• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIONOMY OF Anopheles punctulatus GROUP (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus) MALARIA VECTOR IN PAPUA PROVINCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BIONOMY OF Anopheles punctulatus GROUP (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus) MALARIA VECTOR IN PAPUA PROVINCE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BIONOMI VEKTOR MALARIA KELOMPOK Anopheles punctulatus(Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus) DI PROVINSI PAPUA

BIONOMY OF Anopheles punctulatus GROUP (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus) MALARIA VECTOR IN PAPUA PROVINCE

Semuel Sandy*

*Balai Litbang Biomedis Papua

Jl. Kesehatan No.10 Dok II Jayapura, Papua, Indonesia E-mail: mercury.sandy56@gmail.com

Received date: 14/11/2013, Revised date: 27/3/2014, Accepted date: 1/4/2014

ABSTRAK

Malaria merupakan masalah kesehatan utama di Provinsi Papua dengan angka Annual Parasite Incidence (API) pada tahun 2011 sebesar 58 per 1000 penduduk dan Annual Malaria Incidence (AMI) sebesar 169 per 1000 penduduk. Vektor malaria Papua dilaporkan Anopheles farauti, An. punctulatus dan An. koliensis. Tiga spesies tersebut aktif menggigit pada malam hari (nokturnal), antropofilik dengan karakteristik tempat perkembangbiakan, aktifitas menggigit, dan tempat istirahat dilaporkan spesifik setiap spesies. Kajian ini untuk melihat beberapa aspek bionomi (tempat perkembangbiakan, aktifitas menggigit, dan tempat istirahat. Larva An. farauti memiliki habitat di daerah pantai, perairan payau (memiliki toleransi terhadap salinitas 4,6%), irigasi buatan atau alami. Nyamuk dewasa An. farauti betina bersifat nokturnal, eksofagik, eksofilik, dan antropofilik. Larva An. koliensis tidak ditemukan di perairan payau, banyak ditemukan di hutan rawa, hutan sagu, kolam semi permanen atau permanen yang dangkal dan terpapar sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa An. koliensis bersifat nokturnal, antropofilik (78% menggigit manusia), eksofagik, eksofilik sedangkan larva An. punctulatus tidak ditemukan di air payau, tetapi ditemukan pada kolam dengan air jernih atau keruh dengan vegetasi atau tanpa vegetasi air. Larva An. punctulatus juga ditemukan di hutan sagu dan hutan rawa dengan paparan sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa An. punctulatus bersifat nokturnal, antropofilik (98% menggigit manusia), eksofagik, endofilik. Data dasar mengenai perilaku nyamuk Anopheles (bionomi) sangat diperlukan dalam mengembangkan pola intervensi dan kontrol vektor yang lebih efektif dan efisien.

Kata kunci: vektor malaria, An. punctulatus group, bionomi, Papua

ABSTRACT

Malaria is a major health problem in Papua province with Annual Parasite Incidence (API) was reported 58/1000 population in 2011, and the Annual Malaria Incidence (AMI) was 169/1000 population. The malaria vector in Papua were Anopheles farauti, An. punctulatus and An. koliensis. These three species were nocturnal, antrophopilic with the diferrence bionomics such as breeding habitats, biting activity, and resting places. The aim of this study was to determine the bionomic aspects of the malaria vectors (resting places, biting activity and breading habitats) in the study areas. The larvae of An. farauti was reported found at coastal, area with brackish water (salinity ± 4.6 %), natural or artificial irrigation canals. Adult female mosquitoes of An. farauti were found nocturnal, eksofagik eksofilik , and antrophopilic habit. An. koliensis larvae not found in brackish, they were found in the swamp and sago forest, semipermanent or permanent ponds which shallow and exposed to direct sunlight . Adult mosquitoes of An. koliensis were nocturnal, antrophopilic (78% human bites), eksofagik, eksofilik. The larvae of An. punctulatus was not found in brackish water, it was found in a pool with clear or turbid water which presence or no water vegetation, the larvae of An. punctulatus also found in sago and swamp forest with exposure to direct sunlight. Adult mosquites of An. punctulatus were nocturnal, antrophopilic (98% human bites), eksofagik, endofilik. Basic data on the behaviour of Anopheles spp (bionomic) is necessary in developing effective and efficient intervention pattern and control vector.

Key words: malaria vector, An. punctulatus group, bionomic, Papua

PENGANTAR REDAKSI

BALABA edisi Volume 10 No. 1 Juni 2014 memuat artikel mengenai chikungunya, kartu penderita malaria, vaksin Dengue, vektor malaria, spasial DBD, biji jarak, tikus, dan leptospirosis. Artikel yang mengawali edisi ini berjudul

Selanjutnya, disusul artikel kedua dengan judul

Artikel ketiga berjudul

Artikel keempat berjudul

Artikel kelima berjudul

Artikel keenam berjudul

Artikel ketujuh berjudul

Artikel terakhir yang menutup edisi ini berjudul

Salam,

Dewan Redaksi

“Distribusi Spasial Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.” Artikel ini berisi tentang menganalisis faktor risiko spasial yang berpengaruh terhadap kejadian DBD menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis dan informasi sebaran DBD secara keruangan.

“Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Merah (Jatropha gossypiifolia), Jarak Pagar (J. curcas) dan Jarak Kastor (Riccinus communis) Famili Euphorbiaceae terhadap Hospes Perantara Schistosomiasis, Keong Oncomelaniahupensislindoensis” mengkaji tentang efektifitas fraksi ekstrak biji jarak merah, biji jarak pagar dan biji jarak kastor terhadap keong O. h. lindoensis.

“Kewaspadaan Dini Kejadian Leptospirosis di Desa Selandaka Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2013.” Artikel ini mengungkap mengenai identifikasi rodensia jenis tikus sebagai hewan penular leptospirosis, keberadaan bakteri Leptospira pada tikus dan manusia.

