• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA GERAKAN KEAGAMAAN Studi Kasus P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DINAMIKA GERAKAN KEAGAMAAN Studi Kasus P"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA GERAKAN KEAGAMAAN

(Studi Kasus Pasca Konflik Sunni-Syi’ah di Kecamatan Puger kabupaten Jember 2012)

Didin Chonyta (14750010)1

Abstract

Conflict of Syi’i-Sunni is the conflict that has long history. The seed of this conflict began since the death of Prophet Muhamad SAW. In the beginning, this conflict is the political conflict, it related about who would be the successor of Muhammad’s leadership after his death. However, this conflict was brought to the religious (aqidah) conflict among the followers of Ali and the followers od Abu Bakar, Umar and Ustman. This conflict has big impact in colouring the history of the Islamic world civilization which is so difficult to be compromised. In Indonesia, this Conflict to be continued both of Sunni and Syi’i. Different thinkers the example conflict Syi’I-Sunni in Puger. In reporting a particular event or issue, media often cannot break away from the ideological background or vision of their own umbrella institution, so

that the construction of reality just follows the interest each has. The ulama’s

role in managing and handling the differences of religious views is a power of harmony; a holly idea in creating a peaceful and tolerant life.

Keywords: Conflict, Dynamics, Religious movement, Sunni-Syi’i.

A. Konteks Penelitian

Masih belum hilang dari ingatan publik bentrok fisik antara aliran Sunni-Shi’ah di Dusun Nanggernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, pada Kamis, 29 Desember 2013 pukul 09.15. Akibatnya dua korban tewas, empat korban kritis, puluhan lainnya luka-luka dan banyak bangunan rusak. Pasalnya, warga geram terhadap komunitas

1

Didin chonyta mahasiswi pascasarjana UIN MALIKI Malang, progam Jurusan

(2)

Shi’ah yang mendakwahkan ajarannya secara door to door. Sudah diperingatkan, tetapi tidak juga menghentikan dakwahnya.2

Berselang satu tahun, bentrok berdarah antara aliran Sunni-Shi’ah terjadi di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember pada Rabu, 11 September 2013. Seorang korban tewas, dan beberapa luka-luka. Hal tersebut terjadi karena salah satu dari kedua belah pihak melanggar kesepakatan, akibatnya, pihak yang lain marah.3

Terlepas dari dugaan siapa pelakunya dan siapa korbannya, faktanya mereka adalah orang-orang yang notabenya sama-sama beragama Islam. Memang fakta ini tidak dapat dijadikan dasar untuk membuat generalisasi bahwa umat Islam ialah umat yang sering bentrok satu sama lain, namun hal ini merupakan salah satu gejala sosial yang pasti dialami oleh umat-umat agama lain di wilayah dan negeri lain. Perbedaan pendapat, perbedaan ideologi, bahkan perbedaan akidah dan keyakinan, seringkali menjadi faktor dominan sebagai sebab timbulnya pertikaian.

Kekerasan berbasis agama sudah menjadi fenomena yang tak terelakan di Indonesia. Media menyuguhkan berita-berita penyerangan satu kelompok terhadap kelompok lain. Gejala demikian mulai bermunculan dalam masyarakat. Jika hal ini dibiarkan, maka ritus kekerasan berbasis agama akan menjadi sesuatu yang sangat menghawatirkan. Ketidaktahuan jelas menimbulkan ketakutan dan kebencian dalam hubungan antar-manusia maupun antar agama seperti yang terbukti dalam sejarah. Maka, kerap

2 Achmad Faizal, “

Pemerintah Tak Serius Atasi Konflik di Sampang”, Kompas (27

Agustus 2012); dan Hadi Suprapto, “Konflik Sunni-Syiah di Madura, Mengapa?”,

VIVAnews.com (29 Desember 2013).

3 Radar Jatim, “

Persaingan Kelompok Lembaga Pendidikan Puger”, Jawa Pos (14

September 2013); dan Nurul Arifin, “Bentrok Sunni-Syi’ah di Jember 1 Tewas”,

(3)

tercipta gambaran keliru mengenai suatu kebudayaan yang menimbulkan alergi intelektual yang menyangkut soal agama.4

Kekerasan bernuasa agama juga dilihat sebagai akibat sikap masyarakat yang permisif terhadap kekerasan. Alih-alih mengencam kekerasan, sebagian pemuka agama baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi corong bagi siar kebencian terhadap mereka yang diangap sesat/berbeda. Melulai forum dan media dakwah yang mereka miliki repruksi benih kekerasan terus dilakukan tanpa ada suara tandingan yang seimbang.

Agama memiliki dua dimensi, normatif dan historis. Secara normatif, agama sesungguhnya mengangankan kerukunan, perdamaian dan nir-kekerasan, namun interpetasi terhadap normativitas agama seringkali menjadi justifikasi bagi tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama.5 Dalam penelitian ini penulis ingin mengangkat kasus kekerasan akibat perbedaan aliran kepercayaan yang terjadi di daerah kecamatan puger kabupaten Jember. Konflik antara dua sekte Sunni dan Syiah terjadi dari beberapa tahun lalu menandakan bahwa konflik agama masih banyak terjadi di masyarakat.

B. Permasalahan Penelitian

Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kronologis serta akar konflik sunni-syi’ah di kecamatan puger kabupaten Jember?

2. Bagaimana resolusi konflik yang diajukan oleh lembaga pemerintah maupun LSM dalam menangani konflik sunni-syi’ah di kecamatan Puger kabupaten Jember?

4

Murad w hofmann, Islam The alternative, (Maryland USA: Amana Publication, 1999) terj. Rahmani astute, menengok kembali Islam Kita, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hal, i

5

Agama dan kekerasan (menelisik akar kekerasan dalam tradisi Islam)”, Umi

sumbullah, di akses tanggal 29-3-2015 Blog Sivitas Akedemik fakultas syari’ah, http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-fakultas/entry/agama-dan

(4)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memetakan :

1. Akar konflik Sunni-Syi’ah di kecamatan Puger kabupaten Jember.

2. Resolusi Konflik oleh pemerintah dan LSM dalam menangani konflik sunni-syi’ah di kecamatan Puger kabupaten Jember

D. Signifikasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki signifikansi sebagai berikut:

1. Dapat memperkaya informasi kajian dinamika keagamaan yang beraliran dua

sekte yakni Sunni dan syi’ah khususnya di Indonesia, yang selama ini banyak menuai konflik dan perdebatan keyakinan dalam agama Islam.

2. Sebagai salah satu bahan penelitian lebih lanjut, khususnya kajian atas literatur yang dianggap sebagai referensi para peneliti sekte keagamaan yang berhubungan dengan teologi inklusif-multikulturalis.

3. Dapat dijadikan sebagai informasi penting dalam memahami dan menilai secara arif dan bijaksana dalam menanggapi perbedaan pendapat dan keyakinan yang disebutkan dalam HAM (Hak Asasi Manusia).

E. Riset terdahulu

Kajian secara teoretik maupun empirik tentang kebebasan beragama telah banyak dilakukan para peneliti. Di antaranya Cornelis Lay6 yang menulis Kekerasan atas Nama Agama Prespektif Politik, tulisan ini menjelaskan pola hubungan konfliktual, yang melibatkan kekerasan antar

kelompok agama disebabkan karena terjebak pada ”politik angka” dan watak

missionaris dari agama. Mengerasnya konflik di antara agama samawi, terutama yang melibatkan kekerasan merupakan akibat logis dari habisnya ruang ekspansi masing-masing dalam memperbesar ”angka” pengikut

6

Cornelis Lay, Kekerasan atas nama agama prespektif Politik, Diskusi Panel

(5)

menyusul ditaklukkannya secara hampir totalnya agama-agama suku yang pernah bersemai di nusantara.

Selanjutnya Alie Humaedi yang membahas Strategi Budaya Taqiyah: Dilema Penyembunyian Identitas dalam Perkembangan Syiah, penelitian empiris yang dibahas Ali Miftakhuddin7 tentang Toleransi Beragama antara Minoritas Syiah dan Mayoritas Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang Demak, kemudian Bahrul Ulum8 Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah Studi Komparatif Syiah-Sunni, serta beberapa laporan penelitian tentang kekerasan agama yang diusung beberapa lembaga swadya masyarakat yakni Kontras Surabaya9 Laporan Investigasi Dan Pemantauan Kasus Syi’ah Sampang, Dadang S. Anshori. Wacana Keagamaan Syiah -Sunni Dalam Majalah Tempo dan Suara Hidayatullah. Dan yang terakhir wahid Institute tentang laporan akhir tahun tentang kebebasan beragama dan intoleransi pada tahun 2012.10

Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan riset terdahulu pada aspek-aspek berikut: pertama, dari cakupan dan isi kajiannya, penelitian riset terdahulu pada umumnya dilakukan dalam skala luas, tidak fokus pada satu kasus yang mencangkup tentang intoleransi disertai dengan kekerasan agama. Kedua, penelitian ini juga meliputi aspek resolusi konfik pasca kekerasan yang terjadi melalui badan pemerintahan serta lembaga swadya masyarakat, serta advokasi badan tertentu.

