• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-Book Majalah Geografi Warta Geologi Volume 3 Nomor 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "E-Book Majalah Geografi Warta Geologi Volume 3 Nomor 2"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8

Kata Pengantar

03

Daftar Isi Volume 3 No. 2 Juni 2008

Penasehat Kepala Badan Geologi Penanggungjawab Sekretaris Badan Geologi Pemimpin Redaksi Eddy Mulyadi, Dewan Reda-ksi Oman Abdurahman, Priatna, Prima M. Hilman, Joko Parwata, Rudy D. Hadisantono, M. Wafid, Rita S.S., Kusdji D.Kusumah Redak-tur Pelaksana A.Gurning, M. M. Saphick Nurjaman, Eliza P. Winarno, Bunyamin Koresponden Nandang Sumarna, Evina Widyantini, Nenen Adriyani, Yusep Hidayat Sirkulasi Asep Sofyan, Dadang Suhendi Fotografer & Dokumentasi Gatot Sugiharto, Titan Roskusumah Marketing & Humas Lilies M. Maryati Tata Letak & Artistik [V]Artstudio 022-70662366 Alamat Redaksi Gedung D Lantai IV Jl. Dipone-goro No. 57 Bandung 40122 Telp. 022-7217321 Faks.022-7218154 website: http://www.bgl.esdm.go.id e-mail: warta@bgl.esdm.go.id

[06] Memosisikan Kembali Kedudukan Geopolitik Indonesia

[16] Jika Aku Mengolah Air Minumku [20] Ratu Perhiasan

Geologi Populer

06

[24] Pulau Singkep, kembali Menghasikan Timah [30] Semeru, Gunung Api yang Tak Pernah Tidur [34] Fosil Kayu, Indikasi Kehidupan Pra-sejarah di Kubah Bayah

Lintasan Geologi

24

[40] Mengenal Medan Magnet di Alam

Geo Fakta

40

[52] Rudy Dalimin: Ahli Pemetaan Gunung Api

Profil

52

[58] Penyebarluasan Informasi Geologi

[60] Diskusi Meneropong Peran dan Fungsi Geologi di Masa yang Akan Datang

[62] Sosialisasi Peraturan bidang Geologi [64] Jurnal Geologi Indonesia Terakreditasi [67] Temu Editor dan Reviewer JGI [70] Forum Komunikasi Pejabat Fungsional [72] Ulang Tahun ke-79 Museum Geologi

Seputar Geologi

58

[83] Wisata ke Gua Pawon

Geo Foto

83

[78] Perpustakaan Geologi

Layanan Geologi

78

(3)

Pembaca yang budiman,

Selamat bertemu kembali dengan Warta Geologi (WG) dalam penerbitan kedua Edisi III Tahun 2008. Dapat diinformasikan bahwa rubrik-rubrik WG Volume III Nomor 2, Tahun 2008 ini pada prinsipnya melanjutkan rubrik-rubrik sebagaimana pada WG Volume III nomor perdana, sebelumnya. Para pembaca akan menjumpai berturut rubrik-rubrik ”Pengantar Redaksi”, ”Editorial”, ”Geologi Populer”, ”Lintasan Geologi”, ”Geo Fakta”, ”Profil”, ”Layanan Geologi”, dan ”Seputar Geologi”.

”Editorial WG kali ini mewacanakan seputar krisis energi dan tantangannya untuk penelitian dan pelayanan bidang geologi dalam sudut pandang geopolitik. Dalam rubrik ”Geologi Populer” para pembaca akan mendapati tiga tulisan, yaitu: “Memposisikan kembali Kedudukan Geopolitik Indonesia”, ”Jika Aku Mengolah Air Minumku”, dan ”Ratu Perhiasan”. Selanjutnya, dalam rubrik ”Lintasan Geologi” para pembaca dapat menelusuri tulisan tentang timah di P. Singkep, Gunung api Semeru, dan fosil kayu dari daerah Bayah, Jawa Barat. ”Geo Fakta” mengulas tentang medan magnet alami. Rubrik ”Layanan Geologi”

mengupas tentang perpustakaan geologi.

Adapun ”Profil” kali ini menampilkan Bapak Rudy Dalimin Hadisantono, salah seorang yang memiliki kepakaran langka, namun diperlukan, yaitu pemetaan gunung api. Seperti biasanya, WG kali ini pun menyampaikan sejumlah berita aktivitas penelitian dan pelayanan bidang geologi yang dikemas dalam rubrik ”Seputar Geologi”.

Para pembaca yang budiman,

Artikel “Memposisikan kembali Kedudukan Geopolitik Indonesia” adalah artikel unggulan WG kali ini. Artikel karya Pak Hardoyo Rajiowiryono, salah seorang ahli geologi lingkungan freelance

ini membicarakan tentang aspek strategis dari penelitian dan pelayanan bidang geologi, yaitu geopolitik Indonesia. Apa tantangan dan apa saja posisi (baru) kedudukan geopolitik Indonesia ke depan serta bagaimana cara mencapainya dikupas dalam artikel tersebut. Masih dalam rubrik yang sama, terdapat artikel tentang salah satu lingkungan geologi, salah satu sumber daya yang diperlukan oleh manusia, bahkan seluruh makhluk hidup lainnya, yaitu air: “Jika Aku Mengolah Air Minumku” karya Ibu Betty C. Matahelumual (PLG). Adapun artikel ketiga dalam rubrik geologi populer ini adalah “Ratu Perhiasan” oleh Adang Hendarsyah (PSG), sebuah artikel yang mengulas tentang batu mulia yang menjadi ratunya para batu mulia.

Artikel “Pulau Singkep Kembali menghasilkan Timah” karya Sabtanto Joko Suprapto (PMG), berbicara tentang Pulau Singkep yang kembali menggeliat dengan pertambangan timahnya. Artikel lainnya dalam rubrik “Lintasan Geologi” adalah “Semeru, Gunung Api yang Tidak Pernah Tidur” oleh Kristianto dan SR Witiri (PVG). Artikel tentang Gunung Semeru tersebut mempertahankan konsistensi kehadiran tulisan-tulisan tentang gunung api atau mitigasi bencana gunung api yang selalu hadir dalam setiap penerbitan WG. Artikel terkakhir dalam rubrik yang sama adalah artikel berjudul “Fosil Kayu, Indikasi Kehidupan Pra-Sejarah di Kubah Bayah” karya Hamdan Z. Abidin (PSG).

Profil kali ini menampilkan seorang peneliti senior dari PVG, Badan Geologi, yaitu Pak Rudy Dalimin Hadisantono. Beliau adalah salah seorang yang menekuni dan pemilik keahlian langka, yaitu: pemetaan gunung api. Adapun rubrik “Layanan Geologi” kali ini diisi dengan informsi tentang perpustakaan geologi yang sudah sangat dikenal itu. Terakhir, rubrik “Seputar Geologi” menyajikan berita-berita atau event-event berkaitan dengan bidang geologi atau Badan Geologi yang berlangsung diantara bulan April hingga Juni

2008. Dalam rangkaian berita event tersebut

para pembaca antara lain dapat menyimak berita tentang diskusi di seputar peran dan fungsi geologi dalam RPJPN 2005-2025, “Jurnal Geologi Indonesia” yang kini sudah Terakreditasi, acara “Temu Editor dan Reviewer Jurnal Geologi Indonesia”, forum komunikasi pejabat fungsional Badan Geologi, dan berita tentang ulang tahun ke-79 Museum Geologi.

Pembaca yang budiman,

Kami senantiasa mengundang para pembaca semua, khususnya para peneliti dan pengamat bidang geologi dari dalam maupun luar lingkungan Badan Geologi untuk menulis di WG. Media cetak yang memposisikan diri sebagai majalah populer-ilmiah di bidang geologi ini sangat tepat kiranya sebagai ajang menulis dalam irama tulisan yang mengarah kepada keahlian

science communicator di bidang geologi.

Kepada para penulis yang telah menyumbangkan tulisannya di WG kali ini, tak lupa kami dari redaksi mengucapkan terimakasih atas kontribusinya.

Akhir kata, selamat menikmati Warta Geologi

Edisi III Nomor 2 Tahun 2008!nRedaksi

P e n g a n t a r R e d a k s i

(4)

W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8

E d i t o r i a l

Apakah yang tersisa dari geopolitik Indonesia apabila Indonesia kesulitan untuk menjaga keajegan pasokan seluruh kebutuhan energinya seperti akhir-akhir ini? Bagaimana strategi dan upaya bidang geologi agar lebih berkiprah dalam mengantisipasi krisis energi? Bagaimana pula geologi dapat berperan penting dalam memposisikan kembali kedudukan geopolitik Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam situasi Indonesia menghadapi gejolak energi dunia dewasa ini dan tantangan situasi ekonomi, sosial budaya dan politik global kedepan menarik untuk diwacanakan.

Dalam salah satu upaya menghadapi krisis energi, Presiden kita pada bulan Juli 2008 –sebagaimana disiarkan antara lain dalam media televisi– meng-ajak kepada seluruh stakeholder terkait untuk me-ningkatkan pencarian aspek hulu energi bahan bakar minyak (BBM) disamping mengembangkan energi baru dan terbarukan. Ajakan atau imbuan presiden ini jelas merupakan sebuah tantangan bagi bidang geologi yang berkiprah pada aspek hulu sektor energi, khususnya sektor minyak dan gas (migas).

Pada saat ini perencanaan pembangunan nasional kita memang sudah tidak lagi menganut sistem GBHN (garis-garis besar haluan negara). Namun demikian, butir-butir dasar dari GBHN sebelumnya, seperti konsep geopolitik, masih berguna. Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa geopolitik adalah salah satu modal dasar pembangunan bangsa Indonesia. Maka, wacana kita pada kesempatan ini adalah bagaimana melihat krisis energi dan bidang geologi dari sudut pandang yang lebih luas dan strategis, yaitu geopolitik.

