• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS MODUS OPERANDI KEJAHATAN ANAK DI BANDAR LAMPUNG email: hadi_ryuyahoo.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS MODUS OPERANDI KEJAHATAN ANAK DI BANDAR LAMPUNG email: hadi_ryuyahoo.com"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

SATRIO NUR HADI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015

ANALISIS KRIMINOLOGIS MODUS OPERANDI KEJAHATAN ANAK DI BANDAR LAMPUNG

(2)

ANALISIS KRIMINOLOGIS MODUS OPERANDI KEJAHATAN ANAK DI BANDAR LAMPUNG

Satrio Nur Hadi, Sunarto, Firganefi email: hadi_ryu@yahoo.com

Abstrak

Kejahatan yang dilakukan oleh anak di kota Bandar Lampung saat ini sudah sangat beragam, dari lapisan sosial yang beragam pula, dengan rata-rata usia sekolah yang terpengaruh dari beberapa faktor, dan dampaknya sangat meresahkan masyarakat secara umum. Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah modus operandi kejahatan anak di Bandar Lampung dan apakah faktor penyebab kejahatan anak di Bandar Lampung. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis normatif dan Pendekatan yuridis empiris. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan modus operandi kejahatan yang dilakukan oleh anak di kota Bandar Lampung saat ini beragam dengan pola kejahatan yang beragam pula, namun hal tersebut sangat ditentukan oleh beberapa faktor baik internal (Mental Disorder) kepribadian maupun faktor eksternal. Pembahasan dari faktor eksternal yang melibatkan Faktor Lingkungan Keluarga, Faktor Lingkungan sekolah, Faktor lingkungan pergaulan, Faktor mass media atau media massa. Penulis memandang perlu langkah-langkah penanganan tindakan secara Preventif, Tidakan hukuman, Tindakan kuratif, danperlu adanya aspek pendidikan, pendidikan agama yang berfondasi kepada nilai-nilai moral, dan pola pendidikan yang menuntun anak kearah padat karya, jadi anak disini memiliki kegiatan positif dapat menjadi solusi untuk melepaskan dari kondisi yang sulit secara ekonomi.

(3)

ANALYSISCRIMINOLOGICAL MODECRIMEOPERANDI CHILDRENINBANDAR LAMPUNG

Satrio Nur Hadi, Sunarto, Firganefi email: hadi_ryu@yahoo.com

Abstract

Crimes committed by children in the city of Bandar Lampung is now very diverse, from diverse social strata as well, with the average age of the affected schools of several factors, and the impact is very disturbing the public in general. The problem in this paper is how modus operandi in Bandar Lampung child crime and crime child Is causative factor in Bandar Lampung. Approach to the problem which is used in this paper is a normative juridical approach and empirical juridical approach. Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the development of the modus operandi of crimes committed by children in the city of Bandar Lampung currently vary with patterns for different crimes, but it is so determined by several factors, both internal (Mental Disorder) and personality external factors. Discussion of the external factors involving the Family Environment Factors, Environmental Factors school, social environment factors, factors mass media or mass media. The author considers it necessary countermeasures Preventive action, act of punishment, curative action, and the need for aspects of education, religious education berfondasi to moral values, and patterns of education that lead children toward labor intensive, so the children here have positive activities can be a solution for the release of the difficult

economic conditions.

(4)

I. PENDAHULUAN

Kejahatan anak merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi saat ini. Bentuk dan modusnya pun semakin beragam, mulai dari tindak kejahatan ringan, sampai ke tindak kejahatan berat. Arus globalisasi dan modernisasi dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab atau pendorong banyak terjadinya kejahatan anak saat ini, ataupun disintegrasi moral dimana norma agama, kesusilaan, adat istiadat, maupun norma lain yang ada dan hidup dalam masyarakat, tidak lagi diperhatikan dan ditaati oleh para anak-anak maupun remaja. 1

Peran pemerintah, masyarakat, sampai ke peran keluarga, dan orang tua sangat diperlukan dalam menanggulangi dan menindaklanjuti permasalahan kejahatan anak saat ini. Dimana saat ini tindak kejahatan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa seperti pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP), pencurian dengan Tindak Kekerasan (Pasal 365 KUHP), Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan (Pasal 285-293 KUHP), maupun tindak Pembunuhan, dan

Pembunuhan Berencana (Pasal 338, dan 340 KUHP), telah banyak dilakukan oleh para anak-anak maupun remaja saat ini. Hal ini tentunya menandakan bahwa kondisi anak maupun remaja saat ini, sedang dalam kondisi kritis dan sangat memprihatinkan.

Perlunya suatu pemecahan masalah dalam menanggulangi dan menindaklanjuti hal ini sangatlah

1

Wikipedia,Globalisasi,http://id.wikipedia.or

g/wiki/Globalisasi diakses pada tanggal 8 Agustus 2014, pada pukul 9. 15 Wib.

diharapkan, dimana anak sebagai generasi penerus ,dan merupakan sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian khusus, yang menentukan nasib bangsa kedepannya, dimana perkembangan globalisasi ekonomi, teknologi, dan modernisasipun semakin maju dan meningkat2. Modus Operandi yang semakin berkembang pada saat ini, menjadikan anak sudah dapat melakukan pencurian seperti pencurian kendaraan bermotor dengan cara yang berbeda-beda mulai dari membuat kunci duplikat palsu, melakukan pembegalan secara berkelompok, merusak gembok atau kunci pengaman dengan alat-alat tertentu dan dengan tekhnik tertentu, sampai membawa lari kendaraan orang lain dengan modus meminjam atau menyewa. Anak yang berkonflik dengan hukum pada kasus penyalahgunaan narkoba sendiri, terjadi dengan Modus Operandi penjualan narkoba di kalangan remaja secara bebas, bahkan anak sudah menjadi pengedar atau penjualan narkoba yang beroperasi di kalangan teman-temannya, bahkan sampai menembus jenjang instansi pendidikan atau di lingkungan sekolahannya. Untuk anak yang berkonflik dengan hukum pada kasus penganiayaan, biasanya terjadi dengan modus operandi perkelahian antar pelajar, pengroyokan, atau tawuran yang sampai memakan korban luka-luka, bahkan meninggal dunia. Anak yang berkonflik dengan hukum pada kasus pemerkosaan, anak sudah dapat melakukan salah

2

Wulan Yulian, Dampak Globalisasi di

Beberapa Aspek Kehidupan, http://www.slideshare.net/99yuda/makalah-

(5)

satu tindak pidana kesusilaan ini terhadap teman-teman sebayanya, baik di lingkungan sekolahan maupun di lingkungan rumah atau tetangganya, dengan modus operandi yang semakin berbeda-beda pula, mulai dari bujukan/rayuan, sampai dengan modus pemberian hadiah atau imbalan.

Berdasarkan keterangan di atas dapat dibuktikan bahwa saat ini kebanyakan anak bukan lagi sebagai korban tindak kejahatan, melainkan pelaku dari tindak kejahatan itu sendiri. Karena itu anak yang melakukan tindak kejahatan tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari pemerintah, maupun masyarakat mulai dari upaya pencegahan, sampai upaya penanggulangannya, yang dalam hal ini disebut sebagai politik kriminal/criminal policy melalui saran penal dan non penalnya. Peradilan Pidana Anak merupakan suatu peradilan yang khusus menangani perkara anak. Penyidik Anak, Penuntut Umum Anak, Hakim Anak, Petugas Pemasyarakatan Anak, merupakan satu kesatuan yang termasuk dalam suatu sistem yang disebut denagan Sistem Peradilan Anak (Juvenille Justice System3), bertujuan untuk menanggulangi kejahatan anak, sekaligus juga diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada anak yang mengalami masalah dengan hukum. Proses Peradilan Anak mulai dari penyidikan, penuntutan, pengadilan, dan dalam menjalankan putusan pengadilan di Lembaga Pemasyarakatan Anak wajib

3

Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi

dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Yogyakarta: Genta Publishing, 2011, hlm. 26.

dilakukan oleh pejabat-pejabat yang terdidik khusus atau setidaknya mengetahui tentang masalah Anak yang melakukan kejahatan. Perlakuan selama proses Peradilan Pidana Anak harus memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan anak dan tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat anak tanpa mengabaikan terlaksananya keadilan, dan bukan membuat nilai kemanusiaan anak menjadi lebih rendah.

Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

(1) Bagaimanakah Modus Operandi Kejahatan Anak di Bandar Lampung. (2) Apakah Faktor penyebab

Kejahatan Anak di Bandar Lampung. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis normatif yaitu adalah penelitian yang dilakukan dengan cara melihat, menelaah, mengenai beberapa hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, konsep-konsep, peraturan hukum dan sistem hukum yang berkenaan dengan skripsi ini atau sering disebut sebagai suatu

library research.

(6)

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Modus Operandi Kejahatan Anak di Bandar Lampung. Sebelum penulis melakukan pembahasan mengenai Modus Operandi Kejahatan Anak di Bandar Lampung, penulis akan menyajikan beberapa pendapat ahli mengenai teori-toeri kriminologi yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Pembahasan secara teori kriminologi di atas, seperti yang dikemukakan oleh Sutherland yang membangun pemikirannnya secara sistematis dalam mengamati nilai-nilai delinquent distrasmisi dari suatu generasi ke generasi berikutnya, teori ini juga dikenal dengan istilah

Diferential Association Theory.

Dengan di ajukannya teori ini, Sutherland ingin menjadikan pandangannnya sebagai teori yang dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya kejahatan. Dalam rangka tersebut, Sutherland kemudian melakukan studi tentang kejahatan

White-Collar agar teorinya dapat

menjelaskan sebab-sebab kejahatan, baik kejahatan konvensional maupun kejahatan White Collar. Substansi yang menjadi ruang lingkup teori ini adalah : Teori ini relatif mampu untuk menjelaskan sebab-sebab timbulnya kejahatan akibat penyakit sosial. Teori ini mampu menjelaskan bagaimana seseorang karena adanya atau melalui proses belajar menjadi jahat. Teori ini berlandaskan kepada fakta dan bersifat rasional.4

Selanjutnya Sutherland juga menjelaskan bahwa; ketika tingkah laku kriminal dipelajari,

pembelajaran itu termasuk mengenai

4

Topo Santoso dan Eva Achajani Zulfa, Op

Cit hlm, 74

teknik-teknik melakukan kejahatan yang kadang sangat sulit, kadang sangat mudah dan arah khusus dari motif-motif, dorongan-dorongan, rasionalisasi-rasionalisasi, dan sikap-sikap. Deliquent muda bukan saja belajar bagaimana mencuri di toko, membuka kotak, membuka kunci, dan sebagainya, tapi juga belajar bagaimana merasionalisasi dan membela tindakan-tindakan mereka. Seorang pencuri akan ditemani pencuri lain selama waktu tertentu sebelum dia melakukan sendiri, dengan kata lain para penjahat juga belajar ketrampilan dan memperoleh pengalaman.5

Kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak juga dapat dipahami melalui teori tentang Mental Disorder (kekacauan mental), keadaan ini digambarkan oleh seorang dokter perancis bernama Philippe Pinel sebagai manie sans delire (madness

without confusion), atau oleh dokter

Inggris bernama James C. Prichard

sebagai “moral insanity” dan oleh

Gina Lombroso-Ferrero sebagai

“irresistible atavistic impulses”.

Dewasa ini penyakit mental tadi disebut sebagai psychopathy atau

antisocial personality, yang berarti

suatu kepribadian yang ditandai oleh suatu ketidakmampuan belajar dari pengalaman, kurang

kehangatan/keramahan, dan tidak merasa berasalah.6

Penjelasan mengenai beberapa pendapat atau teori dari para ahli ilmu kriminologi di atas, menjadikan dasar bagi penulis untuk menganalisa ragam bentuk kejahatan tentang bagaimana, cara para deliquent melakukan kejahatannya, baik secara internal atau kepribadian pelaku

5Ibid,

hlm 76.

6Ibid,

(7)

kejahatan, maupun faktor ekternal yang menyebabkan terjadinya kejahatan.

Selanjutnya penulis mengungkap fakta kejahatan yang terjadi di Kota Bandar Lampung, bahwa kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak

(Juvenile Delinquency) kerap terjadi

disebabkan oleh faktor-faktor ekternal, seperti kecendrungan anak-anak untuk meniru-niru, seperti yang mereka lihat baik di dalam lingkungan keluarga, pendidikan, maupun dari media massa. Lalu anak-anak tersebut berkumpul dan timbul hasrat untuk melakukan kejahatan baik sendiri-sendiri ataupun bersama, dengan memimjam istilah dari Kartini Kartono sebagai

Geng Delinquent.

Selanjutnya penulis menjelaskan pengertian istilah mengenai Modus dalam arti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah cara, sedangkan definisi dari modus adalah bentuk verba yang mengungkapkan suasana kejiwaan sehubungan dengan perbuatan menurut tafsiran pembicara tentang apa yang diucapkannya. Sedangkan operandi adalah operasi atau cara atau tekhnik yang berciri khusus dari seseorang penjahat dalam melakukan perbuatan jahatnya.7

Kejahatan sendiri memiliki arti suatu perbuatan yang melanggar norma hukum (Hukum Pidana), perilaku yang merugikan, perilaku yang menjengkelkan, atau perilaku yang imbasnya menimbulkan korban. Dan menurut pandangan kriminologi di indonesia, kejahatan dipandang

7

Mochamad, modus kejahatan, http/modus

kejahatan-blogspot.com diakses pada tanggal 21 September 2014, pada pukul 8.30 Wib.

sebagai pelaku yang telah diputus pengadilan (Labeling Theory), perilaku yang perlu deskriminalisasi, populasi pelaku yang ditahan, perbuatan yang melanggar norma, perbuatan yang mendapatkan reaksi sosial.

Jadi dapat diketahui bahwa modus operandi kejahatan adalah suatu cara atau mode yang diterapkan melalui suatu cara atau tekhnik yang bercirikan dan bersifat khusus, untuk melakukan suatu perbuatan yang melanggar aturan norma hukum pidana, dan menimbulkan kerugian atau menimbulkan korban.

Pembahasan mengenai

(8)

dinyatakan oleh pranata peradilan pidana.8

B. Faktor Penyebab Kejahatan Anak Di Bandar Lampung Menurut Sri Indah Utari, ada tiga pendekatan dalam kriminologi dalam upaya mempelajari kejahatan, yaitu;

pertama, pendekatan deskriptif,

yakni pendekatan dengan cara melakukan observasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti bentuk tingkah laku kriminal, bagaimana kejahatan dilakukan, frekuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang berbeda, ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin, dan sebagainya,serta perkembangan karir seorang pelaku kejahatan.

9

Pemahaman kejahatan melalui pendekatan deskriptif ini dikenal sebagai Fenomenologi atau

simptomatologi. Atau dalam bahasa

Indonesia adalah Ilmu yang mempelajari tentang Fenomena, dan gejala-gejala terjadinya suatu tindak pidana. Kedua, pendekatan sebab-akibat, fakta-fakta yang terdapat dalam masyarakat dapat ditafsirkan untuk mengetahui sebab-musabab kejahatan, baik dalam kasus-kasus yang bersifat individual maupun yang bersifat umum. Ketiga, pendekatan secara normatif.

Kriminologi dikatakan sebagai

idiographic-discipline dan

nomothetic-discippline. 10Dikatakan

sebagai idiographic-discipline, oleh karena krimnologi mempelajari tentang fakta-fakta,sebab-akibat, dan kemungkinan- kemungkinan dalam

kasus yang bersifat individual. Sedangkan yang di maksud dengan

nomothetic-discippline adalah

bertujuan untuk menemukan dan mengungkapkan hukum-hukum yang bersifat ilmiah, yang diakui keseragaman dan kecendrungan- kecendrungannya.11

Menurut Kartini Kartono, perbuatan pidana yang dilakukan oleh anak terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu: 1. Faktor Intern.

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, faktor yang mendorong anak melakukan perbuatan pidana yang berasal dari dirinya sendiri yang meliputi beberapa hal yaitu: dengan teman-teman senasib dan sebaya menjadi kesukaan untuk meniru-niru.

e. Kecenderungan pembawaan yang patologis.

f. Konflik bathin sendiri dan kemudian mempergunakan mekanisme pelarian diri yang irasional.12

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anak didik

(9)

Lampung yang bernama AHMAD AKTAHUL, salah satu penyebab anak melakukan kejahatan adalah kondisi kejiwaan yang Labil, Kecendrungan emosional yang tidak terkendali dan atau pubertas, rasa ingin tahu tanpa dibatasi oleh norma atau nilai-nilai moral yang positif.

2. Faktor ekstern.

Menurut Kartini Kartono Faktor ekstern adalah faktor yang lahir dari luar dari anak faktor ini terdiri dari beberapa hal yaitu:

a. Faktor Lingkungan Keluarga. Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap seorang anak. Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam kehidupan seorang anak dan dari keluarga pula untuk pertama kalinya anak mendapat pendidikan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bimo Walgito mengenai arti keluarga bagi anak adalah merupakan tumpuan pendidikan anak. Keluarga pertama-tama bagi anak, dan dari keluarga pulalah anak pertama-tama akan menerima pendidikan , karena keluarga mempunyai perannan penting dalam keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan IPDA EVI TRIANTI, bahwasannya Perkembangan modus operandi kejahatan anak pada saat ini, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, khususnya menyangkut modernisasi dan globalisasi yang semakin berkembang pesat, faktor apakah menurut pendapat bapak/ibu yang paling mempengaruhi atau

menentukan perkembangan modus operandi kejahatan anak tersebut13.

Yang mempengaruhi anak untuk melakukan kejahatan anatar lain bisa dari faktor internal maupun eksternal, antara lain :

a. Internal, seperti,

perkembangan jiwa yang tidak sehat, kepribadian yang cendrung bersifat negatif, pubertas atau masa pencarian jati diri sehingga adanya keinginan untuk mencoba melakukan tantangan dengan melakukan kejahatan, belum sadar atau paham dengan perbuatan yang dilakukan dan

sanksi yang akan

didapatkan/kurangnya kesadaran hukum.

b. Eksternal, seperti, keadaan ekonomi yang kurang, kurangnya perhatian atau didikan orang tua dan keluarga, pergaulan yang cendrung negatif, pengaruh perkembangan teknologi informasi seperti internet yang bisa dengan mudah mengakses hal-hal yang bersifat negatif, acara atau tontonan di televisi yang tidak mendidik, pergeseran nilai dan norma yang ada di masyarakat seperti hal yang dulu tabu menjadi hal yang biasa14.

b. Faktor Lingkungan sekolah.

Bambang Muliyono menegaskan

bahwa” sekolah merupakan

tempat pendidikan formal yang

13

Wawancara terhadap Kanit PPA Sat Reskrim Polresta Bandar Lampung. 14

(10)

mempunyai peranan untuk mengembangkan anak-anak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuanya yang bertujuan

agar anak belajar

mengembangkan kreatifitas

pengetahuan dan

keterampilan”.15

Masalah pendidikan disekolah bisa menjadi motifasi dariluar yang bisa mendorong anak untuk melakukan suatu perbuatan yang menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menggaggu proses belajar mengajar anak didik yang pada giliranya dapat memberikan peluang bagi anak didik untuk berperilaku menyimpang, kondisi sekolah yang tidak sehat bisa menyebabkan karena :

a. Sarana dan prasarana

sekolah yang tidak memadai

b. Kualitas dan kuantitas

Hal yang perlu diperhatikan yaitu sesuai dengan perkembangan keadaan pada waktu sekarang ini adalah diantara anak-anak yang memasuki sekolah tidak semuanya berwatak baik (misalnya ada yang penakut, ada yang patuh dan adapula anak yang keras kepala dan tidak dapat diatur. Bahkan tidak jarang dijumpai dalam suatu sekolah yang anak didiknya suka

15

Bambang Muliyono dalam Sri Indah

Utari, S.H, Op cit, hlm. 21.

merokok dan mengkonsumsi obat-obat terlarang. Sikap-sikap tidak disiplin seperti inilah yang dapat berpengaruh besar kepada anak yang pada awlnya bermental baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan LEOABRAHAMSYAH, bahwa faktor penyebabnya melakukan kejahatan, salah satunya ; Kurangnya perhatian dan pengawasan orangtua terhadap anaknya, Terbawa pergaulan tidak baik pada awalnya, sekedar coba-coba lalu ketagihan, dan menjadi kurir dan pengedar karena tergiur keuntungan yang cukup besar, Mudah diaksesnya barang haram tersebut, sehingga anak di bawah umur pun/pelajar dapat mendapatkan barang haram tersebut dengan mudah.16

b. Faktor lingkungan pergaulan.

Masyarakat merupakan tempat pendidikan ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah, karena anak disamping berinteraksi dengan anggota keluarganya juga akan memasuki pergaulan yang labih besar lagi yaitu lingkungan masyarakat disekitarnya.

Pengaruh yang diberikan lingkungan pergaulan besar sekali dan bahkan terkadang dapat membawa perubahan besar dalam kehidupan keluarga. Dari lingkungan keluarga ini seorang anak akan banyak menyerap ahal-hal baru yang dapat mempengaruhinya, untuk

16

Wawancara terhadap 4 (empat) orang ADIKMAS Lapas Anak tingkat III Bandar

(11)

bertingkah laku lebih baik atau sebaliknya menjadi buruk.

Pengaruh pergaulan dengan lingkunagan tempat tinggal seperti yang dikemukakan oleh A. Qirom Syamsudin Meliala, bahwa sudah merupakan naluri manusia untuk berkumpul dengan teman-teman bergaul. Tapi pergaulan itu akan menimbulkan efek yang baik dan yang tidak baik pula. Efek yang tidak baik akan mendorong anak yang tidak mendapat bimbingan yang baik dari orang tuanya menjadi terperosok pada hal-hal yang negatif. 17

Proses pembentukan

keperibadian anak biasanya mulai dan berkembang pada saat anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkumpul dengan teman-temanya. Dengan demikian pengaruh lingkungan pergaulan terutama pengaruh dari teman-teman mainya sangat besar bagi anak dapat melakukan apa yang dianggap baik menurutnya dan apa yang menjadi sumber bagi anak untuk melakukan perbuatan menyimpang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan RIKO PURNOMO dapat ditarik kesimpulan bahwasannya anak melakukan kejahatan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; Kurangnya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anaknya, Faktor ekonomi yang kurang mencukupi, Terbawa pergaulan

17

A. Qirom Syamsudin Meliala, Op Ci, hlm,

21.

yang tidak baik seperti mabuk-mabukan, dan memakai narkoba, lalu mencuri dan merampok untuk membeli barang haram tersebut.18

c. Faktor mass media atau media massa.

Mass media atau yang sering dikenal dengan media massa, seperti majalah, surat kabar, radio, tape, televise, VCD, dan lain-lain, memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Tidak dapat disangkal bahwa media massa memegang peranan yang positif dalam meningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat. Kebaradaan sarana dan pra sarana dan alat-alat tersebut mempermudah masyarakat dapat mengetahui peristiwa yang terjadi baik diluar maupun dalam negri dengan cepat.

Namun demikian kita juga harus mengigat tentang satu hal yakni yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa . apalgi jika dikaitkan dengan sifat anak-anak yang suka meniru, ingin tahu dan mencoba-coba hal-hal

yang dianggap oleh

merekamerupakan hal yang baru.19

Saat ini banyak sekali kita jumpai Mass Media yang tidak mendidik . contoh umum seperti buku dan majalah yang menyajikan gambar dan cerita-cerita yang dikatagorikan sebagai pornografi dan

18

Wawancara terhadap 4 (empat) orang ADIKMAS Lapas Anak tingkat III Bandar Lampung

19

(12)

tayangan-tayangan baik film maupun acara televisi yang mengetengahkan adegan porno dan kekerasan.

Hal ini bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap anak, dengan mengigat kondisi control diri anak yang masi belum secara penuh dan juga mudahnya anak untuk melakukan hal-hal yang bagi mereka suatu hal yang menantang. Kita sering melihat kasus perkosaan oleh anak dibawah umur atau tindak pidana lainya dengan pelaku dibawah umur yang seringkali kita ketahui alasan dari anak melakukan tindakan tersebut akibat tontonan dan bacaan tentang kekerasan.

Semakin canggih dan banyaknya alat untuk mengakses ilmu pengetahuan semakin banyak pula hal negatif yang harus diwaspadai, karena dampak dari kecanggihan teknologi tidak selalu bersifat positif tetapi juga negatif. Disinilah peran orang tua dan masyarakat untuk bisa memberikan pengertian lebih baik bagi anak terhadap acara-acara televisi, film-film yang ditonton, buku-buku bacaan dan hal-hal lain untuk menyikapi pengaruh negatif dari media massa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anak didik

Banyak beredarnya film atau video porno, yang mudah diakses melalui internet atau mass media20.

Dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya kejahatan yang di lakukan anak tersebut di sebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti :

1. Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap pergaulan anaknya serta kurangnya perhatian dan didikan orang tua tentang larangan menggunakan kekerasan.

2. Pergaulan yang terlalu bebas atau pacaran yang sudah cenderung ke arah yang negatif. 3. Pergeseran nilai moral, agama,

dan kesusilaan dalam pergaulan. 4. Banyak beredarnya film atau

video porno.

5. Faktor ekonomi yang kurang mencukupi.

6. Terbawa pergaulan yang tidak baik seperti mabuk-mabukan, dan memakai narkoba, lalu mencuri dan merampok untuk membeli barang haram tersebut. 7. Terbawa pergaulan tidak baik

pada awalnya, sekedar coba-coba lalu ketagihan, dan menjadi kurir dan pengedar karena tergiur keuntungan yang cukup besar.

8. Mudah diaksesnya barang haram tersebut, sehingga anak di bawah umur pun/pelajar dapat mendapatkan barang haram tersebut dengan mudah.

9. Labil/ Kecendrungan emosional yang tidak terkendali.

20

(13)

III. SIMPULAN

Dari beberapa penelitian mengenai modus operandi kejahatan yang dilakukan oleh anak di kota Bandar Lampung, dapat disimpulkan beberapa hal oleh penulis, bahwa modus operandi kejahatan anak saat ini telah mengalami perubahan yang signifikan dari bentuk dan pelaksanaannya, dimana anak saat ini telah dapat melakukan kejahatan dengan modus operandi yang dulunya hanya dilakukan oleh orang dewasa, mulai dari kejahatan

pencurian, pembunuhan,

pemerkosaan, dan penyalahgunaan narkoba. Kejahatan anak dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal, dimana anak melakukan kejahatan selain dorongan dalam diri sendiri seperti untuk memuaskan kecenderungan keserakahan, meningkatkan agresifitas dan dorongan seksual, salah didik dari orang tua sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya, juga adanya faktor eksternal seperti faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan, dan mass media.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 1987, Sosiologi

Kriminal, Remadya Karya,

Bandung.

Adang Anwar Yesmil, 2013,

Kriminologi, PT Refika

Aditama, Bandung.

Djamil M Nasir, 2013, Anak Bukan

Untuk Dihukum, Sinar

Grafika, Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar

Bahasa Indpnesia, Balai

Pustaka, Jakarta, 1991.

Kartono Kartini, 1992, Pathologi

Sosial (2), Kenakalan

Remaja, Rajawali Pers,

Jakarta.

Mustofa Muhamad, 2013,

Metodelogi Penelitian

Kriminologi, Jakarta: PT

Fajar interpratama Mandiri.

Santoso Topo, dan Zulfa Acjhani Eva, 2003, Kriminologi, PT Raja Drafindo Persada, Jakarta.

Sri Utami Indah, 2012, Aliran Dan

Teori Kriminologi, Thafa

Media, Semarang.

http://ditjenpas.go.id

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Etos kerja santri yang tampak baik semasa belajar di pondok pesantren dan kelak akan menjadi value yang melekat ketika lulus tidak hanya terbentuk dari factor internal

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien LES (67%) memiliki tingkat aktivitas sedang, sebagian besar

Data hasil belajar aspek psikomotorik menunjukkan bahwa kelas kontrol (kelas dengan formasi teater) memiliki peningkatan nilai aspek psikomotorik peserta didik

Pemberian adenosine (2 µg/kg/min) intravena memiliki efek yang sama dengan remifentanil yaitu untuk analgesik intraoperasi dan menurunkan kebutuhan opioid periode awal

Penelitian tentang isolasi dan identifikasi bakteri endofit dari tanaman kebar sebagai penghasil senyawa antimikroba ini belum banyak dilakukan, sehingga penelitian ini diharapkan

melalui pelatihan ini, kontribusi yang dapat diberikan kepada SMK N 1 Percut Sei Tuan adalah siswa dapat menggunakan Google Classroom dengan baik yang hasil akhirnya adalah

Pada penelitian ini sudut kemiringan alur diteliti, dengan harapan dapat dipakai sebagai dasar klasifikasi yang lebih sederhana dan lebih cepat proses

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro di Distrik Abepura adalah masih kurang memahami kewirausahaan dan pengelolaan keuangan usaha mikro, maka metode