PEDOMAN TEKNI S
PERLUASAN AREAL
KEBUN HI JAUAN MAKANAN TERNAK
DI REKTORAT PERLUASAN AREAL
DI REKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AI R
KATA PENGANTAR
Perluasan areal kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu tugas dan fungsi Direktorat Perluasan Areal khususnya di bidang peternakan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan HMT pada kawasan peternakan/ sentra produksi ternak.
Dalam pelaksanaan perluasan areal kebun HMT akan melibatkan berbagai instansi terkait baik ditingkat pusat maupun daerah, serta partisipasi masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut demi kelancaran pelaksanaan perlu dibuat Pedoman Teknis Perluasan Areal Kebun HMT.
Muatan pedoman teknis ini bersifat umum karena berlaku secara Nasional sehingga Dinas Peternakan/ yang membidangi peternakan Propinsi perlu menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas Peternakan/ yang membidangi
peternakan Kabupaten/ Kota perlu menerbitkan Petunjuk Teknis yang
menjabarkan secara lebih rinci pedoman teknis ini sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing.
Kami menyadari bahwa pedoman ini masih belum sempurna, namun kami berharap pedoman ini dapat bermanfaat dalam melaksanakan perluasan areal kebun HMT tahun 2009 di daerah.
Jakarta, Januari 2009 Direktur Perluasan Areal,
Dr. Ir. Agus Sofyan,MS NIP. 080.063.222
D A F T A R I S I
II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN
A. Pengertian
B. Ruang Lingkup Kegiatan
4 4 5
III. KETENTUAN DALAM PERLUASAN AREAL KEBUN HMT
A. Norma
V TATA LAKSANA KEBUN HMT A. Pengontrolan Tanaman
B. Waktu dan Teknik Pemotongan C. Daya Tampung Lahan
21 22 23 23
VI. INDIKATOR KINERJA
A. Indikator Kinerja B. Bobot Kinerja Fisik
25 25 26
VII. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Pusat B. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Propinsi C. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Kabupaten D. Pelaporan
27 27 27 28 28
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam manajemen budidaya ternak, pakan merupakan kebutuhan
tertinggi yaitu 60-70 % dari seluruh biaya produksi. Mengingat tingginya
komponen biaya tersebut maka perlu adanya perhatian dalam
penyediaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tidak terkecuali
bagi ternak ruminansia dimana pakan yang diperlukan berupa Hijauan
Makanan Ternak (HMT). Kebutuhan pokok konsumsi HMT untuk setiap
harinya ± 10% dari berat badan ternak.
Dalam ransum ternak ruminansia, rumput lebih banyak digunakan
karena selain lebih murah juga lebih mudah diperoleh. Disamping itu
rumput mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap
tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan).
Salah satu upaya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas
ternak, ketersediaan dan kontinyuitas HMT sangat diperlukan, untuk itu
perlu diwujudkan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun HMT.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka berdasarkan Peraturan Presiden
Pengelolaan Lahan dan Air sebagai institusi yang menangani
pengelolaan sumber daya lahan dan air.
Direktorat Perluasan Areal sebagai salah satu unit kerja pada Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air mempunyai tugas dan fungsi
melaksanakan perluasan areal di bidang pertanian, salah satunya
adalah perluasan areal di bidang peternakan.
Perluasan areal di bidang peternakan diantaranya dilakukan melalui
perluasan areal kebun HMT dengan maksud untuk menambah luas
areal kebun hijauan makanan ternak agar mencukupi kebutuhan pakan
ternak yang berkualitas.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah untuk memberikan arahan
kepada petugas peternakan propinsi, kabupaten/kota serta masyarakat
peternak dalam melaksanakan kegiatan perluasan areal kebun hijauan
makanan ternak yang meliputi penetapan calon peternak peserta dan
calon lokasi, pembuatan desain sederhana, pembuatan Rencana
Anggaran Biaya (RAB), pelaksanaan konstruksi serta penyediaan
C. Keluaran
Keluaran dari kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak
adalah terwujudnya penambahan luas areal kebun hijauan makanan
II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN
A. Pengertian
1. Perluasan areal kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT) adalah
pembuatan kebun hijauan makanan ternak dalam rangka
memperluas areal kebun hijauan makanan ternak guna
meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas.
