TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Padi Sawah
Salah satu bahan pangan nasional adalah padi. Padi merupakan makanan
pokok masyarakat Indonesia dan sebagai tulang punggung perekonomian Bangsa
Indonesia (Budianto, 2002).
Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan
rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Genus : Oriza Linn
Family : Gramineae Species : Oryza sativa L.
(AAK, 1990).
Akar pertama yang timbul dari radikula tidaklah lama hidupnya, dalam
beberapa hari akar pertama itu akan mati dan fungsinya sebagai penyerap air
untuk kebutuhan kecambah, diambil alih oleh akar-akar yang bermunculan pada
buku-buku batang kecambah yang terbawah dari batang kecambah
Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam
akar, yaitu :
1. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah
dan bersifat sementara
2. Akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda
bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini
disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio
atau karena munculnya bukan dari akar yang tumbuh sebelumnya
(Anonim, 2010).
Batang padi terdiri dari susunan beberapa ruas. Tiap-tiap dimulai dan
diakhiri dengan buku. Pada setiap buku nampaklah satu mata atau sukma. Letak
mata itu pada batang tanaman adalah silih berganti. Fungsi mata ini adalah
penting karena setiap mata yang tampak pada batang akan menghasilkan satu
anakan. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian.
Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan muncul anakan sekunder. Anakan
ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Siregar, 1981).
Daun kelopak pada daun pelepah yang terpanjang yaitu daun pelepah yang
disebut daun bendera (Flag-leaf). Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi
ligulae dan daun bendera daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang saling terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas :
1. Helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun
2. Pelepah daun yang membungkus ruas diatasnya dan kadang-kadang pelepah
daun dan helaian daun ruas berikutnya.
4. Lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat diatas telinga daun. 5. Daun bendera adalah daun teratas dibawah malai (Anonim, 2010).
Malai adalah suatu malai bunga determinit, yaitu bunga terletak pada
bagian ujung tajuk. Panjang malai dan bagian ruas teratas diatas pelepah daun
bendera menentukan pemanjangan malai. Pemanjangan malai berbeda untuk
setiap varietas padi, dan kondisi lingkungan dapat mengubah tingkat
pemanjangannya.
Sebuah bulir adalah bagian malai bunga, dan terdiri atas dua lemma steril,
rakhilla dan floret. Rakhilla adalah sumbu kecil antara sekam rudimenter dan
floret fertile. Floret meliputi lemma, palea dan bunga, yaitu :
1. Lemma yaitu bagian floret yang berurat lima dan keras yang sebagian menutupi palea. Ia memiliki satu ekor, suatu pemanjangan filiform pada panjang yang berlainan dari urat tengah lemma.
2. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan
lemma. Ia sama dengan lemma hanya lebih sempit.
3. Bunga terdiri atas 6 benang sari dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun
atas dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai benang sari. Putik
mengandung satu bakal biji.
Buahnya seperti buah batu (keras) dan terjurai pada tangkai. Setelah tua,
warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat telur, ada yang
berwarna putih atau merah. Butir-butir padi yang sudah lepas dari tangkainya
disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Bila beras ini
dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan utama
Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Dengan kata lain padi dapat hidup baik di daerah
beriklim panas yang lembab. Pengertian ini mencakup curah hujan, temperatur,
ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim.
Curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Tanaman
padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C keatas. Sedangkan di Indonesia
pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun.
Ketinggian tempat untuk tanaman padi adalah 0-65 m diatas permukaan laut.
Tanaman padi memerlukan sinar matahari. Hal ini sesuai dangan syarat
tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup didaerah berhawa panas. Angin
juga memberi pengaruh positif dalam proses penyerbukan dan pembuahan.
Musim berhubungan erat dengan hujan yang berperan dalam penyediaan air dan
hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi
bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapat hasil yang lebih tinggi
daripada penanaman padi pada musim hujan dengan catatan apabila pengairan
baik (AAK, 1990).
SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan
kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran
dibandingkan teknik budidaya cara tradisional. Pada mulanya, praktek penerapan
SRI seperti “melawan arus”. SRI menentang asumsi dan praktek yang selama
ratusan tahun telah dilakukan. Kebanyakan petani padi menanam bibit yang telah
matang (umur 20-30 hari), dalam bentuk rumpun, secara serentak, dengan
penggenangan air di sawah seoptimal mungkin di sepanjang musim. Masuk akal
penanaman dalam bentuk rumpun akan menjamin beberapa tanaman tetap hidup
saat pindah tanam dan penanaman dalam air yang menggenang menjamin
kecukupan air dan gulma sulit tumbuh (Berkelaar, 2008).
Terlepas dari alasan tersebut, para petani yang menerapkan metode SRI
belum menemukan resiko yang lebih besar daripada metode tradisional.
Ada 6 penemuan kunci penerapan SRI :
1. Bibit transplantasi lebih awal
Bibit padi di transplantasi saat dua daun telah muncul pada batang muda,
biasanya saat berumur 8-15 hari. Benih harus disemai pada petakan khusus
dengan menjaga tanah tetap lembab dan tidak tergenang air. Saat transplantasi
dari petak semaian, harus hati-hati serta dijaga tetap lembab. Bibit harus
ditransplantasikan secepat mungkin setelah dipindahkan dari persemaian. Saat
menanam benih disawah, benamkan benih dalam posisi horizontal agar
ujung-ujung akar tidak menghadap keatas. Ujung akar membutuhkan keleluasaan untuk
tumbuh kebawah. Transplantasi saat bibit masih muda secara hati-hati dapat
mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam
memproduksi batang dan akar selama tahap pertumbuhan vegetatif. Bulir padi
dapat muncul pada malai.
2. Bibit ditanam satu per satu
Bibit ditanam satu per satu, tidak secara berumpun, yang terdiri dari dua
atau tiga tanaman. Ini di maksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk
menyebar dan memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu
3. Jarak tanam
Dibandingkan dengan baris yang sempit, bibit lebih baik di tanam dalam
pola luasan yang cukup luas dari segala arah. Ada beberapa ukuran jarak tanam
pada SRI, yaitu : 25 cm x 25 cm, 30 cm x 30 cm dan 35 cm x 35 cm.
Untuk membuat jarak tanam yang tepat, petani dapat meletakkan
tongkat-tongkat dipinggir sawah, lalu diantaranya diikatkan tali melintas sawah. Tali
diberi tanda interval yang sama, sehingga dapat menanam dalam pola segi empat.
Dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada
akar untuk tumbuh leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar
matahari, udara dan nutrisi.
4. Kondisi tanah
Secara tradisional penanaman padi biasanya selalu digenangi air. Namun,
sebenarnya air yang menggenang membuat sawah menjadi kekurangan oksigen
bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami
penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman
mencapai masa berbunga.
Dengan SRI, petani hanya memakai ½ dari kebutuhan air pada sistem
tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap
lembab selama tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi
pertumbuhan akar. Kondisi tidak tergenang yang dikombinasikan dengan
pendangiran mekanis, akan menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam
tanah dan akar berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih
Pada tanaman padi sawah yang tergenang air, di akar padi akan terbentuk
kantung udara yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen. Namun, karena
kantung udara ini mengambil 30-40 % korteks akar, maka dapat berpotensi
menghentikan penyaluran nutrisi dari akar ke seluruh bagian tanaman.
Penggenangan dapat dilakukan sebelum pendangiran untuk mempermudah
pendangiran. Selain itu penggenangan air paling baik dilakukan pada sore hari,
sehingga air yang berada di permukaan mulai mengering keesokan harinya.
Perlakuan ini membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat
sepanjang hari. Sebaliknya sawah yang di genangi air justru akan memantulkan
kembali radiasi matahari yang berguna, dan hanya sedikit menyerap panas yang
diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi
hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya setelah
pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan di praktek
tradisional. Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen.
