN AREAL

KEBUN HI JAUAN MAKANAN TERNAK

DI REKTORAT PERLUASAN AREAL

DI REKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AI R

(2)

KATA PENGANTAR

Perluasan areal kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu tugas dan fungsi Direktorat Perluasan Areal khususnya di bidang peternakan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan HMT pada kawasan peternakan/ sentra produksi ternak.

Dalam pelaksanaan perluasan areal kebun HMT akan melibatkan berbagai instansi terkait baik ditingkat pusat maupun daerah, serta partisipasi masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut demi kelancaran pelaksanaan perlu dibuat Pedoman Teknis Perluasan Areal Kebun HMT.

Muatan pedoman teknis ini bersifat umum karena berlaku secara Nasional sehingga Dinas Peternakan/ yang membidangi peternakan Propinsi perlu menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas Peternakan/ yang membidangi

peternakan Kabupaten/ Kota perlu menerbitkan Petunjuk Teknis yang

menjabarkan secara lebih rinci pedoman teknis ini sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing.

Kami menyadari bahwa pedoman ini masih belum sempurna, namun kami berharap pedoman ini dapat bermanfaat dalam melaksanakan perluasan areal kebun HMT tahun 2009 di daerah.

Jakarta, Januari 2009 Direktur Perluasan Areal,

Dr. Ir. Agus Sofyan,MS NIP. 080.063.222

(3)

D A F T A R I S I

II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. Pengertian

B. Ruang Lingkup Kegiatan

4 4 5

III. KETENTUAN DALAM PERLUASAN AREAL KEBUN HMT

A. Norma

(4)

V TATA LAKSANA KEBUN HMT A. Pengontrolan Tanaman

B. Waktu dan Teknik Pemotongan C. Daya Tampung Lahan

21 22 23 23

VI. INDIKATOR KINERJA

A. Indikator Kinerja B. Bobot Kinerja Fisik

25 25 26

VII. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Pusat B. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Propinsi C. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Kabupaten D. Pelaporan

27 27 27 28 28

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam manajemen budidaya ternak, pakan merupakan kebutuhan

tertinggi yaitu 60-70 % dari seluruh biaya produksi. Mengingat tingginya

komponen biaya tersebut maka perlu adanya perhatian dalam

penyediaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tidak terkecuali

bagi ternak ruminansia dimana pakan yang diperlukan berupa Hijauan

Makanan Ternak (HMT). Kebutuhan pokok konsumsi HMT untuk setiap

harinya ± 10% dari berat badan ternak.

Dalam ransum ternak ruminansia, rumput lebih banyak digunakan

karena selain lebih murah juga lebih mudah diperoleh. Disamping itu

rumput mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap

tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan).

Salah satu upaya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas

ternak, ketersediaan dan kontinyuitas HMT sangat diperlukan, untuk itu

perlu diwujudkan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun HMT.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka berdasarkan Peraturan Presiden

(6)

Pengelolaan Lahan dan Air sebagai institusi yang menangani

pengelolaan sumber daya lahan dan air.

Direktorat Perluasan Areal sebagai salah satu unit kerja pada Direktorat

Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air mempunyai tugas dan fungsi

melaksanakan perluasan areal di bidang pertanian, salah satunya

adalah perluasan areal di bidang peternakan.

Perluasan areal di bidang peternakan diantaranya dilakukan melalui

perluasan areal kebun HMT dengan maksud untuk menambah luas

areal kebun hijauan makanan ternak agar mencukupi kebutuhan pakan

ternak yang berkualitas.

B. Tujuan

Tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah untuk memberikan arahan

kepada petugas peternakan propinsi, kabupaten/kota serta masyarakat

peternak dalam melaksanakan kegiatan perluasan areal kebun hijauan

makanan ternak yang meliputi penetapan calon peternak peserta dan

calon lokasi, pembuatan desain sederhana, pembuatan Rencana

Anggaran Biaya (RAB), pelaksanaan konstruksi serta penyediaan

(7)

C. Keluaran

Keluaran dari kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak

adalah terwujudnya penambahan luas areal kebun hijauan makanan

(8)

II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. Pengertian

1. Perluasan areal kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT) adalah

pembuatan kebun hijauan makanan ternak dalam rangka

memperluas areal kebun hijauan makanan ternak guna

meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas.

2. Kebun HMT adalah lahan tempat ditanamnya rumput unggul dan

atau legum sebagai sumber pakan ternak yang berkualitas.

3. Survey investigasi adalah kegiatan penilaian kelayakan terhadap

calon lokasi dan calon peternak baik secara teknis, ekonomis dan

sosial untuk mendapatkan calon lokasi dan calon peternak yang

layak dalam kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan

ternak.

4. Desain perluasan areal kebun HMT adalah kegiatan pengukuran

dan pembuatan peta rancangan teknis pada lokasi yang dinyatakan

layak dari hasil survey investigasi. Dalam pembuatan desain perlu

dibuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk kegiatan perluasan

areal kebun HMT.

5. Desain sederhana adalah kegiatan pengukuran dan pembuatan

denah secara sederhana pada lokasi yang dinyatakan layak dari

(9)

B. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan perluasan areal kebun HMT meliputi :

1. Survey, Investigasi dan Desain (SID)

Kegiatan SID ini dilakukan secara swakelola oleh Petugas Dinas

Peternakan/ yang membidangi Peternakan kabupaten/ kota

sedangkan penetapannya oleh Kepala Dinas Pertanian/ Peternakan

kabupaten/ kota.

2. Konstruksi Perluasan Areal Kebun HMT

Kegiatan konstruksi perluasan areal kebun HMT meliputi kegiatan

sebagai berikut :

a. Pembersihan Lahan

b. Pengolahan tanah

c. Pemupukan

d. Penanaman

3. Pengadaan Sarana Produksi

Sarana produksi dari kegiatan ini meliputi pupuk, bibit/ benih rumput

unggul dan atau legum serta chopper.

(10)

Kegiatan ini dapat dilakukan setelah kegiatan utama terpenuhi.

Kegiatan lain yang diperlukan adalah kegiatan yang mendukung

adanya kebun HMT sesuai kebutuhan diantaranya adalah membuat

(11)

III. KETENTUAN DALAM PERLUASAN AREAL KEBUN HMT

Kegiatan perluasan kebun HMT diarahkan pada lahan yang letaknya tidak jauh

dari kawasan peternakan/ sentra produksi ternak. Lahan yang digunakan

untuk kebun HMT ditetapkan oleh Bupati/ Walikota/ Dinas Peternakan/

yang membidangi peternakan. Adapun norma, kriteria, standar teknis dan

prosedur perluasan areal kebun HMT adalah sebagai berikut :

A. Norma

Perluasan areal kebun HMT merupakan upaya penambahan luas areal

kebun hijauan makanan ternak guna meningkatkan produksi hijauan

makanan ternak yang berkualitas.

B. Standar Teknis

1. Kesuburan Tanah

Memiliki kesuburan tanah dengan pH antara 6,5 – 7,0. Tanah -

tanah dengan pH dibawah 6,5 dinyatakan sebagai tanah asam,

sedangkan tanah dengan pH diatas 7,0 dinyatakan sebagai tanah

alkalis. Untuk menaikkan pH tanah yang asam dapat ditambahkan

(12)

dapat digunakan pupuk yang bereaksi dengan asam misalnya yang

mengandung sulfur seperti pupuk ZA dan lain-lain.

2. Mempunyai kemiringan tanah <300

Semakin tinggi derajat kemiringan tanah penggunaan pupuk

semakin tidak efisien, sehingga untuk mempertahankan kelestarian

kesuburan tanah memerlukan upaya khusus.

3. Tersedia sumber air

Suplai air diperlukan untuk pertumbuhan tanaman terutama bagi

daerah-daerah yang mengalami kemarau panjang. Sumber air dapat

berasal dari sumber air alami atau sumber air buatan.

4. Luas hamparan kebun HMT

Luas satu hamparan kebun HMT diupayakan ≥ 1 ha dan dalam satu

kawasan minimal terdapat kebun HMT seluas 5 ha. Luas lahan

yang akan digunakan sebagai kebun HMT perlu diperkirakan skala

ekonomi sesuai dengan target pemeliharaan ternak dari tahun ke

(13)

5. Aksesibilitas

Jarak kebun HMT yang akan dibuat dengan kawasan peternakan /

sentra produksi ternak mudah dijangkau.

C. Kriteria

1. Kriteria Calon Lokasi

a. Lahan yang digunakan untuk kebun HMT adalah lahan bebas

banjir dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Dinas

Peternakan/yang membidangi peternakan.

b. Status tanah dan batas kepemilikannya jelas, tidak dalam

sengketa dan tidak tumpang tindih dengan proyek/ kegiatan

lainnya.

c. Terbentuk kelompok peternak yang bersedia memelihara dan

mengembangkan kebun HMT.

d. Lokasi mudah dijangkau dan terdapat jalan yang mudah

diakses, serta tersedia petugas yang membina.

2. Kriteria Peternak Calon Pengguna

Diutamakan kepada kelompok peternak yang telah memiliki ternak

ruminansia baik secara swadaya maupun berasal dari bantuan

(14)

D. Prosedur

Prosedur pelaksanaan perluasan areal kebun HMT adalah :

1. Survey, Investigasi dan Desain

2. Pembersihan Lahan

3. Pengolahan Tanah

4. Pengadaan Saprodi

5. Pemupukan

6. Penanaman

7. Pekerjaan lain yang diperlukan

Perluasan areal kebun HMT dimungkinkan membeli 1 (satu) unit

chopper apabila melaksanakan kegiatan minimal 20 ha yang dikelola

oleh 1 (satu) kelompok.

E. Pembiayaan

1. Sumber Pembiayaan

Pembiayaan untuk pelaksanaan perluasan areal kebun HMT dapat

berasal dari dana APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/ Kota

serta partisipasi petani/ masyarakat. Sumber pembiayaan kegiatan

(15)

No. Kegiatan Sumber Pembiayaan

Konstruksi dan bantuan sarana produksi yang dibiayai melalui

APBN dituangkan dalam MAK : Belanja Lembaga Sosial lainnya.

Pembiayaan kegiatan perluasan areal kebun HMT berasal dari

APBN yang terdiri dari konstruksi dan sarana produksi dengan

komponen masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :

a. Konstruksi meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah,

pemupukan dan penanaman.

b. Sarana produksi meliputi pupuk, bibit/benih rumput unggul dan

atau legum serta chopper.

Apabila tenaga kerja peternak untuk pembersihan lahan dan

pengolahan tanah terbatas maka dimungkinkan untuk menyewa alat

mekanik seperti traktor dan lain-lain.

Jumlah dana yang tersedia adalah dana maksimal sehingga apabila

dana untuk konstruksi dan saprodi masih ada kelebihan maka dapat

digunakan untuk menambah volume kegiatan atau untuk keperluan

(16)

apabila dana kurang maka dapat diupayakan dari APBD dan atau

swadaya kelompok peternak.

Pemeliharaan lanjutan berupa : pemeliharaan tanaman serta

pemeliharaan sarana prasarana yang menunjang kelangsungan

kebun hijauan makanan ternak menjadi tanggungjawab masyarakat

kelompok peternak yang bersangkutan.

2. Mekanisme Pencairan Dana

Pencairan dan pemanfaatan dana untuk kegiatan konstruksi,

bantuan sarana produksi dan sarana pendukung mengacu pada

buku Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial, yang diterbitkan

oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.