2. Kebun HMT adalah lahan tempat ditanamnya rumput unggul dan
atau legum sebagai sumber pakan ternak yang berkualitas.
3. Survey investigasi adalah kegiatan penilaian kelayakan terhadap
calon lokasi dan calon peternak baik secara teknis, ekonomis dan
sosial untuk mendapatkan calon lokasi dan calon peternak yang
layak dalam kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan
ternak.
4. Desain perluasan areal kebun HMT adalah kegiatan pengukuran
dan pembuatan peta rancangan teknis pada lokasi yang dinyatakan
layak dari hasil survey investigasi. Dalam pembuatan desain perlu
dibuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk kegiatan perluasan
areal kebun HMT.
5. Desain sederhana adalah kegiatan pengukuran dan pembuatan
denah secara sederhana pada lokasi yang dinyatakan layak dari
B. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan perluasan areal kebun HMT meliputi :
1. Survey, Investigasi dan Desain (SID)
Kegiatan SID ini dilakukan secara swakelola oleh Petugas Dinas
Peternakan/ yang membidangi Peternakan kabupaten/ kota
sedangkan penetapannya oleh Kepala Dinas Pertanian/ Peternakan
kabupaten/ kota.
2. Konstruksi Perluasan Areal Kebun HMT
Kegiatan konstruksi perluasan areal kebun HMT meliputi kegiatan
sebagai berikut :
a. Pembersihan Lahan
b. Pengolahan tanah
c. Pemupukan
d. Penanaman
3. Pengadaan Sarana Produksi
Sarana produksi dari kegiatan ini meliputi pupuk, bibit/ benih rumput
unggul dan atau legum serta chopper.
Kegiatan ini dapat dilakukan setelah kegiatan utama terpenuhi.
Kegiatan lain yang diperlukan adalah kegiatan yang mendukung
adanya kebun HMT sesuai kebutuhan diantaranya adalah membuat
III. KETENTUAN DALAM PERLUASAN AREAL KEBUN HMT
Kegiatan perluasan kebun HMT diarahkan pada lahan yang letaknya tidak jauh
dari kawasan peternakan/ sentra produksi ternak. Lahan yang digunakan
untuk kebun HMT ditetapkan oleh Bupati/ Walikota/ Dinas Peternakan/
yang membidangi peternakan. Adapun norma, kriteria, standar teknis dan
prosedur perluasan areal kebun HMT adalah sebagai berikut :
A. Norma
Perluasan areal kebun HMT merupakan upaya penambahan luas areal
kebun hijauan makanan ternak guna meningkatkan produksi hijauan
makanan ternak yang berkualitas.
B. Standar Teknis
1. Kesuburan Tanah
Memiliki kesuburan tanah dengan pH antara 6,5 – 7,0. Tanah -
tanah dengan pH dibawah 6,5 dinyatakan sebagai tanah asam,
sedangkan tanah dengan pH diatas 7,0 dinyatakan sebagai tanah
alkalis. Untuk menaikkan pH tanah yang asam dapat ditambahkan
dapat digunakan pupuk yang bereaksi dengan asam misalnya yang
mengandung sulfur seperti pupuk ZA dan lain-lain.
2. Mempunyai kemiringan tanah <300
Semakin tinggi derajat kemiringan tanah penggunaan pupuk
semakin tidak efisien, sehingga untuk mempertahankan kelestarian
kesuburan tanah memerlukan upaya khusus.
