• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI, MOTIVASI KERJA DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS DI WAROENG STEAK AND SHAKE CABANG SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI, MOTIVASI KERJA DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS DI WAROENG STEAK AND SHAKE CABANG SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

i

SEMARANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

DISUSUN OLEH

DESY NUR AINI

NIM : 21312058

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Bersemangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu, meminta tolonglah pada Allah, janganlah engkau lemah” (H.R Muslim)

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta

berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh (Al-A’raf: 199)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku, Mamak Suwanti dan

Bapak Ngatiman tercinta yang selalu memotivasi, mendoakan dalam pembuatan

skripsi ini dan tidak lupa kepada kakak serta adik-adikku tersayang.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tak ternilai serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul: ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI, MOTIVASI

KERJA DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS DI WAROENG STEAK AND SHAKE CABANG SEMARANG). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama

Islam Negeri Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat

terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis

Islam IAIN Salatiga.

3. Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Jurusan S1 Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Salatiga.

4. Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar. Lc., M.SI., selaku pembimbing, yang telah

banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

5. Seluruh karyawan Waroeng Steak and Shake atas kesempatan dan bantuan

yang telah diberikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian guna

mendapatkan data sebagai bahan penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tercinta yang telah mendoakan, membimbing, dan

memotivasi, memberi semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih.

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam jurusan S1 Perbankan Syariah.

8. Terima kasih buat Randi, Likah, Afi, Erfina, Novi dan semua teman-teman

yang tidak dapat disebutkan telah menjadi bagian dari hidupku. Dan

semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran

penulisan skripsi ini. Dan Akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan

berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirobbil „alamin atas rahmat dan

karunia serta ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

PENGESAHAN KELULUSAN ...

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR TABEL ...

ABSTRAK ...

BAB I PENDAHULUAN ………..

i

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

E. Sistematika Penulisan ... 1

1. Kepemimpinan Islami ...

a. Pengertian Kepemimpinan Islami ... 14

20

20

20

(9)

b. Prinsip Kepemimpinan Islami ...

c. Aspek-aspek Kepribadian Pemimpin ...

d. Dasar-dasar kepemimpinan dalam islam ...

2. Motivasi Kerja ...

a. Pengertian Motivasi Kerja ...

b. Unsur-unsur Motivasi Kerja ...

c. Faktor-Faktor Motivasi Kerja ...

d. Prinsip Dalam Memotivasi Kerja Pegawai ...

e. Teknik Memotivasi Kerja Karyawan ...

f. Teori Motivasi ...

3. Religiusitas ...

a. Pengertian Religiusitas ...

b. Dimensi Religiusitas ...

c. Faktor-faktor religiusitas ...

4. Kinerja Karyawan ...

a. Pengertian Kinerja Karyawan ...

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ...

c. Indikator Kinerja ...

d. Penilaian Kinerja Karyawan ...

e. Langkah-Langkah Penilaian Unjuk Kerja ...

f. Metode Penilaian Kinerja ...

5. Hubungan Antar Variabel ...

(10)

b. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan ...

c. Pengaruh Religiusitas terhadap Kinerja Karyawan ...

C. Kerangka Penelitian ...

D. Hipotesis ... 56

57

58

59

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian ...

B. Lokasi dan waktu penelitian ...

C. Populasi dan sampel ...

1. Populasi ...

2. Sampel ...

D. Teknik pengumpulan data ...

1. Kuesioner ...

2. Wawancara ...

E. Skala pengukuran ...

F. Definisi konsep dan operasional ...

G. Instrumen Penelitian ...

H. Uji Instrumen Penelitian ...

1. Uji Validitas ...

2. Uji Reliabilitas ...

3. Uji Asumsi Klasik ...

a. Uji Multicollinearity ...

b. Uji Heteroscendasticity ...

(11)

d. Uji Linearitas ...

4. Uji Statistik ...

a. Analisis Regresi Berganda ...

b. Uji ttes (uji secara individu) ...

BAB IV ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Waroeng Steak And Shake ...

1. Sejarah ...

2. Visi dan Misi ...

3. Corporate Social Responsibility ...

4. Outlet ...

5. Struktur Organisasi Waroeng Group 2015 ...

6. Alamat Outlet Waroeng Steak and Shake ...

B. Gambaran Responden ...

1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...

2. Profil Responden Berdasarkan Usia ...

3. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...

4. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ...

5. Profil Responden Berdasarkan Gaji ...

(12)

2. Uji Reliabilitas ...

3. Uji Asumsi Klasik ...

a. Uji Multicollinearity ...

b. Uji Heteroscendasticity ...

c. Uji Normalitas ...

d. Uji Linearitas ...

4. Uji Statistik ...

a. Analisis Regresi Berganda ...

b. Uji ttes (uji secara individu atau parsial) ...

c. Uji Ftest (Uji Secara Serempak) ...

d. Uji R2 (Koefisien Determinasi) ...

D. Pembahasan ... 95

96

96

97

99

99

101

101

102

104

105

106

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ...116

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hierarki Kebutuhan Maslow ...

Gambar 2.2. Indikator Kinerja ...

Gambar 2.3. Langkah-Langkah Penilaian Unjuk Kerja ...

Gambar 2.4. Kerangkan Penelitian ... 38

49

52

58

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Research Gap ...

Tabel 3.1 Lokasi Waroeng Steak And Shake Cabang Semarang ...

Tabel 3.2. Definisi konsep dan Operasional ...

Tabel 4.1. Alamat Outlet Seluruh Indonesia ...

Tabel 4.2. Jenis kelamin Responden ...

Tabel 4.3. Usia Responden ...

Tabel 4.4. Pendidikan Terakhir ...

Tabel 4.5. Lama bekerja ...

Tabel 4.6. Gaji Responden ...

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas ...

Tabel 4.8. Hasil Uji Reliabilitas ...

Tabel 4.9. Hasil R2 (koefisien determinasi majemuk) Regresi Utama ... Tabel 4.10. Perbandingan r2 dan R2 ... Tabel 4.11. Hasil Uji Heteroscendasticity Metode Park ...

Tabel 4.12 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ...

Tabel 4.13. Hasil Regresi Persamaan Linier Uji Durbin-Watson ...

Tabel 4.14. Hasil Regresi Persamaan Kuadrat Uji Durbin-Watson ...

Tabel 4.15. Hasil Analisis Regresi Berganda ...

(15)

ABSTRAK

Aini, Desy Nur. 2016. Analisis Pengaruh kepemimpinan Islami, Motivasi Kerja dan Religiusitas terhadap Kinerja Karyawan di Waroeng Steak And Shake Cabang Semarang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Perbankan Syariah S1, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar. Lc., M.SI.,

Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan Islami (X1), motivasi kerja (X2) dan religiusitas (X3) terhadap kinerja karyawan (Y). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan di 5 outlet Waroeng Steak and Shake Cabang Semarang dengan jumlah 100 karyawan. Sampel yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini sejumlah 80 karyawan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan angket/kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik melalui uji ttest, Ftest, koefisien determinasi

(R2), dan uji regresi berganda.