Mekanisme pencairan dana Bantuan Sosial tersebut dilakukan

melalui transfer uang kepada kelompok sasaran. Secara ringkas

(17)

Keterangan Skema :

Keterangan Skema :

a. Ketua Kelompok Sasaran Bantuan Sosial mengajukan Rencana

Usulan Kerja Kelompok (RUKK) kepada Pejabat Pembuat

Komitmen melalui Koordinator Lapangan/Tim Teknis.

b. RUKK oleh Koordinator Lapangan/Tim Teknis dilakukan

penelitian/penelaahan lebih lanjut sebelum diteruskan ke PPK.

c. Oleh PPK, konsep RUKK dipelajari dan ditelaah menyangkut

(18)

d. RUKK selanjutnya diajukan ke Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA) yaitu Kepala Dinas Kabupaten/Kota sebagai dasar

penerbitan SPP.

e. SPP yang diterbitkan oleh KPA selanjutnya diajukan ke pejabat

Penguji dan Perintah Pembayaran (P4) sebagai dasar

penerbitan SPM.

f. Oleh Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran, SPM diajukan

ke KPPN guna penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D).

g. SP2D tersebut sebagai dasar transfer dana kepada Ketua

Kelompok Sasaran Bantuan Sosial.

Hasil dari kegiatan ini menjadi milik masyarakat dan tidak perlu

dikembalikan ke pemerintah. Oleh karena itu agar diatur dan

dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan oleh propinsi dan Petunjuk

(19)

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

Dalam melaksanakan kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak

maka perlu diketahui komponen kegiatan. Komponen dari kegiatan ini adalah

survey, investigasi dan desain, konstruksi dan pengadaan sarana produksi.

Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam pembuatan kebun hijauan makanan

ternak adalah sebagai berikut :

A. Survey dan Investigasi

Tujuan dilaksanakannya survei dan investigasi adalah untuk

mendapatkan peternak calon pengguna dan calon lokasi (CP-CL) yang

layak, untuk dibuat desain tata letak perluasan areal kebun HMT. Dalam

pelaksanaan survey dan investigasi hal – hal yang perlu dilakukan

adalah:

1. Membuat Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan untuk peternak yang meliputi nama peternak,

jumlah dan jenis ternak serta luas lahan yang dimiliki, sumber

pakan ternak yang didapat saat ini serta pembuatan tabel – tabel

untuk tabulasi dan pengolahan data.

2. Pengumpulan data

(20)

a. Data primer diperoleh di lapangan dengan cara wawancara,

pengamatan atau pengukuran langsung. Data primer meliputi

keadaan sifat tanah, kesediaan peternak, daftar nama peternak,

jenis ternak, jumlah dan struktur ternak, luas dan jenis vegetasi

di masing-masing kawasan, serta pembuatan peta lokasi. Hal -

hal yang dilakukan dalam wawancara meliputi antara lain

kesediaan peternak untuk melaksanakan kegiatan perluasan

areal kebun HMT, luas lahan, kondisi sosial peternak, kondisi

infrastruktur lokasi. Dari data yang dikumpulkan diketahui

keadaan potensi areal calon perluasan areal kebun HMT.

b. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan data sekunder

yang dikumpulkan digunakan untuk menunjang data - data

primer guna memberikan gambaran yang lebih lengkap

terhadap calon lokasi. Data sekunder yang dimaksudkan dapat

berupa pola usaha peternak, penyediaan sapronak, serta luas

lahan.

3. Tabulasi Data Serta Pengolahan Data

Kegiatan tabulasi dan pengolahan data dimaksudkan untuk

mempermudah analisis data primer yang telah dikumpulkan untuk

mempermudah pengambilan keputusan.

(21)

Sebelum lokasi dinyatakan layak, maka perlu dilakukan

pembahasan dengan instansi terkait, hasil pembahasan berupa

kesepakatan calon lokasi yang ditanda tangani oleh bupati/ walikota

atau kepala dinas peternakan/ yang membidangi peternakan di

kabupaten.

5. Pembuatan laporan

Pembuatan laporan dilakukan oleh petugas pelaksana kegiatan

berdasarkan hasil kegiatan survey dan investigasi di lapangan.

B. Desain

Pembuatan desain perluasan areal kebun HMT dilaksanakan atas dasar

hasil pengukuran, pembuatan denah dan layout pada lokasi yang

dinyatakan sesuai dari hasil survey dan investigasi. Desain yang

dihasilkan bisa berupa desain sederhana namun jelas sehingga mudah

diterjemahkan untuk pelaksanaan konstruksi.

Tahapan kegiatan desain, diantaranya dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pengukuran

Pengukuran dilaksanakan dengan memakai alat ukur. Tujuan dari

pengukuran ini adalah untuk mendapatkan minimal luas lokasi,

keliling lokasi atau “Row meting”dan lain-lain sesuai keperluan.

(22)

Berdasarkan hasil pengukuran dilakukan pembuatan denah yang

meliputi luas, keliling, dan lain-lain sesuai keperluan.

3. Pembuatan Rancangan

Pembuatan rancangan tata letak (lay out) dilaksanakan berdasarkan

denah dan dilaksanakan sesuai dengan keadaan lokasi.

4. Pembuatan Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

Biaya pembuatan kebun HMT memperhitungkan keadaan vegetasi

yang harus dibersihkan, pengolahan tanah dan sarana lainnya yang

diperlukan.

C. Konstruksi

Kegiatan konstruksi dilaksanakan melalui tahap sebagai berikut :

1. Pembersihan Lahan dan Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media tumbuh yang

optimum bagi suatu tanaman. Tanah yang diolah secara baik

menyangkut pengertian :

a. membersihkan tanah dari tumbuhan-tumbuhan pengganggu

(weed)

b. menjamin perkembangan sistem perakaran

c. memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan persediaan air.

(23)

Pemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat

bermanfaat bagi kondisi fisik tanah tersebut, karena akan

memperbaiki struktur tanah. Disamping itu dapat pula diberikan

pupuk anorganik seperti KCl, Sp-36 dan urea, disesuaikan dengan

jenis tanah setempat.

3. Penanaman

Penanaman dapat dimulai setelah hujan pertama, hal yang perlu

diperhatikan terlebih dahulu ialah jenis hijauan yang akan ditanam.

Jenis rumput yang dapat digunakan antara lain rumput raja (King

grass), rumput gajah (Pennisetum purpureum), Panicum maxcimum,

Andropogon gayamus, Setaria Sp dan lain-lain. Untuk memperoleh

produksi hijauan maksimal maka penanaman rumput perlu

dikombinasi dengan menanam legum (kacang-kacangan).

Sedangkan legum yang dapat digunakan adalah legum pohon.

Legum pohon dapat memanfaatkan lamtoro, turi, gamal, kaliandra,

waru atau jenis lain yang cocok dan ada di lokasi setempat.

Penanaman dapat dilakukan dengan stek. Penanaman leguminosa

menggunakan benih, dapat dilakukan secara langsung disebar

(broadcast) pada lahan, atau dibibitkan terlebih dahulu pada polybag

untuk leguminosa pohon. Sistem penanaman HMT disesuaikan

dengan kondisi kemiringan tanah dan kebiasaan masyarakat

(24)

D. Sarana Produksi

Sarana produksi dari kegiatan ini meliputi pupuk, bibit/ benih rumput

unggul dan atau legum serta chopper.

E. Jadwal Pelaksanaan

Diharapkan kegiatan perluasan areal kebun HMT dilaksanakan sesuai

(25)

V. TATA LAKSANA KEBUN HMT

Kebun HMT merupakan lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume

sebagai sumber pakan ternak yang berkualitas.

Tujuan utama dalam pembuatan kebun HMT adalah untuk menyediakan

hijauan makanan ternak yang berkualitas dan diharapkan dapat menjamin

ketersediaan pakan secara kontinyu sepanjang tahun.

Untuk memenuhi tujuan di atas maka perlu memperhatikan Tata Laksana

Kebun HMT, karena dalam pembuatan kebun HMT tidak hanya menanam dan

memotong HMT tetapi harus melaksanakan pengontrolan tanaman untuk

mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan tanaman, memperhatikan

waktu pemotongan, teknik pemotongan, serta memperhatikan populasi dan

struktur ternak yang terlibat dalam pemanfaatan kebun HMT yang dibangun

untuk mengetahui daya tampung lahan.

Tujuan tata laksana kebun HMT adalah :

1. Untuk mempertahankan produksi hijauan yang bermutu dalam jangka

waktu lama.