3. Tersedia sumber air
Suplai air diperlukan untuk pertumbuhan tanaman terutama bagi
daerah-daerah yang mengalami kemarau panjang. Sumber air dapat
berasal dari sumber air alami atau sumber air buatan.
4. Luas hamparan kebun HMT
Luas satu hamparan kebun HMT diupayakan ≥ 1 ha dan dalam satu
kawasan minimal terdapat kebun HMT seluas 5 ha. Luas lahan
yang akan digunakan sebagai kebun HMT perlu diperkirakan skala
ekonomi sesuai dengan target pemeliharaan ternak dari tahun ke
5. Aksesibilitas
Jarak kebun HMT yang akan dibuat dengan kawasan peternakan /
sentra produksi ternak mudah dijangkau.
C. Kriteria
1. Kriteria Calon Lokasi
a. Lahan yang digunakan untuk kebun HMT adalah lahan bebas
banjir dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Dinas
Peternakan/yang membidangi peternakan.
b. Status tanah dan batas kepemilikannya jelas, tidak dalam
sengketa dan tidak tumpang tindih dengan proyek/ kegiatan
lainnya.
c. Terbentuk kelompok peternak yang bersedia memelihara dan
mengembangkan kebun HMT.
d. Lokasi mudah dijangkau dan terdapat jalan yang mudah
diakses, serta tersedia petugas yang membina.
2. Kriteria Peternak Calon Pengguna
Diutamakan kepada kelompok peternak yang telah memiliki ternak
ruminansia baik secara swadaya maupun berasal dari bantuan
D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan perluasan areal kebun HMT adalah :
1. Survey, Investigasi dan Desain
2. Pembersihan Lahan
3. Pengolahan Tanah
4. Pengadaan Saprodi
5. Pemupukan
6. Penanaman
7. Pekerjaan lain yang diperlukan
Perluasan areal kebun HMT dimungkinkan membeli 1 (satu) unit
chopper apabila melaksanakan kegiatan minimal 20 ha yang dikelola
oleh 1 (satu) kelompok.
E. Pembiayaan
1. Sumber Pembiayaan
Pembiayaan untuk pelaksanaan perluasan areal kebun HMT dapat
berasal dari dana APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/ Kota
serta partisipasi petani/ masyarakat. Sumber pembiayaan kegiatan
No. Kegiatan Sumber Pembiayaan
Konstruksi dan bantuan sarana produksi yang dibiayai melalui
APBN dituangkan dalam MAK : Belanja Lembaga Sosial lainnya.
Pembiayaan kegiatan perluasan areal kebun HMT berasal dari
APBN yang terdiri dari konstruksi dan sarana produksi dengan
komponen masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :
a. Konstruksi meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah,
pemupukan dan penanaman.
b. Sarana produksi meliputi pupuk, bibit/benih rumput unggul dan
atau legum serta chopper.
Apabila tenaga kerja peternak untuk pembersihan lahan dan
pengolahan tanah terbatas maka dimungkinkan untuk menyewa alat
mekanik seperti traktor dan lain-lain.
Jumlah dana yang tersedia adalah dana maksimal sehingga apabila
dana untuk konstruksi dan saprodi masih ada kelebihan maka dapat
digunakan untuk menambah volume kegiatan atau untuk keperluan
apabila dana kurang maka dapat diupayakan dari APBD dan atau
swadaya kelompok peternak.
Pemeliharaan lanjutan berupa : pemeliharaan tanaman serta
pemeliharaan sarana prasarana yang menunjang kelangsungan
kebun hijauan makanan ternak menjadi tanggungjawab masyarakat
kelompok peternak yang bersangkutan.
2. Mekanisme Pencairan Dana
Pencairan dan pemanfaatan dana untuk kegiatan konstruksi,
bantuan sarana produksi dan sarana pendukung mengacu pada
buku Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial, yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.
Mekanisme pencairan dana Bantuan Sosial tersebut dilakukan
melalui transfer uang kepada kelompok sasaran. Secara ringkas
Keterangan Skema :
Keterangan Skema :
a. Ketua Kelompok Sasaran Bantuan Sosial mengajukan Rencana
Usulan Kerja Kelompok (RUKK) kepada Pejabat Pembuat
Komitmen melalui Koordinator Lapangan/Tim Teknis.
b. RUKK oleh Koordinator Lapangan/Tim Teknis dilakukan
penelitian/penelaahan lebih lanjut sebelum diteruskan ke PPK.
c. Oleh PPK, konsep RUKK dipelajari dan ditelaah menyangkut
d. RUKK selanjutnya diajukan ke Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) yaitu Kepala Dinas Kabupaten/Kota sebagai dasar
penerbitan SPP.
e. SPP yang diterbitkan oleh KPA selanjutnya diajukan ke pejabat
Penguji dan Perintah Pembayaran (P4) sebagai dasar
penerbitan SPM.
f. Oleh Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran, SPM diajukan
ke KPPN guna penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D).
g. SP2D tersebut sebagai dasar transfer dana kepada Ketua
Kelompok Sasaran Bantuan Sosial.
Hasil dari kegiatan ini menjadi milik masyarakat dan tidak perlu
dikembalikan ke pemerintah. Oleh karena itu agar diatur dan
dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan oleh propinsi dan Petunjuk
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
Dalam melaksanakan kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak
maka perlu diketahui komponen kegiatan. Komponen dari kegiatan ini adalah
survey, investigasi dan desain, konstruksi dan pengadaan sarana produksi.
Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam pembuatan kebun hijauan makanan
ternak adalah sebagai berikut :
A. Survey dan Investigasi
Tujuan dilaksanakannya survei dan investigasi adalah untuk
mendapatkan peternak calon pengguna dan calon lokasi (CP-CL) yang
layak, untuk dibuat desain tata letak perluasan areal kebun HMT. Dalam
pelaksanaan survey dan investigasi hal – hal yang perlu dilakukan
adalah:
1. Membuat Daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan untuk peternak yang meliputi nama peternak,
jumlah dan jenis ternak serta luas lahan yang dimiliki, sumber
pakan ternak yang didapat saat ini serta pembuatan tabel – tabel
untuk tabulasi dan pengolahan data.
2. Pengumpulan data
a. Data primer diperoleh di lapangan dengan cara wawancara,
pengamatan atau pengukuran langsung. Data primer meliputi
keadaan sifat tanah, kesediaan peternak, daftar nama peternak,
jenis ternak, jumlah dan struktur ternak, luas dan jenis vegetasi
di masing-masing kawasan, serta pembuatan peta lokasi. Hal -
hal yang dilakukan dalam wawancara meliputi antara lain
kesediaan peternak untuk melaksanakan kegiatan perluasan
areal kebun HMT, luas lahan, kondisi sosial peternak, kondisi
infrastruktur lokasi. Dari data yang dikumpulkan diketahui
keadaan potensi areal calon perluasan areal kebun HMT.
b. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan data sekunder
yang dikumpulkan digunakan untuk menunjang data - data
primer guna memberikan gambaran yang lebih lengkap
terhadap calon lokasi. Data sekunder yang dimaksudkan dapat
berupa pola usaha peternak, penyediaan sapronak, serta luas
lahan.
3. Tabulasi Data Serta Pengolahan Data
Kegiatan tabulasi dan pengolahan data dimaksudkan untuk
mempermudah analisis data primer yang telah dikumpulkan untuk
mempermudah pengambilan keputusan.
Sebelum lokasi dinyatakan layak, maka perlu dilakukan
pembahasan dengan instansi terkait, hasil pembahasan berupa
kesepakatan calon lokasi yang ditanda tangani oleh bupati/ walikota
atau kepala dinas peternakan/ yang membidangi peternakan di
kabupaten.