7

Ali Miftakhudin, Toleransi Beragama antara Minoritas Syiah dan Mayoritas Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang Demak, (Thesis, IAIN Walisongo, fakultas Ushuludin, 2014)

8

Bahrul Ulum, Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah Studi Komparatif Syiah-Sunni, (Thesis, Universitas Muhamadiah Surakarta, Magister Pemikiran Islam, 2013)

9

Kontras Surabaya, Laporan Investigasi Dan Pemantauan Kasus Syi’ah Sampang, (Surabaya; Kontras, 2012)

10

(6)

F. Kerangka Teori

1. Akar Konflik Sunni-Syi’ah di Indonesia

Sejak dekade awal abad ke-20 hingga sekarang, sekurang-kurangnya ada tiga masalah penting yang menimbulkan pertentangan di antara sesama umat Islam di Indonesia. Pertama, pertentangan ideologis antara kelompok yang menginginkan Islam dijadikan sebagai ideologi negara dan kelompok yang mengutamakan kebangsaan sebagai dasar negara.

Kedua, perbedaan paham keagamaan di antara gerakan-gerakan Islam.

Ketiga, perbedaan dalam masalah hakikat dan arah kebudayaan

Indonesia, termasuk bagaimana seharusnya menyikapi budaya Barat.11

konflik intra Islam yang terjadi di Indonesia, seperti yang disebutkan diatas yakni, konflik ideologis antara kaum Muslim yang beorientasi pada ideologi kebangsaan dan kaum Muslim yang ingin menjadikan Islam sebagai ideologi Negara, konflik organisasi dan paham keagamaan, dan konflik mengenai hakikat dan arah kebudayaan nasional. Ketiga konflik ini ternyata masih berkembang hingga sekarang. Mengingat bahwa konflik-konflik tersebut memiliki akar sejarah yang panjang bagi bangsa ini, maka adalah naif apabila kita berharap konflik ini akan dengan mudah disingkirkan. Hampir mustahil dapat menghapuskan konflik karena ia adalah sesuatu yang alamiah dan wajar dalam sebuah masyarakat, lebih-lebih yang majemuk seperti Indonesia.

Sementara itu, di Indonesia sejak tahun 1975, atas keinginan pemerintah Orde Baru, didirikanlah Majelis Ulama Indonesia (MUI), di mana wakil-wakil dari berbagai gerakan Islam diakomodasi. Meskipun MUI tidak mempunyai kekuasaan memaksa selain memberi fatwa, pemerintah seringkali mendengarkan pandangan MUI untuk mengatasi masalah keagamaan. Dalam hal ini, sejak Orde Baru hingga sekarang,

11

(7)

MUI telah mengeluarkan banyak fatwa, di antaranya adalah menetapkan fatwa bahwa aliran-aliran tertentu sebagai aliran sesat (misalnya syi’ah, Ahmadiyah dan Salamullah), terutama karena dianggap telah menyimpang dari prinsip-prinsip aqidah Islam.12

Syiah adalah paham keagamaan yang menyandarkan pada pendapat Sayidina Ali (khalifah ke empat) dan keturunannya yang muncul sejak awal pemerintahan khulafaurasyidin. Syiah berkembang menjadi puluhan aliran-aliran karena perbedaan paham dan perbedaan pendapat dalam mengangkat Imam. Perkembangan Syiah di Indonesia melalui empat tahap gelombang, yaitu: Pertama, bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia; Kedua, pasca revolusi Islam Iran; Ketiga, Melaui Intelektual Islam Indonesia yang belajar di Iran; dan Empat, Tahap keterbukaan melalui Pendirian Organisasi Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI).13

tragedi tersebut ialah orang-orang Islam. Peristiwa ini mengemuka kembali dalam konteks perebutan kekuasaan antara Sunni dan aliran

Shi’ah di Suriah, Pakistan, Irak, Iran, dan beberapa negara lain.

(Multikultural & Multireligius Volume 11, Nomor 4, Oktober - Desember 2012), 23

(8)

2. Konsep Mayoritas VS Minoritas

Pengertian Islam mainstream di Indonesia mengarah pada kelompok-kelompok mayoritas yang dianut oleh masyarakat Muslim Indonesia.

Mainstream atau ortodoksi dalam istilah Martin van Bruinessen15

diwakili oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), termasuk juga organisasi kemasyarakatan yang ada di dalamnya. Dalam visi ini, Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan salah satu ‘mainstream’ Islam ortodoks yang diakui di Indonesia dan yang menyimpang darinya adalah sempalan dan sesat.