2. Untuk mempergunakan seefisien mungkin hijauan makanan ternak yang

dihasilkan.

(26)

A. Pengontrolan Tanaman

Untuk melihat ada atau tidaknya gangguan pertumbuhan pada hijauan

makanan ternak perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :

Ciri-ciri hijauan makanan ternak yang sehat :

1. Batang lebih gemuk dan mengkilat, jika dipijat mudah keluar cairan.

2. Daun jika diraba lebih halus dan merunduk/ melengkung terkadang

mudah rebah.

3. Warna daun dan batang hijau cerah sampai hijau gelap.

4. Lambat masak atau waktu sampai berbunga lebih lama.

5. Porsi daun lebih banyak dari pada batang, minimal 50%.

Ciri-ciri tanaman makanan ternak yang tidak sehat :

1. Penampakan lebih kurus.

2. Daun tegak, keras, kasar, pendek dan sempit.

3. Warna daun kekuning-kuningan, terkadang terdapat warna ungu

atau coklat ditepi daun.

4. Batang diameternya lebih kecil dan keras serta jika dipijit tidak

mudah mengeluarkan cairan.

5. Batang sangat mudah membentuk jaringan gabus dibagian dalam.

6. Cepat pembentukan bunga atau cepat tua.

(27)

Apabila terdapat tanaman yang tidak sehat/ mati maka perlu dilakukan

penggantian dengan tanaman yang baru (disulam).

B. Waktu dan Teknik Pemotongan

Dalam pelaksanaan panen diusahakan tepat waktu dan menghitung

kebutuhan hijauan yang akan dipanen. Pemanenan pertama dilakukan

60 - 70 hari setelah tanam, dan pemanenan selanjutnya dilakukan setiap

50 - 55 hari untuk rumput gajah dan rumput raja. Pemotongan dilakukan

sekitar ± 15 - 20 cm diatas permukaan tanah. Selain itu, sebaiknya

pemanenan tidak dilakukan saat hujan, karena dapat menyebabkan

kebusukan hijauan pakan saat disimpan.

C. Daya Tampung Lahan

Perhitungan mengenai daya tampung suatu lahan terhadap jumlah

ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada produksi hijauan

makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma

Satuan Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan

berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi.

Berikut ini disampaikan standar/ norma satuan ternak dari berbagai jenis

ternak.

(28)

No. Jenis Ternak Kelompok 3. Domba/ kambing Dewasa

Muda

Norma/ standar kebutuhan hijauan makanan ternak berdasarkan Satuan

Ternak adalah sebagai berikut :

a. Ternak dewasa (1 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 35

kg/ekor/hari.

b. Ternak muda (0,50 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 15 –

17,5 kg/ekor/hari.

c. Anak ternak (0,25 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 7,5 – 9

(29)

VI. INDIKATOR KINERJA

A. Indikator Kinerja

Beberapa indikator kinerja makro yang digunakan sebagai ukuran untuk

penilaian kinerja kegiatan perluasan areal kebun HMT adalah sebagai

berikut :

1. Indikator Keluaran (Out Put)

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terwujudnya

pertambahan luas areal kebun hijauan makanan ternak.

2. Indikator Keberhasilan (Out Come)

Tersedianya hijauan makanan ternak berkualitas pada kawasan

peternakan.

3. Indikator Manfaat (Benefit)

Tercukupinya kebutuhan hijauan makanan ternak berkualitas dari

kebun hijauan makanan ternak yang telah dibangun.

4. Indikator Dampak (Impact)

Meningkatnya produksi dan produktivitas ternak sehingga

(30)

B. Bobot Kinerja Fisik

Bobot kinerja fisik dari masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :

No. Kegiatan Bobot Kinerja

Fisik (%)

c. Pengadaan sapronak (pupuk, bibit

(31)

VII. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Dalam Pelaksanaan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak dilakukan

kegiatan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan oleh Tingkat Pusat,

Propinsi dan Kabupaten/ Kota sesuai dengan tugas dan tanggung jawab

sebagai berikut :

A. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Pusat

1. Menyusun pedoman teknis perluasan areal kebun hijauan makanan

ternak.

