• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resiko Likuiditas pada Bank Syariah di I (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Resiko Likuiditas pada Bank Syariah di I (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Risiko Likuiditas pada Bank Syariah di Indonesia 2015-2016 Mandalika, Komang Ayu

Universitas Trilogi 1.1Latar Belakang

Tulisan ini berkenaan dengan manajemen likuiditas yang membahas mengenai posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban (membayar utang) tepat waktu. Manajemen likuiditas merupakan salah satu fungsi terpenting yang dilaksanakan oleh lembaga perbankan, dan di dalam pengelolaannya yang secara efisien ini diperlukan adanya instrumen dan pasar keuangan baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, baik itu untuk perbankan konvensional maupun syariah. Untuk keperluan yang bersifat mendasar itu, (yaitu penempatan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek) bagi perbankan syariah di Indonesia telah tersedia beberapa instrumen seperti (IMA) sertifikat investasi mudharabah antar bank, (PUAS) aturan-aturan tentang pasar keuangan antar bank dengan prinsip syariah, (SWBI) sertifikat wadiah bank Indonesia, serta (FPJPS) ketentuan tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi bank syariah. Dalam pengembangan sektor ekonomi pembangunan sekarang ditemui banyak metode dalam manajemen dana khususnya pengelolaan likuiditas pada lembaga lembaga keuangan, baik itu bank maupun non bank, baik itu syariah maupun konvensional. Pengelolaan likuiditas ini sangatlah berpengaruh pada perkembangan lembaga itu sendiri dan perekonomian negara secara luas. Seperti krisis sektor keuangan di tahun 1997 (krismon), yang terjadi pada waktu itu merupakan salah satu dampak dari masalah likuiditas suatu lembaga keuangan dalam menangani aliran sumber dana dan pengarunya secara luas terlihat pada perkembangan pasar surat-surat berharga, sektor perbankan dan lebih jauh lagi pada sektor riil, dan berdampak krisis ekonomi global.

Masalah pengelolan likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan

(2)

fungsi dari likuditas secara umum untuk (Riyanto, 2001): pertama, menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari. Kedua, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak. Ketiga, memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan fleksibiltas dalam meraih kesempatan investasi menarik yang menguntungkan.

Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia pengertian likuiditas pada umumnya adalah mengenai posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban (membayar utang) yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Apabila dikaitkan dengan lembaga bank, berarti kemampuan bank setiap waktu umtuk membayar utang jangka pendeknya apabila tiba-tiba ditagih oleh nasabah atau pihak-pihak terkait.

1.2Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan risiko manajemen likuiditas adalah sebagai berikut:

1. Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen perbankan.

2. Bertujuan untuk dapat Mengetahui risiko likuiditas pada Bank syariah. 3. Untuk dapat memberikan pengetahuan kepada para pembaca umumnya dan khususnya bagi para mahasiswa jurusan ekonomi islam.

1.3Literatur

Adapun instrumen yang harus dilakukan bank agar senantiasa dapat tetap likuid adalah : 1. Memiliki Primary Reserve ( Cadangan Primer )

yaitu dalam kas atau saldo yang ada pada Bank Indonesia atau Bank lain. Dalam dunia perbankan, primary reserve terdiri dari:

a. Giro pada Bank Sentral atau Giro Wajib Minimum (GWM)

Selama ini Giro pada bank sentral dikenal dengan istilah yakni merupakan kewajiban setiap bank untuk menitipkan dananya di BI. Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan BI, maka besarnya GWM minimal 5% dari total dana pihak ketiga (DPK) untuk valuta rupiah dan 3% dari dana pihak ketiga untuk valuta asing, dengan ketentuan sebagai berikut:

Pertama, bagi Bank Umum Syariah yang memiliki rasio pembiayaan dalam rupiah terhadap DPK kurang dari 80%, mendapat tambahan GWM sebagai berikut:

1) Yang memiliki DPK > Rp 1 triliun s/d Rp 10 triliun wajim memelihara GWM tambahan dalam rupiah sebesar 1% dari DPK dalam rupiah.

(3)

3) Yang memiliki DPK > Rp 50 triliun wajib memelihara GWM tambahan dalam rupiah sebesar 3% dari DPK dalam rupiah. Sedangkan bagi yang memiliki rasio

pembiayaan dalam rupiah terhadap DPK sebesar 80% atau lebih; dan /atau yang memiliki DPK dalam rupiah sampai dengan Rp 1 triliun tidak dikenakan tambahan GWM.

b. Kas pada valuta.

Alat likuid ini berisi uang tunai yang dipelihara oleh bank untuk memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari.

c. Giro pada Bank lain

Rekening giro pada bank lain bertujuan untuk melancarkan transaksi antar bank (transfer, inkaso, transaks L/C, dan lain-lain)

d. Item-item uang tunai yang masih dalam proses inkaso.

Tujuan dari alat likuid yang termasuk ke dalam kategori primary reserve (cadangan primer) adalah:

a. Memenuhi reserve requirement yang ditempatkan dalam bentuk Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia.

b. Memenuhi keperluan operasional bank sehari-hari. c. Penyelesaian kliring antar bank.

d. Memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.

Dapat di katakana likuid apabila bank syariah dapat memelihara GWB di Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dapat memelihara giro di Bank Koresponden dengan besarnya berdasarkan saldo minimum, dapat memelihara sejumlak kas secukupnya untuk memenuhi pengambilan uang tunai.

2. Memiliki Secondary Reserve

Yaitu cadangan yang berfungsi sebagai penyangga Primary Reserve, ditanam dalam bentuk investasi jangka pendek.