Dominasi menjadi konsep penting dalam memahami konsep

mainstream. ‘Truth claim’16 merupakan senjata ampuh yang dilontarkan

oleh kelompok mainstream untuk menyatakan kebenaran tafsir mereka atas ajaran agama Islam Ketika dominasi tafsir ini berkolaborasi dengan kekuasaan, maka mampu dimapankan (dalam bentuk nyata berupa institusionalisasi/ legalisasi atas lembaga atau pengakuan dari penguasa). Alhasil, aliran-aliran mainstream ini mampu mendominasi frame beragama umat Islam, tidak hanya dalam segi ritualitas, namun sikap juga secara bersamaan terpolarisasi ke dalam arus mainstream tersebut.

Preference umat juga akan selalu berkiblat pada mainstream, termasuk

produk hukum, maupun politik yang selalu mengarah pada entitas arus

mainstream. Konsep ini akan mendorong pandangan yang eksklusif dan

cenderung memperlakukan ‘perbedaan’ di luar arus mainstream sebagai sebuah penyimpangan. Apa yang berbeda selalu diartikan sebagai ‘racun’

yang harus dimusnahkan jika memang tak bisa diobati.

15

Van Bruinessen, Martin. ‘Gerakan Sempalan di Kalangan Umat Islam

Indonesia: Latar Belakang Sosial-Budaya.’ Jurnal (Ulumul Qur’an vol. III, no. 1), 17. Baca di Dewi Nurrul Maliki, Resistensi Kelompok Minoritas Keagamaan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Minoritas Keagamaan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jurnal (Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 14, Nomor 1, Juli 2010 ISSN 1410-4946), hal, 49

16

(9)

Sebagai bangsa yang terdiri dari banyak suku, agama, ras dan adat istiadat, ragam kelompok minoritas di Indonesia dengan sendirinya juga amat banyak. Ada minoritas etnis, minoritas ras, dan minoritas agama. Di dalam kelompok agama sendiri ada minoritas aliran atau madzhab, minoritas penganut kepercayaan, dan lain-lain.17 Dari sekian banyak kelompok minoritas tersebut, keberadaan minoritas madzhab yang akan diulas dalam penelitian ini. Mayoritas madzhab yang di anut di Indonesia

adalah madzhab sunni, sedangkan madzhab syi’ah berada dalam tataran

minoritas.

Hingga hari ini, sejumlah pelanggaran terhadap aktivitas beragama dan berkeyakinan masih menghisai wajah buruk hubungan antar mayoritas dan minoritas. Ironisnya, munculnya perlakuan diskriminatif ini justru dilakukan oleh negara melalui penerbitan serangkaian peraturan yang kemudian dijadikan justifikasi oleh kelompok mayoritas untuk memusuhi dan meminggirkan kelompok minoritas. Perlakuan seperti ini terjadi dalam beberapa bentuk seperti: klaim penyesatan terhadap aliran keagamaan dan kepercayaan, penutupan tempat ibadah, larangan mengembangkan dan mendakwahkan keyakinan, hingga pembatasan hak-hak politik dan akses ekonomi.

Salah satu kelompok minoritas yang akhir-akhir ini sering mengalami perlakuan diskriminatif dari negara dan kerap menjadi sasaran amuk massa adalah Jamaah Ahmadiyah.18 Di berbagai daerah di Indonesia, keberadaan pengikut Mirza Ghulam Ahmad ini terus terancam. Bukan hanya tidak bisa mengamalkan keyakinannya, warga Ahmadiyah tak

17

Suprapto, Membina Relasi Damai antara Mayoritas dan Minoritas, Jurnal (Volume XII, Nomor 1, Juni 2012), 24

18

Sebagai organisasi, sebetulnya Ahmadiyah telah diakui sebagai organisasai

kemasyarakatan melalui surat Direktorat Hubungan Kelembagaan Politik No.

(10)

sedikit yang terpaksa kehilangan harta, tempat tinggal dan sarana ibadah. Kasus-kasus perusakan masjid dan fasilitas rumah milik warga Ahmadiyah terus saja terjadi seperti di Cikeusik, Tasik Malaya, Bogor, Makasar dan Lombok Nusa Tenggara Barat.19

Kasus lainnya adalah penyesatan terhadap pengikut Lia Eden. Tanggal 28 Desember 2005, rumah Lia Aminuddin di Jakarta Pusat dikepung sebagian anggota masyarakat yang memprotes ajaran keagamaannya yang telah dinyatakan sesat oleh MUI. Akhirnya kelompok Lia Eden diadili dan divonis hukuman dua tahun penjara. Kelompok lain yang mengalami penentangan dari sebagian umat Islam adalah kelompok Syiah.20 Kasus ini juga terjadi pada pengikut Syiah yang ada di wilayah Omben, Sampang Madura dan meluas ke wilayah Kecamatan Puger, Kabupaten Jember.

Pada perkembangan selanjutnya negara semakin sistematis dalam mengeluarkan kebijakan yang berisi perlindungan terhadap keberadaan agama resmi, agama yang diakui Negara. Pada tahun 1978, MPR menetapkan TAP MPR NO. IV/MPR/1978 tentang Garis-garis Besar

Haluan Negara, di mana secara eksplisit disebutkan bahwa “aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan merupakan agama”.

Berdasar pada TAP MPR ini Menteri Agama mengeluarkan Intruksi no. 4 dan 14 tahun 1978 yang bersisi kebijakan inti mengenai aliran kepercayaan. Melalui serangkai aturan seperi ini, negara memang secara

19

Kasus penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah juga telah lama terjadi di pulau Lombok. Tercatat di Lombok Timur, masa dengan beringas membakar pemukiman warga Ahmadiyah pada tanggal 10-13 September 2002, di Praya Lombok Tengah warga Ahmadiyah mengungsi ke Mapolres setempat setelah masa menyerbu mereka pada 17 Maret 2006. Sebulan sebelumnya tepatnya 4 Februari 2006 kasus serupa terjadi di Desa Lingsar Lombok Barat. Baca Fawaizul Umam, “Menolak Kekerasan, Menenggang Keragaman:

Refleksi atas Kasus Kekerasan terhadap Ahmadiyah” Jurnal (Tasamuh, Vol 4, Nomor 1

Desember 2006), 25-38.

20

(11)

sistematis telah meminggirkan kelompok-kelompok minoritas penganut kepercayaan yang dianggap belum beragama.

3. framing Media dalam Konflik Sunni-Syiah di Puger

Ketika media memberitakan peristiwa atau isu tertentu, seringkali media tidak dapat melepaskan diri dari latar ideologi atau visi lembaga, sehingga konstruksi atas realitas yang terbangun juga cenderung mengikuti perspektif yang dimiliki masing-masing media. Beberapa kasus kekerasan menambah deretan pemberitaan mengenai konflik agama yang terjadi di Indonesia. Banyak komentar untuk mengusut tuntas kasus Syiah yang terjadi di Indonesia. Media pun turut mengambil bagian dalam usaha memberitakan berbagai kejadian terkait kasus Syiah di Indonesia. Pemberitaan ini dianggap penting dan diangkat sebagai isu nasional. Peneliti ingin melihat bagaimanakah cara media memberitakan kasus Syiah, Apakah berita-berita tersebut mengarah pada solusi dan kedamaian, atau pemberitaan justru berpotensi untuk menyulut konflik.

Pada titik ini media Islam dapat menjadi bagian dari saluran gerakan keagaamaan untuk menyuarakan nafas keislaman berdasarkan pilihan ideologisnya, tak terkecuali persoalan yang terkait dengan konflik keagamaan di Indonesia. Konstruksi teks yang terbangun pun simetris dengan platform ideologi keislaman yang diusungnya.21 Di antara media Islam Indonesia yang tampil menghiasi ruang publik dan mewarnai medianya sebagai saluran ideologi keislaman adalah media Islam yang tampil dalam ranah dunia maya, seperti voa-islam.com, arrahmah.com

dan hidayatullah.com.

Media Islam online tersebut sengaja dipilih karena keberadaannya memang didesain sebagai media berita Islam dan dalam banyak hal

21

(12)

merepresentasikan citra Islam. Fokus kajian terhadap media Islam online ini tidak sebatas untuk melihat bagaimana media tersebut mendokumentasikan realitas konflik keagamaan, tetapi lebih pada upaya melihat bagaimana konstruksi berita yang dibangun dalam mewartakan peristiwa seputar konflik keagamaan yang terjadi di Indonesia. tulisan ini berpusat pada isi pesan media Islam online, dengan asumsi bahwa ketika media melaporkan peristiwa konflik keagamaan, pada dasarnya yang dilakukan adalah mengkonstruksi realitas dengan teks sebagai mediumnya. Pada posisi ini, media dapat dipandang sebagai agen yang aktif dalam mengkonstruksi realitas.

Dasar penalaran tersebut bukan hanya meneguhkan suatu gagasan atau pandangan, melainkan juga membuat gagasan menjadi tampak benar, absah dan demikian adanya. Dari keseluruhan ide dan gaya penulisan, dapat diketahui dengan jelas sikap media ini dalam persoalan tersebut. Salah satu contohnya adalah Voa-islam.com begitu bersemangat untuk melibatkan diri dan membangun perlawanan melalui teks terhadap kelompok Syiah. Ide sentral (core frame) dari media Islam online ini adalah Syiah-lah biang kerusuhan yang terjadi selama ini, khususnya di Jawa Timur. Voa-islam.com pun menulis:

Seperti diketahui, benturan Sunni-Syiah di Jawa Timur bukan kali

pertama, sebelumnya benturan juga terjadi di Pasuruan, tepatnya pada 15 Februari 2011 lalu. Sekelompok massa melakukan penyerangan terhadap Ponpes Al Ma'hadul Islam Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Desa Kenep, Kecamatan Beji, Pasuruan, Jawa Timur, sekitar pukul 14.30 WIB. Akibatnya, delapan santri terluka. Terbetik kabar, benturan di Pasuruan tersebut sudah terjadi tujuh kali. Selama tiga tahun terakhir, aksi penyerangan sudah pernah dilakukan pada 2006 dan

2007.”

(13)

langsung juga ingin menyatakan bahwa ajaran Syiah lebih berbahaya dibandingkan Ahmadiyah. Framing media seperti yang dicontohkan diatas mempengaruhi para pembaca untuk menyesatkan salah satu aliran yang berkembang di Indonesia.

G. Metode Penelitian 1. Lokus Penelitian

Lokus penelitian ini terletak di desa puger kulon kecematan Puger kabupaten Jember. Lokasi ini dipilih dikarenakan pelbagai alasan yakni;

pertama, Pada tahun 2012, muncul konflik diantara masyarakat puger.

Konflik antara perbedaan aliran agama mencuat dengan beberapa alasan. Penyebab tragedi Sunni-Syi’ah di Puger banyak ragam, ia tidak semata didasarkan pada perbedaan aliran atau madzhab pemikiran keagamaan, akan tetapi juga telah bercampurbaur dengan persoalan-persoalan kompleks ekonomi, sosial kemasyarakatan, dan politik, baik perseorangan maupun komunal. Kedua, latar-belakang desa ini kebanyakan penduduknya adalah masyarakat Madura yang tinggal di pesisir pantai, kondisi geografis ini mempengaruhi watak penduduk kampung tersebut. Ketiga, penelitian mengenai kekerasan agama di desa puger berbeda dengan penelitian lain, mengingat dilatarbelakangi oleh adanya peristiwa penyerangan oleh kaum sunni kepada kaum syi’ah pada tahun 2013 yang mengakibatkan kerusakan rumah ibadah, beberapa korban meninggal dan yang lainya luka-luka.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field reseach) yang bersifat deskriptif kualitatif.22 Bogdan dan taylor dalam moleong menjelaskan penelitian deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sesuai dengan pendapat

22

(14)

Bogdan dan biklen serta lincon bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri, antara lain: menekankan pada setting ilmiah (natural setting), peneliti bertindak sebagai alat (instrument), analisis data secara induktif, deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil atau produk, adanya

“batas” yang ditentukan oleh “focus”, adanya kriteria khusus untuk

keabsahan data, desain yang bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.23

Selain kelebihan yang dimiliki oleh studi kasus, sesungguhnya penggunaan studi kasus dalam penelitian ini sesuai untuk melihat peranan lembaga institusi pemerintahan dan kearifan lokal dalam penyelesaian dan pencegahan konflik horizontal di Indonesia.

3. Pendekatan Penelitian

Pada hakikatnya penelitian kualitatif mengunakan pendekatan secara fenomenologis. Artinya Peneliti berangkat kelapangan dengan mengamati fenomena yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang akan membedakan masing-masing jenis penelitian itulah fokus penelitian. Apakah penelitian itu fokus ke budaya, fenomena, kasus dan sebagainya.24 Sesuai dengan permasalahan yang dikaji, penelitian ini menggunakan paradigma definisi social dengan pendekatan kajian fenomenologis.

Para fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Dalam hal ini ditekankan pada aspek subjektif dari prilaku orang. Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana

23

Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: remaja rosdakarya, cet, 13, 2000), hal, 4-8

24

(15)

suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Para fenomenologis percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain .

Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologi adalah sebuah penelitian yang mengamati tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan gambar serta bukan dengan angka angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan kutipan data uantuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut misalnya: wawancara mendalam (indepth interview), observasi partisipatif, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, memo dan dokumen resmi lainya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara. Menurut densin dan Lincoln wawancara sebagai teknik pengumpulan data biasa dipakai dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif karena mampu menghandirkan kekurangan dan kelebihan dari informasi yang disampaikan oleh responden.25

Penelitian kualitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data wawancara memerlukan narasumber kunci (informan). Dengan menggunakan teknik snowball Sebagai teknik mencari informan, maka

25

(16)

narasumber kunci dalam penelitian ini adalah BAKESBANGPOL sebagai penyelenggara perijinan penelitian, pimpinan instansi terkait seperti kepala desa, serta pemimpin aliran yang diwakili sunni-syi’ah di lokasi penelitian, ulama MUI sebagai tokoh ulama, serta tokoh-tokoh LSM yang terkait dengan konflik sunni-syi’ah di kecamatan puger.