5. Pembuatan laporan
Pembuatan laporan dilakukan oleh petugas pelaksana kegiatan
berdasarkan hasil kegiatan survey dan investigasi di lapangan.
B. Desain
Pembuatan desain perluasan areal kebun HMT dilaksanakan atas dasar
hasil pengukuran, pembuatan denah dan layout pada lokasi yang
dinyatakan sesuai dari hasil survey dan investigasi. Desain yang
dihasilkan bisa berupa desain sederhana namun jelas sehingga mudah
diterjemahkan untuk pelaksanaan konstruksi.
Tahapan kegiatan desain, diantaranya dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pengukuran
Pengukuran dilaksanakan dengan memakai alat ukur. Tujuan dari
pengukuran ini adalah untuk mendapatkan minimal luas lokasi,
keliling lokasi atau “Row meting”dan lain-lain sesuai keperluan.
Berdasarkan hasil pengukuran dilakukan pembuatan denah yang
meliputi luas, keliling, dan lain-lain sesuai keperluan.
3. Pembuatan Rancangan
Pembuatan rancangan tata letak (lay out) dilaksanakan berdasarkan
denah dan dilaksanakan sesuai dengan keadaan lokasi.
4. Pembuatan Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Biaya pembuatan kebun HMT memperhitungkan keadaan vegetasi
yang harus dibersihkan, pengolahan tanah dan sarana lainnya yang
diperlukan.
C. Konstruksi
Kegiatan konstruksi dilaksanakan melalui tahap sebagai berikut :
1. Pembersihan Lahan dan Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media tumbuh yang
optimum bagi suatu tanaman. Tanah yang diolah secara baik
menyangkut pengertian :
a. membersihkan tanah dari tumbuhan-tumbuhan pengganggu
(weed)
b. menjamin perkembangan sistem perakaran
c. memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan persediaan air.
Pemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat
bermanfaat bagi kondisi fisik tanah tersebut, karena akan
memperbaiki struktur tanah. Disamping itu dapat pula diberikan
pupuk anorganik seperti KCl, Sp-36 dan urea, disesuaikan dengan
jenis tanah setempat.
3. Penanaman
Penanaman dapat dimulai setelah hujan pertama, hal yang perlu
diperhatikan terlebih dahulu ialah jenis hijauan yang akan ditanam.
Jenis rumput yang dapat digunakan antara lain rumput raja (King
grass), rumput gajah (Pennisetum purpureum), Panicum maxcimum,
Andropogon gayamus, Setaria Sp dan lain-lain. Untuk memperoleh
produksi hijauan maksimal maka penanaman rumput perlu
dikombinasi dengan menanam legum (kacang-kacangan).
Sedangkan legum yang dapat digunakan adalah legum pohon.
Legum pohon dapat memanfaatkan lamtoro, turi, gamal, kaliandra,
waru atau jenis lain yang cocok dan ada di lokasi setempat.
Penanaman dapat dilakukan dengan stek. Penanaman leguminosa
menggunakan benih, dapat dilakukan secara langsung disebar
(broadcast) pada lahan, atau dibibitkan terlebih dahulu pada polybag
untuk leguminosa pohon. Sistem penanaman HMT disesuaikan
dengan kondisi kemiringan tanah dan kebiasaan masyarakat
D. Sarana Produksi
Sarana produksi dari kegiatan ini meliputi pupuk, bibit/ benih rumput
unggul dan atau legum serta chopper.
E. Jadwal Pelaksanaan
Diharapkan kegiatan perluasan areal kebun HMT dilaksanakan sesuai
V. TATA LAKSANA KEBUN HMT
Kebun HMT merupakan lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume
sebagai sumber pakan ternak yang berkualitas.
Tujuan utama dalam pembuatan kebun HMT adalah untuk menyediakan
hijauan makanan ternak yang berkualitas dan diharapkan dapat menjamin
ketersediaan pakan secara kontinyu sepanjang tahun.
