• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Nyamuk Anopheles punctulatus Donitz dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Nyamuk Anopheles punctulatus Donitz dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU NYAMUK Anopheles punctulatus DONITZ

DAN KAITANNYA DENGAN EPIDEMIOLOGI MALARIA

DI DESA DULANPOKPOK KABUPATEN FAKFAK

PROVINSI PAPUA BARAT

GONDO SUPRAPTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Perilaku Nyamuk

Anopheles punctulatus Donitz dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di

Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Pebruari 2010

Gondo Suprapto NIM B252070101

(3)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Malaria merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Daerah dengan kasus malaria klinis tinggi dilaporkan dari Kawasan Timur Indonesia antara lain Provinsi Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tengah. Di kawasan lain kasus malaria dilaporkan masih cukup tinggi antara lain di Provinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Riau (Depkes 2006a).

Pada tahun 2006 secara nasional angka kesakitan malaria klinis sebesar 23,98 per seribu penduduk, sedangkan angka malaria positif sebesar 0,19 per seribu penduduk dengan angka kematian akibat malaria sebesar 0,42% (Depkes 2007a).

Di Provinsi Papua Barat, khususnya Kabupaten Fakfak, penyakit malaria menempati urutan kedua dari 10 besar jenis penyakit setelah ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). Pada tahun 2008 jumlah kunjungan penderita malaria klinis yang datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Fakfak sebanyak 11.842 orang atau angka kesakitan malaria klinis sebesar 183,9 per seribu penduduk. Kecamatan Fakfak merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Fakfak yang mempunyai masalah malaria tertinggi. Jumlah kasus malaria di Kecamatan Fakfak yang dinyatakan dengan angka

API(annual parasite incidence) selama tiga tahun berturut-turut adalah 147,5

(2007), 221,6 (2008) dan 174,6 (2009) per seribu penduduk (Dinkes Fakfak 2009).

Berbagai upaya penanggulangan telah dilakukan untuk menurunkan kasus malaria, antara lain penanggulangan pada penderita malaria dengan pemberian obat anti malaria, menurunkan populasi nyamuk Anopheles dewasa dengan penyemprotan menggunakan insektisida dan mencegah gigitan nyamuk dewasa dengan menggunakan kelambu, namun sampai saat ini hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain masih kurangnya pemahaman tentang bioekologi vektor penyebab malaria, epidemiologi

(4)

malaria, strategi pengendalian vektor malaria serta sosial budaya masyarakat setempat.

Nyamuk Anopheles yang endemik di kawasan Indo-Australia terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu Punctulatus groups dan Lungae groups.

Punctulatus groups mempunyai anggota Anopheles punctulatus Donitz, A.

farauti Laveran, A. koliensis Owen dan A. clowi Rozeboom & Knight,

sedangkan Lungae groups mempunyai anggota A. lungae Belkin & Schosser,

A. solomonis Belkin dan A. natalia Belkin (Beebe et al. 2000; Cooper et al.

2002).

Nyamuk A. punctulatus Donitz merupakan salah satu jenis nyamuk anggota Punctulatus groups merupakan vektor penting penyakit malaria dan filariasis pada manusia tipe Wuchereria bancrofti. Punctulatus groups

mempunyai daerah penyebaran meliputi barat daya Pasifik dari Kepulauan Maluku, Papua New Guinea, Irian Jaya (Indonesia), Kepulauan Solomon dan Kepulauan Vanuatu sampai dengan Benua Australia (Daggy 1945; Beebe & Saul 1995; Foley et al. 1995; Beebe et al. 2000, Schmidt et al. 2001; Benet et al. 2004 ).

Nyamuk A. punctulatus di Irian Jaya ditemukan baik pada daerah pantai maupun pegunungan, banyak ditemukan pada habitat sementara, habitat buatan manusia, dan paling banyak ditemukan di tempat terbuka tanpa tumbuhan air (Assem & Dijk 1958; Maffi et al. 1979). Spesies nyamuk

Anopheles yang telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Papua adalah A.

punctulatus, A. farauti, A. koliensis dan A. bancrofti (Depkes 2007b).

Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak mempunyai kondisi geografis daerah pantai yang sebagian besar wilayahnya berdekatan dengan hutan sehingga sangat cocok untuk perkembangan nyamuk Anopheles spp sebagai vektor malaria. Perilaku nyamuk Anopheles spp dan kaitannya dengan epidemiologi malaria di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak sampai saat ini belum pernah diteliti. Oleh karena itu studi perilaku nyamuk Anopheles

punctulatus kaitannya dengan epidemiologi malaria di Desa Dulanpokpok

Kecamatan Fakfak perlu dilakukan.

