• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI RRI MALANG DALAM MEWUJUDKAN PER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI RRI MALANG DALAM MEWUJUDKAN PER"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

0 STRATEGI RRI MALANG DALAM MEWUJUDKAN PERAN RRI SEBAGAI

PELESTARI BUDAYA BANGSA

JURNAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP – UB dengan Minat Utama Public Relations

Oleh:

PUTRI AYU NILAKANDI

NIM. 105120207111052

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

1 STRATEGI RRI MALANG DALAM MEWUJUDKAN PERAN RRI SEBAGAI

PELESTARI BUDAYA BANGSA

Putri Ayu Nilakandi

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Jalan Veteran, Malang, 65145, Indonesia Email: putriayunila@gmail.com

ABSTRAK

Kemajuan teknologi dan informasi pada kenyataannya memberikan dampak negatif, khususnya bagi kelangsungan budaya bangsa. Dengan keadaan ini, partisipasi RRI Malang sebagi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) yang mengemban visi dan misi membentuk karakter bangsa sangat dibutuhkan untuk mendukung kelestarian budaya bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi RRI Malang dalam mewujudkan peran RRI pebagai pelestari budaya bangsa. Penelitian ini berfokus pada tahapan strategi RRI Malang yang dilakukan dalam upayanya mewujudkan peran RRI sebagai lembaga media yang melestarikan budaya bangsa (budaya lokal) yang fokus pada berbagai upaya yang dilakukan seksi LPU. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Informan diperoleh dengan teknik purposif sampling karena peneliti memilih informan secara langsung berdasarkan kriteria informasi yang diinginkan. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah LPU sebagai pelaksana fungsi Public Relations, LPP dalam upaya melestarikan budaya bangsa, dan strategi Public Relations.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi RRI Malang dalam upaya mewujudkan peran RRI sebagai pelestari budaya bangsa pada dasarnya dipengaruhi oleh dimana kedudukan stasiun RRI tersebut berada. Lokasi RRI pada dasarnya akan menentukan berbagai aspek, seperti siapa publik yang dituju, budaya lokal apa yang akan dilestarikan, sampai media publikasi apa yang sesuai dengan tujuan LPU. Berbagai aspek tersebut akan menjadi dasar bagaimana selanjutnya seksi LPU menentukan upayanya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam praktiknya, strategi yang digunakan RRI Malang dalam mewujudkan peran RRI sebagai pelestari budaya adalah membuat program-program, baik secara on air maupun off air terkait kegiatan budaya. Strategi kedua dilakukan dengan menjalin kerjasama-kerjasama, baik lintas sektoral, mitra kerja, ataupun pihak lainnya (stakeholder) dalam upaya melestarikan budaya bangsa. Hal itu dilakukan melalui kerjasama penyiaran, baik melalui publikasi kegiatan maupun dengan menyiarkan kegiatan tersebut secara langsung.

Kata Kunci: Strategi Public Relations, Pelestari Budaya, Media Publik.

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi saat ini terlihat begitu pesat. Perkembangan ini

(3)

2 membuat semua jarak terasa dekat

(Kesumaningdyah, 2010). Hal ini pun membuat peradaban manusia semakin maju, terbukti dari munculnya budaya-budaya modern yang mengisi kehidupan dan menciptakan berbagai perubahan, baik dari segi sosial ekonomi, politik, bahkan budaya (Sartini, 2009).

Dalam penelitian Mubah (2011) globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tidak terelakkan, bahkan globalisasi dapat menjadi virus mematikan yang dapat berpengaruh buruk pada pudarnya eksistensi budaya-budaya lokal, termasuk bagi Indonesia. Lebih lanjut Mubah menyatakan bahwa nilai-nilai Barat yang diusung bersama arus globalisasi dapat menjadi ancaman bagi kelestarian nilai-nilai atau budaya lokal yang mencitrakan lokalitas khas daerah-daerah di Indonesia. Begitu juga yang diungkapkan oleh Tulasi (2012) dalam penelitiannya yang membahas terpaan media massa dan turbulensi budaya lokal mengungkapkan bahwa kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi saat ini telah mengarah pada degradasi budaya, khususnya di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

Pada dasarnya, semua yang telah dibahas memperlihatkan bahwa budaya lokal kini sedang menghadapi ancaman yang besar ketika budaya asing dengan mudah masuk melalui media komunikasi

dan informasi akibat dari globalisasi yang terjadi. Globalisasi adalah keniscayaan yang tidak dapat terelakkan, dan menolak globalisasi sama halnya dengan menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Muhyidin, 2009). Namun efek negatif yang mengancam eksistensi budaya lokal tidak boleh dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, yang lebih dibutuhkan saat ini adalah bagaimana cara untuk meningkatkan ketahanan budaya lokal dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada (Mubah, 2011).

(4)

3 membentuk budi pekerti dan jati diri

bangsa di tengah arus globalisasi (Rencana Induk RRI, 2011).

Peran RRI sebagai pelestari budaya bangsa sangat menarik untuk diketahui lebih dalam karena berbagai upaya tersebut tentunya tidak akan mudah dijalankan. Hal itu terlihat dari berkembangnya berbagai bentuk media baru yang pada akhirnya menyebabkan radio diperkirakan berada di ambang kematian (Rahayu, 2013). Hal tersebut didukung oleh hasil survey AC Nielsen yang menunjukan jumlah konsumsi media radio (20%) masih berada pada urutan ketiga, jauh dari media televisi (95%), dan internet (33%) (Nielsen, 2014). Kondisi itu juga membuat banyak stasiun radio akhirnya lebih memilih menyajikan budaya modern dari pada kebudayaan tradisional. Akibatnya masyarakat banyak didiguhi dengan siaran-siaran modern yang menguntungkan secara finasial tanpa mempertimbangkan aspek moral, etika, budaya, dan kepribadian masyarakat (Christiyanti & Muktiyo, n.d.).

Melihat berbagai kondisi dan permasalahan tersebut, upaya melestarikan budaya dan tradisi lokal (budaya bangsa) harus terus dilakukan RRI sebagai lembaga penyiaran publik. Hal itu karena apabila pelaku seni semakin jarang ditemui, ditambah generasi muda tidak

lagi tertarik dengan budaya bangsa, dan lembaga media tidak tertarik untuk menyajikan program budaya, tentunya semua itu akan membuat budaya bangsa benar-benar punah.

Disitulah peran RRI sebagai media pelestari budaya bangsa dibutuhkan. Kehadiran RRI sebagai pelestari budaya bangsa diharapkan dapat menghidupkan kembali budaya-budaya lokal yang sudah tidak lagi diminati dan dilestarikan oleh masyarakat pemilik budaya itu sendiri.

KAJIAN PUSTAKA

LPU sebagai Pelaksana Fungsi PR

(5)

4 stakeholder (Direktorat Layanan dan

Usaha LPP RRI, 2008).

Berdasarkan hasil pra penelitian yang peneliti lakukan, seksi LPU menjalankan fungsi PR seperti menjalin dan menjaga komunikasi dengan publik dan melayani segenap kepentingan publik terkait penyiaran (wawancara NH, pada tanggal 3 Agustus 2015). Hal ini sesuai dengan fungsi PR yang dijelaskan oleh Kriyantono (2008, h. 21) bahwa fungsi PR terdiri dari memelihara komunikasi yang harmonis antara lembaga dengan publik, melayani kepentingan publik, dan memelihara perilaku dan moralitas perusahaan.

Secara umum, Public Relations (PR) didefinisikan sebagai kegiatan manajemen dari semua komunikasi di dalam organisasi maupun dengan publik di luar organisasi yang bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya (Oliver, 2007, h. 4). Selain itu menurut Rivers, Jensen, dan Peterson (2004, h. 257) PR juga merupakan keterampilan mengkomunikasikan suatu gagasan kepada khalayak dengan tujuan mencapai sesuatu yang ingin diwujudkan oleh gagasan itu.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang PR di atas, dapat disimpulkan bahwa PR merupakan kegiatan manajemen

dari aktifitas komunikasi yang dilakukan antara perusahaan dengan publiknya demi mencapai setiap kepentingan perusahaan . Public Relations adalah istilah yang luas, mencakup apapun yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat atau publiknya (Pringle & Starr, 2006).

Pada dasarnya terdapat berbagai macam lingkup pekerjaan yang dapat dilakukan seorang PR menurut Kriyantono (2008, h. 23-25) seperti publications dan publicity, event, news, community inveloment, identity media lobbying and negotiation, social investment. Beberapa contoh di atas memperlihatkan bahwa berbagai pekerjaaan maupun aktivitas-aktivitas tersebut dapat dilakukan seorang pelaksana fungsi PR untuk perusahaan atau lembaganya. Melalui aktivitas-aktivitas PR yang dilakukan, diharapkan dapat membantu dalam mewujudkan tujuan organisasi karena pada dasarnya PR merupakan unsur yang sangat penting di dalam manajemen agar tujuan organisasi atau perusahaan dapat dicapai secara optimal (Rumanti, 2004, h. 205).

LPP dalam Upaya Melestarikan Budaya Bangsa

(6)

5 merupakan lembaga penyiaran yang

berbadan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat (PP No 12, 2005).

LPP berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta pelestari budaya bangsa yang semua itu diorientasikan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat (PP No. 11, 2005). RRI sebagai salah satu Lembaga Penyiaran Publik memformat berbagai program acaranya dengan menekankan pada aspek pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk mencerdaskan para pendengarnya. Program-programnya juga disusun untuk melestarikan dan mendorong berkembangnya budaya lokal, sejarah kebangsaan, dan lainnya. Demikian yang disampaikan pula oleh Morissan (2008, h. 101-102) bahwa tanggung jawab penyiaran publik adalah memproduksi program acara pendidikan dan kebudayaan.

Lembaga Penyiaran Publik memiliki visi untuk meningkatkan kualitas hidup publik dan meningkatkan apresiasi terhadap keanekaragaman di tengah masyarakat. Hal itu dilakukan dengan harapan dapat menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah keberagaman

yang ada (Suryandaru, 2013). Selain itu, LPP juga diwajibkan memuat 60% mata acara yang berasal dari dalam negeri (PP No. 11, 2005). Oleh karena itu, LPP dapat digunakan secara optimal untuk membangun kembali karakter bangsa di tengah arus globalisasi karena lembaga ini dapat dijadikan sebagai penyeimbang untuk memberdayakan partisipasi publik dalam pelestarian budaya bangsa.

Tidak hanya itu, Lembaga Penyiaran Publik seperti RRI harus memberikan layanan yang bukan sekedar menjual tetapi juga memberikan yang dibutuhkan publik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Jhodi (2010) bahwa LPP menyajikan program-program untuk kepentingan publik dan memberikan layanan yang bukan sekedar laku di jual, tetapi harus memperhatikan apa yang dibutuhkan publik. Berbagai hal tersebut adalah faktor mendasar yang harus dipertimbangkan RRI sebagai lembaga penyiaran publik sebelum menyusun sebuah strategi di berbagai programnya (Morissan, 2008, h. 101).

Strategi Public Relations

(7)

6 Artinya menyangkut hal-hal yang

berkaitan dengan mampu atau tidaknya organisasi atau perusahaan dalam menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun luar (Soemirat & Ardianto, 2003, h. 91-92). Selain itu, strategi didefinisikan sebagai perencanaan dan manajemen untuk dapat mewujudkan suatu tujuan (Effendy, 2003, h. 300). Berdasarkan beberapa pengertian strategi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu proses atau cara yang direncanakan dengan baik untuk mewujudkan suatu tujuan.

Seorang praktisi PR perlu memiliki strategi dalam menjalankan fungsinya agar apa yang dilakukan dapat terlaksana dan menjangkau sesuai sasaran. Strategi yang dilakukan seorang PR pada dasarnya mengacu pada visi misi organisasi atau perusahaan yang diwakilinya. Hal itu karena tujuan PR adalah tujuan organisasi, jadi segala sesuatu yang dilakukan PR harus sejalan dengan tujuan organisasi. Seperti halnya pada penelitian yang peneliti lakukan menunjukan bahwa RRI Malang sebagai lembaga media berperan sebagai media yang melestarikan budaya bangsa. Maka mewujudkan peran RRI sebagai pelestari budaya bangsa merupakan bagian dari mewujudkan visi dan misi lembaga.

Oliver (2007, h. 3) menyatakan bahwa untuk dapat mewujudkan visi dan misi suatu organisasi, dibutuhkanlah langkah-langkah optimal melalui sebuah strategi. Oleh karena itu, sebagai pelaksana fungsi PR, seksi LPU perlu menyiapkan strategi. Berbagai macam strategi dapat dilakukan seorang pelaksana fungsi PR. Salah satunya seperti strategi PR menurut Smith (2002, h. 9-11). Strategi Smith memiliki sembilan tahapan yang dikategorikan menjadi tiga fase berikut:

1. Formative Research Phase

Dalam fase ini dilakukan riset formatif atau riset strategis sebagai langkah awal yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan menganalisis situasi yang sedang dihadapi oleh suatu organisasi. 2. Strategy Phase

Selanjutnya adalah menyusun strategi. Fase ini digunakan untuk mengetahui keseluruhan rencana yang akan ditempuh, seperti apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya.

3. Tactic Phase

(8)

7 4. Evaluative Research Phase

Fase terakhir ini dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan dan mengetahui efektivitas berbagai taktik komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan

Berdasarkan penjelasan tentang fase atau tahap-tahap strategi Public Relations di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi PR merupakan segala pemikiran yang telah direncanakan oleh pelaksana fungsi PR (yang dalam penelitian ini dilakukan oleh seksi LPU) untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu melalui beberapa kegiatan PR. Strategi tersebut akan membantu seorang pelaksana fungsi PR mencapai segala tujuan sesuai dengan yang diharapkan atau direncanakan.

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif karena obyek dari penelitian ini adalah sebuah fenomena yang pada nantinya akan dideskripsikan oleh peneliti melalui wawancara terhadap subjek penelitian.

Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan dengan sedalam-dalamnya mengenai bagaimana upaya yang dilakukan RRI Malang dalam mewujudkan

peran RRI sebagai sebuah institusi media dalam melestarikan budaya bangsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan teknis analisis data kualitatif yang digunakan peneliti, yaitu teknik interactive model, peneliti mengkategorisasikan data-data empiris yang telah terkumpul dari hasil penelitian di lapangan. Kategorisasi yang peneliti tetapkan disesuaikan dengan fokus penelitian ini yaitu upaya-upaya strategis RRI Malang dalam mewujudkan Perannya sebagai pelestari budaya bangsa, dikhususkan pada upaya yang dilakukan seksi LPU sebagai bagian dari RRI. Berikut peneliti mendiskusikan hasil kategori-kategori yang telah dipaparkan sebelumnya dengan menggunakan literatur maupun teori yang sesuai untuk menghasilkan hakikat dari fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini. Berikut hasil penjelasan hasil diskusi tersebut.

Peran RRI sebagai Pelestari Budaya Bangsa dalam Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

(9)

8 dengan memberikan hiburan yang sehat

yang dapat membetuk jati diri bangsa di tengah arus globalisasi saat ini.

Peran RRI sebagai pelestari budaya bangsa yang bertujuan untuk melestarikan budaya bangsa merupakan perwujudan dari visi lembaga. Menurut Smith (2002, h. 69) tujuan merupakan pernyataan tentang suatu isu dan gambaran bagaimana mencapai harapan yang diinginkan. Berbagai tujuan yang telah dibahas tersebut bermuara pada upaya perwujudan visi lembaga karena visi adalah cita-cita atau harapan bagi suatu organisasi atau lembaga. Menurut Solihin (2012, h. 21) visi menunjukan arah strategis suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai berbagai hasil di masa depan sehingga akan menuntun pengarahan sumber daya organisasi untuk mencapai berbagai tujuan tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam mewujudkan peran RRI sebagai pelestari budaya bangsa, RRI Malang tentunya memiliki publik sasaran sebagai sasaran dalam upayanya mewujudkan peran tersebut. Publik sasaran merupakan publik yang menjadi sasaran agar suatu lembaga atau perusahaan mampu mengatur prioritas dalam menjalin hubungan dengan publiknya (Smith, 2002, h. 39). Publik sasaran RRI Malang dalam upayanya melestarikan budaya bangsa

adalah masyarakat Malang, khususnya masyarakat suku Jawa. Beberapa alasan yang melandasi Seksi LPU menetapkan masyarakat Jawa sebagai publik sasaran karena RRI sebagai lembaga radio memiliki konteks lokal dan dibatasi oleh jangkauan siaran, hal inilah yang membuat RRI Malang sebagai LPP wajib mengangkat budaya lokal dimana mereka berada karena pada dasarnya siaran radio tersebut akan ditujukan untuk masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Nevayesiana (2013) melalui penelitiannya yang menjelaskan bahwa mayoritas penduduk Malang adalah suku Jawa dan terdapat juga sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, dan Tionghoa.

(10)

9 yang dimiliki RRI Malang. Hanya saja

karena konteks siaran radio adalah lokal, maka persentase budaya yang diusung akan lebih besar pada budaya lokal mayoritas penduduk di wilayah RRI tersebut berada, namun juga tidak menutup kemungkinan untuk menyertakan budaya di luar daerah lokal. Proses menentukan publik sasaran yang telah dilakukan Seksi LPU ini pada dasarnya penting dilakukan karena ketidaktepatan dalam menentukan publik sasaran dapat menciptakan kerugian, baik secara materi maupun waktu, dan mengakibatkan tujuan yang telah direncanakan tidak tercapai (Pratama, 2013).

Kaitan antara Publik Sasaran dan Jenis Budaya

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disampaikan terkait peran RRI dalam melestarikan budaya dan kaitannya dengan publik sasaran, menjelaskan bahwa tugas RRI dalam perannya melestarikan budaya bangsa wajib melestarikan budaya lokal sesuai dengan daerah dimana RRI berada. Hal inilah yang kemudian berpengaruh terhadap keputusan RRI Malang untuk melestarikan budaya Jawa.

Berbagai budaya yang disajikan RRI Malang dalam mewujudkan perannya sebagai pelestari budaya bangsa ditentukan berdasarkan publik sasaran yang sebelumnya telah ditetapkan. Berdasarkan

hasil penelitian yang peneliti peroleh menunjukan bahwa berbagai budaya Jawa disajikan RRI Malang dalam upayanya melestarikan budaya bangsa baik secara on air maupun off air. Budaya Jawa yang dilestariakan pun beraneka ragam, baik dari segi bahasa melalui bahasa pengantar siaran saluran budaya RRI Malang yang menggunakan bahasa Jawa Malangan, juga melalui berbagai seni pertunjukan dan tradisi seperi pertunjukan wayang kulit, ludruk, tari topeng, pertunjukan bantengan, hingga lagu-lagu daerah disajikan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara sasaran publik yang ditetapkan RRI dengan jenis budaya yang ditampilkan. Hal itu menunjukan bahwa karena publik sasaran RRI Malang dalam hal ini adalah masyarakat suku Jawa maka budaya yang berusaha dilestarikan dan disajikan oleh RRI juga berasal dari ragam seni dan budaya suku Jawa. Hal itu dilakukan agar budaya-budaya yang ditampilkan sebagai strategi RRI Malang sesuai dengan publik sasaran yang ingin dituju.

LPU dalam Peran RRI sebagai Pelestari Budaya Bangsa

(11)

10 sebagai pelestari budaya bangsa. Menurut

fungsinya layanan publik memiliki tugas untuk tetap melestarikan budaya melalui berbagai kegiatan on air maupun off air. Kegiatan on air tersebut diselenggarakan selain melalui penyelenggaraan budaya dengan memutar rekaman-rekaman budaya, juga dilakukan LPU khususnya layanan publik melalui publikasi-publikasi kegiatan budaya. Hal ini juga terkait dengan upaya layanan publik yang dilakukan secara off air dengan mencari kerjasama-kerjasama agar upaya pelestarian budaya dapat berlangsung dan diwujudkan di RRI Malang.

Kerjasama-kerjasama ini juga dilakukan atas dasar keterbatasan dana yang dimiliki LPU. Hal itu karena untuk kegiatan budaya yang sifatnya inisiatif lembaga, maka seksi LPU harus mencari dananya sendiri. Hal itulah yang kemudian membuat LPU khususnya layanan publik harus mencari kerjasama-kerjasama dalam hal seni budaya agar upaya melestarikan budaya bisa berlangsung. Kerjasama tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama lintas sektoral, mitra kerja, dan stakeholder lainnya.

Fungsi yang kedua di dalam LPU adalah fungsi pengembangan usaha. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh menunjukan bahwa usaha yang dapat dilakukan LPU terkait fungsi

pengembangan usaha dalam upaya mewujudkan peran RRI sebagai pelestari budaya bangsa, salah satunya dengan menyajian acara budaya secara off air. Namun, berbagai variasi budaya Jawa yang dapat dilestarikan di RRI Malang tidak serta merta membuat seksi LPU dalam fungsi pengembangan usaha dapat menggunakannya sebagai strategi dalam upaya melestarikan budaya. Kecenderungan atas profit oriented sebagai dasar perwujudan tugas dan fungsinya pada dasarnya mempengaruhi bagaimana seksi LPU memilih acara budaya yang sesuai dengan tujuannya.

Ruwatan merupakan salah satu contoh budaya Jawa yang diselenggarakan LPU sebagai event tahunan berbentuk kegiatan profit oriented. Melalui kegiatan ini, profit diperoleh LPU melalui hasil pendaftaran peserta yang berniat mengikuti acara ruwatan tersebut. Selain itu, LPU juga mengadakan diklat MC bahasa Jawa sebagai upayanya melestarikan budaya bangsa. Berbagai kegiatan yang dipilih tersebut memperlihatkan keterkaitan upaya yang dilakukan LPU dengan jenis budaya yang digunakan sebagai upaya strategi mewujudkan peran RRI dalam melestarikan budaya bangsa.

(12)

11 upaya branding atau pencitraan yang

dilakukan atas identitas korporat RRI Malang. Fungsi komunikasi publik atau pencitraan merupakan usaha yang dilakukan untuk membangun citra RRI dengan tujuan akhir untuk memperoleh persepsi positif dihadapan segenap publik RRI. Dalam upaya mewujudkan peran RRI dalam melestarikan budaya ini, komunikasi publik juga berperan melalui upaya kerjasama dengan melakukan support penyiaran dalam hal publikasi kegiatan atas kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan oleh pihak lain. Hal ini dilakukan melalui kerjasama dengan sistem barter, yaitu RRI akan membantu dalam hal penyiaran seperi publikasi di udara, sedangkan RRI akan memperoleh branding melalui pemasangan identitas korporat pada acara budaya yang diselenggarakan pihak eksternal.

Keterkaitan Media publikasi dan Publik Sasaran

Pemanfaatan media publikasi yang digunakan dalam kegiatan pelestarian budaya erat kaitannya dengan publik sasaran RRI Malang dalam upayanya melestarikan budaya bangsa. Media publikasi ini digunakan sebagai alat yang digunakan LPU dalam menyampaikan pesan kepada publik atas upaya-upaya yang akan atau sedang dilakukan oleh

LPU dalam upaya pelestarian budaya bangsa.

Terdapat berbagai pertimbangan yang perlu dilakukan atau diperhatikan sebelum LPU memilih media-media sebagai taktik komunikasinya agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara efektif oleh publik sasaran. Menurut Diana (2010) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media, seperti target sasaran, kesesuaian, jangkauan media, biaya, dan tingkat fleksibilitas media.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, menunjukan bahwa berbagai media publikasi kerap digunakan oleh seksi LPU. Namun hanya dua media saja yang konsisten digunakan dan dirasa efektif bagi LPU dalam mendukung upayanya mewujudkan peran RRI sebagai pelestari budaya bangsa. Media tersebut adalah media cetak, yaitu koran memo arema dan media RRI sendiri yaitu media radio. Media-media tersebut merupakan media lokal yang dipilih LPU karena hal itu disesuaikan dengan publik sasaran yang ingin dituju LPU dalam upayanya melestarikan budaya bangsa.

(13)

12 dengan menggunakan dua media itu saja,

LPU selalu mendapatkan partisipasi publik yang memenuhi bahkan dapat melebihi target.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan seksi LPU untuk mendukung peran RRI Malang sebagai pelestari budaya bangsa adalah:

1. Penelitian ini menghasilkan proposisi bahwa strategi RRI Malang dalam upayanya mewujudkan peran RRI sebagai pelestari budaya bangsa pada dasarnya dipengaruhi oleh dimana kedudukan stasiun RRI tersebut berada. Hal itu terjadi karena kedudukan atau lokasi RRI tersebut akan menentukan berbagai aspek lainnya yang selanjutnya akan saling mempengaruhi dalam upaya mewujudkan pelestarian budaya ini, misalnya terkait dengan publik yang dituju, budaya lokal apa yang akan dilestarikan, sampai dengan media publikasi apa yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai LPU. Melalui berbagai aspek tersebut nantinya akan mempengaruhi dan menjadi dasar bagaimana selanjutnya seksi LPU menentukan upaya-upaya apa yang sesuai dengan tugas dan fungsi LPU.

2. Dalam praktiknya, strategi pertama digunakan RRI Malang dalam mewujudkan peran RRI sebagai pelestari budaya adalah membuat program-program, baik secara on air maupun off air terkait kegiatan budaya. 3. Strategi kedua dilakukan dengan menjalin kerjasama-kerjasama, baik dengan lintas sektoral, mitra kerja, ataupun pihak lainnya dalam upaya melestarikan budaya bangsa. Hal itu dilakukan melalui kerjasama penyiaran, baik melalui publikasi kegiatan maupun dengan menyiarkan kegiatan tersebut secara langsung.

SARAN

Saran Akademis

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menganalisis persepsi publik, serta melakukan pengukuran terhadap efek yang dihasilkan strategi PR yang telah dijalankan, khususnya pada strategi PR di institusi media seperti RRI Malang. Saran Praktis

1. RRI Malang khususnya Seksi LPU perlu menambah sumber daya

manusianya untuk dapat

memaksimalkan segala bentuk upayanya untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak lintas sektoral. 2. Seksi LPU diharapkan dapat

(14)

13 tidak terkesan monoton dan diharapkan

dapat memberikan perhatian lebih terhadap upayanya menarik generasi muda agar selalu mencintai budayanya, seperti halnya dengan menggunakan strategi atau kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA Book

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, B. (2003). Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Direktorat Layanan dan Usaha LPP RRI. (2008). Pedoman penyelenggaraan layanan dan usaha LPP RRI tahun 2009. Jakarta: RRI.

Effendy, O. U. (2003). Ilmu, teori, dan filsafat komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Kriyantono, R. (2006). Teknik praktik riset komunikasi. Jakarta: Kencana

Kriyantono, R. (2008). Public relations writing: Teknik produksi media public relations dan publisitas korporat. Jakarta: Kencana.

Moleong, L. J. (2002). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan. (2008). Manajemen media penyiaran strategi mengelola radio & televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Morissan. (2008). Manajemen public relations: Strategi menjadi humas profesional. Jakarta: Prenada

Oliver, S. (2007). Strategi public relations. Jakarta: Erlangga.

Oramahi, H. A. (2012). Jurnalistik radio: kiat menulis berita radio. Jakarta: Erlangga.

Raco, J. R. (2010). Metode penelitian kualitatif: karakteristik dan keunggulannya. Jakarta: PT. Grasindo.

Rivers, W. L., Jensen, J. W., & Peterson, T. (2004). Media massa & masyarakat modern. Jakarta: Prenada Media.

Rumanti, M. A. (2004). Dasar-dasar public relations. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Ruslan, R. (2008). Kiat dan strategi

kampanye public relations. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ruslan, R. (2010). Manajemen public relations dan media komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sekaran, U. (2006). Metode penelitian

untuk bisnis (buku 2 edisi 4). Jakarta: Salemba Empat.

Soemirat, S. & Ardianto, E. (2003). Dasar-dasar public relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2011). Metode penelitian

kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Mubah, A. S. (2011). Strategi meningkatkan daya tahan budaya lokal dalam menghadapi arus globalisasi. 24(4), 302-308.

Pringle, P. K. & Starr, M. F. (2006). Electronik media management - Fifth Editions. Oxford: Elsevier. Tersedia dari NetLibrary database. Rahayu, N. T. (2013). Pelaksanaan Fungsi

Transmission of values oleh radio siaran swasta (Studi kasus pada radio suara slenk sukoharjo). Widyatama. 22(1), 13-22.

Sartini, N. W. (2009). Menggali nilai kearifan lokal budaya jawa lewat ungkapan (bebasan, saloka, dan paribasa). Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, V(1), 28-37.

(15)

14 Associates Publisher. Diakses dari

http://e-journal.uajy.ac.id/1921/2/1KOM029 84.pdf.

Tanudjaja, B. B. (2006). Mengemas kesenian tradisional melalui stasiun televisi swasta di Indonesia. Jurnal Nirmana, 8(1), 1-7.

Wasesa, S. A. (2010). Strategi public relations. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Skripsi

Arifianti, Z. A. (2005). Eksistensi radio budaya jawa fm blitar sebagai alat komunikasi pelestarian budaya jawa dalam memperkaya kebudayaan nasional di wlingi. (Skripsi, Universitas Negeri Malang, 2005). Diakses dari http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/art icle/view/38607

Christiyanti, E. & Muktiyo, W. (n.d.). RRI dan media pelestari budaya (Studi deskriptif kualitatif strategi humas radio republik indonesia surakarta dalam membangun citra rri surakarta sebagai media pelsestari budaya jawa di surakarta). (Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta,

n.d.). Diakses dari

http://jurnalkommas.com/docs/RRI %20DAN%20MEDIA%20PELEST ARIAN%20BUDAYA%20JURNA L.pdf

Kesumaningdyah, A. (2010). Penerapan organisasi pembelajar pada lembaga penyiaran publik radio republik indonesia. (Skripsi. Institut Pertanian Bogor, 2010). Diakses pada 10 Agustus 2015, dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123 456789/60193

Meilisa, A. P. (2011). Strategi public relations dalam membangun brand image TV One sebagai televisi berita. (Skripsi, Universitas Diponegoro, 2011). Diakses dari

Tulasi, D. (2012). Terpaan media massa dan turbulensi budaya lokal. (Skripsi. Universitas Bina Nusantara, 2012). Diakses dari http://eprints.binus.ac.id/25663/1/1 4_MC_Dominikus.pdf

Widyastuti, B. (2009). Motif sosial yayasan kanthil dalam melestarikan budaya lokal kotagede. (Skipsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2009). Diakses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/3159/1/BAB%20I%2C %20V%2C%20DAFTAR%20PUS TAKA.pdf

Widyastuti, E. (2014). Peran televisi lokal KSTV dalam melestarikan budaya lokal di kediri. (Skipsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2014). Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/268/

Internet dan Sumber Lainnya :

Jhodi. (2010). TVRI musti dibenahi sebelum gabung dengan RRI. Diakses pada

Kesumaningdyah, A. (2010). Penerapan organisasi pembelajar pada lembaga penyiaran publik radio republik indonesia. Diakses pada 10 Agustus 2015, dari http://repository.ipb.ac.id/handle/1 23456789/60193

Muhyidin, A. (2009). Pemertahanan nilai-nilai budaya lokal dalam pemelajaran sastra di sekolah.

Diakses dari

http://badanbahasa.kemdikbud.go.i d/lamanbahasa/artikel/306

Nevayesiana, V. B. (2013). Pertumbuhan populasi, etnik, kelompok terdidik, dan pola rumah tangga di kota Malang. Diakses pada 10 Februari

(16)

15 blog.ub.ac.id/vincentiabnevayesian

a/files/2013/03/Pertumbuhan-Populasi.pdf

Ni’am, M. (2014). Peran TV lokal dalam ketahanan budaya di Jawa Tengah.

Diakses dari

https://www.academia.edu/790634 6/Peran_TV_Lokal_dalam_Ketaha nan_Budaya_di_Jawa_Tengah

Nielsen. (2014). Nielsen: Konsumsi media lebih tinggi di luar Jawa. Diakses pada 10 Agustus 2015, Diakses dari http://www.nielsen.com/id/en/press- room/2014/nielsen-konsumsi-media-lebih-tinggi-di-luar-jawa.html PP No. 11 Tahun 2005 tentang

penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran Publik. Diakses pada 17 Juni 2014, dari http://e-penyiaran.kominfo.go.id/TempVie w/PP_No_11_th_2005.pdf

PP No. 12 Tahun 2005. (2005). Diakses pada 25 Maret 2014, dari http://www.presidenri.go.id/Doku menUU.php/97.pdf

Rencana Induk LPP RRI. (2011). Diakses pada 24 Desember 2014, dari http://pusdatin.rri.co.id/file/docs/1/ 1404706073RRI%20Bantu%20Les tarikan%20Budaya%20Bangsa.pdf Suryandaru, Y. S. (2013). Hand out lembaga penyiaran publik. Diakses pada 17 Juni 2014, dari

http://yayan-s- fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-

70832-media-Hand%20Out%20HMM%20Media %20Penyiaran%20Publik.html Tim Budaya Lokal. (2010). Diakses pada 3

Agustus 2015, dari

http://budayalokal.communication. uii.ac.id/profil-lembaga/

Undang-Undang No. 32. (2002). Diakses pada 25 Maret 2014, dari http://www.kpi.go.id/download/reg ulasi/UU%20No.%2032%20Tahun %202002%20tentang%20%20Peny iaran.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ekologis yang penting untuk dilakukan adalah mengenai struktur dan distribusi populasi, karena keberadaan dan keberhasilan pertumbuhan satu spesies hewan

Konsep asas pengorakan ini boleh kita fahami dengan jelas jika kita mengambil kita fahami dengan jelas jika kita mengambil satu kotak pembungkusan yang diperbuat daripada kertas

Apa itu persamaan, persamaan secara keseluruhan atau persamaan hanya pada pokoknya? Sering dijumpai persamaan pada pokoknya dengan unsur-unsur yang menonjol yang

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten

Dari data keterampilan proses pada kondisi awal, siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan temuan rerata keterampilan proses pada kondisi pada kondisi awal proses

Produksi umbi varietas Bima Brebes dan Katumi lebih tinggi dari pada varietas Mentes dan Pikatan disebabkan kedua varietas tersebut memiliki bobot, ukuran dan jumlah

Setelah melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh hasil pengamatan aktivitas siswa saling membantu antar teman satu

Harapan yang diinginkn dengan adanya pemanfaatan energi surya, energi Harapan yang diinginkn dengan adanya pemanfaatan energi surya, energi dari biomassa, dan energi dari