• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ANTROPOLOGI HUKUM TERHADAP PERDAGANGAN LINTAS BATAS DI KALIMANTAN BARAT (UPAYA PENCARIAN MODEL DAN POLA PERLINDUNGAN HUKUM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS ANTROPOLOGI HUKUM TERHADAP PERDAGANGAN LINTAS BATAS DI KALIMANTAN BARAT (UPAYA PENCARIAN MODEL DAN POLA PERLINDUNGAN HUKUM)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

(UPAYA PENCARIAN MODEL DAN POLA PERLINDUNGAN HUKUM)*

Hermansyah

Fakult as Hukum Universit as Tanj ungpura Pont ianak E-mail: hermansyah_f h@yahoo. com

Abst r ack

Due t o i t s geogr aphi c l ocat i on bor der i ng di r ect l y wi t h nei ghbor i ng count r ies, t he bor der i n West Kal i mant an as t he out er l i mi t of t he st at e of Indonesia i s one r egion t hat has not r ecei ved at t ent i on, especi al l y at t ent ion wit h r egar d t o act i vi t ies i n t he economi c f i el d. Cr oss Bor der Tr ade and Mar ket i n t he Bor der ar ea, f or exampl e, i s so much economi c act ivi t y along t he bor der t her e i s a t r ansact i on i nvol vi ng t he peopl e who come f r om t wo di f f er ent count r ies and have di f f er ent l egal syst ems. In t he per spect ive of l egal ant hr opology, it i s pr obabl y legal syst em t hat appl i es t o communi t i es i n t he bor der ar ea showed such l egal pl ur al i sm, i f not addr essed car ef ul l y, i t di d not r ul e out t he t r ade pr obl ems t hat occur i n communi t i es i n t he bor der ar ea wi l l be st i cki ng t o t he i ssue bet ween count r ies, because of dif f er ences i n exi st i ng l aw. Ther ef or e, ef f or t s t o cr eat e a model t hat woul d be abl e t o accommodat e t he par t ies-such as communi t y, nat i on and st at e of Indonesi a-Mal aysi a woul d need t o be pur sued, so t he pr obl em i s not a l egal i ssue t o dr ag on t he i nt er est s of each par t y.

Key wor ds: Cr oss Bor der Tr ade, legal syst ems and legal pl ur al i sm.

Abst rak

Karena kondisi geograf is yang berbat asan secara langsung dengan Negara t et angga, maka Kalimant an Barat merupakan salah sat u wilayah Negara Indonesia yang berbat asan secara langsung dengan Negara t et angga yang belum mendapat kan perhat ian t erut ama berkenaan dengan akt ivit as perdagangan yang sudah berlangsung sej ak lama. Perdagangan di daerah perbat asan merupakan perdagangan yang melibat kan dua warga Negara yang berbeda, t erut ama perbedaan sist em hukum yang ada. Dalam perspekt if ant ropologi hukum, at uran yang ada dalam perdagangan di daerah perbat asan memperlihat kan pluralit as hukum. Oleh karena it u, perlu dicarikan sebuah model at uran yang mampu memberikan kepast ian semua pihak j ika t erj adi sengket a dagang di pasar perbat asan.

Kat a Kunci: per dagangan daer ah per bat asan, si st em hukum dan pl ur al i sme hukum

Pendahuluan

Negara Kesat uan Republik Indonesia de-ngan luas wilayah sekit ar 5. 800. 000 km2 berada pada posisi yang sangat st rat egis di ant ara negara-negara di dunia, karena berada pada posisi silang di ant ara pert engahan j alur per-dagangan dunia. Namun posisi yang st rat egis it u diperkirakan dapat menimbulkan berbagai per- masalahan, apalagi mengingat semakin t er-

* Tul isan ini merupakan hasil penel it ian Hi bah Kompet en-si Direkt orat Jender al Pendi dikan Tinggi Kement er ian Pendi dikan Nasional Sesuai Dengan Surat Perj anj ian Penugasan Hi bah Kompet ensi Nomor: 391/ SP2H/ PP/ DP2M/ VI/ 2010 t anggal 11 j uni 2010.

(2)

sebagai garda t erdepan perekonomian bangsa Indonesia.1

Kondisi t ersebut di at as kiranya yang me-nyebabkan berbagai persoalan, t erut ama ke-j ahat an yang t erke-j adi di daerah perbat asan sepert i penebangan kayu secara ilegal (i l l egal l oggi ng), pencurian ikan (i l l egal f i shi ng), per-dagangan wanit a dan anak (women and chi l d t r at des), dan pemasukan imigran gelap (i l l egal i mmi gr ant s) at au i l l egal t r af f i kci ng i n per sons, dan penyelundupan baik manusia maupun ba-rang (peopl e, ar ms and expl osives smuggl i ng), sert a berbagai konf lik sosial dan polit ik yang t erj adi di wilayah-wilayah perbat asan, dan lain sebagainya. Di mana kesemua persoalan t er-sebut pada akhirnya bisa berdampak keamanan dan ket ert iban negara, t erut ama keamanan dan ket ert iban warga masyarakat yang t inggal di wilayah perbat asan.2

Di samping akt ivit as yang sif at nya illegal, sesungguh di daerah perbat asan ada suat u akt ivit as yang bernilai posit if dan sudah lama dilakukan oleh masyarakat kedua negara yait u akt ivit as perdagangan, dimana pada awalnya akt ivit as t ersebut mereka lakukan sebagai bagian dari upaya mereka memenuhi kebut uhan hidup sehari-hari. Sepert i sayur-sayuran, hasil alam sepert i buah-buah dan lain sebagainya. Namun sehubungan dengan perkembangan za-man, maka produk yang diperj ualbelikan t idak lagi beruapa sayuran, at au hasil alam semat a-mat a, t et api sudah mengarah kepada berbagai macam produk yang merupakan hasil t ehnologi pada masing-masing negara. Mulai dari dari pakaian, pangan sampai pada hasil keraj inan rakyat diperj ual belikan disana.

