• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan rpp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan rpp"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik

beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar

manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan

adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.

Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar

kesehatan masyarakat.

Istilah kesehatan lingkungan seringkali dikaitkan dengan istilah

sanitasi/sanitasi lingkungan yang oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO),

menyebutkan pengertian sanitasi lingkungan/kesehatan lingkungan adalah suatu

usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada

manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan

fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Kusnoputranto, 1986).

Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara

kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor

lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan

hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup

manusia.

Sedangkan menurut Chandra (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu

(2)

mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi

kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.

Menurut Kusnoputranto (1986) ruang lingkup dari kesehatan lingkungan

meliputi :

1. Penyediaan air minum.

2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air.

3. Pengelolaan sampah padat.

4. Pengendalian vektor penyakit.

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah.

6. Hygiene makanan.

7. Pengendalian pencemaran udara.

8. Pengendalian radiasi.

9. Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan

biologis.

10. Pengendalian kebisingan.

11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari

perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi.

12. Perencanaan daerah dan perkotaan.

13. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat.

14. Pencegahan kecelakaan.

(3)

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi,

bencana alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat.

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada

umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.

Dari ruang lingkup sanitasi lingkungan di atas tempat-tempat umum

merupakan bagian dari sanitasi yang perlu mendapat perhatian dalam pengawasannya

(Kusnoputranto, 1986).

2.2. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan

lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada

pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia (Azwar, 1995).

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran

manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah.

2.2.1. Penyediaan Air Bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan

air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan

sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang

memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per

(4)

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang

terbatas yang memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata

kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon.

Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standart

kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,

antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009) :

- Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

- Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

- Tidak berasa dan tidak berbau.

- Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah

tangga.

- Memenuhi standart minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Persyaratan tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan

No.416 Tahun 1990 . Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu

(5)

a. Syarat Kuantitas

Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung

kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka

kebutuhan air akan semakin besar.

Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5

liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2

liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter (Slamet, 2002).

b. Syarat Kualitas

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, mikrobiologis dan

radioaktivitas yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri kesehatan

RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas

Air (Slamet, 2002)

1. Parameter Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416/Menkes/per/IX/1990,

menyatakan bahwa air yang layak pakai sebagai sumber air bersih antara lain harus

memenuhi persyaratan secara fisik yaitu, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh

(jernih) dan tidak bewarna.

2. Parameter Kimia

Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat

kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al),

Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Derajat keasaman

(6)

digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang

diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI No. 416 Tahun 1990.

Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang

melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik lagi bagi

kesehatan dan material yang digunakan manusia, contohnya pH air sebaiknya netral.

pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5-9 (Soemirat, 2000).

3. Parameter Mikrobiologis

Parameter Mikrobiologis menurut Entjang (2000) yaitu, air tidak boleh

mengandung suatu bibit penyakit. Sebagai indikator bateriologik adalah basil koli

(escherichia coli). Apabila dijumpai basil koli dalam jumlah tertentu menunjukkan air

telah tercemar kotoran manusia maupun binatang.

4. Parameter Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan

fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada

wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti disekitar reaktor nuklir.

2.2.1.1. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.

Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi, air angkasa (hujan), air

permukaan, dan air tanah (Chandra, 2007)

1. Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau

(7)

ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat

disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida,

nitrogen, dan amoniak.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,

waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan

yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami

pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

3. Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi

yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami

proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di

dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni

dibandingkan air permukaan.

2.2.1.2. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan

Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan

penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

terutama penyakit perut (Slamet, 2002).

Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi

dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan

(8)

1. Waterborne Mechanism

Didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat meyebabkan

peyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem

pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain

kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.

2. Waterwashed Mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan

perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :

a. infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

b. infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.

c. penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

3. Water-based Mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab

yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai

intermediate host yang hidup didalam air. Contohnya schistomiasis, dan penyakit

akibat Dracunculus medinensis.

