38
MINAT BELAJAR ANAK PRESPEKTIF KETERLIBATAN ORANG TUA Oleh : Achmad Ridlowi
Abstrak
Peranan orang tua terhadap anaknya sedikit banyak berkurang, karena orang tua telah disibukkan oleh pekerjaan mereka masing-masing, sehingga keluarga yang ada di rumah senantiasa menanti akan kasih sayang serta nasehat-nasehatnya terabaikan, jika hal ini dibiarkan terus berkembang akan berpengaruh pada kepribadian anak, karena tanpa kasih sayang dari orang tuanya anak akan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, hal ini akan mencetak anak menjadi brutal serta jauh dari norma-norma yang ada dalam masyarakat. Ketika anak menjadi brutal, maka perkembangan anak itu akan terhambat oleh perbuatannya yang buruk tersebut, sehingga berimbas pada orang tuanya, terkena cela dari masyarakat dan akhirnya martabat keluarga tersebut akan runtuh, karena perbuatan anaknya tersebut.
Adapun mengenai pendidikan yang perlu diberikan kepada anak adalah pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia, yakni hati, akal dan fikir. Seorang pendidik harus menyantuni ketiga-tiganya, masing-masing unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Ketiganya harmonis dan seimbang. Pendidikan seimbang yang dimaksud di atas adalah pendidikan umum serta pendidikan agama dipadukan.
Pendidikan tersebut akan menghasilkan manusia yang berkepribadian walaupun memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga dalam masyarakat dapat membedakan mana yang harus dikerjakan serta mana yang harus ditinggalkan.
Kata Kunci : Minat Belajar Anak, Keterlibatan Orang Tua
A. PENDAHULUAN
Setiap orang tua mendambakan rumah tangga damai, menyejukkan hati, penuh
keharmonisan, terutama orang tua yang anaknya banyak. Bila dalam satu keluarga jumlah
anaknya banyak, maka perlu penanganan tersendiri agar tidak timbul keributan, saling
permusuhan dan saling dengki. Untuk itulah, orang tua perlu menciptakan kondisi yang
dirasakan oleh anak-anak kebaikan dan keadilannya.1
1 M. Thalib, 40 Tangung Jawab Orang Tua terhadap Anak, Bandung: Irsyad Baitus Salam,
39
Pada jaman yang semakin berkembang dewasa ini, peranan orang tua terhadap
anaknya sedikit banyak berkurang, karena orang tua telah disibukkan oleh pekerjaan mereka
masing-masing, sehingga keluarga yang ada di rumah senantiasa menanti akan kasih sayang
serta nasehat-nasehatnya terabaikan, jika hal ini dibiarkan terus berkembang akan
berpengaruh pada kepribadian anak, karena tanpa kasih sayang dari orang tuanya anak
akan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya, tanpa memikirkan apa yang akan
terjadi, hal ini akan mencetak anak menjadi brutal serta jauh dari norma-norma yang ada
dalam masyarakat. Ketika anak menjadi brutal, maka perkembangan anak itu akan
terhambat oleh perbuatannya yang buruk tersebut, sehingga berimbas pada orang tuanya,
terkena cela dari masyarakat dan akhirnya martabat keluarga tersebut akan runtuh, karena
perbuatan anaknya tersebut.
Dalam mengasuh anak, seorang ayah berhak untuk mengasuhnya sebagaimana yang
disampaikan oleh Drs. Save M. Dagun dalam buku Psikologi Keluarga mengatakan bahwa: "Anak laki-laki yang diasuh oleh ayahnya menunjukkan adanya sikap yang
menguntungkan; anak laki-laki ini akan berkembang lebih matang dan interaksi sosialpun
lebih baik. Ia juga lebih memperlihatkan kesadaran diri yang tinggi.2
Salah satu contoh sosial dalam masyarakat yaitu hubungan baik dengan masyarakat.
Hubungan baik dengan masyarakat diperlukan, karena tidak ada seorangpun yang dapat
hidup tanpa bantuan orang lain terutama keluarganya dan masyarakat pada umumya, semua
itu dapat tercapai jika diantara sesama muslim atau sesama anggota masyarakat mengetahui
hak dan kewajibannya, ketika hidup dalam lingkungan masyarakat baik dalam masyarakat
mikro(keluarga) maupun makro (masyarakat luas).
Contoh di atas sangatlah tepat jika ditanamkan dalam pribadi anak untuk
bermasyarakat, dengan demikian dalam diri anak akan tertanam rasa sosial yang tinggi serta
menghormati orang lain tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya,
sebagaimana norma-norma yang ada dalam masyarakat.
2
40
Adapun mengenai pendidikan yang perlu diberikan kepada anak adalah pendidikan
yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri
manusia, yakni hati, akal dan fikir. Seorang pendidik harus menyantuni ketiga-tiganya,
masing-masing unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Ketiganya harmonis dan seimbang.
Pendidikan seimbang yang dimaksud di atas adalah pendidikan umum serta pendidikan
agama dipadukan.
Dari paduan kedua pendidikan tersebut akan menghasilkan manusia yang
berkepribadian walaupun memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga dalam masyarakat
dapat membedakan mana yang harus dikerjakan serta mana yang harus ditinggalkan.
B. UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
ANAK
Menurut H.M. Arifin ada dua fungsi orang tua yaitu:
a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga.
b. Orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga.3
Di samping orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga, orang tua juga berfungsi
sebagai pemelihara serta pelindung keluarga, yakni orang tua harus memelihara keselamatan
kehidupan keluarganya baik moril maupun materielnya. Jaminan materiel bagi kelangsungan
hidup keluarga antara lain berupa nafkah.
Anak sebagai buah hati dalam kehidupan keluarga merupakan suatu obyek yang
sangat menarik untuk dikaji oleh para ahli. Dari keluarga itulah anak lahir, sehingga orang
tua mempunyai kewajiban untuk membina keluarganya menuju keluarga yang bahagia
serta sejahtera yang diliputi oleh pendidikan Islam yang ada didalamnya, untuk itu ayah
sebagai kepala keluarga haruslah pandai-pandai mengatur keluarganya, dalam mewujudkan
keluarga yang penuh kebahagian, kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan serta terdapat
pendidikan yang bernafaskan Islam di dalam keluarga tersebut.
3
41
Adapun dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak oleh Abdul Mujib
dibagi dalam beberapa bagian, yakni sebagai berikut:
a. Dasar pendidikan budi pekerti
Memberi norma pandangan hidup tertentu walaupun masih dalam bentuk yang
sederhana. Keluarga memberikan bimbingan keagamaan kepada anak-anaknya yaitu
berupa adap sopan-santun dalam keluarga, bagaimana menghormati kepada yang lebih
tua, menghargai karya orang lain, dan lain sebagainya.
b. Dasar pendidikan sosial
Melatih anak didik dalam tata cara bergaul yang baik terhadap lingkungan
keluarga, teman serta dalam bergaul dengan masyarakat sekitaranya.
c. Dasar pendidikan intelek
Anak diajarkan kaidah pokok dalam percakapan, bertutur bahasa yang baik,
kesenian yang disajikan dalam bentuk permainan.
d. Dasar pembentukan kebiasaan
Pembinaan kepribadian yang baik dan wajar, yang membiasakan kepada anak
untuk hidup yang teratur dan bersih, tertib, disiplin, rajin yang dilakukan secara
berangsur-angsur tanpa unsur paksaan.
e. Dasar pembentukan kewarganegaraan
Memberikan norma nasionalisme dan patriotisme, cinta tanah air, dan
berkeprimanusiaan yang tinggi.4
C. UPAYA ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
Menurut Afifuddin tentang pengertian kepribadian atau “personality” berasal dari
bahasa Yunani, yakni dari kata “prospon” yang berarti topeng (masker) yang biasa
digunakan untuk sandiwara dalam memerankan, atau berasal dari bahasa Romawi
“personae” yang berarti pemain (sandiwara). Topeng tersebut sering digunakan oleh
pemain-pemain panggung untuk memerankan perangai, watak atau pribadi seseorang.
42
Misalnya menggambarkan orang-orang yang memiliki watak angkara murka, serakah,
sombong dan lain senagainya, maka menggunakan lambang raksasa.5
Gordon W. Allport, merumuskan kepribadian sebagaimana yang dikutip oleh
Afifudin, dkk, dalam buku Psikologi Anak Usia Sekolah Dasas, mengemukakan sebagai berikut:
Kepribadian adalah organisasi yang dinamis didalam individu dari sitem-sistem
psikopsisik yang menentukan penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungannya”.6
Agar mudah dalam memahami pengetian kepribadian di atas, dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Organisasi
Organisasi yang dimaksud adalah suatu keseluruhan dari unsur-unsur yang adala
pada manusia, yang saling memperngaruhi dan bekerja sama.