Sirikin, Lubuk Ant u at au Saj ingan adalah sekian banyak daerah perbat asan Kalimant an Barat dengan Malaysia yang memperlihat kan akt ivit as perdagangan sebagaimana yang

1 Must af a Abubakar, 2006, Menat a Pul au-pul au Keci l Per bat asan: Bel aj ar dar i Kasus Si padan, Li gi t an dan Sebat i k, Jakart a: Pener bit Buku Kompas, hl m. vii i

2 Pol t ak Part igo Nainggol an, “ Masal ah-masal ah Keamanan

di Per bat asan Indonesia dengan Negar a-negara l ain: Perspekt i f Tr adisional dan Non-t radi sional ” , dal am Nainggol an, Pol t ak Part igo (Ed. ), 2004, Bat as-bat as Wi l ayah dan Si t uasi Per bat asan di Indonesi a: Ancaman t er hadap Int egr i t as Ter i t or i al, Jakar t a: Tiga Put ra Ut a-ma, 2004. hl m. 155-156

maksud di at as. Bahkan masyarakat di daerah t ersebut melakukan hubungan hukum t idak hanya dalam bent uk perdagangan saj a, t et api j uga dalam bent uk lain sepert i perkawinan.

Belaj ar dari pengalaman dan kenyat aan bahwa banyaknya barang-barang yang merupa-kan produk bangsa indonesia yang diakui hak pat ennya oleh Negara t ent angga (t erut ama Malaysia), maka adalah t epat j ika perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di daerah perbat asan t ersebut diat ur sedemikian rupa sehingga akan t ercipt a perlindungan hu-kum, baik t erhadap masyarakat Indonesia sen-diri bersert a berbagai produk yang diperj ual-belikan t ersebut . Bahkan perlindungan hukum yang kiranya pent ing j uga adalah bagaimana memberikan perlindungan hukum j ika dalam akt ivit as perdagangan yang dilakukan t ersebut dikemudian hari t imbul permasalah sepert i wanprest asi at au diklaimnya produk keraj inan indonesia oleh negara t et angga. Pengabaian akan pemberian perlindungan hukum inilah yang kiranya merupakan salah sat u penyebab sehingga banyaknya produk yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia diakui dan dipat enkan oleh negara t et angga.

Dari pra penelit ian yang dilakukan, kira-nya selama ini belum ada sat u model dan pola perlindungan hukum yang diberikan oleh negara kepada masyarakat yang melakukan akt ivit as perdagangan di perbat asan kedua negara, t er-ut ama dalam hal ini perlindungan hukum dari negara. Memang selama ini masyarakat dikedua perbat asan t ersebut t elah mengembangkan sist em dan model perlindungan hukum sendiri yang mereka lakukan secara t urun t emurun, sepert i pola dan model negosiasi.

Permasalahan

(3)

dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah perbat asan t ersebut , sement ara j ika dilihat dari subyek hukum yang ada pada pasar per-bat asan adalah subyek hukum yang berasal dari dua negara yang bert ent angga (Malaysia dan Kalimant an Barat ) yang memiliki sist em dan budaya hukum yang berbeda sat u dengan yang lainnya sert a banyaknya permasalahan hukum yang muncul dalam akt ivit as perdagangan perbat asan t ersebut .

Met ode Penelitian

Riset t ent ang akt ivit as perdagangan lint as bat as di wilayah perbat asan Kalimant an Barat (Indonesia) dengan Malaysia dengan Malaysia Ut ara, t erut ama di t iga t it ik daerah perbat asan yait u daerah Sirikin (Kabupat en Bengkayang), Lubuk Ant u (Kabupat en Kapuas Hulu) dan Saj ingan (Kabupat en Sambas) menggunakan paradigma konst rukt ivisme, dengan mengguna-kan berbagai macam pendekat an sepert i pen-dekat an kualit at if , dialiet ikal, analisis kasus,3 dan pendekat an budaya.

Teknik penent uan dan pengambilan sum-ber inf ormasi menggunakan t eknik snow bal l

(bola salj u). Melalui ‘ semi st r uct ur ed i nt er -vi ew’, penelit i berpedomankan pada daf t ar pert anyaan yang disusun secara t erbuka se-hingga memberikan kesempat an unt uk probing at au melakukan penyelidikan/ pemeriksaan le-bih j auh. Penggunaan t eknik probing ini di maksudkan agar narasumber (inf orman) me-miliki kesempat an unt uk mengemukakan pen-dapat nya t ent ang apa yang dilihat , dengar, lakukan at au baca t ent ang inf ormasi yang berkait an dengan masalah akt ivit as legal perbat asan yang menj adi obyek ut ama riset ini. Guna diperolehnya dat a yang memiliki validit as (kesahihan) yang dapat dipert anggung-j awabkan, maka dat a yang diperoleh melalui wawancara dilakukan uj i mut u dat a. Dan salah

3 Lihat penj el asan t ent ang pendekat an ini dal am Indart i ,

Erl yn. “ Legal Const ruct i vi sm: Par adigma Baru Pendi -dikan Dal am Rangka Pembangunan Masyarakat Madani” , dal am Maj al ah Il mi ah Masal ah-Masal ah Hukum, Vol . XXX, No. 3, Jul i – Sept ember 2001, hl m. 139-154 dan Suparl an, Parsudi , “ Paradigma Nat ur al ist ik dal am Pene-l it i an Pendi dikan: Pendekat an KuaPene-l it at if dan Pengguna-annya”, Maj al ah Ant r opol ogi Indonesi a No. 53, Vol . 21 – 1997, dit erbit ka ol eh FISIP UI Jakart a.

sat u t ehnik unt uk melakukan uj i mut u dat a dengan t inggal bersama dengan orang-orang yang dit elit i selama suat u periode t ert ent u. Selain validit as dat a, maka hal yang t erpent ing j uga dat a t ersebut harus memiliki sif at relia-bilit as (ket erandalan), kemudian dat a t ersebut akan di komf irmasi ulang kepada sumber inf ormasi.

Pembahasan

Pasar di daerah Perbat asan: Beberapa Pe-maknaan

Secara geograf is Negara Indonesia me-rupakan salah sat u negara kepulauan yang ber-bat asan langsung dengan negara t et angga. Kon-disi geograf is sepert i ini bisa menimbulkan berbagai persoalan bagi dua negara yang saling berbat asan, baik persoalan dalam bidang geo-graf is sepert i masalah t apal bat as ant ar kedua negara, maupun persoalan kondisi sosial, eko-nomi, polit ik dan dan bahkan persoalan budaya. Apalagi ant ara kedua Negara memperlihat kan kondisi yang berbeda secara t aj am.

Namun demikian, di samping berbagai persoalan sepert i t ersebut di at as, kiranya wi-layah perbat asan, j uga memiliki berbagai ma-cam pot ensi yang cukup besar bagi suat u Negara, mulai pot ensi sumber daya alam yang dimiliki, sert a dapat dij adikan t empat yang relat if mudah dalam mengat ur hubungan sosial dan ekonomi ant ara ant ara kedua negara yang saling bert et angga. Bahkan karena berbat asan secara langsung dengan Negara t et angga kira-nya daerah perbat asan merupakan daerah yang sangat st rat egis dari sisi ideologi, polit ik ekono-mi, sosial budaya, dan pert ahanan dan keaman-an. Namun demikian dalam kenyat aannya po-sisi yang st rat egis t ersebut karena t idak di kelola dengan baik maka j ust ru yang muncul adalah berbagai persoalan sosial, ekonomi dan budaya yang mengedepan.

(4)

manu-sia dengan segala macam keunikan yang ada padanya, menj adikan pemaknaan t erhadap pa-sar memperlihat kan keberagaman. Dalam mak-nanya yang awal misalnya, pasar merupakan t empat pemenuhan kebut uhan pokok manusia, meskipun t idak selama t erpenuhi.4

Keberadaan pasar yang ada di perbat asan sebagai t empat j ual beli barang ant ara pe-bat asan masih dalam bent uk yang sederhana.6

Pada sisi lain, keberadaan pasar j uga di-di sekit ar perbat asan” , di-di samping sebagai t em-pat unt uk mengalirkan dan menyalurkan ke-lebihan barang yang diproduksi unt uk dij ual.7

Di samping pemaknaan t ersebut di at as, kiranya pasar dapat j uga dilihat dalam pers-pekt if ant ropologi,8 yang t idak hanya mem-perhat ikan keberadaan masyarakat yang masih sederhana, t et api j uga memperhat ikan int er-aksi dan dinamika masyarakat moderen.

Sepert i yang t elah diuraikan di at as bah-wa sesunggunya masyarakat yang t inggal di daerah perbat asan pada umumnya mereka mempunyai hubungan kekeluargaan dengan penduduk dari negara t et angga, baik karena biasanya dilakukan oleh penduduk asli yang berasal dari Kalimant an Barat dengan penduduk Malaysia yang ada di sekit ar masyarakat per-ngembangan Kebudayaan Nasional ”, Jur nal Kebudayaan

(5)

Pen-bart er adalah barang hasil pert aniannya dari kedua penduduk. Dan bart er ini hanya berlaku pada masyarakat yang ada di sekit ar perbat as-an t ersebut yas-ang memiliki hubungas-an kekeluar-gaan sat u dengan yang lainnya, baik hubungan karena garis ket urunan maupun karena per-kawinan.10

Pada sisi inilah sesungguhnya dapat di-lihat bahwa bart er at aupun j ual beli yang t er-j adi sesungguhnya bukan semat a-mat a dilihat sebagai akt ivit as ekonomi semat a, t et api j uga memiliki makna berupa pert emuan diant ara mereka yang memiliki hubungan kekeluargaan. Dalam pert emuan inilah akan t erj adi pert ukar-an inf ormasi t ent ukar-ang keadaukar-an keluarga mereka masing-masing.

Manusia t idak t erlepas dari kebudayaan-nya, dimana kebudayaan yang dipunyai oleh manusia merupakan j embat an ant ara hubungan kegiat an manusia dengan lingkungannya. Kebu-dayaan merupakan alat kont rol bagi kelakuan dan t indakan manusia. Menurut Koent j araning-rat11 kebudayaan it u sendiri mempunyai t iga wuj ud: per t ama, kebudayaan sebagai suat u kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, nor-ma-norma, perat uran dan sebagainya. Kedua, kebudayaan sebagai suat u kompleks akt ivit as kelakuan berpola dari manusia dalam

