BAB II
PEMBAHASAN / KONSEP TEORI A. PENGERTIAN
Disebut silent killer karena 1 ½ penderita dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari kondisi kesehatannya.
Hipertensi pada lansia didefnisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).
Hipertensi dapat didefnisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefnisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tigkat
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifkasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektiftas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ) d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke,
Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : 1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifk yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. 2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
ingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi 5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
6. Pemeriksaan tiroid
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ) 8. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi 10. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme 11. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr 2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan 4) Penurunan asupan etanol 5) Menghentikan merokok b. Latihan Fisik
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan 4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : 1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
3. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
4. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum: 1. Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi 3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton. b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
a. Mual, muntah.
b. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun). 6. Nyeri atau ketidak nyamanan :
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem : 1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori : a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktiftas/kerja b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal. c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral Tujuan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang.
Intervensi :
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
Diagnosa II: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Tujuan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau
tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan : pusing atau pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
D. EVALUASI
1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol 2. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).
Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.
2.2. Anatomi fisiologi
Jantung tersusun atas otot jantung ( miokardium ) . Bagian jantung luar dilapisi oleh selaput jantung ( perikardium ). Perikardium terdiri dari 2 lapisan. Lapisan luar disebut lamina panistalis dan lapisan dalam yang menempel pada dinding jantung disebut lamina viseralis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat ruangan kavum perikardii yang berisi cairan perikardii. Cairan ini berfungsi untuk menahan gesekan. Bagian dalam jantung dilapisi endokardium.
Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter (serambi kanan), ventrikel sinister (bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan). Antarsisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat. Perhatikan Gambar 5.8. ( Gambar Jantung )
Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena). Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula bikuspidalis (katup berdaun dua). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kiri agar tidak mengalir kembali ke atrium kiri saat jantung berkontraksi.
Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup berdaun tiga). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar tidak mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi.
Jantung terus-menerus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung memompa darah dengan cara berkontraksi sehingga jantung dapat mengembang dan mengempis. Kontraksi jantung ini menimbulkan denyutan yang dapat dirasakan pada pembuluh nadi di beberapa tempat.
Bila atrium menguncup maka ventrikel mengembang dan darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Ventrikel merupakan bagian jantung yang berfungsi memompa darah meninggalkan jantung. Perhatikan Gambar 5.9.
2.3. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya
(terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas : 1. Tidak dapat dikontrol, seperti :
- Keturunan (genetik), kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot daripada heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi, menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya hipertensi. Pada
percobaan binatang tikus golongan Japanese spontanously hypertensive rat (SHR), New
Zealand genetically hypertensive rat (GH), Dahl salt sensitive (H) dan Salt resistant dan
Milan hypertensive rat strain (MHS), dua turunan tikus tersebut mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain menunjukkan faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunkan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.
- Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata, ternyata wanita
lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Laporan dari Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita. Dari perkotaan di Jakarta (pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.
- Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 – 45 tahun dan hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun (Soeparman, 1999).
- Kegemukan (obesitas), belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Pada obesitas tahanan ferifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
- Kurang Olahraga, lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya obesitas akan meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.
- Merokok, rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun pada manusia mekanisme
secara pasti belum diketahui. Hubungan antara rokok dengan peningkatan resiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
- Kolesterol tinggi, kehamilan,
- Konsumsi Alkohol. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti belum diketahui.
- Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi hampir
tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi beberapa saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5 – 15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 – 20%.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999
Derajat 3 (berat)
Hipertensi Sistolik
≥ 180 ≥ 140
≥ 110 ≥ 90
Sumber : Zulkhair Ali, Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam (2002).