“Gambaran Pemanfaatan Kartu Penderita Malaria sebagai Upaya Pemantauan Pengobatan Malaria Vivax (Studi Kasus di Puskesmas Wanadadi I dan Banjarmangu I, Kabupaten Banjarnegara).” Artikel ini mengungkap mengenai kelengkapan pengisian kartu penderita malaria, ketepatan waktu dan kelengkapan follow up.

“Identifikasi Tikus dan Cecurut di Kelurahan Argasoka dan Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014.” Artikel ini menceritakan tentang identifikasi jenis tikus yang tertangkap.

“Faktor Risiko Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Chikungunya di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara Tahun 2014” mengungkap deskripsi KLB dan faktor risiko yang berhubungan terhadap kejadian KLB demam chikungunya.

“Vaksin Dengue, Tantangan, Perkembangan dan Strategi.” Artikel ini membahas tantangan yang dihadapi dalam perkembangan vaksin dan strategi yang dilakukan untuk mempercepat penyediaan vaksin Dengue.

(2)

A N O P H E

habitats) in the study areas. The larvae of An. farauti was reported found at coastal, area with brackish water (salinity ± 4.6 %), natural or artificial irrigation canals. Adult female mosquitoes of An. farauti were found nocturnal, eksofagik eksofilik, and antrophopilic habit. An. koliensis larvae not found in brackish, they were found in the swamp and sago forest, semipermanent or permanent ponds which shallow and exposed to direct sunlight. Adult mosquitoes of An. koliensis were nocturnal, antrophopilic (78% human bites), eksofagik, eksofilik. The larvae of An. punctulatus was not found in brackish water, it was found in a pool with clear or turbid water which presence or no water vegetation, the larvae of An. punctulatus also found in sago and swamp forest with exposure to direct sunlight. Adult mosquites of An. punctulatus were nocturnal, antrophopilic (98% human bites), eksofagik, endofilik. Basic data on the behaviour of Anopheles spp (bionomic) is necessary in developing effective and efficient intervention pattern and control vector.

Key words: malaria vector, An. punctulatus group, bionomic, Papua

PENDAHULUAN Tengara Timur, dan Papua. Nyamuk An. farauti, An. Parasit malaria ditularkan melalui gigitan koliensis dan An. punctulatus merupakan vektor

6

nyamuk Anopheles betina. Siklus hidup nyamuk utama malaria di Papua. Penelitian bioekologi vektor dan parasit malaria sangat dipengaruhi faktor vektor malaria di Papua masih sangat sedikit iklim (curah hujan, suhu, dan kelembaban). Curah sehingga diperlukan informasi sehubungan hujan berkaitan dengan tempat perkembangbiakan epidemiologi malaria guna penentuan kebijakan (breeding habitat), sedangkan suhu dan kelembaban pengendalian yang efektif dan efisien.

berkaitan dengan perkembangan parasit malaria Salah satu metode dalam penanggulangan 1

dalam tubuh nyamuk vektor. Malaria tersebar di transmisi malaria adalah pengendalian populasi sekitar 100 negara di daerah tropis dan sub tropis vektor malaria dengan cara mempelajari dan seperti India, Amerika Selatan, Afganistan, Sri mengumpulkan data entomologi vektor (ekologi dan Lanka, Thailand, Indonesia, Vietnam, Kamboja, bionomi vektor), membuat pemetaan fauna serta

2 7

Cina, Filipina, Amerika Tengan dan Afrika. melakukan kontrol populasi. Indikator kuantitatif Kejadian malaria tergantung pada kondisi geografis, malaria dapat ditentukan menggunakan parameter demografi dan adanya vektor Anopheles yang Entomological Inoculation Rate (EIR). Indikator menularkan parasit Plasmodium spp. Kejadian tersebut menunjukkan hubungan Human Bitting malaria dipengaruhi oleh lingkungan (ekologis), Rate (HBR) dan sporozoite rate (persentase nyamuk iklim, keberadaan vektor dan bionominya, serta Anopheles ditemukan mengandung sporozoit pada

8

perilaku masyarakat. Peranan Anopheles sebagai kelenjar saliva). Hubungan EIR dengan prevalensi vektor malaria telah banyak dilaporkan melalui malaria di suatu daerah menunjukkkan intensitas

9

penelitian baik pemeriksaan secara uji ELISA transmisi malaria. Data entomologi dan tersedianya (deteksi antigen sporozoit) maupun secara peta vektor Anopheles sangat membantu kebijakan mikroskopis dengan cara pembedahan kelenjar pengendalian populasi vektor Anopheles.

3

ludah (salivary gland) nyamuk Anopheles. Pengendalian dapat dilakukan menggunakan bahan Dilaporkan 420 spesies Anopheles, 70 spesies kimia atau secara hayati dengan menggunakan diantaranya merupakan vektor malaria dan 23 metode aplikasi yang sesuai bionomi vektor.

4,5

spesies kembar. Di Indonesia ditemukan 80 spesies

Anopheles, 22 spesies diantaranya telah METODE

Metode penulisan artikel adalah studi literatur dikonfirmasi sebagai vektor malaria dan tersebar

dengan menelusur artikel jurnal yang terkait dengan lokal spesifik. Vektor malaria utama di Indonesia

bionomi nyamuk kelompok An. punctulatus (An. Timur, khususnya di Provinsi Papua termasuk

faruti, An. koliensis An. punctulatus)

Anopheles punctulatus group yaitu An. farauti An. , dan di Pulau 3,4

koliensis dan An. punctulatus. Papua. Spesies vektor malaria di setiap daerah

berbeda tergantung pada faktor geografis, kondisi PEMBAHASAN lingkungan biologi, fisik (suhu dan kelembaban),

1. Bionomi Anopheles farauti Laveran (1902) dan kimia (pH dan salinitas). Kondisi tersebut

Anopheles farauti Laveran dilaporkan menyebabkan perbedaan respon setiap spesies di

sebagai spesies kompleks (8 spesies) dan ekosistem tersebut yang berdampak terhadap

termasuk dalam An. punctulatus group. Nyamuk perilaku kehidupan (bionomi). Pengetahun tentang

betina merupakan vektor malaria (ada juga bionomi Anopheles sangat diperlukan untuk

dilaporkan sebagai vektor limfatik filariasis menentukan strategi pengendalian malaria di

Wuchereria bancrofti) sama seperti An. masyarakat, sehingga strategi pemberantasan kasus

punctulatus dan An. koliensis. Dilaporkan malaria dapat dilakukan secara efektif dan efisien

b a h w a A n . f a r a u t i b e t i n a d i t e m u k a n sesuai kondisi setempat. Kelvey menyatakan bahwa

mengandung sporozoit (Plasmodium falcifarum hubungan antara spesies nyamuk Anopheles dengan

dan Plasmodium vivax) di Papua bagian selatan lingkungan serta sosial budaya, merupakan kunci

(Mapurajaya, Tipuka, Timika, dan Atuka) dan 5,6,7

penting dalam epidemiologi penyakit malaria. 10

bagian utara (Arso dan Armopa). Tingkat Malaria merupakan masalah utama kesehatan

kepadatan An. farauti lebih kecil ditemukan di di Indonesia, khususnya di daerah Maluku, Nusa

bagian selatan Papua (< 5%). Kondisi tersebut

(3)

eksofilik. The larvae of An. punctulatus was not NLM: WC 528

found in brackish water, it was found in a pool with Dewi Marbawati, Tri Wijayanti

clear or turbid water which presence or no water (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, vegetation, the larvae of An. punctulatus also found Banjarnegara)

in sago and swamp forest with exposure to direct

sunlight. Adult mosquites of An. punctulatus were D E N G U E VA C C I N E , C H A L L E N G E S ,

nocturnal, antrophopilic (98% human bites), DEVELOPMENT AND STRATEGIES

eksofagik, endofilik. Basic data on the behaviour of

Anopheles spp (bionomic) is necessary in BALABA

developing effective and efficient intervention Vol. 10 No.12, Juni 2014, Pages. 39-46 pattern and control vector.

Dengue fever is endemic in more than 100 countries Key words: malaria vector, An. punctulatus group, in the world. The effective dengue antiviral drug has

bionomic, Papua not been found yet, and vector control is considered

less effective. Prevention program by vaccination is needed. An ideal dengue vaccine should be

NLM: WC 500 inexpensive, covering four serotypes (tetravalent),

Frans Yosep Sitepu, Emilda Arasanti, Amri Rambe effective in providing immunity, given once a

(North Sumatera Province Health Official) lifetime, safe, stable in storage and genetically.

Several vaccine candidates have been and are being

RISK FACTORS OF CHIKUNGUNYA FEVER developed included attenuated tetravalent vaccine,

O U T B R E A K I N B ATA N G TO R U S U B - ChimeriVax, sub- unit vaccines and DNA vaccines.

DISTRICT, SOUTH TAPANULI DISTRICT, Dengue vaccine is seen as an effective and

NORTH SUMATERA, 2014 sustainable approach to controll Dengue infection.

In 2003, Pediatric Dengue Vaccine Initiative (PDVI)

BALABA has been formed as an international consortium

Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 31-38 involved in advocacy to convince the international

community about the essence and urgency of

Chikungunya fever is a vector-borne disease with Dengue vaccine. Indonesian Dengue vaccine

high morbidity rates it caused socioeconomic consortium is currently working to develop a

impact. On 17 January 2014, an outbreak of Dengue vaccine using locally virus strain. Chikungunya fever was reported in Batang Toru

Sub-district, South Tapanuli District, North Key words: Dengue, virus, vaccine

Sumatera. The total number of cases were 74 with no fatalities. An analytical study with case control

design was undertaken to determine the risk factors NLM: WC 755

of the outbreak. The cases were population with Semuel Sandy

major clinical symptoms of Chikungunya, such as (Biomedical Institute of Health Research and

fever, arthralgia, myalgia, rash and headache. Development, Papua)

Controls were neighbours of the cases who did'nt

have clinical symptoms of chikungunya. The study BIONOMY OF Anopheles punctulatus GROUP

used bivariate analyses with chi-square and logistic (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles

regression (95% confidence level). Some patient's punctulatus) MALARIA VECTOR IN PAPUA

blood were tested with rapid diagnostic test (RDT) of PROVINCE

IgM Chikungunya. The bivariate analysis showed

that variable associated with the incidence of BALABA

chikungunya were sleeping without bednets in the Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 47-52 morning anf afternoon (p- value: 0,000; OR= 4.825,

CI= 2.379-9.782) and the mosquitoes larvaes in the Malaria is a major health problem in Papua province

water reservoirs around the house (p-value: 0.013; with Annual Parasite Incidence (API) was reported

OR=3.837; CI=1.322-11.131). The result of RDT 58/1000 population in 2011, and the Annual Malaria confirmed that two of seven cases were positive for Incidence (AMI) was 169/1000 population. The IgM Chikungunya. Outbreak of chikungunya fever malaria vector in Papua were Anopheles farauti, An.

was confirmed. Chikungunya transmission occured punctulatus and An. koliensis. These three species continuosly and the source of transmission was more were nocturnal, antrophopilic with the diferrence

than one person. bionomics such as breeding habitats, biting activity,

and resting places. The aim of this study was to Key words: risk factor, outbreak, chikungunya fever determine the bionomic aspects of the malaria vectors (resting places, biting activity and breading

berbeda dengan spesies An. punctulatus group tanaman air kangkung. Kadar garam air kolam

11 , 1 2

lain. Tetapi kepadatan tinggi pernah 0‰ dan pH 6 – 8 dengan suhu 26 - 30°C.

dilaporkan di Papua bagian utara (> 50%).13, 14 Nyamuk dewasa An. farauti tidak ditemukan

Distribusi An. farauti Laveran yaitu di istirahat di dalam rumah pada siang hari.

Papua dan Kepulauan, Papua New Guinea Sedangkan nyamuk An. farauti paling banyak

(PNG), Moluccas (Maluku), New Hebrides, ditemukan istirahat di luar rumah di tempat

Kepulauan Bismarck, Kepulauan Salomon, dan teduh seperti di dalam ban mobil bekas atau

Australia. Anopheles farauti banyak ditemukan drum, rerumputan, pokok pohon pisang,

celah-di alam bebas. Larva An. farauti berkembang celah tumpukan batu dan tumbuhan semak.

biak pada kondisi alami atau buatan. Habitat Aktifitas menggigit spesies ini sepanjang malam larva An. farauti ditemukan di daerah pantai di luar rumah dan kepadatan meningkat pada

19 dengan air payau (larva An. farauti memiliki bulan Januari, Februari sampai dengan Mei.

12

toleransi terhadap salinitas air (4,6%), air 2. Bionomi Anopheles koliensis Owen (1945)

irigasi buatan (aliran air selokan/parit) atau Anopheles koliensis Owen termasuk

alami (aliran sungai) dengan atau tanpa adanya dalam kelompok An. punctulatus dan merupakan

vegetasi (vegetasi Ipomea aquatic). Larva An. vektor primer malaria. Metselaar melaporkan farauti juga ditemukan pada genangan air pada dari 1.748 nyamuk yang ditangkap dan dibedah

lubang kayu/bambu, tempurung kelapa dan kelenjar salivanya, ditemukan 11 nyamuk An.

20

drum. Perilaku nyamuk An. farauti dewasa koliensis positif sporozoit (0,63%). Penelitian

tergantung pada lokasi geografis. Penelitian yang dilakukan di Mimika-Papua ditemukan

yang dilakukan Pranoto dan Munif di bagian sporozoite rate 0,3% dengan mengunakan

timur laut Papua (Sorong), dilaporkan metode CSP-ELISA (deteksi sirkum sporozoit

perbandingan rasio human biting indoor dan (CSP) menggunakan ELISA) dan indeks

outdoor 1:8. Hal ini menggambarkan sifat transmisi malaria entomological inoculation eksofagik spesies An. farauti di tempat ini. Studi rate (EIR) 0,17.2 Spesies ini dapat ditemukan di

longitudinal di daerah bagian timur laut Papua Papua, Kepulauan Guadalcana dan Papua New

(Jayapura) perbandingan rasio human biting Guinea di daerah dengan ketinggian 800 – 1700

20

indoor dan outdoor 1:3. Hal ini mengambarkan m dpl.

15 sifat eksofagik yang rendah dari An. farauti.

Larva An. koliensis Owen dapat

Kebiasaan menggigit An. farauti pada pukul

ditemukan pada kolam rawa di sepanjang hutan, 02.00 atau 03.00 dini hari.14 diurnal di kawasan hutan dan sering ditemukan

terpapar cahaya matahari langsung ataupun tidak

istirahat (resting) di dalam rumah. Tempat 22

langsung. Larva ini tidak ditemukan di air istirahat nyamuk An. farauti tergantung pada

payau dan tidak ditemukan bersamaan dengan

setiap habitat dan lokasi geografis. Nyamuk An. 17

larva An. farauti dan An. punctulatus.

farauti istirahat setelah menghisap darah di

Keberadaan perindukan larva An. koliensis

dalam rumah (endofilik), kemudian istirahat

berhubungan dengan keberadaan tempat tinggal pada habitat aslinya di luar rumah (eksofilik)

manusia. Nyamuk dewasa An. koliensis betina pada siang hari di tempat lembab dengan

menyukai darah manusia (antropofilik) dan temperatur udara optimum. Anopheles farauti

darah hewan (zoofilik) seperti anjing, babi dan dapat ditemukan di daerah sampai ketinggian

burung. Anopheles koliensis lebih menyukai 800 - 2250 meter, dengan jarak terbang

menghisap darah manusia (78%). Kebiasaan d i l a p o r k a n ± 1 k m d a r i h a b i t a t

menggigit tergantung dari lokasi geografis. 15,16,17

perkembangbiakannya.

Nyamuk dewasa An. koliensis betina ditemukan 18

Munif, dkk melaporkan bahwa habitat

lebih banyak menggigit di luar rumah dengan larva An. farauti adalah genangan air sementara

rasio indoor dan outdoor (1:1,1) di Distrik Arso, atau permanen seperti saluran air, parit,

rasio 1:4 di Daerah Entrop Papua. Anopheles

(4)

EARLY WARNING OF LEPTOSPIROSIS IN therapy follow up. The used of malaria card in SELANDAKA VILLAGE, SUMPIUH SUB Banjarnegara District begins around 1999. Not all DISTRICT, BANYUMAS DISTRICT AT 2013 public health center in Banjarnegara District used malaria card. The aim of this research was to BALABA describe benefit of malaria card to control of malaria Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 15-20 vivax theraphy. This research was observasional with case study approach, information collected by Leptospirosis became known in Banyumas since the indepth interview and observation of malaria card. discovery of one case in 2010, 5 cases in 2011, 3 This study was conducted in Wanadadi I and cases in 2012 and until July 2013, 3 cases occurred Banjarmangu I Public Health Center, Banjarnegara in Selandaka village, Sumpiuh sub-District. This at April to May 2012. Result of this research showed research aimed to identify rats spesies and shrew as that 60 malaria card (80%) were filled by JMD and reservoir of leptospirosis and to detect the presence only 23 cards (38.3 %) were filled completely in of Leptospira sp in rats, shrew and human at the Wanadadi I public health center. In Banjarmangu I area with leptospirosis problem in Banyumas. The public health center no malaria card were filled. The research method was a survey with cross sectional follow up of the most appropriate time (82%) was the approach, located in Selandaka village Sumpiuh, fourth. Completeness of follow up implementation Banyumas on July 2013. Traping rats and case at five times as many as 18 cases (30%) . The used of screening using the Rapid Diagnostic Test ( RDT ) malaria card in Wanadadi I and Banjarmangu I for Leptospira IgG/IgM were conducted during the public health center was not used well.

survey. Polymerase Chain Reaction (PCR) assay

was performed at Bacteriology Laboratory in Key words: vivax malaria, malaria card, theraphy BalaiLitbang P2B2 Banjarnegara to detect

leptospira in patient's blood and rat's kidney.

Descriptive analysis were done on the data to know NLM: WA 106

leptospirasp to know of spesies rats and human. Hendri Anggi Widayani, Setiana Susilowati

Result : 15 rats captured (10 Rattus tanezumi dan 5 (Environmental Health Diploma Program, Suncus murinus) and from the screening 7 human Politeknik Banjarnegara)

was suspected of leptospirosis. Results of

laboratory tests showed no leptospira bacteria IDENTIFICATION OF RATS AND SHREW IN found in rats , shrew or serum of patients suspected ARGASOKA AND KUTABANJAR VILLAGE of leptospirosis . It's important to do and activate B A N J A R N E G A R A S U B D I S T R I C T leptospirosis surveillance and socialization for all BANJARNEGARA DISTRICT 2014

stakeholders (community , health workers and local

government), especially in improving early BALABA

diagnosis and control / prevention of leptospirosis. Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 27-30

Key words : leptospirosis, Banyumas, rats Malaria is a major health problem in Papua province with Annual Parasite Incidence (API) was reported 58/1000 population in 2011, and the Annual Malaria NLM: WC 770 Incidence (AMI) was 169/1000 population. The Agung Puja Kesuma, Nova Pramestuti malaria vector in Papua were Anopheles farauti, An. (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, punctulatus and An. koliensis. These three species Banjarnegara) were nocturnal, antrophopilic with the diferrence bionomics such as breeding habitats, biting activity, DESCRIPTION OF MALARIA CARD UTILIZE and resting places. The aim of this study was to AS EFFORT TO CONTROL OF MALARIA determine the bionomic aspects of the malaria VIVAX THERAPHY (CASE STUDY IN vectors (resting places, biting activity and breading WANADADI I AND BANJARMANGU I PUBLIC habitats) in the study areas. The larvae of An. farauti H E A LT H C E N T E R , B A N J A R N E G A R A was reported found at coastal, area with brackish DISTRICT) water (salinity ± 4.6 %), natural or artificial irrigation canals. Adult female mosquitoes of An. BALABA farauti were found nocturnal, eksofagik eksofilik , Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 21-26 and antrophopilic habit. An. koliensis larvae not found in brackish, they were found in the swamp and Banjarnegara district is a malaria endemic areas in sago forest, semipermanent or permanent ponds Central Java Province. Therapy role to prevent which shallow and exposed to direct sunlight . Adult malaria transmission. Malaria card is one of mosquitoes of An. koliensis were nocturnal, instrument for monitoring the implementation of antrophopilic (78% human bites), eksofagik, Bionomi Vektor ...(Semuel Sandy)

koliensis aktif istirahat (resting) di dalam rumah. dewasa sangat bervariasi tiap lokasi/daerah Nyamuk dewasa An. koliensis betina aktif di bergantung pada kondisi lingkungan dan musim. malam hari (nokturnal) pada pukul 21.00 - 06.00 Aktifitas menggigit nyamuk An. punctulatus di pagi dengan frekuensi menggigit dan puncak luar rumah (outdoors), dimulai pada tengah kepadatan nyamuk dewasa bervariasi ditiap malam (eksofagik) pukul 22.00- 23.00 dan pukul

16,23 27

lokasi/daerah dan musim. 02.00-03.00 dini hari. Setelah menggigit

24 umumnya nyamuk An. punctulatus akan resting

Penelitian Nurhasanah, dkk di Desa

di luar rumah di dinding rumah atau semak-Dobonsolo menyebutkan larva An. koliensis

11,26

semak sekitar rumah (endofilik). Anopheles ditemukan di sumur, kolam air tergenang dengan

punctulatus memiliki jarak terbang 0,4–2,4 km vegetasi rumput, tumbuhan lumut dan kangkung.

28

dari habitat perkembangbiakannya. Kedalaman air kolam 26-68 cm, suhu air 30°C

dengan pH 6 – 7 dan ketinggian lokasi penelitian P e n e l i t i a n y a n g d i l a k u k a n o l e h

24

82 – 86 dpl. Nyamuk betina dewasa aktif Nurhasanah, dkk di Desa Yobeh Kabupaten menggigit pada malam hari (nokturnal) dan Jayapura menyebutkan habitat larva An. bersifat antropofilik. punctulatus merupakan genangan air sementara

bekas galian pasir dengan vegetasi rumput dan 3. Bionomi Anopheles punctulatus Donitz

tumbuhan lumut, terkena cahaya matahari Anopheles punctulatus merupakan salah

langsung, air kolam genangan dengan pH 7, satu dari 12 spesies An. punctulatus group.

kedalaman 27 cm, suhu air kolam 30°C dan Anopheles punctulatus Donitz merupakan

ketinggian lokasi 90 meter dpl. vektor malaria dan spesies tersebut banyak

ditemukan di Papua New Guinea, Moluccas,

New Britain dan Kepulauan Salomon. Nyamuk KESIMPULAN

An. punctulatus betina terbukti sebagai vektor Dari hasil beberapa kajian pustaka dapat malaria Plasmodium falcifarum, Plasmodium disimpulkan yaitu bionomi Anopheles punctulatus vivax dan Plasmodium malariae di Papua bagian group (An. farauti, An. punctulatus dan An. selatan dan utara baik daerah pantai, dataran koliensis) memiliki perbedaan habitat (breeding rendah (Armopa, Timika, Arso, Mapurujaya dan habitat), aktifitas menggigit (feeding, dan tempat Tipuka) maupun dataran tinggi (Obio dekat istirahat (resting site). Larva An. farauti memiliki

10,25,26

Wamena dan Oksibil. habitat di daerah pantai, perairan payau (memiliki

Larva An. punctulatus berkembang biak di toleransi terhadap salinitas), irigasi buatan atau daerah kolam terbuka dengan air kolam yang alami. Nyamuk dewasa An. farauti betina bersifat jernih atau keruh tanpa adanya vegetasi air, nokturnal dan diurnal, eksofagik, eksofilik, dan genangan air terbuka bekas tapak kaki hewan antropofilik. Larva An. koliensis tidak ditemukan di (babi dan sapi) atau manusia, pelepah pohon perairan payau, tetapi banyak ditemukan di rawa sagu. Anopheles punctulatus tidak ditemukan di daerah hutan, maupun hutan sagu, kolam dangkal daerah pantai air payau. Larva juga ditemukan semipermanen atau permanen yang dangkal dan pada genangan air di ban bekas, dan bekas jejak terpapar sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa ban mobil. Habitat larva An. punctulatus An. koliensis bersifat nokturnal, antropofilik (78% biasanya terpapar sinar matahari langsung dan menggigit manusia), eksofagik, eksofilik. Larva An. dapat hidup pada suhu lingkungan habitat 42 punctulatus tidak ditemukan di air payau, habitat

17

°C. Anopheles punctulatus bersifat aktif di spesies tersebut kolam dengan air jernih atau keruh malam hari (nokturnal), dan aktif menghisap dengan atau tanpa vegetasi air, larva An. punctulatus

16

darah manusia dan hewan (antropofilik). juga ditemukan di hutan sagu dan hutan rawa dengan Anopheles punctulatus pernah dilaporkan paparan sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa sebagai penyebab kejadian luar biasa malaria di An. punctulatus bersifat nokturnal, antropofilik dataran tinggi Papua tahun 1989 pada daerah (98% menggigit manusia), eksofagik dan endofilik. ketinggian 1.260 dpl dimana hampir 98% (n =

(5)

A N O P H E

BALABA

JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA

VOLUME 10 NO. 1 Juni 2014

ABSTRACT SHEET

This abstract sheet may reproduced/copied without permission

NLM: WC 528 EXTRACT AGAINST THE SCHISTOSOMIASIS Sunaryo, Bina Ikawati, Dewi Puspita Ningsih INTERMEDIATE SNAIL, Oncomelania hupensis (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, lindoensis

Banjarnegara)

BALABA

SPATIAL DISTRIBUTION OF DENGUE Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 9-14 H A E M O R R H A G I C F E V E R C A S E S I N

BANYUMAS DISTRICT, CENTRAL JAVA At present, Scistosomiasis are still endemic in PROVINCE Indonesia, especially in Napu Highland, Poso Regency, Central Sulawesi Province. Oncomelania BALABA hupensis lindoensis, the intermediate host of Vol. 10 No. 2, Juni 2014, Pages. 1-8 Scistosomiasis are wide spread in Napu Highland.

One effort of snail control on Scistosomiasis control Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is the most program was used Bayluscide molluscicide every important public health problem in Indonesia, that six mounths. Used of chemical molluscicide have needs serious attention. DHF cases in Banyumas inadequacy because poluted the environtment. Used regency always high in every year, and decrease in of herbal molluscicide to be alternative snails 2011.This research aimed to describe spatial control have done. Euphorbiaceae family know have distribution of DHF in Banyumas district based on molluscicide activity. The study aimed to location, altitude, landuse and population density determined the effectiveness of Jatropha and pattern of cases based on rainfall. DHF cases gossypiifolia, J. Curcas and Riccinus communis data obtained from Banyumas District Health extract and fraction againts O.h. lindoensis. The test Office. Topography map scale 1:25.000 obtained was conducted from March-September 2009 in from Bakosurtanal and Bappeda of Banyumas Laboratory of Scistosomiasis Napu. The snails regency. Processing data and DHF spatial analize by exposed with the solution of Jatropha gossypiifolia, overlay using Arc Gis.10 software. This research J. Curcas and Riccinus communis extract for 24 showed DHF cases in 2012 were 200, spread in hours, the mortality of snails were counted and almost all subdistrict (75%). DHF cases clustered in analyzed using probit to determine the LC 50 and LC East Purwokerto, South Purwokerto and North 95 value. The result showed the methanol extract Purwokerto, that were lowlands area (12-250 above from Jatropha gossypiifolia, J. Curcas and Riccinus sea level) , urban area, settlement closed to ricefild communis have lethal capacity againts O.h and height density population. DHF cases were Indoensis. The concentration of J. gossypiifolia distributed in lowland area with densely populated seeds extract showed a highest lethal capacity to the closed to rice field. DHF cases increasing on highly snail, with LC 50 value in 10,41 ppm and LC 95 in rainfall on January until May. 18,6 ppm. The methanol fraction of J. gossypiifolia seeds extract was the most effective among the ethyl-Keyword : spatial distribution, DHF, Banyumas acetate fraction and n-hexane fraction of J. Regency Gossypiifolia seeds extract. Jatropha gossypiifolia may become an alternative to control O.h lindoensis.

NLM: WC 810 Key words: schistosomiasis, J. gossypifolia, J. Anis Nurwidayati, Ni Nyoman Veridiana, Octaviani, curcas, R. communis, O. h. lindoensis

Yudith L

(Vector and Animal Borne Disease Control Unit,

Donggala) NLM: WC 420

Dewi Puspita Ningsih, Rahmawati, Dian Indra Dewi THE EFFECTIVITY OF Jatropha gossypifolia L, (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, J.curcas AND Riccinus communis SEEDS Banjarnegara)

BALABA Vol. 10 No. 01, Juni 2014 : 47-52

DAFTAR PUSTAKA Public Health. 1980; 11: 341–47.

1. Amek N, Bayoh N, Hamel M, Linblade KA, Gimnig 12. Van den Assem J, Bonne-Wepster J. New Guinea J, Odhiambo F, et al. Spatial and temporal dynamics Culicidae, a synopsis of vectors, pests and common of malaria transmission in Rural Western Kenya. species, vol. 6. Rijksmuseum van Natuurlijke Journal Parasites and Vectors. 2012; 5: 1-13. Historie, Leiden, The Netherlands.1964: 1–139.

2. Sembel DT. Entomologi kedokteran. Yogyakarta: 13. Sari JFK, Sudjadi FA, Mardihusodo SJ. Diferensiasi Penerbit C.V Andi Offset; 2009. spesies sibling Anopheles farauti Laveran 1902 vektor malaria di Jayapura dengan scrutiny 3. Ipa M, Astuti. Anopheles spp. vektor malaria yang

morphometry vena sayap. Sains Kes. 2004;17: bersifat lokal spesifik. Fauna Anopheles spp.

301–14. Surabaya: Loka Litbang P2B2 Ciamis, Penerbit

Health Advocacy Yayasan Pemberdayaan 14. Slooff R. Observation on the effect of residual DDT Kesehatan Masyarakat; 2013. house spraying on behaviour and mortality in species of the Anopheles punctulatus group. A.W. 4. Reid JA. Anopheles mosquitoes of Malaya and

Sythoff, Doezastraat I, Leyden, Holland; 1964:144. Borneo. Studies from The institute for Medical

research Malaya No.31. Government of Malaysia; 15. Pranoto, Munif A. Beberapa aspek perilaku

1968 Anopheles farauti di Klademak IIA, Sorong. CDK.

1994; 94: 23–8. 5. Subbarao SK. Anopheline species complex in

South-East Asia. In tehnical Publication, SEARO 16. Wepster BJ, Swellengrebel NH. The Anopheline No.18, WHO Regional Office for South-East Asia. mosquitoes of The Indo-Australia Region. New Delhi; 1998. Amsterdam: The Department of Tropical Hygiene and Geographical Pathology, Royal Tropical 6. Prasetyowati H, Yuliasih Y. Anopheles spp dan

Institute Amsterdam; 1953. peranannya sebagai vektor penyakit malaria di

beberapa daerah di Indonesia. Surabaya: Loka 17. Lee DJ, Hicks MM, Griffiths M, Debenham ML, Litbang P2B2 Ciamis, Penerbit Health Advocacy Bryan JH, Russell RC, et al. The culicidae of the Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat; A u s t r a l a s i a n R e g i o n . V o l u m e 5 . 2013. Nomenclature,synonymy, literature, distribution,

biology and relation to disease. Genus Anopheles. 7. Fuadzy H, Marina R. Karateristik Anopheles

Subgenera Anopheles, Cellia Canberra: Australian

nigerrimus Giles sebagai vektor malaria. Surabaya:

Government Publishing Service; 1987. Sinka et al. Loka Litbang P2B2 Ciamis, Penerbit Health

Parasites & Vectors 2011, 4:89. Available from: Advocacy Yayasan Pemberdayaan Kesehatan

http://www.parasitesandvectors.com/content/4/1/8 Masyarakat; 2013.

9. 8. Molineaux L, Muir DA, Spencer HC, Wernsdorfer

18. Sukirno MK, Santiyo AA, Nadjib, Suyitno, WH. The epidemiology of malaria and its

Mursiyatno, Hasyimi M. Fauna Anopheles dan measurement. Malaria: principles and practice of

status, pola penularan serta endemisitas malaria di malariology. Edinburgh: Wernsdorfer WH,

Halmahera Maluku Utara. Cermin Dunia McGregor I; 1988.

Kedokteran. 1997. 9. Burkot TR, Graves PM. The value of vector-based

19. Munif A. Beberapa aspek perilaku Anopheles

estimates of malaria transmission. Ann Trop Med

farauti di Kalademak IIA Sorong. Cermin Dunia Parasitol. 1995; 89:125–34.

Kedokteran. 1994. 10. Bangs MJ, Rusmiarto S. Malaria vector

20. Metselaar D. A pilot project of residual-insecticide incrimination in Indonesia using CSPELISA from

spraying to control malaria transmitted by the 1986 to 2007. U.S. Naval Medical Research Unit

Anopheles punctulatus group in Netherlands New No. 2, Jakarta, Indonesia; 2007. Unpublished

Guinea. Am. J. Trop. Med. Hyg. 1956; 5: 977–87. report.

21. Pribadi W, Sutanto I, Atmoesoedjono S, Rasidi R, 11. Lee VH, Atmosoedjono S, Aep S, Swaine CD.

Surya LK, Susanto L. Malaria situation in several Vector studies and epidemiology of malaria in Irian

(6)

Intermezo

saat ini berupaya mengembangkan vaksin Dengue dengan menggunakan strain virus lokal.

Kata kunci: Dengue, virus, vaksin

NLM: WC 755 Semuel Sandy

(Balai Litbang Biomedis Papua)

BIONOMI VEKTOR MALARIA KELOMPOK

Anopheles punctulatus (Anopheles farauti,

Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus) DI

PROVINSI PAPUA

BALABA

Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Hal. 47-52

Malaria merupakan masalah kesehatan utama di Provinsi Papua dengan angka Annual Parasite Incidence (API) pada tahun 2011 sebesar 58 per 1000 penduduk dan Annual Malaria Incidence

(AMI) sebesar 169 per 1000 penduduk. Vektor malaria Papua dilaporkan Anopheles farauti, An.

punctulatus dan An. koliensis. Tiga spesies tersebut

aktif menggigit pada malam hari (nokturnal), antropofilik dengan karakteristik tempat perkembangbiakan, aktifitas menggigit, dan tempat istirahat dilaporkan spesifik setiap spesies. Kajian ini untuk melihat beberapa aspek bionomi (tempat perkembangbiakan, aktifitas menggigit, dan tempat istirahat. Larva An. farauti memiliki habitat di daerah pantai, perairan payau (memiliki toleransi terhadap salinitas 4,6%), irigasi buatan atau alami. Nyamuk dewasa An. farauti betina bersifat nokturnal, eksofagik, eksofilik, dan antropofilik. Larva An. koliensis tidak ditemukan di perairan payau, banyak ditemukan di hutan rawa, hutan sagu, kolam semi permanen atau permanen yang dangkal dan terpapar sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa An. koliensis bersifat nokturnal, antropofilik (78% menggigit manusia), eksofagik, eksofilik sedangkan larva An. punctulatus tidak ditemukan di air payau, tetapi ditemukan pada kolam dengan air jernih atau keruh dengan vegetasi atau tanpa vegetasi air. Larva An. punctulatus juga ditemukan di hutan sagu dan hutan rawa dengan paparan sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa An. punctulatus bersifat nokturnal, antropofilik (98% menggigit manusia), eksofagik, endofilik. Data dasar mengenai perilaku nyamuk Anopheles (bionomi) sangat diperlukan dalam mengembangkan pola intervensi dan kontrol vektor yang lebih efektif dan efisien.

Kata kunci: vektor malaria, An. punctulatus group, bionomi, Papua

Indonesia.Southeast Asian J. Trop. Med. Public 26. Bangs MJ, Rusmiarto S, Anthony RL, Wirtz RZ, Health. 1998; 29: 228–35. Subianto B. Malaria transmission by Anopheles punctulatus in the highlands of Irian Jaya. Indonesia. 22. Church CJ, Atmosoedjono S, Bangs MJ. A review of

Ann. Trop. Med. Parasitol. 1996; 90: 29–38. Anopheline mosquitoes and malaria control

strategies in Irian Jaya, Indonesia. Bull. Penelitian 27. Saputro G, Hadi K, Koesharto FX. Perilaku

Kes. 1995; 23: 3–17. Anopheles punctulatus dan kaitannya dengan

epidemiologi malaria di Desa Dulanpokpok 23. Charlwood JD, Graves PM, Alpers MP. The ecology

Kabupaten Fakfak Papua Barat. Hemara Zoa. of the Anopheles punctulatus group of mosquitoes

Majalah Ilmu Kehewanan Indonesia. 2010; 2 (1): from Papua New Guinea: a review of recent work. P

25-33. N G Med J. 1986; 29:19-26.

28. S i n k a M E , B a n g s J M , M a n g u i n S , 24. Nurhasanah S. Laporan penelitian studi bioekologi

Chareonviriyaphap, Patil AP, Temperley HP, vektor malaria di distrik sentani Kabupaten

Gething WP, et al. The dominant Anopheles vectors Jayapura. Balai Litbang Biomedis Papua; 2010.

human malaria in the Pasific region: occurrence 25. Anthony RL, Bangs MJ, Hamzah N, Basri N,

data, distributions map and bionomic precis. Purnomo, Subianto B. Heightened transmission of

Parasites and Vectors. 2011; 4: 89. stable malaria in an isolated population in the

highlands of Irian Jaya, Indonesia. Am. J. Trop. Med. Hyg. 1992; 47: 346–56.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai tindak lanjut atas Pemendagri Nomor 24 Tahun 2006, maka Bupati Kendal membuat Perda Kabupaten Kendal Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pembentukan, Susunan

Menurut lembaga Otoritas Jasa Keuangan (2013) menyatakan bahwa secara defenisi literasi diartikan sebagai kemampuan memahami, jadi literasi keuangan adalah kemampuan

Sehubungan itu, melalui teknik pengajaran berasaskan contoh kerja yang sering digunakan dalam pembelajaran bidang kejuruteraan, kajian ini meneliti tiga jenis

Persepsi remaja usia 14-16 tahun terhadap peranan perawatan dengan menggunakan gigi tiruan dinilai masih

Pada sistem operasi Android pesan SMS tersimpan dalam sebuah file database berjenis SQLite, penghapusan data pesan SMS tidak dibarengi dengan penghapusan bit pada memori,

Republik Indonesia Tahun 1945 kekuasaan presiden semula mempunyai kekuasaan membentuk Undang Undang, berdasarkan pasal 20 ayat 1 Undang Undang Dasar Negara

Pembinaan terhadap pelaku usaha dan pengawasan terhadap barang dan/atau jasa yang beredar di di masyarakat tidak hanya ditujukan untuk melindungi kepentingan konsumen,

• Teliti dalam menuliskan semua hal penting, misalnya nama perusahaan, nama pejabat, unit kerja, atau biro SDM yang akan menyeleksi surat lamaran anda, nama diri anda, nama