10 Pasar yang ada di daerah perbat asan t idakl ah sel al u

dal am bent uk t r ansaksi j ual bel i ant ara pedagang dengan pembel i, t et api j uga ada akt i vit as t ukar me-nukar barang at au yang dikenal dengan i st il ah bart er . Sist em bart er ini biasanya dil akukan ol eh penduduk asl i yang ber asal dari Kal i mant an Barat dengan penduduk Mal aysia yang ada di sekit ar masyar akat per bat asan, t erut ama yang dij adikan obyek unt uk bart er adal ah bar ang hasil per t aniannya dar i kedua penduduk. Dan bart er ini hanya berl aku pada masyar akat yang ada di sekit ar per bat asan t er sebut yang memil iki hubungan kekel uargaan sat u dengan yang l ainnya, baik hubungan karena gari s ket ur unan maupun karena perkawi nan. Lihat dan bandingkan dengan t ul i san Wil son, “ Adapt a-t ion a-t o Uncera-t ai na-t y and Smal l Number Exchange: The New Sugl and Fish Market ” , Jour nal of Economi c 11, 1980. Li hat dan bandingkan dengan M. Fir daus, “ The Int egrat ed Empower ment of Women, Microand Smal l -Scal e Traders”, Newsl et t er SMERU, Lembaga Penel it ian SMERU No. 22, Apr il -Juni 2007.

11 Koent j ar aningrat , 1971, Manusi a dan Kebudayaan di Indonesi a, Jakar t a: Penerbit Dj ambat an, hm. l 5. Lihat dan bandingkan r angkaian pengert i an kebudayaan ini dal am Hut omo, Suri pan Sadi , “ Nil ai Budaya Indonesi a Dal am Sast r a Jaw a”, Jur nal Kebudayaan No. 2, 1991/ 1992, Jakart a: Dep. Pendikan dan Kebudayaan

rakat . Wuj ud kebudayaan yang ket i ga adalah sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Di pasar j uga akan dengan mudah orang akan melihat t erj adi perubahan nilai, gagasan, norma, kepercayaan dan akt ivit as berpola dari manusia dalam masyarakat . Pasar memiliki mult i peran, yait u t idak hanya berperan se-bagai t empat bert emunya ant ara penj ual dan pembeli t et api pasar j uga memiliki f ungsi se-bagai t empat bert emunya budaya yang dibawa oleh set iap mereka yang memanf aat kan pasar. Int eraksi t ersebut t anpa mereka sadari t elah t erj adi pengaruh mempengaruhi budaya ma-sing-masing individu.12

Pasar j uga dapat dilihat sebagai t empat dimana akt ivit as dan komunikasi sosial ant ara sat u orang dengan orang yang lain, degan t ent unya dari lat ar belakang sosial, budaya yang berbeda. Memang ciri khas pasar yang paling menonj ol adalah adanya arus barang dan j asa yang diperj ualbelikan. Namun demikian, pasar j uga dapat dilihat sebagai sist em sosial kebudayaan. Bahkan pasar di dalamnya me-nawarkan alt ernat if -alt ernat if kebudayaan yang berlainan dari kebudayaan masyarakat set em-pat , sedangkan kebudayaan it u adalah sepe-rangkat nilai-nilai dan keyakinan, pilihan hidup dan alat komunikasi.13

Pasar sebagai pint u gerbang diperkirakan akan t erj adi perubahan nilai, gagasan, dan keyakinan. Pasar dapat pula diart ikan sebagai sent ral dari masyarakat yang berada di-sekit arnya. Pasar di dalamnya bukan saj a akan t erj adi saling int eraksi sesama warga masya-rakat yang ada disekit ar t empat t ersebut , t et api akan t erj adi pula t ukar-menukar benda hasil produksi bahkan inf ormasi-inf ormasi t en-t ang berbagai pengalaman dianen-t ara sesama warga masyarakat . Pasar sebagai sent ral de-ngan segala perangkat yang ada di dalamnya dapat pula menj adi panut an masyarakat . Hal ini menunj ukkan bahwa bukan hanya peranan

12 Tit i Surt i Nast i t i, op. ci t. Lihat t ent ang int er aksi di pasar

ini pada Pr at t is, J. I. , “ Synt hesi s, or a New Probl emat i c in Economi c Ant hro-pol ogy” , Jour nal of Theor y and Soci et y, Vol . 11, 1982.

13

(6)

ekonomi, t et api peranan kebudayaan t erhadap masyarakat disekit arnya cukup besar. Peranan-peranan t ersebut dengan demikian akan me-nimbulkan perubahan-perubahan baik dalam bidang ekonomi maupun sosial budaya. Bahkan pasar mampu mencipt akan dan menumbuhkan kelas-kelas baru dalam masyarakat , hal ini dikarenakan pasar memiliki kemampuan dan kekuat an yang revolusioner dan proses pe-masaran masyarakat yang mempunyai akibat yang j auh bagi perkembangan sej arah. Pasar menunt ut perilaku rasional dalam menent ukan pilihan-pilihan.14

Demikianlah misalnya di pasar yang ada di perbat asan, karena perkembangannya maka orang yang berj ualan di sana saat ini bukan hanya orang-orang yang berasal dari masya-rakat sekit ar yang t inggal di daerah perbat asan, t et api mereka-mereka berasal dari luar daerah t ersebut . Bahkan dari penelit ian yang dilakukan et nis yang berdagang disana sudah memper-lihat kan pluralit as et nis di dalamnya. Mulai dari orang Padang, Melayu, bahkan orang yang ber-asal dari Nusa Tenggara Barat (NTB) j uga ada berj ualan dan berdagang di sana.

Dari segi bahasa misalnya, orang yang berada di pasar pada umumnya menggunakan bahasa yang campuran, art inya t idak semat a-mat a menggunakan bahasa Indonesia saj a, t et api t erkadang menggunakan bahasa Inggris at au bahasa Malaysia. Hal ini dilakukan oleh masyarakat sebagai bagian dari upaya agar mempermudah komunikasi ant ara pedangang yang pada umumnya berasal dari Indonesia dengan pembeli yang pada umumnya berasal dari Malaysia. Pola percakapan yang campuran ini t idak hanya t erj adi pada saat t ransaksi perdagangan dilakukan, t et api j uga t erbawa pada saat mereka melakukan komunikasi sesama pedagang, art inya t elah t erj adi bent uk pert ukaran dan percampuran budaya—t erut ama dari sisi bahasa—ant ara budaya Malaysia dan Indonesia.

14

Lihat dan bandi ngkan dengan Pl at t ner, “ Economi c Decision Making in a Publ i c Market -pl ace” , Amer i can Et hnol ogi st 9, 1982; Merri t , “ On Quest ions Fol l owing Quest ions” , Language i n Soci et y 5, 1978, hl m. 315-357.

Pasar dan Persoalan (Pluralisme) Hukum

Di samping memilik pot ensi ekonomi yang sangat besar, akt ivit as perdagangan yang ada di daerah perbat asan kiranya menyimpan banyak persoalan, mulai dari persoalan keamanan dan pert ahanan, sampai masalah ket ahanan sosial, budaya dan ekonomi suat u Negara. Menurut Ganj ar Nugroho, dalam perspekt if sosialis, pa-sar dapat menj adi t empat dan pencit pa sert a pelanggeng kemiskinan. Hal ini t erj adi, karena dipasar akan t erbangun kekayaan yang men-colok bagi sebagian kelas dan kemiskinan bagi sebagian yang lain. Pedagang sert a pengusaha dipandang hanya memikirkan kepent ingan aku-mulasi ekonomi unt uk dirinya sendiri. Mereka t idak punya moral ekonomi sosial dan t ak banyak peduli dengan nasib kaum miskin sert a kelas pekerj a. Pasar j uga dinilai pilih kasih, yang hanya diperunt ukan bagi yang punya uang unt uk membeli dan menelant arkan kaum miskin yang berpenghasilan rendah t anpa konsumsi nan mencukupi.15

Kondisi ini bisa dilihat di pasar yang ada di perbat asan, dimana mereka yang berj ualan di pasar t ersebut pada umumnya adalah me-reka yang bukan berasal dari masyarakat se-t empase-t se-t ese-t api berasal dari daerah luar seperse-t i orang-orang yang berasal dari Pont ianak sert a daerah lainnya, maka mendasarkan pada st ruk-t ur berpikir Ganj ar Nugroho ruk-t erseburuk-t di aruk-t as maka sesungguhnya yang memperoleh keun-t ungan ekonomi yang cukup besar bukan ma-syarakat asli (suku Dayak) yang ada di sepan-j ang perbat asan t ersebut , t et api mereka yang berasal dari luar. Pada hal pada sat u sisi barang yang menj adi salah sat u komodit i ut ama yang ada di pasar perbat asan t ersebut adalah ber-bagai hasil karya dari masyarakat Dayak sepert i

15 Lihat Ganj ar Nugroho, Domi nasi-Habit asi Pasar Dan

(7)

Biday16 dan lain sebagainya, di samping t ent u-nya berbagai macam hasil alam dan hasil hut an yang ada disekit ar daerah perbat asan sepert i rot an, durian dan lain sebagainya.

Berkenaan dengan penelit ian ini, yang t idak kalah pent ingnya persoalan yang ada di pasar perbat asan adalah persoalan hukum yait u diant aranya yait u t idak adanya perlindungan hukum t erhadap karya para penduduk asli (Da-yak) sepert i biday, sert a banyaknya penyelun-dupan barang yang seharusnya dilindungi de-ngan dokumen dalam akt ivit as perdagade-ngannya.

Biday misalnya, sebagai hasil karya asli masyarakat Dayak, t ernyat a t elah beredar dan t ert era Made i n Kuchi ng (Sarawak, Malaysia Timur), bahkan menurut camat Jagoi Babang hasil keraj inan Biday dari Masyarakat Desa Jagoi Kecamat an Jagoi Babang Kabupat en Bengkayang sudah beredar di luar negeri seper-t i “ Di London biday ini Made in Kuching, ” dan hal ini t erj adi karena menurut Kades Jagoi Markus Mij em mereka (Malaysia) dengan mudah membeli dan mengolah kembali dari masya-rakat kit a.17

Sebenarnya Pemerint ah Kabupat en Beng-kayang pernah menegaskan, agar Pemerint ah Provinsi Kalbar dan Pemerint ah Pusat segera bert indak unt uk menyelamat kan Keraj inan Bi-day dari klaim Malaysia. "Menurut saya di dunia ini, saya hanya pernah melihat Keraj nan Biday it u hanya ada di Seluas, Jagoi dan Siding. Ini adalah aset daerah kit a yang dimiliki oleh negara, "18

Masyarakat Dayak pada umumnya men-j ual biday masih dalam bent uk sederhana, apa adanya dan belum mendapat kan sent uhan t eknologi. Kondisi it u t ernyat a menj adi kesem-pat an bagi Malaysia memperbaiki dengan kua-lit as lebih baik kemudian dij ual lagi kepada pihak lain. Menurut Camat Jagoi Babang. sudah menj adi rahasia umum kalau keraj inan bidai yang masuk ke Malaysia it u sudah berubah dan mereka j ual kembali. Dan menurut dia, bahwa masyarakat sebenarnya t elah memint a kepada

16

Biday merupakan ker aj i nan t angan t erbuat dari rot an, yang hasil nya ber upa t ikar, t as, dan l ain sebagai nya.

17

Wawancar a dengan Bupat i Bengkayang Suryadman Gi -dot , pada 24 Jul i 2010 di Kant or Bupat i Bengkayang.

