• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Implementasi dan Evaluasi Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perencanaan Implementasi dan Evaluasi Ke"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Di era global seperti sekarang ini, kesadaran anggota masyarakat terhadap keberadaan organisasi dan manajemen semakin meningkat. Ketatnya persaingan, meningkatnya kadar ketidakpatian, dan semakin dirasakannya keterbatasan, mendorong orang-orang untuk semakin hati-hati dalam berpikir dan bertindak, terutama dalam urusan bisnis yang menuntut kecermatan dalam perencanaan, kesungguhan dalam pelaksanaan, dan kejelian dalam evaluasi, agar tujuan tercapai dengan baik. Oleh karena itu, memahami manajemen dan keterampilan dalam menerapkan fungsi-fungsinya menjadi penting.

Dalam manajemen, tahap perencanaan memegang peranan penting, karena perencanaan merupakan langkah awal untuk memiliki sebuah pedoman kerja yang terarah dan jelas, sehingga aktifitas organisasi dapat diarahkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan yang baik memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan mencapai tujuan, tetapi sebuah rencana tidak berarti apa-apa tanpa adanya pelaksanaan atau implementasi. Oleh karena itu, dalam buku ini perencanaan dan implementasi menjadi bahasan utama, kemudian dilengkapi dengan evaluasi. Hal lain yang perlu juga dikemukakan, bahwa rencana yang baik dapat dijadikan pedoman pelaksanaan sekaligus dapat digunakan sebagai pedoman evaluasi, karena dalam prakteknya evaluasi adalah membandingkan antara target yang ditetapkan dalam rencana dan realisasi sebagai hasil implementasi.

(3)

kehidupan nyata sulit dipungkiri adanya perencanaan semu, artinya tidak mencerminkan sebuah rencana murni yang utuh, karena sering terjadi penyusunan rencana berdasarkan dana yang tersedia, sehingga sulit mewujudkan sesuatu yang berkualitas. Idealnya, rencana disusun sedemikian rupa guna mewujudkan suatu produk sesuai dengan harapan. Dana, merupakan konsekuensi dari sebuah rencana, berapa pun dana yang diperlukan harus dipenuhi kalau memang sudah diperhitungkan dengan matang dan akurat.

Buku ini diberi judul "Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan (Fungsi-Fungsi Manajemen)”, yang diharapkan dapat menjadi bahan renungan bagi pembaca, khususnya mahasiswa dalam memahami tentang fungsi-fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan dengan manajemen secara keseluruhan. Bagi mahasiswa atau orang yang memiliki minat untuk mempelajari seluk beluk manajemen, buku ini akan sangat membantu dalam memahami keterkaitan antara perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sehingga dapat menambah wawasan untuk dijadikan bekal dalam mengemban tugas sebagai manajer.

Diakui bahwa dalam penyusunan buku ini penulis banyak menghadapi kendala yang disebabkan oleh keterbatasan, terutama keterbatasan waktu dan tenaga. Tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kendala-kendala tersebut dapat diatasi sehingga buku ini selesai disusun dan akhirnya sampai ke tangan pembaca. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam berbagai bentuk.

(4)

melalui membaca dan belajar . Hanya kepada Allah-lah, kita semua memohon petunjuk dan perlindungan, semoga niat baik kita semua mendapat izin dan ridhoa-Nya. Amiin.

Majalengka, April 2014

(5)

PENGANTAR PENERBIT

Dewasa ini perkembangan Iptek semakin pesat, seiring dengan tuntutan zaman yang semakin kompleks, sehingga diperlukan pemikiran yang arif dan bijak guna menghadapi perubahan yang terus berlangsung. Demikian juga di bidang sosial, perubahan terus terjadi sehingga memerlukan perubahan cara pandang ke arah yang lebih baik agar apa yang dilakukan lebih efektif dan efisien.

Pada tataran praktis, harus diakui bahwa orang semakin sadar akan perlunya berpikir dan bertindak cermat dalam segala hal, karena tingginya persaingan dan dinamika hidup yang semakin kompleks, di mana semua pekerjaan harus direncanakan terlebih dahulu. Perencaan, implementasi, dan evaluasi merupakan fungsi-fungsi manajemen yang paling krusial dalam kehidupan.

Oleh karena itu, kami berusaha menerbitkan buku yang berjudul “Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan Fungsi-Fungsi Manajemen” ini, sebagai salah satu bentuk apresiasi dan dukungan untuk mewujudkan cita-cita beliau yang ingin menyumbangkan buah pikirannya kepada masyarakat dan bangsa agar mampu menghadapi hidup dan kehidupan dengan berbagai persoalannya demi kemajuan di masa yang akan datang.

(6)

pendidikan. Saat ini beliau telah melampaui usia 60 tahun, tetapi semangatnya dalam berkarya tak pernah surut, bahkan masih produktif dan memiliki mimpi besar untuk terus mengembangkan Universitas Majalengka yang semakin besar dan berkualitas.

Selain itu, beliaupun aktif sebagai pengajar pada Program Pascasarjana Universitas Majalengka dan pada beberapa perguruan tinggi di Jawa Barat. Pada diri beliau melekat beberapa sifat yang layak diteladani dan sangat bermanfaat bagi yang lain, yakni pandai memotivasi orang lain, selalu siap menjadi pengayom, dan cepat tanggap terhadap ide dan gagasan yang inovatif.

Kami berharap, dengan terbitnya buku ini semoga menjadi pendorong bagi semua orang untuk mengikuti jejaknya, menjadi pendidik yang produktif termasuk dalam menghasilkan karya tulis sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat.

Majalengka, April 2014

(7)
(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... v

KATA PENGANTAR PENERBIT... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Organisasi ... 7

1.3 Fungsi Manajemen dalam Organisasi ... 12

BAB II PERENCANAAN ... 15

2.1 Pendahuluan ... 27

2.2 Azas-azas Perencanaan... 29

2.3 Unsur, Sifat, dan Fungsi Perencanaan... 35

2.4 Proses Perencanaan ... 45

2.5 Perencanaan Strategis... 58

2.6 Teknik-teknik Perencanaan ... 74

BAB III PENGORGANISASIAN ... 79

3.1 Arti dan Definisi Organisasi... 79

3.2 Prinsip Organisasi... 87

3.3 Pengorganisasian ... 91

BAB IV PELAKSANAAN KEBIJAKAN... 109

4.1 Pengertian Pelaksanaan (Implementasi)... 112

4.2 Beberapa Pandangan tentang Pelaksanaan Kebijakan... 115

4.3 Kejelasan Makna Pelaksanaan ... 120

4.4 Perbedaan Rencana dengan Pelaksanaan .... 125

4.5 Hubungan Rencana dengan Pelaksanaan .... 127

4.6 Kebijakan dalam Pelaksanaan ... 130

(9)

4.8 Model-model Pelaksanaan ... 153

4.9 Memilih Model Pelaksanaan ... 160

4.10 Beberapa Masalah dalam Pelaksanaan... 166

4.11 Menanggulangi Masalah Pelaksanaan... 169

4.12 Sistem Pelaksanaan ... 172

4.13 Birokrasi dan Pelaksanaan... 175

BAB V PENGAWASAN & EVALUASI KEBIJAKAN... 179

5.1 Pengawasan ... 179

5.2 Teori dan Praktek Evaluasi Kebijakan Publik... 210

5.3 Teori Sebab-Akibat dan Analisis Kebijak-an ... 216

5.4 Teori Normatif dan Analisis Kebijakan ... 216

5.5 Fungsi Evaluasi Kebijakan... 218

5.6 Evaluasi Kebijakan... 219

BAB VI PENUTUP... 234

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan publik (public policy), erat kaitannya dengan kehidupan bersama di dalam suatu Negara dengan berbagai aspek. Apabila membahas tentang negara, tentu saja akan meluas kepada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan bersama yang berkenaan dengan :

a. Siapa dan apa saja yang tinggal di negara,

b. Siapa dan apa saja yang menjadi bagian dari negara tersebut, baik ketika berada di dalam negara maupun di luarnya,

c. Siapa dan apa saja yang berhubungan dengan negara dan warga negara dari negara yang bersangkutan. Dari ketiga hal di atas dapat dilihat bahwa kehidupan bersama yang kita namakan negara, secara mutlak mengatur siapa dan apa yang ada di dalam negara. Kehidupan bersama di dalam suatu negara perlu diatur, tujuannya adalah agar satu sama lain tidak saling merugikan. Namun bukan sekedar diatur, melainkan perlu juga ada peraturan yang berlaku secara mengikat untuk semuanya. Bagi masyarakat yang melanggar akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya, dijatuhkan oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. Aturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebayakan publik.

(11)

segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda”.

Sedangkan menurut Harord Laswell kebijakan publik melupakan suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu. Definisi ini menggambarkan bahwa dalam kebijakan publik akan mengandung rumusan tujuan yang ingin dicapai, nilai-nilai yang ingin dilestarikan, dan praktek-praktek yang akan dilakukan sebagai implementasi dari kebijakan yang bersangkutan.

Masih banyak pendapat para ahli yang lain, namun perlu dicari rumusan yang lebih sederhana tanpa mengurangi makna yang ada di dalamnya. Menurut Riant Nugroho (2004: 4), kebijakan publik adalah“segala sesuatu yang tidak dikerjakan

oleh pemerintah”

Untuk memahami, siapa pemerintah itu yang sebenarnya, memang agak sulit untuk dijawab dengan tegas, karena tergantung kepada ungkapan-ungkapan yang mendahuluinya.

Contoh :

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kehidupan bersama, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial…” (Pembukaan UUD 1945 alinea keempat).

(12)

dalam kehidupan sehari-hari media massa sering menggunakan istilah pemerintah dalam pemberitaannya, seperti : “Pemerintah akan mengeluarkan Letter of Releaser

and Dischange, pembebasan dari tuntutan bagi 4 orang

obligator BPPN yang telah menyelesaikan utang-utangnya…” Dalam ungkapan ini yang dimaksud dengan pemerintah adalah BPPN yang merupakan bagian dari suatu kabinet.

Sedangkan dalam ungkapan lain, pemerintah memiliki pengertian yang berbeda. Misalnya dalam ungkapan : “Pemerintahan Megawati merupakan kelanjutan dari pemerintahan Abdurachman Wahid....” Dalam ungkapan ini pemerintahan berarti Presiden beserta seluruh kabinet dan jaringan pemerintahan daerahnya. Walaupun yang disebut adalah nama Megawati atau Abdurachman Wahid, namun yang dimaksud bukan individu melainkan seperangkat orang dalam kebersamaan.

Dari beberapa contoh di atas tampak bahwa belum ada rumusan yang jelas, siapa pemerintah sebagai aktor sentral dari kebijakan publik? Tetapi sudah mulai terlihat bahwa yang dimaksud dengan pemerintah tidak merujuk kepada seseorang atau individu, melainkan badan-badan publik yang bertujuan untuk melaksanakan tujuan negara. Maka untuk memahaminya perlu mengenal terlebih dahulu bahwa di dalam kehidupan bersama terdapat tiga jenis organisasi, yaitu:

a. Organisasi publik b. Organisasi pencari laba

c. Organisasi bukan pencari laba.

(13)

Dalam memahami suatu negara yang di dalamnya terdapat kebersamaan, begitu banyak pihak-pihak yang terlibat. Maka untuk menjaga kebersamaan tersebut perlu suatu aturan yang mampu mengatur semuanya. Sebelumnya, yang berfungsi sebagai perekat kebersamaan masyarakat adalah nilai-nilai kepercayaan, agama, dan tradisi yang dikenal dengan istilah modal sosial. Namun dalam lingkup yang lebih besar dan kompleks ketiga hal tersebut tidak cukup, sehingga berkembang menjadi administrasi. Karena berkaitan dengan publik, maka disebut administrasi publik.

Istilah administrasi publik (public administration) yang berasal dari bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan beberapa istilah, ada yang menggunakan : administrasi publik, administrasi negara, administrasi pemerintahan, bahkan ada yang lebih sempit merujuk kepada birokrasi maupun sebuah sistem politik. Di dalam kamus Inggris-Indonesia (John M Echols) yang diterjemahkan oleh Hassan Shadily, public administration diterjemahkan sebagai ilmu ketata-prajaan, ilmu usaha negara, administrasi pemerintahan, atau negara”.

(14)

hanya merujuk kepada pelayanan, bahkan dalam kamus John M Echols diterjemahkan sebagai “tata-usaha”. Padahal administrasi negara dituntut untuk mampu mengkreasikan nilai bagi masyarakat atau bangsa di mana ia berada. Apalagi sekarang, peranan negara semakin penting dalam membangun daya saing global dari setiap negara.

Dewasa ini, administrasi negara dihadapkan kepada perkembangan yang semakin kompleks, dengan meluas dan rumitnya misi sejalan dengan munculnya konsep good

governance. Istilah ini disebut sebagai kepemerintahan yang baik (LAN, 2000). Oleh karena itu, implementasi administrasi

dengan pola lama tidak akan mampu merespon kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Apalagi apabila merujuk kepada ciri-ciri good governance rumusan UNDP, yang harus dipenuhi yaitu: partisipasi, kekuasaan hukum, transfaransi, ketanggapan, orientasi konsensus, kesetaraan, hasil guna dan dayaguna, ketanggunggugatan, dan visi strategis.

Khusus mengenai perubahan pokok yang berkaitan dengan makna administrasi publik, tidak lagi sekedar pemerintah (eksekutif), melainkan berkembang kepada makna negara (state), sehingga menjadi aktor-aktor yang berkenaan dengan penyelenggaraan negara, yang menyangkut sektor masyarakat.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa di sebuah negara dalam arti luas yang sering juga disebut sebagai sistem

politik, terdapat dua kelompok organisasi besar, yakni negara (state) dan masyarakat (society). Pada masa-masa yang telah

(15)

Tabel: 1.1

Masyarakat •Politik & Hukum (Parpol,

Kelompok-Pemikiran di atas berdasarkan konsep kegiatan pokok manusia yang bersifat sosial dan tidak semata-mata mengumpulkan keuntungan ekonomi. Selain itu, dimaksudkan untuk mendorong manusia untuk membangun kerja sama dan persaingan.

(16)

itu kita sebut sebagai organisasi, baik organisasi di lingkungan pemerintahan maupun organisasi masyarakat.

1.2 Organisasi

Untuk memahami istilah organisasi, terlebih dahulu perlu dikemukakan beberapa definisi dasar yang berkaitan dengan organisasi, meliputi : a) pengertian organisasi; b) struktur organisasi c) desain organisasi, dan d) teori organisasi.

a. Pengertian Organisasi

Menurut Stephen P. Robbins (1994:4), “Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan”.

Dari definisi di atas dapat diambil pokok-pokok pemikiran yang merupakan ciri dari organisasi, dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Dikoordinasikan dengan sadar

(17)

mutlak untuk mengkoordinasikan pola interaksi manusia yang tergabung di dalamnya.

2) Batasan yang relatif dapat diidentifikasi

Sebuah organisasi mempunyai batasan relatif dapat diidentifikasi. Batasan dapat berubah dalam kurun waktu tertentu dan tidak selalu jelas. Tetapi suatu batasan yang jelas harus ada, agar dapat dibedakan antara anggota dan bukan anggota. Batasan cenderung dicapai melalui perjanjian yang eksplisit maupun implisit antara anggota dengan organisasinya. Dalam hubungannya dengan kepegawaian, terdapat suatu perjanjian implisit, di mana pekerjaan itu ditukar dengan pembayaran upah. Dalam organisasi sosial atau sukarela, para anggota memberikan kontribusi dengan imbalan prestise, interaksi sosial, atau kepuasan dalam membantu orang lain.

3) Keterikatan yang terus menerus

(18)

4) Mencapai Sesuatu

Mencapai sesuatu dalam definisi di atas adalah tujuan, pada umumnya tujuan tersebut tidak dapat dicapai hanya dengan usaha individu secara terpisah. Hal tersebut akan lebih mungkin untuk dicapai secara efisien melalui usaha kelompok. Dalam prakteknya, seorang anggota organisasi tidak sepenuhnya mendukung pencapain tujuan tersebut, tetapi ada kesepakatan umum mengenai misi organisasi.

Dalam prakteknya, usaha mencapai tujuan dilakukan melalui pembagian pola-pola kerja, kemudian semua orang yang berada pada masing-masing bagian diminta untuk saling berhubungan, termasuk tugas khusus yang dilakukan serta sebuah hirarki dari manajer dan pekerja (pimpinan dan yang dipimpin). Sebagai imbalan atas usaha, mereka mendapat kompensasi. Akhirnya, sebuah organisasi akan hidup (aktif) berdasarkan aktivitas para anggotanya.

b. Struktur Organisasi

Dalam praktek berorganisasi, struktur organisasi dibutuhkan untuk mengkoordinasikan pola interaksi para anggota organisasi secara formal. Dengan adanya struktur organisasi dapat ditetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, mekanisme koordinasi yang formal, serta pola interaksi yang akan diikuti.

Pembahasan inti yang akan dikemukakan dalam kajian struktur organisasi ini meliputi kompleksitas, formalitas, dan

sentralisasi.

1) Kompleksitas

(19)

hierarki organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis.

2) Formalitas

Formalitas berkaitan dengan tingkat organisasi dalam menyadarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur prilaku dari para anggotanya. Beberapa organisasi beroperasi dengan berpedoman pada sesuatu yang telah distandarkan secara minimum. Hal lainnya, organisasi yang berskala kecil pun telah mempunyai segala macam peraturan yang memerintahkan kepada anggotanya mengenai apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan.

3 ) Sentralisasi

Sentralisasi mempertimbangkan tentang di mana letak pengambilan keputusan. Pada beberapa organisasi, pengambilan keputusan sangat disentralisasikan. Masalah-masalah yang dihadapi disalurkan ke atas, kemudian para eksekutif senior memilih tindakan yang tepat.

Pada kasus tertentu, pengambilan keputusan didesentralisasikan, artinya pengambilan keputusan tersebar ke bawah di dalam hierarki organisasi. Namun perlu dipahami bahwa organisasi dalam pembahasan ini bukan terletak pada disentralisasikan atau

didesentralisasikan, karena kedua istilah tersebut merupakan dua ujung dari sebuah rangkaian kesatuan. Dengan demikian, organisasi cenderung untuk

(20)

c. Desain Organisasi

Desain organisasi menekankan kepada sisi manajemen dari teori organisasi. Desain organisasi ini mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dalam mengkonstruksi atau mengubah sebuah organisasi dimulai dengan merumuskan tujuan akhir, kemudian si perancang menentukan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Rancangan sebuah organisasi biasanya dalam bentuk bagan organisasi.

Dalam memahami teori organisasi, dipelajari dari perspektif kebutuhan manajer dan manajer masa depan, maka orientasinya akan tertuju kepada desain organisasi.

a. Teori Orgonisasi

Teori organisasi adalah disiplin ilmu yang mempelajari struktur dan desain organisasi, merujuk kepada aspek-aspek deskriptif dari disiplin ilmu tersebut. Di dalam teori dijelaskan bagaimana organisasi itu sebenarnya distruktur dan menawarkan tentang bagaimana organisasi dapat dikonstruksi guna meningkatkan efektivitasnya.

Untuk mempertajam pemahaman tentang teori organisasi, perlu juga dikemukakan perbedaan antara prilaku organisasi (PO) dengan teori organisasi (TO). Kedua hal tersebut berbeda, tetapi ada juga bidang-bidang yang berkaitan atau overlap.

(21)

kepuasan kerja. Sedangkan topik-topik prilaku individu yang secara khusus dipelajari dalam PO adalah persepsi, nilai-nilai, pengetahuan, motivasi, serta kepribadian. Termasuk di dalamnya topik mengenai kelompok yang meliputi peran, status kepemimpinan, kekuasaan, komunikasi, dan konflik.

Sedangkan dalam teori organisasi, pandangannya bersifat makro. Unit-unit analisisnya adalah organisasi itu sendiri atau sub-sub utamanya. TO memfokuskan diri kepada prilaku dari organisasi dan menggunakan definisi yang lebih luas tentang keefektifan organisasi. TO tidak hanya memperhatikan prestasi dan sikap para pegwai, melainkan memperhatikan juga kemampuan organisasi secara keseluruhan untuk menyesuaikan diri dalam mencapai tujuan-tujuannya.

1.3 Fungsi-fungsi Manajemen dalam Organisasi

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa di dalam organisasi terdapat kesatuan sosial yakni mempunyai tujuan bersama. Dalam kesatuan sosial dengan kebersamaannya, diperlukan koordinasi yang mengandung pengertian manajemen.

Dengan demikian, suatu organisasi dikatakan telah berfungsi dengan baik apabila terjadi interaksi di antara para anggotanya dalam mencapai tujuan. Fungsi-fungsi utama dari aktifitas organisasi adalah perencanaan, implementasi, evaluasi dan pengawasan program.

(22)

actuating, Evaluasion, dan Controling dengan penjelasan

sebagai berikut:

1) Planning (Perencanaan)

Perencanaan (planning) adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendaki.

2) Organizing (Pengorganisasian)

Menentukan, mengelompokkan, dan pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan; penugasan orang-orang dalam kegiatan dengan menetapkan faktor lingkungan fisik yang sesuai, dan menunjukkan hubungan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan.

3) Actuating (Implementasi)

Implementasi identik dengan penggerakan/pelaksanaan

(actuating), yaitu usaha agar semua anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya serta berpedoman kepada perencanaan dan usaha pengorganisasiannya.

4) Evaluation (Evaluasi)

(23)

sesuai dengan harapan akan dilakukan pengembangan atau setidak-tidaknya mempertahankan prestasi yang telah dicapai.

5) Controlling (Pengawasan/ Pengendalian)

(24)

BAB II

PERENCANAAN

2.1 Pendahuluan

Sebagai manajer atau pucuk pimpinan dari suatu organisasi, kadang-kadang seseorang akan berada dalam situasi yang sarat dengan pertanyaan. Siapakah kita? Di manakah kita berada? Ke manakah tujuan kita?”. Kata-kata bijak tersebut intinya dikutip dari Al Qur’an, merupakan pertanyaan mendasar bagi setiap orang yang berpikir dan ingin mencapai kesempurnaan hidup melalui usaha yang baik, Demikian juga halnya dengan seorang manajer, pertanyaan bijak tersebut perlu diajukan secara berkala, tujuannya tiada lain agar yakin bahwa upaya manajer dan organisasi senantiasa terfokus kepada tujuan yang ingin dicapai.

Istilah fokus, merupakan kata kunci yang sangat penting dalam konsep perencanaan. Salah satu alasan mengapa menomorsatukan rencana dalam kegiatan organisasi, baik di lingkungan pemerintahan maupun swasta, yaitu agar semua aktivitas bisa menyumbangkan sesuatu yang bermakna bagi semua pihak. Perencanaan ini secara umum telah dipahami oleh berbagai kalangan, namun salah satu kritik yang perlu dikemukakan bahwa proses perencanaan lebih cenderung bersifat analitik daripada intuitif. Kedua-duanya memang diperlukan, namun harus diseimbangkan dengan jenis perencanaan yang sedang dihadapi.

(25)

proses berpikir, tentu tidak sederhana dan bukan sekedar menjawab pertanyaan secara spontan, melainkan terdapat satu tahapan pemikiran yang lebih jauh dan mendalam agar jawabannya benar-benar tepat. Itulah sebabnya, di kalangan akademisi ada yang menyatakan bahwa perencanaan merupakan proses intelektual, karena harus mampu memikirkan sesuatu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dengan segala aspeknya.

Dalam proses pemikiran, terdapat tiga tahapan penting dalam perencanaan yang lengkap. Menurut George L Morrisey (2002:1), “Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa porsi pemikiran strategis dari proses ini amat bersandar pada intuisi, sedangkan porsi analisis hanya sedikit; Porsi

perencanaan jangka panjang memerlukan keseimbangan di

antara keduanya; dan Porsi perencanaan taktis amat bersandar pada analisis, sedangkan intuisi terutama berfungsi sebagai pengecek dan penyeimbang”. Untuk mengamati ketiga porsi perencanaan tersebut, George L Morrisey menjelaskan lebih lanjut bahwa ada tiga ungkapan yang dapat dihubungkan dengan ketiganya, yakni perspektif, posisi, dan performa. Penekanan dari masing-masing komponen diuraikan sebagai berikut.

Pemikiran strategis mengarah pada perspektif,

Perencanaan jangka panjang mengarah pada posisi, dan Perencanaan taktis mengarah pada performa.

(26)

I. Pemikiran Strategis - Nilai-nilai

- Visi

- Misi

- Strategi

II. Perencanaan JP - Area strategi kunci

- Analisis isu kritis

- Strategi jangka panjang

- Rencana tindakan strategi

III. Perencanaan - Area hasil kunci Taktis

- Analisis isu kritis

- Indikator kinerja kunci

- Sasaran

- Rencana tindakan

- Peninjauan rencana

Implementasi Rencana & Hasil

Gambar 2.1 Proses Perencanaan

(27)

Semua tahapan perencanaan (Gambar 2.1) memegang peranan penting dalam perencanaan secara keseluruhan, dengan pertimbangan sebagai berikut.

Pentingnya Pemikiran Strategis :

Pemikiran strategis organisasional adalah koordinasi pikiran-pikiran kreatif menjadi suatu perspektif bersama yang memungkinkan organisasi melangkah ke masa depan dengan suatu sikap untuk memenuhi kebutuhan semua pihak yang berkepentingan.

Tujuan pemikiran strategis adalah membantu perencana mengeksploitasi tantangan-tantangan baik yang dapat diramalkan maupun yang tidak untuk di masa depan, bukan hanya mempersiapkan diri untuk suatu kemungkinan di hari esok saja, melainkan perlu menjangkau jauh ke masa depan.

Pemikiran strategis penting, karena:

• Pertimbangan yang sehat, walaupun kerap berdasarkan informasi yang tidak memadai, adalah satu-satunya hal terpenting yang dapat diharapkan oleh organisasi dari manajernya.

• Agar efektif, pertimbangan kolektif bergantung pada pembuat keputusan kunci di organisasi yang mempunyai visi yang jelas dan konsisten mengenai arah organisasi di masa depan.

• Visi organisasi lebih didasarkan pada bagaimana pembuat keputusan kunci ini melihat dan merasa, bukan pada hasil dari analisis sistematik mana pun.

(28)

• Pencapaian kesepakatan atas unsur-unsur ini di antara anggota tim manajemen merupakan prasarat yang penting bagi perencanaan yang efektif.

Pemikiran strategis ini, membentuk dasar bagi pengambilan keputusan strategis. Tanpa dasar ini, keputusan dan tindakan setelahnya kemungkinan akan terpecah-pecah dan tidak sejalan dengan kesehatan organisasi dalam jangka panjang.

Pentingnya Perencanaan Jangka Panjang:

Perencanaan jangka panjang mencakup penerapan intuisi dan analisis untuk menentukan posisi yang perlu dicapai organisasi di masa depan. Secara tradisional, perencanaan jangka panjang kerap merupakan ekstrapolasi sejarah, memproyeksikan hasil di masa depan berdasarkan pengalaman saat ini dan masa lampau. Tujuan dari perencanaan jangka panjang untuk memetakan perjalanan organisasi untuk keberhasilan di masa depan.

Perencanaan jangka panjang penting, karena:

• Membuat organisasi tetap terfokus pada masa depan, selain masa kini.

• Memperkuat prinsip-prinsip yang termuat di dalam visi, misi, dan strategi organisasi.

• Mendorong perencanaan dan komunikasi lintas fungsional.

• Menjembatani proses perencanaan taktis jangka pendek sebagai tempat untuk mengimplementasikan rencana jangka panjang organisasi.

• Mendorong manajer untuk melihat perencanaan dari perspektif makro.

(29)

Dengan demikian, perencanaan jangka panjang adalah proses mempersatukan tim manajemen untuk menterjemahkan visi, misi, dan strategi menjadi hasil yang nyata di masa depan.

Pentingnya perencanaan Taktis :

Perencanaan taktis adalah keterlibatan terus-menerus para manajer dan pegawai inti untuk menghasilkan rencana bagi keseluruhan organisasi maupun unit-unit individual. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa performa organisasional untuk membuahkan hasil jangka pendek konsisten dengan arah strategis organisasi, serta memanfaatkan sumber-sunrber yang tersedia seefekif mungkin.

Perencanaan taktis penting karena :

• Menerjemahkan pemikiran strategis dan perencanaan jangka panjang menjadi hasil-hasil khusus yang dapat diukur.

• Menekankan perencanaan tim sehingga anggota peserta ikut merasa memiliki karena rencana itu dan hasil-hasil yang diproyeksikannya.

• Merupakan sarana untuk melaksanakan rencana jangka pendek dan memastikan pemahaman dan komitmen terhadap rencana itu.

• Bersifat amat analitis, dengan penekanan pada pengambilan keputusan berdasarkan data.

• Lebih terfokus pada intern organisasi di samping lebih spesifik dan lebih rinci dibandingkan dengan pemikiran strategis dan perencanaan jangka panjang.

(30)

• Dapat digunakan sebagai proses terus-menerus dalam menangani masalah atau kesempatan selain untuk menetapkan rencana tahunan.

• Merupakan sumber informasi yang vital sebelum persiapan anggaran.

• Dapat digunakan secara efektif oleh kontributor perseorangan maupun oleh unit kerja, departemen, divisi, dan keseluruhan organisasi.

Perencanaan taktis ini adalah proses yang membantu manajer organisasi untuk memburu kesempatan berharga, memperbaiki hasil karya organisasi, menghindari atau meminimalkan kerugian, dan memberikan masukan berkelanjutan sehingga manajer organisasi bisa mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan.

Di dalam kegiatan suatu organisasi selalu dihadapkan kepada berbagai keterbatasan, baik berkaitan dengan tenaga, biaya, waktu, peralatan, kemampuan, dan sebagainya. Oleh karena itu, usaha pencapaian tujuan harus dimulai dari perencanaan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan menghindari pemborosan yang akan berakibat terhadap lemahnya efisiensi dan efektivitas kegiatan. Alasan lain mengapa perencanaan kegiatan organisasi tidak akan terarah.

Pembahasan lebih lanjut pada bab ini akan dikemukakan tentang pengertian dan pentingnya perencanaan, karakteristik perencanan, dan pendekatan perencanaan.

a. Pengertian dan Pentingnya Perencanaan

(31)

Menurut William Newman dalam Handayaningrat (1990:21), “Perencanaan meliputi serangkaian keputusan-keputusan termasuk penentuan-penentuan tujuan, kebijakan, membuat program-program, menentukan metode dan prosedur serta menerapkan jadwal waktu pelaksanaan”. Sedangkan menurut Mc.Farland, “Perencanaan berarti memutuskan tujuan berdasarkan ramalan apa yang akan terjadi dalam waktu yang akan datang (forecasting = melihat ke depan). Di dalam

forecasting dipertirnbangkan tentang apa yang akan terjadi (kecenderungan/trend) perubahan (change), dan

masalah-masalah pada waktu yang akan datang itu’.

Menurut Terry (1975:192), “Planning is the selecting and relating of facts and the making and using of assumptions regarding the future in the visualization and formulation of proposed activities believed necessary to achieve desired result”. (Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai satu hasil tertentu).

Menurut Siagian (1994:108), perencanaan adalah “keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tuujuan yang telah ditentukan”.

(32)

Sedangkan menurut Rachmat Kurniadi (1995:3), “Perencanaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau sebagai salah satu fungsi dari fungsi-fungsi manajemen, serta perencanaan dapat dilihat juga sebagai suatu keputusan manajemen untuk memperkirakan (mengasumsikan, memprediksikan tindakan-tindakan) kebutuhan organisasi di masa yang akan datang”.

Dipandang dari prosesnya, perencanaan adalah pemilihan dan pengembangan tindakan yang paling menguntungkan dalam mempersiapkan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, perencanaan merupakan peranan yang dilakukan oleh pimpinan dengan segenap kewenangannya dapat merubah kegiatan dan tujuan yang harus dicapai organisasi. Sedangkan sebagai suatu keputusan, perencanaan ialah apa, siapa, dan bagaimana yang akan atau harus dilakukan untuk waktu yang akan datang.

Untuk memudahkan dalam proses perencanaan, ada enam pertanyaan yang dapat digunakan sebagai pedoman. Biasanya dikenal dengan rumus 5W + 1 H, yakni sebagai berikut:

The What’s (tentang tujuan), The Why’s (tentang alasan), The When’s (tentang waktu), The Where’s (tentang tempat), The W'ho’s (tentang siapa), dan The How’s (cara melaksanakan).

(33)

susunan dan perincian kegiatan-kegiatan yang sistematis, tepat, dan akurat untuk mencapai tujuan organisasi.

Dalam manajemen, rencana memiliki peranan yang sangat penting, karena dapat berfungsi sebagai :

a. Acuan atau pedoman bagi pelaksanaan kerja, b. Alat efisiensi, strategi, policy, dan koordinasi, c. Pengawasan,

d. Evaluasi.

Proses perencanaan dan hubungannya dengan kegiatan manajemen lainnya, digambarkan sebagai berikut:

Gambar : 2.2

Perencanaan dalam Organisasi Sumber: Rachmat Kusniadi, (1995:5) b. Karakteristik Perencanaan

Dalam proses perencanaan ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, menyangkut karakteristik perencanaan yang meliputi:

1) Perencanaan termasuk mengidentifikasi personal dan organisasi

Pengawasan

Perencanaan Rencana Pelaksanaan

(34)

Rencana merupakan cetak biru dari suatu kegiatan yang harus menjelaskan secara pasti, oleh siapa kegiatan itu dilaksanakan, dan unit mana yang harus mempertanggungjawabkannya.

Oleh karena itu, dalam suatu perencanaan harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi serta kemampuan organisasi. Perencanaan bukan daftar keinginan atau harapan, melainkan merupakan sesuatu yang berpijak kepada realita yang ada dalam organisasi dan mungkin untuk dapat dilaksanakan.

2) Perencanaan berkaitan dengan kondisi relatif dari adanya kepastian dan ketidakpastian

Pada dasarnya, perencanaan merupakan kegiatan untuk masa yang akan datang, oleh karena itu harus memperhitungkan berbagai kemungkinan berkaitan dengan situasi, kondisi, dan peristiwa yang akan terjadi di masa datang.

(35)

3) Perencanaan secara alamiah adalah mencerminkan tingkat intelektual

Perencanaan dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mental berupa pemikiran, imajinasi, melihat dan memperkirakan jauh ke depan. Untuk dapat melakukan hal-hal tersebut diperlukan kemampuan intelektual, pengalaman serta ketajaman dalam menganalisis fakta-fakta dan kecenderungan yang akan terjadi.

Untuk dapat menganalisis kecenderungan apa yang akan terjadi dalam setahun, lima tahun, sepuluh tahun, bahkan sampai dua puluh lima tahun yang akan datang, diperlukan berbagai data dan informasi di masa lalu. Hal tersebut amat berguna untuk dianalisa dengan metode analisis tertentu. Untuk dapat melakukan analisis seperti itu, diperlukan kemampuan intelektual yang tinggi, dan pada umumnya menggunakan pendekatan statistik. Semakin banyak data dan variabel yang diteliti, proses analisis akan semakin rumit dan dibutuhkan kemampuan yang tinggi pula.

Berdasarkan alasan tersebut, perencanaan dalam suatu organisasi yang besar perlu melibatkan orang-orang yang memiliki kemampuan intelektual di berbagai disiplin ilmu, seperti bidang-bidang sosial, politik, ekonomi, teknologi, hukum, hubungan internasional dan sebagainya.

4) Perencanaan melibatkan kondisi masa yang akan datang

(36)

masa yang akan datang, meliputi perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Implikasinya, suatu perencanaan harus memperhitungkan dimensi waktu, karena semakin panjang rentang waktu yang direncanakan, akan semakin sulit memprediksi kondisi dari situasi yang akan terjadi di masa depan. Dengan demikian, perencanaan jangka pendek biasanya bersifat kuantitatif, sedangkan perencanaan jangka panjang bersifat kualitatif.

5) Perencanaan adalah melengkapi dan berkesinambungan

Perencanaan merupakan salah satu proses manajemen yang sangat penting serta merupakan bagian dan tugas manajer yang harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Dikatakan demikian karena akan selalu lahir perencanaan baru setelah selesai dari suatu kegiatan. Bahkan pada saat suatu kegiatan dijalankan, seorang manajer harus sudah mulai memikirkan perencanaan berikutnya, yang merupakan kelanjutan dari perencanaan sebelumnya. Dengan demikian perencanaan akan menjadi serangkaian kegiatan yang terus beruntun, saling melengkapi, dan berkesinambungan.

c. Pendekatan Perencanaan

Dalam membuat perencanaan, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Pendekatan dari atas ke bawah (top down planning)

Perencanaan ini dilakukan oleh pimpinan puncak organisasi, sedangkan unit-unit organisasi yang berada di bawahnya tinggal melaksanakan apa yang diperintahkan atau direncanakan manajemen puncak.

(37)

puncak akan memberikan pengarahan dan petunjuk kepada pimpinan yang menjadi bawahannya untuk menyusun rencana unit organisasi yang dipimpinnya. Rencana unit tersebut kemudian ditinjau dan dimodifikasi oleh pimpinan puncak disesuaikan dengan kebijaksanaan yang telah digariskan sebelumnya.

2) Pendekatan dari bawah ke atas (bottom up planning) Pendekatan ini, pimpinan puncak tidak mengarahkan keinginannya atau memberi petunjuk kepada bawahannya, ia hanya memberikan gambaran situasi dan kondisi yang dihadapi organisasi, umpamanya tentang visi, misi, tujuan dan sasaran, serta kemampuan sumber daya yang ada. Mengenai perencanaannya, sepenuhnya diserahkan kepada manajemen tingkat bawah.

3) Pendekatan campuran dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah (bottom up top down planning)

Pendekatan campuran ini paling banyak digunakan di kalangan organisasi bisnis maupun pemerintah yang berskala besar. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dewasa ini menggunakan pendekatan ini. Dalam prakteknya pimpinan hanya memberikan petunjuk secara garis besar, sedangkan perencanaan secara rinci diserahkan kepada kreativitas unit organisasi di bawahnya.

4) Pendekatan kelompok (group of planning)

(38)

2.2 Azas-azas Perencanaan

Perencanaan yang baik dan efektif sangat didambakan oleh suatu organisasi, karena akan menjadi pedoman bagi aktivitas manajemen secara keseluruhan. Untuk memperoleh perencanaan yang efektif, diperlukan beberapa azas dan prinsip yang dapat dipedomani oleh para perencana dalam menyusun perencanaan tersebut.

Sebagai bahan perbandingan, berikut penulis kemukakan beberapa azas atau prinsip perencanaan yang dikemukakan oleh para ahli. Koontz & O’Donnell (1972) mengemukakan 10 prinsip, yaitu: Azas kontribusi kepada tujuan; Azas efisiensi rencana; Azas keutamaan dalam perencanan; Azas premis; Azas kerangka strategi dan kebijaksanaan; Azas ketetapan dan ketepatan waktu; Azas faktor keterbatasan; Azas keterikatan; Azas fleksibel; dan Azas mengarahkan perubahan.

Mc. Farland (1970), mengemukakan beberapa azas perencanaan yang efektif, yaitu: azas tujuan yang diidentifikasikan secara jelas; kesederhanaan, memasukan pedoman dan standar untuk menilai prilaku manajer yang berkaitan dengan rencana; fleksibel, dan kelayakan.

Azas-azas yang dikemukakan oleh kedua pakar tersebut ternyata ada perbedaan, namun apabila digabungkan akan saling melengkapi. Menurut Rachmat Kusniadi (1995:11-16), azas-azas atau prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam menyusun sebuah rencana adalah sebagai berikut:

a. Azas untuk pencapaian tujuan

(39)

tersebut diproyeksikan ke dalam tugas pokok serta fungsi-fungsi organisasi yang ada.

Setiap rencana yang disusun oleh satuan organisasi harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing, sehingga apabila hal itu digabungkan rnenjadi satu akan memberikan gambaran yang menyeluruh dari misi organisasinya.

Dengan demikian, apa yang direncanakan akan terkait dengan tujuan dari organisasi. Apabila dilihat dan dimensi waktu yang ditentukan, perencanaan itu akan mencerminkan tujuan organisasi yang harus dicapai pada kurun waktu tertentu.

b. Azas realistis dan wajar

Perencanaan yang efektif harus berpegang teguh kepada realita yang ada dan wajar, sehingga penyampaian tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana akan dapat dicapai. Hal ini penting sekali untuk diperhatikan, karena kadang-kadang suatu rencana itu hanya disusun seperti daftar keinginan yang sulit untuk dicapai karena tidak disusun berdasarkan pertimbangan fakta realita yang ada.

c. Azas efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan seberapa besar perencanaan mampu membantu pencapaian tujuan dilihat dari segi biaya dari yang lainnya, yang dirumuskan dalam perencanaan tersebut.

(40)

maka hal tersebut dapat dikatakan efisien. Untuk memperhitungkan hal tersebut biasanya menggunakan analisis biaya dan manfaat (cost benefit analysis) dan perangkat lainnya untuk mendukung perencanaan ke arah efisiensi.

d. Azas keutamaan dalam perencanaan

Perencanaan secara logis akan memberikan petunjuk ke arah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah pengorganisasian, penggerakkan orang, koordinasi, penganggaran, pengawasan, dan evaluasi, dengan suatu pelaksanaan yang baik dan efektif dapat dilihat bagaimana mendayagunakan unit-unit organisasi secara efisien, dan rencana yang baik dapat digunakan sebagai alat untuk pelaksanaan koordinasi. Demikian juga halnya dengan pengawasan dan evaluasi, hanya akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh rencana yang betul-betul matang dan tepat, karena suatu rencana dapat dipakai sebagai acuan dalam pengawasan.

e. Azas premis

Yang dimaksud dengan azas premis yaitu adanya asumsi: semakin banyak anggota organisasi yang beranggapan dan memahami bahwa perencanaan itu penting maka akan semakin baik perencanaan itu dan akan semakin memberi manfaat bagi kelancaran jalannya organisasi.

(41)

f. Azas kerangka strategi dan kebijaksanaan

Semakin jelas dipahami dan dimengertinya suatu strategi dan kebijakan, akan semakin konsisten dan efektif kerangka rencana suatu organisasi. Oleh karena itu, perencanaan yang baik harus mencerminkan strategi dan kebijakan yang telah digariskan oleh pimpinan tertinggi dari organisasi yang bersangkutan.

Contoh : Presiden RI telah membuat garis kebijakan dalam pembangunan lima tahun tahap keenam, strategi utama ialah mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Maka, setiap sektor dan bidang/program pembangunan perencanaannya harus mencerminkan adanya upaya strategi dalam pengentasan rakyat dari kemiskinan.

g. Azas ketetapatan dan ketepatan waktu

Semakin baik penetapan waktu yang tepat dalam struktur perencanaan, akan semakin besar kemungkinan tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Oleh karena itu, dalam perencanaan yang efektif dimensi waktu perlu diperhatikan sebaik-baiknya (penjadwalan). Biasanya, dalam perencanaan yang baik dicantumkan jadwal waktu tertentu. Untuk membantu penyusunan jadwal yang tepat, dapat menggunakan bagan Gantt atau dengan Network Planning (perencanaan jaring kerja) yang dapat membantu dalam mengoptimalkan waktu kegiatan.

h. Azas faktor keterbatasan

(42)

Dengan adanya keterbatasan, perencanaan harus memperhatikan skala prioritas dan pentahapan dalam pencapaian tujuan. Demikian juga halnya dengan adanya keterbatasan, diperlukan adanya pemilihan alternatif yang terbaik dalam arti yang sesuai dengan kemampuan. Namun tidak mengurangi arti dalam pencapaian tujuan.

i. Azas keterikatan

Perencanaan yang logis meliputi satu periode waktu di masa datang yang harus ditempuh melalui sederetan kegiatan. Untuk pelaksanaannya memerlukan satu kepastian berupa suatu kepuasan yang akan mengikat semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan.

Biasanya rencana yang telah disusun dikukuhkan atau ditetapkan dalam bentuk keputusan yang mengikat semua unsur dalam organisasi. Misalnya : APBN yang telah disetujui oleh DPR dikukuhkan sebagai Undang-Undang APBN. Dalam organisasi bisnis, rencana tersebut dikukuhkan dalam rapat direksi dan pembahasannya dilakukan pada rapat pemegang saham. Sedangkan dalam koperasi, perencanaan dikukuhkan pada rapat anggota tahunan (RAT).

j. Azas kelenturan (fleksibel)

Semakin lentur suatu rencana, maka akan semakin kecil tingkat bahaya yang tidak diharapkan oleh organisasi. Tetapi kelenturan dapat juga mengurangi keuntungan yang diharapkan.

(43)

perdagangan internasional, perencanaan yang fleksibel akan dengan cepat dan mudah untuk disesuaikan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar perencanaan fleksibel.

1) Menyusun rencana tidak terlalu rinci, misalnya dalam pembelian barang hanya disebutkan jenisnya saja, tidak dirinci sampai kepada merk, tipe, harga, dan lain-lain.

2) Dapat juga dengan cara mencantumkan beberapa alternatif, sehingga kalau terjadi hambatan dalam pelaksanan suatu rencana, dapat mengganti dengan alternatif lain yang sesuai.

k. Azas mengarahkan perubahan

Semakin besar keterikatan keputusan perencanaan terhadap masa depan, maka semakin penting bagi manajer untuk selalu memeriksa secara periodik dan mengoreksi rencananya, agar tetap terarah kepada pencapaian tujuan organisasi.

Situasi dan kondisi di sekitar lingkungan organisasi tidak selalu statis, dan akan terjadi prerubahan-pcrubahan sehingga organisasi pun harus segera menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Perubahan itu dapat berupa perubahan politik, kebijakan pemerintah, ekonomi hukum serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

(44)

informasi yang menggunakan komputer. Untuk hal itu, perubahan-perubahan tersebut harus direncanakan dan diarahkan, sebab kalau tidak akan terjadi adanya penambahan beban bagi organisasi. Selain itu, bisa saja terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Misalnya, lengan adanya komputerisasi yang semula untuk membantu dalam mempercepat proses pengolahan informasi hasilnya malah sebaliknya, karena pembentukan unit komputer akan menjadi beban baru bagi organisasi sebagai akibat dari perencanaan yang kurang baik.

2.3 Unsur, Sifaf, dan Fungsi Perencanaan

Sesuai dengan fungsinya, suatu perencanaan yang baik akan sangat berarti dan bermanfaat bagi organisasi. Dalam pencapaian tujuannya dapat lebih efektif dan efisien. Untuk mengetahui sejauh mana kualitas perencanaan, dapat dilihat dari unsur-unsur, sifat-sifat, dan fungsinya. Berikut ini dikemukakan uraian tentang ketiga hal tersebut.

a. Unsur-unsur Perencanaan

Suatu perencanaan yang baik akan besar manfaatnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang lebih efektif dan efisien. OIeh karena itu dalam menyusun suatu rencana perlu memperhatrkan unsur-unsur sebagai berikut:

1) Meramalkan (forecasting)

(45)

dengan perkembangan yang terjadi di sekitarnya dalam segala aspek.

Oleh karena itu, sebelum membuat suatu rencana yang konkrit, terlebih dahulu perlu dilakukan berbagai analisis lingkungan, untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki, kelemahan yang ada, kesempatan atau peluang yang dapat dimanfaatkan serta ancaman yang akan dihadapi.

Untuk menganalisa lingkungan tersebut dapat rnenggunakan berbagai metode, salah satunya dengan metode SWOT (Strengths, Weakness, Oportunities, dan Threats), yang banyak digunakan oleh organisasi-organisasi bisnis maupun pemerintahan. Analisis ini penting sebagai alat pengumpul data yang menyeluruh, terutama bagi perencanaan strategis. 2) Menetapkan tujuan (established of goals/objective)

Di dalam perencanaan harus mengandung unsur penetapan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang, baik yang berjangka pendek, menengah, maupun panjang. Dalam menentukan tujuan jangka pendek pada umumnya sasaran-sasarannya berupa indikator-indikator yang bersifat kuantitatif (dapat terukur), sedangkan untuk jangka panjang lebih bersifat kualitatif.

Kemudian dalam menentukan masing-masing tujuan diusahakan agar tujuan sesuai dengan jangka waktu serta mempunyai hubungan (keterkaitan).

(46)

3) Menyusun program (programming)

Di dalam perencanaan harus mengandung unsur susunan acara, urutan kegiatan berdasarkan skala prioritas, serta siapa dan bagaimana cara melaksanakannya, sarana dan peralatan apa yang dapat dipakai untuk melaksanakannya. Program merupakan bagian dari rencana yang harus disusun secara lebih rinci dan kongkrit. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan rencana menjadi mudah.

4) Menyusun jadwal waktu (schedulling)

Perencanaan yang baik harus memuat penetapan waktu dengan tepat, kapan perencanaan itu akan dimulai, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan kapan harus diakhiri. Dengan adanya penjadwalan yang baik, maka akan sangat membantu bagi pimpinan dalam melaksanakan pengawasan serta mengukur prestasi bawahannya.

Untuk membuat jadwal yang baik, dapat menggunakan berbagai teknik, seperti Gantt Chart,

PERT, dan Network Planning.

5) Menyusun Anggaran (budgeting)

Unsur lainnya yang harus ada dalam perencanaan adalah unsur penetapan anggaran yang berwujud alokasi sumber daya yang tersedia, baik yang berkaitan dengan uang, alat, dan manusia dengan memperhitungkan efisiensi dan efektivitas.

(47)

Untuk itu diperlukan keseimbangan dalam pengalokasian tersedia, agar tujuan yang dicapai oleh unit-unit organisasi dapat seimbang juga.

6) Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting

and established policy)

Dalam perencanaan perlu juga adanya unsur yang dapat menafsirkan kebijakan organisasi yang telah ditetapkan oleh pimpinan sebelumnya, kemudian dapat menetapkan kebijakan operasional.

Biasanya, suatu kebijakan masih berupa pola yang bersifat umum dan garis besar dari arah yang harus ditempuh oleh organisasi. Untuk implementasi kebijakan tersebut perlu diterjemahkan ke dalam suatu rencana yang lebih bersifat operasional (riil). Sebagai contoh: GBHN merupakan garis kebijakan negara yang ditetapkan oleh MPR. Untuk dapat diimplementasikan harus diterjemahkan oleh eksekutif ke dalam rencana pembangunan yang bersifat operasional, pada masa orde baru terkenal dengan istilah Repelita dan Pelita. Dalam perusahaan, kebijakan ditetapkan oleh Dewan Komisaris pada waktu rapat umun pemegang saham.

(48)

Oleh karena itu, di dalam perencanaan harus dibuat Prosedur Operasionalnya (PO), agar aparat pelaksana dapat melaksanakannya dengan baik sesuai tujuan dari rencana tersebut.

Dalam prosedur operasional akan lebih baik apabila dilengkapi juga dengan metode atau tata-cara pelaksanaan secara rinci, bahkan disertai juga dengan petunjuk praktis yang sederhana tentang bagaimana cara-cara mengatasi masalah apabila terjadi penyimpangan (trouble shotter).

b. Sifat-sifat Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi utama manajemen yang bersifat organik dan berfungsi pada setiap kegiatan manajemen lainnya, seperti dalam pengorganisasian, pengembangan pegawai, pengawasan, dan lain-tain. Oleh karena itu suatu perencanaan yang baik harus bersifat: 1) Melihat jauh ke depan sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan tekologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini melaju dengan cepat. Dari perkembangan tersebut menghasilkan berbagai barang, peralatan, dan mesin-mesin yang semakin canggih, serta harganya relatif semakin murah.

Misalnya dalam dunia komputer, perkembangannya melaju dengan sangat cepat. Apabila tidak hati-hati dalam perencanaan, pada waktu pelaksanaan akan memperoleh komputer yang telah ketinggalan zaman, tidak efisien dan harganya terlalu mahal.

(49)

Selain itu, dalam menyusun rencana dapat mengakomodasikan setiap kemungkinan dari perubahan yang ada, sehingga dalam pelaksanaannya tidak ketinggalan zaman.

2) Sederhana, jelas/lugas, dan realistis, sekaligus rasional (sesuai kemampuan)

Perencanaan adalah seperangkat pedoman kegiatan yang akan dilaksanakan di masa depan, merupakan perkiraan yang mungkin dapat dilakukan karena didukung fakta dan data yang realistis. Di lapangan sering terjadi adanya usulan yang sulit untuk dilaksanakan, selain tidak tersedianya dana dan sarana pendukung juga tidak sesuai dengan kebijakan yang ada.

Oleh karena itu, perencanaan yang baik dan mudah dalam pelaksanaannya harus sederhana dan jelas/lugas, sehingga antara perencana dan pelaksana dapat dengan cepat untuk saling memahaminya serta mempunyai persepsi yang sama. Selain itu, agar sasaran-sasaran yang telah ditetapkan mudah dicapai, maka sasaran tersebut harus realistis.

Misalnya, dalam menetapkan jadwal waktu benar-benar disesuaikan dengan keperluan, tidak terlalu singkat dan tidak terlalu lama. Demikian juga dalam perhitungan biaya (anggaran), biaya yang diperlukan harus memperhatikan perkembangan ekonomi secara keseluruhan, kemungkinan terjadinya harga inflasi, dan lain-lain.

(50)

3) Fleksibel, mudah disesuaikan

Pada dasarnya, perencanaan akan dilaksanakan pada masa yang akan datang, sedangkan keadaan di masa depan tidak selamanya stabil melainkan rentan terhadap perubahan di berbagai aspek kehidupan. Bahkan perubahan tersebut datang dari dua arah, yaitu datang dari luar atau dari dalam organisasi sendiri, semuanya terdapat kemungkinan yang sama. Agar perubahan-perubahan tersebut dapat diantisipasi dengan cepat, maka perencanaan yang dibuat harus bersifat fleksibel atau tidak kaku sehingga mudah untuk disesuaikan dengan perubahan yang terjadi. 4) Stabil perkembangannya

Pada umumnya. tujuan atau sasaran organisasi yang telah direncanakan tidak dapat dicapai seluruhnya sekaligus dalam satu jungka waktu tertentu. Maka dalam perencanaan perlu dilakukan pentahapan. Biasanya, dalam pentahapan ini sasaran yang akan dicapai semakin lama semakin berkembang, sesuai dengan perkembangan organisasi.

(51)

Walaupun biaya tersedia, perencanaan tersebut tidak memperlihatkan sifat yang stabil, karena terlalu drastis. Di samping itu, dalam pelaksanaannya akan terjadi kesulitan, karena faktor pendukung tidak cukup hanya mengandalkan biaya, ketersediaan tenaga yang trampil dan berpengalaman pun perlu diperhitungkan.

5) Ada dalam keseimbangan

Pelaksanaan dari suatu rencana akan melibatkan banyak pihak, yaitu orang dan unit-unit kerja yang ada di dalam organisasi. Antara unit yang satu dengan unit yang lainnya akan terjadi hubungan kerjasama yang kait-mengkait. Maka agar kegiatan kerja selaras dan terpadu di dalam perencanaan, perlu diperhatikan adanya keseimbangan antara unit kerja yang satu dengan yang lainnya. Jangan sampai terjadi adanya kegiatan yang menumpuk di satu unit dan tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sementara unit lain sangat ringan. Keadaan yang tidak seimbang ini akan mengakibatkan adanya irama kerja yang tidak selaras, sehingga akan terjadi kepincangan dan kesenjangan.

c. Fungsi Perencanaan

Perencanaan harus dilaksanakan oleh seorang manajer. Hasil dari proses perencanaan adalah rencana, bagi seorang manajer perencanaan dan rencana mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1) Penerjemah dari suatu Kebijakan Umum

(52)

komprehensif dan bertahap ke dalam perencanaan. Dengan demikian, melalui perencanaan itulah suatu kebijakan dapat diterjemahkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang konkrit.

2) Perkiraan yang bersifat ramalan

Perencanaan akan selalu berhubungan dengan kegiatan yang harus dilaksanakan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perencanaan berfungsi sebagai alat untuk perkiraan-perkiraan di masa depan. Apa yang akan terjadi harus dapat diramalkan berdasarkan berbagai fakta dan kecenderungan yang terjadi, baik pada masa lalu ataupun masa sekarang. 3) Berfungsi Ekonomi

Kemampuan sumber daya yang dimiliki organisasi tidak selamanya memadai, adakalanya dihadapkan kepada keterbatasan-keterbatasan, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Oleh karena itu, pengerahan sumber daya dalam rangka pencapaian tujuan harus direncanakan dengan baik seefisien dan seefektif mungkin.

Untuk itu perlu dilakukan perhitungan-perhitungan dan analisis ekonomi yang akurat, yaitu memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari satu kegiatan yang akan dilaksanakan. Metode yang dapat digunakan untuk perhitungan tersebut antara lain cost

benefit analysis, net present value analysis, internal rate of return atau yang lainnya.

4) Adanya suatu kepastian kegiatan

(53)

dalam organisasi, maka perlu disusun rencana yang mengatur dan membagi tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya rencana, setiap unit dalam organisasi memiliki kepastian tentang apa yang harus dilaksanakan dan sejauh mana wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing.

5) Alat koordinasi

Dalam kegiatan manajemen, koordinasi memegang peralatan penting. Sering terjadi adanya kegagalan dalam mengendalikan suatu organisasi, kebanyakan sebagai akibat dari kurang berfungsinya koordinasi dan komunikasi. Maka, agar dapat melaksanakan koordinasi yang baik, salah satu alat yang dapat digunakan ialah perencanaan. Dengan kata lain bahwa selain berfungsi sebagai petunjuk arah dari tujuan yang ingin dicapai, perencanaan pun berfungsi sebagai alat koordinasi. Dengan berpedoman kepada perencanaan, aktivitas semua unit yang berbeda fungsi dapat dikoordinasikan dengan baik.

Karena, dengan satu rencana semua unit dalam organisasi akan mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing, kapan dan di mana serta bagaimana kegiatan harus dilaksanakan. Juga, semua unit akan saling mengetahui keterkaitan seseorang atau unit yang satu dengan yang lainnya, sehingga pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi akan berjalan dengan baik, serta ada keterpaduan dan keselarasan irama kerja satu sama lain.

6) Alat/sarana untuk pengawasan

(54)

pencapaian tujuan organisasi telah dilaksanakan, diperlukan adanya pengawasan. Kemudian untuk mengetahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau ketentuan yang telah digariskan organisasi, maka perencanaan dapat digunakan sebagai alat ukur dalam pengawasan dan pengendalian.

2.4 Proses Perencanaan

Untuk memahami proses perencanaan di dalam organisasi perlu diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan proses perencanaan, meliputi type perencanaan, jenis perencanaan, proses perencanaan, dan hambatan dalam perencanaan.

a. Tipe Perencanaan

Dalam perencanaan ada tiga tipe rencana yang akan dihasilkan, yaitu :

1) Rencana berdasarkan sasaran (objectives/goals tactical plan)

Pada type ini, setiap pimpinan harus mempunyai sasaran yang jelas mengenai apa yang harus dicapai melalui suatu kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Berapa biaya yang dibutuhkan, dan peralatan apa yang diperlukan untuk implementasi rencana yang bersangkutan. Selain itu, siapa saja yang akan dilibatkan dalam pencapaian sasaran tersebut, karena personil yang ada di bawahnya harus mengetahui secara jelas.

(55)

Rencana seperti ini sering disebut juga dengan Action

Plan atau Tactical Plan. Satu action plan terdiri atas:

a) Uraian tujuan yang akan dicapai, b) Anggaran, peralatan, dan batas waktu,

c) Pembagian tugas bagi para pelaksananya (bagian, tim, regu, serta anggota),

d) Sasaran kegiatan (operating goals) yang harus dilaksanakan dan dicapai oleh satuan pelaksana, e) Petunjuk teknis operasionalnya, terdiri atas metode

prosedur pelaporan, dan lain-lain. 2) Rencana Tunggal (Single Use Plan)

Rencana tunggal ini dibuat untuk menentukan langkah-langkah dalam suatu kegiatan tertentu dalam pencapaian suatu tujuan yang sudah ditentukan. Apabila tujuan sudah dicapai, maka selesailah rencana tersebut. Ada empat macam yang termasuk kategori rencana tunggal, yaitu:

a) Program utama, merupakan penjabaran lebih

lanjut dan terinci dari tugas pokok dan fungsi organisasi, terdiri atas beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi selama kurun waktu tertentu.

Rencana ini secara berkala perlu ditinjau kembali, dirubah sesuai dengan sasaran baru dan tujuan organisasi. Pada umumnya rencana ini dibuat oleh pimpinan berdasarkan masukan-masukan atau usulan-usulan dari unit-unit kerja yang berada di bawahnya.