Hasil penelitian dengan uji ttest menunjukkan bahwa variabel

kepemimpinan Islami (X1) berpengaruh positif dan signifikan tehadap variabel kinerja karyawan (Y), variabel motivasi kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y) dan variabel religiusitas (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y). Hasil uji Ftest menunjukkan bahwa

kepemimpinan Islami, motivasi kerja dan religiusitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Sedangkan hasil koefisien determinasi (R2) kontribusi variabel independen (kepemimpinan Islami, motivasi kerja dan religiusitas) mempengaruhi variabel dependen (kinerja karyawan) sebesar 46,5% sedangkan sisanya sebesar 53,5% dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian.

Kata Kunci: Kepemimpinan Islami, Motivasi Kerja, Religiusitas, Kinerja Karyawan

(16)

1

Memulai sebuah usaha kuliner adalah salah satu pekerjaan dibidang

makanan. Kuliner berkaitan erat dengan proses dalam menyiapkan makanan

atau memasak yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Beberapa antropolog mempercayai bahwa kegiatan

memasak sudah ada sejak 250 ribu tahun lalu pada saat tungku pertama kali

ditemukan. Sejak itu, teknik memasak terus mengalami perkembangan. Hal

ini menjadikan makanan sebagai suatu hal yang memiliki fungsi sebagai

produk budaya. Berangkat dari pemahaman tersebut, kuliner dijadikan sebuah

komoditas industri kreatif berbasis budaya.

Kuliner di Indonesia dapat dikatakan baru terdengar gaungnya sejak

tahun 2005 berkat “Wisata Kuliner”, sebuah tayangan televisi yang meliput

tempat-tempat makan unik atau sudah memiliki reputasi yang baik. Sejak saat

itu, kata kuliner menjadi semakin populer dan menjadi sesuatu yang identik

dengan mencicipi berbagai jenis makanan dan minuman.

Di Indonesia belum ada sumber resmi yang menyatakan definisi dari

kuliner, baik secara umum maupun dalam konteks ekonomi kreatif. Secara

bahasa, kuliner diserap dari bahasa Inggris: culinary memiliki arti sebagai

sesuatu yang digunakan dalam memasak atau berkaitan dengan memasak.

Dalam praktiknya dikenal istilah culinary arts, yaitu teknik dalam

(17)

Bisnis makanan atau kuliner merupakan salah satu bisnis yang sedang

berkembang pada saat ini, serta bisa menjadi binis yang menjanjikan apabila

dikelola dengan baik, dengan berkembangnya sebuah kota kemungkinan

besar semakin banyak orang-orang terserap untuk membeli produk tersebut

dan menjadikan konsumen loyal yang dapat menghasilkan laba (profit). Hal

ini akan meningkatkan persaingan karena dengan era pasar global saat ini

membuat persaingan sulit untuk dihindari.

Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam organisasi

maupun perusahaan. Agar aktivitas manajemen berjalan dengan baik,

perusahaan harus memiliki karyawan yang berpengetahuan dan

berketrampilan tinggi serta usaha untuk mengelola perusahaan seoptimal

mungkin sehingga kinerja karyawan meningkat hal ini seperti di ungkapkan

Reza (2010: 13).

Salah satu bisnis kuliner yaitu Waroeng Steak and Shake yang

biasa disapa dengan WS, sebuah usaha kuliner yang berdiri sejak tahun 2000

di Yogyakarta, pertama kali didirikan oleh Bapak Jody Brotosuseno dan

mbak Aniek istrinya di Jalan Cendrawasih No 3 Jogjakarta, hingga tahun

2015 resto Steak & Shake ini genap memiliki 100 cabang dengan

memperkerjakan 1.000 orang karyawan yang tersebar diseluruh kota besar di

Indonesia.

Dalam upaya menciptakan kinerja karyawan yang tinggi dan optimal,

nampaknya masih terdapat berbagai masalah atau kendala yang membuat

(18)

yang timbul biasanya berasal dari dalam perusahaan itu sendiri dan berkaitan

dengan karyawan. Masalah kinerja karyawan harus diatasi dengan baik

karena baik buruk kinerja karyawan erat kaitannya dengan prestasi

perusahaan itu sendiri (Khasanah, 2016: 1).

Kinerja karyawan yang tinggi merupakan salah satu syarat dalam

pencapaian visi dan misi perusahaan. Pencapaian visi dan misi tersebut tidak

lain adalah dari mengelola sumber daya manusia yang berpotensi agar dapat

meningkatkan hasil kinerjanya. Selain itu, dalam mengembangkan

perusahaan dunia bisnis, saat ini dituntut untuk menerapkan manajemen

sumber daya manusia yang baik dan menghasilkan karyawan yang berkualitas

tinggi (Khasanah, 2016: 1).

Penelitian ini dilakukan di Waroeng Steak and Shake karena

menerapkan spiritual company, terdiri dari dakwah dan pendidikan Islam.

Untuk dakwah dilakukan melalui olahraga, kegiatan sosial, infaq karyawan

dan seni budaya. Sedangkan untuk pendidikan Islamnya yakni pengadaan

tausiyah rutin di oulet-outlet dan kantor, bulletin bulanan, dan belajar

membaca Al Qur’an (Majalah Hidayatullah, 2015).

Penelitian tentang kinerja karyawan di WS dilatarbelakangi oleh

turunnya kinerja karyawan yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain

yaitu tingkat kejenuhan dengan rutinitas pekerjaan dimana hal ini dialami

oleh karyawan yang tinggal di asrama (mess), sehingga mereka kurang

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, ditambah lagi dengan kurangnya

(19)

meningkat dan akan menurunkan kinerja karyawan. Faktor lain penyebab

turunnya kinerja karyawan dimana karyawan kurang puas dengan kompensasi

yang diterima, hal ini berkaitan dengan bonus, tunjangan serta insentif yang

didapat. Para karyawan merasa gaji yang diterima belum sepadan dengan

beban kerja yang berat. Hal tersebut di atas berdasarkan hasil wawancara

dengan kepala outlet cabang Semarang (Bapak Hendro).

Selain masalah lingkungan kerja dan kompensasi, ternyata terdapat

faktor lain yang menyebabkan turunnya kinerja, yaitu kondisi kerja yang

tidak kondusif dikarenakan padatnya pekerjaan dalam hal melayani para

pelanggan sehingga berimbas pada kurangnya jam istirahat dimana

perusahaan hanya memberikan 2 jam dalam kurang lebih 10 jam kerja, hal ini

dapat menurunkan semangat dalam bekerja, berkaitan dengan hal tersebut

maka para karyawan sulit untuk mengembangkan keterampilan dan

kemampuan dalam bekerja, sehingga hal ini yang akan menurunkan semangat

bekerja.

