• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN PENGELOLAAN DANA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN PENGELOLAAN DANA A"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN PENGELOLAAN DANA AFIRMATIF ACTION TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Studi Banding pada Papua-Indonesia, Malaysia dan Australia Dr. John Agustinus

Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura-Papua Johnlecture69@yahoo.com

Pendahuluan

Afirmative Action di Provinsi Papua dikenal dengan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus, Dana Otonomi khusus di provinsi Papua sudah berlangsung 13 tahun, dimulai pada tahun 2002 sampai dengan sekarang. Pengelolaan dana otonomi khusus di Papua mempunyai 4 prioritas, antara lain:

1. Kesehatan 2. Pendidikan 3. Infrastruktur

4. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

Pemberian dana otonomi khusus ini merupakan kebijakan pemerintah Indonesia untuk mempercepat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat provinsi Papua, agar bisa sama dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Pembangunan dan kesejahteraan di provinsi Papua setelah melalui diskusi dan analisis, mendapat perhatian dari Pemerintah karena jauh tertinggal dengan provinsi lain.

Dana Otonomi khusus di Provinsi Papua merupakan teori Afirmative Action, dimana konsep Afirmative Action merupakan sebuah teori yang memberikan definsi “Memberikan sejumlah dana dan kebijakan kepada sebuah golongan atau kominitas masyarakat yang tertinggal dalam pembangunan atau kesejahteraan, agar masyarakat tersebut dapat lebih maju dan sama dengan masyarakat lainnya yang sudah lebih maju atau sejahtera.

Konsep Dana Otonomi Khusus di Provinsi Papua merupakan implementasi teori afirmastive action. Dan Teori Afirmative Action ini sudah dilakukan di Negara Malaysia dan Australia. Maka dalam penelitian ini melakukan berusaha “Mengungkap dan Membandingkan pelaksanaan Afirmative action di Provinsi Papua, Malaysia dan Australia”.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

(2)

Kajian Teori

Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai

dengan uang, juga segala satuan, baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan

kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih

tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku (Halim,

2008: 24)

Selanjutnya Halim (2008) menjelaskan pengelolaan keuangan daerah adalah

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang

pengelolaan keuangan daerah pasal 1 ayat 5, keuangan daerah adalah semua hak dan

kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai

dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan

hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam rangka anggaran pendapatan dan belanja

daerah.

Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 pasal 66 ayat 1, keuangan daerah harus dikelola

secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan

manfaat untuk masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan

dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada output, dengan menggunakan konsep

nilai uang (value for money) serta prinsip tata pemerintahan yang baik (good government

governance).

Istilah Otonomi Khusus terdiri dari dua kata yaitu kata "otonomi" dan "khusus." Istilah

"otonomi" dalam Otonomi Khusus haruslah diartikan sebagai kebebasan bagi rakyat Papua

untuk mengatur dan mengurus diri sendiri atau rumah tangganya sendiri. Hal itu berarti pula

(3)

untuk berpemerintahan sendiri, mengatur penegakan hukum dan ketertiban masyarakat,

mengatur dan mengelola segenap sumber daya yang dimilikinya, termasuk sumber daya

alam untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua, tetapi dengan tidak

meninggalkan tanggung jawab untuk ikut serta memberikan kontribusinya kepada

kepentingan nasional.

Strategi dan program-program pembangunan daerah, antara lain pembangunan

infrastruktur, pembangunan sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum dan ketertiban, yang

sesuai dengan keunikan dan karakteristik alam serta masyarakat dan budaya Papua. Hal

lain yang tidak kalah penting adalah pengembangan jati diri serta harga diri dan martabat

orang Papua sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Istilah "khusus" hendaknya diartikan sebagai perlakuan berbeda yang diberikan

kepada Papua karena kekhususan-kekhususan yang dimilikinya, kekhususan tersebut

mencakup hal-hal seperti tingkat sosial ekonomi masyarakat, budaya dan sejarah politik.

Dalam pengertian praktisnya kekhususan otonomi Papua berarti bahwa ada hal-hal

mendasar yang hanya berlaku di Papua dan tidak berlaku di daerah lain di Indonesia, dan

ada hal-hal yang berlaku di daerah lain di Indonesia yang tidak diterapkan di Papua.

Menurut Barnabas dalam surat kabar harian Suara Pembaruan (8 september 2003),

permsalahan yang seringkali dihadapi dalam melakukan sosialisasi UU No. 21 Tahun 2001,

adalah ”masalah ketidaksamaan dalam pemahaman dan persepsi tentang Otonomi Khusus

di Papua. Sejak awal telah terbentuk persepsi, pemahaman dan pengertian yang

berbeda-beda tentang Otonomi Khusus di kalangan masyarakat Papua itu sendiri. Bertolak dari

pemahaman dan persepsi yang berbeda-beda, respons yang diberikan oleh masyarakat

Papua juga berbeda-beda. Ada sebagian yang memberikan respons yang positif, ada pula

yang memberikan respons yang negatif dan ada yang bersikap netral. Mereka yang

memberikan respons secara positif, melihat status Otonomi Khusus sebagai suatu jalan

(4)

korban yang lebih banyak lagi. Ada pula sebagian masyarakat yang secara tegas menolak

status Otonomi Khusus, karena yang mereka inginkan adalah kemerdekaan penuh dalam

arti lepas dari NKRI.

Metode Penelitian

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti

kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang

alami (Creswell, 1998:15).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada

dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena:

apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya?. Jadi riset kualitatif adalah

berbasis pada konsep “going exploring” yang melibatkan in‐depth and case‐oriented study atas sejumlah kasus atau kasus tunggal (Finlay 2006). Tujuan utama penelitian kualitatif

adalah membuat fakta mudah dipahami (understandable) dan kalau memungkinan (sesuai

modelnya) dapat menghasilkan hipotesis baru.

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan

pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah

instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas

jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.

Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai.

Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna

yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk

(5)

Daftar Pustaka

---. Peraturan Pemerintah Nomor 105, Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Jakarta.

---. Peraturan Pemerintah Nomor 106, Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Jakarta.

---. Peraturan Pemerintah Nomor 107, Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah. Jakarta.

Undang-undang RI, Nomor 21. 2001. Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.

Abdulah, 1997. Falsafah Kalam di Era Posmodernisme. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Agustino Landiyanto, Erlangga. 2005. Kinerja Keuangan dan Strategi Pembangunan Kota di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Surabaya.CURES Working Paper No 05/01, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya Indonesia.

Alwathainani, 2009. Consistency of firms’ past financial performance measures and future returns. Journal York University. 4700 Keele Street, TEL Bld 2044, P: 15, Toronto.

Akbar, Silo, 2007. Pembangunan Daerah di Tanah Papua, Tinjauan Pengalaman dan Penerapan Paradigma Pembangunan.  LP2SP FISIP UNCEN.

Anderson, J.C. and Narus, J.A, 1990. A model of distributor firm and manufacturer working partnerships. Journal of Marketing, Vol. 54 No. 1, pp. 42-58.

Ary, D & Jacobs, L.C & Razavieh, 2002. Introduction to Research in Education. Sixth edition. United State: Wadsworth Thomson Learning.

(6)

International Business and Strategy Group, College of Business Administration, V6, P: 7, Northeastern University.

Barbara, 2006. Mission Statement Quality and Financial Performance. European Management Journal Vol. 24, No. 1, pp. 86–94, 2006 2005 Elsevier Ltd. All rights reserved.

Basri, Hasan dan Z.D. Siahay, Adolf, 2006. Provinsi Papua, Potret Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pelayanan Publik. Penerbit: Pustaka Refleksi, ISBN: Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), Cetakan Pertama, Juli 2006.

Blumer, H. 1969. Symbolic Interactionism: Perspective and Method. Dalam Bodgan, Robert C, dan Biklen, Sari Knopp. 1982. Qualitatif Research in Education: An introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Bodgan, R.C & Biklen, 1982. Qualitatif Research in Education: An introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Bruce Dehning, 2006. The financial performance effects of IT-based supply chain management systems in manufacturing firms. Journal of Operations Management 25 (2007) 806–824.

Carino, Ledvina V, 1991. Accountability, Corruption and Democracy: A Clarification of Concepts, (in the Asian Review of Public Administration. Journal of Accounting, Vol. III. No. 2, December 1991)

Child, J. and Faulkner, 1998. Strategies of Cooperation: Managing Alliances, Networks and Joint Ventures. Oxford University Press, Oxford.

Christina G. Chi, 2009. Employee satisfaction, customer satisfaction, and financial performance: An empirical examination. Journal homepage: www.elsevier.com/locate/ijhosman.

(7)

Das, S., Sen, P.K. and Sengupta, 2003. Strategic alliances: a valuable way to manage intellectual capital. Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 No. 1, pp. 10-19.

Das, T.K. and Teng, 1998. Between trust and control: developing confidence in partner cooperation in alliances. Journal of Intellectual Capital Academy of Management Review, Vol. 23 No. 3, pp. 491-512.

Das, T.K. and Teng, 2000. Instabilities of strategic alliances: an internal tensions perspective. Journal of Management Studies Organization Science, Vol. 11 No. 1, pp. 77-101.

Deddy, K. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Provinsi Dalam Peta Kemampuan Keuangan Provinsi dalam Era Otonomi Daerah: Tinjauan atas kinerja PAD, dan upaya yang dilakukan Daerah. Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah, deddyk@bappenas.go.id.

D’Aveni, 1995. Coping with hypercompetition: utilizing the new 7s’s framework. Journal Academy of Management Executive, Vol. 9 No. 3, pp. 45-60.

Dyer, J.H. and Chu, 2003. The role of trustworthiness in reducing transaction costs and improving performance: empirical evidence from the United States, Japan, and Korea. Journal Organization Science, Vol. 14 No. 1, pp. 57-68.

Dyer, J.H. and Singh, 1998. The relational view: cooperative strategy and sources of interorganizational competitive advantage. Academy of Management Review, Vol. 23 No. 4, pp. 660-79.

Erawati, Ni Made Adi dan Sudana, I Putu. 2007. Intangible Assets, Nilai Perusahaan, dan Kinerja Keuangan. Jurnal jurusan akuntansi, Universitas Udayana.

Ewell. 1994. A matter of integrity accountability and the future of selfregulation. Change, November/December, pp. 25-9.

(8)

Geske. 1996. Restructuring the role of faculty Change. October, pp. 16-25.

Ghartey, JB, 1987. Crisis Accountability and Development in the Third World – The Case of Africa, Avebury, Aldershot. SRA Journal Case Studies, pp. 26

Ghartey, JB, 1994. A cost-containment incentive for a university research contract with a commercial sponsor”. SRA Journal Case Studies, pp. 17-19.

Gulati, 1995. Does familiarity breed trust? The implications of repeated ties for contractual choice in alliance. Academy of Management Journal, Vol. 38 No. 1, pp. 85-112.

Halim, Abdul. 2008. Manajemen Keuangan Daerah, Pengelolaan Keuangan Daerah. Penerbit Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN Yogyakarta, Hal 61.

Hafiz Tanjung, Abdul, 2009. Akuntansi, Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Publik. Jurnal Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Vol 1, Hal 5.

Herzlinger. 1996. Can public trust in nonprofits and governments be restored?. Harvard Business Review, March-April, pp. 97-107.

Huberman. 1994. Menumbuhkan ide-ide kristis keuangan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Hurley, R.F. and Hult, G.T.M. 1998. Innovation, market orientation, and organizational learning: an integration and empirical examination. Journal of Marketing, Vol. 62 No. 3, pp. 42-54.

Hoque, Z, 2002. Strategic Management Accounting. SRA Journal Case Studies Spiro, Vol. 2 pp. 2-5.

(9)

Jan Barton, 2005. To blame or not to blame: Analysts’ reactions to external explanations for poor financial performance. Journal of Accounting and Economics 39 (2005) 509–533.

Hoesada, Yan. 2005. Akuntansi Organisasi Nir Laba. Edisi 2000, Jurnal Fakultas Ekonomi Fakultas Ekonomi UI, Hal 2.

Kambuaya, Beltazar, 2006. Otonomi Khusus dan Percepatan Pembangunan di Tanah Papua. Riset mandiri. Universitas Cenderawasih.

K. Doost, Roger, 1997. Financial accountability: a missing link in university financial reporting systems. Managerial Auditing Journal. MCB University Press ISSN 0268-6902.

Kane dan Johnson, 1995. Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan, Penatausahaan dan Pengawasan Keuangan Daerah Diklat Teknis Manajemen Keuangan (Financial Management Certified). Bahan ajar DIKLAT Implementasi Kepmendagri 29/2002, 2005).

Kanto, Sanggar. 2003. Sampling, Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif; dalam Burhan Bungin: Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Khairu Roojiqien, Sobandi, 2007. Mewujudkan Good Governance Pada Tingkat Desa Melalui Transparansi dan Akuntabilitas. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Lev, 2001. Intangibles: Management, Measurement, and Reporting. Brookings Institution, Washington, DC.

Maidepa, 2006. Sintese Pembangunan di Papua. Tim Sintesa Kapasitas Papua

(10)

Mardiasmo, 2006. Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintahan. Vol. 2, No. 1, Mei 2006, Hal 1 – 17.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah: Ed. II. Penerbit Andi Offset Yogyakarta, Hal 65.

Mardiasmo, 2001. Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti, Jakarta, Edisi Agustus.

Maeroff, 1993. A new leisure class. Wall Street Journal, Vol 12, 13 September.

Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisi kedua). Yokyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Menteri Dalam Negeri RI. 2002. Kepmendagri nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Departemen Dalam Negeri.

Moeller, Klaus, 2009. Intangible and financial performance: causes and effects. Journal of Intellectual Capital Vol. 10 No. 2, 2009 pp. 224-245 q Emerald Group Publishing Limited 1469-1930.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Bandung, Hal 3.

Moorman, C.H., Desphande, R. and Zaltman, 1992. Relationships between providers and users of marketing research: the dynamics of trust within and between organizations. Journal of Marketing Research, Vol. 29 No. 3, pp. 14-29.

(11)

Rasul, Sjahruddin, Dr, S.H, Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran Dalam Perspektif UU No. 17/2003 Tentang Keuangan Negara, Perum Percetakan Negara Indonesia, Jakarta, 2003.

Sashkin, 1997. Changing toward participative management approaches: a model and methods. Academy of Management Review, Vol. 22 No. 3, pp. 75-86.

Setyanto, Budi. 2009. Menganalisa APBD Menuju Pemerintahan Papua yang Bersih  ICS Papua. Penerbit INSISTPress Yogyakarta 2009.

Schiavo and Tomasi, 1999. Managing Government Expenditure. Asia Development Bank, Manila.

Spradley, James. P., 1997. Metodologi Etnografi. Penerjemah Misbah Zulfah Elizabeth. Yogyakarta. Penerbit; PT. Tiara Wacana.

Stanbury, W.T., 2003. Accountability to Citizens in the Westminster Model of Government: More Myth Than Reality. Fraser Institute Digital Publication, Canada.

Suprasto H, Bambang, 2007. Peluang dan Tantangan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja. Buletin Studi Ekonomi Volume 11 Nomor 3 Tahun 2007, Terakreditasi Nomor: 34/DIKTI/Kep/2003, ISSN1410-4628

Sukoharsono, Eko Ganis. 2009.Releksi Etnografi Kritis: Pilihan Lain Teknik Riset Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis AUDI, Vol. 4 No. 1. Januari 2009 ISSN 1907-3771, Hal 93..

Suminto, 2004. Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara. Jurnal sebagai bahan penyusunan Budget in Brief 2004 (Ditjen Anggaran, Depkeu). Economist, The Indonesia Economic Intelligence

Sumule, Agus, 2002. Mencari Jalan Tengah: Otonomi Khusus Provinsi Papua. Jayapura: Copyright © 2003, Agus Sumule, Penerbit Yayasan ToPanG, Jalan

(12)

Sumule, Agus, 2007. Analisis Kebijakan Otonomi Khusus Bagi Papua, Undang-undang Nomor 21 tahun 2001. Jurnal 15 Januari 2007.

Supriyono, R.A. 1989. Akuntansi Manaiemen 2 : Struktur pengendalian manajemen (Edisi pertama). Yokyakarta : BPFE UGM, hal 92.

Sutopo, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Edisi Pertama, Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Spekman, et all 1998. Alliance management: a view to the past and look to the future. Journal of Management Studies, Vol. 35 No. 3, pp. 747-72.

Teece, 1998. Capturing value from knowledge assets: the new economy, markets for know-how, and intangible assets. California Management Review, Vol. 40 No. 3, pp. 55-79.

Tinto, 1993. Leaving college. Chicago, IL: University of Chicago Press, p.43.

Tri Handoko, Gandung, 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Pada Perusahaan Go Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal

J

urusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi UII, Vol 2, Hal 11.

Usman, Syaikhu. 2009. Otonomi Daerah dan Iklim Usaha: kasus tiga kabupaten di Jawa Barat. Lembaga penelitian SMERU, bekerja sama dengan The Partnership for Economic Growth (PEG) dan The United States Agency for International Development (USAID).

Wernerfelt, 1984. A resource-based view of the firm. Strategic Management Journal, Vol. 5 No. 2, pp. 171-80.

Wesley, 2009. Chana,Testing behavioral finance theories using trends and consistency in financial performance. Journal of Accounting and Economics 38 (2004) 3–50.

Referensi

Dokumen terkait

PROPOSAL YANG LOLOS SELEKSI HIBAH RISET DITJEN DIKTI. HB Tim Pascasarjana HB Bersaing Lanjutan.. Pusat) SP4 42 Pengembangan PCPT,

REPRESENTASI KERETA REL LISTRIK DALAM KARYA FOTO “REL WAKTU”(Analisis Semiotika Pada Foto Essai Karya Edy Purnomo) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

 bersangkutan mempunyai tug mempunyai tugas dan as dan tanggung tanggung jawab untuk jawab untuk melaksanakan melaksanakan tugas tugas Tim Code Blue (Tim Medis Emergensi) RS,

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti di dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Konseling Karir

Hasil foto SEM pada Gambar 4.13 menunjukkan bahwa membran selulosa diasetat dari serat daun nanas dengan komposisi 1% dan waktu penguapan 30 detik merupakan

pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir profesi akuntan publik.Penelitian Nurahma (2011) yang menyatakan bahwa motivasi pasar

Tagline ini menggiring pemahaman konsumen bahwa Chatime adalah produk minuman bubble tea yang memiliki kualitas teh yang baik diantara produk bubble tea lainnya.. Tagline