• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Evaluasi - Evaluasi Ketersediaan Koleksi Bidang Ilmu Perpustakaan Menggunakan OPAC Di Perpustakaan USU Berdasarkan Kajian Terhadap Silabus Kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Evaluasi - Evaluasi Ketersediaan Koleksi Bidang Ilmu Perpustakaan Menggunakan OPAC Di Perpustakaan USU Berdasarkan Kajian Terhadap Silabus Kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1. Evaluasi

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris

evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran (Echols dan Shadily 2000, 220). Beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut:

Menurut Umar (2002, 36) menyatakan bahwa:

Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan–harapan yang ingin diperoleh. Menurut (Ajick 2009, 2) menyatakan bahwa “evaluasi adalah penggunaan teknik penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta tujuan-tujuan yang dapat mencapai suatu program dalam proses mengoleksi, menganalisa dan mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi”. Sedangkan menurut Arikunto (2002, 1) menyatakan bahwa:

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi–informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas dipahami bahwa evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur memperoleh suatu kesimpulan. 2.1.1 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

(2)

Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan mana yang belum”.

Sedangkan menurut Weiss (1972) dalam Euske (1984 : 69) tujuan evaluasi atau evaluation adalah:

1. Continuing or discontinuing a program;

2. Imroving practices and procedures of a program;

3. Adding or dropping specific strategies and tecnigues within a program or operation.

4. Instituting similar operations or programs elsewhere;

5. Allocating resources among competing operation and programs; 6. Accepting or rejecting a program approach or theory.

Dengan kata lain tujuan evaluasi adalah:

1. Kelanjutan atau pemutusan sebuah program;

2. Peningkatan pelaksanaan dan prosedur sebuah program;

3. Penambahan atau penurunan strategi khusus tanpa sebuah program atau operasional;

4. Persamaan lembaga operasional atau program ditempat lain;

5. Pengalokasian sumber daya atau persaingan opeasional dan program; 6. Penerimaan atau penolakan sebuah pendekatan program atau teori. Dari beberapa tujuan evaluasi di atas dapat dipahami bahwa tujuan evaluasi adalah untuk memberikan pendekatan yang lebih baik dalam memberikan informasi untuk perbaikan dan pengembangan sebuah program. Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu, demikian juga dengan evaluasi.

Menurut Arikunto (2002, 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing–masing komponen.

(3)

evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

2.1.2 Metode Evaluasi

Bonn (dalam Evans, 2000) memberikan lima pendekatan umum terhadap evaluasi, yaitu:

1. Pengumpulan data statistik semua koleksi yang dimiliki 2. Pengecekan pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi

3. Pengumpulan pendapat dari pengguna yang biasa datang ke perpustakaan.

4. Pemeriksaan koleksi langsung

5. Penerapan standar, pembuatan daftar kemampuan perpustakaan dalam penyampaian dokumen, dan pencatatan manfaat relatif dari kelompok khusus.

Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan yang dikeluarkan oleh American Library Association (ALA's Guide to the Evaluation of Library Collections) membagi metode kedalam ukuran-ukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan. Ada pun metode itu adalah:

1. Metode Terpusat pada Koleksi

Pada metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu:

a. Pencocokan terhadap daftar tertentu, bibliografi, atau katalog.

Metode dengan menggunakan daftar pencocokan (checklist) merupakan cara lama yang telah digunakan oleh para pelaku evaluasi.

b. Penilaian dari pakar.

Metode ini tergantung pada keahlian seseorang untuk melakukan penilaian dan penguasaan terhadap subjek yang dinilai. Dalam metode ini pemeriksaan terhadap koleksi dalam hubungannya terhadap subjek yang akan dievaluasi. Biasanya metode ini berfokus pada penilaian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi, kegunaannya terkait dengan kurikulum atau penelitian, serta kekurangan dan kekuatan koleksi.

c. Perbandingan data statistik.

Perbandingan diantara institusi bermanfaat untuk data evaluasi. Namun ada keterbatasan disebabkan oleh perbedaan institusional dalam tujuan, program-program, dan populasi yang dilayani.

d. Perbandingan pada berbagai standar koleksi.

(4)

pendekatan kuantitatif, ada pula yang menggunakan pendekatan kualitatif.

2. Metode Terpusat pada Penggunaan

Pada metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu:

a. Melakukan kajian sirkulasi

Pengkajian pola penggunaan koleksi sebagai sarana untuk mengevaluasi koleksi semakin populer. Dalam hal ini kecukupan koleksi buku terkait langsung dengan pemanfaatannya oleh pengguna sehingga statistik sirkulasi juga memberikan gambaran yang layak mewakili penggunaan koleksi.

b. Meminta pendapat pengguna

Survei untuk mendapatkan data persepsi pengguna tentang kecukupan koleksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu data yang sangat berguna dalam program evaluasi koleksi.

c. Menganalisis statistik pinjam antar perpustakaan.

Bila pengguna sebuah perpustakaan banyak menggunakan perpustakaan lain bisa jadi ada masalah dengan koleksi perpustakaan tersebut.

d. Melakukan kajian sitiran.

Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan perguruan tinggi dan khusus dengan menggunakan sejumlah contoh dari publikasi penelitian yang sesuai dengan tujuan perpustakaan.

e. Melakukan kajian penggunaan di tempat (ruang baca).

Melengkapi data yang diperoleh pada kajian sirkulasi, kajian terhadap buku dan jurnal yang dibaca di tempat/rnang baca perlu dilakukan. Kajian dapat dilakukan dengan menghitung buku dan jurnal yang ada di meja baca setelah selesai dibaca pengguna pada kurun waktu tertentu. f. Memeriksa ketersediaan koleksi di rak.

Pustakawan perlu melakukan pengumpulan data mengenai ketersediaan koleksi di rak pada kurun waktu tertentu. Maksud dari pengumpulan data ini untuk mengetahui seberapa tinggi bahan pustaka yang dicari pengguna tersedia di rak koleksi. Bila persentase penemuan tinggi, bisa berarti bahwa koleksi khusus untuk melakukannya.

2.1.3 Alat penilaian Evaluasi

Dalam proses evaluasi dibutuhkan suatu alat penilaian evaluasi. Menurut Umar (2002, 45) menyatakan bahwa:

(5)

2.1.4 Standar Evaluasi

Menurut Umar (2002, 40) menyatakan bahwa “standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama”, yaitu:

a. Utility (manfaat)

Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.

b. Accuracy (akurat)

Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi.

c. Feasibility (layak)

Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak. Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat memahami bahwa standar evaluasi bermanfaat untuk pengambilan keputusan yang memiliki tingkat ketepatan tinggi dan dapat dilaksanakan secara layak. 2.1.5 Teknik Evaluasi

Ketika akan mengevaluasi koleksi, dibutuhkan suatu teknik yaitu teknik evaluasi. Dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 67) dinyatakan bahwa:

Evaluasi koleksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Cara kuantitatif dilakukan dengan pengumpulan data statistik, dan dari data statistik itu dapat diperoleh informasi yang cukup mengenai keadaan koleksi. Cara kualitatif dilakukan dengan cara menguji ketersediaan koleksi terhadap program perguruan tinggi.

2.2 Ketersediaan Koleksi

Agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal perpustakaan harus dapat menyediakan dan mengumpulkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna demi melaksanakan program kegiatan perguruan tinggi yaitu tri dharma perguruan tinggi.

(6)

Menurut Siregar (1999, 2) ”Yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna, guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.

Selain itu, Sulistyo–Basuki (1993, 132) menyatakan bahwa “Pentingnya koleksi bahan pustaka yang mutakhir dan seimbang”.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut penulis mencoba memahami bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan perpustakaan baik yang lama maupun, mutakhir dan seimbang dikumpulkan, diolah dan disimpan di perpustakaan yang kemudian disajikan kepada pengguna guna pemenuhan kebutuhan mereka akan informasi.

2.2.1 Tujuan Ketersediaan Koleksi Perpustakaan

Tujuan ketersediaan koleksi adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi, walaupun tujuan penyediaan koleksi untuk memenuhi kebutuhan pengguna, namun tujuan penyediaan koleksi tersebut tidaklah sama untuk semua jenis perpustakaan, tergantung pada jenis dan tujuan pada suatu perpustakaan.

Menurut Siregar (1999, 2) tujuan perpustakaan perguruan tinggi menyediakan koleksi:

1. Menggumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan civitas akademika perguruan tinggi induknya,

2. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang–bidang tertentu yang berhubungan dengan tujuan perguruan tinggi yang menyeleggarakan perpustakaan tersebut.

3. Memiliki koleksi, bahan atau dokumen yang lampau dan yang mutakhir dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian dan lain–lain yang erat hubungannya dengan program perguruan tinggi penaungnya.

4. Memiliki koleksi yang dapat menunjang pendidikan dan penelitian serta pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi induknya

(7)

Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 11) dinyatakan bahwa “penyediaan koleksi perpustakaan bertujuan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa koleksi perpustakaan perguruan tinggi haruslah lengkap dan relevan dengan kebutuhan setiap program studi perguruan tinggi.

2.2.2 Fungsi Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan mempunyai fungsi-fungsi. Fungsi koleksi tersebut dinyatakan dalam buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1979, 34) sebagai berikut:

a. Fungsi Pendidikan

Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis tingkat program yang ada.

b. Fungsi Penelitian

Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu mutakhir.

c. Fungsi Referens

Fungsi ini melengkapi kedua fungsi diatas dengan menyediakan bahan referens di berbagai bidang dan alat alat bibliografis yang di perlukan untuk penelusuran informasi.

d. Fungsi Umum

Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat sekitarnya.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa koleksi perpustakaan mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah bahwa koleksi perpustakaan adalah unsur pokok perpustakaan yang harus dibina secara teratur dan terencana.

2.2.3 Jenis Koleksi Perpustakaan

(8)

ragam jenis dan bentuk serta kandungan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan tersebut. Oleh karena itu ada beberapa jenis koleksi yang terdapat diperpustakaan.

Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 51) jenis koleksi yang tersedia di perpustakaan meliputi:

1. Koleksi rujuka n

Koleksi rujukan merupakan tulang punggung perpustakaan dalam menyediakan informasi yang akurat. Berbagai bentuk dan jenis informasi seperti data, fakta, dan lain-lain dapat ditemukan dalam koleksi rujukan. Oleh sebab itu, perpustakaan perlu melengkapi koleksinya dengan berbagai jenis koleksi rujukan seperti ensiklopedi umum dan khusus, kamus umum dan khusus, buku pegangan, direktori, abstrak, indeks, bibliografi, berbagai standar, dan sebagainya baik dalam bentuk buku maupun non buku.

2. Bahan ajar

Bahan ajar berfungsi untuk memenuhi kurikulum. Bahan ajar untuk setiap mata kuliah bisa lebih dari satu judul karena cakupan isinya yang berbeda sehingga bahan yang satu dapat melengkapi bahan yang lain. Disamping ada bahan ajar yang diwajibkan ada dan ada pula bahan ajar yang dianjurkan untuk memperkaya wawasan. Jumlah judul bahan ajar untuk setiap mata kuliah ditentukan oleh dosen, sedangkan jumlah eksemplarnya bergantung kepada tujuan dan program pengembangan perpustakaan setiap perguruan tinggi.

3. Terbitan berkala

Untuk melengkapi informasi yang tidak terdapat di dalam bahan ajar dan bahan rujukan, perpustakaan melanggan bermacam-macam terbitan berkala seperti majalah umum, jurnal, dan surat kabar. Terbitan ini memberikan informasi mutakhir mengenai keadaan atau kecenderungan perkembangan ilmu dan pengetahuan. Perpustakaan seyogyanya dapat melanggan sedikitnya satu judul majalah ilmiah untuk setiap program studi yang diselenggarakan perguruan tingginya.

4. Terbitan pemerintah

Berbagai terbitan pemerintah seperti lembaran negara, himpunan peraturan negara, kebijakan, laporan tahunan, pidato resmi, dan sebagainya juga dimanfaatkan oleh para peneliti atau dosen dalam menyiapkan kuliahnya. Perpustakaan perlu mengantisipasi kebutuhan para penggunanya sehingga koleksi terbitan pemerintah, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, departemen, non-departemen, maupun lembaga lainnya dapat memperoleh perhatian.

(9)

pengembangan ilmu. Koleksi itu harus selalu disesuaikan dengan perubahan program perguruan tinggi karena masing-masing bahan tersebut mengandung informasi yang berbeda pula., terutama bila ditinjau dari tingkat ketelitian, cakupan isi, maupun kemutakhirannya. Dengan koleksi yang jumlah atau jenisnya cukup, diharap program perguruan tinggi dapat berjalan dengan baik.

6. Apabila memiliki dana yang cukup, perpustakaan sebagai sumber belajar tidak hanya menghimpun buku, jurnal, dan sejenisnya yang tercetak, tetapi juga menghimpun koleksi pandang-dengar seperti film, slaid, kaset video, kaset audio, dan pustaka renik, serta koleksi media elektronika seperti disket, compact disc dan online database/basis data akses maya. Koleksi ini disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

7. Bahan bacaan untuk rekreasi intelektual

Perpustakaan perguruan tinggi perlu menyediakan bahan bacaan atau bahan lain untuk keperluan rekreasi intelektual mahasiswa dan bahan bacaan lain yang memperkaya khasanah pembaca.

Berbagai jenis koleksi suatu perpustakaan perguruan tinggi harus dapat memilih dan menentukan koleksi apa saja yang harus dimiliki oleh perpustakaan tersebut yang sesuai dengan penggunanya, dan semua jenis koleksi tersebut harus dapat dilayankan kepada civitas akademika dengan tujuan membantu mereka dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

2.2.4 Pengembangan Koleksi

Secara definitif pengertian pengembangan koleksi perpustakaan mencakup semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi bahan pustaka.

Menurut Sutarno (2006, 114) menyatakan bahwa:

(10)

Bahwa dunia pendidikan dengan tugas dan aktivitasnya memerlukan kehadiran sebuah perpustakaan yang dapat menjawab kebutuhan dan tantangan pendidikan serta membangkitkan minat baca pengguna.

2.3 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada pada lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademi atau sekolah tinggi lainnya yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu perguruan tinggi.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 51) menyatakan bahwa:

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya”.

Sedangkan menurut Sutarno (2006, 35) menyatakan bahwa “perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk sivitas akademi perguruan tinggi tersebut”.

Maka dapat dipahami bahwa sebuah perpustakaan dapat dikatakan sebagai perpustakaan perguruan tinggi jika berada dalam sebuah perguruan tinggi atau yang sederajat, tujuannya untuk menunjang kegiatan perguruan tinggi.

2.3.1 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi memiliki beberapa tujuan sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 52) menyatakan bahwa tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

(11)

b. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referens) pada semua tingkat akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.

c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.

d. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pa lingkungan perguruan tinggi tetapi juga lembaga industrial lokal.

Sedangkan dalam buku pedoman umum perpustakaan perguruan tinggi (1979:1) dinyatakan “bahwa tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk mendukung, memperlancar, serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi, yang meliputi lima aspek yaitu :

a. Pengumpulan informasi b. Pelestarian informasi c. Pengolahan informasi d. Pemanfaatan informasi e. Penyebarluasan informasi

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa perpustakaan perguruan tinggi bertujuan untuk memberikan pelayanan informasi yang dapat mendukung perguruan tinggi dalam rangka menyelenggarakan proses pembelajaran di perguruan tinggi yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh tujuan tersebut maka perpustakaan perguruan tinggi harus dapat menyediakan koleksi dan layanan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Untuk melaksanakan tujuan dengan baik, perpustakaan perguruan tinggi memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut:

Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 3) sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki berbagai fungsi yaitu:

1. Fungsi Edukasi

(12)

belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah di akses oleh pencarian dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi yang mutlak, dikarenakan pengaplikasiannya dipakai untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi yang bersifat rekreatif yang berarti untuk membangun dan mengembangkan kreativitas , minat, dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non akademika.

6. Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interprestasi

Perpustakaan ini sudah seharusnya memiliki kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

2.3.2 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Secara umum tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat pustaka serta mendayagunakannya bagi civitas akademika. Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 3) tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah :

a. Mengembangkan koleksi.

b. Mengolah dan merawat bahan perpustakaan. c. Memberi layanan.

d. Melaksanakan administrasi perpustakaan.

(13)

Tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk melayani keperluan mahasiswa dari tingkat persiapan sampai pada mahasiswa yang sedang menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta para peneliti yang bergabung dalam perguruan tinggi yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas bahwa tugas perpustakaan perguruan tinggi menyediakan semua koleksi serta fasilitas yang betul-betul dibutuhkan civitas akademika.

2.4 Dewey Decimal Classification (DDC)

Menurut Suwarno (2010, 145-146) menyatakan bahwa Dewey Decimal

Classification (DDC) adalah sebuah sistem

diciptakan oleh edisi pertama dengan judul “A classification and subject index for a library”. Terbit pertama kali hanya sebanyak 42 halaman yang berisi 12 halaman pendahuluan, 12 halaman bagan dan 18 halaman indeks. Sejak edisi pertama diterbitkan, DDC terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

Banyak subyek-subyek baru yang ditambahkan. Adakalanya notasi mengalami perluasan dan perubahan lokasi karena perkembangan subyek tersebut. Kelestarian DDC sampai dapat mencapai umur lebih seabad dan banyak pemakainya di dunia, disebabkan karena DDC secara berkala ditinjau kembali dan diterbitkan edisi barunya. Lembaga yang mengawasi dan mendukung penerbitan DDC ialah “The Lake Placed Education Foundation” dan “The Library of Congress” di Amerika Serikat sarana komunikasi diterbitkan “Decimal Classification, adition, notes, decisions” (disingka t DC).

(14)

termasuk dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Terjemahan Ringkasan Klasifikasi Desimal Dewey dan Indeks Relatif”.

Ada sepuluh kelas utama dalam klasifikasi Dewey. Sepuluh kelas utama tersebut adalah:

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10. 900

Pada tahun 2011 telah terbit DDC edisi 23 dikenal dengan DDC23. 2.5 OPAC (Online Public Access Catalog)

OPAC merupakan singkatan dari online public access catalog. Adapun penjelasannya adalah pangkalan data yang berisikan cantuman bibliografi yang dirancang untuk dapat diakses melalui terminal (komputer) sehingga pemakai dapat langsung dan secara efektif mencari dan menemukan kembali informasi yang dibutuhkan.

Menurut Yusup (2010, 123) menyatakan bahwa

Online Public Access Catalog adalah alat bantu penelusuran informasi secara online. Fungsinya mirip katalog konvensioanal yang tersedia di perpustakaan-perpustakaan pada umumnya. Dikatalog online ini kita sebagai orang yang ingin mencari informasi pun dapat memanfaatkannya dengan sangat mudah.

(15)

memfasilitasi pengunjung untuk mencari katalog koleksi perpustakaan yang dapat diakses oleh umum”.

Berikut merupakan defenisi OPAC menurut beberapa ahli yang dikutip dalam Hasugian (2009, 154-155):

Menurut Corbin menyatakan bahwa “Online Public Catalog adalah suatu katalog yang berisikan cantuman bibliografi dari koleksi satu atau beberapa perpustakaan, disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya, dan dibuat melalui titik akses yang ditentukan”.

Menurut Tedd menyatakan bahwa

OPAC adalah sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang sedang dicari sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam”.

Menurut Horgan menyatakan bahwa “OPAC adalah suatu sistem temu balik informasi, dengan satu sisi masukan (input) yang menggabungkan pembuatan file yang tercantum dan indeks”.

Menurut Feather menyatakan bahwa “OPAC adalah suatu pangkatan data dengan cantuman bibliografi yang biasanya menggambarkan koleksi perpustakaan tertentu”.

(16)

2.5.1 Sejarah Perkembangan Sistem OPAC

Perkembangan sistem OPAC pada dasarnya tidak terpisahkan dari sejarah automasi perpustakaan. Automasi perpustakaan berkembang pada awal tahun 1960-an. Menurut Tedd yang dikutip oleh Hasugian (2009, 156-158) menyatakan bahwa perkembangan OPAC adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1960 dan Awal Tahun 1970

Pada tahun 1960an, komputer digunakan di berbagai perpustakaan umum dan perguruan tinggi untuk membantu membuat kalatog. Pada saat itu, pengoperasian sistem komputer masih berada pada model atau cara yang sangat variatif sehingga kemungkinan penelusuran informasi dengan katalog terpasang (online) dianggap masih jauh dari kenyataan. Pada awal 190an, sejumlah perpustakaan mulai menggunakan sistem komputer induk untuk mengembangkan sistem lokal. Sistem lokal ini didesain dan dirancang oleh staf dari pusat komputer.

2. Pertengahan Tahun 1970

Pada masa tersebut, komputer mulai menggunakan proses pengawasan sirkulasi di perpustakaan. Sistem komputer digunakan untuk tujuan pengumpulan data, khususnya pencatatan peminjaman. COM

(Computer Output on Microfilm) menjadi metode yang terkenal digunakan untuk menghasilkan katalog. Perkembangan teknologi komunikasi masa kini juga ditandai dengan munculnya sistem kerjasama pengatalogan dan pemanfaatan bersama diberbagai perpustakaan. Misalnya, di Inggris LASER (London and South Eastern Library Region), dan di Amerika Utara OCLC (Ohio Collehe Library Centre). Sistem kerjasama ini menghasilkan cantuman kalatog pada komputer untuk sejumlah perpustakaan yang berpartisipasi, baik dalam bentuk COM atau kartu katalog.

3. Akhir Tahun 1970an dan Awal Tahun 1980an

Pengenalan komputer mikro (microcomputer) di era ini, mendorong berbagai perpustakaan semakin mandiri untuk menggunakan fasilitas komputer yang diperoleh dari perusahaan sebagai pelanggannya dan pengembangan serta perancangan sistem sendiri (in-house system). Penggunaan komputer mikro menjadi terkenal karena menyediakan fasilitas untuk melakukan akses secara terpasang (online) terhadap berbagai simpanan (file) dalam sistem sirkulasi. Sistem komput er yang digunakan pada masa itu di perpustakaan mampu menelusuri cantuman bibiliografi secara online, sehingga sistem itu disebut sebagai sistem OPAC. Munculnya sistem OPAC di sejumlah perpustakaan tertentu, merupakan perkembangan utama yang terjadi dalam automasi perpustakaan sampai awal tahun 1980-an.

4. Pertengahan sampai Akhir Tahun 1980an

(17)

manajemen perpustakaan, mencakup modul atau sub-sistem yang berbeda, seperti pengatalogan, akuisisi, sirkulasi, pengawasan serial, layanan antar perpustakaan dan juga OPAC. Banyak perpustakaan yang menyediakan anggaran khusus untuk pengembangan sistem OPAC. Misalnya, tahun 1985 The British Library Reserach and Development

menyediakan anggaran sejumlah 300,000 found untuk setiap proyek penelitian sistem OPAC.

5. Tahun 1990an

Pada tahun 1990an, terlihat perubahan besar pada sitem manajemen perpustakaan dengan menawarkan kecenderungan dari sistem milik sendri (proprietary systems) bergerak ke arah sistem terbuka. Sejumlah permasalahan yang ditemui pada pengoperasian sistem di masa sebelumnya diinvetarisir dan ditemukan bahwa sejumlah besar sistem yang ada diperpustakaan pada thaun 1980an hanya bisa dijalankan pada perangkat keras (hardware) seperti DOBIS/LIBID, Geac, LIBERTAS dan URICA.

Berdasarkan keterangan di atas, bahwa perkembangan sistem OPAC tidak terlepas pada perkembangan automasi perpustakaan. OPAC berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Perkembangan OPAC juga sangat membantu pengguna maupun pustakawan.

2.5.2 Tujuan Dan Fungsi OPAC Tujuan OPAC

OPAC merupakan perkembangan teknologi di dalam ilmu perpustakaan, selain memberikan kemudahan bagi pengguna juga kemudahan bagi petugas perpustakaan dalam melakukan kegiatan pengatalogan.

Menurut Siregar (2004, 57) menyatakan bahwa “peralihan manual ke bentuk online, disamping banyak menghemat waktu pengguna dalam penelusuran, juga mampu meningkatkan efisiensi pekerjaan pengatalogan bahan pustaka baru”.

Katalog

sheingga penggunanya semakin tinggi.

Menurut Kusmayadi (2006, 53) Tujuan penyediaan OPAC adalah :

(18)

2. Mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukana dan yang harus dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi.

3. Mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja.

4. Mempercepat pencarian informasi.

5. Dapat melayani kebutuhan informasi maysrakat dalam jangkauan luas. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa, tujuan penyediaan OPAC di perpustakaan adalah untuk memberi kepuasan kepada pengguna dan staf perpustakaan dan mempercepat pencarian informasi yang tersedia di perpustakaan.

Fungsi OPAC

Menurut pendapat Yusup (1995, 76), fungsi katalog secara umum adalah sebagai berikut :

1. Menunjukkan tempat suatu buku atau bahan-bahan lain dengan menggunakan lambang-lambang angka klasifikasi dalam bentuk nomor panggil (call number).

2. Mendaftarkan semua buku dan bahan lain dengan susunan alfabetis nama pengarang, judul buku, atau subyek buku yang bersangutan, ke dalam suatu tempat khusus di perpustakaan untuk memudahkan pencarian entri-entri atau informasi yang diperlukan.

3. Memberikan kemudahan untuk mencari suatu buku atau bahan lain di perpustakaan dengan hanya mengetahui salah satu dari daftar kelengkapan buku yang bersangkutan.

Dari uraian diatas dipahami bahwa, fungsi katalog adalah secara umum adalah untuk menunjukkan tempat suatu buku, menginventarisasikan semua koleksi yang dimiliki perpustakaan, serta memberikan kemudahan untuk mencari koleksi yang ada di perpustakaan.

2.5.3 Jenis Penelusuran OPAC

Menurut Hasugian (2004, 6) mengemukakan ada beberapa jenis penelusuran yang dapat dilakukan melalui OPAC, yaitu :

(19)

tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga kurang efisien untuk dilakukan.

2. Penelusuran kata kunci (keyword searching). Penelurusan dengan menggunakan kata kunci (keyword) tertentu sebagai query. Kata kunci bisa beruba istilah/kata yang dirumuskan secara bebas atau kata/istilah baku/standar.

3. Penelusuran terbatas (limited searching). Penelusuran dengan melakukan pembatasan kepada ruas data tertentu, pembatasan database

tertentu, pembatasan tahun, tertentu, pembatasan bahasa, negara, dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada grafik 1 dan 2 terlihat terjadi penurunan tekanan dan temperatur yang signifikan dari kepala sumur selama 30 tahun operasi pada kluster 1.. Untuk kluster 2, 3 dan 4

Perubahan peringkat (mengalami kenaikan) terjadi pada wilayah dengan karakter kekotaan yang kuat dan hirarki tinggi, umumnya di pinggiran Kota Yogyakarta. Perubahan

[r]

Karya Tari “OPERA TANDHING GENDHING: the Mothers” Karya MATHEUS WASI BANTOLO” adalah benar-benar hasil dari interpretasi penyaji sendiri sesuai dengan ketentuan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hipotesis pertama berdasarkan uji simultan (bersama-sama) diketahui

ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PENJUALAN DITINJAU DARI JENIS MEKK PADA INDUSTRI TAS DAN.. KOPER M.. セセ・ MUNAAOャAヲゥMijuZヲAョMZNャ。

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu penyesuaian diri siswa.. sebagai variabel Y dan motivasi berprestasi sebagai variabel