5. Pendangiran
Pendangiran adalah usaha menggemburkan tanah disekitar tanaman untuk
memperbaiki struktur tanah yang berguna untuk perkembangan tanaman.
Pendangiran dapat dilakukan dengan tangan atau alat sederhana. Para petani di
Madagaskar beruntung setelah menggunakan alat pendangiran yang
dikembangkan oleh International Rice Research Institute sejak tahun 1960an,
yang mampu mengurangi tenaga kerja dan meningkatkan hasil panen. Alat ini
mempunyai roda putar bergerigi yang berfungsi untuk mengaduk tanah saat
Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah transplantasi dan
pendangiran ke dua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran,
namun jika ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil
hingga satu atau 2 ton/ha. Hal ini disebabkan karena tidak hanya sekedar
membersihkan gulma, tetapi pengadukan tanah dapat memperbaiki struktur dan
meningkatkan aerasi tanah.
6. Asupan organik
Awalnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk
meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah tandus di Madagaskar. Tetapi saat
subsidi pupuk dicabut pada akhir tahun 1980an, petani disarankan untuk
menggunakan kompos, dan ternyata hasilnya lebih bagus. Kompos dapat dibuat
dari macam-macam sisa tanaman, seperti jerami, serasah tanaman dan dari bahan
tanaman lainnya, dengan tambahan pupuk kandang bila ada. Daun pisang bisa
menambah unsur potassium, daun tanaman kacang-kacangan dapat menambah
unsur N. Kompos menambah nutrisi tanah secara perlahan-lahan dapat
memperbaiki struktur tanah (Berkelaar, 2008).
Landasan Teori Sikap
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan
persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap
mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang
menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap
tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang
(Winardi, 2004).
Sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar daripada sebagai hasil
perkembangan atau sesuatu yang diturunkan. Ini berarti bahwa sikap diperoleh
melalui interaksi dengan objek sosial atau peristiwa sosial. Sebagai hasil belajar,
sikap dapat diubah, diacuhkan, atau dikembalikan seperti semula, walaupun
memerlukan waktu yang cukup lama. Berdasarkan pandangan ini, maka sikap
sebenarnya merupakan produk dari hasil interaksi. Pandangan ini lebih bersifat
humanistik dimana kebebasan seseorang dapat ditentukan berdasarkan kondisi
lingkungan yang sedang berlaku saat itu (Mar’at, 1984).
Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara
antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam
tiga macam yaitu, respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai
apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan
afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan
mengenai perilaku). Dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon
tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi
lengkap mengenai sikap individu tentu harus diperoleh dengan melihat ketiga
macam respon secara lengkap (Azwar, 2007).
Sikap-sikap individu mungkin mengandung “surplus” nilai instrumental
baginya. Ia mengembangkan sikapnya sebagai tanggapan terhadap situasi
masalah, yakni dalam mencoba memenuhi keinginan khusus. Sejauh
sikap-sikapnya merupakan sistem yang bertahan (lestari), maka sikap tersebut tetap
masalah yang berbeda, yakni untuk memenuhi sejumlah keinginan yang berlainan
(Krech, dkk., 1996).
Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan
individual, sikap dapat pula dibedakan sebagai berikut :
1. Sikap Positif
Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang
berlaku dimana individu itu berada.
2. Sikap Negatif
Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana
individu itu berada.
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan
yaitu, apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung,
apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai
objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap
berarti memiliki sikap yang arahnya positif. Sebaliknya, mereka yang tidak setuju
atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif
(Azwar, 2007).
Skala Likert
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap
dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada
umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan
pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa
sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor)
dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2007).
Menurut Suryabrata (2002), Skala Likert tergolong skala untuk orang,
pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenaan dengan pengukuran
sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai
berikut.
1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi
sasaran sikap.
2. Sikap itu digambarkan dalam satu kontinum dari negatif, lewat daerah netral
ke positif.
Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan populer dengan
nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap
yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
Prosedur penskalaan dengan Metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu
sebagai berikut :
1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk
pernyataan yang favorable (disukai) atau pernyataan yang nonfavorable
(tak disukai).
2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan
Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan
telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada
rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam
kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak
dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “setuju” (S), dan “sangat setuju” (SS).
Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert
adalah skor T, yaitu :
Keterangan :
T = skor standar
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X = mean skor kelompok
S = deviasi standar kelompok
(Azwar, 2007).
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani
Karakteristik sosial ekonomi petani yang dapat mempengaruhi sikap
petani terhadap sistem tanam SRI di Desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai yang di teliti yaitu : umur, pendidikan,
1. Umur
Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun) biasanya makin
lamban dalam mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan penyuluh
dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan
oleh masyarakat setempat.
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.
Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin
turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur
tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman
(Suratiyah, 2009).
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap
yang menguntungkan menuju penggunaan praktek-praktek pertanian yang lebih
modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan
teknologi dan melaksanakan proses adopsi (Soekartawi, 1988).
Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani
akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani
menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.
Pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap
yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern.
Mereka yang berpendidikan tinggi adalah yang relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah,
3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan merupakan beban yang harus dipikul atau ditanggung
oleh petani dalam keluarga, seperti menurut Lubis (2000). Maksud dari jumlah
tanggungan disini adalah berapa banyak beban tanggungan petani dalam satuan
jiwa.
Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani
untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah
pendapatan keluarganya.
Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan
semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota
keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga
yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan
bertambahnya anggota keluarga, sementara kebutuhan akan produksi terutama
pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).
4. Lamanya Berusahatani
Menurut Soekartawi (1988), petani yang sudah lebih lama bertani akan
lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan
pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil
keputusan.
5. Pendapatan
Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan
usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan
usahatani (Soekartawi, dkk., 1984).
Kerangka Pemikiran
Indonesia adalah Negara berlatar belakang agraris, artinya pertanian
memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sektor
pertanian dan dari produk yang berasal dari pertanian. Untuk meningkatkan
produksi padi telah banyak dilakukan penelitian untuk menemukan metode
budidaya yang dapat meningkatkan hasil produksi padi. Salah satu metode
tersebut adalah System of Rice Intensification (SRI). Dalam rangka menumbuhkan
minat petani untuk mengadopsi SRI ini, pemerintah telah memberikan bantuan
berupa input produksi kepada petani yang ingin menerapkan SRI pada usahatani
padi sawah mereka.
Metode SRI yang diperkenalkan oleh pemerintah tentunya akan
mengundang respon atau tanggapan dari petani, respon tersebut adalah sikap
petani terhadap metode System of Rice Intensification (SRI). Pemberian bantuan input produksi kepada petani akan mempengaruhi sikap petani terhadap metode
SRI itu sendiri. Selain pemberian bantuan input produksi, faktor karakteristik
sosial ekonomi petani juga akan mempengaruhi sikap petani. Sikap petani
terhadap metode System of Rice Intensification (SRI) dapat berupa sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif yaitu sikap yang menerima, mendukung dan
melaksanakan metode SRI, sedangkan sikap negatif adalah sikap yang tidak
Sikap petani dalam menanggapi program tersebut dapat dipengaruhi oleh
karakteristik sosial ekonomi petani itu sendiri yang meliputi : umur, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani dan jumlah
pendapatan.
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan : Pengaruh
Hubungan
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik sosial
ekonomi terhadap sikap petani dalam penerapan padi sawah
System of Rice Intensification (SRI).
Petani
System of Rice Intensification
Sikap Petani Bantuan
Pemerintah
Positif Negatif
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani - Umur
- Tingkat Pendidikan - Lamanya
Berusahatani
- Jumlah Tanggungan Keluarga
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis penelitian
adalah :
1. Sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian adalah positif.
2. Terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, dan pendapatan ) dan bantuan
pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice