i
SEMARANG)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
DISUSUN OLEH
DESY NUR AINI
NIM : 21312058
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Bersemangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu, meminta tolonglah pada Allah, janganlah engkau lemah” (H.R Muslim)
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh (Al-A’raf: 199)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku, Mamak Suwanti dan
Bapak Ngatiman tercinta yang selalu memotivasi, mendoakan dalam pembuatan
skripsi ini dan tidak lupa kepada kakak serta adik-adikku tersayang.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tak ternilai serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul: ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI, MOTIVASI
KERJA DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS DI WAROENG STEAK AND SHAKE CABANG SEMARANG). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama
Islam Negeri Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat
terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis
Islam IAIN Salatiga.
3. Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Jurusan S1 Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar. Lc., M.SI., selaku pembimbing, yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh karyawan Waroeng Steak and Shake atas kesempatan dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian guna
mendapatkan data sebagai bahan penulisan skripsi ini.
6. Kedua orang tercinta yang telah mendoakan, membimbing, dan
memotivasi, memberi semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih.
7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam jurusan S1 Perbankan Syariah.
8. Terima kasih buat Randi, Likah, Afi, Erfina, Novi dan semua teman-teman
yang tidak dapat disebutkan telah menjadi bagian dari hidupku. Dan
semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran
penulisan skripsi ini. Dan Akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan
berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirobbil „alamin atas rahmat dan
karunia serta ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ...
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
PENGESAHAN KELULUSAN ...
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR TABEL ...
ABSTRAK ...
BAB I PENDAHULUAN ………..
i
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Rumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian ...
D. Manfaat Penelitian ...
E. Sistematika Penulisan ... 1
1. Kepemimpinan Islami ...
a. Pengertian Kepemimpinan Islami ... 14
20
20
20
b. Prinsip Kepemimpinan Islami ...
c. Aspek-aspek Kepribadian Pemimpin ...
d. Dasar-dasar kepemimpinan dalam islam ...
2. Motivasi Kerja ...
a. Pengertian Motivasi Kerja ...
b. Unsur-unsur Motivasi Kerja ...
c. Faktor-Faktor Motivasi Kerja ...
d. Prinsip Dalam Memotivasi Kerja Pegawai ...
e. Teknik Memotivasi Kerja Karyawan ...
f. Teori Motivasi ...
3. Religiusitas ...
a. Pengertian Religiusitas ...
b. Dimensi Religiusitas ...
c. Faktor-faktor religiusitas ...
4. Kinerja Karyawan ...
a. Pengertian Kinerja Karyawan ...
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ...
c. Indikator Kinerja ...
d. Penilaian Kinerja Karyawan ...
e. Langkah-Langkah Penilaian Unjuk Kerja ...
f. Metode Penilaian Kinerja ...
5. Hubungan Antar Variabel ...
b. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan ...
c. Pengaruh Religiusitas terhadap Kinerja Karyawan ...
C. Kerangka Penelitian ...
D. Hipotesis ... 56
57
58
59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian ...
B. Lokasi dan waktu penelitian ...
C. Populasi dan sampel ...
1. Populasi ...
2. Sampel ...
D. Teknik pengumpulan data ...
1. Kuesioner ...
2. Wawancara ...
E. Skala pengukuran ...
F. Definisi konsep dan operasional ...
G. Instrumen Penelitian ...
H. Uji Instrumen Penelitian ...
1. Uji Validitas ...
2. Uji Reliabilitas ...
3. Uji Asumsi Klasik ...
a. Uji Multicollinearity ...
b. Uji Heteroscendasticity ...
d. Uji Linearitas ...
4. Uji Statistik ...
a. Analisis Regresi Berganda ...
b. Uji ttes (uji secara individu) ...
BAB IV ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Waroeng Steak And Shake ...
1. Sejarah ...
2. Visi dan Misi ...
3. Corporate Social Responsibility ...
4. Outlet ...
5. Struktur Organisasi Waroeng Group 2015 ...
6. Alamat Outlet Waroeng Steak and Shake ...
B. Gambaran Responden ...
1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...
2. Profil Responden Berdasarkan Usia ...
3. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...
4. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ...
5. Profil Responden Berdasarkan Gaji ...
2. Uji Reliabilitas ...
3. Uji Asumsi Klasik ...
a. Uji Multicollinearity ...
b. Uji Heteroscendasticity ...
c. Uji Normalitas ...
d. Uji Linearitas ...
4. Uji Statistik ...
a. Analisis Regresi Berganda ...
b. Uji ttes (uji secara individu atau parsial) ...
c. Uji Ftest (Uji Secara Serempak) ...
d. Uji R2 (Koefisien Determinasi) ...
D. Pembahasan ... 95
96
96
97
99
99
101
101
102
104
105
106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ...116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hierarki Kebutuhan Maslow ...
Gambar 2.2. Indikator Kinerja ...
Gambar 2.3. Langkah-Langkah Penilaian Unjuk Kerja ...
Gambar 2.4. Kerangkan Penelitian ... 38
49
52
58
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Research Gap ...
Tabel 3.1 Lokasi Waroeng Steak And Shake Cabang Semarang ...
Tabel 3.2. Definisi konsep dan Operasional ...
Tabel 4.1. Alamat Outlet Seluruh Indonesia ...
Tabel 4.2. Jenis kelamin Responden ...
Tabel 4.3. Usia Responden ...
Tabel 4.4. Pendidikan Terakhir ...
Tabel 4.5. Lama bekerja ...
Tabel 4.6. Gaji Responden ...
Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas ...
Tabel 4.8. Hasil Uji Reliabilitas ...
Tabel 4.9. Hasil R2 (koefisien determinasi majemuk) Regresi Utama ... Tabel 4.10. Perbandingan r2 dan R2 ... Tabel 4.11. Hasil Uji Heteroscendasticity Metode Park ...
Tabel 4.12 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ...
Tabel 4.13. Hasil Regresi Persamaan Linier Uji Durbin-Watson ...
Tabel 4.14. Hasil Regresi Persamaan Kuadrat Uji Durbin-Watson ...
Tabel 4.15. Hasil Analisis Regresi Berganda ...
ABSTRAK
Aini, Desy Nur. 2016. Analisis Pengaruh kepemimpinan Islami, Motivasi Kerja dan Religiusitas terhadap Kinerja Karyawan di Waroeng Steak And Shake Cabang Semarang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Perbankan Syariah S1, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar. Lc., M.SI.,
Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan Islami (X1), motivasi kerja (X2) dan religiusitas (X3) terhadap kinerja karyawan (Y). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan di 5 outlet Waroeng Steak and Shake Cabang Semarang dengan jumlah 100 karyawan. Sampel yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini sejumlah 80 karyawan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan angket/kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik melalui uji ttest, Ftest, koefisien determinasi
(R2), dan uji regresi berganda.
Hasil penelitian dengan uji ttest menunjukkan bahwa variabel
kepemimpinan Islami (X1) berpengaruh positif dan signifikan tehadap variabel kinerja karyawan (Y), variabel motivasi kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y) dan variabel religiusitas (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y). Hasil uji Ftest menunjukkan bahwa
kepemimpinan Islami, motivasi kerja dan religiusitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Sedangkan hasil koefisien determinasi (R2) kontribusi variabel independen (kepemimpinan Islami, motivasi kerja dan religiusitas) mempengaruhi variabel dependen (kinerja karyawan) sebesar 46,5% sedangkan sisanya sebesar 53,5% dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian.
Kata Kunci: Kepemimpinan Islami, Motivasi Kerja, Religiusitas, Kinerja Karyawan
1
Memulai sebuah usaha kuliner adalah salah satu pekerjaan dibidang
makanan. Kuliner berkaitan erat dengan proses dalam menyiapkan makanan
atau memasak yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Beberapa antropolog mempercayai bahwa kegiatan
memasak sudah ada sejak 250 ribu tahun lalu pada saat tungku pertama kali
ditemukan. Sejak itu, teknik memasak terus mengalami perkembangan. Hal
ini menjadikan makanan sebagai suatu hal yang memiliki fungsi sebagai
produk budaya. Berangkat dari pemahaman tersebut, kuliner dijadikan sebuah
komoditas industri kreatif berbasis budaya.
Kuliner di Indonesia dapat dikatakan baru terdengar gaungnya sejak
tahun 2005 berkat “Wisata Kuliner”, sebuah tayangan televisi yang meliput
tempat-tempat makan unik atau sudah memiliki reputasi yang baik. Sejak saat
itu, kata kuliner menjadi semakin populer dan menjadi sesuatu yang identik
dengan mencicipi berbagai jenis makanan dan minuman.
Di Indonesia belum ada sumber resmi yang menyatakan definisi dari
kuliner, baik secara umum maupun dalam konteks ekonomi kreatif. Secara
bahasa, kuliner diserap dari bahasa Inggris: culinary memiliki arti sebagai
sesuatu yang digunakan dalam memasak atau berkaitan dengan memasak.
Dalam praktiknya dikenal istilah culinary arts, yaitu teknik dalam
Bisnis makanan atau kuliner merupakan salah satu bisnis yang sedang
berkembang pada saat ini, serta bisa menjadi binis yang menjanjikan apabila
dikelola dengan baik, dengan berkembangnya sebuah kota kemungkinan
besar semakin banyak orang-orang terserap untuk membeli produk tersebut
dan menjadikan konsumen loyal yang dapat menghasilkan laba (profit). Hal
ini akan meningkatkan persaingan karena dengan era pasar global saat ini
membuat persaingan sulit untuk dihindari.
Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam organisasi
maupun perusahaan. Agar aktivitas manajemen berjalan dengan baik,
perusahaan harus memiliki karyawan yang berpengetahuan dan
berketrampilan tinggi serta usaha untuk mengelola perusahaan seoptimal
mungkin sehingga kinerja karyawan meningkat hal ini seperti di ungkapkan
Reza (2010: 13).
Salah satu bisnis kuliner yaitu Waroeng Steak and Shake yang
biasa disapa dengan WS, sebuah usaha kuliner yang berdiri sejak tahun 2000
di Yogyakarta, pertama kali didirikan oleh Bapak Jody Brotosuseno dan
mbak Aniek istrinya di Jalan Cendrawasih No 3 Jogjakarta, hingga tahun
2015 resto Steak & Shake ini genap memiliki 100 cabang dengan
memperkerjakan 1.000 orang karyawan yang tersebar diseluruh kota besar di
Indonesia.
Dalam upaya menciptakan kinerja karyawan yang tinggi dan optimal,
nampaknya masih terdapat berbagai masalah atau kendala yang membuat
yang timbul biasanya berasal dari dalam perusahaan itu sendiri dan berkaitan
dengan karyawan. Masalah kinerja karyawan harus diatasi dengan baik
karena baik buruk kinerja karyawan erat kaitannya dengan prestasi
perusahaan itu sendiri (Khasanah, 2016: 1).
Kinerja karyawan yang tinggi merupakan salah satu syarat dalam
pencapaian visi dan misi perusahaan. Pencapaian visi dan misi tersebut tidak
lain adalah dari mengelola sumber daya manusia yang berpotensi agar dapat
meningkatkan hasil kinerjanya. Selain itu, dalam mengembangkan
perusahaan dunia bisnis, saat ini dituntut untuk menerapkan manajemen
sumber daya manusia yang baik dan menghasilkan karyawan yang berkualitas
tinggi (Khasanah, 2016: 1).
Penelitian ini dilakukan di Waroeng Steak and Shake karena
menerapkan spiritual company, terdiri dari dakwah dan pendidikan Islam.
Untuk dakwah dilakukan melalui olahraga, kegiatan sosial, infaq karyawan
dan seni budaya. Sedangkan untuk pendidikan Islamnya yakni pengadaan
tausiyah rutin di oulet-outlet dan kantor, bulletin bulanan, dan belajar
membaca Al Qur’an (Majalah Hidayatullah, 2015).
Penelitian tentang kinerja karyawan di WS dilatarbelakangi oleh
turunnya kinerja karyawan yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
yaitu tingkat kejenuhan dengan rutinitas pekerjaan dimana hal ini dialami
oleh karyawan yang tinggal di asrama (mess), sehingga mereka kurang
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, ditambah lagi dengan kurangnya
meningkat dan akan menurunkan kinerja karyawan. Faktor lain penyebab
turunnya kinerja karyawan dimana karyawan kurang puas dengan kompensasi
yang diterima, hal ini berkaitan dengan bonus, tunjangan serta insentif yang
didapat. Para karyawan merasa gaji yang diterima belum sepadan dengan
beban kerja yang berat. Hal tersebut di atas berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala outlet cabang Semarang (Bapak Hendro).
Selain masalah lingkungan kerja dan kompensasi, ternyata terdapat
faktor lain yang menyebabkan turunnya kinerja, yaitu kondisi kerja yang
tidak kondusif dikarenakan padatnya pekerjaan dalam hal melayani para
pelanggan sehingga berimbas pada kurangnya jam istirahat dimana
perusahaan hanya memberikan 2 jam dalam kurang lebih 10 jam kerja, hal ini
dapat menurunkan semangat dalam bekerja, berkaitan dengan hal tersebut
maka para karyawan sulit untuk mengembangkan keterampilan dan
kemampuan dalam bekerja, sehingga hal ini yang akan menurunkan semangat
bekerja.
Bercermin dari masalah tersebut, apabila pemberian kompensasi
sudah tepat maka karyawan akan bekerja dengan baik. Disisi lain semakin
baik dan kondusif lingkungan kerja karyawan, kenyamanan kerja yang
didapatkan pun akan semakin besar.
Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan
merupakan tantangan manajemen yang paling serius karena keberhasilan
untuk mencapai tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada
Menurut Amstrong dan Baron (Wibowo, 2010: 7) kinerja berasal dari
pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance
sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun kinerja mempunyai makna
yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses
pekerjaan berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan
memberikan kontribusi pada ekonomi.
Menurut Wibowo (2010: 47) kinerja merupakan kegiatan pengelolaan
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan adalah
tentang arah secara umum, sifatnya luas, tanpa batasan waktu dan tidak
berkaitan dengan prestasi tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2007: 67) adalah hasil
kerja secara kualitatif dan kuantitatif yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur
berdasarkan standar atau kriteria yang ditentukan perusahaan (Wijayanti dan
Wajdi 2012: 110).
Dalam pencapaian tujuan, sebuah organisasi memerlukan seorang
pemimpin yang dapat melaksanakan tugas kepemimpinan untuk mencapai
tujuan organisasi.Kepemimpinan adalah suatu hubungan antar individu yang
mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerja ke arah pencapaian
sasaran tertentu. Perkataan kepemimpinan menunjukkan pada semua perihal
Menurut Moedjiono dalam Kusumawati (2015: 2) kepemimpinan
dalam Islam adalah seorang pemimpin yang menjalankan fungsi–fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi dan harus berdasarkan Al-Quran dan
Hadits.
Menurut Nawawi dan Hadari (Zainuri, 2011: 11) dilihat dari segi
ajaran Islam, kepemimpinan merupakan kegiatan menuntun, membimbing,
memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT Jadi orientasi
utama dalam kepemimpinan Islam adalah keridhaan Allah.
Menurut Hasibuan (Wijayanti dan Wajdi, 2012: 108) kepemimpinan
Islami mempunyai peran yang sangat besar dalam menguatkan kinerja
karyawan.Penerapan kepemimpinan Islam diperlukan dalam suatu organisasi,
agar para pemimpin organisasi dapat menjalankan tugas yang diembannya
dengan baik, selalu memberikan motivasi spiritualitas pada bawahannya
sehingga tujuan keberhasilan tidak hanya didasarkan pada materi, tetapi juga
memperhatikan aspek religiusitas.
Untuk itu dibutuhkan seorang pemimpin yang diharapkan mampu
melayani serta menolong orang lain dengan ikhlas yang sesuai dengan
ciri-ciri kepemimpinan Islam. Kepemimpinan seperti yang disebutkan di dalam
Islam dimaksudkan sebagai kemampuan mendorong terwujudnya kegiatan
tolong menolong antar sesama saudara seagama, karena pemeluk agama
Islam yang satu bersaudara dengan yang lain, meskipun berbeda suku, bangsa
Selain dibutuhkan seorang pemimpin yang bijaksana, karyawan
membutuhkan sebuah motivasi, motivasi diyakini dapat meningkatkan kinerja
karyawan. Motivasi dapat dipastikan mempengaruhi kinerja, walaupun bukan
satu-satunya faktor yang membentuk kinerja. Hal tersebut dapat dijelaskan
dari model hubungan antara motivasi dengan kinerja menurut Robert Kreitner
dan Angelo Kinicki (Wibowo, 2010: 389).
Menurut Sarwoto dalam Allimudin (2012: 19) motivasi adalah sesuatu
yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan
sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi secara efisien.
Menurut Mangkunegara (2007: 68) motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi. Motivasi merupakan
kondisi dimana dapat menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk
mencapai tujuan perusahaan. Motivasi yang timbul dari seorang karyawan
diharapkan mampu meningkatkan kinerja karyawan.
Menurut Bangun dalam Pramita (2014: 5) motivasi merupakan suatu
kondisi yang mendorong orang lain untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
sesuai dengan fungsinya dalam organisasi.
Selain kepemimpinan Islami dan motivasi kerja, religiusitas dapat
mempengaruhi kinerja karyawan yang mengarah pada pencapaian tujuan
organisasi. Hubungannya dengan pencapaian kerja individu dan organisasi di
era globalisasi perlu dilandaskan pada pendekatan psikologi dan organisasi,
dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam usaha mencapai sasaran organisasi atau perusahaan hal ini yang
diungkapkan Mangkunegara dalam Dezky (2014: 460).
Istilah religi (religio, bahasa latin, religion, bahasa inggris) agama dan
din (ad-diin bahasa arab) walaupun secara etimologis memilliki arti
sendiri-sendiri, namun secara terminologis dan teknis istilah di atas berinti makna
sama.
Menurut Nashori dan Mucharam (2002: 69) religi berakar kata
religare berarti mengikat. Ahli psikologi Wulff pernah memberikan
penjelasan tentang istilah ini, yaitu sesuatu yang dirasakan sangat dalam,
yang bersentuhan dengan keinginan seseorang, membutuhkan ketaatan dan
memberikan imbalan atau mengikat seseorang dalam suatu masyarakat.
Secara lebih komprehensif, ahli-ahli psikologi Glock & Stark
menandaskan bahwa religi adalah sistem, simbol , sitem keyakinan, sistem
nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya berpusat pada
persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi atau
ultimate meaning (Nashori dan Mucharam, 2002: 69).
Dari istilah agama dan religi muncul istilah keberagamaan atau
religiusitas (religiosity). Pengertian religiusitas adalah seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan
kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya (Nashori
seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas
agama Islam.
Menurut Elci dalam Sulistyo (2011: 3) religiusitas secara umum
dijelaskan berhubungan dengan kognisi (pengetahuan beragama, keyakinan
beragama) yang mempengaruhi, apa yang dilakukan dengan kelekatan
emosional dan perasaan emosional tentang agama, dan atau perilaku, seperti
kehadiran ditempat peribadatan, membaca kitab suci, berdoa.
Religiusitas menurut perspektif Islam adalah seluruh aspek kehidupan
umat Islam sebagaimana yang dimaksud dalam firman Allah dalam surat
Al-Baqarah ayat 208 yang berbunyi:
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Al Baqarah: 208).Religiusitas juga disebut nilai-nilai agama yang telah masuk ke dalam
diri manusia, yang kemudiannya memainkan peranan utama dalam upaya
pengembangan karakter manusia. Itu sebabnya dalam sejarah bangsa-bangsa
di dunia, banyak agama mengajarkan kebajikan adalah semacam perwujudan
Penelitian yang dilakukan oleh Mustofiah (2015) yang berjudul
“Pengaruh kepemimpinan Islami terhadap Kinerja Karyawan pada Rabbani
Semarang”. Skripsi ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Islami berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Selain itu, penelitian Riyadi (2011) yang berjudul “Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur”. Hasil analisis menunjukkan bahwa kompensasi finansial tidak mempengaruhi motivasi kerja maupun kinerja karyawan.
Sedangkan gaya kepemimpinan secara signifikan mempengaruhi motivasi kerja
maupun kinerja karyawan, dan motivasi kerja secara signifikan mempengaruhi
kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2015) berjudul “Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Pada Kinerja
Karyawan PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero) Tbk”. Menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap
kinerja.
Yusuf (2015) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Religiusitas
Dan Penyesuaian Diri Terhadap Kinerja Karyawan Perbankan Syariah Di
Kota Balikpapan”. Menyimpulkan bahwa religiusitas dan penyesuaian diri
memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan uraian dan konsep dan permasalah di atas maka penulis
tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan Islami,
motivasi kerja dan religiusitas terhadap kinerja karyawan. Judul yang diambil
Motivasi Kerja dan Religiusitas terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Waroeng Steak and ShakeCabang Semarang)”
B. Rumusan Masalah
Dari fokus di atas maka masalah yang dapat kami rumuskan adalah sebagai
berikut:
1. Apakah kepemimpinan Islami berpengaruh terhadap kinerja karyawan ?
2. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
3. Apakah religusitas berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh kepemimpinan Islami
terhadap kinerja karyawan di Waroeng Steak and Shake Cabang Semarang
2. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja karyawan di Waroeng Steak and Shake Cabang Semarang
3. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh religiusitas terhadap
kinerja karyawan di Waroeng Steak and Shake Cabang Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Waroeng Steak, hasil penelitian ini diharapkan menambah masukan
bagi perusahaaan yang terkait dengan masalah kepemimpinan Islami,
motivasi kerja dan religusitas. Hal tersebut sangat berguna terhadap kinerja
karyawan.
2. Bagi karyawan, melalui penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
motivasi kerja dan religiusitas terhadap kinerja karyawan, yang pada
akhirnya dapat membangkitkan semangat karyawan.
3. Bagi mahasiswa, menerapkan teori yang diperoleh dalam pembuatan karya
ilmiah yang berupa skripsi serta untuk menambah khazanah keilmuan dan
wawasan.
4. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini merupakan salah satu referensi
teoritis dalam pengembangan ilmu sosial.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
BABI Pendahuluan, dalam bab ini yang berisikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori, dalam bab ini terdapat empat bagian yaitu pertama
tinjauan pustaka yang berisi ringkasan penelitian terdahulu berkaitan
dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Kedua, kajian teori
berupa uraian yang berkaitan dengan topik penelitian yang diperoleh
dari buku, jurnal, artikel, media elektronik, dan lain-lain untuk
kemudian dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap
masalah. Ketiga, kerangka penelitian berisi kesimpulan dari tinjauan
pustaka yang digunakan untuk menyusun asumsi atau hipotesis. Bagian
keempat adalah hipotesis yang akan diuji.
BAB III Metodologi Penelitian, dalam bab ini menguraikan informasi jenis
diteliti, definisi operasional, jenis dan sumber data, populasi dan
penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis.
BAB IV Analisis Data, dalam bab ini menguraikan tentang gambaran
perusahaan yang menjadi objek penelitian, dijelaskan pula sejarah
singkat perusahaan, visi dan misi serta struktur organisasi perusahaan,
analisis data serta pembahasan hasil penelitian.
BAB V Penutup, dalam bab ini merupakan penutup dari penulisan yang terdiri
14
Pada bab telaah pustaka berisi temuan-temuan hasil penelitian yang terdahulu
yaitu yang dijelaskan oleh tabel 2.1 sebagai berikut:
signifikan terhadap kinerja pegawai.
Cabang
Semarang, dan metode dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Penelitian Mustofiah (2015), Maghfiroh (2012), Wijayanti dan Wajdi
(2012) menunjukkan bahwa kepemimpinan Islami berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Sedangkan penelitian Margareth (2012), Sugianto (2011) menunjukkan
bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti & Mulyani (2013), yang
hasilnya menunjukkan bahwa motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai. Penelitian Munparidi (2012) menunjukkan bahwa motivasi
kerja tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.
Penelitian Rohayati (2014) menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Pada penelitian ini,
penulis lebih berfokus untuk mengetahui apakah kepemimpinan Islami, motivasi
kerja dan religiusitas berpengaruh terhadap kinerja karyawan di Waroeng Steak
and Shake Cabang Semarang.
B. Kerangka Teori
1. Kepemimpinan Islami
a. Pengertian Kepemimpinan Islami
Kepemimpinan atau leadership termasuk kelompok ilmu terapan
rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Blackmard dalam Moedjiono (2002: 2) melihat
kepemimpinan sebagai sentralisasi usaha dalam diri seseorang sebagai
cerminan kekuasaan dari keseluruhan. Ordway Tead dalam Moedjiono
(2002: 3) melihat kepemimpinansebagai perpaduan dari berbagai sifat
yang memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk
mengerjakan beberapa tugas.
Moedjioni (2002: 3) para ahli teori sukarela (compliance
instruction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai
pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan
pemimpin.
Rivai dan Arifin (2009: 7) secara sederhana kepemimpinan itu
sendiri adalah kemampuan memperoleh konsensus dan keterikatan pada
sasaran bersama melampaui syarat-syarat oganisasi, yang dicapai
dengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di kelompok kerja.
Menurut James M. Black dalam Rivai dan Arifin (2009: 105)
kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya
bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai
atau melakukan suatu rujukan tertentu.
Ada banyak definisi tentang kepemimpinan, tetapi secara
mendasar leadership berarti mempengaruhi orang. Kepemimpinan
depan dan memiliki pengikut, baik orang tersebut menyesatkan atau
tidak. Ketika berbicara kepemimpinan maka ia akan berbicara
mengenai pemimpin, oang yang memimpin baik itu cara dan konsep,
mekanisme pemilihan pemimpin, dan lain sebagainya (Rivai dan Arifin,
2009: 112).
Dilihat dari ajaran Islam kepemimpinan merupakan kegiatan
menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang
diridhai Allah SWT (Nawawi, 1993: 28). Dalam Islam istilah
kepemimpinan dikenal dengan istilah khilafah, imamah dan ulil amri,
juga ada istilah ra‟in (Moedjiono, 2002: 10).