2.5. Tanda Dan Gejala
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
2.6.Patoflow
Umur, Jeniskelamin, Gayahidup, Obesitas HIPERTENSI
Resistensipemb.drhotak
Tek.pemblhdrhotak
Nyerikepala
Ginjal
Vasokonstriksipemblh.darah ginjal
Blood flow
Respon KAA
Vasokonstriksi
Rangsangaldosteron
Retensi Na
Pemblhdarah
Sistemik
Vasokontriksi
afterload
COP
Retina
Spasmus arteriole
Diplopia
Suplai O2otak
Kesadaran
Gx. rasa nyaman ;nyeri
Resikoinjuri CVA
Otak
invarkmiokard Nyeri dada
2.7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mecapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau: latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85-95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Modifikasi gaya hidup Penurunan berat badan Pengurangan asupan alkohol
Aktifitas fisik teratur Pengurangan masukan natrium
Penghentian rokok
Pada kenyataannya, modifikasi gaya hidup telah terbukti menghilangkan hipertensi pada beberapa individu tanpa menggunakan obat (JNC,1992). Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan hipertensi (JNC,1992):
a) Mencapai penurunan berat badan sampai 10% dari berat badan ideal.
b) Batasi masukan alkohol tiap hari(2 oz liquor, 8 oz anggur, atau 24 oz bir)
c) Ikut serta dalam latihan aerobik reguler (30-45 menit) tiga sampai lima kali seminggu.
d) Kurangi masukan natrium sampai < 2,3 g natrium atau 6 g natrium klorida.
f) Kurangi lemak jenuh dan kolesterol sampai < 3% dari masukan diet
Pastikan mengkonsumsi kalsium, kalium dan diet magnesium dalam jumlah yang diizinkan setiap hari.
Obesitas meningkatkan tahanan perifer dan beban kerja jantung sehingga meningkatkan tekanan darah. Alkohol adalah vasodilatator yang akan menyebabkan vasokonstriktor rebound, yang mempunyai keterkaitan dengan tekanan darah (Cunningham, 1992).
Latihan reguler meningkatkan aliran darah perifeò- dan otot seòõ` efisiensi jantung. Hasilnya adalah sistem kardiovaskuler yang lebih efektif (Hill,1985). Natrium mengontrol distribusi air keseluruh tubuh. Peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah. Tembakau bekerja sebagai vasokonstriktor, yang meningkatkan tekanan darah. Diet tinggi lemak membantu pembentukan plaque dan penyempitan pembuluh darah (Cunningham, 1992).
2.8. Konsep Asuhan Keperawata
2.8.1 Tujuan Asuhan Keperawatan Hipertensi
1. 1). TD dengan batas yang dapat diterima untuk individual
2. 2). Komplikasi kardiovaskuler dan sistemik dicegah/ diminimalkan
3. 3). Proses/ prognosis penyakit dan regimen terapi dipahami
4. 4). Perubahan yang diperlukan dala hal gaya hidup/ perilaku dilakukan
2.8.2. Dasar Data Pengkajian Pasien 1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda : - Frekuensi jantung meningkat.
a. Perubahan irama jantung.
b. Takpinea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan penyakit serebrovaskuler.
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).
- Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut poplitea, tibialis posterior, pedialis tidak teraba atau lemah.
- Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat. - Frekuenasi / irama : Takikardia, berbagai disritmia.
- Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), S4 (Pengerasan ventrikel kiri / hipertrofi
ventrikel kiri).
- Murmur stenosis valvular.
- Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (Stenosis arteri). - DVJ (Distensi Vena Jugularis) (Kongesti Vena).
- Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin (Vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (Vasokontriksi).
- Kulit – pucat, sainosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan (Feokromositoma). 3.Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansieta, depresi, euforia., atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral), faktor-faktor stres multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : - Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak.
- Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/ obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5. Makanan/ Cairan
Gejala : - Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (Seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam kandungan tinggi kalori.
- Mual, muntah.
- Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ turun). - Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas.
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pusing/ pening.
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
- Episode kebas dan/ atau kelemahan pada satu sisi tubuh. - Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). - Episode epistaksis.
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses pikir, atau memori (ingatan).
- Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/ atau refleks tendon dalam. - Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/ penyempitan arteri ringan sampai berat dan
perubahan sklerotik dengan edema atau papliedema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/ lamanya hipertensi.
7. Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : - Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/ klaudiksi (indikasi arterio sklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya - Nyeri abdomen/ massa (feokromositoma)
8. Pernafasan
Gejala : - Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja. - Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. - Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum.
- Riwayat merokok.
Tanda : - Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernafasan. - Bunyi nafas tambahan (krakles/ mengi).
