BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DI INDONESIA
A. Pengertian dan Sejarah Perusahaan Pembiayaan 1. Defenisi Perusahaan Pembiayaan
Sesuai dengan kaidah ekonomi, dimana ada demand dan di sisi lain ada
supply, yang menciptakan institusi tradisional dimana ada pihak yang kelebihan
dana akan mensuplai dana langsung kepada pihak yang membutuhkan dana.34
Dengan cara ini membawa suatu konsekuensi terhadap pembangunan ekonomi
masyarakat yang menuntut adanya suatu kepastian hukum. Karena dalam praktik
sering didengar keluhan dari para pelaku usaha yang menyatakan era globalisasi
ekonomi dunia, bukan hanya dalam bentuk direct investment maupun equity
invesment melainkan mengintrodusir investasi dalam bentuk baru yaitu
penyertaan modal secara informal, antara lain dalam bentuk franchising,
licensing, technical assitance, modal ventura, dan lain-lain.35
Perusahaan pembiayaan adalah merupakan bagian dari lembaga
pembiayaan yang bertujuan untuk memulihkan perekonomian nasional. Lembaga
pembiayaan terdiri dari dua kata, yaitu:
a. Lembaga adalah badan adalah badan atau pranata yang bermaksud melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukasn suatu usaha.36
34
Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), hal.1.
35
Partomuan Pohan, “Selayang Pandang tentang Franchising, Licensing, Technical Assistance, Ventura Capital Factoring dan Costodian”, tulisan dalam Media Notariat, No.20-21, Jakarta, Juli-Oktober 1991, hal.122.
36
b. Pembiayaan adalah perbuatan untuk membiayai baik perorangan maupun bentuk perusahaan.37
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang midal yang termasuk
salah satu dari Lembaga Jasa Keuangan.38 Lembaga pembiayaan meliputi
perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura dan perusahaan pembiayaan
infrastruktur.39
Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang
perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan secara terus
menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan/ atau laba. 40
Dalam Pasal 1 huruf (b) UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia, untuk
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Sedangkan pengertian dari
Perusahaan Pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b)
dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan yaitu “badan usaha di luar bank dan
37
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1985), hal.582.
38
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 1 Angka 4.
39
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 2. 40
lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan
yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.”41
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau
usaha kartu kredit.42 Masing-masing kegiatan perusahaan pembiayaan meskipun
berbeda-beda dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, tetapi masih banyak
terdapat persamaannya. Karena semuanya memang bertujuan untuk memberikan
kemudahan finansial bagi perusahaan lain.
2. Sejarah Perusahaan Pembiayaan
Kehadiran industri pembiayaan (multifinance industry) sesungguhnya
belum terlalu lama, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju
lain. Dari beberapa sumber diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada
tahun 1974. Kehadirannya didasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga
menteri yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perdangan, dan Menteri Perindustrian.43 Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan
Armada Niaga Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut mengganti
namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Pada tanggal 2 Juli 1982
dibentuk Asosiasi Leasing Indonesia (ALI) yang berkedudukan di Jakarta sebagai
41
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Huruf (b).
42
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 2 Huruf a.
43
Seputarpembiayan.blogspot.com, “Sejarah Lembaga Pembiayaan Di Indonesia”
satu-satunya wadah komunikasi bagi perusahaan-perusahaan leasing di
Indonesia.44
Kehadiran ALI telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh pelaku usaha
leasing di Indonesia dan ALI telah berhasil melakukan berbagai aktifitas guna
kepentingan para anggotanya, termasuk membantu pengembangan industri usaha
leasing di Indonesia bersama pemerintah. Kemudian melalui Keputusan Presiden
Nomor 61 Tahun 1988 yang ditindak lanjuti dengan Surat Keterangan Menteri
Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana telah berkali-kali diubah,
terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
448/KMK.017/2000 tentang perusahaan pembiayaan. Dalam peraturan
perundang-undangan tersebut diperincikan bahwa kegiatan lembaga pembiayaan
meliputi : 45
Akan tetapi dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, Lembaga
Pembiayaan yang dijalankan oleh suatu Perusahaan Pembiayaan adalah sebagai
3. Usaha Kartu Kredit. 4. Pembiayaan Konsumen.
Hal tersebut dikarenakan kegiatan modal ventura dan perdagangan surat
berharga mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan keempat lembaga
pembiayaan tersebut.
Disamping itu ditentukan pula bahwa suatu perusahaan pembiayaan tidak
diperkenankan menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk :47
1. Giro.
2. Deposito.
3. Tabungan.
4. Surat Sanggup Bayar. (Promissory Notes), kecuali jika surat sanggup
bayar tersebut hanya dipakai sebagai jaminan hutang kepada bank
yang menjadi kreditnya.
Pada tahun 1990, industri leasing mulai kembali pada prinsip dasar
ekonomi. Mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada
tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan
pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = tight money policy)
yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II, suku bunga menjadi naik.
Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui terpaksa ditunda pencairannya.
Dari sisi permodalan, TMP membuat perusahaan multifinance menjadi terhambat.
Oleh karena itu banyak perusahaan multifinance yang mengabungkan
perusahaannya agar lebih mudah memperoleh kredit termasuk dari luar negeri.48
47
Munir Fuady, Op.Cit, hal.4. 48
Seiring dengan pertumbuhan sektor usaha jasa pembiayaan dan guna
menampung aspirasi seluruh anggota maka pada tanggal 20 Juli 2000 telah
diambil keputusan ALI menjadi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia
(APPI). Keputusan itu sejalan dengan keberadaan usaha para anggota sebagai
perusahaan pembiayaan yang dapat melakukan aktivitas usaha : sewa guna usaha
(leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer finance),
dan kartu kredit (credit card).49
Dalam perkembangannya pada tanggal 21 Desember 2000 Asosiasi
Factoring Indonesia (AFI) juga bergabung ke dalam APPI. Sesuai dengan tujuan
didirikannya APPI bersama pemerintah terus berupaya memberikan andil dan
peran lebih berarti dalam peningkatan perekonomian nasional khususnya pada
sektor usaha jasa pembiayaan.50
Sebagai bentuk nyata dari perhatian pemerintah maka dibentuklah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan dalam rangka meningkatkan peran perusahaan pembiayaan dalam
pembangunan nasional dan demi penyempurnaan ketentuan di bidang
Perusahaan Pembiayaan.51
Masing-masing kegiatan perusahaan pembiayaan walaupun berbeda-beda
dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, tetapi masih banyak terdapat
49
Ibid. 50
Ibid. 51
persamaannya. Karena semuanya memang bertujuan untuk memberi kemudahan
finansial bagi perusahaan lain.52
B. Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan pembiayaan adalah usaha di luar Badan dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau
usaha Kartu Kredit. Kegiatan usaha kartu kredit meliputi:
1. Sewa Guna Usaha;
2. Anjak Piutang
3. Usaha Kartu Kredit
4. Pembiayaan Konsumen
Sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran.53
Pengertian leasing sebagai setiap perjanjian dalam kegiatan pembayaran
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan, untuk suatu jangka watu tertentu berdasarkan pembayaran
52
Munir Fuady, Op.Cit, hal.4. 53
secara berkala disertai dengan hak pilihan (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.54
Disisi lain bahwa perjanjian leasing disebut juga sebagai perjanjian
pengikatan hak bersyarat berupa perjanjian sewa guna usaha ( leasing agreement )
adalah suatu perjanjian dimana seseorang (pemberi sewa guna usaha/ lessor)
memberikan hak kepada orang lain ( penerima sewa guna usaha/ lessee) untuk
menguasai suatu objek dengan kompensasi berupa uang sewa atau pembayaran
lainnya.55
Apapun nama perjanjian dalam leasing, harus mencerminkan inti (het
wezen) perjanjian dengan tegas sehingga bentuk hukum peraturan mana yang
berlaku, hak-hak dan kewajiban-kewajiban pihak-pihak jelas dan tidak memberi
kesempatan atau peluang kepada hakim yang mengadili perselisihan tentang
perjanjian itu untuk memberikan interprestasi lain atau melaksanakan perjanjian
itu lain daripada yang dimaksudkan pihak-pihak.56
Leasing memiliki ciri-ciri sebagai berikut :57
1. Para pihak dalam leasing yang terdiri dari :
a. Lessor yang harus berbentuk perseroan atau koperasi yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan.
b. Lessee (perusahaan pembiayaan).
c. Supplier.
2. Leasing adalah suatu cara pembiayaan yang dilakukan dalam bentuk
3. Perjanjian leasing itu harus berbentuk tertulis dengan tujuan pengawasan dan pembuktian yang disertai dengan pembuatan dokumentasi yang diperlukan dalam leasing.
4. Adanya hubungan antara jangka waktu lease dan masa kegunaan benda yang di-lease kan.
5. Hak milik benda yang di-lease-kan ada pada lessor.
6. Objek leasing adalah benda-benda yang dipergunakan dalam suatu perusahaan.
a. Objek leasing biasanya dibeli lessor atas permintaan lessee dari
supplier menurut spesifikasi yang ditentukan lessee, barang
langsung diserahkan kepada lessee oleh supplier, dan setelah lessor menerima pemberitahuan dari lessee bahwa ia telah menerima barang dengan baik, lessor akan membayar harga barang kepada supplier.
b. Objek leasing harus diperinci jenisnya, kuantitasnya, lokasinya dan lain-lain, demi kepastian hukum semua pihak dalam perjanjian leasing.
7. Opsi bagi lessee untuk membeli objek leasing, dimana setelah jangka waktu leasing berakhir dan memenuhi semua kewajibannya berdasarkan perjanjian leasing, maka lessee mempunyai hak opsi untuk membeli atau memperpanjang leasing, maka lessee wajib mengembalikan barang atas biaya lessee kepada lessor, dalam keadaan baik dan dengan tempatyang ditentukan lessor.
8. Adanya jaminan kebendaan yang diberikan berupa benda yang
di-lease-kan, dan eksekusi jika cicilan macet, serta pengaturan tentang
putusnya perjanjian leasing.
Pada prinsipnya ada dua macam prototipe leasing, yaitu leasing yang
berbentuk operating dan leasing yang berbentuk finansial :58
1. Operating Lease
Operating lease disebut juga Service lease. Operating lease ini
biasanya merupakan suatu corak leasing dengan karakteristik.
2. Financial Lease
Financial lease ini sering disebut juga dengan capital lease atau
full-payout lease. Financial lease merupakan suatu corak leasing yang
lebih sering diterapkan.
58
Operating lease dan financial lease memiliki perbedaan sebagai berikut :59
1. Financial Lease adalah suatu perjanjian pembiayaan dimana lessor
diminta untuk membiayai pengadaan barng untuk lessee, sedangkan
operational lease perjanjian menitikberatkan pada pemberian jasa.
2. Pada financial lease, resiko ekonomi atas objeknya berada pada lessee
karena lessee wajib membayar kembali modal yang disediakan lessor
untuk mengadakan barang yang bersangkutan ditambah bunga dan
ongkos lain selama kontrak berjalan, sedangkan operational lease
resiko ekonomis atas barang yang di-lease ada pada lessor.
3. Pada financial lease, lessor hanya memikul resiko berkenaan dengan
keadaan keuangan, kemampuan membayar, serta resiko lessee,
sedangkan pada operational lease, lessor menanggung resiko
hilangnya atau rusakna objek yang di-lease.
4. Pada financial lease jangka waktu kontrak sama atau hampir sama
dengan masa kegunaan barang yang bersangkutan menurut persetujan
lessor dan lessee, sedangkan operational lease jangka waktu perjanjian
pada umumnya tidak sama dengan masa kegunaan barang yang
bersangkutan.
5. Dalam hak opsi untuk membeli barang dari lessor harus disetujui lebih
dahulu, pada financial lease hampir tidak berarti jumlahnya,
sedangkan pada operational lease jumlah harga relatif tinggi menurut
nilai ekonomis riil barang tersebut.
59
6. Pada financial lease, lessee dilarang mengakhiri kontrak sebelum
jangka waktu yang diperjanjikan berakhir,kecuali diperjanjikan lain,
sedangkan pada operational lease jangka waktu leasing tidak tertentu
dan dapat diakhiri oleh lessee.
7. Pada operational lease, lessee pada umumnya memberikan jasa-jasa
untuk kegunaan pengoperasian dan pemeliharaan barang yang di-lease,
sedangkan hal ini tidak terjadi pada financial lease.
Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan
atas piutang tersebut. Kegiatan anjak piutang merupakan kegiatan pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri, yang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau pembelian piutang
tersebut.60
Pengertian anjak piutang (factoring) merupakan usaha pembiayaan atau
tekhnik pendanaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan (client) yang terbit dari
suatu transaksi perdagangan dalam dan luar negeri oleh client dan nasabah,
dengan imbalan biaya administrasi dan bunga yang diberikan kepada perusahaa n
factor.61
60
H.Ahmad Muliadi, Op.Cit, hal.43. 61
Kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang
jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
Pelaksanaan kegiatan anjak piutang antara lain :62
1. Sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan
pengembangan lembaga anjak piutang.
2. Menerbitkan surat sanggup bayar dengan memenuhi prinsip
kehati-hatian.
Dari kegiatan anjak piutang tersebut diatas dapat dikemukakan :63
1. Usaha anjak piutang terdiri dari 3 (tiga) pihak, yaitu :
a. Perusahaan anjak piutang : ialah perusahaan yang akan membeli
dan/atau menerima pengalihan piutang, yang berfungsi sebagai
perantara antara penjual piutang dengan nasabah.
Adapun yang dapat menjadi perusahaan anjak piutang antara lain :
1) Perusahaan yang bergerak khusus dalam usaha anjak piutang.
2) Perusahaan multifinance yang di samping bergerak di bidang
anjak piutang tetapi juga bergerak dibidang usaha financial
lainnya, seperti bidang leasing, consumer finance, kartu kredit
dan sebagainya.
3) Bank yang diperkenankan beroperasi dibidang usaha anjak
piutang berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 dalam Pasal 6 butir (I), dengan bentuk badan usaha
perseroan dan koperasi.
62
Munir Fuady, Op.Cit, hal.52. 63
b. Penjual piutang adalah perusahaan yang menjual piutang dagang
jangka pendek kepada perusahaan pembiayaan dan/atau
mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi
perdagangan kepada perusahaan anjak piutang (factor). Piutang
termasuk benda bergerak tak bertubuh (choses in action) , maka
hak milik atas piutang yang dialihkan dapat beralih kepada
pembeli.
c. Nasabah atau pelanggan, adalah pihak (debitur) yang berutang
kepada penjual piutang (klien), yang selanjutnya dengan kegiatan
anjak piutang, piutang yang terbit dari utang tersebut dialiihkan
kepada perusahaan anjak piutang.
2. Usaha anjak piutang adalah berupa perjanjian jual beli tagihan, oleh
karena perjanjian anjakpiutang harus dianggap sebagai satu jenis atau
varian dari perjanjian jual beli, yang diartikan sebagai suatu
persetujuan dimana pihak yang satu mengikat dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar
harga yang telah dijanjikan. Dalam proses transaksi/prosedur anjak
piutang maka piutang yang dimiliki oleh klien dialihkan (dijual)
kepada perusahaan anjak piutang.
3. Jual beli piutang dilakukan secara terus menerus (on a continuing
basis) dengan en bloc ( in bulk) baik yang sudah ada maupun yang
Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. Sehingga
dengan demikian kartu kredit dapat disebut jenis alat pembayaran yang dapat
digunakan oleh masyarakat yang termasuk alat pembayaran yang bersifat
elektronis. Usaha kartu kredit merupakan usaha dalam kegiatan pemberian kredit
atau pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa yang penarikannya dilakukan
dengan kartu.64
Kartu kredit atau credit card adalah suatu kartu yang umumnya dibuat
dari bahan plastik, dengan dibubuhkan identitas dari pemegang dan penerbitnya
dengan basis magnetis yang memberikan hak kepada siapa kartu ini diisukan
untuk menandatangani tanda pelunasan pembayaran harga dari suatu jasa atau
barang yang di beli di tempat-tempat tertentu, yang pembayaran pelunasannya
dapat dilakukan oleh pembeli secara sekaligus atau angsuran pada jangka waktu.
Seiring dengan pesatnya penggunaan kartu kredit tersebut penyalahgunaannya
juga banyak terjadi. Di samping itu,ternyata juga seringkali terjadi bahwa para
pihak yang terlibat dalam penggunaan/penerbitan/pemakai kartu kredit tidak
selamanya melaksanakan prestasinya seperti yang di perjanjikan.65
Kegiatan usaha kartu kredit dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu
kredit yang dapat dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk pembelian barang dan
atau jasa sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib mengikuti Bank
Indonesia.66
64
H.Ahmad Muliadi, Op.Cit, hal.75. 65
Ibid. 66
Bentuk fisik dari kartu kredit mencantumkan :67
1. Keterangan tentang badan hukum (perusahaan dan/atau bank) yang
menerbitka kartu kredit. Keterangan ini penting untuk siapa yang
bertanggungjawab atas penagihan nantinya dari pihak pedagang. Bagi
penerbit sendiri pencantuman ini juga berarti sarana promosi.
2. Nama dan tanda tangan pemegang kartu. Pencantuman nama dan tanda
tangan penting karena hanya orang dan nama tanda tangannya
tercantum dalam kartu kredit tersebut yang dapat menggunakan kartu
itu, artinya kartu kredit itu tidak dapat dipindah tangankan.
3. Nomor urut kartu kredit. Nomor urut kartu kredit berfungsi untuk
mengetahui berapa kartu kredit yang sudah dikeluarkan oleh penerbit
dan sebagai salah satu alat keamanan bagi penerbit dalam menerbitkan
daftar hitam yang disebarkan para pedagang.
4. Masa berlakunya kartu. Pencantuman masa berlaku pada kartu kredit
adalah agar para pedagang dapat mengetahui apakah kartu kredit
tersebut masih berlaku atau tidak.
5. Kartu kredit bukan termasuk surat berharga, karena tidak memenuhii
ciri-ciri surat berharga, yang antara lain dapat dipindah tangankan
dengan mudah.
67
Ada pun pihak-pihak pendukung terciptanya lalu lintas kartu kredit
yaitu:68
1. Pemegang kartu, adalah seseorang yang namanya tercantum pada kartu
dan berhak menggunakan kartu tersebut.
2. Merchant, adalah perusahaan atau perorangan yang menandatangani
perjanjian dengan bank untuk menerima pembayaran atas penjualan
barang-barang makanan atau jasa dengan menggunakan kartu kredit
3. Slip penjualan, adalah formulir yang disediakan oleh bank yang
memproses untuk digunakan oleh merchant dalam melakukan
transaksi penjualan barang-barang makanan atau jasa dan merupakan
bukti yang sah bagi merchant untuk menagih kepada bank atau badan
usaha lainnya yang ditunjuk oleh bank penerbit.
4. Lembar penagihan, adalah lembar informasi yang berisi rincian
penggunaan kartu kredit pemegang kartu utama dan tambahan
(pembelanjaan, pembayaran, penarikan uang tunai, biaya administrasi)
yang di cetak dam dikirimkan oleh penerbit setiap bulannya.
5. Tanggal penagihan, adalah tanggal tutup buku dan sekaligus
merupakan tanggal pencetakan tagihan / bulan.
6. Tanggal jatuh tempo, adalah batas akhir bagi pemegang kartu kredit
untuk melakukan pembayaran tagihan baik minimum, sebagian,
maupun seluruh tagihan barang.
68
7. Batas kredit, adalah batas maksimal penggunaan kartu kredit yang
besarnya telah ditentukan penerbit.
Adapun pihak-pihak dalam kartu kredit :69
1. Pihak penerbit (issuer)
Penerbit disini merupakan pihak atau lembaga atau badan usaha
(hanya dalam bentuk usaha Perseroan dan Koperasi) yang kegiatan
usahanya mengeluarkan dan mengelola kartu kredit.
2. Pemegang kartu (card holder)
Pihak yang telah memenuhi prosedur atau persyaratan yang ditetapkan
oleh penerbit untuk dapat diterima sebagai anggota dan yang berhak
menggunakannya.
3. Pihak penjual barang atau jasa (merchant)
Pihak yang ditunjuk atau disetujui oleh pihak pengelola untuk dapat
melakukan transaksi dengan pemegang kartu kredit sebagai pengganti
uang tunai. Merchant ini dapat berupa pedagang, toko-toko, hotel,
restoran, travel biro, dan sebagainya
4. Perantara (acquirer)
Pihak yang mengelola penggunaan kartu kredit terutama dalam hal
penagihan dan pembayaran antara pihak issuer dan merchant dan/atau
antara pemegang dan penerbit.
Karena itu kehadiran sektor hukum yang adil, tegas dan predictable untuk
menata penggunaan kartu kredit tentu merupakan kebutuhan dunia bisnis yang
69
nyata dalam praktek. Karena para pihak yang terlibat dalam hubungan dengan
kartu kredit ini ingin agar kedudukannya terlindungi secara hukum dengan hak
dan kewajibannya yang reasonable dan transparan.70
Pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran
secara angsuran. Pembiayaan konsumen sebagai suatu kegiatan perjanjian yang
dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang
atau jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen.71
Pembiayaan konsumen tergolong kedalam sale credit, karena konsumen
tidak menerima cash, tetapi hanya menerima barang yang dibeli dengan kredit
tersebut untuk tujuan konsumtif. Sistem pembiayaan konsumen memungkinkan
perusahaan pembiayaan memberikan bantuan dana untuk pembelian
barang-barang produk dari perusahaan dalam kelompoknya yang disebut captive finance
company.72 Oleh karena itu market untuk perusahaan pembiayaan tersebut sudah
ditentukan, misalnya seperti yang dilakukan oleh general motors acceptance
coorporation yang menyediakan pembiayaan konsumen terhadap produk-produk
penjualan general motors.
Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk pembiayaan
dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran antara lain meliputi :73
70
Munir Fuady, Op.Cit, hal.171-172. 71
H.Ahmad Muliadi, Op.Cit, hal.109-110. 72
H.Ahmad Muliadi, Op.Cit, hal.110. 73
1. Pembiayaan kendaraan bermotor.
2. Pembiayaan alat rumah tangga.
3. Pembiayaan barang-barang elektronik.
4. Pembiayaan perumahan.
C. Peran dan Funsi Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan Pembiayaan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
dalam mendukung perekonomian nasional yaitu sebagai salah satu sumber
pembiayaan alternatif bagi masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan
permodalan dan atau untuk membeli barang (asset).
Perusahaan pembiayaan mempunyai peranan yang penting, yaitu sebagai
salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang
pertumbuhan perekonomian nasional. Disamping peran tersebut diatas, lembaga
pembiayaan juga mempunyai peran penting dalam hal pembangunan yaitu
menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat dengan berperan
aktif dalam dalam pembangunan. Diharapkan masyarakat atau pelaku usaha dapat
mengatasi salah satu faktor yang umum dialami yaitu faktor permodalan.74
D. Jenis Pembiayaan dalam Perusahaan Pembiayaan
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang
Perusahaan Pembiayaan diatur mengenai jenis-jenis pembiayaan dalam
perusahaan pembiayaan. Adapun jenis-jenis pembiayaan perusahaan pembiayaan
74
yang dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 1 sampai 4 Peraturan Ototitas Jasa
Keuangan (selanjutnya disebut POJK) Nomor 29/POJK.05/2014 adalah sebagai
berikut :
1. Pembiayaan investasi
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan untuk pengadaan barang-
barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk aktivitas usaha/investasi ,
rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi tempat usaha/investasi
yang diberikan pada debitur dalam jangka waktu lebih dari dua tahun.75
Pembiayaan investasi memiliki beberapa cara pemberian sebagai
berikut :76
a. Finance Lease digunakan untuk penyediaan barang oleh Perusahaan
Pembiayaan untuk digunakan oleh debitur selama jangka waktu
tertentu, yang mengalihkan secara substansial manfaat dan resiko atas
barang yang dibiayai.
b. Sale and Finance Leaseback digunakan oleh debitur yang memiliki
tagihan dan membutuhkan pendanaan investasi dengan jangka waktu
pembiayaan lebih dari dua tahun.
c. Anjak piutang with recourse digunakan oleh debitur yang memiliki
tagihan dan membutuhkan pendanaan investasi dengan jangka waktu
pembiayaan lebih dari dua tahun. Debitur menanggung resiko tidak
75
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Angka 2.
76
Otoritas Jasa Keuangan, “Sosialisasi Peraturan OJK Mengenai Perusahaan
tertagihnya sebagian atau seluruh piutang yang dijual kepada
perusahaan pembiayaan.
d. Installment Financing digunakan untuk pembiayaan pengadaan barang
dimana kepemilikan objek pembiayaan dalam perjanjian beralih dari
penyedia barang kepada debitur.
e. Pembiayaan Proyek digunakan untuk pembiayaan yang diberikan
dalam rangka pelaksanaan sebuah proyek yang memerlukan pengadaan
beberapa jenis barang modal dan/atau jasa yang terkait dengan
pelaksanaan pengadaan proyek tersebut. Pembiayaan proyek ini dapat
dilakukan melalui bundling financing yang terdiri dari finance lease,
lease and leaseback, factoring with recourse, dan installment
financing.
f. Pembiayaan Infrastruktur digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk
pengadaan barang dan/atau jasa untuk pembangunan infrasturktur.
2. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan pengeluran-pengeluaran yang habis dalam satu siklus
aktivitas usaha debitur dan merupakan pembiayaan dengan jangka
waktu paling lama dua tahun.77
Pembiayaan modal kerja memiliki beberapa cara pemberian sebagai
berikut :78
77
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Angka 3.
78
a. Sale and Finance Leaseback digunakan oleh debitur yang telah
mempunyai barang modal namun membutuhkan pendanaan untuk
modal kerja dengan jangka waktu pembiayaan tidak lebih dari dua
tahun.
b. Anjak Piutang digunakan oleh debitur yang memiliki tagihan namun
membutuhkan pendanaan untuk modal kerja dengan jangka waktu
tidak lebih dari dua tahun.
c. Fasilitas Modal Usaha dilakukan dengan cara memberikan pembiayaan
berdasarkan bukti tagihan pembelian barang atau penggunaan jasa
yang diterima debitur dari penerima barang atau jasa, dengan jangka
waktu pembiayaan tidak lebih dari dua tahun.
3. Pembiayaan Multiguna
Pembiayaan multiguna adalah pembiayaan untuk pengadaan barang
atau jasa yang diperlukan oleh debitur untuk pemakaian/konsumsi dan
bukan untuk keperluan usaha (aktivitas produktif) dalam jangka wakti
yang diperjanjikan.79
Pembiayaan multi guna memiliki beberapa cara pemberian sebagai
berikut:80
a. Finance Lease digunakan untuk pembiayaan pengadaan barang yang
diperlukan oleh debitur selain untuk kegiatan investasi/modal kerja
dengan kepemilikan barang berada diperusahaan pembiayaan.
79
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Angka 4.
80
b. Installment Financing
1) Installment Financing untuk barang
Skema ini digunakan untuk pembiayaan pengadaan barang yang
diperlukan oleh debitur untuk kegiatan selain investasi/modal kerja
dengan kepemilikan barang berada di debitur.
2) Installment Financing untuk jasa
Skema ini digunakan untuk debitur yang memiliki kebutuhan
pembiayaan jasa, dimana perusahaan pembiayaan dibayarkan