Untuk memenuhi tujuan di atas maka perlu memperhatikan Tata Laksana
Kebun HMT, karena dalam pembuatan kebun HMT tidak hanya menanam dan
memotong HMT tetapi harus melaksanakan pengontrolan tanaman untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan tanaman, memperhatikan
waktu pemotongan, teknik pemotongan, serta memperhatikan populasi dan
struktur ternak yang terlibat dalam pemanfaatan kebun HMT yang dibangun
untuk mengetahui daya tampung lahan.
Tujuan tata laksana kebun HMT adalah :
1. Untuk mempertahankan produksi hijauan yang bermutu dalam jangka
waktu lama.
2. Untuk mempergunakan seefisien mungkin hijauan makanan ternak yang
dihasilkan.
A. Pengontrolan Tanaman
Untuk melihat ada atau tidaknya gangguan pertumbuhan pada hijauan
makanan ternak perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :
Ciri-ciri hijauan makanan ternak yang sehat :
1. Batang lebih gemuk dan mengkilat, jika dipijat mudah keluar cairan.
2. Daun jika diraba lebih halus dan merunduk/ melengkung terkadang
mudah rebah.
3. Warna daun dan batang hijau cerah sampai hijau gelap.
4. Lambat masak atau waktu sampai berbunga lebih lama.
5. Porsi daun lebih banyak dari pada batang, minimal 50%.
Ciri-ciri tanaman makanan ternak yang tidak sehat :
1. Penampakan lebih kurus.
2. Daun tegak, keras, kasar, pendek dan sempit.
3. Warna daun kekuning-kuningan, terkadang terdapat warna ungu
atau coklat ditepi daun.
4. Batang diameternya lebih kecil dan keras serta jika dipijit tidak
mudah mengeluarkan cairan.
5. Batang sangat mudah membentuk jaringan gabus dibagian dalam.
6. Cepat pembentukan bunga atau cepat tua.
Apabila terdapat tanaman yang tidak sehat/ mati maka perlu dilakukan
penggantian dengan tanaman yang baru (disulam).
B. Waktu dan Teknik Pemotongan
Dalam pelaksanaan panen diusahakan tepat waktu dan menghitung
kebutuhan hijauan yang akan dipanen. Pemanenan pertama dilakukan
60 - 70 hari setelah tanam, dan pemanenan selanjutnya dilakukan setiap
50 - 55 hari untuk rumput gajah dan rumput raja. Pemotongan dilakukan
sekitar ± 15 - 20 cm diatas permukaan tanah. Selain itu, sebaiknya
pemanenan tidak dilakukan saat hujan, karena dapat menyebabkan
kebusukan hijauan pakan saat disimpan.
C. Daya Tampung Lahan
Perhitungan mengenai daya tampung suatu lahan terhadap jumlah
ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada produksi hijauan
makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma
Satuan Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan
berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi.
Berikut ini disampaikan standar/ norma satuan ternak dari berbagai jenis
ternak.
No. Jenis Ternak Kelompok 3. Domba/ kambing Dewasa
Muda
Norma/ standar kebutuhan hijauan makanan ternak berdasarkan Satuan
Ternak adalah sebagai berikut :
a. Ternak dewasa (1 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 35
kg/ekor/hari.
b. Ternak muda (0,50 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 15 –
17,5 kg/ekor/hari.
c. Anak ternak (0,25 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 7,5 – 9
VI. INDIKATOR KINERJA
A. Indikator Kinerja
Beberapa indikator kinerja makro yang digunakan sebagai ukuran untuk
penilaian kinerja kegiatan perluasan areal kebun HMT adalah sebagai
berikut :
1. Indikator Keluaran (Out Put)
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terwujudnya
pertambahan luas areal kebun hijauan makanan ternak.
2. Indikator Keberhasilan (Out Come)
Tersedianya hijauan makanan ternak berkualitas pada kawasan
peternakan.