(5)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Perilaku Nyamuk Anopheles

Nyamuk Anopheles menurut klasifikasi dalam ilmu hewan berada dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Heksapoda atau Insecta, ordo Diptera, subordo Nematocera, famili Culicidae, subfamili Anophelinae, dan genus

Anopheles (Russell et al. 1963). Spesies Anopheles punctulatus termasuk

sub genus Cellia, serie Neomyzomyia. Penamaan spesies A. punctulatus

pertama kali diberikan oleh Donitz pada tahun 1901 (Bonne-Wepster & Swellengrebel 1953).

Nyamuk A. punctulatus Donitz mempunyai ciri morfologis yang hampir sama dengan anggota Punctulatus groups lainnya yaitu adanya spot atau bintik/noda gelap pada sayap (punctus = spot). Nyamuk betina dewasa

A. punctulatus mempunyai ciri-ciri morfologis yaitu pada bagian kepala

terdapat probosis yang sama panjang dengan palpi, pada palpi terdapat gelang-gelang pucat/putih, pada ujung palpi dengan hubungan putih lebar, pangkal palpi dengan hubungan putih sempit, sepertiga atau setengah ujung probosis dengan sisik-sisik pucat (Lampiran 13-14).

Pada toraks/dada terdapat mesonotum bermotif kuning kecoklatan sampai hitam kecoklatan. Pada propleura terdapat 2 sampai 3 seta/rambut, jarang ditemukan 1 atau 4-6 seta. Terdapat 4 seta di bawah sternopleural dan 5-7 seta di atas sternopleural. Ada sekelompok 4 sampai 10 seta di atas mesepimeral tetapi di bawah mesepimeral kosong. Sedangkan pada sayap (costa) terdapat noda gelap lebih dari 4 dan urat sayap 6 (sub costa) terdapat noda gelap lebih dari 4. Pada vena 2-6 terdapat banyak noda gelap, dan bercahaya putih kekuningan. Halter dengan knob berwarna hitam (Bonne-Wepster & Swellengrebel 1953).

Kaki berwarna kecoklatan sampai kehitaman ditandai dengan titik-titik putih. Pada abdomen terdapat integumen berwarna coklat tua sampai hitam, pada segmen bagian belakang terdapat sisik rambut kekuningan Tidak terdapat sisik pada tergit I sampai V dan sternit I sampai VI, beberapa sisik terdapat pada tergit VI dan VII serta sternit VII, tidak

(6)

terdapat sisik pada tergit dan sternit VIII. Sersi dengan sisik gelap (Lampiran 13-15).

Perilaku menghisap darah hanya dilakukan oleh nyamuk betina yang diperlukan untuk perkembangan telurnya. Berbagai spesies nyamuk mempunyai kegiatan menggigit dan menghisap darah yang berbeda menurut umur, waktu (siang-malam) dan lingkungannya. Nyamuk tertarik pada cahaya, pakaian berwarna gelap dan oleh adanya manusia atau hewan. Hal ini disebabkan oleh perangsangan bau zat-zat yang dikeluarkan manusia dan hewan, terutama karbondioksida (CO²) dan beberapa asam amino, dan lokasi yang dekat pada suhu hangat serta kelembaban (Reid 1968).

Beberapa nyamuk ada yang lebih menyukai menggigit manusia (antropofilik), aktivitas kehidupannya sangat menyukai berdekatan dengan manusia, seperti dekat tempat kerja manusia atau tempat manusia berkumpul karena mempunyai habitat yang nyaman untuk berkembang biak. Adapula nyamuk yang lebih menyukai mengigit hewan atau ternak (zoofilik), karena ia mendapat habitat yang sesuai untuk berkembangbiak bagi bentuk pradewasa maupun dewasanya. Nyamuk yang tidak memilih atau membedakan obyek yang digigit (antropozoofilik), ia dapat berkembangbiak dalam lingkungan dekat manusia maupun hewan (Hadi & Koesharto 2006).

Barodji et al. (2003) melaporkan di Desa Hargorejo dan Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kulonprogo, selama penangkapan nyamuk, hanya A.

balabacencis dan A. maculatus yang tertangkap menggigit orang baik di

dalam maupun di luar rumah. Nyamuk A. balabacencis paling dominan menghisap darah di dalam rumah, dan A. maculatus dominan menghisap darah di luar rumah. Adapun A. aconitus, A. annularis, A. barbirostris, A.

flavirostris, A. kochi dan A. vagus banyak ditemukan di kandang dan

sekitarnya.

Proporsi darah manusia yang terdapat dalam lambung nyamuk, dinyatakan dengan Human Blood Index (HBI). Di Desa Mebat Provinsi Madang Papua New Guinea dilaporkan bahwa nilai HBI nyamuk A. farauti

sebesar 11-45%, nilai HBI A. koliensis sebesar 6-82% dan nilai HBI A.

punctulatus sebesar 12-50% (Burkot & Graves 2004).

(7)

3 BAHAN DAN METODE

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Desa Dulanpokpok merupakan daerah pantai, yang dikelilingi oleh perbukitan dan lahan perkebunan/hutan di belakang desanya. Lahan perkebunan merupakan kebun campur yang sebagian besar ditumbuhi tanaman keras seperti pala, durian, duku, kelapa, cengkeh dan tanaman pisang (Gambar 1).

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Supiori

(8)

Jumlah penduduk Desa Dulanpokpok sebanyak 1.432 jiwa, pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani kebun dan nelayan, sebagian pegawai negeri serta pedagang. Desa Dulanpokpok termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Fakfak dan Puskesmas Pembantu Sekban.

Desa Dulanpokpok juga merupakan pusat kegiatan dan permukiman di Kecamatan Fakfak dengan mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Sebagai daerah yang sedang berkembang, berbagai kegiatan pembangunan seperti pembuatan jalan dan permukiman semakin meningkat. Pembangunan ini memerlukan lahan, sehingga kawasan hutan pun mulai dimanfaatkan untuk permukiman dan aktivitas perkebunan. Kondisi ini berpengaruh terhadap habitat fauna, dengan terbentuknya genangan-genangan air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk.

Desa Dulanpokpok beriklim tropis sangat dipengaruhi oleh iklim laut, suhu udara rata-rata pada tahun 2008 berkisar antara 21,1 – 30,1 C. Musim hujan tidak menentu, disertai panas matahari yang terik. Banyaknya hari hujan pada tahun 2008 sebanyak 224 hari, biasanya hari hujan terbanyak terjadi mulai bulan April sampai bulan Agustus dengan jumlah curah hujan pada tahun 2008 tercatat 3.465 mm. Kelembaban udara berkisar antara 83% - 91%, dengan rata-rata 86,4% dan kecepatan angin berkisar antara 4 – 6 meter per jam.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Penangkapan nyamuk dewasa menggunakan umpan badan dilakukan satu minggu satu kali selama 16 minggu (Mei-Agustus 2009).

3.3 Metode Penelitian

Jenis penelitian adalah observasional yaitu penelitian yang dilakukan dalam bentuk survai lapangan dan eksploratif epidemiologik. Ekploratif artinya menggali informasi sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan informasi perilaku A. punctulatus, habitat larva, angka kejadian malaria dan perilaku masyarakat dalam pencegahan penularan malaria.

(9)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kepadatan Nyamuk Anopheles punctulatus

Penangkapan nyamuk dewasa menggunakan umpan badan dilakukan selama 16 minggu (Mei-Agustus 2009). Hasil penangkapan A. punctulatus per minggu yang dimulai dari jam 18.00-06.00 di dalam (indoor) maupun di luar rumah (outdoor), memiliki rataan kepadatan menggigit bulanan di dalam dan di luar rumah berkisar antara 0,59 – 3,17 ekor per orang per malam. Rataan kepadatan menggigit setiap bulan berturut-turut dari bulan Mei sampai Agustus 2009 adalah 1,34 ; 0,63 ; 0,59 ; dan 3,17 ekor per orang per malam. Kepadatan tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 3,17 ekor per orang per malam. Sedangkan kepadatan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 0,59 ekor per orang per malam (Tabel 1).

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa rataan kepadatan menghisap darah A. punctulatus hampir sama, antara di dalam (indoor) dan di luar rumah

(outdoor). Rataan kepadatan menghisap darah A. punctulatus di dalam rumah

sebesar 1,38 ekor per orang per malam, sedangkan di luar rumah sebesar 1,48 ekor per orang per malam.

Tabel 1 Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei- Agustus 2009

Bulan MBR (ekor/orang/malam) Rataan MBR (ekor/orang/malam)

Indoor Outdoor

Mei 1,34 1,34 1,34

Juni 0,50 0,75 0,63

Juli 0,50 0,67 0,59

Agustus 3,17 3,17 3,17

Rataan MBR

(ekor/orang/malam) 1,38 1,48 1,43

(10)

Bangs (1995) melaporkan di Irian Jaya, kepadatan menggigit A.

punctulatus dengan umpan orang rendah kurang dari satu ekor per orang per

jam. Puncak kepadatan lebih tinggi pada waktu tengah malam, menggigit manusia di dalam dan di luar rumah, cenderung lebih bersifat eksofilik.

4.2 Hubungan Cuaca dengan Kepadatan A. punctulatus

a. Hubungan Indeks Curah Hujan dengan Kepadatan A. punctulatus

Selama penelitian berlangsung (Mei-Agustus) keadaan indeks curah hujan dari awal sampai dengan akhir penelitian sangat fluktuatif. Indeks curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 486,5 mm, pada saat itu rataan kepadatan A. punctulatus berada pada posisi kepadatan terendah yakni sebesar 0,59 ekor/orang/malam. Sedangkan indeks curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 245,2 mm, pada saat itu rataan kepadatan

A. punctulatus sebesar 3,17 ekor/orang/malam, merupakan kepadatan tertinggi

(Tabel 2).

Tabel 2 Indeks Curah Hujan dan Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei-Agustus 2009

Bulan Indeks Curah Hujan (mm)

Rataan MBR (ekor/orang/malam)

Mei 277,4 1,34

Juni 386 0,63

Juli 486,5 0,59

Agustus 245,2 3,17

(11)

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa :

1 Rataan kepadatan menghisap darah nyamuk A. punctulatus hampir sama antara di dalam rumah (indoor) sebesar 1,38 ekor/orang/malam dan di luar rumah (outdoor) sebesar 1,48 ekor/orang/malam.

2 Nyamuk A. punctulatus mempunyai dua puncak aktivitas menghisap darah, pertama pada jam 22.00-23.00 dan kedua pada jam 02.00-03.00. 3 Habitat potensial perkembangbiakan larva A. punctulatus di Desa

Dulanpokpok berupa genangan air sementara buatan manusia, dengan kepadatan secara berturut-turut adalah (1) bekas galian batu (2,07 ekor/cidukan), (2) bekas tapak roda mobil (1,82 ekor/cidukan), (3) cekungan batur (0,47 ekor/cidukan) dan (4) kolam kangkung (0,43 ekor/cidukan). Karakter habitat A. punctulatus adalah genangan air dengan dasar tanah liat atau lumpur, kedalaman air antara 5 – 50 cm, suhu air rata-rata 28°C, kadar pH air 6-6,8, dan kadar garam 0‰.

4 Desa Dulanpokpok merupakan daerah endemis tinggi malaria, dengan adanya kejadian malaria yang terjadi setiap bulan diatas 5‰. Angka malaria positif dari bulan Mei-Agustus 2009 di Desa Dulanpokpok berturut-turut sebesar 22,35‰ (Mei), 16,06‰ (Juni), 14,66‰ (Juli), dan 17,46‰ (Agustus). Kejadian malaria tertinggi terjadi pada bulan Mei dan terendah pada bulan Juli.

5 Pengetahuan masyarakat tentang penularan dan pencegahan malaria di Desa Dulanpokpok sudah cukup baik. Meskipun demikian sikap dan perilaku masyarakat berisiko terkena gigitan nyamuk malaria, karena seringnya melakukan kegiatan di luar rumah pada waktu malam hari, tanpa melindungi diri dari gigitan nyamuk.

(12)

5.2 Saran

Pengamatan dan kajian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap parasit malaria, vektor dan lingkungan yang mendukung penularan malaria. Kajian tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan malaria di Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak.

Gambar

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1 Rataan Kepadatan  A. punctulatus             orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok,  periode Mei-  yang tertangkap dengan umpan               Agustus 2009

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik status gizi balita pada kelompok penerima PMT Penyuluhan selama 3 bulan secara keseluruhan pemberian antara awal,

Orang tua dengan anaknya pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh apapun juga. Bila sesuatu menimpa pada diri anak, orang tua juga ikut

Hasil studi di Afrika misalnya mengungkapkan bahwa sistem pertanian semi organik ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan,

ݔҧ ≤ 13,5 Sangat Kurang (SK) Dari 20 orang peer reviewer, permainan Dakonmatika mendapatkan rata-rata penilaian 21,1 pada aspek B. Sehingga penilaian untuk aspek B pada permainan

Proses kreatif Pardiman Djoyonegoro dalam Sragam ABG sebagai salah satu wadah belajar gamelan bagi anak-anak menarik untuk diteliti karena saat ini jarang sekali terdapat

2.3 Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abasiyah.. Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah- khalifah Bani Abbasiyah secara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TANAH HAK GUNA USAHA YANG DITELANTARKAN” adalah murni gagasan

Pembinaan terhadap pelaku usaha dan pengawasan terhadap barang dan/atau jasa yang beredar di di masyarakat tidak hanya ditujukan untuk melindungi kepentingan konsumen,