• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum dan Teknologi Benih.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum dan Teknologi Benih.doc"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Benih kini merupakan komoditi perdagangan yang memiliki peranan penting dalam produksi pertanian. Benih merupakan faktor awal yang menentukan berhasil tidaknya budidaya pertanian yang dilakukan. Benih yang mempunyai kualitas baik akan mendatangkan hasil yang baik bagi budidaya pertanian yang di kembangkan. Namun sebaliknya benih dengan kualitas yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada budidaya pertanian yang diusahakan. Maka, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak dari proses produksi oleh produsen benih, hingga kemudian dipasarkan dan sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Pengujian benih menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas benih dan hal itu harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani. Pengujian benih terdiri atas pengujian berat 1000 benih dan kemurnian benih. Pada lahan yang luas kebutuhan benih tidak mungkin di hitung per satuan benih, akan tetapi dapat di gunakan metode penghitungan berat 1000 benih dengan melakukan uji terhadap sampel benih. Pengujian sampel benih dilakukan untuk mengetahui persentase tingkat kemurnian benih terhadap perbandingan komponen lain yang kemungkinan tercampur pengotor lain.

Bobot seribu benih adalah kegiatan menelaah benih dengan membandingkan dengan bobot benih dengan deskripsi yang telah ada sehingga dapat diketahui berat benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas lahan yang akan ditanam. Benih dengan bobot besar dapat dianggap baik karena dimungkinkan benih tersebut benar-benar masak pada saat pemanenanya. Berbeda dengan bibit yang pemanenannya sebelum masak maka bibit itu akan ringan. Kemurnian benih bermanfaat untuk menelaah persentase tumbuhnya benih yang berbeda varietas terhadap varietas yang hendak ditanam sehingga mutu secara genetik dapat terjaga.

(2)

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara I Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian Benih antara lain:

a. Mengetahui kualitas benih ditinjau dari berat 1000 benih.

b. Mengetahui kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian benih.

B. Tinjauan Pustaka

Benih merupakan permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum sebagai teknologi yang maju. Benih merupakan masukan yang penting dalam proses produksi tanaman. Kualitas benih sangat berpengaruh terhadap penampilan dan hasil tanaman. Pada tanaman tahunan, benih merupakan bahan/sumber utama untuk perbanyakan bahan tanaman (Sukarman dan Hasanah 2005).

Kepastian mutu suatu kelompok benih yang diedarkan dan digunakan untuk penanaman sangat diperlukan untuk menjamin baik pengguna, pengedar, maupun pengada. Aspek legal dari mutu benih memerlukan perangkat berupa metode pengujian yang standar. Metode tersebut diharapkan mampu memberikan hasil yang seragam apabila pengujian terhadap suatu kelompok benih dilakukan oleh institusi yang berbeda (Dede dan Nurhasybi 2008).

Benih bermutu dan bersertifikat adalah salah satu komponen utama dalam peningkatan produksi budidaya tanaman. Benih dikatakan sehat kalau benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Tidak semua benih bersertifikat bebas dari patogen terbawa benih karena uji kesehatan benih tidak diwajibkan dalam sertifikasi benih. Tingkat kepercayaan petani akan benih bersertifikat berkurang karena keterbawaan patogen pada benih tinggi (Meilan et al. 2014).

(3)

diatas 90%, kecepatan tumbuh tinggi, benih sehat, murni dan tidak cacat serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroklimat setempat (Amir 2014).

Pengujian bobot 1000 butir merupakan salah satu parameter untuk menentukan kualitas benih suatu varietas. Jika dua kelompok benih dengan jumlah yang sama, yakni 1000 butir, namun salah satu kelompok benih lebih berat, ini berarti bahwa ukuran dari salah satu kelompok benih lebih besar dari kelompok lainnya. Artinya benih yang lebih besar tersebut jauh lebih berkualitas dibanding benih varietas lainnya (Adhytya et al. 2014)

Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologi benih. Pengujian benih dilakukan berdasarkan sampel yang telah dipilih secara acak. Pengujian kemurnian benih dilakukan dengan memisahkan tiga komponen, yaitu benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih. Setelah itu, hitung persentase dari ketiga komponen benih tersebut (Dadan dan Ceng 2012).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara I Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian Benih dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Oktober 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan a. Alat:

1) Timbangan 2) Cawan Petri 3) Kalkulator b. Bahan :

1) Benih tomat (Solanum lycopersicum L.) 2) Benih semangka kuning (Citrullus sp.) 3. Cara Kerja

(4)

1) Menimbang 100 benih kemudian dikalikan 10 dan membuat 3 kali ulangan.

2) Menghitung rata-rata berat 1000 benih dan standart deviasinya. 3) Menentukan berat 1000 benih maksimum dan minimumnya. b. Pengujian kemurnian benih

1) Mengambil contoh benih 2 gram

2) Ke 2 gram ini dilakukan pemisahan : benih murni, benih tanaman lain atau varietas lain, dan kotoran atau benda mati.

3) Menimbang dari masing-masing bagian dengan tingat ketelitian dua desimal.

4) Menghitung rata-rata ulangan

5) Menghitung persentase: benih murni, benih tanaman lain atau varietas lain, dan kotoran atau benda mati terhadap sampel 2 gram.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan dan Analisis Data a. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Pengujian Berat Benih Tomat (Solanum lycopersicum L.) 1000 Benih

Ulangan Berat 1000 Benih (y-ӯ)2

1

Tabel 2.1 Pengujian Kemurnian Benih Semangka Kuning (Citrullus sp.) Kelompok Berat Benih

Murni Tanaman LainBerat Benih Benda MatiPersentase

(5)

Gambar 1.1 Penimbangan Gambar 1.2 Penimbangan Benih Semangka Benih Semangka b. Analisis Perhitungan

Berat maksimal benih tomat = ӯ+SD = 3,4+0,26

= 3,66 gr

(6)

2. Pembahasan

Menurut UU Nomor 29 Tahun 2000 benih adalah tanaman dan atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dalam KBBI benih murni merupakan benih yang meliputi semua varietas dari tiap spesies tanaman yang diakui sebagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau yang ditemukan pada pengujian laboratorium. Benih bermutu adalah benih yang mampu berkecambah dalam kondisi yang cukup baik. Benih yang bermutu juga harus mampu menghasilkan bibit yang berkualitas tinggi, yaitu dapat tumbuh dengan baik serta tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (Silvikultur 2011). Sedangkan menurut Amir (2014) benih bermutu ialah benih yang dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi dari tanaman unggul. Kriteria benih berkualitas yakni memiliki sifat-sifat unggul. Sifat unggul diantaranya memiliki daya tumbuh diatas 90%, kecepatan tumbuh tinggi, benih sehat, murni dan tidak cacat serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroklimat setempat.

Pengujian berat 1000 benih merupakan kegiatan menimbang bobot benih sejumlah 1000 benih. Pada dua sampel kegiatan ini digunakan untuk menelaah jenis benih yang baik secara fisik dengan parameter besar kecilnya benih. Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melakukan perhitungan kadar persen benih yang diinginkan varietasnya dengan terlebih dahulu memilah benih murni, benih varietas lain serta pengotor dalam sampel. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui berapa persen benih yang sesuai dengan varietas yang diinginkan yang telah disemai.

(7)

tercampur antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin penggunaan benih yang benar-benar murni, bersih dan tidak tercampur dengan bahan lainnya, salah satunya adalah dengan melakukan pengujian kemurnian benih. Pengujian berat 1000 benih juga dapat digunakan untuk menentukan berat benih yang akan ditanam pada suatu lahan.

Menurut Vyaniss (2010) Perhitungan dari standar deviasi perlu diketahui, karena erat kaitannya dengan perhitungan berat maksimal benih maupun berat minimal benih. Selain itu standar deviasi juga akan mempengaruhi tingkat keseragaman benih. Hasil perhitungan standar deviasi seharusnya tidak boleh lebih dari 1. Jika hasil yang diperoleh lebih dari 1, maka tingkat keseragaman benih tersebut dapat dikatakan rendah.

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, diperoleh hasil perhitungan standar deviasi rata-rata berat 1000 benih yaitu 0,26. Sedangkan berat benih maksimal dan minimal berturut-turut yaitu 3,66 gr dan 3,14 gr. Hal tersebut menandakan bahwa tingkat keseragaman dalam benih tomat tersebut cukup tinggi berdasarkan perhitungan standar deviasinya.

Berdasarkan data pada tabel 1.2 didapatkan informasi mengenai tingkat kemurnian pada benih. Dari 2 gram benih yang digunakan untuk praktikum didapatkan tingkat kemurnian benih sampel kelompok kami yaitu 65,5 %. Sementara dari berat 2 gram benih yang dianalisis, terdapat 27% tanaman lain dan 6,5% kotoran atau benda mati. Hal tersebut menandakan bahwa sampel merupakan benih yang tidak berkualitas karena tingkat kemurnian masih dibawah 90% sehingga akan merugikan apabila disemai. Apabila digunakan sampel ke semua kelompok dengan total berat benih 8 gram akan diperoleh tingkat kemurnian 68,2% dengan berat benih lain 25% dan pengotor 6,375%. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa benih sampel yang diuji memiliki kualitas yang buruk dari segi tingkat kemurnian.

(8)

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara I Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian Benih adalah sebagai berikut:

a. Benih murni dan bermutu merupakan benih yang sesuai dengan deskripsi genetiknya dan unggul dalam fisik maupun fisiologis.

b. Pengujian berat dan kemurnian benih bermanfaat untuk mengetahui keseragaman dan tingkat kemurnian genetiknya.

c. Standar deviasi digunakan untuk menentukan tingkat keseragaman benih.

d. Standar deviasi < 1 berarti keseragaman benih cukup baik.

e. Tingkat keseragaman benih sampel cukup tinggi berdasar standar deviasinya

f. Tingkat kemurnian benih sangat buruk karena dibawah 90%. 2. Saran

a. Timbangan digital hendaknya di cek terlebih dahulu keakuratannya agar hasil pengamatan yang didapat dapat kredibel.

(9)

Dede JS, Nurhasybi. 2008. Pengembangan standar pengujian kadar air dan perkecambahan benih beberapa jenis tanaman hutan untuk menunjang program penanaman hutan di daerah. Jurnal Prosiding Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Hamzah A. 2014. 9 Jurus sukses bertanam pepaya california. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2015. Deskripsi benih murni. URL: http://kbbi.web.id/benih. Diakses 5 November 2015.

Mulyana D, dan Asmarahman C. 2012. Untung besar dari bertanam sengon. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Situmeang M, Purwantoro A, dan Sulandari S. 2014. Pengaruh pemanasan terhadap perkecambahan dan kesehatan benih kedelai. Jurnal Vegetalika. 3(3): 27 – 37.

Silvikultur 2011. Definisi benih bermutu. URL: http://www.silvikultur.com/ definisi_benih_bermutu.html. Diakses 5 November 2015.

Sukarman dan Hasanah M. 2005. Perbaikan mutu benih aneka tanaman perkebunan melalui cara panen dan penangan benih. Jurnal Litbang Pertanian. 22(1): 16-23.

(10)

Benih merupakan substansi yang memiliki sifat mudah menguapkan dan menyerap air, memiliki susunan yang kompleks dan terdiri atas berbagai macam jaringan. Air merupakan bagian penting yang terdapat sedemikian rupa dalam benih, artinya air terdapat dalam benih di setiap bagiannya. Kadar air benih yang karena keadaannya mudah menguap maupun terserap itu tergantung pada kelembaban suhu udara lingkungan sekitarnya.

Benih merupakan biji tanaman dengan fungsi utama sebagai embrio bibit untuk penanaman generatif. Maka benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu mutu genetik, mutu fisiologi, dan mutu fisik. Kadar air benih merupakan salah satu komponen dalam mutu fisik yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan benih.

Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih pada kadar air tinggi berisiko mempercepat mundurnya kualitas benih karena cadangan makanan yang teroksidasi selama dalam penyimpanan. Selain itu kadar air tinggi juga dapat menyebabkan tumbuhnya substrat jamur yang memicu kerusakan benih. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada embrio benih, dengan kata lain apabila kadar air dalam benih tidak sesuai standar maka dapat menurunkan kualitas benih tersebut. Kadar air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat kadar air tertentu pada masing-masing spesies atau varietas. Hal tersebut dilakukan agar hasil maksimal. Maka manfaat mengetahui kadar air dalam benih, akan menunjukan kapan saat panen yang tepat dalam budidaya pertanian

(11)

serta dapat mengetahui tingkat mutu benih yang akan disemai, secara mutu fisiknya.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara II Pengujian Kadar Air Benih antara lain:

a. Mengetahui kadar air benih dengan metode dasar b. Menguji kadar air benih dengan metode praktis

B. Tinjauan Pustaka

Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih kedelai selama penyimpanan adalah mutu dan daya kecambah sebelum disimpan, kadar air benih, kelembapan ruangan penyimpanan, suhu tempat penyimpanan, hama dan penyakit di tempat penyimpanan dan lama penyimpanan (Samuel et al. 2012).

Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dalam benih yang hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, dinyatakan dalam prosentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Dewi 2013).

(12)

Waktu panen diusahakan benih yang dipanen merupakan benih yang telah masak fisiologis, dengan kadar air rendah, atau jika pada waktu panen kadar air masih tinggi, maka benih tersebut harus segera dikeringkan terlebih dahulu sebelum akhirnya disimpan. Kadar air yang tinggi pada waktu panen dapat mempengaruhi daya simpan benih, karena benih ini mudah mengalami kerusakan pada waktu panen, perontokan, pengolahan dan penanganan lebih lanjut. Pada waktu benih diproses kadar air benih dikurangi hingga tahap tertentu yang aman untuk penyimpanan. Penurunan kadar air benih ini bertujuan untuk menekan laju respirasi benih. Semakin rendah kadar air benih, laju respirasi akan semakin rendah pula, sehingga benih dapat disimpan lebih lama karena laju deteriorisasinya lambat. Namun kadar air benih yang terlalu rendah justru dapat menyebabkan benih menjadi pecah atau mudah mengalami kerusakan (Hendarto 2003).

Cuaca yang tidak konstan dapat berpengaruh pada penyimpanan benih, karena akan mengakibatkan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sering berubah. Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban ruang penyimpanaan. Sehingga apabila ruangan tempat penyimpanan benih mempunyai kadar air yang lebih tinggi daripada kadar air benih, maka benih akan menyerap air dari udara akibatnya kadar air benih meningkat (Lesilolo et al. 2012).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara II Pengujian Kadar Air Benih dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 29 Oktober 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(13)

1) Timbangan 2) Oven

3) Alat penguji kadar air benih 4) Cawan petri

b. Bahan :

1) Benih Pepaya (Carica papaya) c. Cara Kerja

1) Metode Dasar

a) Menimbang masing-masing 3 cawan porselin yang telah dipanaskan terlebih dahulu (w1 gram).

b) Menimbang cawan poeselin + contoh benih sebanyak 10 benih dengan ulangan 3 kali (w2 gram).

c) Memanaskan cawan porselin + contoh benih ke dalam oven pada suhu 130 derajat celcius selama 50 menit.

d) Mendinginkan cawan porselin (sampai dingin).

e) Menimbang cawan porselin + contoh benih yang telah dingin (w3 gram).

f) Menghitung persentase air yang dilepaskan.

% 100 w1 -w2

w3 -w2

S x

2) Metode Praktis

a. Menyiapkan seed moisture tester.

b. Mengoperasikan alat sesuai dengan petunjuk yang ada. c. Menghitung kadar air benih dengan ulangan 3 kali.

D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Pengujian Kadar Air Benih Pepaya (Carica papaya) dengan Metode Dasar

Ulangan W1 W2 W3 W2-W3 W2-W1 Kadar Air (%)

1 3,86 4,16 4,13 0,03 0,30 10,00

2 3,89 4,20 4,15 0,05 0,31 16,30

3 3,92 4,19 4,15 0,04 0,27 14,81

(14)

ӯ 3,89 4,18 4,14 0,04 0,29 13,65

Gambar 2.1 Pengujian Kadar Air dengan Metode Praktis 2. Pembahasan

(15)

contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal contoh benih. Kadar air dalam benih dapat dihitung dengan beberapa metode dan cara.

Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Dewi 2013). Selain itu juga untuk mengetahui benih yang telah masak secara fisiologis dalam proses pemanenan.

Kadar air yang tinggi saat panen dapat mempengaruhi daya simpan benih, karena benih ini mudah mengalami kerusakan pada waktu panen, perontokan, pengolahan dan penanganan lebih lanjut. Kadar air yang rendah akan mempengaruhi laju respirasi menjadi rendah, sehingga benih dapat disimpan lebih lama karena laju deteriorisasinya lambat. Namun kadar air benih yang terlalu rendah justru dapat menyebabkan benih menjadi pecah atau mudah mengalami kerusakan (Hendarto 2003). Kadar air benih yang terlalu tinggi mendorong terciptanya kondisi yang mempercepat laju kerusakan benih, akibat terjadinya proses metabolisme dan respirasi. Lajurespirasi yang tinggi dapat mempercepat hilangnya viabilitas benih. Selain itu kadar air benih yang tinggi akan memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan kualitas benih.

(16)

lapangan adalah metode otomatis karena dapat secara langsung mengetahui kadar air benih, sedangkan untuk tujuan penelitian maupun laboratorium metode yang lebih baik adalah metode oven karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.

Dari pengamatan kadar air benih yang telah dilakukan dengan menggunakan metode dasar didapatkan kadar air benih dengan tiga kali ulangan (sampel) adalah 10%, 16,3%, dan 14,81%. Dari ketiga sampel tidak terdapat gap sebesar 6,3 dengan rata-rata kadar airnya sebesar 13,65%. Hal tersebut menurut Purwono dan Rudi (2008) menandakan bahwa kadar air benih telah sesuai untuk syarat penyimpanan karena kadar airnya dibawah 14%.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan metode praktis diperoleh hasil kadar air benih sebesar 28,9% untuk lima kali ulangan. Jika dibandingkan hasilnya dengan metode dasar maka hasilnya cukup jauh. Namun dalam tingkat ketelitian lebih dipercaya metode dasar karena menggunakan analisis perhitungan sehingga dalam penelitian dapat dipakai metode dasar sebagai acuan. Namun dalam praktek di lapangan lebih praktis menggunakan metode praktis karena tidak membutuhkan waktu yang lama.

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara II. Pengujian Kadar Air Benih adalah sebagai berikut:

a. Kadar air benih merupakan besar kandungan air dalam benih.

b. Kadar air benih bertujuan menetapkan kadar air benih sebelum disimpan untuk mempertahankan viabilitas benih.

c. Kadar air benih tinggi menyebabkan laju respirasi tinggi sehingga benih cepat rusak.

(17)

e. Metode dasar baik digunakan untuk analisis laboratorium, metode praktis baik digunakan di lahan secara langsung.

f. Rata-rata kadar air benih dengan metode dasar sebesar 13,65% sehingga benih siap untuk disimpan.

g. Rata-rata kadar air benih dengan metode praktis sebesar 28,9% perbedaan yang besar tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketelitian alat penguji rendah.

2. Saran

a. Hendaknya praktikan lebih serius dalam praktikum sehingga dapat meminimalkan kesalahan dalam perhitungan maupun penimbangan. b. Sebaiknya Coass mengecek kesiapan peralatan praktikum terlebih

(18)

Swadaya.

Rahmitasari D. 2013. Analisis kadar air benih. Surabaya: Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan.

Samuel, Purnamaningsih SL, dan Kendarini N. 2012. Pengaruh kadar air terhadap penurunan mutu fisiologis benih kedelai (Glycine max L.) varietas gepak kuning selama dalam penyimpanan. Jurnal Agronomi 2(12) : 123-136. Lesilolo MK, Patty J dan Tetty N. 2012. Penggunaan desikan abu dan lama

(19)

Benih memiliki peranan penting dalam produksi pertanian. Benih merupakan faktor awal yang menentukan berhasil tidaknya budidaya pertanian yang dilakukan. Benih dengan kualitas baik akan mendatangkan hasil yang baik bagi budidaya pertanian. Namun sebaliknya benih dengan kualitas yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada budidaya pertanian. Maka, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak dari proses produksi oleh produsen benih, hingga kemudian dipasarkan dan sampai di tangan petani untuk proses penanaman.

Pengujian benih menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas benih dan hal itu harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu.

Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji, sering dibayangkan bahwa perkecambahan biji adalah suatu peristiwa atau proses pada biji yang terjadi sesudah panen atau biji berkecambah setelah biji tersebut masak. Akan tetapi, biji bisa berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering maksimum. Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai daya perkecambahan maksimal tetapi sesudah itu akan menurun dengan kecapatan yang sesuai dengan keadaan lapangan.

Uji perkecambahan bagi bermanfaat untuk menentukan kualitas suatu benih. Disini dapat menekan biaya akibat kegagalan perkecambahan. Selain itu kualitas benih yang dihasilkan akan sesuai dengan keinginan sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas dalam budidaya.

(20)

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara III Pengujian Daya Kecambah Benih antara lain:

a. Mengetahui daya kecambah benih b. Mengetahui kecepatan kecambah benih

B. Tinjauan Pustaka

Kemunduran benih selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Setyastuti 2004).

Biji atau benih yang dinyatakan berkecambah apabila telah mengeluarkan unsur-unsur utama dari lembaga, yaitu akar dan tunas. Suatu biji tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat kecambah terpenuhi. Syarat kecambha benih diantaranya embrio biji yang masih hidup, biji tidak dalam keadaan dorman serta faktor lingkungan menguntungkan untuk pekecambahan (Sutopo 2004).

(21)

Vigor benih dapat diketahui dari kekuatan tumbuh benih melalui kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh benih adalah jumlah % kecambah normal. Keserempakan tumbuh benih adalah % kecambah normal kuat pada periode perkecambahan tertentu. Keduanya dilakukan dalam kondisi optimum (Kartasapoetra 2003).

Pengujian daya berkecambah benih diperlukan untuk memberikan informasi kepada para produsen, pedagang dan pengguna mengenai nilai benih sebagai bahan tanam (planting value of seed). Untuk mendukung industri dan perdagangan benih, metode pengujian yang digunakan harus memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Oleh karena itu, metode tersebut harus dikembangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah dan akumulasi pengalaman para analis benih (Udin et al. 2010).

Uji perkecambahan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah maksimum pada kondisi optimum. Pengujian perkecambahan dapat dilakukan di laboratorium maupun di rumah kaca/lapangan. Pengujian perkecambahan di laboratorium dapat menggunakan media kertas dengan beberapa metoda, di antaranya UDK (Uji Di atas Kertas), UKDpd (Uji Kertas Digulung dengan posisi didirikan) dan UAK (Uji Antar Kertas). Sedangkan pengujian di rumah kaca/lapangan dapat menggunakan media tanah, pasir, vermikulit, dan serbuk sabut kelapa (Naning et al. 2009).

Mutu benih dapat dilihat dari penampakkannya seperti kebernasan benih, warna benih, campuran fisik benih, dan perkecambahan benih. Dengan cara ini benih dapat dibedakan bermutu tinggi dan bermutu rendah. Namun, cara ini masih banyak kekurangannya karena mutu benih tidak hanya dilihat dari sifat fisik tetapi terkait dengan sifat genetik dan proses fisiologi benih. Mutu genetik dimaksudkan untuk menilai kemurnian dan keunggulan varietas. Sementara mutu fisiologis dimaksudkan untuk menilai daya tumbuh benih, kadar air, dan vigor benih (Purwono 2008).

(22)

dapat menyebabkan benih gagal berkecambah sedangkan temperatur yang terlalu tinggi, benih akan rusak. Penyinaran yang rendah akan menyebabkan benih mengalami etiolasi sedangkan penyinaran yang tinggi menyebabkan benih rusak (Hari dan Nisa 2007).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara III Pengujian Daya Kecambah Benih dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 November 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan a. Alat

1) Petridish

2) Gelas Air Mineral 3) Kertas perkecambahan b. Bahan

1) Benih melon (Cucumis melo L.) 2) Benih bayam merah (Amaranthus sp.) 3) Pasir

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan petridish dan gelas air mineral serta media perkecambahan berupa kertas dan pasir

b. Mengecambahakan benih pada media perkecambahan pada kertas (PK), antar kertas (AK), pada pasir (PP), dan dalam pasir (DP)

c. Menjaga kelembaban dengan menyemprot air pada permukaan kecambah

d. Melakukan pengamatan: kecambah normal, abnormal, dan yang mati. e. Menghitung daya dan kecepatan berkecambah, perhitungan daya

(23)

D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada Kertas

(24)

Tabel 3.3 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada

(25)

Gambar 3.3 Benih dengan Gambar 3.4 Benih dengan

a. Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada Kertas

%

b. Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Antar Kertas

%

c. Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada Pasir

(26)

%

d. Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Dalam Pasir

%

Kecepatan dan daya kecambah merupakan uji untuk mengetahui keadaan viabilitas suatu benih. Kecepatan kecambah merupakan jumlah prosentase benih yang berkecambah terhadap keseluruhan benih yang berkecambah pada hari ke 7 setelah penyemaian. Daya kecambah merupakan jumlah prosentase benih yang berkecambah terhadap keseluruhan benih yang berkecambah pada hari ke 4 setelah penyemaian.

(27)

telah terurai di daerah meristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh, pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.

Kecambah yang normal memiliki kriteria antara lain:

a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik.

b) Kecambah dengan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil.

c) Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna. Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Hal tersebut menandakan bahwa kecambah yang pertumbuhannya aneh dan tidak wajar maupun berbeda dengan tanaman yang tumbuh dengan normal, tanaman tersebut memiliki akar yang bengkok maupun tumbuh terbalik. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :

a) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.

b) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.

(28)

d) Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:

(1) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.

(2) Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.

Benih mati merupakan benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit.

Secara keseluruhan pada uji perkecambahan bayam merah yang paling baik terjadi dengan metode pada kertas. Secara berurutan yang paling baik yakni pada kertas, dalam pasir, pada pasir dan antar kertas. Pada pengujian benih melon secara berurutan yang paling baik yakni pada pasir, antar kertas, dalam pasir dan pada kertas.

Secara keseluruhan baik benih bayam maupun melon daya kecambah dan kecepatan kecambah berbanding lurus. Hal tersebut dapat diketahui dari daya kecambah benih yang tinggi maka viabilitasnya juga tinggi. Sebaliknya DK dan KK yang rendah berpengaruh terhadap viabilitas yang menjadi rendah.

(29)

setelah penyeemaian sehingga pengukuran viabilitas benih dapat dilakukan dengan menggunakan daya kecambah benih dimana daya kecambah benih ini diukur pada hari ke tujuh setelah perkecambahan. Vigor merupakan proses perkecambahan benih pada kondisi sub optimal dimana hal tersebut dilakukan untuk mengukur kemampuan adaptasi benih pada kondisi-kondisi tertentu. Vigor benih dapat diekspresikan melalui perhitungan kecepatan kecambah, dimana hal tersebut dilakukan pada hari ke 4 dan dari sini dapat diketahui seberapa besar daya adaptasi benih pada kondisi lingkungan yang berbeda dengan sebelumnya.

Perkecambahan dapat mengalami kegagalan yang diantaranya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni gangguan hama maupun penyakit tanaman. Energi dari metabolisme pada benih yang kecil tidak mampu menumbuhkan radikula dan plumula. Serta faktor lingkungan ekstrem seperti suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas, mauoun kelembapan yang rendah.

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara III Pengujian Daya Kecambah Benih adalah sebagai berikut:

a. Daya kecambah dihitung pada hari ke 4 sedangkan kecepatan kecambah pada hari ke 7

b. Proses perkecambahan diawali dari metabolisme pada biji yang menumbuhkan plumula dan radikula

c. Benih normal memiliki DK dan KK tinggi, benih abnormal sedikit terdapat cacat pada perkecambahan, benih mati ialah benih yang tidak dapat tumbuh

d. Metode perkecambahan yang paling baik adalah pada kertas e. DK dan KK berbanding lurus terhadap viabilitas benih

(30)

g. Faktor kegagalan perkecambahan diantaranya adanya gangguan hama maupun penyakit, kurangnya energi yang tersedia, serta faktor lingkungan yang ekstrem.

2. Saran

(31)

3695/proses-terjadinya-perkecambahan.htm. Diakses 26 November 2015. Hari H dan Nisa R. 2007. Memperbanyak tanaman hias favorit. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Kartasapoetra AG. 2003. Teknologi benih. Jakarta: Rineka Cipta

Naning Y, Yetti H, dan Tati R. 2009. Pemilihan metoda dan media uji perkecambahan benih tisuk (Hibiscus sp.). Jurnal Agronomi 9 (1) : 43-47. Purwono. 2005. Kacang hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.

Setyastuti. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1) : 22-31.

Sutopo L. 2004. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali.

(32)

Benih sangat menentukan hasil suatu budidaya petanian. Untuk dapat menjaga kualiatas beih dapat dilakukan berbagai pengujian, diantaranya uji vigor benih. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Kebanyakan petani belum mengetahui manfaat vigor benih yang diantaranya dapat menekan kegagalan budidaya. Ditambah manfaat lain dengan adanya efektifitas dan efisiensi dalam penyemaian benih untuk menghasilkan bibit yang maksimal.

Praktikum uji vigor yang dilakukan adalah deep soil test yaitu dengan menanam benih pada kedalamaan berbeda dan red brick test yaitu menanam benih pada media batu bata. Apabila benih mampu tumbuh dan berkecambah dengan baik pada media dan kedalam tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan vigor benih tinggi. Pada praktek di lapangan, vigor benih menentukan tingkat keserempakan tumbuh tanaman.

Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih berarti terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari pelaksanaan usahataninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal. Uji vigor merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-macam. Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah persentase kecambah normal. Sehingga diharapkan pengujian vigor dapat menekan biaya akibat kegagalan pertumbuhan bibit dan efisiensi waktu.

(33)

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara IV Uji Vigor Benih adalah untuk menguji vigor benih.

B. Tinjauan Pustaka

Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Bagod 2006).

(34)

Vigor benih dapat diketahui dari kekuatan tumbuh benih melalui kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh benih adalah jumlah % kecambah normal. Keserempakan tumbuh benih adalah % kecambah normal kuat pada periode perkecambahan tertentu. Keduanya dilakukan dalam kondisi optimum (Kartasapoetra 2003).

Budidaya pertanian selain memperhatikan ukuran biji perlu juga mengamati kedalaman penanaman, sebab kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman agar tanaman dapat tumbuh seragam dan meminimalisir penyulaman. Kedalaman tanam berhubungan dengan vigor tanaman, bibit normal dari benih yang memiliki kekuatan tumbuh yang baik pada kedalaman optimal namun sebaliknya jika kedalaman kurang optimal benih tidak akan tumbuh dengan baik karena benih memerlukan ruang yang optimal agar dapat berkecambah serta tumbuh. Vigor berhubungan dengan bobot benih, dimana kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas mikroorganisme atau berpengaruh dalam perkecambahan (Pratama et al. 2014).

Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedangkan vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar (pada red brick test yang digunakan untuk ketahanan terhadap kekeringan), dari plumula atau koleoptilnya (pada deep soil test terhadap kedalaman tanaman), ketahanan terhadap serangan penyakit (corn cold test terhadap serangan Pythium sp.), warna kotiledon dalam efeknya terhadap tetrazolium test (Sutopo 2004).

C. Metodologi Praktikum

(35)

Praktikum acara IV Uji Vigor Benih dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 November 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian dan Rumah Kaca B, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

1) Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) 3. Cara Kerja

a. Menyiapkan media tanam

b. Menanam 5 benih pada perlakuan deep soil test dan red brick test dengan kedalaman 3 dan 7cm

c. Menjaga kelembaban dengan menyiram media

d. Melakukan pengamatan pada hari ke 3 dan 6 HST dengan kriteria: Kecambah kuat, kurang kuat, tidak kuat atau mati.

e. Menghitung presentase kecambah normal yang muncul sebagai ketahanan benih terhadap kondisi sub optimum.

D. Hasil Praktikum 1. Hasil Pengamatan

(36)

Tabel 4.1 Pengamatan Vigor Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) pada perlakuan Red brick test.

Kedalaman (cm)

Ulangan KK DK Tinggi tanaman

Panjang akar

Kriteria

3

1

40% 60%

11,5 8,0 Normal

2 8,0 9,0 Normal

3 7,0 5,5 Normal

7

1

80% 100%

13,0 4,5 Normal

2 12 ,5 5,5 Normal

3 11,5 6,5 Normal

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 4.1 Perlakuan Soil Gambar 4.2 Perlakuan Soil Deep Test kedalaman 3 cm Deep Test kedalaman 7 cm

(37)

Analisis Data:

(38)

vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Maka Uji vigor merupakan serangkaian pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan sub optimal.

Uji vigor dengan red brick test yakni metode dengan menggunakan pecahan batu bata merah yang kemudian ditanami benih agar berkecambah. Penggunaan batu bata merah diharapkan untuk menguji ketahanan benih pada kekeringan. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam permakultur. Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2004).

Vigor benih yang tinggi dicirikan dengan daya tahan simpan yang lama, tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan tumbuh merata, mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi baik dalam keadaan yang sub optimal. Benih yang memiliki vigor yang tinggi merupakan benih yang berkualitas dan dapat dijadikan salah satu parameter untuk sertifikasi benih. Selain itu vigor benih juga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk meramalkan berapa lama benih dapat disimpan sebelum dilakukan penanaman.

(39)

genetis maupun fisiologis yang ditandai dengan pemanenan hasil yang belum pada waktu yang tepat.

Kedalaman tanam berpengaruh nyata terhadap tolak ukur kecepatan tumbuh, panjang akar, dan bobot kering. Kedalaman tanah mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih di lapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat air hujan. Berdasarkan hasil pengamatan praktikum dapat diketahui bahwa kedalaman tanam 7 cm jauh lebih baik daripada 3 cm dilihat dari persentase DK dan KK nya. Namun memiliki panjang akar yang jauh lebih kecil dibanding kedalaman tanam 3 cm. Hal tersebut menandakan bahwa kedalaman tanam tertentu yang dalam dapat mempercepat kecambah benih, hal tersebut dikarenakan benih tidak memanjangkan akar untuk dapat menjangkau unsur hara dibawah, dan energinya dapat digunakan untuk memanjangkan plumulanya. Kedalaman 3 cm di duga menggunakan sebagian besar energinya untuk memanjangkan akar agar mencapai tanah lapisan bawah untuk mencari unsur hara, sedangkan plumulanya tersisihkan untuk dapat tumbuh dengan optimal. Namun pada kedalaman tanam yang terlalu dalam justru akan mengakibatkan benih kesulitan untuk mencapai permukaan sehingga terjadi pemborosan energi dan bisa berakibat pada kematian pada benih tersebut. Hal tersebut tidak berlaku untuk seluruh jenis tanaman karena ada jenis tanaman tertentu yang justru dapat berkecambah dengan baik pada kedalaman tanam yang rendah seperti tanaman cabai.

E. Kesimpulan 1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara IV Uji Vigor Benih adalah sebagai berikut:

a. Uji vigor dilakukan untuk menguji kecambah benih pada keadaan sub optimal.

(40)

c. Vigor benih yang baik dicirikan dengan daya tahan simpan yang lama, tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan tumbuh merata, mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi baik dalam keadaan yang sub optimal.

d. Tipe kecambah yang kuat memiliki vigor yang tinggi sedangkan tipe perkecambahan yang lemah memiliki vigor yang rendah.

e. Kedalaman tanah pada penanaman berpengaruh terhadap perkecambahan benih.

2. Saran

(41)
(42)

Menjaga kualitas benih dapat dilakukan berbagai pengujian. Salah satu metode yang digunakan untuk menduga kualitas benih adalah uji tetrazolium. Uji tetrazolium bertujuan dalam mengaktifkan sel atau jaringan benih dan membedakan antara sel atau jaringan yang hidup atau mati. Uji tersebut sangat cepat dan tepat apabila diaplikasikan pada benih yang yang mengalami dormansi dan mengalami pemasakan lanjutan.

Tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pengujian ini menggunakan garam tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang dapat direduksi secara enzymatic didalam jaringan benih yang masih hidup. Reduksi senyawa ini akan merubah senyawa formazan yang berwarna mwerah cerah.

Uji tetrazolium sangat perlu diketahui untuk mengefektifkan proses persemaian benih, terutama pada benih-benih dorman. Selain itu, uji ini juga memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Oleh karena itu, pada praktikum teknologi benih ini akan dilakukan uji tetrazolium untuk mengetahui apakah benih yang diamati merupakan benih hidup atau benih mati. Meskipun uji tetrazolium belum tentu membuktikan bahwa viabilitas tanaman itu baik, tetapi secara tidak langsung uji ini dapat mempermudah untuk mengetahui kondisi benih.

Uji viabilitas dengan metode perkecambahan memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh hasil dan analisis datanya. Maka kelemahan uji dengan proses perkecambahan tersebut dapat diatasi dengan uji tetrazolium. Manfaat dari adanya uji tetrazolium dapat mengefisienkan dan mengefektifkan waktu proses pengujian serta mengurangi jumlah benih yang digunakan dalam proses pengujian sehingga biaya yang dikeluarkan dapat ditekan.

(43)

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara V Uji Tetrazolium adalah untuk menguji viabilitas benih secara cepat dan tidak langsung.

B. Tinjauan Pustaka

Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum. Viabilitas suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan optimum atau mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan simpan lama dalam keadaan yang optimum. Uji Viabilitas Dapat melalui indikasi langsung ataupun indikasi tidak langsung, yaitu Uji Daya Kecambah (%) uji viabilitas langsung (menguji kinerja pertumbuhan atau perkecambahan benih) dan Uji Secara Biokimia uji viabilitas tidak langsung (gejala kehidupan atau kapasitas metabolisme). Contoh: Uji Tetrazolium, Uji FeCl3, Uji DHL (Daya Hantar

Listrik), dll (Sadjad 2004).

Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama.Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test (Kamil 2006).

(44)

Viabilitas benih didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk berkembang atau daya kecambah pada tanaman muda (misal perkecambahan) di bawah kondisi lingkungan yang menguntungkan setelah dormansi. Pengeringan terlalu lama pada temperatur yang tinggi akan menyebabkan viabilitas benih mengalami degradasi pada enzim dan hidrolisis pada pati. Semakin lama pada temperature tinggi akan menyebabkan benih mati (Gine 2006).

Semua kekurangan-kekurangan uji perkecambahan secara langsung dapat diatasi apabila viabilitas benih dapat diukur dengan suatu penduga biokimia di aktivitas metabolisme benih. Di dalam suatu uji biokimia tanda terjadinya proses reduksi dalam sel hidup dihasilkan oleh reduksi di suatu indikator. Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam jaringan sel hi bahan ini akan ikut serta dalam proses reduksi (Soejadi dan Sadiman 2007).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara V Uji Tetrazolium dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 12 November 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan a. Alat

1) Gelas Piala 2) pH meter b. Bahan

1) Benih kacang tanah (Arachis hypoegea) 2) Benih kacang panjang (Phaseolus vulgaris) 3) Benih melinjo (Gnetum gnemon)

3. Cara Kerja

a. Membuat larutan penyangga dengan cara melarutkan 9,078 g KH2PO4

(45)

b. Mencampurkan 400 ml larutan pertama dan 600 ml larutan kedua. c. Melakukan tes pH dengan pH meter.

d. Melarutkan 10 gr garam tetrrazolium dalam larutan penyangga. e. Merendam benih yang akan diamati dengan air dingin selama 12 jam. f. Membelah benih melalui embrionok axis berupa irisan melintang atau

membujur.

g. Merendam benih dalam larutan garam tetrazolium selama 10-15 menit. h. Mencuci benih dan melakukan pengamatan, menghitung benih yang

viabel maupun yang non viabel dengan pewarnaan dari lembaga. i. Menggambar struktur benih dan bagiannya.

D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan

Tabel 5.1 Pengamatan Uji Tetrazolium Pada Benih Kacang tanah (Arachis hypoegea), Melinjo (Gnetum gnemon), dan Kacang panjang (Phaseolus vulgaris).

Komoditas Ulangan Foto Hasil Uji Tetrazolium IndikasiWarna Keterangan

Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

1 Merah

Muda

Benih lemah

2 Merah

Muda

(46)

3 Tidak

berwarna Benih mati

Melinjo (Gnetum gnemon)

1 Tidak

berwarna

Benih mati

2 Tidak

berwarna Benih mati

3 Tidak

berwarna Benih mati

Kacang Panjang (Phaseolus vulgaris)

1 Merah

Cerah

(47)

2 Merah

Cerah

Benih viabel

3 Merah

Muda

Benih lemah

Sumber : Laporan Sementara

Gambar 5.1 Struktur Benih Gambar 5.2 Struktur Benih Kacang Tanah Melinjo

(48)

2. Pembahasan

Menurut Putri (2012) pengujian tetrazolium, merupakan cara pengujian viabilitas benih secara cepat dan bersifat tidak langsung (Quick Test). Zat kimia yang digunakan adalah 2,3,5 Triphenyl Tetrazolium Kloride (garam tetrazolium), zat ini dapat diserap oleh benih. Dalam jaringan benih hidup, garam tetrazolium akan mengalami reduksi secara enzimatik sehingga timbul senyawa formazan yang berwarna merah cerah. Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara sekitar 40 derajat celcius dan dalam larutan dengan pH 7. Dasar pertimbangan uji tetrazolium yakni adanya keterbatasan waktu, benih bersifat dorman, dan kepentingan riset.

Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum. Viabilitas suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan optimum atau mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan simpan lama dalam keadaan yang optimum. Uji Viabilitas Dapat melalui indikasi langsung ataupun indikasi tidak langsung, yaitu Uji Daya Kecambah (%) uji viabilitas langsung (menguji kinerja pertumbuhan atau perkecambahan benih) dan Uji Secara Biokimia uji viabilitas tidak langsung (gejala kehidupan atau kapasitas metabolisme). Contoh: Uji Tetrazolium, Uji FeCl3, Uji DHL (Daya Hantar Listrik), dll (Sadjad 2004).

(49)

adalah viabel dan mampu berkecambah dengan baik nantinya apabila dikecambahkan.

Struktur biji melinjo berbentuk oval keras dibagian luar, benih melinjo bagian-bagiannya terdiri atas testa yakni bagian kulit biji terluar yang keras, kotiledon, plumula, radikula, serta endosperma. Struktur biji kacang tanah lunak yang terdiri atas testa, plumula, radikula, kotiledon dan endosperma. Struktur biji kacang panjang adalah agak keras kulit terluar berwarna hitam, terdiri atas kulit luar, plumula, radikula, kotiledon dab endosperma.

Uji tetrazolium bersifat cepat dan tidak langsung karena tidak memerlukan proses serta waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya. Namun setelah didapatkan reaksinya masih perlu dianalisa terlebih dahulu dalam pengujiannya apakah jaringan dalam benih masih hidup atau sudah mati. Cara pengujian yang hanya memasukkan benih pada garam tetrazolium tanpa perlakuan yang lain yang beberapa saat dapat diketahui viabilitas benihnya dengan indikator warna yang ditunjukkan.

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara V Uji Tetrazolium adalah sebagai berikut:

a. Pengujian tetrazolium merupakan cara pengujian viabilitas benih secara cepat dan bersifat tidak langsung yang menggunakan 2,3,5 Triphenyl Tetrazolium Kloride.

b. Viabilitas merupakan kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum.

c. Kacang tanah dua benih berwarna merah cerah sehingga dua benihnya viabel sementara benih ketiga mati.

(50)

e. Benih kacang panjang secara keseluruhan viabel dan baik untuk dikecambahkan.

f. Benih terdiri atas testa, kotiledon, endosperma, plumula, dan radikula g. Uji tetrazolium tidak membutuhkan waktu lama serta prosesnya

praktis dan cepat. 3. Saran

Saran terhadap praktikum acara V Uji tetrazolium adalah sebagai berikut:

a. Bahan dan alat yang disediakan dalam praktikum hendaknya mencukupi untuk seluruh kelompok sehingga tidak perlu menunggu kelompok lain selesai

(51)

Putri M. 2012. Uji tetrazolium. URL: http://agronomilicious.blogspot .co.id/2012/12/uji-tetrazolium.html. Diakses 24 November 2015. Sadjad. 2004. Prinsip-prinsip dalam mempertahankan mutu benih dalam

penyimpanan. Makalah Pada Pelatihan Pengawas Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Jawa Timur. Malang: BALITKABI. Soejadi G dan Sadiman I. 2007. Identifikasi tingkat kemunduran benih kedelai

melalui daya hantar listrik dan viabilitas. Agrijurnal 8 (2) : 38-49. Veganojustice. 2008. Vigor dan viabilitas. URL: http://veganojustice.

Gambar

Tabel 1.1 Pengujian Berat Benih Tomat (Solanum lycopersicum  L.)
Gambar 1.1 Penimbangan
Tabel 2.1 Pengujian Kadar Air Benih Pepaya (Carica papaya) dengan
Tabel 2.2. Pengujian Kadar Air Benih Pepaya (Carica papaya) dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis statistik deskrptif dalam penelitian yang dilakukan terhadap kelima faktor yang mempengaruhi suksesi implmentasi PEL di Kota Medan mencerminakan bila

Misalnya, memasuki masa klimakterium atau menopause yang memiliki tanda dan gejala hot plash (kemerahan yang terasa panas) pada bagian kulit kepala, dada,

KI-3 Keterampilan Mampu membaca, menulis, berbicara dan berhitung untuk mendukung aktivitas di lingkungan keluarga dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.. KURIKULUM

Kentang merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan, baik dilihat dari segi ketersediaan sumber daya, kelayakan usaha dan

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas V yang termasuk dalam kelompok status sosial ekonomi menengah di MIN Sungai Lulut tahun

Mereka a yang menentuk yang menentukan an maju mundurn maju mundurnya ya ruma rumah h saki sakit, t, deng dengan an memi memiliki tenaga- liki tenaga- tenaga

Hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hard Skills dan soft skills siswa kelas XI IPA

Sementara itu, hasil penelitian Maulana (2018) menyatakan bahwa dari 29 reksa dana syariah saham di Indonesia yang diteliti, hanya 6 reksa dana yang memiliki kemampuan