3. Indikator Manfaat (Benefit)
Tercukupinya kebutuhan hijauan makanan ternak berkualitas dari
kebun hijauan makanan ternak yang telah dibangun.
4. Indikator Dampak (Impact)
Meningkatnya produksi dan produktivitas ternak sehingga
B. Bobot Kinerja Fisik
Bobot kinerja fisik dari masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :
No. Kegiatan Bobot Kinerja
Fisik (%)
c. Pengadaan sapronak (pupuk, bibit
VII. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Dalam Pelaksanaan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak dilakukan
kegiatan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan oleh Tingkat Pusat,
Propinsi dan Kabupaten/ Kota sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :
A. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Pusat
1. Menyusun pedoman teknis perluasan areal kebun hijauan makanan
ternak.
2. Melaksanakan bimbingan, monitoring dan evaluasi kegiatan
perluasan areal kebun hijauan makanan ternak.
3. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.
B. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Propinsi
1. Menyusun petunjuk pelaksanaan sebagai penjabaran dari pedoman
teknis pusat yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
2. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi.
3. Menyusun laporan rekapitulasi pelaksanaan kegiatan perluasan areal
4. Melaksanakan bimbingan terhadap pemanfaatan dan pengelolaan
kebun HMT yang telah dibangun.
C. Kewenangan dan Tanggung Jawab di Tingkat Kabupaten
1. Menyusun petunjuk teknis sebagai penjabaran dari petunjuk
pelaksanaan yang dibuat oleh propinsi yang disesuaikan dengan
kondisi setempat.
2. Melakukan bimbingan teknis kepada para petugas lapangan dan
kelompok peternak peserta pelaksana kegiatan.
3. Memfasilitasi kelompok peternak dalam melaksanakan perluasan
areal kebun hijauan makanan ternak.
4. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan perluasan areal kebun
hijauan makanan ternak dan disampaikan ke propinsi dengan
tembusan ke pusat.
5. Melaksanakan bimbingan kepada kelompok peternak dalam
pemanfaatan dan pengelolaan kebun HMT.
D. Pelaporan
1. Laporan kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak
dilakukan sejak mulai dilaksanakan persiapan sampai dengan
selesainya kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak.
Adapun format laporan pelaksanaan kegiatan menggunakan form
2. Alur pelaporan
Kepala Dinas yang membidangi peternakan Kabupaten/ Kota/ Satker
Pembinaan dan Pengembangan Peternakan di Kabupaten yang
mendapat alokasi kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan
ternak mengirimkan laporan tersebut ke propinsi dengan tembusan
ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air , dengan alamat
Ditjen PLA cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus
Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan,
Jaksel, via Fax : 021 – 7816086 atau E-mail :
simonevpla@deptan.go.id.
Kepala Dinas yang membidangi peternakan Kabupaten/ Satker
Pembinaan dan Pengembangan Peternakan Propinsi mengirimkan
laporan tersebut ke pusat bersama laporan dari kabupaten/ kota.
3. Frekuensi pelaporan
Laporan kegiatan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Laporan bulanan berupa laporan pelaksanaan kegiatan fisik dan
keuangan (sesuai form laporan PLA 01,02,03 dan 04).
b. Laporan akhir tahun. Laporan seluruh pelaksanaan kegiatan
fisik dan keuangan yang dilengkapi dengan foto - foto
dokumentasi pada kondisi awal pekerjaan, sedang dalam
Contoh :
RUKK Perluasan Areal
Kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT) seluas 20 ha
No Jenis Kegiatan Kebutuhan Harga Satuan
1. Pengadaan chopper dimungkinkan untuk luas lahan minimal 20 ha yang dikelola oleh 1(satu) kelompok peternak.
2. Luas kebun HMT 20 ha dapat terdiri dari beberapa hamparan dengan luas diupayakan minimal 1(satu) hektar.
JADWAL PALANG KEGIATAN PERLUASAN AREAL KEBUN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DIREKTORAT : PERLUASAN AREAL SUBDIT : KAWASAN PETERNAKAN SEKSI : BIMBINGAN DAN PEMBUKAAN LAHAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
A. Persiapan
1. Penerimaan DIPA 2. Penerimaan POK 3. Penerimaan Pedum Teknis 4. SK. Penetapan KPA, PPK, Bendahara 5. Pembentukan Tim Teknis
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
TAHUN 2009
Bulan
Januari Pebruari Maret April Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
No. Komponen Kegiatan Mei
Form PLA.01
Keuangan Fisik Fisik Nama Desa/ Koordinat (Rp) (Ha/Km/Unit) (Rp) (%) (%) Kelompok Kecamatan
A. Pengelolaan Air
Penanggung j awab kegi at an Kabupat en
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN
KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR T.A. ……….
Pagu DIPA Realisasi Terhadap Pagu DIPA Keterangan Anggaran
Form PLA.02
KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA ………
No. Dinas Kabupaten/Kota*)
Pagu DIPA Realisasi Terhadap Pagu DIPA Anggaran
Penanggung j aw ab kegi at an Pr opi nsi
Aspek/Kegiatan
JUMLAH
Form PLA.03 2 Perluasan Areal Hort ikult ura 3 Perluasan Areal Perkebunan 4 dst
Cat at an :
1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi t erkait t embusan ke Dit j en PLA pada akhir Tahun Anggaran
2. Laporan ke Dit j en PLA cq. ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/ a. Kanpus Dept an Gedung D Lant ai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel, via Fax : 021-7816086 at au E-mail : simonevpla@dept an.go.id
3. Manfaat harus t erukur, cont oh :
a. Kegiat an JITUT/ JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produkt ivit as 5 t on/ Ha, sehingga manfaat kegiat an berupa peningkat an produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 t on b. Rehab JUT/ JAPROD
Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg at au Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan t ingkat produksi 1.000 t on sehingga manfaat kegiat an dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;
c. Cet ak Sawah Seluas 200 Ha
Menyebabkan perluasan areal t anam seluas 200 Ha dengan produkt ivit as 2,5 t on/ Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiat an cet ak sawah berupa peningkat an produksi sebesar 200 X 2,5 t on X 1,5 = 750 t on
4. *) Coret yang t idak perlu
………. ……….…. 2009 Penanggungj awab Kegiat an Kabupat en
LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
No. Kegiatan Target Fisik DIPA Realisasi Fisik Manfaat TA. 2006/2007/ 2008*)
Form PLA.04
2 Perluasan Areal Hort ikult ura 3 Perluasan Areal Perkebunan 4 dst
Cat at an :
1. Laporan dikirim ke Dit j en PLA pada akhir Tahun Anggaran
2. Laporan ke Dit j en PLA cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/ a. Kanpus Dept an Gedung D Lant ai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel, via Fax : 021-7816086 at au E-mail : simonevpla@dept an.go.id
3 Manfaat harus t erukur, cont oh :
a. Kegiat an JITUT/ JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produkt ivit as 5 t on/ Ha, sehingga manfaat kegiat an berupa peningkat an produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 t on b. Rehab JUT/ JAPROD
Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg at au Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan t ingkat produksi 1.000 t on sehingga manfaat kegiat an dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;
c. Cet ak Sawah Seluas 200 Ha
Menyebabkan perluasan areal t anam seluas 200 Ha dengan produkt ivit as 2,5 t on/ Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiat an cet ak sawah berupa peningkat an produksi sebesar 200 X 2,5 t on X 1,5 = 750 t on
4. *) Coret yang t idak perlu
………. ……….…………. 2009
2 4
REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
Contoh Jenis Rumput dan Legum
Rumput Gajah
Rumput Setaria
Kaliandra