18

Ibi d

Dinas Perindust rian dan Perdagangan set empat agar melakukan koordinasi dengan Dinas Perin-dust rian dan Perdagangan Provinsi Kalbar t er-kait masalah ini.

Belum adanya perlindungan hukum t er-hadap barang hasil karya penduduk asli sepert i biday, permasalahan hukum yang sering t erj adi di pasar perbat asan adalah penyelundupan yang sudah bersif at “t r ansbor der s cr i mes” at au “t r ansnat ional cr i mes” , sepert i illegal logging sert a berbagai komodit i lain sepert i rokok, ba-t ik, saba-t wa/ f auna (anggrek alam) yang dilin-dungi. Karena nilai j ualnya yang sangat t inggi menj adikan barang at au komodit i ini menj adi salah sat u barang yang diperj ual belikan secara illegal di pasar yang ada di daerah Perbat asan kedua negara t ersebut .

Barang-barang t ersebut adalah barang-barang yang mudah dan laku dij ual di daerah Malaysia, bahkan dilihat dari sisi ekonomi lebih mengunt ungkan j ika dij ual ke pasar dalam negeri. Hal ini dikarenakan nilai t ukar dan nilai mat a uang Malaysia (ringgit ) lebih t inggi j ika dibandingkan dengan mat a uang rupiah.19

Masyarakat t idak pernah menyadari bah-wa akt ivit as t ersebut merupakan perbuat an yang dilarang menurut hukum negara, sehingga pola penyelesaiannya yang dilakukan oleh ma-syarakat — j ika t erj adi persoalan diant ara me-reka — adalah dengan menyelesaikan secara damai ant ara kedua belah pihak karena dinilai lebih ef ekt if . Pada hal persoalan t ersebut mun-cul ant ara dua subyek hukum yang berbeda, baik t empat domisilinya maupun sist em hukum-nya, sehingga pluralit as hukum yang melingkupi akt ivit as perdagangan di perbat asan t idak ha-nya memperlihat kan aspek hukum lokal sema-t a, sema-t esema-t api j uga sudah menyensema-t uh aspek hukum nasional bahkan aspek hukum int ernasional.20

19 Wawancar a dengan Ket ua LSM LIRA Kabupat en Si nt ang. 20 Masaj i Chi ba, “ The Int er medi at e Vari abl e Of Legal

(8)

Sepert i diket ahui bahwa pasar yang ada di daerah perbat asan merupakan t empat ber-t emunya berbagai macam kalangan yang memiliki perbedaan budaya, keyakinan, agama bahkan perbedaan asal negara. Dan basis sosial hukum selalu t erkorelasi dengan budaya, ke-yakinan, agama dan bahkan ideologi, sehingga menj adikan hukum yang ada j uga berbeda. Sehingga dalam perspekt if pluralisme hukum, adanya berbagai macam sist em hukum yang ada di Pasar, sepert i sist em hukum Masyarakat Lo-kal (Masyarakat dayak), sist em hukum Nasional masing-masing negara (Indonesia dan Malaysia Ut ara), sert a berlakunya ket ent uan hukum Int ernasional.

Masyarakat dayak Iban yang ada di Pasar Perbat asan misalnya, keberadaan hukum adat mereka masih t et ap dipanut i dan t et ap menj adi pedoman ut ama mereka dalam melakukan in-t eraksi di pasar, karena hukum adain-t mereka (Masyarakat Dayak Iban) sulit hilang dalam ranah kehidupan mereka meski upaya meng-hilangkannya t elah dilakukan dengan mem-perkuat keberadaan hukum nasional di t engah kehidupan sosial mereka.21 Demikian j uga hal-nya dengan para pembeli yang berasal dari Negara Malaysia, dalam melakukan akt ivit as di Pasar mereka masih t et ap berpegang t eguh kepada t radisi hukum mereka, yang umumnya berbasiskan pada hukum islam, pada hal hukum int ernasional sendiri t elah melet akkan norma universal berkenaan dengan kehidupan negara yang bert et angga.

21

Dari penel it i an yang dil akukan ol eh Gordon dan Meggit t (1985); Moore (1986); Ot t l ey dan Zorn (1983), memperl ihat kan bahwa eksi st ensi hukum l okal at au hukum adat t idakl ah hil ang dengan begit u saj a seir ing dengan menguat nya hukum nasional suat u Negar a bahkan dengan di j aj ah sekal i pun. Lebih j auh l ihat Jennif er Corri n Care and Jean G. Zorn; “ Legi sl at ing Pl ural i sm St at ut or y ‘ Devel opment s’ In Mel anesian Cus-t omar y Law” , dal am Jour nal Of Legal Pl ur al i sm, No. 46, 2001, hl m. 51; F. von Benda-Beckmann, “Fr om t he Law of Pr i mi t i ve Man t o Soci o-Legal St udy of Compl ex Soci et i es” , Ant ropol ogi Indonesia, Maj al ah Ant ropol ogi Sosial dan Budaya No. 47 Tahun XIII, 1989, Jakart a: FISIP UI. Li hat dan bandingkan dengan Sunaryat i Hart ono, ” Kebij akan Pembangunan Hukum Menuj u Si st em Hukum Nasi onal ” , Jur nal Anal i si s CSIS, 1993-1;

dan I Nyoman Nur j aya, “ Pl ur al isme Hukum Sebagai Inst rumen Int egrasi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” , Maj al ah For um Keadi l an, No. 51, 30 Apr il 2006

Tidak j arang persoalan, sepert i menj ual secara bebas barang-barang hasil karya masya-rakat set empat at au hasil alam yang seharusnya dilindungi oleh dokumen negara, yang ada di pasar daerah perbat asan t ak t erselesaikan de-ngan baik lant aran adanya perbedaan persepsi t ent ang keberadaan hukum yang ada di Pasar t ersebut . Masyarakat Dayak misalnya, Biday dipahami oleh mereka sebagai bent uk karya yang t idak perlu mendapat kan perlindungan hukum sebagai Hak Kekayaan Int elekt ual dari negara, karena it u merupakan t radisi yang su-dah lama ada pada masyarakat yang ber-sangkut an, miskipun menurut Hukum Negara perlu mendapat kan perlindungan hukum.

Demikian j uga perkawanian yang t erj adi ant ara penduduk yang berasal dari Kalimant an Barat dengan penduduk yang berasal dari Ku-ching (Malaysia Ut ara) t idak pernah at au j arang dilakukan dengan mendasarkan pada ket ent uan hukum yang berlaku, baik hukum yang berlaku menurut hukum negara Indonesia at aupun Ma-laysia. Persoalan ini sesungguhnya t idaklah se-derhana, sebab menyangkut keberadaan dua warga negara yang t unduk pada hukum yang berbeda, sert a akan menimbulkan persoalan hukum — t erut ama persoalan hukum kewarga-negaraa — t erhadap anak-anak mereka kelak di kemudian hari.

(9)

me-nangani persoalan-persoalan di kawasan per-bat asan Negara. Namun yang perlu digaris ba-wahi bahwa keberadaan hukum adat (hukum lokal) yang ada pada masyarakat di sepanj ang perbat asan masih belum mendapat kan perha-t ian dalam kedua aperha-t uran perha-t ersebuperha-t

Penut up Simpulan

Berdasarkan permasalahan dan hasil pe-nelit ian, penulis menyimpulkan, per t ama, ber-dirinya pasar di perbat asan pada dasarnya t idak diket ahui secara past i kapan mulai ada, t et api dari ket erangan penduduk sekit ar, bahwa pasar di daerah perbat asan t ersebut ramainya diper-kirakan sej ak 1900-an. Kedua, pola penyelesai-an ypenyelesai-ang diambil oleh masyarakat , j ika t erj adi persoalan at au sengket a dagang ant ara pedagang dan pembeli, lebih menekankan pada proses damai, dan menghindari penyelesaian melalui badan at au lembaga f ormal sepert i pengadilan at aupun Kepolisian. Hal ini t erj adi karena ada kekhawat iran dari masyarakat j ika hal ini dilaporkan ke lembaga f ormal maka bukan menyelesaikan persoalan, t et api j ust ru menimbulkan permasalahan baru, sepert i hilangnya pelanggan mereka.

Saran

Berdasarkan uraian di at as, ada beberapa rekomendasi yang penelit i aj ukan, diant aranya adalah diperlukan adanya penelit ian lanj ut an yang berkenaan dengan mekanisme penyelesai-an, baik yang berasal dari sist em hukum masya-rakat set empat , penyelesaian hukum menurut sist em hukum negara Serawak sebagai negara bagian Malaysia, sert a sist em penyelesaian me-nurut hukum Indonesia, agar diperoleh bent uk perlindungan hukum yang mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum int ernasional, Nasional sert a t et ap memperhat ikan t at anan hukum yang berlaku dalam masyarakat (lokal).

Daft ar Pust aka

Abubakar, Must af a. 2006. Menat a Pul au-pul au Keci l Per bat asan: Bel aj ar dar i Kasus Si padan, Li gi t an dan Sebat i k. Jakart a: Penerbit Buku Kompas;

Benda, F. Von and Beckmann. “ From t he Law of Primit ive Man t o Socio-Legal St udy of Complex Societ ies” . Ant r opol ogi Indone-si a. Maj alah Ant ropologi Sosial dan Buda-ya No. 47 Tahun XIII. 1989. Jakart a: FISIP UI;

Budhisant oso, S. “ Pembinaan dan Pengembang-an KebudayaPengembang-an Nasional”, Jur nal Kebu-dayaan No. 4 Tahun II 1992/ 1993, Jakar-t a: DeparJakar-t emen Pendidikan dan Kebuda-yaan;

Budiyat i, Sri. “ Pasar Tradisional dengan St ruk-t ur Bangunan Berruk-t ingkaruk-t : Siapa yang Diunt ungkan” , Newsl et t er SMERU. Lem-baga Penelit ian SMERU No. 22. April-Juni 2007;

---. “ Quo Vadis Pasar Tradisional” .

Newsl et t er SMERU. Lembaga Penelit ian SMERU. No. 22. April-Juni 2007;

Care, Jennif er Corrin and Jean G. Zorn; “ Legislat ing Pluralism St at ut ory Develop-ment s In Melanesian Cust omary Law” .

Jour nal Of Legal Pl ur al i sm. No. 46. Tahun 2001;

Chiba, Masaj i. “ The Int ermediat e Variable Of Legal Concept s” , Jour nal Of Legal Pl ur al i sm. No. 41. Year 1998;

Erlyn. “ Legal Const ruct ivism: Paradigma Baru Pendidikan Dalam Rangka Pembangunan Masyarakat Madani” , Maj al ah Il mi ah Masal ah-Masal ah Hukum, Vol. XXX, No. 3, Juli – Sept ember 2001;

Firdaus, M. “ The Int egrat ed Empowerment of Women, Micro and Small Scale Traders”, Newsl et t er SMERU. No. 22. April-Juni 2007. Lembaga Penelit ian SMERU;

Galant er, Marc. “ Why t he “ Haves” Come Out Ahead: Speculat ions on t he Limit s of Legal Change” , Law and Soci et y Revi ew