4. Water-related Insect Vector Mechanism

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di

dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah

(9)

2.2.2. Pembuangan Kotoran Manusia

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui

anus sebagai sisa dari proses pencernaan (tractus digestifus). Dalam ilmu kesehatan

lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja

(feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik

tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit

saluran pencernaan (Soeparman dan Suparmin, 2002).

Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan masalah yang

sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari

lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusi. Penyebaran

penyakit yang bersumber pada kotoran manusia (feces) dapat melalui berbagai

macam cara. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Sumber : Haryoto Kusnoputranto (2000) Tanah Lalat/serangga

Tangan Air

Tinja Makanan dan

Minuman

(10)

Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran

penyakit sangat besar. Disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan,

minuman, sayuran, air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), dan

bagian-nagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah

menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi orang lain.

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya

pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang

ditularkan lewat tinja. Penyakit-penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia

antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing gelang, cacing

kremi, cacing tambang, cacing pita), schistosomiasis, dan sebagainya (Kusnoputranto,

2000).

Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,

maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya

pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Beberapa

penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera,

bermacam-macam cacing, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2.1. Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan

mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran

tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman

(11)

Menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban yang memenuhi

syarat kesehatan, yaitu :

- Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan,

- Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter,

- Konstruksi kuat,

- Pencahayaan minimal 100 lux (Kepmenkes No.519 tahun 2008),

- Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa),

- Dibersihkan minimal 2x dalam sebulan,

- Ventilasi 20% dari luas lantai,

- Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna

terang,

- Murah

- Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain

tertutup juga harus disemen agar tidak mencemari lingkungannya.

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik

dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman,

3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara

(12)

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,

2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air,

3. Tidak ada sampah berserakan,

4. Rumah jamban dalam keadaan baik,

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat,

6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,

7. Tersedia alat pembersih,

8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.

Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan :

1. Air selalu tersedia di dalam bak atau ember,

2. Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak

bau dan mengundang lalat,

3. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak

membahayakan pemakai,

4. Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban,

5. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.

2.2.2.2. Jenis-jenis Jamban

Jamban dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

a. Jamban Cubluk

Jamban ini sering kita jumpai di daerah pedesaan, tetapi sering dijumpai jamban

cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Hal

(13)

sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya. Kedalamannya

berkisar 1,5-3 meter dan jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 1,5 meter

(Notoatmodjo, 2003).

b. Jamban Empang

Jamban empang adalah suatu jamban yang dibuat di atas kolam/empang,

sungai/rawa, dimana kotoran langsung jatuh kedalam kolam atau sungai. Jamban ini

dapat menguntungkan karena kotoran akan langsung menjadi makanan ikan, namun

menurut Depkes RI, 2004 buang air besar ke sungai dapat menimbulkan wabah.

c. Jamban Cubluk dengan plengsengan

Jamban ini sama dengan jamban cubluk, hanya saja dibagian tempat jongkok

dibuat seng atau kaleng yang dibentuk seperti setengah pipa yang masuk ke dalam

lubang, yang panjangnya sekitar satu meter, tujuannya agar kotoran tidak langung

terlihat.

d. Jamban Leher Angsa (angsa trine)

Jamban angsa trine ini bukanlah merupakan type jamban tersendiri, tetapi

merupakan modifikasi bentuk tempat duduk/jongkok (bowl) nya saja, yaitu dengan

bentuk leher angsa yang dapat menyimpan air sebagai penutup hubungan antara

bagian luar dengan tempat penampungan tinja, yang dilengkapi dengan alat penyekat

air atau penahan bau dan mencegah lalat kontak dengan kotoran. Untuk type angsa

trine ini akan memerlukan persediaan air yang cukup untuk keperluan membersihkan

(14)

2.2.3. Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi

oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan

manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,

sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi , atau

sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan

sendirinya (Notoatmodjo, 2003).

1. Sumber-sumber sampah

a. Sampah yang berasal dari pemukiman

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah

tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa makanan, kertas/plastik

pembungkus makanan, daun, dan lain-lain.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat hiburan,

terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas,

plastik, botol, daun, dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat

(15)

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas,

kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri

Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang, logam,

plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sis

sayur-mayur, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai

binatang, dan sebagainya.

2. Jenis-jenis sampah

a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya (Notoatmodjo,

2003) :

- Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

- Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

b. Sampah berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

- Sampah yang mudah terbakar, misalnya karet, kertas, kayu, dan

(16)

- Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng bekas, besi/logam

bekas, dan sebagainya.

c. Sampah berdasarkan karakteristiknya

- Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan/pembuatan makanan yang

umumnya mudah membusuk yang berasal dari rumah tangga, pasar,

restoran, hotel, dan sebagainya.

- Rabish, sampah yang berasal dari perkantoran baik yang mudah terbakar

maupun yang tidak mudah terbakar.

- Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,

termasuk abu rokok.

- Sampah jalanan (steet sweeping), yaitu sampah yang berasal dari

pembersihan jalan.

- Sampah industri.

- Bangkai binatang (dead animal).

- Bangkai kendaraan (abandoned vehicle)

- Sampah pembangunan (construction waste)

3. Pengelolaan sampah

Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo,

2003):

a. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Pengumpulan sampah dimulai di tempat sumber dimana sampah tersebut

(17)

angkut sampah. Sebelum sampai ke tempat pembuangan kadang-kadang

perlu adanya suatu tempat penampungan sementara. Dari sini sampah

dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien, misalnya

dari gerobak ke truk atau dari gerobak ke truk pemadat.

Adapun Syarat tempat sampah yg di anjurkan :

- Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor.

- Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah

dibersihkan.

- Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang.

Sedangkan syarat kesehatan tempat pengumpulan sampah sementara

(Mubarak dan Chayatin, 2009) :

- Terdapat dua pintu : untuk masuk dan untuk keluar

- Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari

- Tidak terletak pada daerah rawan banjir

- Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung

sampah untuk tiga hari.

- Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.

- Harus ada kran air untuk membersihkan.

- Tidak menjadi perindukan vektor.

(18)

b. Pemusnahan dan pengolahan sampah

- Ditaman (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan

tanah.

- Dibakar (Inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).

- Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi

pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa

makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk (Mubarak dan

Chayatin, 2009).

4. Contoh sistem pengelolaan sampah yang baik di pasar.

Sistem pengelolaan sampah ini dilakukan oleh pengelola Pasar Bunder Sragen di

Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah. Pasar ini juga menjadi pasar percontohan

untuk kabupaten sragen. Sistem pengelolaan sampah ini bertujuan untuk mengubah

sampah pasar menjadi pupuk organik, dengan cara sebagai berikut :

a. Pengumpulan Sampah dan Pemilahan Sampah

Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di ruang penampungan.

Di tempat ini sampah non organik dipisahkan dengan sampah organik. Karena

sebagian besar sampah pasar Bunder adalah sampah organik, tahapan ini bisa

(19)

b. Pencacahan Sampah

Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non organik selanjutnya

dicacah dengan menggunakan mesin pencacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah

untuk memperkecil dan menyeragamkan bahan baku kompos sehingga

mempermudah proses fermentasi. Bila di anggap terlalu basah, sampah yang telah di

cacah dapat di press lagi untuk mengurangi kadar air.

c. Penyiapan Aktivator (PROMI)

Untuk mempercepat proses pengomposan menggunakan activator PROMI dari

Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Untuk setiap 1 Ton sampah

mentah di butuhkan 1 kg PROMI.

d. Pencampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan

Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan dengan PROMI dan

ditampung di bak-bak pengomposan. Sampah tidak boleh diinjak-injak, karena akan

menyebabkan menjadi padat dan kandungan udara di dalam kompos berkurang.

e. Pengadukan / Pembalikan

Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder dalam memproduksi kompos dengan

udara terbuka. Jadi 3 hari setelah sampah di masukkan ke bak pengomposan

kemudian di lakukan pemeriksaan suhu kompos di dalam bak. Bila di rasa terlalu

panas perlu di lakukan proses pengadukan atau pembalikan untuk memberikan

sirkulasi udara yang bertujuan agar proses pengomposan bisa merata. Pengadukan

(20)

f. Panen Kompos

Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi kehitaman dan menjadi

lebih lunak. Kompos sampah telah cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen

dan dibawa ke tempat pengolahan lebih lanjut. Di tempat ini kompos dicacah

sekali lagi untuk kemudian di ayak menggunakan saringan yang lebih kecil untuk

menyeragamkan ukuran dan mempercantik tampilan kompos.

g. Pengolahan Paska Panen

Setelah kompos yang sudah jadi diayak, proses selanjutnya adalah

memasukkan kompos ke gudang penyimpanan sebelum di lakukan pengemasan.

Selain produksi dalam bentuk kompos curah, kompos hasil ayakan juga bisa di

proses lagi menjadi pupuk organik bentuk granular atau butiran.

h. Proses Membuat Pupuk Organik Granular

Untuk membuat pupuk organik granular, kompos yang sudah di saring tadi di

masukkan ke dalam mesin molen yang berputar stasioner dengan di campur air

dan kalsit sebagai bahan perekat. Untuk membuat kompos curah menjadi bentuk

granular menggunakan mesin molen membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit

dimana sekali proses bisa di hasilkan sekitar 100kg pupuk organik granular.

Pupuk organik berbentuk granular tersebut kemudian di jemur sampai kering.

Setelah kering pupuk organik granular tersebut bisa di kemas (Pemkab Sragen,

(21)

2.2.4. Sistem Pengelolaan Air Limbah

Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari

rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung

bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta

mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007).

a. Sumber air limbah

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain (Mubarak dan

Chayatin, 2009):

- Rumah tangga, misalnya air bekas cucian, air bekas mandi,

dan sebagainya.

- Perkotaan, misalnya air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan

dari tempat-tempat ibadah.

- Industri, misalnya air limbah dari proses industri.

b. Parameter air limbah

Beberapa parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah yaitu,

kandungan zat padat (total solid, suspending solid, disolved solid), Kandungan zat

organik, Kandungan zat anorganik (mis, Pb, Cd, Mg), Kandungan gas (mis, O2, N,

CO2), Kadungan bakteri (mis, E.coli), Kandungan pH,Suhu.

c. Pengelolaan air limbah

Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengelolaan

(22)

rencana pengelolaan yang baik. Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.

2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

3. Tidak menimbulkan pencemaran air untuk perikanan, air sungai, atau

tempat-tempat rekreasi serta untuk keperluan sehari-hari.

4. Tidak dihinggapi oleh lalat, serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat

berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor.

5. Tidak terbuka dan harus tertutup jika tidak diolah.

6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap

Beberapa metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah,

diantaranya :

1. Pengenceran (disposal by dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,

kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya

penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air

limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu

banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.

Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya

kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya

menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau,

(23)

2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,

ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air

limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2

meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam

harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah terbuka, sehingga memungkinkan

sirkulasi angin yang baik.

3. Irigasi (irrigation)

Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes

masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Dalam keadaan

tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau

perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat

dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong

hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi

yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

d. Dampak buruk air limbah

Ada beberapa dampak buruk yang dapat ditimbulkan apabila air limbah tidak

dikelola dengan baik, antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009) :

1. Penurunan kualitas lingkungan

(24)

3. Gangguan kesehatan

4. Gangguan terhadap kerusakan benda

2.3. Pengertian Sanitasi Tempat-tempat Umum

Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan

yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan

timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh

kegiatan tersebut dapat dicegah (Fahmi, 2009).

Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006), merupakan problem

kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan

tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai

oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya

segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air.

Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan

kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

Tempat-tempat umum harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum boleh keluar

masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau tanpa membayar.

2. Harus ada gedung/ tempat peranan, artinya harus ada tempat tertentu dimana

masyarakat melakukan aktivitas tertentu.

3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari pengunjung

(25)

4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus sesuai dengan

ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu yang mutlak diperlukan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di tempat-tempat umum.

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi

lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara

komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat

layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum

semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan

pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman

hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan

lain-lain (Chandra, 2007).

2.4. Pasar

2.4.1. Pengertian Pasar

Pasar dalam arti yang sempit adalah suatu tempat pertemuan penjual dan

pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. Sedangkan dalam pengertian

secara luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual yang mempunyai

kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang menggunakan uang untuk

membeli barang dengan harga tertentu (Adhyzal, 2003).

Ada beberapa syarat terjadinya suatu pasar, antara lain sebagai berikut :

a. Ada tempat untuk berniaga

b. Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan.

(26)

d. Adanya pembeli barang

e. Adanya hubungan dalam transaksi jual beli

2.4.2. Klasifikasi Pasar

Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar

konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan

pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk

melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang diperjualbelikan

di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh

pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Namun ada juga

pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual

buahbuahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual

sayur-mayur (Adhyzal, 2003).

Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai

bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen

pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam

barang yang dijual (Adhyzal, 2003).

1) Berdasarkan manajemen pengelolaan

a) Pasar tradisional.

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta,

koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los,

(27)

tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses

penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.

b) Pasar modern.

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan

koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang

kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang

dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli

sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang.

Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.

2) Berdasarkan manajemen pelayanan.

a) Pasar swalayan (supermarket).

Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan

masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri

barang yang diinginkan. Biasanya barangbarang yang dijual barang kebutuhan

sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai

radio dan televisi.

b) Pertokoan (shopping centre).

Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret

di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus

pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga

(28)

c) Mall/plaza/supermall.

Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih

besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat,

atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran,

gedung bioskop, dan seterusnya.

3) Berdasarkan jumlah barang yang dijual.

a) Pasar eceran.

Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual

barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima,

pedagang asongan, dan sebagainya.

b) Pasar grosir.

Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang

dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain.

Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contoh:

pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya (Adhyzal, 2003).

2.5. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Pasar

Persyaratan kesehatan lingkungan pasar menurut Kepmenkes No. 519 Tahun

2008 antara lain mencakup lokasi pasar, bangunan, sanitasi pasar, Perilaku Hidup

(29)

2.5.1. Lokasi

1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Setempat (RUTR),

2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti banjir dan sebagainya,

3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan

penerbangan, termasuk sempadan jalan,

4. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas

lokasi pertambangan,

5. Mempunyai batas wilayah yang jelas, antara pasar dan lingkungannya.

2.5.2. Bangunan

1. Umum

Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Mubarak dan Chayatin, 2009).

2. Penataan Ruang Dagang

a. Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan

klasifikasinya seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan

unggas,

b. Pembagian zoning diberi identitas yang jelas,

c. Penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus,

d. Setiap los/kios memiliki lorong yang lebarnya minimal 1,5 meter,

(30)

f. Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar

utama minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian

minimal 1,5 ,

g. Khusus untuk jenis pestisida, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan bahan

berbahaya lainnya ditempatkan di tempat terpisah dan tidak berdampingan

dengan zona makanan dan bahan pangan.

3. Ruang Kantor Pengelola

a. Ruang kantor memiliki ventilasi minimal 20% dari luas lantai,

b. Tingkat pencahayaan ruangan minimal 100 lux,

c. Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit-langit dari lantai

sesuai ketentuan yang berlaku,

d. Tersedia toilet terpisah bagi laki-laki dan perempuan,

e. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir

(Mukono, 2006).

4. Tempat Penjualan Bahan Pangan dan Makanan

a. Tempat penjualan bahan pangan basah

- Meja tempat penjualan harus tahan karat, rata, kemiringan, dan tinggi 60 cm,

- Karkas daging digantung,

- Alas pemotong (talenan) tidak terbuat dari kayu, tidak beracun, kedap air dan

mudah dibersihkan,

- Tempat penyimpanan bahan pangan dengan rantai dingin (cold chain) bersuhu

(31)

- Tersedia tempat pencucian bahan pangan dan peralatan,

- Tempat cuci tangan dilengkapi sabun dan air mengalir,

- Saluran pembuangan limbah tertutup, dengan kemiringan yang sesuai

ketentuan, serta tidak melewati area penjualan,

- Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup, dan mudah

diangkat,

- Bebas dari vektor penyakit dan tempat perindukannya.

b. Tempat Penjualan Bahan Pangan Kering

- Meja tempat penjualan dengan permukaan rata, mudah dibersihkan, dan tinggi

minimal 60cm,

- Meja terbuat dari bahan tahan karat,

- Tempat sampah harus terpisah basah dan kering, kedap air, tertutup dan

mudah diangkat,

- Tempat cuci tangan dilengkapi sabun dan air mengalir,

- Bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya.

c. Tempat Penjualan Makanan Jadi/Siap Saji

- Tempat penyajian makanan tertutup, bahan tahan karat, permukaan rata,

mudah dibersihkan, dan tinggi minimal 60 cm dari lantai,

- Tempat cuci tangan dilengkapi sabun dan ari yang mengalir,

- Tempat cuci peralatan harus kuat, aman, tidak berkarat, dan mudah

(32)

- Tempat sampah terpisah antara sampah basah dan kering, kedap air, dan

bertutup,

- Bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya,

- Pisau yang digunakan untuk memotong bahan mentah dan bahan matang

berbeda dan tidak berkarat,

- Saluran pembuangan limbah tertutup.

5. Area Parkir

- Ada pemisah yang jelas dengan batas wilayah pasar,

- Parkir mobil, motor, sepeda, andong/delman, becak terpisah,

- Tersedia area parkir khusus kendaraan pengangkut hewan hidup dan hewan

mati,

- Tersedia area khusus bongkar muat barang,

- Tidak ada genangan air,

- Tersedia tempat sampah yang terpisah setiap radius 10 meter,

- Ada jalur dan tanda masuk dan keluar kendaraan yang jelas,

- Ada tanaman penghijauan,

- Adanya area resapan air di pelataran parkir (Mukono, 2006).

6. Konstruksi

a. Atap

- Atap yang digunakan kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan

vektor,

(33)

- Atap dengan ketinggian lebih 10 meter dilengkapi penangkal petir (Mubarak

dan Chayatin, 2009).

b. Dinding

- Keadaan dinding bersih, tidak lembab, dan berwarna terang,

- Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang

kuat dan kedap air,

- Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk lengkung (conus).

c. Lantai

- Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak

retak, dan mudah dibersihkan,

- Lantai kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya mempunyai kemiringan ke

saluran pembuangan.

7. Tangga

- Tinggi, lebar dan kemiringan yang sesuai dengan ketentuan,

- Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga,

- Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak licin,

- Memiliki pencahayaan minimal 100 lux.

8. Ventilasi

Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20% dari luas lantai dan saling

(34)

9. Pencahayaan

Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup terang agar dapat melakukan

kegiatan dengan jelas minimal 100 lux, dimana pencahayaan atau penerangan tidak

menyilaukan dan tersebar merata sehingga tidak menimbulkan bayangan yang nyata

(Mubarak dan Chayatin, 2009).

10. Pintu

Khusus untuk pintu los/kios penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang

berbau tajam agar menggunakan pintu yang dapat membuka dan menutup sendiri atau

tirai plastik untuk menghalangi vektor penyakit masuk

2.5.3. Sanitasi

1. Air bersih

- Air bersih selalu tersedia dalam jumlah yang cukup (minimal 40 liter per

pedagang),

- Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan, sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Pasal 1 bahwa air bersih adalah air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak,

- Jarak sumber air bersih dengan septick tank minimal 10 meter,

- Pengujian kualitas air bersih dilakukan 6 bulan sekali.

2. Kamar mandi dan toilet

- Harus tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, yang

(35)

No. Jumlah Pedagang Jumlah Kamar

Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi dan satu toilet

- Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik,

- Toilet dengan leher angsa, dan peturasan,

- Tersedia tempat cuci tangan dan sabun,

- Tersedia tempat sampah yang tertutup,

- Tersedia septik tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat

kesehatan,

- Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan

pangan,

- Ventilasi minimal 20% dari luas lantai,

- Pencahayaan minimal 100 lux,

- Lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dengan kemiringan cukup

(Mubarak dan Chayatin, 2009).

3. Pengolahan sampah

- Setiap kios/lorong/los tersedia tempat sampah basah dan kering,

- Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, kuat

tertutup dan mudah dibersihkan,

(36)

- Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang kuat, kedap air,

mudah dibersihkan dan mudah dijangkau,

- TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit,

- TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari

bangunan pasar,

- Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam (Mubarak dan Chayatin, 2009).

4. Drainase

- Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari logam dan mudah dibersihkan,

- Limbah cair mengalir lancar,

- Limbah cair harus memenuhi baku mutu,

- Tidak ada bangunan di atas saluran,

- Pengujian kualitas limbah cair berkala setiap 6 bulan sekali.

5. Tempat cuci tangan

- Lokasi mudah dijangkau,

- Dilengkapi sabun,

- Tersedia air mengalir,

- Limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup (Mubarak dan

Chayatin, 2009).

6. Vektor penyakit

- Los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa, dan

tikus,

(37)

- Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran,

- Angka kepadatan lalat maksimal 30 per gril net di tempat sampah dan drainase,

- Container Indeks (CI) jentik nyamuk aedes tidak melebihi 5%.

7. Kualitas makanan dan bahan pangan

- Tidak basi,

- Tidak mengandung bahan berbahaya,

- Tidak mengandung residu pestisida di atas ambang batas,

- Kualitas makanan siap saji sesuai dengan peraturan,

- Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalam suhu 4-10 ºC,

- Ikan, daging, dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4 ºC,

- Sayur dan buah disimpan dalam suhu 10 ºC, telor, susu dan olahannya

disimpan dalam suhu 5-7ºC,

- Penyimpanan bahan makanan dengan jarak 15 cm dari lantai, 5 cm dari

dinding, dan 60 cm dari langit-langit,

- Kebersihan peralatan makanan maksimal 100 kuman per cm2 permukaan dan

E-coli nol.

8. Desinfeksi Pasar

- Dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan,

- Bahan desinfeksi tidak mencemari lingkungan,

2.5.4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1. Perilaku pedagang dan pekerja

(38)

- Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),

- Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala minimal 6

bulan sekali,

- Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular

langsung seperti : diare, hepatitis, TBC, kudis, dll.

2. Perilaku pengunjung

- Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),

- Cuci tangan dengan sabun setelah memegang unggas/hewan hidup, daging

atau ikan.

3. Perilaku pengelola

Memahami dan mempunyai keterampilan tentang hygiene sanitasi dan keamanan

pangan.

2.5.5. Keamanan

1. Pemadam Kebakaran

- Tersedia peralatan pemadam kebakaran dengan jumlah cukup dan berfungsi

80%,

- Tersedia hydran air,

- Letak peralatan pemadaman kebakaran mudah dijangkau dan ada petunjuk

arah

penyelamatan,

(39)

2. Keamanan

- Ada Pos Keamanan,

- Ada personil/petugas keamanan.

2.5.6. Fasilitas Lain

1. Sarana ibadah

- Tersedia tempat ibadah yang bersih, dan tempat wudhu,

- Tersedia air dengan jumlah yang cukup,

- Ventilasi dan pencahayaan sesuai dengan persyaratan.

2. Tempat penjualan unggas hidup

- Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utama,

- Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut unggas tersendiri,

- Kandang tempat penampungan unggas kuat dan mudah dibersihkan,

- Tersedia fasilitas pemotongan unggas umum yang memenuhi syarat,

- Tersedia sarana cuci tangan dengan sabun dan air bersih,

- Tersedia saluran pembuangan limbah,

- Tersedia penampungan sampah terpisah dari sampah pasar,

- Tersedia sarana desinfeksi khusus di pintu masuk.

3. Pos Kesehatan/P3K

Tersedia ruang/pos pelayanan kesehatan dan Pertolongan Pertama Pada

(40)

2.6. Konsep Perilaku

Perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah

suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri yang mencakup : berjalan, berbicara,

bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku dapat juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengamatan,

motivasi dan persepsi. Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan

menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi

atau rangsangan dari luar.

b. Perilaku dalam bentuk sikap, yakni tanggapan bathin terhadap keadaan

atau rangsangan dari luar diri subjek atau kecenderungan untuk berespon

(secara positif dan negatif) terhadap orang banyak, objek dan situasi

tertentu.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan

terhadap situasi dan rangsangan dari luar.

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Terdapat 6

(41)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisa (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

(42)

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthetis)

Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi – formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

Untuk mengukur pengetahuan ini dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden (Notoadmodjo, 2003).

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap

adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek (Notoatmojo, 2003). Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri

(43)

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan stimulus

yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan

dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah.

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan

atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan

bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pengukuran secara langsung juga dapat

dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau

(44)

3. Tindakan (Practice)

Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan

(overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

adalah adanya fasilitas. Tingkatan-tingkatan dari tindakan (practice) yaitu :

a. Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

benar sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

Pengukuran tindakan secara tidak langsung dapat dilakukan yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau

bulan yang lalu (recall). Sedangkan pengukuran secara langsung dapat dilakukan

(45)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

• Perilaku pedagang

- Pengetahuan

- Sikap

- Tindakan

- Dukungan Pedagang Pelaksanaan

Penyelenggaraan Sanitasi Dasar Pasar Tradisional

-Penyediaan Air Bersih -Sistem Pengelolaan

Sampah

-Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)

-Pembuangan Kotoran Manusia

• Perilaku pengelola pasar

- Pengetahuan

- Sikap

- Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Besides a comprehensive review of the relevant literature and results in the field of analysis and research on mathematics textbooks, Pepin and Haggarty (2001) provide

Sebaliknya, efek kekakuan lentur pada kabel pendek (S1) memberikan pengaruh yang lebih besar jika dibandingkan pada kabel yang panjang (S5). c) Kombinasi dari efek lengkungan

Dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Batang, terdapat mata pelajaran sejarah wajib atau sejarah Indonesia dan mata pelajaran sejarah pilihan yaitu sejarah

Pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb)/pengguna KTP dan KK/Nama sejenis lainnyta.. Jumlah seluruh pengguna Hak

coli, ekstrak jamur S2-2 fraksi heksan memiliki diameter zona hambat yang jauh lebih besar dibanding fraksi etil asetat.. Hal ini berarti aktivitas antibakteri dari ekstrak jamur

Dari tingkat kepentingan atau harapan pelanggan terhadap dimensi kualitas jasa yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan harus mengutamakan atribut yang memiliki

Berdasarkan tabel 6 didapatkan bahwa responden yang mempunyai perilaku baik sebagian besar tidak mengalami karies gigi yaitu 4 responden (80%), responden yang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui beda efektivitas 30 media SDA olive oil yang mengandung perasan jeruk purut (citrus hystrix dc ) dan 30