Krisis Energi dan Peran bidang Geologi Pada saat ini dunia dapat dikatakan sedang meng-hadapi ancaman krisis energi. Dampaknya terasa juga di Indonesia. Beberapa ahli menyatakan bahwa kondisi energi di Indonesia saat ini sudah termasuk kategori ”krisis”. Krisis energi atau kegawatan energi adalah suatu pengurangan atau peningkatan harga yang besar dalam pasokan energi ke ekonomi; suatu krisis energi dapat berupa krisis bahan bakar minyak, pengurangan energi, pengurangan ketersediaan listrik, atau krisis kelistrikan (lihat, misalnya, (http:// en.wikipedia.org/wiki/Energy_crisis).Keadaan pengurangan yang besar atau peningkatan harga yang tinggi di sisi pasokan (supply) energi tersebut pada saatnya dapat menimbulkan kegawatan atau kegentingan sehingga layak disebut sebagai krisis energi.

Fokus pembicaraan kita kali ini bukan tentang penyebab krisis energi, melainkan tentang arah atau tantangan yang relevan dari krisis energi itu terhadap

Krisis Energi, Geopolitik, dan Geoinformasi

penelitian dan pelayanan bidang geologi. Karena, sebagaimana imbauan Bapak Presiden kita yang dikutip di depan, apa pun penyebab krisis energi yang terjadi, salah satu solusi untuk pemulihan kondisi energi tersebut mengandung pengharapan kepada bidang geologi. Dalam sebuah pemaparan

tentang bahan penyusunan road map penelitian

dan pelayanan bidang geologi, Bapak Awang Harun Satyana, seorang geolog senior dan ahli geologi perminyakan di Indonesia, menyampaikan bahwa data, referensi, dan pengalaman geologi akan menjadi modal utama untuk meneruskan pembangunan dalam bidang sumber daya migas dan mineral pada Pembangunan Jangka Panjang Nasional (PJPN) 2005-2025. Hal tersebut mengingat migas masih merupakan sumber energi utama atau sekitar 80% dari komsumsi di Indonesia. Kita sadar, bahwa tidak akan ada detak kehidupan dan tak akan dijumpai derap pembangunan tanpa tersedianya energi yang cukup.

(5)

Geoinformasi:

Kontribusi Geologi untuk Sektor Energi Dari apa yang disampaikan oleh pakar geologi perminyakan tersebut diatas selanjutnya diperoleh butir penting hubungan pengetahuan geologi dengan eksplorasi migas saat ini dan ke depan. Yakni, bahwa sekalipun pengetahuan geologi kita telah cukup, masih banyak faktor-faktor geologi yang belum diketahui sehingga kegagalan eksplorasi biasa terjadi; namun, bila kita dapat belajar dari pengalaman kegagalan, maka resiko kegagalan selanjutnya akan semakin kecil. Karena itu, database dan sistem informasi tentang geologi sumber daya energi menjadi sangat penting. Sebab, belajar dari pengalaman kegagalan dalam konteks pengetahuan memerlukan database dan sistem informasi. Artinya, salah satu kontribusi penelitian dan pelayanan bidang geologi untuk sektor energi adalah menyusun dan menyajikan geoinformasi sektor energi dengan baik.

Geoinformasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai sub disiplin ilmu yang kajiannya atau ruang lingkupnya meliputi asepk-aspek: remote sensing, sistem distribusi data dalam sains kebumian, data pertambangan, geocomputation dan distributed GIS, simulasi numerik, dan evaluasi model, pemodelan keruangan dan statistik keruangan, standar informasi geografis, interoperabilitas (interoperability) dan infrastruktur data keruangan, dan komputasi grid ruang bumi (geospatial grid computing). Penelitian dan pelayanan bidang geologi aspek geoinformasi sektor energi paling tidak mampu menyajikan data dan informasi yang dimilikinya dalam pengertian geoinformasi sebagaimana tersebut diatas, baik untuk data dan informasi yang telah ada atau pun prediksi-prediksi ke depan.

Geoinformasi dan Geopolitik

Geoinformasi ternyata juga merupakan tulang punggung penting dalam pengukuhan posisi geopolitik Indonesia yang baru. Posisi geopolitik Indonesia, menurut salah seorang geolog senior kita, Bapak Hardoyo, perlu diposisikan kembali mengingat beberapa alasan akibat konstelasi politik dan ekonomi di tingkat regional Asia Tenggara dan sekitarnya. Hal itu mengingat kedudukan geopolitik Indonesia yang –menurut GBHN 1993 - dianggap lebih penting dari modal dasar pembangunan yang keempat (“kekayaan alam yang beraneka ragam”), dalam waktu 30 tahun ke depan tidak akan relevan lagi.

Kedudukan geopolitik kita yang menurut GBHN 1993 merupakan modal dasar pembangunan ketiga itu adalah bahwa Indonesia merupakan negara yang letaknya strategis untuk lalu lintas perdagangan dan angkutan barang melalui laut. Dengan adanya rencana kerjasama beberapa negara-negara di sekitar kawasan Sungai Mekong di Asia daratan dengan apa yang disebut proyek pengembangan GSM (Great Subregion Mekong), maka posisi geopolitik Indonesia tersebut patut dievaluasi dan diposisikan kembali. Proyek GSM antara lain akan

membangun terusan Kra sebagai jalur perdagangan yang lebih efisien. Maka: ”Dalam 30-40 tahun ke depan, atau mungkin lebih cepat lagi, benarkah jalur perdagangan melalui laut Indonesia masih dianggap strategis?”; ”Bukankah ke depan lalulintas perdagangan akan lebih banyak melalui terusan tanah genting Kra tersebut?”, dst.

Dari ulasan dan usulan beliau untuk reposisi kedudukan geopolitik Indonesia sebagaimana dalam makalahnya yang dimuat dalam WG kali ini dapat disimpulkan beberapa hal. Yaitu: 1) bahwa menurut historisnya dan kondisi sumber daya alamnya secara geologi Indonesia masih penting, bahkan geopolitik Indonesia masih dapat dipertahankan dan berperan lebih penting lagi dengan berkiprah dalam isu-isu strategis sebagaimana dalam posisi geopolitiknya yang baru; 2) diantara geopolitik baru untuk Indonesia itu adalah: peluang investasi di sektor mineral dan energi, pertanian unggulan berbasis biogeoregion, pengembangan geowisata, dan pusat pendidikan dan pelatihan geologi. Namun, pengembangan geopolitik baru untuk Indonesia itu menuntut sejumlah syarat yang prinsipnya semua syarat tersebut bertumpu pada sistem geoinformasi.

Revitalisasi Informasi Geologi Indonesia Demikianlah, paparan diatas menunjukkan bahwa dalam berkontribusi untuk solusi dan masa depan energi serta reposisi geopolitik Indonesia ke depan, informasi geologi kita memerlukan revitalisasi sehingga menjadi sistem geoinformasi Indonesia. Yakni, informsi geologi yang sedikitnya berbasis pada sistem keruangan (GIS atau SIG: sistem informasi geografis); memanfaatkan data dan informasi hasil dari teknologi canggih yang telah tersedia (remote sensing, dan metode survei dan eksplorasi lainnya); selalu dihasilkan, divalidasi, dievaluasi, dan di-update melalui pemodelan, penghitungan, dan statistik-statistik kebumian (geocomputation); memiliki tingkat interoperabilitas yang tinggi, serta merupakan bagian dari sistem informasi sains kebumian secara keseluruhan. Dengan demikian dapat diharapkan sistem informasi geologi sumber daya energi tersebut akurat, up-to-date, dan handal dalam subtansi; cepat dan tepat dalam pelayanan.

sedikitnya memerlukan pemenuhan ketiga aspeknya: pemahaman yang mendalam, kebersamaan antar berbagai stakeholder, dan kreativitas. Maka, agar kita masih dapat berharap untuk tetap menjadi produsen migas terbesar di Autralasia, pengeskpor gas alam nomor satu di dunia, dan posisi terdepan di dunia di bidang geologi-pertambangan lainnya seperti saat ini; serta mampu mengukuhkan posisi baru geopolitik Indonesia, maka kita perlu memahami secara mendalam makna data dan informasi, berkoordinasi dengan berbagai sektor serta berkreativitas dalam membangun geoinformasi

Indonesia. Semoga!.n

Bandung, Juni 2008 Oman Abdurahman

(6)

W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8

H

arian Kompas tanggal 31 Maret

2008 memberitakan bahwa

Re-publik Rakyat China (RRC) berniat

mengembangkan kawasan sepanjang aliran

Su-ngai Mekong - dikenal sebagai Greater Subregion

Mekong (GSM) - yang melewati enam negara,

yaitu China, Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand,

dan Vietnam. Kesepakatan untuk membangun

kawasan GSM sebelumnya telah dicapai diantara

keenam negara tersebut pada tahun 1992.

Pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 30 - 31

Maret 2008 di Vientiane, Laos, adalah pertemuan

ketiga diantara keenam negara kawasan GSM itu.

Memposisikan Kembali

Kedudukan Geopolitik

Indonesia

Oleh:

Hardoyo Rajiyowiryono

(7)

Rencana pengembangan kawasan GSM ini menjadi sangat menarik apabila kita kaji dengan fakta-fakta berikut:

1) Bahwa telah lama ada rencana untuk membuka terusan di Tanah Genting Kra yang akan menghubungkan Samudra India (Laut Andaman) dengan Laut Tiongkok Selatan (Teluk Siam),

2) Bahwa keamanan di kawasan Indochina sudah membaik, dan

3) Bahwa harga minyak dan gas bumi yang cenderung selalu naik. Rencana pengembangan kawasan GSM juga sangat menantang apabila kita kaji secara holistik dengan informasi kondisi geologi Indonesia yang unik.

Kajian yang terakhir ini mungkin akan mem-bantu kita untuk memposisikan kembali

kedudukan geopolitik Indonesia di Asia

Tenggara dan menentukan arah kebijakan pembangunan Indonesia, sekurang-kurangnya arah pembangunan pada aspek atau bidang kegeologiannya.

Jika makna revitalisasi meliputi 3 (tiga) langkah penting, yaitu: pemahaman yang mendalam, perencanaan bersama, dan pengembangan kreativitas; maka dalam tulisan ini penulis mencoba mengaplikasikan revitalisasi di bidang informasi geologi untuk memposisikan kembali kedudukan geopolitik Indonesia. Hal ini menjadi lebih penting lagi dalam kaitannya dengan antisipasi atas situasi regional dan global yang akan mempengaruhi Indonesia dalam waktu yang tidak terlalu lama, terutama rencana pembangunan GSM dan terusan di Tanah Genting Kra.

POSISI GEOPOLITIK INDONESIA

Dalam Garis Besar Haluan Negara Indonesia (GHBN), posisi geopolitik Indonesia ditentukan

oleh kondisi geografinya yang terletak pada persilangan antara dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia; dan antara dua samudera, yaitu samudera Pasifik dan samudera India. GBHN menjadikan kondisi geopolitik ini sebagai modal dasar pembangunan yang ketiga, sesudah “kemerdekaan dan kedaulatan bangsa (modal dasar pertama)” dan “jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan (modal dasar kedua)” serta sebelum “kekayaan alam yang beraneka ragam (modal dasar keempat)”. Menurut GBHN, kedudukan geopolitik Indonesia dianggap lebih penting dari sumber daya alam yang ada di Indonesia. Faktor penting tersebut adalah bahwa Indonesia merupakan negara yang letaknya strategis untuk lalu lintas perdagangan dan angkutan barang melalui laut.

Mengingat sejarahnya, penempatan posisi geopolitik Indonesia sebagai modal dasar ke-tiga dalam GBHN 1993 mudah dipahami dan dimengerti. Bukti sejarah menunjukkan bahwa kedudukan geopolitik Indonesia tersebut telah

menumbuhkan Indonesia sebagai negara

maritim yang kaya dan kuat. Mulai dari Sriwijaya pada abad ke-8 M dan 9 M, Majapahit pada abad ke-13 M sampai dengan abad ke-15 M dan kemudian pada abad ke-16 M dan 17 M dilanjutkan oleh negara-negara Islam seperti Aceh (yang menguasai Selat Malaka), Banten dan kemudian Demak (yang menguasai Selat Sunda dan perairan Riau), Makasar (yang menguasai Selat Makasar dan Selat Lombok) serta Ternate dan Tidore (yang menguasai perairan Maluku dan Sulawesi Utara). Kota-kota pelabuhan mereka tumbuh sebagai pelabuhan transito yang besar dan makmur.

Sebagai gambaran betapa makmur dan ramainya perdagangan Indonesia pada masa tersebut diatas dapat dikutip catatan Yunus b. Mihran. Ia adalah seorang pedagang dari Basra yang pernah berlayar hingga ke Sumatera dan China. Dalam buku tulisan kapten kapal Bozorg ibn Shahryar yang berjudul Merveilles de l’Indie, ditulis pada sekitar tahun 956 M, Yunus b. Mihran bercerita:

“Di kota kediaman Maharaja (Palembang) terdapat pasar besar yang sedemikian banyak jumlahnya hingga tak dapat dikatakan berapa jumlahnya dan telah menghitung delapan ratus penukar uang di pasar (khusus penukaran uang) yang disediakan bagi mereka tidak termasuk yang tersebar di pasar-pasar lain, rumah-rumahnya kebanyakan di atas air dibangun di atas bongkah-bongkah kayu yang diikat seperti rakit untuk menghindari kebakaran. Maharaja memerintahkan agar kekayaan emas

Peta Lokasi Indonesia, Kawasan GSM dan Tanah Genting Kra.

(8)

8 W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8 yang didapatnya (dari cukai/pajak perdagangan) dituang/dilebur dalam bentuk emas batangan yang jumlahnya adalah 200 mann per hari”.

Kekayaan dan kejayaan Majapahit dapat dibaca

pada kitab Pararathon dan Negarakertagama.

Sedangkan Banten dan Makasar selain dikenal sebagai bandar internasional, juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Banten dan Makasar mempunyai perpustakaan dengan jumlah buku yang luar biasa, yang membuat para pengelana asing terkagum-kagum. Pada abad ke 18 M dan 19 M peran sebagai bandar internasional seperti tersebut di atas digantikan oleh Jakarta atau Batavia yang diduduki Belanda sejak tahun 1619 dan Singapura yang didirikan oleh Inggris pada tahun 1819.

Saat ini Selat Malaka, Selat Sunda, Perairan Riau, Selat Lombok dan Selat Makasar (seluruhnya termasuk perairan Indonesia kecuali Selat Ma-laka) merupakan alur pelayaran penting bagi kapal tanker dan kapal kargo yang mengangkut minyak, gas alam, batubara, hasil pertanian dan hasil industri dari dan ke Timur Tengah, India, Jepang, Korea, China dan Afrika.

PENGARUH PEMBANGUNAN KAWASAN GSM Pengembangan kawasan GSM dirancang untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial melalui kerjasama pembangunan infrastruktur di antara keenam negara GSM yang dilalui Sungai Mekong yang memiliki panjang 4.350 kilometer.

Prioritas pembangunan infrastuktur diletakkan pada pembangunan jalan kereta api, jalan raya, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan saluran irigasi. China telah menyelesaikan pembangunan PLTA Manwan yang menghasilkan 1.500 MW listrik. Ada 12 bendungan atau PLTA lain yang akan dibangun di bagian hulu Sungai Mekong.

Dengan bantuan Bank Pembangunan Asia (Asian

Development Bank/ADB) Thailand dan Laos telah melaksanakan penyatuan jaringan kereta api mereka. Perayaan yang menandai peristiwa ini dilakukan di Vientiane tanggal 20 Pebruari 2008.

Sebelumnya, pada tahun 1994, China telah

mendahului membangun Yunan Express Way

yang membentang sampai perbatasan Laos,

juga dengan bantuan ADB. Yunan Express Way

merupakan bagian dari pembangunan jalan raya trans-internasional sepanjang 1.800 kilometer yang menghubungkan Bangkok (Thailand) dengan Kunming (ibu kota Propinsi Yunan, China).

Pada pertemuan Vientiane, 30-31 Maret 2008, ADB kembali menegaskan dukungannya yang telah diberikan olehnya sejak tahun 1992 terhadap rencana pembangunan jalan trans-internasional

tersebut dan pembangunan infrastuktur lainnya di kawasan GSM.

Pembangunan GSM akan ditekankan pada dua hal:

Pertama, membangun pertanian dan industri manufaktur (industri yang bukan industri rumah tangga dan kerajinan tangan) di Propinsi Yunan, untuk mengejar ketinggalan propinsi ini dari propinsi-propinsi lain di pantai timur China.

Kedua, mengembangkan pertanian di Laos, Kamboja, Vietnam, Thailand dan Myanmar. Vietnam, Kamboja dan Myanmar adalah negara penghasil beras yang sejak dahulu dijuluki sebagai “periuk nasi Asia Tenggara”. Thailand adalah negara yang cukup terkemuka dibidang agro-industri. Meskipun demikian, ketersediaan jalan raya, jalan keretaapi dan tenaga listrik, pasti tidak hanya akan menumbuhkan sektor pertanian, tetapi juga akan menyebabkan suburnya sektor industri di kelima negara GSM tersebut.

Fakta bahwa saat ini industri otomotif di Thailand telah mendapat kepercayaan untuk memproduksi Mercedes tipe E-class (yang saat ini merupakan salah satu puncak pencapaian teknologi

Mercedes-Benz), serta dibentuknya Greater Mekong

Subregion Academic dan Research Networks

(GMSARN), dapat memberikan gambaran se-berapa besar peluang tumbuhnya industri manufaktur di kawasan GSM serta seberapa sungguh-sungguhnya usaha mereka. Jadi dapat dipastikan, di masa mendatang sektor pertanian dan industri di kawasan GSM akan tumbuh pesat, dan akan ada arus barang yang jumlahnya luar biasa yang harus diangkut ke luar (dijual) melalui pelabuhan-pelabuhan mereka.

Nah, ini dia –dalam hal arus pengangkutan barang inilah– masalahnya bagi Indonesia. Dengan harga minyak dan gas bumi yang cenderung naik terus (dan logikanya memang harus begitu, karena lama kelamaan cadangan minyak dan gas bumi dunia pasti akan menurun, disamping lokasi penambangannya pasti akan bergeser ke lokasi yang lebih sulit dengan biaya penambangan yang lebih mahal), pengangkutan barang dari kawasan GSM ke berbagai negara dan sebaliknya, melalui perairan Indonesia, suatu waktu menjadi tidak kompetitif lagi, karena harus memutari Tanah Genting Kra, (Peta Lokasi Indonesia, Kawasan GSM dan Tanah Genting Kra), Semenanjung Malaka, dan Pulau Sumatera.

(9)

(Samudera India), untuk mempersingkat jarak

pelayaran. Rencana membuat terusan di Tanah Genting Kra tidak tercantum secara eksplisit dalam rencana pengembangan kawasan GSM. Rencana ini pernah muncul bersamaan dengan rencana pembangunan Terusan Panama dan Terusan Suez. Terusan di Tanah Genting Kra akan menyebabkan kedudukan geopolotik Indonesia yang strategis dalam lalu lintas barang (dan perdagangan) di perairan Asia Tenggara menjadi hilang.

Pembuatan terusan di Tanah Genting Kra juga akan membuat pengembangan lapangan minyak bumi di Laut Andaman dan Laut China Selatan, di masa mendatang menjadi lebih kompetitip, bukan saja karena harga minyak bumi yang terus naik, tetapi juga karena menjadi lebih pendeknya jarak angkut yang mengurangi beaya transportasi. Di perairan laut Andaman terdapat lapangan minyak bumi laut Andaman dan lapangan minyak bumi palung laut Andaman.

Sedang di Laut China Selatan terdapat lapangan minyak bumi teluk Siam, Saigon – Brunei, Laut China Selatan, Sabah Utara, Palawan dan teluk Tonkin (Peta Sebaran Ladang Minyak di Kawasan

Asia Tenggara). Pengembangan sejumlah

lapangan minyak bumi di perairan tersebut akan memberikan devisa kepada negara-negara GSM, utamanya kepada Vietnam, Kamboja, Thailand dan Myanmar. Devisa tersebut pada gilirannya akan menjadi pendorong lebih lanjut bagi pertumbuhan dan pengembangan kawasan GSM.

Selain negara-negara GSM (termasuk China), negara yang kemungkinan besar akan mendapat manfaat dari pembuatan terusan di Tanah Genting Kra adalah, Jepang, Korea, India, negara-negara Timur Tengah, Afrika, dan mungkin Filipina dan Malaysia. Jepang dan Korea akan mendapat manfaat dari semakin pendeknya transportasi minyak bumi dari Timur Tengah dan batubara dari India. Negara-negara Afrika akan mendapat manfaat terbesar dari memendeknya jarak angkut barang-barang industri dan pertanian dari China dan kawasan GSM.

Filipina akan mendapat manfaat dari di-kembangkannya ladang minyak bumi Palawan dan kemungkinan perdagangan hasil pertanian yang lebih luas dengan negara-negara Afrika. Malaysia mendapat manfaat dari dikembangkannya ladang minyak bumi Teluk Siam dan kemungkinan tambah berkembangnya kawasan pantai timur Malaysia.

Mengingat begitu banyak negara yang akan mendapat manfaat dari pembuatan terusan di Tanah Genting Kra, maka kemungkinan besar pembuatan terusan ini akan dilaksanakan. Bagi Indonesia, pertanyaan terpentingnya adalah kapan pembangunan terusan Tanah Genting Kra tersebut dilaksanakan, sehingga Indonesia dapat mengantisipasinya lebih dini.

Kapankah terusan di Tanah Genting Kra itu akan dibangun? Jawabannya sangat tergantung dari keberhasilan pengembangan kawasan GSM. Dengan memperhatikan keberhasilan China

Peta Sebaran Ladang Minyak di Kawasan Asia Tenggara.

(10)

0 W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8 melakukan pembangunan ekonomi, stabilnya kondisi politik dan ekonomi di Thailand, serta kemampuan Vietnam dan Myanmar menarik investor, dapat diperkirakan bahwa pengembangan kawasan GSM akan berhasil. Hal ini berarti juga pembangunan terusan di Tanah Genting Kra segera akan mengikuti pembangunan kawasan GSM.

Deng Xiaoping memerlukan dua dekade dari saat Mao Zedong mengucapkan haluan politiknya yang terkenal ”mundur selangkah untuk meloncat jauh ke depan”, untuk memulai reformasi pasar bebas di tahun 1978. Tiga dekade kemudian, China telah menjadi raksasa ekonomi dengan neraca ekonomi surplus terhadap Amerika Serikat. Rencana pengembangan kawasan GSM dicanangkan pertama kali pada tahun 1992. Satu setengah dekade kemudian (tahun 2008), rencana pengembangan kawasan GSM telah mendapat dukungan internasional, dalam hal ini penegasan komitmen dukungan dari ADB yang diberikan pada pertemuan Vientiane 30-31 Maret 2008.

Dengan mengambil analogi keberhasilan China, pengembangan kawasan GSM akan mencapai puncaknya pada sekitar 30 sampai 40 tahun mendatang, dan pada sekitar saat itulah terusan di Tanah Genting Kra kemungkinan mulai dibangun. Ini berarti pula bahwa pada saat itulah peran penting geopolitik Indonesia yang mengontrol arus barang dan perdagangan antara Samudera

India dan Samudera Pasifik mulai terhapus. Angka 30 sampai dengan 40 tahun di atas tampaknya cukup realistis mengingat Thailand merencanakan sejumlah pelabuhan mereka yang dirancang untuk mendukung kawasan GSM dengan standar sesuai FTA (Federal Transport Authority), harus sudah beroperasi penuh pada tahun 2015 atau selambat-lambatnya pada tahun 2020.

KEKUATAN KEKHASAN GEOLOGI INDONESIA Sekitar tiga puluh tahun ke depan, saat terusan di Tanah Genting Kra dibangun, akan hilanglah peran penting perairan Indonesia sebagai alur lalulintas barang dari dan ke Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika. Pada saat tersebut hilanglah peran penting modal dasar ketiga pembangunan Indonesia. Tiga puluh tahun ke depan adalah bukan waktu yang lama, Indonesia harus mulai memposisikan kembali kedudukan geopolitiknya, atau paling tidak memperkuatnya. Mari kita lihat peran penting apa yang dapat diambil dari kondisi geologi Indonesia yang khas ini.

Peluang Investasi di Sektor Sumber Daya Mineral dan Energi

Kondisi geologi Indonesia, sebetulnya sangat mirip dengan kondisi geografis yang menentukan peran geopolitik perairan Indonesia. Indonesia terbentuk dari tumbukan 3 lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik, serta diapit oleh Lempeng

(11)

Indo Australia dan Lempeng Pasifik yang

menumbuknya (Peta Posisi Geotektonik Indonesia. Indonesia merupakan hasil tabrakan Lempeng Indo Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.).

Tumbukan ketiga lempeng tektonik tersebut membuat kondisi geologi Indonesia menjadi unik dan atraktif. Fisiografi Indonesia merupakan rangkaian kepulauan yang membentang dari barat ke timur dengan rangkaian pegunungan batuan sedimen dengan berbagai ketinggian, serta sekitar 150 gunung api fosil dan 129 gunung api aktif (Peta Sebaran Gunung api Aktif di Indonesia). Kondisi geotektonik ini menyebabkan Indonesia memiliki cadangan sumberdaya mineral dan energi yang sangat menjanjikan sebagai salah satu lumbung mineral dan energi dunia.

Dua pertiga dari wilayah Indonesia merupakan lautan. Dua paparan besar terdapat di Indonesia, yaitu Paparan Sunda di bagian barat dan Paparan Sahul di bagian timur, masing-masing dengan ciri kedalaman laut yang berbeda. Selain minyak dan gas bumi, perairan Indonesia diperkirakan mengandung timah dan mungkin magnetit, zirkon, intan dan emas (di perairan Paparan Sunda) serta nikel, nodula mangan, nodula fosforit dan nodula polimetalik lain (di perairan Paparan Sahul). Papua merupakan tempat diketemukannya cadangan tembaga forfiri, emas dan logam dasar lain yang kaya.

Sedangkan rangkaian gunung api yang ada juga merupakan lokasi cadangan emas epitermal (Peta Sebaran Potensi Emas Epithermal di Indonesia) dan sumber panas bumi. Dari 150 gunung api fosil yang ada, terdapat 217 daerah prospek panas bumi dengan potensi listrik sebesar 19.658 Mega Watt, dan baru sekitar 2,5 % dimanfaatkan. Saat ini Indonesia masih mempunyai beberapa cekungan minyak dan gas bumi yang boleh dikatakan belum dijamah eksplorasi, seperti: cekungan Selatan Jawa, Selatan Nusa Tenggara, Flores, Aru, Arafuru, Minahasa, Gorontalo, Weber, Selabangka, Tanimbar, Barat Sumatera, Pembuang dan Ketungau.

Peta Sebaran Gunung api Aktif di Indonesia

Dari keragaman sumber daya mineral dan energi serta pengalaman selama 50 tahun mengelolanya, Indonesia masih punya peluang

yang cukup atraktif bagi investasi, terutama jika Indonesia mampu menciptakan insentif yang menguntungkan bagi para penanam modal. Salah satu jenis insentif tersebut adalah tersedianya informasi sumber daya mineral dan

energi dengan data coverage yang memadai

untuk mempertimbangkan besarnya risiko dan keuntungan investasi. Untuk mendukung

hal ini Indonesia perlu secepatnya melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi inventarisasi dan

(12)

W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8 Dalam intensifikasi inventarisasi dan eksplorasi selain harus menerapkan metoda yang canggih, juga perlu menerapkan metoda yang tepat guna. Seperti misalnya dalam inventarisasi dan

eksplorasi endapan placer di perairan Paparan

Sunda, eksplorasi perlu dipusatkan pada wilayah-wilayah posisi muka air laut terendah pada kala Plio-Plistosen atau sekitar 200.000-100.000 tahun yang lalu, yang berarti harus digunakan

penelitian lingkungan purba (paleo–environment)

dan geografi purba (paleo–geography). Penelitian

lingkungan purba dan geografi purba juga dapat diterapkan pada inventarisasi dan eksplorasi endapan placer di darat, seperti misalnya pada

endapan placer intan dan emas di dalam endapan

fluviatil Formasi Dahor yang tersebar luas di Provinsi Kaliman Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan.

Pertanian Unggulan berbasis Geobioregion

Berdasarkan kondisi geologi Indonesia, hal lain yang dapat membantu memperbesar peluang pembangunan Indonesia adalah dengan me-ningkatkan peran atau sumbangan geologi dalam pengembangan pertanian unggulan, pengembangan pariwisata serta menjadikan Indonesia sebagai pusat penelitian dan pem-belajaran internasional.

Indonesia yang terbentuk dari tumbukan tiga lempeng tektonik (Peta Posisi Geotektonik Indonesia. Indonesia merupakan hasil tabrakan Lempeng Indo Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik), melahirkan beberapa mandala

geologi dengan geodiversity yang beragam.

Wallace membagi Indonesia atas dua mandala utama, yang kurang lebih sama dengan Paparan Sunda (sebelah barat) dan Paparan Sahul (sebelah timur). Indonesia sebelah barat didominasi oleh tiga pulau besar, sedangkan Indonesia sebelah

timur didominasi oleh puluhan pulau-pulau kecil. Tanah di Indonesia sebelah barat lebih asam dari tanah di sebelah timur. Iklim mikro di sebelah barat berbeda dengan yang di sebelah timur. Menurut Wallace, fauna dan flora di kedua mandala

tersebut sangat berbeda. Pengelompokan

seperti yang dilakukan Wallace, saat ini dikenal

sebagai pengelompokan berdasar geobioregion,

yaitu pembagian wilayah yang didasarkan pada kekhasan kondisi geologi yang melahirkan kondisi biologi atau flora dan fauna yang spesifik.

Dalam teori geobioregion diyakini bahwa

kondisi geologi (dan geomorfologi) tertentu akan menyebabkan iklim mikro dan tumbuhnya vegetasi tertentu yang kemudian akan menjadi habitat fauna tertentu. Secara umum kita

telah mengenal beberapa geobioregion, seperti

misalnya: Sumatera untuk kayu gaharu; Banten, Lampung dan Bangka–Belitung untuk lada; Ka-limantan untuk kayu besi dan lei (sejenis durian), Nusa Tenggara untuk kayu cendana, serta Maluku untuk pala, fuli dan cengkih. Kita juga mengenal beberapa geobioregion yang lebih kecil, seperti: Sumatera Utara untuk Pisang Berangan, Kalimantan Barat untuk Jeruk Pontianak, Cilembu (Sumedang, Jawa Barat) untuk Ubi Cilembu, dan Sleman (Yogyakarta untuk) Salak Pondoh.

Tanaman-tanaman tersebut hanya tumbuh baik, menghasilkan produktivitas optimal dengan kualitas prima hanya di wilayah-wilayah yang bersangkutan. Pala dan cengkih misalnya, meskipun dapat tumbuh di seluruh Indonesia, tetapi produktivitas dan kualitas buahnya tidak akan sebagus jika ditanam di Maluku. Di seluruh Indonesia hanya terdapat 3% tempat yang cocok untuk tanaman kentang, dan salah satu syaratnya, tanahnya harus berupa tanah vulkanik.

(13)

Peta Sebaran Batugamping Karst di Indonesia. Sebaran batugamping karst ditunjukkan dengan warna biru.

Indonesia terkenal sebagai negara yang paling kaya keragaman hayatinya. Indonesia ditumbuhi oleh 25.000 spesies tanaman berbunga yang merupakan 10% tanaman berbunga di dunia. Lebih dari 400 spesies pohon penghasil kayu komersial paling bernilai di Asia Tenggara ter-dapat di Indonesia. Di Papua terter-dapat sembilan macam tanaman matoa. Di Maluku diketemukan sembilan pokok tanaman sagu. Di Kalimantan ada 19 jenis durian liar. Keragaman ini belum termasuk pisang, mangga, jeruk, jambu dan buah–buahan tropis lainnya.

Aspek yang menarik lainnya adalah bahwa bumi Indonesia ternyata secara alami mampu memuliakan beberapa jenis tanaman import. Kina yang didomestikkan di Jawa Barat Selatan sekitar 150 tahun yang lalu, kini telah bermetamorfosa menjadi varietas kina yang kualitas dan produktivitasnya jauh lebih unggul dari kina yang tumbuh di tempat asalnya. Sayang hak intelektual pengembangan kina–indonesia untuk keperluan pengobatan, dipegang oleh sebuah perusahaan farmasi Eropa yang sejak tahun 1990–an melakukan riset penggunaan kina-indonesia untuk pengobatan.

Dengan keragaman kondisi geologi (geodiversity)

serta keragaman hayati (biodiversity) yang

dipunyainya, Indonesia mempunyai peluang da-lam mengembangkan berbagai produk pertanian

unggulan (sesuai dengan geobioregion-nya)

yang khas Indonesia dengan kualitas prima dan produktivitas tinggi, sehingga dapat me-ningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional. Sayangnya pemetaan dan penelitian Indonesia dibidang geobioregion masih sangat terbatas. Indonesia harus secepatnya mulai meningkatkan pemetaan dan penelitian di bidang geobioregion ini.

Pola hidup masyarakat internasional yang saat ini sedang bergeser ke arah serba herbal, dapat dimanfaatkan sebagai starting point pengembangan pertanian unggulan berbasis geobioregiony. Hal ini bermakna pula strating point dalam peningkatan pemetaan dan penelitian bidang geobioregion di Indonesia. Sedikitnya 80% penduduk Dunia Ketiga, atau hampir 3 milyar jiwa, tergantung pada pengobatan tradisional dengan bahan baku obatnya bersumber dari alam. Salah satu negara produsen dan peng-impor obat tradisional terkemuka, China, meng-gunakan sekitar 5.100 spesies tanaman dan hewan untuk bahan baku obat tradisionalnya. Dua puluh obat terlaris di Amerika Serikat berasal dari ekstrak tumbuhan, mikroba dan hewan, dan menghasilkan laba sebesar US$ 6 milyar di tahun 1988.

Pengembangan Geowisata

Indonesia memiliki kawasan karst yang luasnya 19,40 juta ha, terbentang dari Sabang sampai Merauke, pada pulau besar maupun kecil (Peta Sebaran Batugamping Karst di Indonesia. Sebaran batugamping karst ditunjukkan dengan

warna biru). Geodiversity kawasan karst Indonesia

sangat menonjol. Bentuk bukit karst, lembah, goa dan sungai bawah tanahnya sangat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga melahirkan berbagai tipe bentang alam karst. Karena itu, kita mengenal kawasan karst tipe Gombong, tipe Gunung Sewu, tipe Nusa Penida, tipe Sangkulirang, tipe Maros, tipe Wawotobi dan

tipe Pegunungan Tengah – Papua. Geodiversity

kawasan karst tersebut lebih diperkaya lagi dengan kekhasan keanekaragaman-hayatinya, misalnya, yang paling menonjol, adalah Kawasan Karst Bantimurung – Toraja dengan kupu-kupunya.

Kawasan karst dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata minat khusus dan wisata

(14)

W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8

petualangan. Inventarisasi dan publikasi

yang intensif akan membantu mendorong tumbuhnya jenis wisata ini. Saat ini Kawasan Karst Mangkalihat dan Hulu Mahakam dikenal di seluruh dunia sebagai tempat wisata petualangan yang paling menantang di Indonesia. Meskipun demikian inventarisasi dan publikasinya belum dikelola secara intensif, apalagi untuk kawasan karst yang lain. Belum banyak diantara kita yang mengetahui bahwa kita dapat menelusuri sebuah sungai bawah tanah yang cukup menantang sepanjang alurnya yang mengalir di bawah Kota Wonosari, Yogyakarta. Bayangkan, menelusuri sebuah sungai bawah tanah di bawah sebuah kota, sebuah pengalaman yang sangat sensasional.

Selain kawasan karst, potensi geowisata yang lain adalah wisata gunung api. Seperti telah disebutkan di muka, Indonesia memiliki 129 gunung api aktif (Gambar 4) dan 150 gunung api fosil. Gunung api menawarkan kegiatan wisata yang beragam, mulai dari keindahan alam, air panas sampai proses letusan gunung api, sehingga kawasan gunung api bisa tumbuh sebagai kawasan wisata minat khusus maupun wisata massal (mass tourism).

Saat ini gunung api yang telah terkenal sebagai tempat wisata minat khusus adalah Krakatau, Merapi, Rinjani dan Tambora. Sedangkan yang telah tumbuh sebagai tempat wisata massal antara lain adalah Tangkubanprahu, Dieng, Bromo, Ijen, Gunung Batur dan Gunung Agung. Kekuatan wisata gunung api Indonesia, adalah bahwa setiap gunung api Indonesia mempunyai perilaku letusan dan bentuk gunung api yang tidak sama, beberapa bahkan sangat khas seperti misalnya Kerinci – Sumatera, Kelut – Jawa, Kelimutu – Nusa Tenggara Timur, Soputan – Sulawesi Utara, Banda Api dan Gamalama – Maluku.

Peluang untuk mengembangkan wisata gunung api Indonesia masih terbuka luas. Inventarisasi dan publikasi yang lebih intensif akan meningkatkan kelebihan komparatif wisata gunung api Indonesia dengan tempat-tempat wisata lain (bukan ha-nya gunung api lain) di seluruh dunia. Kita me-nunggu, beberapa tahun ke depan, publikasi tempat-tempat pariwisata di Indonesia dan juga dokumen rencana pengembangan pertanian unggulan atau bahkan rencana pengembangan wilayah di Indonesia di mulai dengan semacam

alinea pembuka yang digunakan oleh National

Geographic. Lembaga yang sangat terkenal di bidang geografi itu dalam salah satu reportasenya membuka tulisan tentang pembangunan China sebagai berikut ini:

“Salah satu tubrukan paling dramatis dalam sejarah geologis Bumi telah membentuk dataran yang disebut China. Tektonik India menabrak Eurasia mulai 35 juta tahun lalu hingga menonjolkan Himalaya yang dihiasi puncak tertinggi, Everest, dan menaikkan Dataran Tinggi Tibet, dataran tinggi yang tertinggi di dunia. Elevasi baru menggubah pola iklim, mencipta gurun di utara dan mengguyur China tenggara dengan hujan muson”.

Penelitian dan Pendidikan Geologi

Dari aspek penelitian (research) dan pendidikan

(study), keragaman bentukan bumi (geodiversity),

dan geotektonik Indonesia semestinya merupakan lahan kajian yang tidak habis-habisnya, serta berpotensi melahirkan berbagai teori dan pemikiran baru. Geologi Indonesia memiliki kekhasan berikut:

• proses geologi yang masih aktif, seperti pengangkatan, sesar aktif yang panjangnya sampai ribuan kilometer, gunung api aktif sebanyak 129 buah, serta tentu saja proses erosi dan sedimentasi kuarter;

• paleo environment yang berkisar dari laut dalam, laut dangkal sampai daratan, dengan berbagai fosil fauna dan flora sampai fosil manusia purba; • cekungan sedimentasi mulai dari palung samudra, busur kepulauan sampai dataran limpah banjir;

•jenis batuan yang lengkap yang terdiri dari batuan beku, batuan sedimen, batuan piroklastik dan batuan malihan, dengan sifat kimia mulai dari ultra basa sampai asam, berasal dari lempeng benua maupun lempeng oceania;

•bencana geologi yang cukup beragam, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor, banjir dan kekeringan.

Tidak banyak negara-negara di dunia yang memiliki

kekhasan geologi dan kekayaan geodiversity

seperti Indonesia. Seperti contohnya, fosil manusia purba dan gunung api tidak terdapat di semua negara. Peluang Indonesia untuk menjadikan dirinya sebagai pusat penelitian dan pendidikan geologi internasional terbuka lebar. Minimalnya, Indonesia dapat tumbuh sebagai pusat penelitian dan pendidikan internasional di bidang mitigasi bencana geologi.

(15)

siswa lintas negara, secara tidak langsung juga

akan membantu mengembangkan wisata minat khusus, terutama jika pendidikan dan penelitian

itu di bidang geologi yang sering melakukan field

trip (kunjungan lapangan).

Dalam kaitan di atas, apa yang diperlukan bagi Indonesia adalah: secepatnya menyiapkan pusat-pusat penelitian dan pendidikan geologi yang handal, menjalin kemitraan yang kuat antara sesama lembaga penelitian dan pendidikan geologi, baik nasional, regional maupun internasional, membuka dan mempromosikan

pendidikan geologi dengan siswa lintas

negara. Hal yang tak kalah pentingnya adalah menyelenggarakan berbagai terbitan (majalah, buletin, journal atau situs) yang bertaraf internasional untuk mempublikasikan hasil–hasil penelitian dan keragaman bentukan geologi (geodiversity) Indonesia.

POSISI BARU GEOPOLITIK INDONESIA

Cepat atau lambat, pembangunan kawasan GSM akan berhasil, dan jika biaya tranportasi laut menjadi semakin mahal, maka ada kemungkinan pembuatan terusan di Tanah Genting Kra dilaksanakan. Pembuatan terusan ini akan menghapus posisi geopolitik Indonesia (dalam hal ini posisi geografis Indonesia yang terletak di antara Samudra India dan Samudra Pasifik) dari perannya sebagai salah satu modal dasar pembangunan Indonesia. Meskipun demikian,

berdasarkan kekayaan geodiversity dan kekhasan

geologinya, hapusnya peran geopolitik Indonesia sebagai modal dasar pembangunan, tidak otomatis mengurangi peluang Indonesia untuk melanjutkan pembangunan.

Dengan kerja keras dan melaksanakan beberapa terobosan, Indonesia tetap mempunyai peluang untuk menjadi tempat yang atraktif bagi investasi di sektor sumber daya mineral dan energi. Pemetaan dan penelitian geobioregion untuk mendukung

kebijakan dibidang pertanian (agriculture)

dapat mengantarkan Indonesia menjadi pusat komoditas pertanian unggulan yang dapat bersaing dengan Thailand dan negara-negara GSM lainnya, mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai pemasok komoditas pertanian kelas dunia yang pernah terkenal sejak masa Sriwijaya sampai abad ke-19 M. Publikasi yang gencar

tentang kekhasan dan keragaman geodiversity

Indonesia dapat menjadikan Indonesia sebagai tempat tujuan utama geowisata di Asia Tenggara, serta menjadikan Indonesia sebagai salah satu “mekah”–nya penelitian dan pendidikan geologi internasional.

Tempat tujuan utama untuk geowisata serta “mekah”-nya penelitian dan pendidikan geologi

adalah posisi geopolitik baru dan salah satu kekuatan ekonomi Indonesia di masa depan. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan revitalisasi informasi geologi lebih lanjut, koordinasi lintas sektoral, promosi dan publikasi yang tepat

sasaran. n

PUSTAKA

Anonim, 1999. Buku Tahunan Pertambangan dan Energi – 1999. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.

Bale, Dj., Suprapti, Mc., Ridwan, M. J. dan Sudibjo, Z. H., 1990. Atlas Indonesia dan Dunia. Balai Pustaka, Jakarta.

Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 – 1998 dan Kabinet Pembangunan VI, tanpa tahun terbit, tanpa nama penerbit.

Harian Kompas, 2008. China Menggarap Sungai Mekong, Senin, 30 Maret, h. 10.

Heryanto, R. dan Sanyoto, P., 1994. Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan, Sekala 1:250.000. Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung.

Katili, J. A., 1978. Sumber Alam: Untuk Kesejahteraan dan Ketahanan Nasional. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Jakarta.

Lombard, D., 1996a. Nusa Jawa: Silang Budaya. Buku ke 1, Batas-batas Pembaratan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lombard, D., 1996b. Nusa Jawa: Silang Budaya. Buku ke 2, Jaringan Asia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

National Geographic Indonesia, 2008. China: Dibalik Sang Naga. Edisi khusus, Mei.

Sembiring, S., 2004. Makalah Kunci. Workshop Nasional Pengelolaan Kawasan Karst: Kawasan karst untuk peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Wonogiri, 4 – 5 Agustus.

Shiva, V., 1994. Keragaman Hayati: Dari Bioimperialisme ke Biodemokrasi. PT Gramedia Pustaka Utama dan Konphalindo, Jakarta.

Sudradjat, A., 1992. Seputar Gunung api dan Gempabumi. Adjat Sudradjat, Jakarta Selatan.

Tjetjep, W. S., 2002. Dari Gunung api hingga Otonomi Daerah. Yayasan Media Bhakti Tambang, Jakarta.

Penulis adalah ahli geologi lingkungan freelance

(16)

W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8

S

eperti udara, air begitu

me-limpah di muka bumi ini.

Na-mun, keduanya bernasib sama

yaitu terabaikan. Di banyak tempat, apalagi

di perkotaan, sungguh sulit menemukan

air berkualitas baik. Seperti disampaikan

Jacques Diouf, Direktur Jenderal Organisasi

Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), pada

Hari Air Dunia 22 Maret lalu (Kompas, 14

Mei 2007), bahwa saat ini penggunaan

air di dunia naik dua kali lipat lebih

dibandingkan dengan seabad silam,

namun ketersediaannya justru menurun.

Kekurangan air telah berdampak negatif

ter-hadap semua sektor, termasuk kesehatan.

Oleh:

Bethy C. Matahelumual

Jika Aku

Mengolah Air Minumku

(17)

Contoh air aku lewatkan pipa yang bagian

ujung-nya aku pasang keran air yang berlubang kecil-kecil, seperti jika aku menyiram bunga, sehingga air yang keluar akan terpecah-pecah, kemudian kontak dengan udara dan ditampung dalam bak penampungan yang diberi lubang kran penyar-ing di bagian bawahnya.

Kation Fe+3, Mn+2, Mg+2, NH 4

+ dan Al+2 bila

dis-emprotkan ke udara (aerasi) akan mombentuk oksida Fe2O3, Mn2O2, Mg2O2, NH4O dan Al2O3 yang kemudian mengendap, lalu disaring (filtra-si). Proses ini sekaligus dapat megurangi kekeru-han dan warna air.

Sumber: Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum (Kusnaedi, 1995)

Sumber: Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum (Kusnaedi, 1995) Sistem penyaringan sederhana milik warga Tanpa adanya air minum yang higienis, 3800 anak

meninggal setiap hari diakibatkan oleh berbagai penyakit. Sumber kehidupan ini telah dicemarkan oleh sampah organik dan zat beracun, hingga akhirnya berbalik menjadi sumber kematian.

Di Negara maju seperti Australia, Jerman, Belanda, dan lain-lain, warga dapat meminum air langsung dari keran, atau istilahnya tap water (Australia) atau water from the tap (Belanda). Di Belanda, pengelolaan air minum yang telah mapan itu adalah hasil pembangunan sejak 150 tahun yang lalu. Sumber air di negeri kincir angin itu umumnya berasal dari air tanah (groundwater), air permukaan (surface water) dan di beberapa wilayah utara menggunakan air laut dengan proses desalinasi (menghilangkan rasa asin air laut).

Jika aku berangan-angan untuk membuat sebuah instalasi pengolahan air bersih untuk air minum langsung dari keran, aku tak akan bisa menikmatinya, karena usiaku untuk bekerja maksimal mungkin hanya sepertiganya. Tetapi tak ada salahnya jika aku membuat unit pengolahan air sederhana untuk keperluan di lingkunganku sendiri.

Andaikan contoh air minumku setelah dianalisis di laboratorium ternyata mengandung kadar besi, mangan, magnesium, ammonium dan aluminium yang melebihi persyaratan air minum yang dikeluarkan Menteri Kesehatan RI No. 907/ MENKES/SK/VII/2002, maka aku akan melakukan proses pengudaraan (aerasi) untuk menurunkan

kadar Fe, Mn, Mg, dan NH4. Proses pengudaraan

ini ada beberapa macam, tergantung kebutuhan dan kemampuan kita. Proses pengudaraan yang sederhana sebagai berikut:

(18)

8 W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8

Air aku masukkan dalam saringan berlubang, yang kemudian terpecah dan mengalami kontak dengan udara (oksigen) dalam proses pengudaraan, kemudian membentuk endapan saat masuk gentong penyaringan, dan endapan tersebut akan tersaring oleh kerikil, pasir dan arang, dan akhirnya menetes di gentong yang kedua sebagai air yang jernih. Air yang sudah jernih ini dapat digunakan untuk air minum dan memasak, jadi tidak perlu menyediakan tempat penampungan yang besar, cukup disesuaikan dengan kebutuhan air tiap hari. Sedangkan untuk keperluan mandi, mencuci dan kakus masih dapat menggunakan air sumur tanpa olahan, yang penting jangan lupa mandi dan cuci tangan pakai sabun.

Jika warga tidak memiliki gentong, maka mereka dapat menggunakan drum bekas yang dicuci bersih. Proses penjernihan air dengan menggunakan drum tidak jauh berbeda dengan menggunakan gentong.

Seandainya nenekku punya rumah cukup besar dan halaman yang luas, maka aku akan membuatkan tempat penampungan dan proses pengudaraan air yang lebih besar dengan daya tampung 200 liter. Walaupun pembuatannya cukup rumit, tetapi nenek boleh bangga jika air bersih yang dihasilkan dapat memenuhi konsumsi air warga disekitar rumah nenek.

Tapi nenekku yang tinggal di desa menggunakan air sumur yang ditimba dan ditampung dalam bak penampungan sederhana dan seadanya. Bahkan letak sumur berdekatan sekali dengan WC (jamban) sehingga kemungkinan tercemar mudah sekali, terutama pencemaran yang berasal dari jamban yaitu ditemukannya bakteri coli yang dapat meyebabkan sakit perut.

Nenekku tidak menyediakan sarana khusus penampungan dan penyaringan air, tetapi aku melihat disekitar rumah nenek ada batu bata, arang, kerikil, sabut kelapa, gentong air, bambu, dll. Nah! Aku pikir tidak ada salahnya jika kubuatkan alat pengudaraan dan penyaringan sederhana dengan bahan-bahan yang ada disekitar rumah nenek. Proses pengudaraan-penyaringan sederhana ini dapat mengurangi

kekeruhan, wama, besi (Fe+3), magnesium

(Mg+2), mangan (Mn+2), dan aluminium (Al+2).

Bahan-bahan yang aku sediakan adalah batu-bata untuk meletakkan gentong air; gentong air 2 buah, yang satu untuk menampung air bersih yang sudah disaring dan yang satu lagi dilubangi bagian bawahnya kemudian disusun lapisan penyaring arang, pasir, dan kerikil dengan perbandingan 3:2:1; kaleng susu yang dilubangi bagian bawahnya seperti saringan yang diikatkan pada penyangga supaya ada jarak sekitar 30 cm dari bibir gentong penyaringan.

Di desa nenekku, masih ada warga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Aku dapat bayangkan be-tapa kotor dan baunya, apalagi jika sungai tersebut berfungsi juga sebagai tempat pembuangan sampah. Lagi-lagi aku me-lihat gentong berserakan disekitar rumah seorang penduduk yang rupanya bermatapencaharian membuat gentong. Aku terinspirasi untuk menolong mereka membuatkan sistem penjernihan air dengan gentong bertingkat, yang dapat di-gunakan oleh warga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari mereka.

•Pertama-tama, sediakan 3-4 buah gentong berukuran sama yang disu-sun bertingkat dan dilengkapi kran (saluran) air;

•Kedua, tempatkan air kotor pada gentong pertama (a), kemudian tam-bahkan 1 gram tawas dan 1 gram kapur kedalam setiap 10 liter air (sebaiknya pada sore hari);

•Ketiga, aduklah air datam gentong tersebut hingga terbentuk enda-pan, biarkan semalan agar kotoran mengendap;

•Keempat, alirkan air dari gentong pertama (a) ke gentong kedua (b) yang terIebih dahulu dilapisi berturut-turut dari bawah ke atas sbb : ijuk (ketebalan 10 cm), pasir dengan diameter antara 0,25-0,1 mm (ketebalan 40 cm), kerikil (ketebalan 10 cm), dan genting kaca (kete-balan 5 cm), atau dengan perbandingan 2:8:2:1;

•Kelima, alirkan air ke dalam gentong ketiga (c), tambahkan 2,5 g ka-porit pada setiap 10 liter air, aduklah cepat selama beberapa (2) menit, kemudian aduk perlahan selama 5- 10 menit, diamkanlah selama 30 menit, selanjutnya air jemih siap digunakan;

(19)

Jika air minumku keruh, dengan mudah aku

dapat menyaringnya, dan bila air minumku berwarna aku tambahkan arang aktif untuk menjernihkannya. Arang aktif dapat juga dipakai untuk menghilangkan bau yang tidak sedap dari air minumku; jika air minumku terasa asam atau mempunyai nilai pH rendah, aku dapat menambahkan kapur tohor secukupnya, untuk menetralkan kembali air minumku.

Di banyak tempat, apalagi perkotaan, sungguh sulit untuk menemukan air berkualitas baik. Bagi mereka yang mampu, mereka dapat menggunakan atau membeli alat penjernih air yang menggunakan resin penukar ion, yang banyak ditawarkan dengan harga bervariatif

sesuai dengan tingkat pencemarannya. Sumber kehidupan ini telah dicemarkan sampah organik dan zat beracun, hingga akhirnya berbalik menjadi sumber kematian. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang hanya memiliki kurang lebih 30% daratan, haruslah menjaga ketersediaan air tawar di darat dalam jumlah yang memadai. Dan bagi warga desa, mereka dapat mengupayakan air bersih dengan pengolahan sederhana menggunakan alat dan bahan yang tersedia di

sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.n

Penulis adalah Penyelidik Bumi pada Pusat Lingkungan Geologi - Badan Geologi

•Pertama, sediakan 2 buah drum berukuran sama yang dis-usun bertingkat dan dilengkapi kran (saluran) air; •Kedua, tempatkan air kotor pada drum pertama,

kemu-dian tambahakan 1 gram tawas, 1 gram kapur dan 2,5 gram kaporit kedalam setiap 10 liter air (sebaiknya pada sore hari);

•Ketiga, aduklah air dalam drum pertama hingga terbentuk endapan, biarkan semalan agar kotoran mengendap; •Keempat, alirkan air dari drum pertama ke drum kedua

yang telah dilapisi berturut-turut dari bawah ke atas kerikil (ketebalan 5 cm), arang batok (ketebalan 10 cm), ijuk (ketebalan 10 cm), pasir dengan diameter antara 0,25-0,1 mm (ketebalan 15 cm), selanjutnya dari drum ini dihasilkan air yang jernih;

• Pertama, sediakan 2 buah drum dengan kapasitas 200 li-ter air, dilengkapi dengan keran air untuk keluar (1 buah), keran sambung (1 buah), pipa PVC 1 inci (1 buah), sam-bungan siku 1 inci (5 buah), pasir halus dengan diameter 0,25-0,10 mm, kerikil dengan diameter 10-20 mm, dan seng dibentuk kerucut.

• Kedua, drum dicat atau dilapisi semen; bagian bawah drum pertama dipotong kecil-kecil, sedangkan dinding atasnya diberi ventilasi; dinding bagian atas drum kedua diberi ventilasi, dan diberi lubang (keran) tempat keluar air.

• Ketiga, pasir dan kerikil dicuci bersih, sebaiknya dicuci den-gan air panas atau direbus supaya steril; kemudian kerikil dimasukkan ke dalam drum pertama hingga sepertiga tinggi drum, sedangkan pasir dimasukkan ke dalam drum kedua hingga sepertiga tinggi drum.

• Keempat, pipa pemasukkan dan pengeluaran dipasang seperti gambar disamping, drum pertama disusun digian atas dan yang kedua dibaian bawah; kemudian ba-gian bawah drum diberi alas plesteran yang ditinggikan; • Kelima, bagian atas drum pertama diberi seng kerucut

yang dilubangi kecil-kecil, dan usahakan agar saringan (pa-sir) tetap dalam keadaan terendam air walaupun sedang tidak dipakai.

• Keenam, keran pemasukan dibuka, sedangkan keran pen-geluaran ditutup hingga seluruh bagian pasir penyaringan terendam air; setelah drum penuh seluruhnya, keran pen-geluran dibuka terus untuk memperoleh air bersih. • Ketujuh, setelah diperoleh air yang bersih sesuai

kebutu-han, matikan keran pengeluaran tetapi bagian penyaring (pasir) harus selalu terendam air, barulah keran pemasukan ditutup.

Sumber: Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum (Kusnaedi, 1995)

(20)

0 W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8

Ratu Perhiasan

Oleh:

Adang Hendarsyah

G e o l o g i P o p u l e r

M

utiara dikenal sebagai ”Ratu

Perhiasan”, karena memiliki

kecantikan yang feminim dan

mistik. Kilauan cahayanya lembut memancar bak

sinar bulan purnama.

Mutiara merupakan batu mulia yang pertama kali

dihargai umat manusia secara universal karena

keindahan dan kelangkaannya. Meskipun langka,

mutiara dapat ditemukan dimana saja selama ada

oyster dan remis, baik di laut maupun air tawar.

Oleh karena itu mutiara digolongkan menjadi

dua, yaitu mutiara laut dan mutiara air tawar.

Yang tergolong mutiara laut ialah mutiara Akoya,

(21)

Oyster berisi mutiara Pinctadamargaritifera

Margaritiferamargaritifera Anodontaanatina

Pinctada sp. untuk mutiara laut, dan remis masuk

kedalam famili Unionidae (Anodonta anatina)

dan Margaritiferidae (Margaritifera margaritifera)

untuk mutiara air tawar.

Beberapa spesies oyster yang mutiaranya bernilai komersil ialah :

Pinctada radiata; oyster mutiara teluk (Gulf pearl oyster), di Teluk Persia, Laut Merah dan Laut Mediteran

Pinctada margaritifera; oyster mulut hitam (black-lip oyster), di Teluk Persia, bagian selatan Lautan Hindia, Australia, Fiji, Tahiti, Myanmar, Baja California dan Teluk Meksiko

Pinctada maxima; oyster mulut putih atau oyster mulut emas (white-lip oyster, gold-lip oyster), di Australia, Fiji, Tahiti, Myanmar, dan Filipina •Pinctada fucata atau disebut juga Pinctada imbricata; oyster mutiara Akoya (Akoya pearl oyster), di Laut Merah, Sri Lanka, Teluk Persia, Lautan Hindia, Lautan Pasifik sebelah barat, Australia, dan Cina

Pinctada albina; oyster mutiara teluk hiu (Shark Bay pearl oyster), di Australia

Mutiara memiliki warna yang beragam: perak, merah jambu, hitam, hijau, kuning (emas), Mutiara tidak seperti kristal batu mulia, yang

harus dipotong terlebih dahulu dan dipoles untuk memperlihatkan keindahannya sebagai perhiasan. Mutiara tidak membutuhkan sentuhan tangan manusia untuk mengeluarkan daya pikatnya.

Dalam legenda Bangsa India, dewa umat Hindu, Krisna, dipercaya sebagai yang pertama kali menemukan mutiara. Penemuannya itu diberikan kepada putrinya sebagai hadiah pernikahan.

Referensi pertama tentang mutiara datang dari Cina pada tahun 2206 S.M., sang raja menerima mutiara yang berasal dari Sungai Hwai sebagai upeti. Pada abad 11, penguasa Vietnam, Ly Nhat Ton telah membayar dengan harga sangat tinggi untuk mendapatkan mutiara dari Jawa yang dijuluki ”Berkilau Dalam Gelap”. Di sisi lain dunia ini, Suku Indian di Amerika menggunakan mutiara untuk menghiasi barang peninggalan (yang dianggap) keramat. Ketika Christoper Columbus turun ke pantai ia melakukan tukar menukar mutiara dengan Bangsa Indian.

Rumah Mutiara

Mutiara diproduksi oleh oyster dan remis, klas bivalvia. Oyster masuk kedalam famili Pteriidae,

(22)

W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8 Bentuk mutiara Akoya

Warna mutiara Akoya

Giwang Akoya

Kalung Akoya

abu-abu hitam, hijau-hitam. Spesies Pinctada

yang berbeda menghasilkan ukuran dan warna mutiara yang berbeda pula, tergantung kepada ukuran spesies dan warna alami ‘nacre’ yang berada dalam cangkang. Mutiara Laut Selatan hitam, atau mutiara Tahiti berasal dari oyster mulut hitam, mutiara Laut Selatan putih dan emas berasal dari oyster mulut putih dan oyster mulut emas.

Sumber Mutiara Alam

Tempat yang menjadi sumber mutiara alam terbaik pada waktu yang lalu adalah Teluk Persia, perairan India dan Sri Lanka.

Kualitas mutiara ditentukan oleh lima unsur yaitu kilap (luster), permukaan (surface), bentuk (shape), warna (color), dan ukuran (size).

Beberapa Jenis Mutiara

•Mutiara Akoya

Jepang menemukan cara membudidayakan mutiara secara komersil. Oyster yang dipilih adalah oyster Akoya yang umum terdapat di Jepang. Budidaya dilakukan dengan cara menanamkan manik-manik dari cangkang mutiara ke dalam cangkang oyster untuk merangsang

perkembangan mutiara, kemudian oyster

tersebut dikembalikan ke laut dan menunggu perkembangannya antara 2 - 3 tahun.

Mutiara Akoya Jepang yang pertama walaupun kecil dan memiliki bentuk yang tidak konsisten, muncul dalam kancah pasar internasional hingga bergantinya abad ke 20. Pada tahun 1920 teknik yang digunakan sudah sempurna, menghasilkan mutiara yang indah, mutiara berbentuk bola dan mulai diproduksi secara komersil.

Bentuk mutiara Akoya Bentuk mutiara Akoya

Warna mutiara Akoya

(23)

Mutiara Akoya berukuran 2-10 mm, rata-rata

berukuran 7 mm, bentuk bulat dan semi bulat, atau ’baroque’, warna rose, silver, putih, emas, krem, biru-hijau Lihat gambar).

•Mutiara Tahiti

Mutiara Tahiti berukuran hampir dua kali mutiara Akoya (8-18 mm, rata-rata ukuran 13 mm), berasal dari ’oyster bibir hitam’ Pinctada margaritifera, terdapat di kepulauan Polynesia. Berbentuk bulat, kancing, buah pear, oval, berwarna hijau, biru, abu-abu, hitam-hijau.

•Mutiara Laut Selatan

Mutiara Laut Selatan terkesan memiliki ukuran yang besar, berdiameter antara 9-17 mm, bila dibandingkan mutiara Akoya. Mutiara Laut Selatan memiliki warna yang mengagumkan, dari warna hitam hingga keemasan, krem, keperakan, merah jambu, dan bayang-bayang kebiruan. Tidak mengherankan bila mutiara Laut Selatan mendapat julukan ”Ratu Mutiara” karena secara umum nilainya lebih tinggi dari yang lainnya.

•Mutiara Air Tawar

Cina dianggap sebagai pelopor teknologi modern budaya mutiara air tawar sekitar tahun 1100. Saat ini, pengolahan mutiara air tawar dari Cina telah membuat langkah yang menakjubkan. Mutiara Cina memiliki variasi warna, ukuran dan bentuk, tersebar luas kemana-mana dan memberikan hasil yang luar biasa. Pasar utama untuk seluruh mutiara air tawar tersebut berada di Zuzhou, dekat Shanghai, tapi untaian mutiara dari Cina dapat ditemukan di seluruh pasar permata di Asia.

Mutiara terbesar

Mutiara terbesar ditemukan di Pilipina pada tahun 1934, berat 6,4 kg, ditemukan oleh seorang muslim Pilipina saat menyelam di Pulau Palawan, diberi nama ‘Pearl of Allah’. Mutiara tersebut

diperoleh dari dalam kerang raksasa, Tridacna

gigas.n

Pustaka:

1.http://www.premiumpearl.com

2. http://www.pearlsofjoy.com

3.http://en.wikipedia.org/wiki/Pearl

4.http://www.perlesdetahiti.net/site/en/ tahitian-by-nature.html

5.http://www.americanpearl.com/ historybtcul.html

Penulis adalah Penyelidik Bumi pada Pusat Lingkungan Geologi - Badan Geologi

Bentuk mutiara Laut Selatan

Warna mutiara Laut selatan

Warna mutiara Laut selatan

Mutiara air tawar merah jambu

Mutiara terbesar didunia

(24)

W a r t a G e o l o g i . J u n i 0 0 8

P

enutupan tambang merupakan tahapan

akhir kegiatan usaha pertambangan.

Pilu tentu dirasakan oleh seluruh

komunitas tambang dan masyarakat sekitarnya.

Hiruk pikuk tambang yang indentik dengan kerja

keras selama 24 jam harus berakhir, daerah yang

ditinggalkan menjadi sepi bahkan beberapa

wilayah bekas tambang tanpa penghuni,

hingga disebut ghost town (kota hantu).

PT Timah berpamitan kepada masyarakat

Dabo pada 14 April 1993, sebagai akhir

aktivitas pertambangan timah oleh

perusa-haan milik negara itu di Pulau Singkep.

Oleh:

Sabtanto Joko Suprapto

Pulau Singkep

Kembali menghasilkan timah

Gambar

Grafik perkembangan harga timah putih di bursa London (London Metal Exchange, 2008)margaritifera

Referensi

Dokumen terkait

tersebut harus jelas, termasuk mengontrol suhu konstan dan kelembaban relatif, lingkungan yang bebas dari bahan kimia yang agresif, dan tingkat cahaya yang sesuai.. Tindakan

PARAMETER DESKRIPSI CAPAIAN PEMBELAJARAN KHUSUS BIDANG MASTER OF CEREMONY SESUAI KKNI JENJANG III.. semangat untuk mendahulukan kepentingan

BEBERAPA GENOTIPE Saccharum spp.SUMATERA UTARA DENGAN VARIETAS TEBU TOLERAN KEKERINGAN (PS 864 DAN PSJT 941) MENGGUNAKAN PENANDA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA.. Nama :

Menguasai pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum untuk menerjemahkan informasi tentang rencana kerja, memilih bahan, menggunakan

Kerinci yang diusahakan pada tanah Andisol, petani umurnnya melakukan penanaman pads bedengarlguludan searah lereng dengan maksud untuk menciptakan kondisi

Pengaruh kepemimpinan Islami terhadap Kinerja Karyawan pada Rabbani Semarang/ 2015 Independen: Kepemimpinan Islami Dependen: Kinerja karyawan Analisis regresi linier

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik marolis dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan

rendah sampai sangat rendah (marginal) Tanah ini mempunyai tingkat kepekaan erosi yang tinggi, kadar hara dan bahan organik rendah, tingkat kemasaman tinggi