(56)

b) Proyek, merupakan satu kegiatan khusus, bagian

dari suatu program utama (umum) yang disusun dan dilaksanakan secara otonom (berdiri sendiri). Suatu proyek mempunyai jangka waktu tertentu, dengan demikian sudah ditentukan awal dan akhir dari suatu kegiatannya. Pelaksanaan proyek biasanya terdiri atas personil yang direkrut sementara dari beberapa unit dalam organisasi dan bersifat temporer. Setelah proyek selesai, akan dikembalikan kepada unit semula. Demikian pula sarana dan peralatan yang digunakan, umumnya merupakan pinjaman dari unit organik yang harus segera dikembalikan apabila proyek telah selesai.

c) Porogram Khusus, yaitu rencana yang mendapat

perhatian khusus, karena sifatnya yang khusus pula. Program ini biasanya diadakan apabila organisasi menghadapi masalah yang luar biasa dan mempunyai dampak serius kepada organisasi. Kebijakan untuk mengadakan program khusus biasanya ditetapkan oleh pimpinan puncak organisasi.

d) Rencana terinci, merupakan penjabaran secara

lebih rinci dari suatu program. Tujuannya agar lebih jelas dan terarah tentang langkah-langkah yang harus dilakukan oleh para pelaksana di lapangan. Rencana ini biasanya disebut petunjuk pelaksanaan (juklak).

3) Rencana Induk (Standing Plan/Master Plan)

(57)

dengan rencana induk. Ada tiga macam yang termasuk ke dalam rencana induk, yaitu :

a) Kebijaksanaan dasar, merupakan suatu pedoman

organisasi dalam menjalankan tugas. Kebijakan ini bertungsi juga sebagai Pedoman dasar bagi organisasi yang menjadi kerangka acuan pokok dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan organisasi. Kegiatan itu dapat berupa kegiatan fisik pengembangan organisasi, pengembangan perluasan pembangunan kantor, pengembangan pegawai, dan yang lainnya.

b) Prosedur, rencana ini merupakan prosedur yang

harus diikuti dalam melaksanakan kegiatan agar efisien dan efektif. Prosedur merupakan jalur kegiatan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan suatu tugas atau urusan, juga dapat mencerminkan hirarki jabatan, pertanggugjawaban, pelaporan, dan lain-lain. Prosedur ini akan berkembang menjadi satu budaya organisasi yang akan dipatuhi dan dihormati oleh setiap aparat yang terlibat dalam organisasi.

c) Metode, disebut juga tatata-cara atau aturan, yaitu

(58)

b. Jenis Perencanaan

Jenis-jenis perencanaan yang dilakukan dalam organisasi dapat dibedakan dari beberapa segi, antara lain berdasarkan:

1) Menurut ruang lingkup kegiatan. Berdasarkan ruang

lingkupnya, perencanaan yang dibuat dapat berupa:

a) Rencana Kebijakan, yang ditetapkan oleh pucuk

pimpinan organisasi dan bersifat garis besar. Rencana Kebijakan ini akan menjadi pedoman atau acuan utama dalam penyusunan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh bagian atau unit-unit dalam organisasi.

Dalam organisasi pemerintahan, rencana kebijakan ini biasanya ditetapkan oleh Menteri untuk tingkat Departemen, oleh Gubernur untuk tingkat Propinsi, dan seterusnya.

Dalam rencana kebijakan ini tujuan, sasaran, dan indikator-indikatornya masih bersifat kualitatif. Sehingga belum dapat dilaksanakan, karena harus diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam program-program kegiatan yang lebih konkrit.

b) Rencana Program, merupakan penerjemahan dari

(59)

Misalnya dalam perusahaan yang sudah menetapkan patok-duga (benchmarking), kemudian harus diterjemahkan perusahaan mana yang akan dijadikan patok-duga, selanjutnya disusun bagaimana cara pelaksanaannya, dan berapa lama kontraknya.

c) Rencana Proyek, merupakan kegiatan khusus dan

tertentu (terukur), dalam pengerahan waktu, biaya, dan tenaganya. Rencana proyek ini bersifat operasional dan teknis, serta sudah tercermin secara jelas dan terukur (kuantitatif). Baik mengenai sasaran yang harus dicapai, jadwal kegiatan, tenaga pelaksana, organisasi pelaksana, penanggungjawabnya maupun anggarannya. Satu proyek dalam perusahaan atau organisasi kegiatannya bersifat otonom, dan akan berakhir apabila seluruh sasaran telah tercapai.

d) Rencana Pelaksanaan, merupakan rincian langkah-langkah kegiatan yang harus dilaksanakan. Rencana pelaksanaan ini bisa berupa kegiatan rutin, bisa juga berupa kagiatan proyek dan umumnya sudah sangat rinci baik sasarannya maupun ukuran-ukuran indikatornya. 2) Menurut Jangka Waktu Perencanaan, pada umumnya

(60)

a) Perencanaan jangka lama, yang menghasilkan rencana jangka lama (long run).

Rencana ini tanpa batas waktu tertentu, biasanya tertuang dalam peraturan perundangan pendirian organisasi. Misalnya dalam organisasi bisnis tertuang dalam akta pendiriannya.

b) Perencanan jangka panjang, menghasilkan rencana jangka panjang (purpose). Rencana ini telah mulai dibatasi jangka waktunya, yakni antara 20 sampai 30 tahun, ditetapkan oleh pimpinan puncak dan bersifat normatif. Rencana ini belum dapat diimplementasikan, karena masih memerlukan penjabaran kepada rencana yang lebih operasional.

c) Perencanaan jangka menengah, yang menghasilkan rencana jangka menengah (aim). Jangka yang ditetapkan antara 3 sampai 6 tahun, sudah mulai bersifat konkrit dan memiliki sasaran yang jelas. Sasaran-sasaran yang ingin dicapai dituangkan ke dalam rencana ini bersifat kuantitatif.

(61)

3) Menurut Materi yang direncanakan, rencana biasanya

berupa:

a) Rencana personal (personal plan), mengenai kebutuhan pegawai, pengadaan, penempatan, pembinaan dan pengembangan karier, penggajian dan kesejahteraan, pemberhentian, dan lain-lain.

b) Rencana Financial (financial plan), berkaitan dengan penerimaan dan penggunaan keuangan dalam, suatu organisasi.

c) Rencana Pendidikan (educational plan), dibuat untuk kependidikan berkaitan dengan jenis program kurikulum, jadwal waktu, dan tempat pelaksanaan, pengajar, syarat peserta, biaya, dan lain-lain.

d) Rencana Logistik (logistical plan), berhubungan dengan rencana logistik untuk pelaksanaan kegiatan jenis dan jumlah kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, inventarisasi, dan lain-lain.

4) Menurut Daerah yang menjadi objek perencanaan,

rencana ini dapat juga dilihat dan segi luas dan lingkup wilayah pelaksanaannya, antara lain berupa:

a) Rencana pedesaan (rural plan), yaitu rencana yang

menyangkut pembangunan penataan wilayah pedesaan, biasanya diputuskan secara musyawarah pada forum rembuk desa yang dihadiri oleh tokoh masyarakat desa setempat.

(62)

Umum Tata Ruang Kota. Rencana ini pelaksanaannya perlu disetujui terlebih dahulu oleh Dewan Kota. Di Indonesia disahkan melalui permusyawaratan di DPRD, kemudian diundangkan dalam bentuk hukum atau disebut Peraturan Daerah.

c) Rencana Daerah (regional plan), rencana ini menyangkut penataan dan pembangunan satu daerah, baik yang bersifat umum maupun khusus. Di Indonesia dikenal adanya provinsi, kota dan kabupaten. Proses perencanaan hampir sama dengan rencana perkotaan, hanya cakupannya lebih luas tidak sekedar menyangkut wilayah kota.

d) Rencana Nasional (national plan), rencana ini menyangkut perencanan negara dan pembangunan dalam lingkup nasional. Rencana nasional umumnya bersifat garis besar, dan sebelum disyahkan perlu disetujui oleh lembaga Perwakilan Rakyat. Misalnya GBHN, harus disetujui dan ditetapkan oleh MPR, sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terlebih dahulu harus disetujui oleh DPR.

5) Menurut kekhususan dari perencanaan, antara lain

sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.1Proses Perencanaan
Gambar : 2.2Perencanaan dalam Organisasi
Gambar 3.1Hubungan Antar Sumber Daya
Gambar: 4.1Rangkaian Pelaksanaan Kebijakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan membaca teks berbahasa Jerman, terlihat pada hasil nilai r hitung lebih tinggi dari

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbandingan penambahan karagenan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar serat kasar,

Uraikan pula kondisi dan potensi wilayah dari segi fisik, sosial, ekonomi maupun lingkungan yang relevan dengan kegiatan yang akan dilakukan..

Hasil penelitian ini bersama dengan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak air daun jarak pagar dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri patogen... kemampuan

a) RUU yang berasal dari DPR diusulkan oleh DPR (RUU tersebut dapat juga dari DPD yang diajukan kepada DPR).. b) RUU yang telah disiapkan oleh DPR disampaikan dengan