Bercermin dari masalah tersebut, apabila pemberian kompensasi

sudah tepat maka karyawan akan bekerja dengan baik. Disisi lain semakin

baik dan kondusif lingkungan kerja karyawan, kenyamanan kerja yang

didapatkan pun akan semakin besar.

Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan

merupakan tantangan manajemen yang paling serius karena keberhasilan

untuk mencapai tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada

(20)

Menurut Amstrong dan Baron (Wibowo, 2010: 7) kinerja berasal dari

pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance

sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun kinerja mempunyai makna

yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses

pekerjaan berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai

hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan

memberikan kontribusi pada ekonomi.

Menurut Wibowo (2010: 47) kinerja merupakan kegiatan pengelolaan

sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan adalah

tentang arah secara umum, sifatnya luas, tanpa batasan waktu dan tidak

berkaitan dengan prestasi tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2007: 67) adalah hasil

kerja secara kualitatif dan kuantitatif yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur

berdasarkan standar atau kriteria yang ditentukan perusahaan (Wijayanti dan

Wajdi 2012: 110).

Dalam pencapaian tujuan, sebuah organisasi memerlukan seorang

pemimpin yang dapat melaksanakan tugas kepemimpinan untuk mencapai

tujuan organisasi.Kepemimpinan adalah suatu hubungan antar individu yang

mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerja ke arah pencapaian

sasaran tertentu. Perkataan kepemimpinan menunjukkan pada semua perihal

(21)

Menurut Moedjiono dalam Kusumawati (2015: 2) kepemimpinan

dalam Islam adalah seorang pemimpin yang menjalankan fungsi–fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi dan harus berdasarkan Al-Quran dan

Hadits.

Menurut Nawawi dan Hadari (Zainuri, 2011: 11) dilihat dari segi

ajaran Islam, kepemimpinan merupakan kegiatan menuntun, membimbing,

memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT Jadi orientasi

utama dalam kepemimpinan Islam adalah keridhaan Allah.

Menurut Hasibuan (Wijayanti dan Wajdi, 2012: 108) kepemimpinan

Islami mempunyai peran yang sangat besar dalam menguatkan kinerja

karyawan.Penerapan kepemimpinan Islam diperlukan dalam suatu organisasi,

agar para pemimpin organisasi dapat menjalankan tugas yang diembannya

dengan baik, selalu memberikan motivasi spiritualitas pada bawahannya

sehingga tujuan keberhasilan tidak hanya didasarkan pada materi, tetapi juga

memperhatikan aspek religiusitas.

Untuk itu dibutuhkan seorang pemimpin yang diharapkan mampu

melayani serta menolong orang lain dengan ikhlas yang sesuai dengan

ciri-ciri kepemimpinan Islam. Kepemimpinan seperti yang disebutkan di dalam

Islam dimaksudkan sebagai kemampuan mendorong terwujudnya kegiatan

tolong menolong antar sesama saudara seagama, karena pemeluk agama

Islam yang satu bersaudara dengan yang lain, meskipun berbeda suku, bangsa

(22)

Selain dibutuhkan seorang pemimpin yang bijaksana, karyawan

membutuhkan sebuah motivasi, motivasi diyakini dapat meningkatkan kinerja

karyawan. Motivasi dapat dipastikan mempengaruhi kinerja, walaupun bukan

satu-satunya faktor yang membentuk kinerja. Hal tersebut dapat dijelaskan

dari model hubungan antara motivasi dengan kinerja menurut Robert Kreitner

dan Angelo Kinicki (Wibowo, 2010: 389).

Menurut Sarwoto dalam Allimudin (2012: 19) motivasi adalah sesuatu

yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan

sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan

organisasi secara efisien.

Menurut Mangkunegara (2007: 68) motivasi terbentuk dari sikap

(attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi. Motivasi merupakan

kondisi dimana dapat menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk

mencapai tujuan perusahaan. Motivasi yang timbul dari seorang karyawan

diharapkan mampu meningkatkan kinerja karyawan.

Menurut Bangun dalam Pramita (2014: 5) motivasi merupakan suatu

kondisi yang mendorong orang lain untuk dapat melaksanakan tugas-tugas

sesuai dengan fungsinya dalam organisasi.

Selain kepemimpinan Islami dan motivasi kerja, religiusitas dapat

mempengaruhi kinerja karyawan yang mengarah pada pencapaian tujuan

organisasi. Hubungannya dengan pencapaian kerja individu dan organisasi di

era globalisasi perlu dilandaskan pada pendekatan psikologi dan organisasi,

(23)

dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi yang cukup besar

dalam usaha mencapai sasaran organisasi atau perusahaan hal ini yang

diungkapkan Mangkunegara dalam Dezky (2014: 460).

Istilah religi (religio, bahasa latin, religion, bahasa inggris) agama dan

din (ad-diin bahasa arab) walaupun secara etimologis memilliki arti

sendiri-sendiri, namun secara terminologis dan teknis istilah di atas berinti makna

sama.

Menurut Nashori dan Mucharam (2002: 69) religi berakar kata

religare berarti mengikat. Ahli psikologi Wulff pernah memberikan

penjelasan tentang istilah ini, yaitu sesuatu yang dirasakan sangat dalam,

yang bersentuhan dengan keinginan seseorang, membutuhkan ketaatan dan

memberikan imbalan atau mengikat seseorang dalam suatu masyarakat.

Secara lebih komprehensif, ahli-ahli psikologi Glock & Stark

menandaskan bahwa religi adalah sistem, simbol , sitem keyakinan, sistem

nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya berpusat pada

persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi atau

ultimate meaning (Nashori dan Mucharam, 2002: 69).

Dari istilah agama dan religi muncul istilah keberagamaan atau

religiusitas (religiosity). Pengertian religiusitas adalah seberapa jauh

pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan

kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya (Nashori

(24)

seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas

agama Islam.

Menurut Elci dalam Sulistyo (2011: 3) religiusitas secara umum

dijelaskan berhubungan dengan kognisi (pengetahuan beragama, keyakinan

beragama) yang mempengaruhi, apa yang dilakukan dengan kelekatan

emosional dan perasaan emosional tentang agama, dan atau perilaku, seperti

kehadiran ditempat peribadatan, membaca kitab suci, berdoa.

Religiusitas menurut perspektif Islam adalah seluruh aspek kehidupan

umat Islam sebagaimana yang dimaksud dalam firman Allah dalam surat

Al-Baqarah ayat 208 yang berbunyi:

keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Al Baqarah: 208).

Religiusitas juga disebut nilai-nilai agama yang telah masuk ke dalam

diri manusia, yang kemudiannya memainkan peranan utama dalam upaya

pengembangan karakter manusia. Itu sebabnya dalam sejarah bangsa-bangsa

di dunia, banyak agama mengajarkan kebajikan adalah semacam perwujudan

(25)

Penelitian yang dilakukan oleh Mustofiah (2015) yang berjudul

Pengaruh kepemimpinan Islami terhadap Kinerja Karyawan pada Rabbani

Semarang”. Skripsi ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Islami berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Selain itu, penelitian Riyadi (2011) yang berjudul “Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur”. Hasil analisis menunjukkan bahwa kompensasi finansial tidak mempengaruhi motivasi kerja maupun kinerja karyawan.

Sedangkan gaya kepemimpinan secara signifikan mempengaruhi motivasi kerja

maupun kinerja karyawan, dan motivasi kerja secara signifikan mempengaruhi

kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2015) berjudul “Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Pada Kinerja

Karyawan PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero) Tbk”. Menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap

kinerja.

Yusuf (2015) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Religiusitas

Dan Penyesuaian Diri Terhadap Kinerja Karyawan Perbankan Syariah Di

Kota Balikpapan”. Menyimpulkan bahwa religiusitas dan penyesuaian diri

memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan uraian dan konsep dan permasalah di atas maka penulis

tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan Islami,

motivasi kerja dan religiusitas terhadap kinerja karyawan. Judul yang diambil

(26)

Motivasi Kerja dan Religiusitas terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Waroeng Steak and ShakeCabang Semarang)”

B. Rumusan Masalah

Dari fokus di atas maka masalah yang dapat kami rumuskan adalah sebagai

berikut:

1. Apakah kepemimpinan Islami berpengaruh terhadap kinerja karyawan ?

2. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

3. Apakah religusitas berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh kepemimpinan Islami

terhadap kinerja karyawan di Waroeng Steak and Shake Cabang Semarang

2. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh motivasi kerja terhadap

kinerja karyawan di Waroeng Steak and Shake Cabang Semarang

3. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh religiusitas terhadap

kinerja karyawan di Waroeng Steak and Shake Cabang Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Waroeng Steak, hasil penelitian ini diharapkan menambah masukan

bagi perusahaaan yang terkait dengan masalah kepemimpinan Islami,

motivasi kerja dan religusitas. Hal tersebut sangat berguna terhadap kinerja

karyawan.

2. Bagi karyawan, melalui penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi

(27)

motivasi kerja dan religiusitas terhadap kinerja karyawan, yang pada

akhirnya dapat membangkitkan semangat karyawan.

3. Bagi mahasiswa, menerapkan teori yang diperoleh dalam pembuatan karya

ilmiah yang berupa skripsi serta untuk menambah khazanah keilmuan dan

wawasan.

4. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini merupakan salah satu referensi

teoritis dalam pengembangan ilmu sosial.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

BABI Pendahuluan, dalam bab ini yang berisikan tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II Landasan Teori, dalam bab ini terdapat empat bagian yaitu pertama

tinjauan pustaka yang berisi ringkasan penelitian terdahulu berkaitan

dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Kedua, kajian teori

berupa uraian yang berkaitan dengan topik penelitian yang diperoleh

dari buku, jurnal, artikel, media elektronik, dan lain-lain untuk

kemudian dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap

masalah. Ketiga, kerangka penelitian berisi kesimpulan dari tinjauan

pustaka yang digunakan untuk menyusun asumsi atau hipotesis. Bagian

keempat adalah hipotesis yang akan diuji.

BAB III Metodologi Penelitian, dalam bab ini menguraikan informasi jenis

(28)

diteliti, definisi operasional, jenis dan sumber data, populasi dan

penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis.

BAB IV Analisis Data, dalam bab ini menguraikan tentang gambaran

perusahaan yang menjadi objek penelitian, dijelaskan pula sejarah

singkat perusahaan, visi dan misi serta struktur organisasi perusahaan,

analisis data serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V Penutup, dalam bab ini merupakan penutup dari penulisan yang terdiri

(29)

14

Pada bab telaah pustaka berisi temuan-temuan hasil penelitian yang terdahulu

yaitu yang dijelaskan oleh tabel 2.1 sebagai berikut:

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

signifikan terhadap kinerja pegawai.

Cabang

Semarang, dan metode dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.

Penelitian Mustofiah (2015), Maghfiroh (2012), Wijayanti dan Wajdi

(2012) menunjukkan bahwa kepemimpinan Islami berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan.

Sedangkan penelitian Margareth (2012), Sugianto (2011) menunjukkan

bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti & Mulyani (2013), yang

hasilnya menunjukkan bahwa motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai. Penelitian Munparidi (2012) menunjukkan bahwa motivasi

kerja tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.

Penelitian Rohayati (2014) menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh

positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Pada penelitian ini,

penulis lebih berfokus untuk mengetahui apakah kepemimpinan Islami, motivasi

kerja dan religiusitas berpengaruh terhadap kinerja karyawan di Waroeng Steak

and Shake Cabang Semarang.

B. Kerangka Teori

1. Kepemimpinan Islami

a. Pengertian Kepemimpinan Islami

Kepemimpinan atau leadership termasuk kelompok ilmu terapan

(36)

rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi

kesejahteraan manusia. Blackmard dalam Moedjiono (2002: 2) melihat

kepemimpinan sebagai sentralisasi usaha dalam diri seseorang sebagai

cerminan kekuasaan dari keseluruhan. Ordway Tead dalam Moedjiono

(2002: 3) melihat kepemimpinansebagai perpaduan dari berbagai sifat

yang memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk

mengerjakan beberapa tugas.

Moedjioni (2002: 3) para ahli teori sukarela (compliance

instruction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai

pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan

sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan

pemimpin.

Rivai dan Arifin (2009: 7) secara sederhana kepemimpinan itu

sendiri adalah kemampuan memperoleh konsensus dan keterikatan pada

sasaran bersama melampaui syarat-syarat oganisasi, yang dicapai

dengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di kelompok kerja.

Menurut James M. Black dalam Rivai dan Arifin (2009: 105)

kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya

bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai

atau melakukan suatu rujukan tertentu.

Ada banyak definisi tentang kepemimpinan, tetapi secara

mendasar leadership berarti mempengaruhi orang. Kepemimpinan

(37)

depan dan memiliki pengikut, baik orang tersebut menyesatkan atau

tidak. Ketika berbicara kepemimpinan maka ia akan berbicara

mengenai pemimpin, oang yang memimpin baik itu cara dan konsep,

mekanisme pemilihan pemimpin, dan lain sebagainya (Rivai dan Arifin,

2009: 112).

Dilihat dari ajaran Islam kepemimpinan merupakan kegiatan

menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang

diridhai Allah SWT (Nawawi, 1993: 28). Dalam Islam istilah

kepemimpinan dikenal dengan istilah khilafah, imamah dan ulil amri,

juga ada istilah ra‟in (Moedjiono, 2002: 10).

Menurut Ihsan Tanjung dalam Moedjiono (2002: 11)

kepemimpinan di dalam Islam pada hakekatnya adalah berkhidmat atau

menjadi pelayan umat. Kepemimpinan dalam Islam haruslah seorang

tokoh ulama yang benar-benar bertanggung jaawab penuh atas

kemaslahatan dan keselamatan umatnya.