Untuk melengkapi pengumpulan data, penelitian ini juga menggunakan studi dokumen. Tehnik ini digunakan untuk mencari justifikasi atau pembenaran atas data yang diperoleh melalui wawancara, sehingga studi dokumen dapat menjadi pengawas atau pengontrol kebenaran informasi yang di dapat dari teknik pengumpulan data. Sedangakan analisis data menurut paton dan moleong adalah proses mengatur data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori dan dan satuan uraian dasar.

5. Tekhnik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Ketiga alur kegiatan ini sebagai sesuatu yang saling berhubungan dan merupakan proses siklus interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.26

Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data bisa dimulai saat awal penelitian atau pada saat data dihimpun. Ini berbeda pada analisa data

26

(17)

pada penelitian kuantitatif yang telah tersandarisasi karena menggunakan matematika sebagai analisisnya.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memepermudah penelitian dan pemahaman secara menyeluruh tentang proposal thesis ini, serta mendapatkan gambaran yang jelas menyeluruh, secara singkat dapat dilihat dalam sistematika pembahasan dibawah ini.

I. Bagian I merupakan pendahuluan yang memaparkan fenomena kekerasan agama yang terjadi di Indonesia. Dari konteks penelitian tersebut, ditemukan fokus dan permasalahan penelitian yang dijawab oleh tujuan penelitian. Disertai dengan manfaat penelitian, signifikasi penelitian, definisi istilah dan originalitas penelitian.

II. Bagian II berisi Temuan penelitian yaitu riset terdahulu, diharapkan bisa memberikan sumbangan secara teoretik pada khazanah keilmuan, Dengan kata lain, penelitian terdahulu dapat digunakan untuk menunjukkan titik persamaan dan perbedaannya, sehingga penelitian ini benar-benar terbukti memiliki kesinambungan. Diteruskan dengan kajian pustaka, yang berisi kajian teoritis. Dengan bab ini dapat dijadikan dasar untuk penyajian dan analisis data yang ada relevansinya dengan rumusan masalah.

III. Bagian III membahas tentang metode penelitian yang berisi tentang lokus penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, pengumpulan data, teknik analisis data dan menghindari bias penelitian. Metode penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan pisau analisis untuk memudahkan penulis dalam menyajikan penelitianya.

(18)

V. Dalam bagian V akan dipaparkan pembahasan dan analisis data hasil penelitian mengenai konflik sunni-syi’ah yang terjadi di kecamatan puger, serta korelasi HAK (hak asasi manusia) yang berkaitan dengan kasus ini, disertai cara penanganan resolusi konflik sunni-syi’ah di Jember.

VI. Dalam bab VI, yang berisi uraian tentang kesimpulan dari temuan penelitian yang telah dilakukan. Mengingat penelitian ini terbatasi hal-hal yang bersifat akademis maupun non-akademis, maka dalam akhir bab ini keterbatasan penelitian juga menjadi penting untuk dijelaskan, yang dimasukkan dalam saran-saran.

Daftar Pustaka

Buku

Ahmad Suedy dan Rumadi (ed.), Politisasai Agama dan Konflik

Komunal: Beberapa Isu Penting di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute,

2007).

Ibn Khaldun, Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh al-‘Arab

wa al-Barbar wan Man ‘Asarahum min Dhawi al-Sha’n al-Akbar, Vol. II

(Beirut-Lebanon: Dâr al-Fikr, 2001).

Kontras Surabaya, Laporan Investigasi Dan Pemantauan Kasus Syi’ah Sampang, (Surabaya; Kontras, 2012).

Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: remaja rosdakarya, cet, 13, 2000).

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Social, (Bandung; Refika aditama, 2009).

(19)

Rumadi, Delik Penodaan Agama dan Kehidupan Beragama

dalam KUHP, ( Jakarta: The Wahid Institute, 2007).

Jurnal dan Thesis

Ali Miftakhudin, Toleransi Beragama antara Minoritas Syiah dan

Mayoritas Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang Demak, (Thesis, IAIN

Walisongo, fakultas Ushuludin, 2014).

Arief furchan, pengantar metode penelitian kualitatif, (Surabaya: usaha nasionak, cet, 1, 1992).

Bahrul Ulum, Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah

Studi Komparatif Syiah-Sunni, (Thesis, Universitas Muhamadiah Surakarta,

Magister Pemikiran Islam, 2013).