Dengan demikian kepribadian merupakan suatu kumpulan dari sifat-sifat, akal
budi, kemauan, cita-cita, kelebnihan diri serta keadaan tubuh yang saling berhubungan
dan yang menunjukkan kekhususan dari pada yang lain.
b. Sistem-sistem psikopisik
Kepribadian bukan hanya sekedar dari unsur-unsur jiwa atau raga saja, keduanya
merupakan suatu kesatuan yang saling bekerja sama dan tak dapat dipisah-pisahkan.
Suatu hal yang pasti dan merupakan suatu kenyataan bahwa, tak ada kegiatan yang
semata-mata diperbuat oleh faktor badani tanpa diikuti oleh faktor jiwani. Atau bahkan
tak ada suatu aksi yang semata-mata hanya direspon oleh faktor psikis tanpa didukung
oleh faktor phisis, begitu pula sebaliknya.
c. Dinamis
Artinya perkembangan itu tidak beku, tetapi kepribadian tersebut selalu berubah
dan bekembang menuju kearah kedewasaan.
5Afifudin, SK, BK, dkk, Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, Solo: Harapan Massa, 1988, hal. 80.
43
Suatu contoh: Seorang anak yang berusia 3-5 tahun, sifatnya masih egosentris
(kemratu-ratu), namun lambat laun sifat egosentris itu akan hilang dab berubah kearah
sifat yang lebih dewasa. Dengan demikian organisasi dinamis itu bersifat dinamis serta
aktif dan berubah kerah perkembangan.
d. Menentukan
Di atas telah disebutkan bahwa, kepribadian itu merupakan organisasi dan
sistem-sistem psikopisik yang dimanis, sehingga banyak aspek yang ikut menentukan,
mewarnai dan ikut mempengaruhi pola pikir anak, perilaku, akal budi, sifat, perangai,
tabiat atau kepribadian seseorang. Dengan demikian, aspek-aspek tersebut sangat
menentukan perkembangan kepribadian anak.
e. Unik
Maksudnya, setiap manusia tidak pernah ada yang sama antara yang satu dengan
yang lainnya. Setiap idividu mempunyai ciri khas sendiri-sendiri dalam hal kepribadian.
Sebagai contoh antara Tini dan Tuti meupakan saudara kandung, namun
kenyataannya kepribadian mereka tidak sama. Tini memiliki sifat pendiam, pemalu dan
cengeng, sedangkan Tuti bersifat periang, banyak bicara, banyak tingkah, pemberani
dan sebagainya. Jadi kesimpulannya adalah “setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam merespon suatu masalah”.
f. Menyesuaikan diri dengan lingkungan
Menyesuaikan diri merupakan suatu usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi
yang serasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, atau dengan masyarakat
sekitarnya, sehingga terjadi hubungan tibal balik yang harmonis diantara keduanya.
D. UPAYA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK
1. Pengertian Minat Belajar
Sebelum lebih lanjut membahas tentang minat belajar lebih dulu dibahas tentang
pengertian minat. Maka, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli sebagai
44 a. Lester D. Crow dan Alice Crow
Minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimulasi yang mendorong
kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang kegiatan atau sesuatu yang
dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu
sendiri”. (Crow dan Crow, 1984: 351).
b. W. S. Winkell
Minat diartikan sebagai, “Kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa
tertarik pada suatu bidang study atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang
mempelajari hal itu”. (Winkel, 1989: 105).
c. B. Simandjuntak dan I. L. Pasaribu
Minat adalah, “Suatu sikap subjek terhadap obyek atas dasar adanya kebutuhan dan kemungkinan terpenuhinya kebutuhan itu”. (Simandjuntak dan Pasaribu, 1986: 47).
d. Doyles Fryer
Minat atau intrest adalah, “Gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau
aktifitasyang menstimulir perasaan senang pada individu”. (Nurkencana dan
Sunartama, 1989: 229).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, maka dapat diambil suatu
pengertian mengenai minat, yaitu suatu gejala psikis yang di dalamnya terkandung perasaan
senang dan menunjukkan adanya perhatian yang berpusat pada suatu obyek yang
mempunyai daya tarik sehingga obyek cenderung untuk mendapatkan atau melakukan obyek
tersebut baik berupa kegiatan, barang maupun orang.
Setelah kita membahas apa itu belajar atau pengertian dari belajar. Tentang
pengertian belajar itu sendiri mengalami banyak pengertian dari para ahli pendidikan yaitu :
a. Hilgarl dan Bower
Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. (Purwanto, 2000:
45 b. Abu Ahmadi
“Suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. (Ahmadi,
1991: 14).
c. AG. Soejono
Belajar adalah, “Usaha murid membimbing dirinya keperubahan situasi maupun
perubahan tingkat kemajuan dalam proses perkembangan inteleks pada khususnya
dan proses perkembangan jiwa, sikap pribadi, keprigelan pada umumnya”. (Soejono,
t.th.: 12).
Dengan demikian, dari beberapa pendapat tentang pelajar di atas dapat diambil
pemahaman bahwa seseorang dalam belajar akan mengalami perubahan dalam tingkah
lakunya melalui pendidikan atau lebih khususnya melalui prosedur latihan. Perubahan
tingkah laku tersebut akan nampak mempengaruhi kehidupan seseorang.
Dari beberapa uraian di atas, baik mengenai minat maupun mengenai belajar,
dapat dipahami bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau perasaan senang
terhadap suatu bentuk perubahan tingkah laku yang dikarenakan pengalaman dan latihan
yang dirasakan oleh seseorang dalam perkembangan dalam kehidupan.
Keinginan atau senang tersebut merupakan suatu pendorong bagi
terlaksanakannya aktifitas belajar. Minat sangat penting artinya dalam belajar, karena
dengan seseorang mempunyai minat yang besar terhadap belajar, akan dengan mudah
mendapatkan hasil yang diinginkan. Sebaliknya, bila seseorang tidak berminat untuk
belajar, maka hasil belajar yang diinginkan tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan
atau hasil belajarnya kurang maksimal.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Seperti yang telah kita singgung di muka, bahwa minat adalah sumber hasrat
belajar. Jadi di dalam jiwa seseorang yang memperhatikan sesuatu, ia akan memulainya
dengan menaruh minat pada obyek tersebut. Karena itu, kadang-kadang minat tumbuh
dengan sendirinya dan kadang-kadang perlu diusahakan. Minat yang timbul dengan
46
a. Dorongan kodrat, baik di bidang biologis seperti ingin makan, ingin minum dan lain
sebagainya maupun di bidang psikis seperti ingin tahu, ingin kenal dan lain
sebagainya.
b. Pengalaman yang diperoleh anak, misalnya anak tertarik pada soal-soal mesin karena
ia sering melihat ayahnya memperbaiki mobil.
Jadi minat akan timbul karena adanya rasa senang yang diikuti oleh sikap positif.
Selain itu, terkadang minat itu timbul dengan disengaja minat juga timbul karena adanya
suatu dorongan dari dalam diri seseorang, yang disertai oleh perasaan senang. Minat juga
bisa timbul karena adanya reaksi dari obyek, maupun kegiatan-kegiatan dalam
lingkungan yang dapat merangsang untuk mendapatkan atau melaksanakan obyek itu.
Demikian pula terhadap minat belajar, timbul karena adanya dorongan dari
dalam (intern) dan dorongan dari luar (ekstern). Belajar merupakan suatu proses yang
kontinue, kecakapan yang lebih baik selalu disertai dengan bertambahnya minat tidak
hanya dalam suatu mata pelajaran tertentu, akan tetapi juga terhadap mata pelajaran lain
yang ada hubungannya. Namun semua mata pelajaran itu sesuai dengan minat serta
tujuan orang belajar. Ada kalanya hal-hal yang harus dipelajari kurang sesuai dengan
minat dan tujuannya tetapi, karena tuntutan lingkungan, maka ia harus mempelajari
hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan hidup yang ada pada masyarakat itu.
Maka, jelaslah bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap minat belajar
adalah faktor intern dan faktor ekstern. Hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi,
tentang faktor yang mempengaruhi minat belajar, yaitu :
a. Faktor intern berupa :
1. Kurangnya kemampuan dasar (intelegensi) murid.
2. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.
3. Kurangnnya minat terhadap situasi belajar.
4. Kurangnya motivasi akan dorongan untuk belajar.
5. Situasi pribadi, terutama emosional yang dihadapi murid tertentu.
6. Faktor jasmaniah karena cacat.
7. Faktor bawaan (hereditas).
47
1. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai.
2. Situasi keluarga, broken home, masalahnya ekonomi, kurang perhatian terhadap
pendidikan sering pindah tempat dan sebagainya.
3. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan anak, bacaan porno, film
cabul, buntutan, perjudian dan sebagainya. (Ahmadi, 1978: 161).
Jadi keberhasilan belajar anak juga ditentukan oleh seberapa besar minat belajar
yang dimilikinya. Minat belajar yang dimiliki anak untuk belajar juga tergantung pada
kondisi anak dan lingkungan di mana dia tinggal, dalam arti apabila kondisi sianak secara
fisik dan psikis baik atau siap dan bermiant untuk belajar serta didukung dengan
lingkungan yang baik pula akan lebih bisa mendapatkan hasil belajar yang baik pula dan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Fungsi Minat Dalam Proses Belajar
Orang tua sebagai pendidik anak dalam lingkungan keluarga mempunyai
tanggung jawab dalam menumbuh kembangkan minat anak, terutama dalam hal belajar.
Menumbuh kembangkan minat belajar anak ini bisa dilakukan orang tua dengan
memberikan perhatian dan bimbingan belajar anaknya.
Kecakapan anak bertambah baik di rumah maupun di sekolah apabila ada
keinginan untuk belajar. Keinginan untuk belajar itu tumbuh baik dalam sendirinya
mapun dengan pengaruh dari lingkungan luar.
Jadi, minat memainkan peran penting dalam belajar anak dan juga berdamapk
pada sikap dan perilaku anak. Bagi anak-anak minat menjadi sumber motivasi yang kuat
untuk belajar. Anak yang berniat pada sebuah kegiatan akan lebih keras untuk belajar bila
dibandingkan dengan anak yang kurang berniat atau merasa bosan. Jika orang tua ingin
mendapatkan hasil belajar anaknya maksimal, rangsangan harus diatur supaya bertepatan
dengan minat anak. Rangsangan-rangsangan itu bisa berupa rangsangan yang sengaja
diperuntukkan bagi penumbuhan minat belajar anak maupun rangsangan yang tidak
disengaja untuk menumbuhkan minat anak.
Selain itu minat juga timbul berdasarkan kebutuhan anak-anaknya itu apabila
48
aktifitas-aktifitas fisik, seperti sepak bola, basket dan lain-lainnya, yang hal itu seiring
dengan pertumbuhan fisiknya.
Sehubungan dengan hal tersebut Wingstone sebagaimana dikutip Nurkancana
dan Sumartana, berpendapat bahwa:
Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakannya, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapatkan dorongan dari luar apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya. (Nurkancana dan Sumartana, 1986: 230)
Berdasarkan pendapat di atas minat merupakan sumber dari usaha dan timbul
dari kebutuhan anak-anak. Begitu pula dengan minat belajar akan timbul suatu usaha dari
anak dengan ia berniat untuk melakuakn aktifitas yaitu belajar.
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa fungsi minat
dalam proses belajar yaitu minat sebagai pendorong terhadap aktifitas belajar anak dan
juga sebagai sumber dari usaha anak dalam melaksanakan atau meraih sesuatu.
E. PENUTUP
Setelah diadakan penelitian langsung di lapangan dengan melalui wawancara dan
mengkaji dokumentasi yang ada serta pengamatan yang sesuai dengan permasalahan yang
timbul dan tujuan yang sudah direncanakan, maka sebagai akhir pembahasan disini akan
penulis simpulkan sebagai berikut:
a. Suatu keluarga dalam membina perkembangan anak bisa melalui berbagai cara,
yaitu: dengan pendidikan keteladanan, adat kebiasaan, pendidikan dengan nasehat,
memberi perhatian, memberi hukuman yang bersifat mendidik dan mungkin masih
banyak cara dalam mendidik anak untuk memdapatkan kedewasaan.
b. Kepribadian anak akan tumbuh dengan daya nalar yang dimiliki oleh anak, selain itu
pantauan dari keluarga terutama orang tua untuk mengembangkan kepribadiannya,
49
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghani 'Abud, Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya, Bandung: Penerbit Pustaka, 1987.
Afifudin, SK, BK, dkk, Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, Solo: Harapan Massa, 1988.
Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1989.
Djawad Dahlan M., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.