2. Melaksanakan bimbingan, monitoring dan evaluasi kegiatan

perluasan areal kebun hijauan makanan ternak.

3. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.

B. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Propinsi

1. Menyusun petunjuk pelaksanaan sebagai penjabaran dari pedoman

teknis pusat yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

2. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi.

3. Menyusun laporan rekapitulasi pelaksanaan kegiatan perluasan areal

(32)

4. Melaksanakan bimbingan terhadap pemanfaatan dan pengelolaan

kebun HMT yang telah dibangun.

C. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Kabupaten

1. Menyusun petunjuk teknis sebagai penjabaran dari petunjuk

pelaksanaan yang dibuat oleh propinsi yang disesuaikan dengan

kondisi setempat.

2. Melakukan bimbingan teknis kepada para petugas lapangan dan

kelompok peternak peserta pelaksana kegiatan.

3. Memfasilitasi kelompok peternak dalam melaksanakan perluasan

areal kebun hijauan makanan ternak.

4. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan perluasan areal kebun

hijauan makanan ternak dan disampaikan ke propinsi dengan

tembusan ke pusat.

5. Melaksanakan bimbingan kepada kelompok peternak dalam

pemanfaatan dan pengelolaan kebun HMT.

D. Pelaporan

1. Laporan kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak

dilakukan sejak mulai dilaksanakan persiapan sampai dengan

selesainya kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak.

Adapun format laporan pelaksanaan kegiatan menggunakan form

(33)

2. Alur pelaporan

Kepala Dinas yang membidangi peternakan Kabupaten/ Kota/ Satker

Pembinaan dan Pengembangan Peternakan di Kabupaten yang

mendapat alokasi kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan

ternak mengirimkan laporan tersebut ke propinsi dengan tembusan

ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air , dengan alamat

Ditjen PLA cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus

Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan,

Jaksel, via Fax : 021 – 7816086 atau E-mail :

simonevpla@deptan.go.id.

Kepala Dinas yang membidangi peternakan Kabupaten/ Satker

Pembinaan dan Pengembangan Peternakan Propinsi mengirimkan

laporan tersebut ke pusat bersama laporan dari kabupaten/ kota.

3. Frekuensi pelaporan

Laporan kegiatan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Laporan bulanan berupa laporan pelaksanaan kegiatan fisik dan

keuangan (sesuai form laporan PLA 01,02,03 dan 04).

b. Laporan akhir tahun. Laporan seluruh pelaksanaan kegiatan

fisik dan keuangan yang dilengkapi dengan foto - foto

dokumentasi pada kondisi awal pekerjaan, sedang dalam

(34)

Contoh :

RUKK Perluasan Areal

Kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT) seluas 20 ha

No Jenis Kegiatan Kebutuhan Harga Satuan

1. Pengadaan chopper dimungkinkan untuk luas lahan minimal 20 ha yang dikelola oleh 1(satu) kelompok peternak.

2. Luas kebun HMT 20 ha dapat terdiri dari beberapa hamparan dengan luas diupayakan minimal 1(satu) hektar.

(35)

JADWAL PALANG KEGIATAN PERLUASAN AREAL KEBUN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DIREKTORAT : PERLUASAN AREAL SUBDIT : KAWASAN PETERNAKAN SEKSI : BIMBINGAN DAN PEMBUKAAN LAHAN

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

A. Persiapan

1. Penerimaan DIPA 2. Penerimaan POK 3. Penerimaan Pedum Teknis 4. SK. Penetapan KPA, PPK, Bendahara 5. Pembentukan Tim Teknis

Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke

TAHUN 2009

Bulan

Januari Pebruari Maret April Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

No. Komponen Kegiatan Mei

(36)

Form PLA.01

Keuangan Fisik Fisik Nama Desa/ Koordinat (Rp) (Ha/Km/Unit) (Rp) (%) (%) Kelompok Kecamatan

A. Pengelolaan Air

Penanggung j awab kegi at an Kabupat en

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN

KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR T.A. ……….

Pagu DIPA Realisasi Terhadap Pagu DIPA Keterangan Anggaran

(37)

Form PLA.02

KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA ………

No. Dinas Kabupaten/Kota*)

Pagu DIPA Realisasi Terhadap Pagu DIPA Anggaran

Penanggung j aw ab kegi at an Pr opi nsi

Aspek/Kegiatan

JUMLAH

(38)

Form PLA.03 2 Perluasan Areal Hort ikult ura 3 Perluasan Areal Perkebunan 4 dst

Cat at an :

1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi t erkait t embusan ke Dit j en PLA pada akhir Tahun Anggaran

2. Laporan ke Dit j en PLA cq. ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/ a. Kanpus Dept an Gedung D Lant ai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel, via Fax : 021-7816086 at au E-mail : simonevpla@dept an.go.id

3. Manfaat harus t erukur, cont oh :

a. Kegiat an JITUT/ JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produkt ivit as 5 t on/ Ha, sehingga manfaat kegiat an berupa peningkat an produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 t on b. Rehab JUT/ JAPROD

Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg at au Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan t ingkat produksi 1.000 t on sehingga manfaat kegiat an dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;

c. Cet ak Sawah Seluas 200 Ha

Menyebabkan perluasan areal t anam seluas 200 Ha dengan produkt ivit as 2,5 t on/ Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiat an cet ak sawah berupa peningkat an produksi sebesar 200 X 2,5 t on X 1,5 = 750 t on

4. *) Coret yang t idak perlu

………. ……….…. 2009 Penanggungj awab Kegiat an Kabupat en

LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

No. Kegiatan Target Fisik DIPA Realisasi Fisik Manfaat TA. 2006/2007/ 2008*)

(39)

Form PLA.04

2 Perluasan Areal Hort ikult ura 3 Perluasan Areal Perkebunan 4 dst

Cat at an :

1. Laporan dikirim ke Dit j en PLA pada akhir Tahun Anggaran

2. Laporan ke Dit j en PLA cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/ a. Kanpus Dept an Gedung D Lant ai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel, via Fax : 021-7816086 at au E-mail : simonevpla@dept an.go.id

3 Manfaat harus t erukur, cont oh :

a. Kegiat an JITUT/ JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produkt ivit as 5 t on/ Ha, sehingga manfaat kegiat an berupa peningkat an produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 t on b. Rehab JUT/ JAPROD

Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg at au Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan t ingkat produksi 1.000 t on sehingga manfaat kegiat an dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;

c. Cet ak Sawah Seluas 200 Ha

Menyebabkan perluasan areal t anam seluas 200 Ha dengan produkt ivit as 2,5 t on/ Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiat an cet ak sawah berupa peningkat an produksi sebesar 200 X 2,5 t on X 1,5 = 750 t on

4. *) Coret yang t idak perlu

………. ……….…………. 2009

2 4

REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

(40)

Contoh Jenis Rumput dan Legum

Rumput Gajah

(41)

Rumput Setaria

(42)

Kaliandra

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswi kelas VIII MTs Negeri Babadan Baru Yogyakarta dapat menggunakan terapi musik Mozart dan guided imagery sebagai teknik distraksi

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin menelaah dan mengkaji tentang bagaimana metode penerapan pembelajaran gitar elektrik kidal pada tangan

[r]

perkumpulan agama (pasal 43 ayat 3); pasal 58 Undang-undang Dasar Sementara Negara Kesatuan ini sama bunyinya dengan pasal 100 Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat;

Penelitian dengan desain retrospektif ini bertujuan mengetahui hubungan antara status gizi ibu hamil vegetarian (indeks masa tubuh/IMT prahamil dan kenaikan berat badan hamil)

Beban pada pegas ditarik ke bawah hingga mencapai simpangan maksimum bawah, sehingga kecepatan benda minimum (nol), gaya maksimum yang arahnya menuju

Dalam rangka persiapan penyusunan pertimbangan dimaksud, Komite IV melaksanakan Rapat Pleno dengan agenda telaah atas RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dengan

Berkaitan dengan peningkatan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, maka dalam melaksanakan kegiatan suatu organisasi administrasi pemerintah pada umumnya, atasan