Cornelis Lay, Kekerasan atas nama agama prespektif Politik, Diskusi

Panel “kekerasan atas nama Agama di Indonesia; Proyeksi Depan” (Yogyakarta; Universitas Kristen, Fakultas Teologi, 26 Agustus 2006). Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 13, Nomor 1, Juli 2009.

Dewi Nurrul Maliki, Resistensi Kelompok Minoritas Keagamaan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Minoritas Keagamaan Jemaat Ahmadiyah

Indonesia, Jurnal (Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 14, Nomor 1, Juli

2010 ISSN 1410-4946).

Fawaizul Umam, “Menolak Kekerasan, Menenggang Keragaman:

Refleksi atas Kasus Kekerasan terhadap Ahmadiyah” Jurnal (Tasamuh, Vol

4, Nomor 1 Desember 2006).

Oksimana Darmawan, Perlindungan Hak Atas Kebebasan Beragama

Dan Berkeyakinan Bagi Kelompok Minoritas Agama Dan Aliran

Kepercayaan (studi kasus di provinsi Sulawesi utara), (jurnal HAM volume

4 nomor 1, Juli 2013, ISSN 1693-8704).

M. Syahran Jailani, Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi,

Fenomenologi, Grounded Theory,dan Studi Kasus), Jurnal, Edu-Bio; Vol. 4,

(20)

Mujiburrahman, Akar Konflik Intra Umat Islam Indonesia, jurnal (Dignitas Volume VII No. 2 T ahun 2011).

Moh. Hasyim, Syiah: Sejarah Timbul dan Perkembangannya di

Indonesia, Jurnal (Multikultural & Multireligius Volume 11, Nomor 4,

Oktober - Desember 2012).

Rusmulyadi, Framing Media Islam Online atas Konflik Keagamaan

di Indonesia, Jurnal Komunikasi Islam, Jurnal (ISBN 2088-6314 Volume 03,

Nomor 01, Juni 2013).

Suprapto, Membina Relasi Damai antara Mayoritas dan Minoritas, Jurnal (Volume XII, Nomor 1, Juni 2012).

Van Bruinessen, Martin. ‘Gerakan Sempalan di Kalangan Umat

Islam Indonesia: Latar Belakang Sosial-Budaya.’ Jurnal (Ulumul Qur’an

vol. III, no. 1)

Koran atau Majalah

Achmad Faizal, “Pemerintah Tak Serius Atasi Konflik di Sampang”, Kompas (27 Agustus 2012)

Radar Jatim, “Persaingan Kelompok Lembaga Pendidikan Puger”, Jawa Pos (14 September 2013).

Wahid institute, Laporan akhir tahun kebebasan beragama dan intoleransi 2012.

Website

Hadi Suprapto, “Konflik Sunni-Syiah di Madura, Mengapa?”, VIVAnews.com.

Nurul Arifin, “Bentrok Sunni-Syi’ah di Jember1 Tewas”, Sindonews.com

Umi sumbullah “Agama dan kekerasan (menelisik akar kekerasan

dalam tradisi Islam), di akses tanggal 29-3-2015 Blog Sivitas Akedemik

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pengumuman pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan Nomor : 03/POKJA-ULP/Diskannak/2012 tanggal, 26 Juli 2012 dan setelah kami pelajari dengan

Hal inilah yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemimpin desa dan masyarakat didesa, pembangunan sebuah desa adalah dengan adanya interaksi antara masyarakat

Dalam penelitian ini akan dilakukan suatu analisis kefektivitasan kebijakan BLT menggunakan sebuah instrumen pemodelan dinamis yang dapat digunakan oleh pembuat kebijakan

Mula-mula reaktor diisi dengan umpan ketika steady flow of feed (q) dimulai.. Then the outlet valve is opened. The second reactor originally contains 10 liters of an

Perselisihan atau sengketa yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah perselisihan hasil Pilkada berdasarkan studi kasus Pilkada Kabupaten Dairi, yakni perselisihan

kepada Terdakwa karena lama mengambil karung, karena tidak terima dengan perlakuan korban timbul perasaan emosi dan marah dari Terdakwa pada saat berada di belakang korban lalu

Penelitian mengenai kajian sekuestrasi karbon pada berbagai tipe penggunaan lahan yang mencakup aspek lingkungan, tanaman dan tanah dalam satu kerangka penelitian yang terintegrasi

Hasil organoleptik dari daging ikan patin pada perlakuan 20 ml/Kg pakan lebih rendah dibandingkan kontrol walaupun tidak berbeda dengan 10 ml/Kg yaitu 0,2