Perbedaan pengertian kepemimpinan dalam Islam dan yang

dikemukakan oleh para teoritis adalah bahwa kepemimpinan dalam

Islam adalah dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi manusia sebagai

khilafah di muka bumi (Moedjiono, 2002: 11).

b. Prinsip Kepemimpinan Menurut Islam

Adapun prinsip-prinsip kepemimpinan menurut Islamyaitu:

(38)

1) Musyawarah

Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus

diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Alquran dengan jelas

menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai

pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang yang

berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik.

Melalui musyawarah memungkinkan seluruh komunitas

Islam akan turut serta berpartipasi dalam proses pembuatan

keputusan, dan sementara itu pada saat yang sama musyawarah

dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku para

pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula. Hal ini tercemin

dalam Q.S Asy-Syuura ayat 38 sebagai berikut:





Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka (Q.S Asy-Syuura: 38).

(39)

Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang

secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Lepas dari suku

bangsa, warna kulit, keturunan, golongan strata dimasyarakat

ataupun agama. Al Qur’an memerintahkan setiap Muslim dapat berlaku adil bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para

penentang mereka.

Selain memegang prinsip keadilan sebagai dasar tegaknya

masyarakat Islam, pemimpin organisasi Islam juga patutnya

mendirikan badan peradilan internal atau lembaga hukum atau

semacam komisi arbitase untuk menyelesaikan berbagai perbedaan

atau sengketa dalam kelompok itu. Anggota-anggota tersebut

hendaknya dipilih dari orang-orang yang berpengalaman, arif dan

bijaksana.Sebagaimana Allah SWT berfiman An-Nisa ayat 58

(40)

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (Q.S An-Nisa: 58).

3) Kebebasan berfikir

Pemimpin yang baik adalah mereka yang memberikan ruang

dan mengundang anggota kelompok untuk mampu mengemukakan

kritiknya secara konstruktif. Mereka diberikan kebebasan untuk

mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka dengan bebas, serta

harus dapat memberikan jawaban atas setiap masalah yang mereka

ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang pemimpin

hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berrfikir dan

pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling

menasihati satu sama lain, sehingga para pengikutnya merasa

senang mendiskusikan masalah atau persoalan yeng menjadi

kepentingan bersama. Maka Allah SWT berfiman dalam surat

Al-Kahfi ayat 54 sebagai berikut:

(41)

Dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi

manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam

perumpamaan dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah (Q.S Al-Kahfi: 54).

c. Aspek-Aspek Kepribadian Pemimpin

Nawawi (1993: 114) setiap pemimpin sebagai individu untuk

mewujudkan kepemimpinan yang efektif dan diridhai Allah SWT

dengan kepribadiannya sebagai orang yang beriman harus menampilkan

sikap dan perilaku sebagai berikut:

1. Mencintai kebenaran dan hanya takut pada Allah SWT

Pemimpin yang beriman harus bepegang teguh pada firman

Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 147 yang mengatakan bahwa:

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu (Al Baqarah: 147).

Pemimpin yang berpegang teguh pada dan terus-menerus

berusaha menegakkan kebenaran berdasarkan tuntutan ajaran Islam,

akan disegani, dihormati dan dipatuhi. Di samping itu karena

merupakan perwujudan iman/ketaqwaan, maka sesuai janji Allah

SWT bahwa pemimpin tersebut akan mendapat tempat yang mulia di

sisi-Nya. Pemimpin yang seperti itu akan selalu dekat dan

mengetahui serta ikut dalam suka dan duka orang-oang yang

(42)

2. Dapat dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai orang lain

Pemimpin yang dipercaya, mampu mempercayai orang lain dan

memiliki kepercayaan diri, merupakan pemimpin yang bertanggung

jawab. Pemimpin tidak senang mempermasalahkan orang lain

dengan maksud lari dari tanggung jawab. Sebaliknya selalu membela

anggota organisasinya, karena mempercayainya telah berbuat sesuatu

sesuai dengan perintah atau petunjuknya, yang mungkin saja tidak

tepat atau keliru. Firman Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 166,

sebagai berikut:

(yaitu) ketika orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.(Q.S Al-Baqarah: 166).

3. Memiliki kemampuan dalam bidang nya dan berpandangan luas

didasari kecerdasan (Intelegensi) yang memadai

Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki kemampuan

kepemimpinan. Di samping itu pemimpin harus mengetahui juga

seluk-beluk bidang yang dikelola organisasinya, bahkan terdapat

(43)

atau keahlian yang memadai di bidangnya tersebut. Kecerdasan

dengan pengetahuan yang memadai, akan menghantarkan

seseorang menjadi pemimpin yang berpandangan luas, yang tidak

terbelenggu oleh disiplin ilmunya sendiri. Untuk itu Allah

berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 31 sebagai berikut:

Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (Q.S Ar-Rum : 31).

4. Senang bergaul, ramah tamah, suka menolong dan memberikan

petunjuk serta terbuka pada kritik orang lain

Seorang pemimpin harus berusaha mengisi pergaulan di

dalam organisasinya dengan menolong orang-orang yang

mengalami kesulitan. Di antara anggota organisasinya tidak

mustahil ada yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan

volume dan beban kerjanya atau kesulitan pribadi lainnya.

Pemimpin harus berusaha cermat dengan tidak mudah marah, agar

setiap kekeliruan dan kesalahan dapat diselesaikan secara objektif

dan tuntas, tanpa menimbulkan masalah baru berupa kebencian dan

antipasti karena kemarahannya. Sehubungan dengan itu, Allah

(44)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (Q.S Fushilat: 34).

5. Memilliki semangat untuk maju, semangat pengabdian dan

kesetiakawanan, serta kreatif dan penuh inisiatif

Pengabdian dan kesetiakawanan merupakan juga sebagai

perwujudan kesetiaan yang tinggi pada cita-cita organisasinya.

Kesetiaan itu akan tampil dalam kesediaan dan kerelaan berkorban,

bilamana orang-orang yang dipimpin dan organisasi memerlukannya.

6. Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan konsekuen,

berdisiplin serta bijaksana dalam melaksakannya

Keputusan yang cepat dan tepat sangat diperlukan dalam

menghadapi kondisi yang mendesak dan kritis. Kondisi itu tidak

memungkinkan pemimpin mengumpulkan orang lain untuk

bermusyawarah, karena akan terlambat dan berakibat merugikan.

Kebijaksanaan dan sikap konsekuen pemimpin tidak sekedar terlihat

(45)

hukuman, tetapi terlihat juga dalam berbagai kegiatan

kepemimpinannya yang lain.

7. Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani

Pemimpin yang sehat jasmani dan rohani serta beriman dalam

mengatasi rintangan, hambatan dan memecahkan masalah selalu

mampu bekerja sama, yang memungkinkan memperoleh pertolongan

yang terbaik dari anggota organisasinya.

d. Dasar-Dasar Kepemimpinan Dalam Islam (Moedjiono, 2002: 53)

1) Tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman sebagai

pemimpin bagi orang-orang Muslim karena bagaimanapun akan

mempengaruhi lebih lanjut terhadap kualitas keberagamaan rakyat

yang dipimpinnya.

2) Setiap kelompok orang bahkan dalam kelompok lebih dari tiga orang

diperlukan adanya pemimpin.

3) Pemimpin harus orang yang memiliki keahlian di bidangnya dan

kehancuran jika menyerahkan urusan umat kepada seseorang yang

bukan ahlinya atau tidak memiliki kemampuan untuk memimpin.

4) Pemimpin harus bisa diterima artinya mencintai dan dicintai

umatnya, mendoakan umat dan didoakan. Bukan sebaliknya dibenci

dan membenci, melaknat dan dilaknat umatnya.

5) Mengutamakan, membela, dan mendahulukan kepentingan umat,

(46)

menghilangkan segala bentuk kemungkaran, kekufuran, kekacauan

dan fitnah.

6) Disamping pemimpin harus sehat dan kuat, seorang pemimpin

memiliki sifat-sifat utama Rasul, yaitu: benar (shiddiq), terpercaya

(amanah) yakni bersedia memikul tanggung jawab dengan aman dan

tanpa keraguan, menyampaikan, melaksanakan tugas (tabligh), dan

cerdas (fathanah), serta menyukai persatuan dan benci perpecahan.

7) Islam mengajarkan bahwa setiap orang mempunyai kedudukan

kepemimpinan (leadership), bertanggung jawab terhadap

orang-orang yang dipimpinnya.

8) Tugas kepemimpinan adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah.

9) Tujuan kepemimpinan dalam Islam adalah agar urusan masyarakat

dapat berjalan dengan lancar.

10) Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin hendaklah

mengutamakan musyawarah.

Rivai dan Arifin (2009: 113) menetapkan empat dasar sifat

yang harus dipenuhi oleh para nabi yang pada hakikatnya adalah

pemimpin umatnya, yaitu:

a.Ash-shidq

Yakni kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap serta

berjuang melaksanakan tugasnya.

(47)

Atau kepercayaan, yang menjadikan dia memelihara

sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya baik dari Tuhan maupun

dari orang-orang yang di pimpinnya, sehingga tercipta rasa aman

bagi semua pihak.

c.Al-fathanah

Yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan

menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun.

d.At-Tabligh

Yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab atau dapat

diistilahkan dengan keterbukaan.

2. Motivasi Kerja

a. Pengertian Motivasi Kerja

Menurut J.W Atkinson dalam Depag (2004: 13) mengakui sulit

mendefiniskan motivasi karena tidak mempunyai arti yang tetap, dan

digunakan dalam cara yang sangat bervariasi. Namun secara umum

dapat diartikan bahwa motivasi adalah suatu proses mengarahkan pilihan

individu antara berbagai bentuk kegiatan sukarela.

Sementara itu John Capbell dalam Depag (2004: 13) memperkuat

pendapat J. W. Atkinson dengan menambahkan bahwa motivasi

menyangkut pengarahan perilaku, kekuatan menanggapi dan kegigihan

perilaku. Di dalamnya termasuk sejumlah konsep seperti dorongan,

(48)

Selanjutnya, Gitosudarmo dan Sudita dalam Depag (2004: 11)

mengatakan, motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri

seseorang yang menggerakan, mengarahkan perilakunya untuk

memenuhi tujuan tertentu.

Robbins dalam Jusmaliani (2011: 180) mengartikan motivasi

sebagai kemauan untuk meningkatkan upaya ke arah pencapaian tujuan

organisasi dengan syarat hasil upaya tadi akan memuaskan sebagian

kebutuhan individu.

Stanley Vance mengatakan bahwa pada hakikatnya motivasi adalah

perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi

tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan

dilihat dari perspektif pribadi dan terutama organisasi (Danim, 2012:

15). Robert Dubin mengartikan motivasi sebagai kekuatan kompleks

yang membuat seseorang berkeinginan memulai dan menjaga kondisi

kerja dalam organisasi (Danim, 2012: 15).

Menurut Martoyo (1998: 155) bertolak dari kata motivasi tadi,

maka yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah sesuatu yang

menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Dari berbagai pengertian

motivasi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa motivasi kerja adalah dorongan dalam diri seseorang untuk

berperilaku dengan cara tertentu dalam pekerjaannya untuk mencapai

tujuan sesuai dengan sasaran organisasi maupun sasaran pribadi (Depag,

(49)

Lebih lanjut Ravianto dalam Depag (2004: 13) mengemukakan

bahwa motivasi kerja adalah besar kecilnya usaha yang diberikan

seseorang untuk melaksakan tugas-tugasnya. Dengan kata lain, motivasi

kerja merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perilaku

seseorang dalam melakukan sesuatu pekerjaan, tindakan-tindakan atau

kegiatan-kegiatan ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Depag, 2004: 13)

b. Unsur-Unsur Motivasi

Motivasi mengandung beberapa unsur seperti diuraikan berikut ini

(Danim, 2012: 15), antara lain:

1. Tujuan

Manusia adalah mahluk bertujuan, meski tidak ada manusia

yang mempunyai tujuan yang benar-benar sama di dalam

mengarungi hidup ini. Manusia organisasioanal yang memiliki

motivasi tinggi senantiasa sadar bahwa antara tujuan dirinya

dengan tujuan organisasi sama sekali tidak terpisahkan atau

kalaupun terpisah, tidak terlalu senjang. Manusia organisasional

yang dimaksudkan di sini dan sejalan pula dengan uraian di atas

adalah mereka yang mau dan mampu berperilaku secara bertujuan.

2. Kekuatan dari dalam diri individu

Manusia adalah insan yang memiliki energi, apakah itu energi

fisik, otak, mental dan spiritual dalam arti luas. kekuatan ini

berakumulasi dan menjelma dalam bentuk dorongan batin

(50)

optimal secara pelayanan, efisien secara pembiayaan, akurat

dilihat dari tujuan yang ingin dicapai, serta mampu memuaskan

klien atau pengguna.

3. Keuntungan

Bahwa manusia bekerja ingin mendapatkan keuntungan

adalah manusiawi, meski harus dihindari sikap yang hanya ingin

bekerja manakala ada keuntungan langsung (direct profit) yang

akan diperoleh.

c. Faktor-Faktor Motivasi Kerja

Menurut Chung & Megginson dalam Gomes (2003: 180) motivasi

seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit,

karena motivasi melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor

organisasional. Faktor-faktor yang sifatnya individual adalah:

a. Kebutuhan-kebutuhan (needs)

b. Tujuan-tujuan (goals)

c. Sikap (attitudes)

d. Kemampuan-kemampuan (abilities)

Sedangkan yang tergolong pada faktor-faktor yang berasal dari

organisasional meliputi:

a. Pembayaran atau gaji (pay)

b. Keamanan pekerjaan (job security)

c. Sesama pekerja (co-workers)

(51)

e. Pujian (praise)

f. Pekerjaan itu sendiri (job itself)

Sedangkan menurut Rivai dan Arifin (2009: 196) motivasi kerja

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakin:

a. Pengaruh lingkungan fisik

b. Pengaruh lingkungan sosial terhadap motivasi

c. Kebutuhan pribadi

d. Prinsip Dalam Memotivasi Kerja Pegawai (Mangkunegara, 2007: 100), yaitu:

a. Prinsip partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan

kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan

dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang

berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi

yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai

andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan

(52)

d. Prinsip pendelegasian wewenang

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada

pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan

terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai

yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang

diharapkan oleh pemimpin.

e. Prinsip memberikan perhatian timbal balik

Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan

pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang

diharapkan oleh pemimpin.

e. Teknik Memotivasi Kerja Karyawan

Beberapa teknik memotivasi kerja pegawai, antara lain

(Mangkunegara, 2007: 101), antara lain:

1) Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai

Pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamental yang

mendasari perilaku kerja. Abraham Maslow mengemukakan

hierarki kebutuhan pegawai sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis

b. Kebutuhan rasa aman

c. Kebutuhan sosial

d. Kebutuhan harga diri

e. Kebutuhan aktualisasi diri.

(53)

Merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang

dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis.

Teknik ini dirumuskan: “AIDDAS” A = Attention (perhatian)

I = Interest (minat)

D = Desire (hasrat)

D = Decision (keputusan)

A = Action (aksi/tindakan)

S = Satisfaction (kepuasan)

f. Teori Motivasi

Menurut Siagian (1989: 146) teori motivasi antara lain:

1) Teori kebutuhan sebagai hirarki

Salah satu pelopor yang mendalami teori motivasi adalah

Abraham H. Maslow yang berkarya sebagai ilmuwan dan

melakukan usahannya pada pertengahan dasawarsa empatpuluh.

Keseluruhan teori yang dikembangkan oleh Maslow berintikan

pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat

diklasifikasikan pada lima hirarki kebutuhan, yaitu terlihat pada

(54)

Gambar 2.1

Hierarki Kebutuhan Maslow

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan inidipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar

bukan saja karena setiap orang membutuhkannya terus menerus

sejak lahir hingga ajalnya, akan tetapi juga karena tanpa pemuasan

berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak akan dikatakan hidup

normal.

2.Kebutuhan akan keamanan

Merupakan kebutuhan pada tingkat kedua. Orang mempunyai

harapan untuk dapat memenuhi standar hidup yang dianggap wajar.

Bila kebutuhan akan akan rasa aman ini belum terpenuhi maka

orang akan merasa takut sekali akan kehilangan pekerjaan atau

kehilangan pendapatannya.

3.Kebutuhan sosial

kebutuhan untuk aktualisasi diri

kebutuhan harga diri

kebutuhan sosial kebutuhan akan

(55)

Dalam kehidupan organisasional manusia sebagai mahluk sosial

mempunyai berbagai kebutuhan yang berkisar pada pengakuan

akan keberadaan seseorang dan penghargaan atas harkat dan

martabatnya.

4.Kebutuhan harga diri

Salah satu ciri manusia ialah bahwa dia mempunyai harga diri.

Karena itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan

dan statusnya oleh orang lain.

5.Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Dalam meniti karir, seseorang ingin agar potensinya itu

dikembangkan secara sistematik sehingga menjadi kemampuan

efektif. Dengan pengembangan demikian, seseorang dapat

memberikan sumbangan yang lebih besar bagi kepentingan

organisasi.

3. Religiusitas

a. Pengertian Religiusitas

Harun Nasution menurut pengertian agama berdasarkan asal kata,

yaitu, al-Din, religi(relegere, religare) dan agama. Al-Din (semit) berarti

undang-undang atau hukum. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau

relegere berarti mengumpulkan dan membaca, sedangkan religare berarti

mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi yang

mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-temurun

(56)

Menurut Nashori dan Mucharam (2002: 69) istilah religi (religio,

bahasa latin, religion, bahasa inggris) agama dan din (ad-diin bahasa

arab) walaupun secara etimologis memilliki arti sendiri-sendiri, namun

secara terminologis dan teknis istilah di atas berinti makna sama. Nashori

dan Mucharam (2002: 70) secara lebih komprehensif, ahli-ahli psikologi

agama Glock & Stark menandaskan bahwa religi adalah sistem simbol,

sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan,

yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai

sesuatu yang paling maknawi (ultimate meaning).

Sementara itu Michel Mayer dalam Nashori dan Mucharam (2002:

70) berpendapat bahwa religi adalah seperangkat aturan dan kepercayaan

yang pasti untuk membimbing manusia dalam tindakannya terhadap

Tuhan, orang lain, dan diri sendiri.

Menurut Nashori dan Mucharam (2002: 71) religiusitas diartikan

seberapa sebagai jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa

pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas

agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat

diketahhui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan

penghayatan atas agama Islam.

Muhaimin dalam Sahlan (2011: 38) keberagaman (religiusits) tidak

selalu identik dengan agama. Agama lebih menunjuk kepada

kelembagaan kebaktian kepada Tuhan, dalam aspek yang resmi, yuridis,

(57)

atau religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuh hati nurani”

pribadi. Oleh karena itu, religiusitas lebih dalam dari agama yang tampak

formal.

Ancok (Sahlan, 2011: 41) keberagaman atau religiusitas seseorang

diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupannya. Aktifitas beragama bukan

hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah),

tetapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan

supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan

dapat dilihat dengan mata, tetapi juga yang tidak tampak dan terjadi

dalam hati seseorang. Perpektif Islam tentang religiusitas dijelaskan

dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 208 sebagai berikut:

keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Q.S Al-Baqarah: 208).

b. Dimensi Religiusitas

Glock dan Stark dalam Subandi (2013: 87) ada lima aspek dimensi

religiusitas, yaitu:

(58)

yaitu tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang

dogmatis dalam agamanya. Misalnya dalam agama Islam, dimensi

keyakinan ini mencakup dalam rukun iman yang terdiri dari iamn

kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada Rasul

Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada hari kiamat, dan

iman kepada takdir.

2)Religious Practice(the ritualistic dimension)

Yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Dalam agama Islam, dimensi ini

dikenal dengan rukun Islam, yaitu: mengucapkan kalimat syahadah,

melaksanakan shalat, membayar zakat, melaksanakan puasa bulan

ramadhan dan menjalankan haji bagi yang mampu.

3)Religious Feeling (the experiential dimension) atau dimensi

pengalaman dan penghayatan beragama

Yaitu perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman keagamaan

yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya dekat dengan Tuhan,

merasa takut berbuat dosa atau merasa doa yang dikabulkan,

diselamatkan Tuhan dan sebagainya. Di dalam agama Islam aspek ini

banyak dibicarakan dalam ilmu Tasawuf yang dikenal dengan aspek

ihsan.

4)Religious Knowledge (the intelectual dimension) atau dimensi

(59)

Yaitu seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran

agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci maupun lainnya.

Dimensi ini bias disebut juga sebagai dimensi ilmu. Di dalam agama

Islam dimensi ini termasuk dalam pengetahuan tentang ilmu fiqih,

ilmu tauhid dan ilmu tasawuf.

5)Religious Effect (the consequential dimension)

Yaitu dimensi yag mengukur sejauh mana perilaku seseorang

dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial.

Misalnya apakah dia mengunjungi tetangganya yang sakit, menolong

orang yang kesulitan, mendermakan harta dan sebagainya. Dimensi

ini bisa disebut juga sebagai dimensi amal.

Sedangkan menurut Nashori dan Mucharam (2002: 74) membagi

agama Islam dalam lima dimensi, yaitu:

1.Dimensi akidah (iman atau ideologi)

Dimensi akidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap

rukun iman (iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari

pembalasan, serta qadha dan qadar).

2.Dimensi ibadah (ritual)

Dimensi ibadah (ritual) berkaitan dengan frekuensi, intensitas, dan

pelaksanaan ibadah seseorang.

(60)

Dimensi amal ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk aagama untk

merealisasikan ajaran-ajaran agama yangdianutnya dalam kehidupan

sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama.

4.Dimensi ihsan (penghayatan)

Dimensi ihsan berkaitan dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat

dan dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

5.Dimensi ilmu (pengetahuan)

Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang

terhadap ajaran-ajaran agamanya.

c. Faktor-Faktor Religiusitas

Thouless (1995: 20) Faktor-faktor itu terdiri dari empat kelompok

utama: pengaruh-pengaruh sosial, berbagai pengalaman, kebutuhan dan

proses pemikiran. Thouless menyebutkan beberapa faktor yang mungkin

ada dalam perkembangan sikap keagamaan akan dibahas secara rinci

yaitu:

1. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial

(faktor sosial)

Ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap

keagamaan itu. Pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, dan

tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan

berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.

2. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keagamaan, terutama

(61)

a. Keindahan, keselarasan, dan kebaikan di dunia lain (faktor

alami)

b. Konflik moral (faktor moral)

c. Pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif)

3. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dan

kebutuhan-kubutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan-kebutuhan

terhadap:

a. Keamanan

b. Cinta kasih

c. Harga diri

d. Ancaman kematian.

4. Berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual)

Faktor terakhir yang seharusnya dipertimbangkan adalah

peranan yang dimainkan oleh penalaran verbal dalam perkembangan

sikap keagamaan itu.

Dari berbagai teori tentang religiusitas yang telah diuraikan,

penelitian ini akan, penelitian ini akan menggunakan acuan dari teori

Glock dan Stark bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas

yaitu dimensi ideologi, dimensi intelektual, dimensi ritualis, dimensi

(62)

4. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja Karyawan

Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan

untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi

pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti

biaya-biaya masa lalu atau diproyeksikan, dengan dasar efisiensi,

pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.

Menurut Ainsworth,Smith, dan Millership (Fattah, 2014: 12)

bahwa kinerja berarti suatu hasil akhir. Kinerja adalah titik akhir orang,

sumber daya, lingkungan tertentu yang dikumpulkan bersama-sama

dengan maksud untuk menghasilkan hal-hal tertentu, apakah produk yang

kasat mata atau jasa yang kurang terlihat langsung.

Pendapat diatas menitik beratkan bahwa kinerja seorang

pegawai/karyawan adalah hasil atau keluaran (outcomes) dari sebuah

pekerjaan yang ditugaskan dalam suatu organisasi/institusi (Fattah, 2014:

12).

Kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2007: 67) adalah hasil

kerja secara kualitatif dan kuantitatif yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan

merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang dalam melakukan

(63)

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor

kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai

dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2007: 67) yang

merumuskan bahwa:

Human performanace = ability + motivation

Motivation = attitude + situation

Ability =knowledge + skill

1) Faktor kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge +

Skill) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatanya dan

terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari hari, maka ia akan

lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu,

pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahliannya (the right man in the right place, the right man on the

right job).

2) Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi

yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai

(64)

c. Indikator Kinerja

Menurut Robert L.Mathis dan Jackson dalam Mustofiah (2015:

28), kinerja pada dasarnyaadalah apa yang dilakukan oleh karyawan.

Kinerja karyawan yang umum untukkebanyakan pekerjaan meliputi

elemen sebagai berikut:

a) Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam

istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan

karyawan dan jumlah yang dihasilkan.

b) Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

ketrampilan dan kemampuan karyawan.

c) Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu

aktivitas yang diselesaikan di awal sampai menjadi output.

d) Kehadiran yaitu kehadiran karyawan di perusahaan baik dalam

masuk kerja, pulang kerja, izin maupun keterangan yang seluruhnya

mempengaruhi kinerja karyawan itu.

e) Kemampuan bekerjasama adalah kemampuan seseorang tenaga

kerja untuk bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan

suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai

(65)

Pendapat lain, terdapat tujuh indikator kinerja. Dua diantaranya

mempunyai peran sangat penting, yaitu tujuan dan motif.

Gambar 2.2 Indikator kinerja

Sumber: Paul, Kenneth H Blachard, dan Dewey E. Johnson, Management of Organization Behavior, 1996 (dalam Wibowo, 2010:

102)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Tujuan

Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin

dicapai di masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan

menunjukkan arah ke mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah

tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai

tujuan, diperlukan kinerja individu, kelompok, dan organisasi. Kinerja

individu maupun organisasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan

yang diinginkan.

b) Standar

Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan

dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan

tercapai.

Goals

Standard Feedback Competence

Opportunity Means

Gambar

Tabel 2.1 Research Gap
Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow
Gambar 2.2 Indikator kinerja
Gambar 2.3 Langkah-langkah penilaian unjuk kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan

untuk saluran kabel udara tegangan rendah dengan menggunakan.. saluran kabel udara yang dikenal dengan sebutan kabel twisted

Rahmalia Nurhasanah (2007), Melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengaruh Return On Asset (X1), Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3) Terhadap Harga Saham

Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kepahlawanan agar pembelajaran bisa dipahami secara merata, meningkatkan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) pada

Dimensi yang kedua adalah reliability probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Supriono (2015) tentang Pengaruh faktor budaya, sosial, individu, dan pisikologis terhadap keputusan konsumen membeli

Hasil penelitian menunjukan: (1) Tingkat partisipasi petani sebelum mengikuti SL- PHT termasuk dalam kategori rendah, dan setelah mengikuti SL-PHT termasuk dalam