Vol. 9. Year 1974;

Grif f it hs, John. “What is Legal Pl ur al i sm” . Jour nal of Legal Pl ur al i sm and Unof f i cai l Law. No. 24. Year 1986;

Hart ono, Sunaryat i. ” Kebij akan Pembangunan Hukum Menuj u Sist em Hukum Nasional” ,

Jur nal Anal i si s CSIS, 1993-1;

Hut omo, Suripan Sadi. “ Nilai Budaya Indonesia Dalam Sast ra Jawa”, Jur nal Kebudayaan

No. 2, 1991/ 1992, Jakart a: Depart emen Pendikan dan Kebudayaan;

(10)

Maj id, M. Dien. 1988. Pasar Angkup (St udi Ka-sus Per i l aku Pasar ). Jakart a: PT. Pust aka Graf ika Kit a;

Mart ha, Marie Kleinhans & Roderick A. Macdonald. “ What is a Crit ical Legal Pluralism” , Canadi an Jour nal of Law and Soci et y. Vol. 2 No. 2. Year 1997;

Merrit . “ On Quest ions Following Quest ions” .

Language i n Societ y 5. 1978;

Merry, Sally Engle. “ Legal Pluralism”. Law and Soci et y Review. Vol. 22. Year 1988; Nast it i, Tit i Surt i. 2003. Pasar di Jawa Masa

Mat ar am Kuna Abad VIII-IX Masehi. Ja-kart a: PT. Dunia Pust aka Jaya;

Nugroho, Ganj ar. Dominasi -Habi t asi Pasar Dan Int egr asi Resist ensi St r uct ur al Wong Ci -l i k, Makalah Workshop Asian St udying Cult ural in Asian Cont ext , Kunci Cult ural St udies Cent er di Yogyakart a t anggal 16-17 Mei 2002;

Nurj aya, I Nyoman. “ Pluralisme Hukum Sebagai Inst rumen Int egrasi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” . Maj al ah For um Keadi l -an. No. 51. 30 April 2006;

Part igo, Polt ak. (ed). 2004. Bat as-bat as Wi l a-yah dan Si t uasi Per bat asan di Indonesia: Ancaman t er hadap Int egr it as Ter i t or i al. Jakart a: Tiga Put ra Ut ama;

Plat t ner. “ Economic Decision Making in a Public Market -place” . Amer i can Et hnologi st 9. Year 1982;

Poesoro, Adri. “ Pasar Tradisional Di Era Per-saingan Global” . Newsl et t er SMERU No. 22. April-Juni 2007. Lembaga Penelit ian SMERU;

Polonyi, Karl. et . al. (ed). 1971. Tr ade and Mar -ket i n The Ear l y Empir es: Economi cs i n

Theor y And Hi st or y, Chicago: Henry Reg-nery Company;

Prat t is, JI. “ Synt hesis, or a New Problemat ic in Economic Ant hropology” , Jour nal of Theor y and Soci et y. Vol. 11. Year 1982; Sandin, B. “ The West ward Migrat ion of t he Sea

Dayaks” , The Sar awak Museum Jour nal

Vol. 7. Year 1956. Kuching: Museum Sara-wak;

St oler, A. “ Garden Use and Hosehold Economy in Rural Java” . Bul l et i n of Indonesi an Economi c St udies Vol. 14 No. 2. Tahun 1981;

Sumint arsih. 2007. “ Perilaku Ekonomi Penduduk di Daerah Perbat asan Pacit an – Wonogi-ri” . Jur nal Pat r awi dya, Vol. 8 No. 3. Sept ember 2007;

Suparlan, Parsudi. “ Paradigma Nat uralist ik dalam Penelit ian Pendidikan: Pendekat an Kualit at if dan Penggunaannya”, Maj al ah Ant r opol ogi Indonesi a No. 53, Vol. 21 – 1997. Jakart a: FISIP UI Jakart a;

Sut j ipt o, FA. ” Beberapa Tj at at an Singkat Ten-t ang Pasar-Pasar Di Dj awa Tengah (Abad 17-18)”. Bul et in Fakul t as Sast r a dan Ke-budayaan. No. 3. 1970;

Wilson. “ Adapt at ion t o Uncert aint y and Small Number Exchange: The New Sugland Fish Market ” . Jour nal of Economi c. Vol. 11. Year 1980;

Swasono, Sri Edi. “ Kebudayaan dan Ekonomi: Kedaulat an Rakyat , Demokrasi Ekonomi dan Kepent ingan Nasional (Pendekat an Normat if )” . Jur nal Kebudayaan. No. 4 Tahun II. Tahun 1992/ 1993;

Referensi

Dokumen terkait

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Contoh 2 yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun

Dengan melakukan visualisasi dan pemetaan terhadap data kedalaman air yang diperoleh akan memudahkan petugas atau tenaga ahli yang bekerja untuk melakukan analisa

Pengembangan yang dimaksud yaitu suatu proses yang sistematis dalam rangka menghasilkan produk berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan materi pembelajaran

Berdasarkan Tabel 5, pada indikator yang pertama, yaitu tentang pengaruh hambatan terhadap kuat arus dalam sebuah rangkaian listrik seri, yang terdiri dari 8

jerapah leher pendek lebih rentan terhadap cuaca ekstrim yang terjadi pada

Klorida, dalam kelarutan garam klorida senyawa NaCl dan KCl larut dalam akuades dan memiliki perubahan warna yang sama yaitu putih bening.. Fosfat, dalam kelarutan garam

Judul Skripsi : Kajian Potensi Industri Kuliner Dalam Membentuk Lingkungan Kreatif (Studi Kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah).. Nama Mahasiswa :

ü Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat.