PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL
EVALUASI PUBLIK TIGA TAHUN PRESIDEN
Jakarta, Oktober 2007
Survei Nasional November 2004-Oktober 2007
www.lsi.or.id
IHTISAR TEMUAN:
TERJADI KEBUNTUAN BAGI ALTERNATIF
PEMIMPIN NASIONAL
• Dalam tiga tahun kepemimpinan SBY, tingkat kepuasan terhadap kinerja SBY terus merosot, dari 80% pada akhir 2004 ke 54% pada Oktober 2007.
• Sumber ketidakpuasan ini adalah penilaian positif rakyat terhadap kinerja pemerintah terus menurun di hampir semua sektor yang dirasakan mendesak oleh rakyat, terutama dari kelompok lapisan menengah ke bawah yang
merupakan kelompok pemilih paling banyak. Lapisan sosial ini yang lebih banyak merasakan kesulitan dalam hidup mereka di bawah pemerintahan SBY.
• Namun demikian, rakyat lebih banyak yang kembali akan memilih SBY,
dibanding tokoh-tokoh lain yang sudah beredar, untuk menjadi presiden bila pemilihan diadakan sekarang. Ini masalah serius yang dapat menurunkan kualitas pemerintahan dan bahkan demokrasi kita pada umumnya. Sebab
kualitas pemerintahan demokrasi banyak ditentukan oleh mekanisme reward and punishment terhadap pejabat publik seperti presiden ini. Bila mekanisme ini tidak jalan, maka demokrasi kita akan menjadi buruk, dan lama-lama tidak akan
IHTISAR TEMUAN:
TERJADI KEBUNTUAN BAGI ALTERNATIF
PEMIMPIN NASIONAL
• Dua pemimpin partai besar, JK dan Megawati, kalau masing-masing
harus berhadapan head to head dengan SBY, peluang SBY untuk
menang lebih besar kecuali dalam dua tahun ke depan dua pemimpin
ini mampu meyakinkan publik bahwa mereka lebih baik dari SBY.
Sementara itu Sutiyoso masih harus kerja sangat-sangat keras, bahkan
kalau hanya untuk bersaing dengan Megawati.
• Ketika rakyat terpaksa harus memilih kembali SBY karena tidak ada
alternatif yang kurang buruk, sementara kinerjanya dinilai buruk, maka
bangsa ini sesunggunya menghadapi kebuntuan dalam upaya
memperbaiki kepemimpinan nasonal secara demokratis.
PENDAHULUAN
• Rakyat telah memberi mandat secara demokratis kepada SBY-MJK untuk memimpin negeri ini.
• Dalam masa berkuasa ini, rakyat juga berhak menilai, dan didengar aspirasinya.
• Rakyat ikut menentukan bulat-lonjongnya negeri ini, dan karena itu mencermati pandangan rakyat tentang kepemimpinan nasional dan kinerja pemerintah menjadi penting agar
pelaksanaan kekuasaan tidak menyimpang jauh dari keinginan rakyat.
• Bila terjadi penyimpangan besar, akan muncul kekecewaan dan ketidakpercayaan pada pemerintah, dan ini potensial bagi rakyat untuk mencari altenatif di luar mekanisme untuk memecahkan masalah, termasuk dengan kekerasan. Pada akhirnya ini akan memperlemah demokrasi itu sendiri.
• Survei opini publik yang dilakukan dengan cara dan metodologi yang benar merupakan salah satu cara sistematis untuk menampilkan opini publik nasional ke permukaan sehingga terjadi komunikasi antara rakyat dan elite politik di Jakarta.
METODOLOGI
● Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
● Jumlah sampel sebesar 1.300 responden, dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 2,8% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sample dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling.
● Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden
Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional
Desa/kelurahan di tingkat
Propinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional
Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK
Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan
Ds 1 … Ds n
Prop.1
Ds 1 … Ds m
Prop.k
… …
RT1 RT2 RT3 …. RT5
KK1 KK2
Laki-laki Perempuan
Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random
DEMOGRAFI
KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS
LAKI-LAKI 50.2 50.0 <= SD 58.4 60.0
PEREMPUAN 49.8 50.0 SLTP 17.9 19.0
SLTA 16.2 18.0
DESA 60.2 59.0 Universitas 6.5 4.0
KOTA 39.8 41.0
Islam 87.1 87.0
<= 19 tahun 12.0 15.1 Kristen 9.7 10.0
20 - 29 tahun 25.8 27.1 Hindu 2.7 2.0
30 - 39 tahun 24.9 22.4 Lainnya 0.5 1
40 - 49 tahun 16.6 15.8
>= 50 tahun 20.6 19.6 Jawa 41.4 41.6
Sunda 13.2 15.4
< 400 ribu 39.2 42.0 Melayu 5.7 3.4
400 - 999 ribu 39.1 38.0 Madura 2.9 3.4
>= 1juta 21.7 20.0 Bugis 2.4 2.5
Betawi 2.5 2.5
Minang 3.6 2.7
Lainnya 28.4 28.5
PENDAPATAN
KELOMPOK PENDIDIKAN
ETNIS AGAMA JENIS KELAMIN
DESA-KOTA
DEMOGRAFI
KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS
NAD 2.4 1.9 BALI 2.4 1.5
SUMUT 4.8 5.3 NTB 2.4 2.0
SUMBAR 3.2 2.1 NTT 2.4 2.0
RIAU 2.4 2.2 KALBAR 2.4 1.9
JAMBI 0.8 1.3 KALTENG 1.5 0.9
SUMSEL 3.2 3.2 KALSEL 2.4 1.5
BENGKULU 0.8 0.8 KALTIM 1.6 1.4
LAMPUNG 3.2 3.4 SULUT 1.6 1.0
BABEL 0.8 0.5 SULTENG 0.8 1.1
KEPRI 0.8 0.6 SULSEL 3.2 3.5
DKI 4.0 3.5 SULTRA 0.8 0.9
JABAR 14.5 17.4 GORONTALO 0.8 0.4
JATENG 12.9 15.2 SULBAR 0.8 0.5
DIY 1.6 1.6 MALUKU 0.8 0.6
JATIM 13.7 16.7 MALUKU UTARA 0.8 0.4
BANTEN 4.0 4.1 PUPUA 0.8 0.9
IRJABAR 0.8 0.3
Orientasi pada kepemimpinan nasional
(efikasi politik eksternal dan political engagement)
• Seberapa penting warga menilai masalah pemilihan presiden bagi
dirinya dan bagi rakyat pada umumnya?
• Seberapa banyak terlibat dengan pembicaraan dan berita-berita yang
berkaitan dengan pemilihan presiden?
Seberapa penting presiden bagi warga dan bangsa?
• Seberapa penting presiden bagi kehidupan anda sehari-hari?
• Seberapa penting presiden bagi kehidupan bangsa secara umum?
• Pernah dengar pemilihan presiden tahun 2009?
Pernah mendengar dan sering atau cukup sering
membicarakan tentang pemilihan presiden 2009 (%)
46
52
44
42
6
3
2 2 1 2
Kehidupan saya sehari-hari Kehidupan rakyat Indonesia pada umumnya
Sangat penting
Cukup penting
Kurang penting
Tidak penting sama sekali
Pernah mendengar dan sering atau cukup sering
membicarakan tentang pemilihan presiden 2009 (%)
41
35
59 65
0 25 50 75 100
Mendengar Membicarakan
Temuan
• Warga pada umumnya punya efikasi politik eksternal, yakni perasaan bahwa kekuatan politik di luar dirinya, termasuk presiden, penting bagi dirinya dan bagi rakyat Indonesia.
• Pembicaraan tentang pencalonan presiden menjadi urgen dan mendapat legimimasi populer.
SIKAP ELEKTORAL
• Bila pemilihan Presiden diadakan hari ini, …
• Siapa yang dipilih? Pertanyaan terbuka
• Siapa yang dipilih sebagai presiden dari nama-nama berikut? Pertnyaan semi terbuka dengan 20 daftar nama dan dengan mempersilhkan
menyebut nama lain bila tidak ada dalam daftar nama.
• Siapa yang dipilih sebagai presiden dari 7 nama berikut?
Yang dipilih sebagai presiden: Top of mind (pertanyaan
terbuka) (%)
(Sep-Oktober 2007)
35 6
28 19
4 3 2,5 2 0,5
0 10 20 30 40 50
Yang dipilih sebagai presiden: memilih dari 20 nama
dan semi terbuka (%)
(Sep-Oktober 2007)
8,5
13,5
33 25
5 5 5 4 1
0 5 10 15 20 25 30 35
Trend sikap elektoral pada SBY dan
tokoh-tokoh nasional lain (%)
53
Tokoh lain
SBY
Belum tahu
Presiden Pilihan bila pemilihan diadakan hari ini di
sejumlah daerah (%)
2,0
Maluku Utara
Yang dipilih sebagai presiden: memilih dari 7 nama (%)
(Sep-Oktober 2007)
35,5
28
7 6,5
5 4
1
11,5
0 10 20 30 40 50
Yang dipilih sebagai presiden: SBY vs Mega (%)
(Sep-Oktober 2007)
55
35,5
11,5
0 20 40 60 80 100
Trend sikap elektoral pada SBY dan Megawati (%)
Yang dipilih sebagai presiden: SBY vs JK (%)
(Sep-Oktober 2007)
66
15 19
0 25 50 75 100
Trend sikap elektoral pada SBY dan JK (%)
66
15 70
68
19 19
22
10
11
0 20 40 60 80 100
Okt' 06 Des'06 Okt' 07
SBY
Belum tahu
Temuan
• Sikap elektoral masyarakat menunjukan bahwa paling banyak warga yang memilih SBY sebagai presiden bila pemilihan presiden dilakukan ketika survei ini dilakukan.
• Kalau harus bersaing dengan cukup banyak calon, kekuatan dukungan pada SBY kurang lebih sama dengan yang ia peroleh dalam pemilu presiden putaran pertama 2004 (sekitar 34%).
• Urutan kedua diduduki Megawati (25%).
• Sementara kekuatan tokoh-tokoh lain masih sangat rendah. Masing-masing di bawah 10%. • SBY masih unggul, tapi sentimen elektoral terhadapnya dalam setahun terakhir cenderung
menurun.
• Namun demikian, SBY masih terlalu kuat kalau ia harus head to head dengan Megawati atau dengan JK.
• Ini menunjukan bahwa SBY tidak terlalu kuat, tapi publik belum melihat alternatif yang lebih baik darinya untuk sementara ini.
MENGAPA SBY MASIH PALING MUNGKIN, TAPI MENGAPA
KEMUNGKINAN ITU CENDERUNG MENURUN?
• Apakah karena persepsi negatif belum besar, tapi semakin besar?
• Apakah karena inkompetensi pemilih? Pemilih yang umumnya berpendidikan rendah, kurang mengikuti berita, dan berpendapatan rendah, tidak mampu menilai dan membedakan
kekurangan dan kelebihan tokoh, dan SBY sebagai incumbnet diuntungkan oleh keadaan ini? Bila ini benar maka pemilih SBY akan lebih banyak dari warga yang berpendidikan rendah, berpendapatan rendah, dan yang kurang mengikuti berita.
• Apakah karena tokoh-tokoh yang muncul lebih buruk dari SBY? SBY, still the lesser evil figure?
• Apakah karena tokoh-tokoh potensial untuk menjadi calon presiden belum tersosialisasi, terutama dengan visi dan misinya?
• Apakah karena kinerjanya dinilai baik, tapi kemudian cenderung memburuk?
PEMILIH SBY TIDAK KOMPETEN?
• Jarang baca berita di koran
• Jarang menonton berita di TV
• Berpendidikan SLTA ke bawah
Sikap elektoral menurut ekspos pada media massa (%)
Nonton berita TV tiap hari14,0 Biasa baca berita di koran
17,0 Semua warga
Sikap elektoral pada warga berpendapatan dan
berpendidikan tinggi (%)
21,5 Pendapatan di atas 2 juta
25,0 Pernah kuliah atau lebih tinggi
17,0 Semua warga
Temuan
• Warga yang punya sikap elektoral positif pada SBY dibanding pada tokoh lain, cenderung berasal dari kelompok yang lebih terpelajar, yang berpendapatan lebih baik, dan yang biasa mengikuti berita-berita lewat koran dan TV.
• Pemilih SBY lebih banyak yang kompeten, dan karena itu pilihan terhadapnya, dibanding pada tokoh yang lain, bukan karena “ditipu.” Mereka cukup mampu membuat pertimbangan dan melakukan perbandingan terhadap tokoh-tokoh yang potensial bersaing dalam pemilu 2009.
