• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Pengakuan Sebagai Alat Bukti dal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Pengakuan Sebagai Alat Bukti dal"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAKUAN SEBAGAI ALAT BUKTI Oleh: Iqbalsyah Nouval Muktiajie

Herzien Inlandsch Reglement (HIR) atau reglemen Indonesia yang diperharui merupakan aturan hukum acara pindana yang pernah berlaku di Indonesia, sampai akhirnya digantikan oleh undang-undang no. 8 tahun 1981 (KUHAP). Adapun ketentuan-ketentuan HIR merupakan ketentuan warisan kolonial belanda yang sempat dipertahankan berdasarkan pasal II aturan peralihan UUD 19451. Terkait dengan kedua aturan diatas yakni HIR dan KUHAP di dalam keduanya memiliki perbedaan mengenai ketentuan alat bukti. Dalam HIR ditentukan bahwa pengakuan merupakan alat bukti, sedangkan dalam dalam KUHAP tidak diatur demikian, melainkan keterangan terdakwa2. Dari kenyataan tersebut timbul sebuah pertanyaan yang cukup menarik, yakni “mengapa dalam HIR pengakuan ditentukan sebagai sebuah alat bukti?” . Adapun untuk menjawab hal tersebut perlulah sedikit menengok mengenai sejarah perkembangan hukum acara pindana. (hukum) yang sekarang berlaku tidak dapat dilepaskan dari sejarah masa lampau. Apakah itu merupakan penerusan atau pembaruan ataukan koreksi terhadap aturan masa lampau itu.3

Perkembangan sistem peradilan pidana sudah dimulai sejak abad ke-13 di eropa dengan diperkenalkan dan dianutnya sistem atau model “inquisatoir” sampai dengan awal pertengahan abad ke-194. Adapun proses penyelenggaran perkara pidana yang berkaitan dengan sistem inquisatoir dimulai dengan adanya inisiatif dari penyidik atas kehendak sendiri untuk menyelidiki kejahatan. Cara penyelidikan dan pemeriksaan yang demikian ini ditempuh secara rahasia. Satu-satunya tujuan pemeriksaan waktu itu adalah usaha untuk memperoleh pengakuan (confession) dari si pelaku. Apabila terduga pelaku kejahatan tidak mau mengakui perbuatan yang dituduhkan secara sukarela maka petugas pemeriksa akan memperpanjang penderitaan si pelaku kejahatan melalui cara penyiksaan (torture) sampai diperoleh pengakuan.5 Demikianlah secara singkat gambaran dari proses pidana yang yang berkembang di eropa saat itu. Bahwa proses penegakan hukum acara materil demikian

1 Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana suatu pengantar (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014), hal 39.

2 Bandingkan pasal 184 uu no. 8 tahun 1981 dan pasal 164 HIR.

3 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal 49.

4 Romli Atmasasmita, Bunga Rampai Hukum Acara Pidana (Bandung: Binacipta, 1983), hal 2.

(2)

sederhanya sampai-sampai kurang memperhatikan hak asasi manusia. Adapun mengenai sistim inquisatoir yang berkembang di eropa khususnya perancis, cukup banyak memperngaruhi perkembangan hukum belanda yang merupakan bekas jajahannya.

Pada tahun 1838 belanda lepas dari penjajahan perancis, pada saat itu pula belanda memulai usaha untuk membangun sistim hukumnya sendiri. Di awal usaha tersebut timbul berbagai perdebatan, diantaranya berkaitan dengan hukum seperti apa yang akan diberlakukan pada wilayah jajahannya6. Untuk menjawab pertanyaan tersebut lantas Gubernur Jenderal de Eerens membentuk suatu panitia khusus. Perdebatan-perdebatan timbul salah satunya perihal aturan yang akan berlaku bagi orang-orang eropa di Hindia belanda akan disamakan dengan hukum yang berlaku bagi pribumi. Adapun mengenai hal tersebut Hooggerechtshof berpendapat:7

“1. Dimuatnya ketentuan-ketentuan yang serupa akan menyebabkan peraturan itu kurang sederhana dan akan menyebabkan masuknya bentuk-bentuk yang dikenal dalam hukum eropa akan tetapi asing bagi hukum adat.

2. Peradilan adalah suatu bentuk hukum yang pasti dan tidak dapat dikesampingkan begitu saja ataupun diikuti siapa saja apa yang dikehendaki orang. Apabila pembuat undang-undang berpendapat bahwa orang bumiputera membutuhkan bentuk-bentuk dari orang eropa, maka ia sendirilah dan bukan hakim yang harus menetapkan hal itu.”

lantas perndapat tersebut beserta rancangan ketentuan mendapat pujian dari gubernur jenderal saat itu. Gubenur jenderal berpendapat bahwasanya ia khawatir orang-orang pribumi tidak dapat memahami aturan-aturan orang eropa, sehingga akan menjadikan usaha penegakan hukum pidana materil tidak efisien bahkan sampai bertele-tele. Untuk itu ia mengambil keputusan untuk membedakan hukum dengan menggolong-golongkan antara penduduk pribumi, eropa, dan timur asing.8 Maka dari itu ketentuan-ketentuan HIR yang cenderung menganut sistim inquisatoir dianggap lebih cocok untuk orang pribumi yang tersirat dengan asumsi bahwa orang-orang pribumi belum cukup pandai untuk membela hak-nya, sehingga membutuhkan proses hukum yang lebih sederhana dengan pengakuan pelaku sebagai alat bukti.

6 Hindia belanda.

7 Ansorie Sabuan dkk, Hukum Acara Pidana (Bandung: Angkasa, 1990), hal 23.

(3)

Referensi

Dokumen terkait

27,28 Penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar protein darah khususnya albumin dengan kadar hormon tiroid darah pada penderita sindroma nefrotik, dan mengetahui perubahan

Pada beberapa tahun yang akan datang diharapkan dana yang telah digunakan untuk program PEMP di Indonesia (dengan jumlah yang tidak sedikit) memberikan manfaat

Dalam PTK, sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan peneliti yaitu penerapan

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Bila DNA atau produk dari gen sasaran (protein atau enzim) telah diketahui, maka yang umum dilakukan adalah : (1) bila berupa suatu urutan DNA yang diketahui, maka

Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik