• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angka Kejadian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Angka Kejadian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2010"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ANGKA KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUP. HAJI ADAM

MALIK PADA TAHUN 2010

Oleh :

RAVIND ARIKRISHNAN 080100268

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANGKA KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUP. HAJI ADAM

MALIK PADA TAHUN 2010

“Karya Tulis Ilmiah ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran”

Oleh:

RAVIND ARIKRISHNAN 080100268

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANGKA KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUP. HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2010

RAVIND ARIKRISHNAN 080100268

__________________________________________________________________

Dosen Pembimbing Dosen Penguji I

--- --- (dr. Tina Christina L Tobing, SpA) (dr. Sarma N. Lumbanraja, SpOG)

Dosen Penguji II

--- (dr. Zulkifli, MSi)

Medan, Desember 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Dekan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Angka Kejadian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2010”.

Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Umum dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bimbingan, arahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1.dr. Tina Christina L.Tobing, SpA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian proposal karya tulis ini.

2.Rasa hormat dan terimakasih yang tiada terhingga kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda Arikrishnan dan ibunda Thavamany Devi, yang telah membesarkan dengan penuh pengorbanan, hati yang ikhlas, serta selalu memberi doa, semangat, dan dukungan moril.

3.Seluruh teman-teman stambuk 2008 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa isi prosposal karya tulis ilmiah ini masih perlu mendapat koreksi dan masukan untuk kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran untuk penyempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini dapat diterima dan dilaksanakan sesuai dengan isi yang tercantum didalam.

Medan, 11 Desember 2011 Penulis Ravind Arikrishnan

(5)

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur jantung atau pembuluh darah intratoraks. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badan lahirnya kurang 2500 gram. Penelitian ini adalah penelitian deskriptrif yang bertujuan untuk mengetahui angka kejadian PJB pada bayi BBLR di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2010.

Metode: Populasi penelitian ini adalah bayi BBLR yang menderita PJB di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2010. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan melalui rekam medis pasien. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh 90 sampel BBLR, 8 menderita PJB. PDA(Duktus Arteriosus Persisten) dengan jumlah penderita 5 orang (5.6%). Diikuti dengan ASD(Defek Septum Atrium) dengan jumlah penderita sebanyak 2 orang (2.2%) dan ToF(Tetralogi Fallot) dengan jumlah penderita sebanyak 1 orang (1.1%).

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa walaupun hanya 8 bayi BBLR menderita PJB, langkah-langkah harus diambil supaya deteksi lebih dini dan penatalaksaan lebih efektif untuk mengurangkan tingkat morbiditas dan mortalitas.

(6)

ABSTRACT

Background: Congenital Heart Disease (CHD) is defined as structural abnormalities of heart and intrathoracic vessels which is widely found in newborns as congenital disorder. Low birth weight babies are babies which were born with a birth weight of lower than 2500 grams. This research is a descriptive study aimed to determine the number of low birth weight babies which suffers from CHD in the RSUP. Haji Adam Malik in the year 2010.

Method: Population in this study are all low birth weight babies which suffers from CHD registered at RSUP H. Adam Malik in the year 2010. Total sampling is used. The datas were collected from the medical records of the babies in Cardiology Department of the Pediatric Assessment at RSUP H. Adam Malik and were analyzed using descriptive statictics.

Results: The result of this studies showed in 90 babies born with low birth weight, 8 suffered from CHD. 5 (5.6%) suffered from PDA, followed by 2 (2.2%) with ASD and finally only 1 (1.1%) with ToF.

Conclusion: A conclusion was made that although only 8 babies with low birth weight suffered from CHD, this should be taken seriously and early detection should be improved to facilitate treatment, which will reduce the morbidity and mortality rate.

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .………... i

Kata Pengantar... ii

Abstrak... iii

Abstract... iv

Daftar Isi………... v

Daftar Tabel... vii

Daftar Gambar... viii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

2.2.3. Jenis-Jenis Penyakit Jantung Bawaan ... 6

2.2.4. Penatalaksanaan ... 15

2.3. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ... 15

2.3.1. Definisi ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL……... 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 17

(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19

4.1. Rancangan Penelitian ... 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 21

5.1. Hasil Penelitian... . 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 21

5.1.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 21

5.1.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Berat Badan Lahir... 22

5.1.4. Deskripsi Sampel Berdasarkan Penyakit... 23

5.2. Pembahasan... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 27

6.1. Kesimpulan... 27

6.2. Saran... ... ... 27

DAFTAR PUSTAKA... 28

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Distribusi Jenis Kelamin 21

(10)

Daftar Gambar

(11)

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur jantung atau pembuluh darah intratoraks. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badan lahirnya kurang 2500 gram. Penelitian ini adalah penelitian deskriptrif yang bertujuan untuk mengetahui angka kejadian PJB pada bayi BBLR di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2010.

Metode: Populasi penelitian ini adalah bayi BBLR yang menderita PJB di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2010. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan melalui rekam medis pasien. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh 90 sampel BBLR, 8 menderita PJB. PDA(Duktus Arteriosus Persisten) dengan jumlah penderita 5 orang (5.6%). Diikuti dengan ASD(Defek Septum Atrium) dengan jumlah penderita sebanyak 2 orang (2.2%) dan ToF(Tetralogi Fallot) dengan jumlah penderita sebanyak 1 orang (1.1%).

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa walaupun hanya 8 bayi BBLR menderita PJB, langkah-langkah harus diambil supaya deteksi lebih dini dan penatalaksaan lebih efektif untuk mengurangkan tingkat morbiditas dan mortalitas.

(12)

ABSTRACT

Background: Congenital Heart Disease (CHD) is defined as structural abnormalities of heart and intrathoracic vessels which is widely found in newborns as congenital disorder. Low birth weight babies are babies which were born with a birth weight of lower than 2500 grams. This research is a descriptive study aimed to determine the number of low birth weight babies which suffers from CHD in the RSUP. Haji Adam Malik in the year 2010.

Method: Population in this study are all low birth weight babies which suffers from CHD registered at RSUP H. Adam Malik in the year 2010. Total sampling is used. The datas were collected from the medical records of the babies in Cardiology Department of the Pediatric Assessment at RSUP H. Adam Malik and were analyzed using descriptive statictics.

Results: The result of this studies showed in 90 babies born with low birth weight, 8 suffered from CHD. 5 (5.6%) suffered from PDA, followed by 2 (2.2%) with ASD and finally only 1 (1.1%) with ToF.

Conclusion: A conclusion was made that although only 8 babies with low birth weight suffered from CHD, this should be taken seriously and early detection should be improved to facilitate treatment, which will reduce the morbidity and mortality rate.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. Insidens PJB berkisar 8-10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya memberikan gejala pada minggu pertama kehidupan. Lima puluh persen kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik. Di Indonesia, setiap tahun diperkirakan akan lahir 40.000 bayi dengan PJB (Sastroasmoro, 1994).

Tindakan bedah dan non bedah sebagai bentuk upaya kuratif dan rehabilitatif mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Jumlah tindakan bedah dan intervensi non bedah yang dilakukan pada anak dengan PJB di Indonesia menunjukkan kelainan, namun angka kematian tetap tinggi.

Kurangnya perhatian terhadap penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan dalam penanganan anak dengan PJB di Indonesia, selain biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan finansial yang terbatas. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan orangtua, pendidikan rendah, dan lingkungan yang tidak mendukung (Rahajoe, 2007).

Penelitian Sastroasmoro, di poliklinik Kardiologi Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM Jakarta dari 3602 pasien baru yang diperiksa selama 10 tahun (1983 s/d 1992) dijumpai 2901 penderita PJB. Berdasarkan tipe PJB, PJB asianotik merupakan jenis yang terbanyak yaitu 1602 kasus (76,7%). Di Poliklinik Kardiologi Anak RSDK Semarang, pada periode Januari 2003 – Desember 2004 dijumpai 98 pasien baru PJB, penyakit jantung asianotik merupakan terbanyak yaitu sebanyak 86,23 %, dengan terbanyak adalah VSD (ventricular septal defect) yaitu sebanyak 68,3% (Sastroasmoro, 1994).

(14)

telah membuktikan bahwa penyakit jantung bawaan pada bayi berat badan lahir rendah mempunyai angka mortalitas yang tinggi. Tingginya insiden penyakit jantung bawaan pada bayi berat badan lahir rendah juga mungkin berhubungan dengan faktor intrauterin yang menyebabkan keterbatasan pertumbuhan atau kelahiran prematur.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, dapat dirumuskan satu masalah dalam penulisan penelitian ini, yaitu :

“Berapakah angka kejadian Penyakit Jantung Bawaan pada bayi dengan berat badan lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui angka kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi dengan berat badan lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan, pada 1 Januari hingga 31 Disember 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

(15)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1) Mengetahui jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah yang menderita penyakit jantung bawaan.

2) Sebagai bahan informasi dan pengetahuan kepada tenaga medis, terutama dokter spesialis anak mengenai angka kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi dengan berat badan lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelainan Bawaan 2.1.1. Definisi

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi (Effendi, 2006 dalam Neonatologi IDAI 2008).

2.1.2. Patogenesis

Berdasarkan patogenesisnya, Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008) membedakan kelainan kongenital sebagai berikut:

1. Malformasi

Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ, atau mengenai berbagai sistem tubuh yang berbeda.

2. Deformasi

(17)

3. Disrupsi

Defek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan yang semula berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan. Kelainan akibat disrupsi biasanya mengenai beberapa jaringan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa bahwa baik deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai struktur yang semula berkembang normal dan tidak menyebabkan kelainan intrinsik pada jaringan yang terkena.

4. Displasia

Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup (Neonatologi IDAI, 2008).

2.2. Kelainan Jantung Bawaan 2.2.1. Definisi

(18)

kemungkinan mengalami gangguan. Gangguan pertumbuhan jantung pada janin ini terjadi pada usia tiga bulan pertama kehamilan karena jantung terbentuk sempurna pada saat janin berusia 4 bulan (Dhania, 2009).

2.2.2. Etiologi & Faktor Risiko

Penyebab PJB belum diketahui dengan pasti. Sebagian besar kasus dipengaruhi banyak faktor, terutama kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Beberapa kasus PJB terkait dengan abnormalitas kromosom, terutama trisomi 21, 13, dan 18 serta sindrom Turner (Bernstein, 2007).

Faktor resiko PJB dapat berupa ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali risiko bayi dengan PJB. Merokok secara signifikan sebagai faktor risiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor risiko lain secara statistik tidak berhubungan (Harimurti,1996).

2.2.3 Jenis-Jenis Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit Jantung Bawaan dapat dibagi menjadi 2 klasifikasi besar, yaitu PJB sianotik dan asianotik (Bernstein, 2007).

A. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik

Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru (Roebiono,2003).

(19)

Kelompok dengan pirau kiri ke kanan adalah sebagai berikut: 1. Defek Septum Ventrikel

Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan antara antar rongga ventrikel (Ramaswamy, et al. 2009). Defek ini dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel, baik tunggal atau banyak, serta ukuran dan bentuk dapat bervariasi (Fyler, 1996).

Insidensi DSV terisolasi adalah sekitar 2 – 6 kasus per 1000 kelahiran hidup dan terjadi lebih dari 20% dari seluruh kejadian PJB. Defek ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria (Ramaswamy, et al. 2009).

Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu:

• Perimembranasea, merupakan lesi yang terletak tepat di bawah katup aorta. Defek Septum Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV (Rao, 2005).

• Muskular, merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot septum dan terjadi sekitar 5 – 20% dari seluruh angka kejadian DSV (Ramaswamy, et al. 2009).

(20)

2. Defek Septum Atrium

Defek Septum Atrium (DSA) adalah anomali jantung kongenital yang ditandai dengan defek pada septum atrium akibat gagal fusi antara ostium sekundum, ostium primum, dan bantalan endokardial. Defek Septum Atrium dapat terjadi di bagian manapun dari septum atrium, tergantung dari struktur septum atrium yang gagal berkembang secara normal (Bernstein, 2007).

Insidensi DSA adalah 1 per 1000 kelahiran hidup dan terhitung 7% dari seluruh kejadian PJB. Prevalensi DSA pada wanita lebih tinggi daripada pria dengan perbandingan 2:1 (Carr and King, 2008).

Klasifikasi DSA dibagi menurut letak defek pada septum atrium, yaitu: • Ostium Primum, merupakan hasil dari kegagalan fusi ostium primum

dengan bantalan endokardial dan meninggalkan defek di dasar septum. Kejadian DSA Ostium Primum pada wanita sama dengan pria dan terhitung sekitar 20% dari seluruh kasus PJB (Bernstein, 2007).

Ostium Sekundum, merupakan tipe lesi DSA terbanyak (70%) dan jumlah kasus pada wanita 2 kali lebih banyak daripada pria (Vick and Bezold, 2008).

• Sinus Venosus, merupakan salah satu jenis DSA yang ditandai dengan malposisi masuknya vena kava superior atau inferior ke atrium kanan. Insidensi defek ini diperkirakan 10% dari seluruh kasus DSA (Vick and Bezold, 2008).

(21)

mengalami infeksi paru. Gagal jantung sangat jarang ditemukan (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Pada anak dengan pirau kiri-ke-kanan berukuran besar biasanya mengeluhkan cepat lelah dan dispnea. Gagal tumbuh jarang didapati (Emmanouilides, et al. 1998).

3. Defek Septum Atrioventrikularis

Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) ditandai dengan penyatuan DSA dan DSV disertai abnormalitas katup atrioventrikular (Bernstein, 2007). Defek Septum Atrioventrikularis terhitung 4 – 5% dari seluruh kasus PJB. Predileksi defek ini antara pria dan wanita sama banyaknya

(Emmanouilides, et al. 1998).

Gejala dapat timbul pada minggu pertama dan gagal jantung pada bulan-bulan pertama kelahiran (Soeroso dan Sastrosoebroto, 1994). Riwayat intoleransi olahraga, cepat lelah, dan Pneumonia berulang dapat ditemukan, terutama pada bayi dengan pirau kiri-ke-kanan dan mitral insufisiensi mitral yang berat (Bernstein, 2007).

4. Duktus Arteriosus Persisten

Seperti namanya, Duktus Arteriosus Persisten (DAP) disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Jika duktus tetap terbuka setelah penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri pulmonalis (Bernstein, 2007).

Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh PJB dan sering dijumpai pada bayi BBLR (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994).

(22)

pertumbuhan fisik dapat menjadi gejala utama pada bayi yang menderita DAP besar (Bernstein, 2007).

Kelompok tanpa pirau meliputi : 1. Stenosis Pulmonalis

Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, baik dalam tubuh ventrikel kanan, pada katup pulmonalis, atau dalam arteri pulmonalis, diuraikan sebagai Stenosis Pulmonalis (SP).

Stenosis Pulmonalis terjadi sekitar 7.1 – 8.1 per 100.000 kelahiran hidup. Defek ini cenderung terjadi pada wanita (Fyler, 1996).

Gejala klinis umumnya asimtomatis meskipun stenosis cukup besar. Anak bisa saja tampak sehat, tumbuh kembang normal dengan wajah moon face, dapat berolahraga seperti normal, dan tidak terdapat infeksi saluran nafas yang berulang (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Walaupun demikian, pasien yang awalnya tidak menunjukkan gejala dalam perkembangan penyakitnya dapat timbul gejala yang bervariasi dari dispnea ringan saat olahraga sampai gejala gagal jantung, tergantung keparahan obstruksi dan tingkat kompensasi myokardium. Obstruksi sedang-berat dapat menyebabkan peningkatan aliran darah paru selama berolahraga sehingga terjadi kelelahan yang diinduksi olahraga, sinkop, atau nyeri dada (Keane and St. John Sutton, 2008).

2. Stenosis Aorta

(23)

Insidensi SA pada anak mendekati 5% dari seluruh kejadian PJB (Bernstein, 2007). Defek ini lebih sering terjadi pada pria (Emmanouilides,

et al. 1998).

Gejala klinis asimtomatis, namun pada gejala yang cukup berat dapat ditemukan nyeri substernal, sesak nafas, pusing, atau sinkop pada saat bekerja atau olahraga (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Bayi dengan SA terisolasi dapat disertai denga gagal jantung kronik pada beberapa bulan awal kehidupan dan menunjukkan tanda dan gejala klasik gagal jantung, berupa dispnea, kesulitan makan, dan berat badan tidak bertambah (Emmanouilides, et al. 1998)

3. Koarktasio Aorta

Koarktasio Aorta (KoA) adalah suatu obstruksi pada aorta desendens yang terletak hampir selalu pada insersinya duktus arteriosus (Fyler, 1996). Prevalensi KoA di Amerika Serikat adalah sebesar 6 – 8% dari seluruh kasus PJB dan prevalensinya di Asia (<2%) lebih rendah daripada di Eropa dan negara Amerika Utara. Rasio kejadian defek ini pada pria dan wanita adalah 2:1 (Rao and Seib, 2009).

(24)

B. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Sesuai dengan namanya, manifestasi klinis yang selalu terdapat pada penyakit jantung sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah kebiruan pada mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya lebih dari 5 gr/dl hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi. Dibandingkan dengan pasien PJB non sianotik, jumlah pasien PJB sianotik lebih sedikit. Walaupun jumlahnya lebih sedikit, PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada PJB non sianotik (Prasodo, 1994).

1. Tetralogi Fallot

Tetralogi Fallot (TF) merupakan kombinasi 4 komponen, yaitu Defek Septum Ventrikel (DSV), over-riding aorta, Stenosis Pulmonal (SP), serta hipertrofi ventrikel kanan. Komponen paling penting untuk menentukan derajat beratnya penyakit adalah SP yang bersifat progresif (Prasodo, 1994).

Tetralogi Fallot merupakan PJB jenis sianotik dengan angka kejadian terbanyak dengan insidensi 1 – 3 kasus per 1000 kelahiran hidup (Ramaswamy and Pflieger, 2008).

Manifestasi klinis TF mencerminkan derajat hipoksia. Pada waktu baru lahir biasanya bayi belum sianotik; bayi tampak biru setelah tumbuh. Jari tabuh pada sebagian besar pasien sudah mulai tampak setelah berumur 6 bulan. Salah satu manifestasi yang penting pada TF dalah terjadinya seranga sianotik (cyanotic spells, hypoxic spells, paroxysmal hyperpnea) yang ditandai oleh timbulnya sesak nafas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan dapat pula disertai kejang atau sinkop (Prasodo, 1994).

(25)

2. Transposisi Arteri Besar

Transposisi Arteri Besar (TAB) ditandai dengan aorta yang secara morfologi muncul dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis muncul dari ventrikel kiri. Pada 60% pasien, aorta berada di bagian anterior kanan dari arteri pulmonalis walaupun di beberapa kasus aorta dapat berada di bagian anterior kiri dari arteri pulmonalis.

Insidensi TAB yang tercatat adalah 20 – 30 per 10.000 kelahiran hidup. Defek ini lebih dominan terjadi pada pria dengan persentase 60 – 70% dari seluruh kasus. (Charpie and Maher, 2009).

Gejala klinis dapat berupa sianosis, penurunan toleransi olahraga, dan gangguan pertumbuhan fisik, mirip dengan gejala pada TF; walaupun begitu, jantung tampak membesar (Bernstein, 2007). Sianosis biasanya terjadi segera setelah lahir dan dapat memburuk secara progresif. Gejala gagal jantung kongestif mulai tampak dalam 2 – 6 minggu (Emmanouilides, et al. 1998).

3. Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh

Pada Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh (APSVU), daun katup pulmonalis berfusi secara lengkap sehingga membentuk membran dan tidak terdapat jalan keluar (outflow) ventrikel kanan. Tidak terdapat aliran darah di ventrikel kanan karena tidak adanya hubungan antarventrikel (Bernstein, 2007).

Defek ini terjadi 7.1 – 8.1 per 100.000 kelahiran hidup dengan persentase 0.7 – 3.1% dari seluruh kasus PJB di Amerika Serikat (Charpie , 2009). Sianosis telah jelas tampak dalam hari-hari pertama pascalahir. Bayi sesak dengan gejala gagal jantung. Pada pemeriksaan fisik, tidak terdengar bising, atau terdengar bising pansistolik insufisiensi trikuspid, atau terdengar bising duktus arteriosus (Prasodo, 1994).

4. Ventrikel Kanan dengan Jalur Kedua Ganda

(26)

septum outlet, atau keduanya, yang menyebabkan kedua arteri besar muncul dari ventrikel kanan (Hoffman, 2009).

Defek ini terjadi 1 – 1.5% dari seluruh kejadian PJB (Prasodo, 1994). Presentasi klinis VKAJKG sangat bervariasi, bergantung kepada kelainan hemodinamiknya; defek ini dapat mirip DSV, TAB, atau TF. Oleh karena itu, diagnosis tidak mungkin ditegakkan atas dasar gambaran klinis saja (Prasodo, 1994). Jika defek ini disertai dengan SP, terjadi penurunan aliran darah paru sehingga terjadi sianosis yang cukup berat seperti gejala TF. Pasien VKAJKG tanpa SP memiliki gejala yang sama dengan DSV, yaitu peningkatan aliran darah paru sehingga terjadi takipnea dan kardiomegali (Emmanouilides, et al. 1998).

5. Atresia Trikuspid

Istilah Atresia Trikuspid (AT) menggambarkan agenesis katup trikuspid kongenital dan merupakan jenis PJB sianotik terbanyak setelah TF dan TAB (Rao, 2009). Pada defek ini, tidak terdapat aliran dari atrium kanan menuju ventrikel kanan sehingga seluruh aliran balik vena sistemik masuk ke bagian kiri jantung melalui foramen ovale atau jika terdapat defek pada septum atrium (Bernstein, 2007).

Insidensi AT diperkirakan 1 per 10.000 kelahiran hidup dengan estimasi prevalensi AT dari seluruh kasus PJB adalah 2.9% dari autopsi dan 1.4% dari penegakkan diagnosis setelah dilakukan pemeriksaan berulang. (Rao, 2009).

(27)

2.2.4 Penatalaksanaan

Dewasa ini telah terjadi peningkatan dan kemajuan teknologi, baik dalam diagnosis, teknik pembedahan, serta perbaikan perawatan yang menyebabkan terjadi peningkatan harapan hidup pada pasien dengan PJB pascabedah jika dibandingkan tidak dilakukan pembedahan sehingga tidak jarang teknik pembedahan sering dilakukan sebagai suaru penatalaksanaan pada pasien PJB. Pada pasien-pasien PJB, dapat terjadi berbagai kelainan, baik pada otot jantung, paru, atau keduanya, yang apabila tidak dikoreksi kelainan yang terjadi dapat bersifat ireversibel. Oleh karena itu, sebaiknya pasien PJB diperiksa secara menyeluruh dan dilakukan penatalaksanaan berupa pembedahan atau operasi pascabedah pada saat yang tepat.

Terdapat 2 unsur utama yang diharapkan dalam tindakan pembedahan pada kasus PJB, yaitu tindakan bedah dengan risiko mortalitas yang rendah serta peningkatan harapan hidup layaknya orang normal lainnya.

Bedah jantung merupakan bagian integral dalam pelayanan kardiologi anak. Kemajuan bedah jantung berlangsung sangat pesat dalam 2 dasawarsa terakhir. Perkembangan teknologi dalam mendeteksi kelainan jantung pada bayi baru lahir memudahkan dalam aspek pembedahan jantung itu sendiri. Kemajuan teknologi dalam mendeteksi adanya kelainan jantung pada anak telah bergeser hingga ke arah neonatus (Rahmad and Rachmat, 1994).

2.3. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

(28)
(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian • Bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah

“Angka kejadian Penyakit Jantung Bawaan pada bayi dengan berat badan lahir rendah di

(30)

3.2. Defenisi Operasional

1. Penyakit Jantung Bawaan adalah penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yang kurang sempurna (Dhania, 2009).

2. Anak adalah setiap manusia yang berusia kurang dari 18 tahun, kecuali terdapat hukum tertentu yang berlaku terhadap anak tersebut, kedewasaan dicapai lebih awal (UNICEF, 1989).

3. Gejala klinis dapat berupa sianosis, dispnea, berat badan tidak bertambah, gangguan pertumbuhan, cepat lelah, kesulitan makan, takipnea, dan lain-lain. 4. Penegakkan diagnosis Penyakit Jantung Bawaan yang paling efektif adalah

dengan menggunakan ekokardiografi.

5. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR) (Yushananta,2001).

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan deskriptif digunakan. Data penelitian diambil secara retrospektif (sekunder) dari rekam medis yaitu sepanjang tahun 2010.

4.2. Lokasi dan waktu penelitian 4.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan tempat ini dimaksudkan karena RSUP H. Adam Malik merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara. 4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah berlangsung dari bulan Juni hingga September 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

(32)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah bayi dengan berat badan lahir rendah yang menderita penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik , dari tahun 1 Januari hingga 31 Disember 2010.

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan total sampling

dimana peneliti mengambil semua populasi terjangkau sebagai sampel, N= n. Maka setiap objek penelitian diteliti.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dengan melihat semua pencatatan kartu status(rekam medik) penderita bayi dengan berat badan lahir rendah yang menderita penyakit jantung bawaan, berasal dari rekam medik RSUP H. Adam Malik, dari tahun 1 Januari hingga 31 Disember 2010.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan teknik komputerisasi.

Pengolahan data hasil penelitian ini diformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Editing: untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.

(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Rumah sakit ini memiliki Departmen Ilmu Kesehatan Anak yang merupakan lokasi pengambilan data untuk penelitian ini.

5.1.2 Deskripsi sampel berdasarkan jenis kelamin

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 90 orang. Semua data responden diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah pada tahun 2010.

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n (%)

Laki-laki 41 (45.6)

Perempuan 49 (54.4)

(34)

5.1.3 Deskripsi sampel berdasarkan berat badan lahir

Distribusi sampel berdasarkan berat badan lahir dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Berat Badan Lahir Responden

Kelompok Berat Badan (g) n (%)

1500-1800 23 (25.55)

1850-2150 24 (26.67)

2200-2500 43 (47.78)

(35)

5.1.4 Deskripsi sampel berdasarkan penyakit

Distribusi sampel berdasarkan penyakit yang diderita responden dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Penyakit Responden

Diagnosa Penyakit Responden di Rekam Medis n (%)

PJB (ASD) 2 (2.2)

PJB (ToF) 1 (1.1)

PJB (PDA) 5 (5.6)

Anemia 1 (1.1)

Apnea 5 (5.5)

Asfiksia Neonatrum 9 (10.0)

Atresia Ani 4 (4.4)

Bronkopneumonia 2 (2.2)

Gagal Napas 2 (2.2)

Gagal organ multiple 1 (1.1)

Hepatitis Kongenital 2 (2.2)

Hyalin Membrane Disease 1 (1.1)

Ikterus 8 (8.9)

Kejang 1 (1.1)

Konjungtivitis 1 (1.1)

Meningitis 1 (1.1)

Mikrosefali 2 (2.2)

Respiratory Distress 4 (4.4)

(36)

Tabel 5.4 Distribusi Kelompok Penyakit Responden

Kelompok Penyakit Responden n (%)

PJB Sianotik 1 (1.1)

PJB Asianotik 7 (7.8)

Lain-lain 82 (91.1)

Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah PDA(Duktus Arteriosus Persisten) dengan jumlah penderita 5 orang (5.6%). Diikuti dengan ASD(Defek Septum Atrium) dengan jumlah penderita sebanyak 2 orang (2.2%) dan ToF(Tetralogi Fallot) dengan jumlah penderita sebanyak 1 orang (1.1%). Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah paling banyak menderita sepsis, yaitu sebanyak 38 orang (42.2%) dari keseluruhan 90 sampel.

(37)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian ini, bayi dengan berat badan lahir rendah lebih banyak pada jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 49 orang (54.4%). Bayi laki-laki hanya sebanyak 41 orang (45.6%). Untuk penderita PJB pula, jumlah bayi laki-laki adalah sebanyak 5 orang (62.5%) dan perempuan sebanyak 3 orang (37.5%). Ini hampir sama dengan penelitian Shah, et al (2008) di mana didapati jenis kelamin yang menderita PJB lebih banyak pada laki-laki. Tetapi penelitian Marelli, et al (2007) mengatakan bahwa PJB lebih berpredisposisi pada jenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa jumlah terbanyak adalah adalah dari kelompok bayi yang lahir dengan berat badan 2200-2500 gram, yaitu sebanyak 43 orang (47.78%). Jumlah sampel dari kelompok bayi yang lahir dengan berat badan 1500-1800 gram dan juga 1850-2150 gram adalah sebanyak 23 (25.55%) dan 24 (26.67%) orang dalam masing-masing kelompok.

Sejumlah 8 bayi dari keseluruhan 90 sampel didiagnosa menderita PJB. Jenis penyakit tersebut yang paling banyak ditemui adalah PDA(Duktus Arteriosus Persisten) dengan jumlah penderita 5 orang (5.6%). Diikuti dengan ASD(Defek Septum Atrium) dengan jumlah penderita sebanyak 2 orang (2.2%) dan ToF(Tetralogi Fallot) dengan jumlah penderita sebanyak 1 orang (1.1%). PDA dan ASD termasuk dalam kelompok PJB asianotik, manakala ToF merupakan PJB sianotik. Kelompok PJB yang paling banyak ditemui adalah jenis asianotik dengan jumlah penderita sebanyak 7 orang (7.8%). PJB sianotik hanya mempunyai jumlah penderita sebanyak 1 orang (1.1%). Hasil ini tidak jauh berbeda dari penelitian Kapoor dan Gupta (2008) di mana mereka mendapati lebih banyak pasien menderita PJB asianotik daripada yang sianotik. Dan ini juga hampir sama dengan penelitian Soeroso dan Sostroasmoro (1994) di mana mereka mendapati bahwa PJB jenis PDA sering dijumpai pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah atau bayi prematur.

(38)

menderita ikterus, dan sebagainya. Hasil ini hampir sama dengan penelitian Stoll,

(39)

Bab 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bayi BBLR lebih banyak pada jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 54.4%.

2. Dari bayi BBLR yang menderita PJB, lebih banyak adalah pada jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 62.5%.

3. Bayi BBLR yang menderita PJB adalah sebanyak 8.9%.

4. Jenis PJB yang terbanyak pada bayi BBLR adalah PDA, yaitu sebanyak 5.6%.

5. Kelompok PJB yang paling banyak ditemui adalah jenis asianotik dengan jumlah penderita sebanyak 7.8%.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapati pada penelitian ini, maka dikemukakan beberapa saran seperti berikut:

1. Diharapkan penegakkan diagnosa PJB pada bayi BBLR dapat dilakukan lebih dini dan efektif.

2. Penatalaksaan PJB harus ditingkatkan untuk mengurangkan tingkat morbiditas dan mortalitas pada bayi yang menderita kelainan tersebut. 3. Diharapkan ibu-ibu dapat diedukasi untuk mengurangi faktor risiko

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, Daniel. 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Saunders Elsevier, Philadelphia: 1828 – 1928.

Carr, Michael R. King, Brent R. 2008. Atrial Septal Defect, General Concepts. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/889394-overview

Charpie, John. 2009 Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum. Diunduh dari:

[Diakses April 2011].

http://emedicine.medscape.com/article/898167-overview

Charpie, John. Maher, Kevin. 2009.Transposition of the Great Arteries. Diunduh dari:

[Diakses April 2011].

http://emedicine.medscape.com/article/900574-overview

Dhania. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Penyakit Jantung Bawaan Dengan Optimisme Kesehatan pada Anak Mereka yang Memiliki Penyakit Jantung Bawaan di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. Diunduh dari:

Emmanouilides, George C. Allen, Hugh D. Riemenschneider, Thomas A. Gutgessell, Howard P. 1998. Clinical Synopsis of Moss and Adams’ Heart Disease in Infant, Children, and Adolescent: Including the Fetus and Young Adult. Baltimore: William&Wilkins.

[Diakses Maret 2011].

Fyler, Donald C. 1996. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Harimurti, Ganesha. 1996. Penelitian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru Lahir di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia. Diunduh dari:

(41)

Hoffman, Julien I. E. 2009. The Natural and Unnatural History of Congenital Heart Disease. West Sussex: Wiley-Blackwell.

Indrasanto,E., Effendi.S.H., 2006. Pendekatan diagnosis kelainan bawaan menurut klasifikasi European Registration of Congenital Anomalies (EUROCAT). Dalam: Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2008, 41-70.

Keane, Martin G. St John Sutton, Martin G. 2009. Clinical Features and

Diagnosis of Pulmonic Stenosis. Diunduh dari:

Kliegman, Marcdante, Jenson & Behrman. (2002). Nelson Essential of Pediatrics,

Elsevier Saunders, 5th ed. Pg 668-679. [Diakses April 2011].

Kumar P, Clark M. (2007). Clinical Medicine, Elsevier Saunders, 6th ed. Pg 832-838.

Prasodo, A. M. 1994. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 234 – 277.

Rahajoe, A.U. Management of Patients With Congenitally Malformed Hearts in Indonesia. Cardiology in the Young. [serial online] 2007 [cited 2010 Jan 10]; 17(06) : 584-588. Available from : Cambridge University Press. Rahmad, K.B. Rachmat, J. 1994. Bedah Jantung pada Penyakit Jantung Bawaan.

Dalam: Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 501 – 519. Ramaswamy, Prema. Anbumani, Patturajah. Srinivasan, Kuruchi. 2009. Ventricle

Septal Defect, General Concepts. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview

Ramaswamy, P. Pflieger, Kurt. 2008. Tetralogi of Fallot with Absent Pulmonary Valve. Diunduh dari:

[Diakses April 2011].

overview

Rao, P. Syamasundar. 2009. Tricuspid Atresia. Diunduh dari: [Diakses April 2011].

(42)

Rao, P. Syamasundar. 2005. Diagnosis and Management of Acyanotic Heart Disease: Part II – Left-To-Right Shunt Lesions. Indian Journal of Pediatrics 72: 503 – 512.

Rao, Syamasundar. Seib, Paul. 2009. Coartasio of the Aorta. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/895502-overview

Roebiono, Poppy S. 2003. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Diunduh dari:

[Diakses April 2011].

http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2454.pdf

Rosenthal A. Nutritional Considerations in the Prognosis and Treatment of Children With Congenital Heart Disease. Dalam : Suskind RM, Lewinter-Suskind L(penyunting). Textbook of Paediatric Nutrition. 2nd ed. New York : Raven Press, 1993.

. [Diakses Februari 2011].

Sastroasmoro, S. Madiyono, B. 1994. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Jantung Bawaan. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 165 – 173.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Soeroso, Santosa. Sastrosubroto, Hardiman. 1994. Penyakit Jantung Bawaan Non-Sianotik. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 191 – 233.

Vick, G. W. Bezold, Louis I. 2008. Classification and Clinical Features of

Isolated Atrial Septal Defects in Children. Diunduh dari:

http://www.uptodate.com

Yushananta, 2001, Perawatan Bayi Risiko Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(43)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RAVIND ARIKRISHNAN

Tempat / tanggal lahir : MALAYSIA / 05 DESEMBER 1988 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat :Medan, Jalan Dr Mansyur, Gang Sehat, No.1, Indonesia

Nomor Telepon : 083199361198

Orang Tua : ARIKRISHNAN SUPPIAH

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah(SPM) - 2005 Aimst University - 2007

Fakultas Kedokteran USU- sekarang

(44)

Lampiran 2

Nama Jeniskelamin BBLR Jenispenyakit Kelompokpenyakit Nuraini Perempuan 2,400 Asfiksia Neonatrum Lain-lain

Ija Handayati Perempuan 1,600 Sepsis Lain-lain

Erliani Perempuan 1,500 Apnea Lain-lain

Yuni Perempuan 1,800 Sepsis Lain-lain

Suarni Laki-Laki 2,100 PJB (PDA) PJB Asianotik

Ija Perempuan 2,200 Ikterus Lain-lain

Raflidar Perempuan 1,600 Sepsis Lain-lain

Mujiyah Perempuan 1,800 Sepsis Lain-lain

Efriyani Laki-Laki 2,200 Sepsis Lain-lain

Leyana Harahap Perempuan 1,500 Sepsis Lain-lain

Sawiyah Perempuan 2,200 Apnea Lain-lain

Aprisanti Laki-Laki 2,300 Ikterus Lain-lain

Lina Perempuan 2,050 Sepsis Lain-lain

Maharany Laki-Laki 2,500 Sepsis Lain-lain

Safyan Syam Laki-Laki 1,900 Atresia Ani Lain-lain Erma Sariwati Laki-Laki 2,250 PJB (ToF) PJB Sianotik Ngalemi

Sembiring Perempuan 1,600 Apnea Lain-lain

Lelyani Harahap Perempuan 1,600 Sepsis Lain-lain Siska Anggrariani Perempuan 2,450 Gagal Organ Multipel Lain-lain Eva Yanti Perempuan 1,700 Respiratory Distress Lain-lain

Sri Wahyuni Perempuan 1,550 Sepsis Lain-lain

Laura Indrayana Laki-Laki 2,300 Sepsis Lain-lain

Lastri Perempuan 2,200 Apnea Lain-lain

Nurilan Perempuan 1,850 Asfiksia Neonatrum Lain-lain Harry Laki-Laki 1,900 Asfiksia Neonatrum Lain-lain

Sri Mandalena Perempuan 2,350 Ikterus Lain-lain

Syafrin Laki-Laki 2,350 Respiratory Distress Lain-lain Erni Setianingsih Laki-Laki 2,400 Asfiksia Neonatrum Lain-lain Melda Sihombing Laki-Laki 2,000 Sepsis Lain-lain

Fifi Damayanti Laki-Laki 2,200 Sepsis Lain-lain

Rina Perempuan 2,400 Atresia Ani Lain-lain

Dewi Sukesi Perempuan 2,300 Sepsis Lain-lain

Surya Nurilahi Laki-Laki 2,200 Sepsis Lain-lain

Raflidar Laki-Laki 1,950 Ikterus Lain-lain

(45)

Krismaya

Sembiring Perempuan 2,250 Kejang Lain-lain

Erna Maria Laki-Laki 1,700 Sepsis Lain-lain

Imelda Laki-Laki 2,300 Sepsis Lain-lain

Mira Widya Perempuan 1,550 Atresia Ani Lain-lain

Fatimah Perempuan 2,400 Mikrosefali Lain-lain

Mahlia Laki-Laki 2,450 Meningitis Lain-lain

Titik Purwasih Laki-Laki 1,800 PJB (PDA) PJB Asianotik

Yuni Perempuan 1,900 Apnea Lain-lain

Nuraini Hasibuan Perempuan 2,150 Sepsis Lain-lain

Juliani Laki-Laki 2,300 Sepsis Lain-lain

Sarina Laki-Laki 2,200 Ikterus Lain-lain

Muhammad Ridho Laki-Laki 2,100 Sepsis Lain-lain

Tini Laki-Laki 2,250 Gagal Napas Lain-lain

Evaniyanti Perempuan 2,000 Sepsis Lain-lain

Dahlia Perempuan 2,200 Atresia Ani Lain-lain

Suriati Laki-Laki 1,650 Sepsis Lain-lain

Nurbeti Perempuan 2,300 Ikterus Lain-lain

Yanti Laki-Laki 2,350 Mikrosefali Lain-lain

Yusriani Laki-Laki 2,400 Konjungtivitis Lain-lain Juliana Perempuan 2,300 Bronkopneumonia Lain-lain

Ela Yunita Laki-Laki 2,100 Sepsis Lain-lain

Siti Munahwaro Perempuan 2,450 Respiratory Distress Lain-lain

Lailan Cahyani Perempuan 1,900 Sepsis Lain-lain

Tuminah Saragih Perempuan 2,400 Bronkopneumonia Lain-lain

Ernita Laki-Laki 1,500 Ikterus Lain-lain

Elvi Wahyuni Laki-Laki 1,900 Sepsis Lain-lain

Suci Tri Lestari Laki-Laki 2,200 Sepsis Lain-lain

Timbas Laki-Laki 1,750 Sepsis Lain-lain

Sriati Laki-Laki 2,100 Gagal Napas Lain-lain

Cori Qumalasari Perempuan 2,200 PJB (PDA) PJB Asianotik

Desiyani Perempuan 2,000 PJB (ASD) PJB Asianotik

Ruth Magdalena Laki-Laki 1,750 Sepsis Lain-lain

Nurhamidah Perempuan 2,400 Asfiksia Neonatrum Lain-lain

Agustin Laki-Laki 2,250 Sepsis Lain-lain

Hermawati Perempuan 2,500 Hepatitis Kongenital Lain-lain Herawati Laki-Laki 1,800 Asfiksia Neonatrum Lain-lain Mayang Sari

Ginting Perempuan 2,400 Asfiksia Neonatrum Lain-lain Kristina Sinurat Laki-Laki 1,950 Sepsis Lain-lain

(46)

Sri Mulyani Perempuan 2,100 Hepatitis Kongenital Lain-lain

Zainul Laki-Laki 2,400

Hyalin Membrane Disease Lain-lain

Byaini Perempuan 2,000 Sepsis Lain-lain

Kasiem Perempuan 1,950 Respiratory Distress Lain-lain Kristina Sinurat Perempuan 1,600 Sepsis Lain-lain

Rahmah Perempuan 1,950 Anemia Lain-lain

Sarmina Laki-Laki 2,350 PJB (PDA) PJB Asianotik

Rosmasta

Tabupolon Perempuan 1,700 Sepsis Lain-lain

Mona Elyianti Laki-Laki 2,000 Sepsis Lain-lain

Welly Laki-Laki 1,500 PJB (ASD) PJB Asianotik

Darmayanti Perempuan 2,100 PJB (PDA) PJB Asianotik

Jumiati Laki-Laki 2,300 Sepsis Lain-lain

Zunita Azwina Perempuan 1,600 Asfiksia Neonatrum Lain-lain

Linda Yanti Perempuan 2,000 Sepsis Lain-lain

Semangat Laki-Laki 2,500 Sepsis Lain-lain

(47)

Lampiran 3

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-Laki 41 45.6 45.6 45.6

Perempuan 49 54.4 54.4 100.0

(48)

Berat Badan Lahir Rendah Responden (gram)

Frequency Percent Valid Percent

(49)

Diagnosa Penyakit Responden di Rekam Medis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PJB (ASD) 2 2.2 2.2 2.2

PJB (ToF) 1 1.1 1.1 3.3

Anemia 1 1.1 1.1 4.4

Apnea 5 5.6 5.6 10.0

Asfiksia Neonatrum 9 10.0 10.0 20.0

Atresia Ani 4 4.4 4.4 24.4

Bronkopneumonia 2 2.2 2.2 26.7

Gagal Napas 2 2.2 2.2 28.9

Gagal Organ Multipel 1 1.1 1.1 30.0

Hepatitis Kongenital 2 2.2 2.2 32.2

Hyalin Membrane Disease 1 1.1 1.1 33.3

Ikterus 8 8.9 8.9 42.2

Kejang 1 1.1 1.1 43.3

Konjungtivitis 1 1.1 1.1 44.4

Meningitis 1 1.1 1.1 45.6

Mikrosefali 2 2.2 2.2 47.8

PJB (PDA) 5 5.6 5.6 53.3

Respiratory Distress 4 4.4 4.4 57.8

Sepsis 38 42.2 42.2 100.0

(50)

Kelompok Penyakit Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PJB Sianotik 1 1.1 1.1 1.1

PJB Asianotik 7 7.8 7.8 8.9

Lain-lain 82 91.1 91.1 100.0

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Berat Badan Lahir Responden
Tabel 5.3 Distribusi Jenis Penyakit Responden
+2

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami tentang himpunan, matriks, relasi dan fungsi, induksi matematika, algoritma dan bilangan bulat, kombinatorial dan peluang diskrit, graf

3. Gajah mempunyai hidung pangjang yang di sebut..... 4. Sebutkan macam-macam

Sekretariat : Gedung B Lantai II Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jl. Demikian atas perhatiannya diucapkan

Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Klaten Tahun Anggaran

UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KABUPATEN KLATEN POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI TAHUN 2011... PENGUM UM AN PEM ENANG

 Mengaitkan budaya sekolah/madrasah dengan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.  Mengarahkan tumbuhnya

PENGUM UM AN PEM ENANG LELANG TAHAP-X UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KABUPATEN KLATEN.. POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

mampu untuk memberikan kemudahan pengguna melakukan proses sewa3. DVD dengan mudah dan admin dapat memantau order