Adapun cadangan sekunder berupa surat-surat berharga bisa berupa: a. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).

Peraturan Bank Indonesia no 2/9/PBI/2000 mengatur tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah. b. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

(4)

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah ataupun mata uang asing.

3. Mempunyai akses ke pasar uang.

Pasar uang yang dimaksudkan di sini adalah pasar uang antar bank syariah dan pasar modal syariah.

a. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)

Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah transaksi keuangan jangka pendek antar bank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing. b.Pasar Modal Syariah

Instrument di pasar modal syariah saat ini meliputi saham yang masuk kategori Jakarta Islamic Index, Sukuk, dan reksadana syariah. Karena Bank tidak diperbolehkan

berinvestasi pada saham, maka sukuk dan reksadana syariahlah menjadi secondary

reserve dimana instrument ini dapat dijual di secondary market untuk sukuk dan dicairkan untuk reksadana syariah jika Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah membutuhkan dana jangka pendek.

c. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah (FPJPS)

FPJPS merupakan instrument terakhir untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bagi Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah setelah terjadinya saldo giro negative dan tidak berhasilnya akses pasar uang syariah untuk menutup kewajiban jangka pendek. [8] Tujuan dari diberlakukan FPBJS ini, adalah untuk membantu Bank Syariah yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek, namun memenuhi persyaratan tingkat kesehatan dan permodalan (illiquid but solvent).[9]

d. LPS Sebagai Sarana Penunjang Likuiditas Perbankan

LPS adalah badan hukum yang independent yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS) yang ditetapkan tanggal 22 September 2004. LPS menjamin simpanan nasabah bank yang berbentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. LPS juga menjamin simpanan di bank Syariah yang berbentuk giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.[10]

Dalam mengantisipasi terjadinya Risiko Likuditas, aktivitas Manajemen Risiko yang umumnya ditetapkan oleh Bank antara lain adalah[11]:

(5)

2. Melaksanakan monitoring secara harian atas semua dana masuk baik melalui incoming transfer maupun setoran tunai nasabah.

3. Membuat analisa sensitivitas likuiditas Bank terhadap skenario penarikan dana berdasarkan pengalaman masa lalu atas penarikan dana bersih terbesar yang pernah terjadi dan membandingkannya dengan penarikan dana bersih rata-rata saat ini. Dari analisa tersebut dapat diketahui tingkat ketahanan likuiditas Bank.

4. Selanjutnya Bank menetapkan secondaryreserve untuk menjaga posisi likuiditas Bank, antara lain menempatkan kelebihan dana ke dalam instrumen keuangan yang likuid. 5. Menetapkan kebijakan Cash Holding Limit pada kantor-kantor cabang Bank.

Melaksanakan fungsi ALCO (Asset &Liability Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usahanya.

6. Meningkatkan atau menurunkan sumber dana tertentu.

1.4Rekomendasi bank tentang manajemen risiko likuiditas

Rekomendasi Bank Indonesia pengaturan manajemen risiko likuiditas berisi standar manajemen risiko

likuiditas melalui 4 pilar manajemen risiko yaitu:

a. Pengawasaan aktif dewan komisaris dan direksi untuk risiko likuiditas; b. Kebijakan, prosedur dan limit risiko likuiditas;

c. Proses manajemen risiko likuiditas;

d. Sistem pengendalian intern untuk risiko likuiditas; 1.5Kesimpulan

Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi bank untuk dikelola dengan baik karena akan berdampak kepada profiitabililitas serta business sustainibility dan

(6)

flow) dan berbagai komitmen pembiayaan (finance commitments).Bagian kedua dari manajemen likuiditas adalah, bagaimana bank bisa memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Oleh karena itu bank harus mampu mengidentifikasi karakteristik setiap produk bank baik disisi aktiva maupun passiva serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Kelebihan dan kekurangan likuiditas sama-sama memiliki dampak kepada bank. Jika bank terlalu konservatif mengelola likuiditas dalam pengertian terlalu besar memelihara likuiditas akan mengakibatkan profitabilitas bank menjadi rendah walaupun dari sisi liquidity shortage risk akan aman. Sebaliknya jika bank menganut pengelolaan likuiditas yang agresif maka cenderung akan dekat dengan liquidity shortage risk akan tetapi memiliki kesempatan untuk memperoleh profit yang tinggi. Shortage liquidity risk akan

menyebabkan dampak serius terhadap business contuinity dan business sustainibility. 1.6References

Ichsan, Nurul.PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH.

Kisman,Z., & Shintabelle Restiyanita,M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics ,Finance and Management Vol. 1, No. 3,2015,pp,184-189

MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS UNTUK

Referensi

Dokumen terkait

Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo 86

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa Kawasan Suci Pura Besakih sebagai hulu Pulau Bali

Pengertian Kebijakan Moneter Secara Umum adalah langkah-langkah yang diambil penguasa moneter (Bank Sentral atau Bank Indonesia) untuk memengaruhi jumlah uang yang

Diantaranya, pengurangan dan pencegahan kelebihan senjata yang dibuang di Afrika, mengontrol keluarnya senjata dari industri persenjataan dengan

Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IIS 2

RSVP ini juga dipakai oleh host atau router untuk mengantar permintaan QoS ke semua node disepanjang jalur aliran data, dan dapat dipakai juga untuk membangun kondisi RSVP

Antara Waktu Yang Tertutupi :

I Did It Again” dan Anggun Cipta Sasmi yang berjudul “Chrysalis (2) untuk menemukan tingkat modality yang digunakan dalam lirik lagu pada album Brithney Spears yang