HUKUM DAN SISTEM MEDIA MASSA
Penyusun:
Sulvi Anggraini (2013-41-128) Kelas: d
JAKARTA 2016
1. Kebebasan Pers
Kebebasan pers (bahasa Inggris: freedom of the press) adalah hak yang diberikan oleh konstitusional atau perlindungan hukum yang berkaitan dengan media
dan bahan-bahan yang dipublikasikan seperti menyebar luaskan, pencetakan dan
penerbitkan surat kabar, majalah, buku atau dalam material lainnya tanpa adanya
campur tangan atau perlakuan sensor dari pemerintah
Indonesia
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pasal 4 di dalam
ayat 1 disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga
negara, ayat kedua bahwa terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,
pembredelan atau pelarangan penyiaran, ayat ketiga bahwa untuk menjamin
kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan
menyebarluaskan gagasan dan informasi dan ayat keempat bahwa dalam
mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai
Hak Tolak bahkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disebutkan antara lain
dalam pasal 28F bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Amerika Serikat
dalam demokrasi modern di Amerika serikat dan memberikan lima prasyarat yang
dituntut masyarakat modern dari pers.
1. pers harus menyajikan dalam pemberitaan yang benar, komprehensif dan
cerdas, pers dituntut untuk selalu akurat, dan tidak berbohong. fakta harus
disajikan sebagai fakta, dan pendapat harus dikemukakan sebagai murni
merupakan sebagai pendapat. komisi membedakan kriteria kebenaran
menurut ukuran masyarakat dibagi dalam masyarakat sederhana dan
masyarakat modern. dalam ukuran masyarakat sederhana, kebenaran akan
dicari dengan cara membandingkan pemberitaan dalam pers dengan
informasi dari sumber-sumber lain, sementara dalam masyarakat modern, isi
pemberitaan pers dianggap merupakan sumber informasi yang dominan,
sehingga pers lebih dituntut untuk menyajikan pemberitaan yang benar.
sebagai contoh disebutkan bahwa pers harus bisa membedakan secara jelas
mana yang merupakan peristiwa politik, dan mana yang merupakan
pendapat politisi.
2. pers harus berperan sebagai forum pertukaran pendapat, komentar dan kritik.
Media dituntut untuk membangun relasi interaktif dengan publik dalam
pengertian media menyodorkan suatu masalah kepada khalayak untuk
dibahas bersama, meskipun tidak ada aturan hukum yang mewajibkan pers
menjalankan fungsi ini. komisi dalam pertemuan dengan tokoh pers, w:Henry
Luce penerbit majalah Time and Life misalnya mendefinikan tanggung jawab
sosial pers sebagai keharusan memastikan bahwa pers adalah wakil
3. pers harus menyajikan gambaran yang khas dari setiap kelompok masyarakat
dan pers harus memahami kondisi semua kelompok dimasyarakat tanpa
terjebak pada stereotype. Kemampuan ini akan menghindari terjadinya
konflik sosial dan pers harus mampu menjadi penafsir terhadap karakteristik
suatu masyarakat dan memahaminya seperti aspirasi, kelemahan, dan
prasangka. Komisi ini terpengaruh dengan idelogi sosialis yang berkembang
pada masa-masa perang dunia kedua yang yang membedakan dengan
terdahulu dalam teori libertarian.
4. pers harus selalu menyajikan dan menjelaskan tujuan dan nilai-nilai
kemasyarakatan.Pendapat bahwa hal Ini tidak berarti pers harus
mendramatisir pemberitaannya, melainkan berusaha mengaitkan suatu
peristiwa dengan hakikat makna keberadaan masyarakat pada hal-hal yang
harus diraih karena dianggap bahwa pers merupakan instrumen pendidik
masyarakat sehingga pers harus “memikul tanggung jawab sebagai pendidik
dalam memaparkan segala sesuatu dengan mengaitkannya kepada tujuan
dasar kemasyarakatan.
5. pers harus membuka akses ke berbagai sumber informasi. Masyarakat
industri modern membutuhkan jauh lebih banyak ketimbang dimasa
sebelumnya. Alasan yang dikemukakan adalah dengan tersebarnya informasi
akan memudahkan pemerintah menjalankan tugasnya. Lewat informasinya
sebenarnya media membantu pemerintah menyelesaikan berbagai
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.Teori tanggung jawab sosial ini
merupakan kontruksi transformatif terhadap pemikiran aliran libertarian yang
terdulu dikenal dalam masyarakat pers di Amerika terutama dalam dua hal.
1. teori libertarian menganggap akses bebas ke informasi akan tercipta
dengan sendirinya. Namun, akses itu harus diupayakan. Akses itu tidak
akan ada jika khalayak bersikap pasif terhadap informasi terbatas yang
disodorkan kepadanya,
2. teori libertarian menganggap media adalah urusan individu, bukan
urusan masyarakat, bahkan menyatakan bahwa individu boleh berbeda
kepentingan terhadap media, dan hal itu akan membuahkan hasil positif
berupa gagasan atau ide yang lebih baik.
2.
Tugas dan Fungsi Pers
1. Pers sebagai Media Informasi
Media informasi merupakan bagian dari fungsi pers dari dimensi idealisme.
Informasi yang disajikan pers merupakan berita-berita yang telah diseleksi dari
berbagai berita yang masuk ke meja redaksi, dari berbagai sumber yang
dikumpulkan oleh para reporter di lapangan. Menurut Pembinaan Idiil Pers, pers
mengemban fungsi positif dalam mendukung mendukung kemajuan masyarakat,
mempunyai tanggung jawab menyebarluaskan informasi tentang kemajuan dan
keberhasilan pembangunan kepada masyarakat pembacanya. Dengan demikian,
diharapkan para pembaca pers akan tergugah dalam kemajuan dan keberhasilan
itu.
Dalam Pembinaan Idiil Pers disebutkan bahwa pers harus dapat membantu
pembinaan swadaya, merangsang prakarsa sehingga pelaksanaan demokrasi
Pancasila, peningkatan kehidupan spiritual dan kehidupan material benar-benar
dapat terwujud. Untuk memberikan informasi yang mendidik itu, pers harus
menyeimbangkan arus informasi, menyampaikan fakta di lapangan secara objektif
dan selektif. Objektif artinya fakta disampaikan apa adanya tanpa dirubah sedikit pun
oleh wartawan dan selektif maksudnya hanya berita yang layak dan pantas saja
yang disampaikan. Ada hal-hal yang tidak layak diekspose ke masyarakat luas.
3. Pers sebagai Media Entertainment
Dalam UU No. 40 Tahun 1999 pasal 3 ayat 1disebutkan bahwa salah satu
fungsi pers adalah sebagai hiburan. Hiburan yang diberikan pers semestinya tidak
keluar dari koridor-koridor yang boleh dan tidak boleh dilampaui. Hiburan yang
sifatnya mendidik atau netral jelas diperbolehkan tetapi yang melanggar nilai-nilai
agama, moralitas, hak asasi seseorang, atau peraturan tidak diperbolehkan. Hiburan
yang diberikan pers kepada masyarakat yang dapat mendatangkan dampak negatif,
terutama apabila hiburan itu mengandung unsur-unsur terlarang seperti pornografi
dan sebagainya seharusnya dihindari.
4. Pers sebagai Media Kontrol Sosial
Maksudnya pers sebagai alat kontrol sosial adalah pers memaparkan
peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak pada tempatnya dan yang menyalahi
aturan, supaya peristiwa itu tidak terulang lagi dan kesadaran berbuat baik serta
mentaati peraturan semakin tinggi. Makanya, pers sebagai alat kontrol sosial bisa
5. Pers sebagai Lembaga Ekonomi
Beberapa pendapat mengatakan bahwa sebagian besar surat kabar dan
majalah di Indonesia memperlakukan pembacanya sebagai pangsa pasar dan
menjadikan berita sebagai komoditas untuk menarik pangsa pasar itu. Perlakuan ini
menjadikan keuntungan materi sebagai tujuan akhir pers. Konsekuensinya, pers