• Sebaliknya, pemilih yang kurang kompeten lebih banyak yang tidak memilih SBY ketimbang yang kompeten.
TOKOH YANG KURANG BURUK DILIHAT DARI
KUALITAS KEPRIBADIAN SEORANG PEMIMPIN?
• Buruk atau kurang buruk dilihat dari penilaian atas kualitas
kepribadiannya sebagai seorang pemimpin dibandingkan dengan tokoh
yang lain:
• kompetensi (pintar)
• integitas (jujur/bisa dipercaya)
• empati (perhatian pada rakyat/orang lain
Kualitas kepemimpinan
• Kompetensi: Pintar,
• Integritas: Bisa dipercaya/jujur, bersih
• Empati: Perhatian pada rakyat
Penting atau tidak penting sifat-sifat kepemimpinan berikut
untuk seorang presiden (%)
0,0 0,0
1,0 30,0
69,0 Tegas/mampu mengambil keputusan
1,0 0,0
0,0 24,0
75,0 Perhatian pada orang lain
1,0 0,0
0,0 21,0
78,0 Bisa dipercaya/jujur
1,0 Kurang
penting Cukup
Yang paling penting dari empat kualitas
kepemimpinan berikut: (%)
62 24
9 5
Siapa yang paling bisa memenuhi kriteria
kualitas personal bagi pemimpin nasional dari
tokoh-tokoh berikut?
• Tokoh nasional: SBY, JK, Megawati, Amin Rais, Wiranto, Sutiyoso,
dan Sri Sultan.
• Siapa yang lebih mampu mengatasi masalah paling mendesak?
• Siapa yang lebih bisa dipercaya/jujur?
• Siapa yang lebih perhatian?
• Siapa yang lebih tegas?
Tokoh yang dinilai lebih mampu dalam mengatasi
masalah paling mendesak (%)
16,5 0
4
35 22
6 5,5 5 5 1
Tokoh yang dinilai … (%)
Lebih pintar
12,0
Lebih tegas
12,0
Lebh perhatian pada rakyat
15,0
Persentase rata-rata dan rangking kualitas kepemimpinan
sejumlah tokoh menurut penilaian rakyat yang punya hak
pilih
32
21
8,5
5 4 4
1
1 2 3 4 4 4
5
0 10 20 30 40 50
SBY Mega Amin Wiranto JK Sultan Sutiyoso
Temuan:
• Empat karakteristik personal bagi seorang pemimpin, yakni pintar, jujur/bisa dipercaya, perhatian ada rakyat, dan tegas, dinilai sangat atau cukup penting oleh warga.
• Tapi kalau dibuat urutan skala yang lebih penting dari keempat sifat itu, maka jujur/bisa dipercaya adalah karakteristik pertama yang harus dimiliki seorang pemimpin. Urutan kedua adalah perhatian pada rakyat. Urutan ketiga tegas. Dan urutan terakhir pintar. • Kesan “jujur” dan “perhatian pada rakyat” sebagaimana dipersepsikan oleh publik harus
dimiliki oleh setiap tokoh yang ingin punya kekuatan elektoral besar.
• Dipimpin oleh orang yang jujur bagi rakyat lebih penting dari pada dipimpin orang pintar atau orang tegas.
• Di antara tokoh-tokoh yang dinilai warga, SBY di mata publik unggul untuk semua kualitas kepribadian pemimpin tersebut.
• Urutan kedua Mega, dan ketiga Amin.
• Sementara Wiranto, JK, dan Sultan sama-sama pada urutan keempat. • Sutiyoso pada urutan kelima atau terakhir.
KINERJA SBY DAN PEMERINTAH SECARA UMUM
• Kepuasan terhadap kerja SBY sebagai Presiden
• Evaluasi warga terhadap kondisi ekonomi nasional tahun ini
dibanding tahun lalu.
54 59
80
65
40 50 60 70 80 90 100
Nov' 04 Okt' 05 Okt' 06 Okt' 07
Kepuasan dan ketidakpuasan menurut sejumlah kelompok
sosio-demografi (%)
62
54
49
72
38
46 51
28 24
8
44
0 20 40 60 80 100
Desa Kota Jawa-Bali Luar Jawa-Bali
Kepuasan dan ketidakpuasan menurut sejumlah kelompok
sosio-demografi (%)
14,0 43,0
57,0 Jarang baca koran
34,0 33,0
67,0 Membaca koran secara teratur
18,0 41,0
59,0 Kelompok berpendapatan menengah dan rendah
28,0 36,0
64,0 Kelompok berpendapatan teratas
18,0 41,0
59,0 Berpendidikan menengah dan bawah
22,0 39,0
61,0 Berpendidikan tinggi
Selisih Tidak puas
Temuan:
• Meskipun masih di atas 50%, dalam 3 tahun terakhir, kepuasan publik atas kinerja SBY sebagai presiden cenderung menurun, dari 80% pada November 2004 ke 54% tahun 2007. Terjadi penurunan sekitar 26%.
• Dalam banyak kasus kepuasan atas kepala daerah, masyarakat Indonesia
umumnya cukup murah dalam memberikan nilai positif, dalam menyatakan puas terhadap kinerja pejabat publik meskipun kinerjanya untuk bidang-bidang yang urgen dinilai negatif, dan sikap elektoral mereka terhadap pejabat publik
tersebut jauh lebih rendah.
• Tingkat kepuasan yang masih di atas 50% harus didiscount, dan yang penting dilihat kecenderungannya. Dalam hal ini kepuasan pada kinerja SBY
kecenderungannya menurun, dan ini peringatan pemilih pada SBY, dan ini celah yang dapat berdampak negatif terhadap sentimen elektoral pada SBY.
Prioritas Masalah yang harus mendapat perhatian
dalam kepemimpinan nasional
• Satu masalah yang paling mendesak: Top of mind:
• Prioritas masalah pertama yang harus segera mendapat perhatian pemimpin nasional: Biaya kesehatan yang kurang terjangkau, biaya
pendidikan yang kurang terjangkau, keamanan dan ketertiban, korupsi di pemerintahan, pembangunan jalan-jalan raya, pengangguran dan
Urutan masalah yang paling mendesak untuk ditanggulangi
pemimpin nasional (%)
48 17
13 8
4,5 4 4 1,5
Keadaan ekonomi nasional tahun ini dibanding tahun lalu,
Sep-Okt 2007 (%)
3
29
33
28
2 4
Jauh lebih buruk
Lebih buruk Sama Lebih baik Jauh lebih baik
Kondisi ekonomi nasional
Keadaan ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu ...(%)
22
Lebih baik Sama
Kondisi ekonomi nasional
Keadaan ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu ...(%)
23
Okt' 03 Okt' 04 Okt'05 Okt'06 Okt'07
Lebih baik Sama
Lebih buruk Tidak tahu
Evaluasi retrospektif atas kondisi ekonomi
nasional secara umum
Keadaan ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu "lebih baik" (%)
24
5,4 5,2 6
29 31
0 10 20 30 40 50
Okt'05 Okt'07 '2007
Kondisi ekonomi di beberapa wilayah menurut LSI
dan SUSENAS BPS (%)
-5
Jawa-Bali Sumatra Kalimantan Sulawesi-NT-Maluku
LSI
Susenas
Susenas: selisih pengeluaran rumah tangga 2006 dibanding 2007.
Kinerja pemerintah
• Kinerja pemerintah di bidang ekonomi dalam penilaian publik tidak banyak
mengalami kemajuan dalam tiga tahun terakhir. Kalaupun ada kemajuan, masih terlalu kecil dibanding dengan ekspektasi warga yang sangat tinggi.
• Ekonomi memang tumbuh dari 5,4% pada tahun 2005 ke sekitar 6% pada tahun 2007. Sejalan dengan itu, secara umum sentimen publik juga semakin positif dalam kurun waktu yang sama terhadap kondidi ekonomi nasional.
• Yang menyatakan keadaan ekonomi nasional tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu meningkat dari 24% pada Oktober 2005 ke 31% pada Oktober 2007. Tapi peningkatan ini masih terlalu sedikit, dan tidak cukup untuk membendung
KINERJA PEMERINTAH UNTUK
Kerja pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah
berikut “Baik” atau “Sangat Baik,” Okt. 05 – Okt. 07 (%)
40
mengendalikan harga sembako
Menjamin ketersediaan BBM
Okt' 05
Okt' 06
Hasil kerja pemerintah dalam menangani permasalahan berikut … (%) Mengatasi Kriminalitas
Memberantas Perjudian
Memberantas Korupsi
Melindungi TKI
Mengatasi konflik Papua
Menangani masalah GAM
Menindaklanjuti kesepahaman dengan GAM di Helsinki
Lanjutan …
Pendidikan Kesehatan Pemberdayaan
perempuan
Temuan:
• Sejalan dengan menurunnya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja SBY, penurunan juga terjadi dalam penilaian publik atas kinerja pemerintah di sejumlah sektor penting dalam 3 tahun terakhir.
• Di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat penurunan kinerja pemerintah di mata publik terjadi dalam penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, dan pengendalian harga sembako.
• Sementara penilaian publik di bidang pendidikan dan kesehatan secara umum tidak banyak mengalami perubahan.
• Di bidang Polhukam juga banyak mengalami kemunduran, terutama dalam
pemberantasan korupsi, yang merupakan isu sensitif dan telah menjadi andalan SBY.
• Semua ini merupakan sumber dari menurunnya kepuasan publik atas kinerja presiden, dan sumber dari menurunnya sikap elektoral publik terhadapnya.
KESIMPULAN
• Warga Indonesia dewasa pada umumnya menilai bahwa pembicaraan tentang pemilu presiden tahun 2009 penting, dan cukup besar yang mengikuti isu
tersebut, dan bahkan membicarakannya sesama mereka. Warga tidak pesimis, tidak apatis terhadap masalah kepemimpinan nasional.
• Bila pemilihan presiden diadakan sekarang, SBY masih menjadi pilihan paling banyak warga ketimbang tokoh lain. Kalau SBY harus berhadapan dengan JK atau Megawati, kemungkinan ia akan unggul kembali.
• Namun demikian sikap elektoral warga terhadap SBY ini secara perlahan, dalam 3 tahun terakhir, cenderung menurun ketika warga diberikan pilihan lebih
banyak.
KESIMPULAN
• Penurunan kepuasan ini terutama terjadi pada warga yang tinggal di perkotaan, di pulau Jawa-Bali, dan di kelompok kelas menengah ke bawah. Kelompok
demografi ini nampaknya yang paling terkena dampak negatif dari lambannya pertumbuhan ekonomi. Dan jangan lupa bahwa kelompok tersebut merupakan pemilih dengan jumlah paling besar, dan karena itu akan menjadi ancaman terhadap kelangsungan kepemimpinan SBY tahun 2009 nanti bila muncul alternatif lebih baik di mata rakyat.
• Namun demikian belum muncul tokoh yang relatif lebih mampu menyatukan aspirasi pemilih hingga aspirasi tersebut seimbang dengan kekuatan SBY sekarang.
KESIMPULAN
• Kalau SBY sekarang masih yang paling kuat dibanding tokoh yang lain, bukan karena kinerjanya yang bagus tapi karena belum muncul alternatif yang dinilai kurang buruk dibanding SBY. SBY nampaknya masih dipandang sebagai a lesser evil figure dibanding figur-figur yang lain yang sudah muncul.
• Semua tokoh yang beredar sekarang, yang disebut-sebut akan maju dalam
pemilu presiden 2009, menurut rakyat, masih jauh di bawah SBY terutama dalam soal kualitas kepemimpinan. Ini menandakan bahwa kita sekarang sedang
menghadapi kebuntuan dalam mencari pemimpin yang kurang buruk dibanding SBY. Kebuntuan ini harus diterobos.
• Mengapa yang muncul hanya pensiunan, yang track-record-nya tidak cukup
KESIMPULAN
• Dua tahun memang terlalu lama untuk mengkampanyekan para pensiunan untuk menjadi presiden. Tapi tidak terlalu lama untuk menjaring figur-figur yang lebih muda, dan sering belum populer, dan juga sering kekurangan sumber keuangan.
• Untuk keluar dari kebuntuan kepemimpinan yang dapat mendekati harapan rakyat, terobosan-terobosan harus dilakukan: Harus ada sinergi antara
kelompok-kelompok lebih muda dengan partai dan ormas, dengan para ahli dari berbagai bidang yang terkait dengan kampanye, dengan media massa, dan
dengan sumber-sumber keuangan di negeri ini untuk mencari dan