- Sianosis.
9. Keamanan
10. Pembelajaran/ Penyuluhan
Gejala: - Faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ ginjal.
- Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara. - Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/ alkohol.
11. Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin/ Hemotokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
BUN/ Kreatinin : Memberikan nformasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
Glukosa :Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetusan hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar ketokolamin(meningkat hipertensi).
Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasi pencetus untuk/
adanya pembentukan plakateromatosa (efek kardiovaskuler).
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/ serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau diabetes.
VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositomabila hipertensi hilang timbul.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoa atau
disfungsi pituitari, sindrom Cushing kadar renin dapat juga meningkat.
IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal/ ureter.
Foto Dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada dan/
atau takik aorta, pembesaran jantung.
EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
3.3 Prioritas Keperawatan
1). Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler 2). Mencegah komplikasi
3). Memberikan informasi tentang proses/ prognosis dan program pengobatan 4). Mendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi
3.4 Diagnosa Keperawatan
1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung - Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau TD. Ukur pada kedua
tangan/ paha untuk evalusi awal.
2. Amati warna kulit, kelemahan,
suhu dan masa pengisian kapiler.
3. Catat edema umum/ tertentu.
4. Berikan lingkungan tenang,
nyaman, kurangi aktivitas/ keributan lingkungan.
5. Pertahankan pembatasan aktivitas,
1. Perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular.
2. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung.
3. Dapat mengindikasikan gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskular.
4. Membantu untuk menurunkan rangsang
simpatis, meningkatkan relaksasi.
5. Menurunkan stres dan ketegangan yang
seperti istirahat di tempat tidur/
panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
Kolaborasi
8.Berikan obat-obat sesuai indikasi, seperti diuretik tiazid mis: klorotiazid (diuril).
perjalanan penyakit hipertensi.
6. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis.
7. Dapat menurunkan rangsangan yang
menimbulkan stres membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.
- Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
1. Mempertahankan tirah baring
selama fase akut.
2. Berikan tindakan nonfarmakologi
untuk menghilangkan sakit kepala, mis: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan
1. Meminimalkan stimulus/ meningkatkan
relaksasi.
2. Tindakan yang menurunkan tekanan
aktivitas waktu senggang.
3. Hilangkan/ minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, mis: mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan.
5. Berikan cairan, makanan lunak,
perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan. kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
4. Pusing dan peningkatan kabur sering
berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.
Meningkatkan kenyamanan umum.
6. Menurunkan/ mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
3). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.
Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji respons pasien terhadap
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan.
1. Menyebutkan parameter membantu
2. Instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energi, mis:
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.
3. Berikan dorongan untuk melakukan
aktivitas/ perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
aktivitas.
2. Teknik menghemat energi mengurangi
penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.
4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit. Kriteria hasil :
- Menerima dan mendiskusikan rasa takut.
- Mengungkapkan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
- Mendemonstrasikan rentang perasaan yang tepat dan berkurangnya rasa takut.
Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri
1. Orientasikan pasien / orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan, tingkatkan
partisipasi bila mungkin.
2. Jawab semua pertanyaan secara nyata, berikan informasi konsisten, ulangi sesuai indikasi.
3. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah.
1. Perkirakan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.
2. Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan takut.
Kolaborasi
4. Berikan anti cemas / hipnotik sesuai indikasi. Contoh: diazepam
(valium),
flurazepam (dalmane), lorazepam (ativan).
4. Meningkatkan relaksasi/ istirahat dan menurunkan rasa cemas.
BAB III
Tinjauan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY ” M” DENGAN HIPERTENSIDI PANTI TRESNA WERDHA TERATAI
PALEMBANG
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny ” M”
Umur : 68 th Agama : Islam Suku : Jawa Status Pernikahan : Menikah Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT
Tgl masuk wisma : 23 Februari 2005 Tgl pengkajian : 03 Agustus 2012
II. Alasan Masuk Panti
Klien merasa dirinya sudah tua dan sudah tidak bisa banyak membantu dan klien tidak mau menjadi beban hidup keluarganya,sedangkan klien tinggal bersama adik iparnya yang hanya bekerja sebagai tukang becak dan kehidupan ekonominya tidak mencukupi oleh karena itu klien minta kepada adik iparnya agar membawa klien kepanti jompo
III. Riwayat kesahatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan seringa merasakan nyeri kepala dan pusing
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kondisi kesehatan klien mulai menurun, klien lansia mengalami kesulitan untuk mengingat kejadian dalam jangka panjang, penglihatan dan pendengaran klien mulsi berkurang. Dan klien mulai mengalami kesulitan dalm melakukan aktivitas sehari – hari, dikarenakan sendi dan tulang – tulangnya sering terasa linu dan nyeri.
c. Riwayat Kesejahatan terdahulu
Sejak muda klien termasuk orang yang aktif dan jarang sakit. Klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang tergolong serius dan klien tidak pernah dirawat dirumah sakit.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Didalam keluarga klien tidak terdapat riwayat penyakit infeksi, menular dan menahun lainnya. Anak dan suami klien meninggal bukan terkena penyakit tapi dikarenakan kecelakaan lalu lintas.
a. Psikologis
1. Harga diri
Klien mengatakan malu dengan dirinya sendiri dan orang lain karena hidup didalam rumah panti jompo
2. Ideal diri
Klien mengatakan ingin pulang kerumahnya tapi klien tidak mengetahui keberadaan keluarganya
3. Gambaran diri
klien tidak mampu mengingat keluarga dan alamat tempat tinggalnya terdahulu, serta Klien dapat menerima bentuk dan keadaan tubuhnya apa adanya
b. Hubungan sosial
1. Hubunga antar keluarga
Klien tidak mengetahui akan keluarganya, klien masuk panti tampa ada keluarga yang mengetahuinya
2. Hubungan dengan orang lain
Klien hanya berdiam dan sering menyendiri dan tidak mau berkumpul dengan orang lain disekitarnya dan klien jarang berkomunikasi dengan klien lainnya walaupun duduk bersampingan.
c. Spiritual / kultural
1. Pelaksanaan ibadah
Klien sangat menyakini agamanya dan klien sering melaksanakan ibadah jum’at tapi tidak melaksanakan ibadah 5 waktu
2. Kegiatan tentang kesehatan
Klien sadar bahwa keadaan kesehatannya sudah menurun, dimana klien mengetahui pengelihatan kabur, kulit keriput akibat factor penuaan.
V. Pola Aktivitas Sehari – hari
No Kegiatan Sebelum masuk wisma Sesudah masuk wisma
1. Pola Nutrisi
- Makan Klien makan 3x sehari
dengan menu seadanya, nafsu makan baik, porsi
2.
- Minum
- BAB
makan habis
Klien minum ± 3 – 4 gelas perhari (± 1000 cc)
Klien BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi feces padat lunak, warna feces kuning kecoklatan.
makan klien lansia baik, porsi makan habis.
Klien minum ± 3-4 gelas perhari, disertai satu gelas susu setiap pagi (±1200cc).
5 Personal Hygiene : Cukup bersih tidak terdapat ketombe
: Tenang
2. Mata
Bentuk : Simetris : Terdapat gangguan melihat jarak jauh
3. Telinga
Bentuk : Simetris
Pendengaran : Terdapat gangguan pendengaran : Cukp bersih, tidak terdapat serumen berlebihan
4. Hidung
Bentuk : Simetris
Penciuman :Tidak terdapat gangguan penciuman, dapat membedakan bau. 5. Mulut dan tenggorokan
: Seluruh gigi klien sudah tanggal, klien menggunakan gigi palsu
Bibir : Kering dan pecah – pecah Kebersihan : Cukup bersih
6. Leher
Bentuk : Simetris
: Gerakan klien terbts dikarnakan penurunan tonus otot : Cukup bersih, tidak ditemukan adanya
Distensi vena jugularis 7. Kulit
Turgor : an – elastis ( penurunan elastisitas kulit) Warna kulit : Sawo Matang
Penyakit kulit : Tidak ditemukan adanya penyakit kulit Kebersihan : Ditemukan adanya Hiperpigmentasi pada
Kulit terutama pada wajah dan Ekstremitas 8. Dada dan paru - paru
Bentuk : Simetris Frekuensi pernapasan : 26x/mnt
Sesak nafas : Klien kadang sesak napas saat melakukan aktivitas berat
Batuk : Batuk ( + ) Sputum : Sputum ( - ) 9. Cardiovascular
Frekuensi Nadi : 86x/mnt Irama Jantung : Tidak terdapat abnormalisasi bunyi
Oedema Perifer : Tidak ditemukan adanya Oedema Perifer
10. Abdomen
Bentuk : Simetris Keadaan : Lemas – datar Nyeri : Nyeri (-) pada abdomen
Bising Usus : Bising usus normal, 12x/mnt
Hati : Tidak terasa adanya pembesaran hati
11. System syaraf
Aktivitas motorik : Aktivitas motorik klien lambat, klien tidak melakukan aktivitas berat
: Klien agak lambat melakukan / menerima respon yang diterima
: Tonus otot klien menurun seiring dengan pertambahan usia.
12. Extremitas
: Aktivitas atau pergerakan klien mengalami
penurunan dikarenakan adanya penurunan tonus otot : Aktivitas atau pergerakan klien
Mengalami penurunan dikarenakan Penurunan tonus otot.
c. Data Penunjang
- Segi Psikososial
Klien lansia menunjukan tanda – tanda meningkatnya ketergantungan fokus – fokus diri lansia bertambah, memperlihatkan semakin sempitnya perhatian, membuktikan bukti nyata akan kasih sayang yang berlebihan.
d. Theraphy
1. Memenuhi kebutuhan fisik klien lansia
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan lansia dengan menciptakan Lingkungan yang
menunjang
3. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif
4. Mengurangi ketergantungan klien lansia
- Nutrisi : Makanan + Suplemen tambahan - Personal Hygiene : Mandi, cuci rambut, ganti pakaian
- Alat – alat bantu Persepsi sensorik, spt : Alat bantu penglihatan dan pendengaran
B. ANALISA DATA
NO Data Kemungkinan
Penyebab
Masalah
1. Ds :
- Klien mengatakan nyeri
kepala sampai kel leher - Klien mengatakan sering
pusing apabila timbul nyri Do :
- Skala neri 5
- Karakteristik hilang timbul
Otak
Resistensi pembuluh.darah otak
Tekanan.pembuluh darah otak
Nyeri kepala
Gangguan rasa
Gangguan rasa
2.
- Klien tampak memegangi
leher bagian belakang
Nadi :
86x/mnt
Suhu : 36,3
°c
RR :
26x/mnt T/D : 190/100 mmhg Ds :
- Klien mengatakan badan
lemas dan kepala pusing Do :
- Aktivitas di bantu
- Keadaan umum lemah
-
nyaman/nyeri
Hipertensi
Pembluh darah
Sistemik
Vasokontriksi
Afterload terjadi peningkatan
COP mengalami penurunan
Intolerasnsi aktivitas
C. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman/Nyeri
2. Intoleransi aktivitas
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan rasa nyaman/nyeri beruhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral 2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
Rencana Keperawatan
Nama : Ny “ M “ Umur : 68 thn
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.
Ds :
- Klien Mengatakan sulit
sulit melakukan aktivitas sehari – hari terutama aktivitas yang berat
- Klien mengatakan
No Tanggal No. Dx Implementasi Respon Paraf
hidung sambil menyebutkan dalam hati
3. Mengobservasi skla nyeri dan
lokasi nyeri
4. Melakukan pijatan masase yang
lembut
3. Mengukur tanda-tanda vital
Evaluasi Keperawatan
No
Tanggal No. diagnosa Evaluasi Paraf
1. 03 Agt 2012
10.00 wib
1 S : Klien mengatakan nyeri kepala
berkurang
O : skala nyeri berkurang ( 2)
4. TTV normal
- TD : 140/60
- S : 36,5 C
- RR : 27 x/menit
2.
03 Agt 2012 10.00 wib
2
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
S : klien mengatakan dapat melakukan aktivitas seperti biasa
O : - Sebagian aktivitas klien lansia dibantu