Menurut Ihsan Tanjung dalam Moedjiono (2002: 11)
kepemimpinan di dalam Islam pada hakekatnya adalah berkhidmat atau
menjadi pelayan umat. Kepemimpinan dalam Islam haruslah seorang
tokoh ulama yang benar-benar bertanggung jaawab penuh atas
kemaslahatan dan keselamatan umatnya.
Perbedaan pengertian kepemimpinan dalam Islam dan yang
dikemukakan oleh para teoritis adalah bahwa kepemimpinan dalam
Islam adalah dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi manusia sebagai
khilafah di muka bumi (Moedjiono, 2002: 11).
b. Prinsip Kepemimpinan Menurut Islam
Adapun prinsip-prinsip kepemimpinan menurut Islamyaitu:
1) Musyawarah
Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus
diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Alquran dengan jelas
menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai
pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang yang
berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik.
Melalui musyawarah memungkinkan seluruh komunitas
Islam akan turut serta berpartipasi dalam proses pembuatan
keputusan, dan sementara itu pada saat yang sama musyawarah
dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku para
pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula. Hal ini tercemin
dalam Q.S Asy-Syuura ayat 38 sebagai berikut:
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka (Q.S Asy-Syuura: 38).
Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang
secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Lepas dari suku
bangsa, warna kulit, keturunan, golongan strata dimasyarakat
ataupun agama. Al Qur’an memerintahkan setiap Muslim dapat berlaku adil bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para
penentang mereka.
Selain memegang prinsip keadilan sebagai dasar tegaknya
masyarakat Islam, pemimpin organisasi Islam juga patutnya
mendirikan badan peradilan internal atau lembaga hukum atau
semacam komisi arbitase untuk menyelesaikan berbagai perbedaan
atau sengketa dalam kelompok itu. Anggota-anggota tersebut
hendaknya dipilih dari orang-orang yang berpengalaman, arif dan
bijaksana.Sebagaimana Allah SWT berfiman An-Nisa ayat 58
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (Q.S An-Nisa: 58).
3) Kebebasan berfikir
Pemimpin yang baik adalah mereka yang memberikan ruang
dan mengundang anggota kelompok untuk mampu mengemukakan
kritiknya secara konstruktif. Mereka diberikan kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka dengan bebas, serta
harus dapat memberikan jawaban atas setiap masalah yang mereka
ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang pemimpin
hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berrfikir dan
pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling
menasihati satu sama lain, sehingga para pengikutnya merasa
senang mendiskusikan masalah atau persoalan yeng menjadi
kepentingan bersama. Maka Allah SWT berfiman dalam surat
Al-Kahfi ayat 54 sebagai berikut:
Dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi
manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam
perumpamaan dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah (Q.S Al-Kahfi: 54).
c. Aspek-Aspek Kepribadian Pemimpin
Nawawi (1993: 114) setiap pemimpin sebagai individu untuk
mewujudkan kepemimpinan yang efektif dan diridhai Allah SWT
dengan kepribadiannya sebagai orang yang beriman harus menampilkan
sikap dan perilaku sebagai berikut:
1. Mencintai kebenaran dan hanya takut pada Allah SWT
Pemimpin yang beriman harus bepegang teguh pada firman
Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 147 yang mengatakan bahwa:
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu (Al Baqarah: 147).
Pemimpin yang berpegang teguh pada dan terus-menerus
berusaha menegakkan kebenaran berdasarkan tuntutan ajaran Islam,
akan disegani, dihormati dan dipatuhi. Di samping itu karena
merupakan perwujudan iman/ketaqwaan, maka sesuai janji Allah
SWT bahwa pemimpin tersebut akan mendapat tempat yang mulia di
sisi-Nya. Pemimpin yang seperti itu akan selalu dekat dan
mengetahui serta ikut dalam suka dan duka orang-oang yang
2. Dapat dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai orang lain
Pemimpin yang dipercaya, mampu mempercayai orang lain dan
memiliki kepercayaan diri, merupakan pemimpin yang bertanggung
jawab. Pemimpin tidak senang mempermasalahkan orang lain
dengan maksud lari dari tanggung jawab. Sebaliknya selalu membela
anggota organisasinya, karena mempercayainya telah berbuat sesuatu
sesuai dengan perintah atau petunjuknya, yang mungkin saja tidak
tepat atau keliru. Firman Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 166,
sebagai berikut:
(yaitu) ketika orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.(Q.S Al-Baqarah: 166).
3. Memiliki kemampuan dalam bidang nya dan berpandangan luas
didasari kecerdasan (Intelegensi) yang memadai
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki kemampuan
kepemimpinan. Di samping itu pemimpin harus mengetahui juga
seluk-beluk bidang yang dikelola organisasinya, bahkan terdapat
atau keahlian yang memadai di bidangnya tersebut. Kecerdasan
dengan pengetahuan yang memadai, akan menghantarkan
seseorang menjadi pemimpin yang berpandangan luas, yang tidak
terbelenggu oleh disiplin ilmunya sendiri. Untuk itu Allah
berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 31 sebagai berikut:
Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (Q.S Ar-Rum : 31).
4. Senang bergaul, ramah tamah, suka menolong dan memberikan
petunjuk serta terbuka pada kritik orang lain
Seorang pemimpin harus berusaha mengisi pergaulan di
dalam organisasinya dengan menolong orang-orang yang
mengalami kesulitan. Di antara anggota organisasinya tidak
mustahil ada yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
volume dan beban kerjanya atau kesulitan pribadi lainnya.
Pemimpin harus berusaha cermat dengan tidak mudah marah, agar
setiap kekeliruan dan kesalahan dapat diselesaikan secara objektif
dan tuntas, tanpa menimbulkan masalah baru berupa kebencian dan
antipasti karena kemarahannya. Sehubungan dengan itu, Allah
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (Q.S Fushilat: 34).
5. Memilliki semangat untuk maju, semangat pengabdian dan
kesetiakawanan, serta kreatif dan penuh inisiatif
Pengabdian dan kesetiakawanan merupakan juga sebagai
perwujudan kesetiaan yang tinggi pada cita-cita organisasinya.
Kesetiaan itu akan tampil dalam kesediaan dan kerelaan berkorban,
bilamana orang-orang yang dipimpin dan organisasi memerlukannya.
6. Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan konsekuen,
berdisiplin serta bijaksana dalam melaksakannya
Keputusan yang cepat dan tepat sangat diperlukan dalam
menghadapi kondisi yang mendesak dan kritis. Kondisi itu tidak
memungkinkan pemimpin mengumpulkan orang lain untuk
bermusyawarah, karena akan terlambat dan berakibat merugikan.
Kebijaksanaan dan sikap konsekuen pemimpin tidak sekedar terlihat
hukuman, tetapi terlihat juga dalam berbagai kegiatan
kepemimpinannya yang lain.
7. Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani
Pemimpin yang sehat jasmani dan rohani serta beriman dalam
mengatasi rintangan, hambatan dan memecahkan masalah selalu
mampu bekerja sama, yang memungkinkan memperoleh pertolongan
yang terbaik dari anggota organisasinya.
d. Dasar-Dasar Kepemimpinan Dalam Islam (Moedjiono, 2002: 53)
1) Tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman sebagai
pemimpin bagi orang-orang Muslim karena bagaimanapun akan
mempengaruhi lebih lanjut terhadap kualitas keberagamaan rakyat
yang dipimpinnya.
2) Setiap kelompok orang bahkan dalam kelompok lebih dari tiga orang
diperlukan adanya pemimpin.
3) Pemimpin harus orang yang memiliki keahlian di bidangnya dan
kehancuran jika menyerahkan urusan umat kepada seseorang yang
bukan ahlinya atau tidak memiliki kemampuan untuk memimpin.
4) Pemimpin harus bisa diterima artinya mencintai dan dicintai
umatnya, mendoakan umat dan didoakan. Bukan sebaliknya dibenci
dan membenci, melaknat dan dilaknat umatnya.
5) Mengutamakan, membela, dan mendahulukan kepentingan umat,
menghilangkan segala bentuk kemungkaran, kekufuran, kekacauan
dan fitnah.
6) Disamping pemimpin harus sehat dan kuat, seorang pemimpin
memiliki sifat-sifat utama Rasul, yaitu: benar (shiddiq), terpercaya
(amanah) yakni bersedia memikul tanggung jawab dengan aman dan
tanpa keraguan, menyampaikan, melaksanakan tugas (tabligh), dan
cerdas (fathanah), serta menyukai persatuan dan benci perpecahan.
7) Islam mengajarkan bahwa setiap orang mempunyai kedudukan
kepemimpinan (leadership), bertanggung jawab terhadap
orang-orang yang dipimpinnya.
8) Tugas kepemimpinan adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah.
9) Tujuan kepemimpinan dalam Islam adalah agar urusan masyarakat
dapat berjalan dengan lancar.
10) Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin hendaklah
mengutamakan musyawarah.
Rivai dan Arifin (2009: 113) menetapkan empat dasar sifat
yang harus dipenuhi oleh para nabi yang pada hakikatnya adalah
pemimpin umatnya, yaitu:
a.Ash-shidq
Yakni kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap serta
berjuang melaksanakan tugasnya.
Atau kepercayaan, yang menjadikan dia memelihara
sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya baik dari Tuhan maupun
dari orang-orang yang di pimpinnya, sehingga tercipta rasa aman
bagi semua pihak.
c.Al-fathanah
Yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan
menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun.
d.At-Tabligh
Yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab atau dapat
diistilahkan dengan keterbukaan.
2. Motivasi Kerja
a. Pengertian Motivasi Kerja
Menurut J.W Atkinson dalam Depag (2004: 13) mengakui sulit
mendefiniskan motivasi karena tidak mempunyai arti yang tetap, dan
digunakan dalam cara yang sangat bervariasi. Namun secara umum
dapat diartikan bahwa motivasi adalah suatu proses mengarahkan pilihan
individu antara berbagai bentuk kegiatan sukarela.
Sementara itu John Capbell dalam Depag (2004: 13) memperkuat
pendapat J. W. Atkinson dengan menambahkan bahwa motivasi
menyangkut pengarahan perilaku, kekuatan menanggapi dan kegigihan
perilaku. Di dalamnya termasuk sejumlah konsep seperti dorongan,
Selanjutnya, Gitosudarmo dan Sudita dalam Depag (2004: 11)
mengatakan, motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
seseorang yang menggerakan, mengarahkan perilakunya untuk
memenuhi tujuan tertentu.
Robbins dalam Jusmaliani (2011: 180) mengartikan motivasi
sebagai kemauan untuk meningkatkan upaya ke arah pencapaian tujuan
organisasi dengan syarat hasil upaya tadi akan memuaskan sebagian
kebutuhan individu.
Stanley Vance mengatakan bahwa pada hakikatnya motivasi adalah
perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi
tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan
dilihat dari perspektif pribadi dan terutama organisasi (Danim, 2012:
15). Robert Dubin mengartikan motivasi sebagai kekuatan kompleks
yang membuat seseorang berkeinginan memulai dan menjaga kondisi
kerja dalam organisasi (Danim, 2012: 15).
Menurut Martoyo (1998: 155) bertolak dari kata motivasi tadi,
maka yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah sesuatu yang
menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Dari berbagai pengertian
motivasi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi kerja adalah dorongan dalam diri seseorang untuk
berperilaku dengan cara tertentu dalam pekerjaannya untuk mencapai
tujuan sesuai dengan sasaran organisasi maupun sasaran pribadi (Depag,
Lebih lanjut Ravianto dalam Depag (2004: 13) mengemukakan
bahwa motivasi kerja adalah besar kecilnya usaha yang diberikan
seseorang untuk melaksakan tugas-tugasnya. Dengan kata lain, motivasi
kerja merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perilaku
seseorang dalam melakukan sesuatu pekerjaan, tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Depag, 2004: 13)
b. Unsur-Unsur Motivasi
Motivasi mengandung beberapa unsur seperti diuraikan berikut ini
(Danim, 2012: 15), antara lain:
1. Tujuan
Manusia adalah mahluk bertujuan, meski tidak ada manusia
yang mempunyai tujuan yang benar-benar sama di dalam
mengarungi hidup ini. Manusia organisasioanal yang memiliki
motivasi tinggi senantiasa sadar bahwa antara tujuan dirinya
dengan tujuan organisasi sama sekali tidak terpisahkan atau
kalaupun terpisah, tidak terlalu senjang. Manusia organisasional
yang dimaksudkan di sini dan sejalan pula dengan uraian di atas
adalah mereka yang mau dan mampu berperilaku secara bertujuan.
2. Kekuatan dari dalam diri individu
Manusia adalah insan yang memiliki energi, apakah itu energi
fisik, otak, mental dan spiritual dalam arti luas. kekuatan ini
berakumulasi dan menjelma dalam bentuk dorongan batin
optimal secara pelayanan, efisien secara pembiayaan, akurat
dilihat dari tujuan yang ingin dicapai, serta mampu memuaskan
klien atau pengguna.
3. Keuntungan
Bahwa manusia bekerja ingin mendapatkan keuntungan
adalah manusiawi, meski harus dihindari sikap yang hanya ingin
bekerja manakala ada keuntungan langsung (direct profit) yang
akan diperoleh.
c. Faktor-Faktor Motivasi Kerja
Menurut Chung & Megginson dalam Gomes (2003: 180) motivasi
seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit,
karena motivasi melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor
organisasional. Faktor-faktor yang sifatnya individual adalah:
a. Kebutuhan-kebutuhan (needs)
b. Tujuan-tujuan (goals)
c. Sikap (attitudes)
d. Kemampuan-kemampuan (abilities)
Sedangkan yang tergolong pada faktor-faktor yang berasal dari
organisasional meliputi:
a. Pembayaran atau gaji (pay)
b. Keamanan pekerjaan (job security)
c. Sesama pekerja (co-workers)
e. Pujian (praise)
f. Pekerjaan itu sendiri (job itself)
Sedangkan menurut Rivai dan Arifin (2009: 196) motivasi kerja
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakin:
a. Pengaruh lingkungan fisik
b. Pengaruh lingkungan sosial terhadap motivasi
c. Kebutuhan pribadi
d. Prinsip Dalam Memotivasi Kerja Pegawai (Mangkunegara, 2007: 100), yaitu:
a. Prinsip partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan
kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan
dicapai oleh pemimpin.
b. Prinsip komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi
yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
c. Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai
andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan
d. Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada
pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan
terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai
yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh pemimpin.
e. Prinsip memberikan perhatian timbal balik
Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan
pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang
diharapkan oleh pemimpin.
e. Teknik Memotivasi Kerja Karyawan
Beberapa teknik memotivasi kerja pegawai, antara lain
(Mangkunegara, 2007: 101), antara lain:
1) Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai
Pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamental yang
mendasari perilaku kerja. Abraham Maslow mengemukakan
hierarki kebutuhan pegawai sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan rasa aman
c. Kebutuhan sosial
d. Kebutuhan harga diri
e. Kebutuhan aktualisasi diri.
Merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang
dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis.
Teknik ini dirumuskan: “AIDDAS” A = Attention (perhatian)
I = Interest (minat)
D = Desire (hasrat)
D = Decision (keputusan)
A = Action (aksi/tindakan)
S = Satisfaction (kepuasan)
f. Teori Motivasi
Menurut Siagian (1989: 146) teori motivasi antara lain:
1) Teori kebutuhan sebagai hirarki
Salah satu pelopor yang mendalami teori motivasi adalah
Abraham H. Maslow yang berkarya sebagai ilmuwan dan
melakukan usahannya pada pertengahan dasawarsa empatpuluh.
Keseluruhan teori yang dikembangkan oleh Maslow berintikan
pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat
diklasifikasikan pada lima hirarki kebutuhan, yaitu terlihat pada
Gambar 2.1
Hierarki Kebutuhan Maslow
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan inidipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar
bukan saja karena setiap orang membutuhkannya terus menerus
sejak lahir hingga ajalnya, akan tetapi juga karena tanpa pemuasan
berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak akan dikatakan hidup
normal.
2.Kebutuhan akan keamanan
Merupakan kebutuhan pada tingkat kedua. Orang mempunyai
harapan untuk dapat memenuhi standar hidup yang dianggap wajar.
Bila kebutuhan akan akan rasa aman ini belum terpenuhi maka
orang akan merasa takut sekali akan kehilangan pekerjaan atau
kehilangan pendapatannya.
3.Kebutuhan sosial
kebutuhan untuk aktualisasi diri
kebutuhan harga diri
kebutuhan sosial kebutuhan akan
Dalam kehidupan organisasional manusia sebagai mahluk sosial
mempunyai berbagai kebutuhan yang berkisar pada pengakuan
akan keberadaan seseorang dan penghargaan atas harkat dan
martabatnya.
4.Kebutuhan harga diri
Salah satu ciri manusia ialah bahwa dia mempunyai harga diri.
Karena itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan
dan statusnya oleh orang lain.
5.Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Dalam meniti karir, seseorang ingin agar potensinya itu
dikembangkan secara sistematik sehingga menjadi kemampuan
efektif. Dengan pengembangan demikian, seseorang dapat
memberikan sumbangan yang lebih besar bagi kepentingan
organisasi.
3. Religiusitas
a. Pengertian Religiusitas
Harun Nasution menurut pengertian agama berdasarkan asal kata,
yaitu, al-Din, religi(relegere, religare) dan agama. Al-Din (semit) berarti
undang-undang atau hukum. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau
relegere berarti mengumpulkan dan membaca, sedangkan religare berarti
mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi yang
mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-temurun
Menurut Nashori dan Mucharam (2002: 69) istilah religi (religio,
bahasa latin, religion, bahasa inggris) agama dan din (ad-diin bahasa
arab) walaupun secara etimologis memilliki arti sendiri-sendiri, namun
secara terminologis dan teknis istilah di atas berinti makna sama. Nashori
dan Mucharam (2002: 70) secara lebih komprehensif, ahli-ahli psikologi
agama Glock & Stark menandaskan bahwa religi adalah sistem simbol,
sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan,
yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai
sesuatu yang paling maknawi (ultimate meaning).
Sementara itu Michel Mayer dalam Nashori dan Mucharam (2002:
70) berpendapat bahwa religi adalah seperangkat aturan dan kepercayaan
yang pasti untuk membimbing manusia dalam tindakannya terhadap
Tuhan, orang lain, dan diri sendiri.
Menurut Nashori dan Mucharam (2002: 71) religiusitas diartikan
seberapa sebagai jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa
pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas
agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat
diketahhui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan
penghayatan atas agama Islam.
Muhaimin dalam Sahlan (2011: 38) keberagaman (religiusits) tidak
selalu identik dengan agama. Agama lebih menunjuk kepada
kelembagaan kebaktian kepada Tuhan, dalam aspek yang resmi, yuridis,
atau religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuh hati nurani”
pribadi. Oleh karena itu, religiusitas lebih dalam dari agama yang tampak
formal.
Ancok (Sahlan, 2011: 41) keberagaman atau religiusitas seseorang
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupannya. Aktifitas beragama bukan
hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah),
tetapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan
supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan
dapat dilihat dengan mata, tetapi juga yang tidak tampak dan terjadi
dalam hati seseorang. Perpektif Islam tentang religiusitas dijelaskan
dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 208 sebagai berikut:
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Q.S Al-Baqarah: 208).b. Dimensi Religiusitas
Glock dan Stark dalam Subandi (2013: 87) ada lima aspek dimensi
religiusitas, yaitu:
yaitu tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang
dogmatis dalam agamanya. Misalnya dalam agama Islam, dimensi
keyakinan ini mencakup dalam rukun iman yang terdiri dari iamn
kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada Rasul
Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada hari kiamat, dan
iman kepada takdir.
2)Religious Practice(the ritualistic dimension)
Yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Dalam agama Islam, dimensi ini
dikenal dengan rukun Islam, yaitu: mengucapkan kalimat syahadah,
melaksanakan shalat, membayar zakat, melaksanakan puasa bulan
ramadhan dan menjalankan haji bagi yang mampu.
3)Religious Feeling (the experiential dimension) atau dimensi
pengalaman dan penghayatan beragama
Yaitu perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman keagamaan
yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya dekat dengan Tuhan,
merasa takut berbuat dosa atau merasa doa yang dikabulkan,
diselamatkan Tuhan dan sebagainya. Di dalam agama Islam aspek ini
banyak dibicarakan dalam ilmu Tasawuf yang dikenal dengan aspek
ihsan.
4)Religious Knowledge (the intelectual dimension) atau dimensi
Yaitu seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran
agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci maupun lainnya.
Dimensi ini bias disebut juga sebagai dimensi ilmu. Di dalam agama
Islam dimensi ini termasuk dalam pengetahuan tentang ilmu fiqih,
ilmu tauhid dan ilmu tasawuf.
5)Religious Effect (the consequential dimension)
Yaitu dimensi yag mengukur sejauh mana perilaku seseorang
dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial.
Misalnya apakah dia mengunjungi tetangganya yang sakit, menolong
orang yang kesulitan, mendermakan harta dan sebagainya. Dimensi
ini bisa disebut juga sebagai dimensi amal.
Sedangkan menurut Nashori dan Mucharam (2002: 74) membagi
agama Islam dalam lima dimensi, yaitu:
1.Dimensi akidah (iman atau ideologi)
Dimensi akidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap
rukun iman (iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari
pembalasan, serta qadha dan qadar).
2.Dimensi ibadah (ritual)
Dimensi ibadah (ritual) berkaitan dengan frekuensi, intensitas, dan
pelaksanaan ibadah seseorang.
Dimensi amal ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk aagama untk
merealisasikan ajaran-ajaran agama yangdianutnya dalam kehidupan
sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama.
4.Dimensi ihsan (penghayatan)
Dimensi ihsan berkaitan dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat
dan dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
5.Dimensi ilmu (pengetahuan)
Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang
terhadap ajaran-ajaran agamanya.
c. Faktor-Faktor Religiusitas
Thouless (1995: 20) Faktor-faktor itu terdiri dari empat kelompok
utama: pengaruh-pengaruh sosial, berbagai pengalaman, kebutuhan dan
proses pemikiran. Thouless menyebutkan beberapa faktor yang mungkin
ada dalam perkembangan sikap keagamaan akan dibahas secara rinci
yaitu:
1. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial
(faktor sosial)
Ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap
keagamaan itu. Pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, dan
tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan
berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.
2. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keagamaan, terutama
a. Keindahan, keselarasan, dan kebaikan di dunia lain (faktor
alami)
b. Konflik moral (faktor moral)
c. Pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif)
3. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dan
kebutuhan-kubutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan-kebutuhan
terhadap:
a. Keamanan
b. Cinta kasih
c. Harga diri
d. Ancaman kematian.
4. Berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual)
Faktor terakhir yang seharusnya dipertimbangkan adalah
peranan yang dimainkan oleh penalaran verbal dalam perkembangan
sikap keagamaan itu.
Dari berbagai teori tentang religiusitas yang telah diuraikan,
penelitian ini akan, penelitian ini akan menggunakan acuan dari teori
Glock dan Stark bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas
yaitu dimensi ideologi, dimensi intelektual, dimensi ritualis, dimensi
4. Kinerja Karyawan
a. Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan
untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi
pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti
biaya-biaya masa lalu atau diproyeksikan, dengan dasar efisiensi,
pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.
Menurut Ainsworth,Smith, dan Millership (Fattah, 2014: 12)
bahwa kinerja berarti suatu hasil akhir. Kinerja adalah titik akhir orang,
sumber daya, lingkungan tertentu yang dikumpulkan bersama-sama
dengan maksud untuk menghasilkan hal-hal tertentu, apakah produk yang
kasat mata atau jasa yang kurang terlihat langsung.
Pendapat diatas menitik beratkan bahwa kinerja seorang
pegawai/karyawan adalah hasil atau keluaran (outcomes) dari sebuah
pekerjaan yang ditugaskan dalam suatu organisasi/institusi (Fattah, 2014:
12).
Kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2007: 67) adalah hasil
kerja secara kualitatif dan kuantitatif yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang dalam melakukan
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai
dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2007: 67) yang
merumuskan bahwa:
Human performanace = ability + motivation
Motivation = attitude + situation
Ability =knowledge + skill
1) Faktor kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge +
Skill) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatanya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari hari, maka ia akan
lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu,
pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya (the right man in the right place, the right man on the
right job).
2) Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi
yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai
c. Indikator Kinerja
Menurut Robert L.Mathis dan Jackson dalam Mustofiah (2015:
28), kinerja pada dasarnyaadalah apa yang dilakukan oleh karyawan.
Kinerja karyawan yang umum untukkebanyakan pekerjaan meliputi
elemen sebagai berikut:
a) Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam
istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan
karyawan dan jumlah yang dihasilkan.
b) Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
ketrampilan dan kemampuan karyawan.
c) Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu
aktivitas yang diselesaikan di awal sampai menjadi output.
d) Kehadiran yaitu kehadiran karyawan di perusahaan baik dalam
masuk kerja, pulang kerja, izin maupun keterangan yang seluruhnya
mempengaruhi kinerja karyawan itu.
e) Kemampuan bekerjasama adalah kemampuan seseorang tenaga
kerja untuk bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan
suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai
Pendapat lain, terdapat tujuh indikator kinerja. Dua diantaranya
mempunyai peran sangat penting, yaitu tujuan dan motif.
Gambar 2.2 Indikator kinerja
Sumber: Paul, Kenneth H Blachard, dan Dewey E. Johnson, Management of Organization Behavior, 1996 (dalam Wibowo, 2010:
102)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin
dicapai di masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan
menunjukkan arah ke mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah
tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan, diperlukan kinerja individu, kelompok, dan organisasi. Kinerja
individu maupun organisasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.
b) Standar
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan
dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan
tercapai.
Goals
Standard Feedback Competence
Opportunity Means