• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah revisi pdf chita.pdf (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah revisi pdf chita.pdf (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

revisi

MAKALAH

SPPI

“sejarah pemikiran dan perkembangan rakyat Indonesia pada masa orde

baru”

Dosen pengampuh:

Dr. Muhammad Idris Tunru. S,Ag. M,Pd Oleh:

Gitah Ayu P. Olii 14.2.3.098

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 1439 H/2017M

(2)

DAFTAR

ISI………

BAB I

PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang………...1

B. Rumusan Masalah………...2

BAB II

PEMBAHASAN………..……...3

A. Pengertian dan latar belakang terjadinya masa orde baru……….…….3 B. Perkembangan kekuasaan dan kebijakan pemerintah pada masa orde

baru…...9 C. Perkembangan Sosial Budaya pada Masa ord...………...……13 D. Pola dan Kebijakan Pedidikan Islam di Indonesia pada Masa Orde

Oaru…...20 BAB III

PENUTUP………...………..24

A. Kesimpulan………...24

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan

antara kekuasaanmasa Sukarno (Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai

masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan Gerakan 30

September tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upaya untuk: mengoreksi total

penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali

seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan

Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dan menyusun kembali

kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat

proses pembangunan bangsa.

Kekuasan Soekarno beralih ke Soeharto ditandai dengan keluarnya Surat

Perintah SebelasMaret (SUPERSEMAR) 1966. Setelah dikeluarkan

Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan

bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan

pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya

kepercayaan rakya kepada pemerintah karena Soeharto berhasil memulihkan

keamanan dan membubarkan PKI. Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS

menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri

Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden RI.

Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan

pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden

(4)

Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama

dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang saya buat maka rumusan masalah adalah sbb:

1. Bagaimna pengertian dan latar belakang lahirnya masa orde baru ?

2. Bagaimana perkembangan kekuasaan dan kebijakan pemerintah pada

masa orde baru?

3. bagaimana perkembangan sosial-budaya pada masa orde baru ?

4. bagaimana pola dan kebijakan pendidikan islam di Indonesia pada masa

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan latar belakang terjadinya masa orde baru

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di

Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era

pemerintahan Soekarno. Setelah Gerakan 30 September 1965/PKI berhasil

ditumpas dan berbagai bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan mengarah pada

PKI, akhirnya ditarik kesimpulan PKI dituding sebagai dalang di belakang

gerakan itu. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat kepada PKI. Kemarahan

rakyat itu diikuti dengan berbagai demonstrasi-demonstrasi yang semakin

bertambah gencar menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massa

(ormasnya) dan tokoh-tokohnya harus di adili.1

Sementara itu, untuk mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat, pada

tanggal 14 Oktober 1965, panglima Kostrad / Pangkopkamtib Mayor Jenderal

Soeharto diangkat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat. Bersamaan

dengan itu juga dilakukan tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur

PKI dan ormasnya.2

Masyarakat luas yang terdiri dari berbagai unsur seperti kalangan partai

politik, organisasi massa, perorangan, pemuda, mahasiswa, pelajar, kaum

wanita secara serentak membentuk satu kesatuan aksi dalam bentuk Front

Pancasila untuk menghancurkan para pendukung Gerakan 30 September 1965 /

PKI yang diduga didalangi oleh PKI. Mereka menuntut dilaksanakannya

penyelesaian politis terhadap mereka yang terlibat dalam gerakan itu. Kesatuan

aksi yang muncul untuk menentang G30S/PKI di antaranya Kesatuan Aksi

Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),

1

Doto Mulyono Indonesia pada masa orde baru (Jakarta : Erlangga, 1985)h.2-3 2

(6)

Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana

Indonesia (KASI) dan lain-lain. Kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam

Front Pancasila kemudian lebih dikenal dengan sebutan Angkatan 66.

Mereka yang tergabung dalam Front Pancasila mengadakan demontrasi di

jalan-jalan raya. Pada tanggal 8 Januari 1966 mereka menuju Gedung

Sekretariat Negara dengan mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi

pemerintah tidak dapat dibenarkan. Kemudian pada tanggal 12 Januari 1966

berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila berkumpul

dihalaman Gedung DPR-GR untuk mengajukan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura)

yang isinya sebagai berikut:

1. Pembubaran PKI beserta organisasi massanya.

2. Pembersihan Kabinet Dwikora.

3. Penurunan harga-harga barang.

Pada tanggal 15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora

di Istana Bogor. Dalam sidang itu hadir para wakil mahasiswa. Presiden

Soekarno menuduh bahwa aksi-aksi mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central

Intelligence Agency) Amerika Serikat. Kemudian pada tanggal 21 Februari

1966, presiden Soekarno mengumumkan perubahan kabinet. Ternyata

perubahan itu tidak memuaskan hati rakyat, karena banyak tokoh yang diduga

terlibat dalam G30S / PKI masih bercokol di dalam kabinet baru yang terkenal

dengan sebutan Kabinet Seratus Menteri.3

Pada saat pelantikan kabinet tanggal 24 Februari 1966, para mahasiswa,

pelajar, dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka. Aksi itu

dihadang oleh pasukan Cakrabirawa. Hal ini menyebabkan terjadinya bentrokan

antara pasukan Cakrabirawa dengan para demonstran yang menyebabkan

gugurnya seorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim.

3

(7)

Atas kematian Arif Rahman Hakim itu membuat suasana makin lama

makin memburuk. Sayang pemerintah tidak mengambil tindakan yang tegas

terhadap kejadian itu. Akhirnya demonstrasi semakin menjadi-jadi dan

pengganyangan terhadap PKI berlangsung di mana-mana. Akhirnya pemerintah

Soekarno kewalahan. Sedangkan kepercayaan kepada Mayor Jenderal Soeharto

masih dirong-rong oleh presiden Soekarno. Beliau masih berusaha untuk

mengelak memperjelas keterlibatan PKI. Aksi-aksi mahasiswa dan siswa ini

tidak saja terjadi di ibu kota Jakarta tetapi menjalar ke seluruh kota besar dan

kecil di seluruh tanah air yang mendapat dukungan dari masyarakat dan ABRI.

Aksi mahasiswa dan pelajar ini semakin jelas tujuannya. Mereka menginginkan

agar pemerintah segera memperbaiki keadaan, terutama keadaan ekonomi dan

keamanan.4

1. Di Bidang Politik

Seperti telah diketahui, PKI sejak dulu ingin mendirikan negara Komunis

di Indonesia. Keinginan ini mendapat tantangan dari rakyat Indonesia, terutama

para perwira ABRI. Mereka ingin satu saja ideologi di Indonesia. Ideologi itu

ialah Pancasila dasar negara kita. Bila PKI berkuasa, maka ideologi Pancasila

pasti akan dihapuskannya. Apalagi ajaran komunis itu sangat tidak sesuai

dengan kepribadian kita. Indonesia adalah negara Pancasila.5

2. Di Bidang Ekonomi

Menjelang lahir Tritura, keadaan ekonomi Indonesia sangat parah. Di

mana-mana terjadi kelaparan. Tidak ada lapisan mayarakat yang hidup

berkecukupan. Mereka yang terlihat agak baik kehidupannya adalah

orang-orang yang mendapat fasilitas dari PKI atau orang-orang-orang-orang yang bersekongkol

dengan partai itu. Kebutuhan sepuluh bahan pokok, yaitu kebutuhan sehari-hari

4

Kuntowijoyo, pengantar ilmu sejarah. (Yogyakarta : bentang,2005)h.89 5

(8)

dikuasai oleh pemerintah. Akhirnya kebutuhan itu berada di tangan orang-orang

PKI yang ikut berkuasa dalam pemerintahan Presiden Ir. Soekarno. Dari

sepuluh bahan pokok itu yang paling utama ialah sandang dan pangan. Oleh

karena kebutuhan sepuluh bahan pokok itu dikuasai oleh pemerintah, maka

kepada rakyat diberikan jatah beras, sandang atau pangan. Dalih pemerintah Ir.

Soekarno pada waktu itu ialah agar kita berhemat, sebab revolusi belum selesai.

3. Di Bidang Pemerintahan

Dalam lembaga pemerintahan sebagian masih terdapat orang yang

berpaham komunis. PKI belum dibubarkan. Jenderal Soeharto sangat hati-hati

akan situasi ini. Ia masih harus memerlukan waktu untuk menentukan mana

kawan dan mana lawan. Bila tidak diambil tindakan yang bijaksana, akibatnya

akan bertambah buruk, apalagi keadaan bertambah buruk lagi, ketika Ir.

Soekarno menolak untuk mengeluarkan orang-orang Komunis atau PKI yang

duduk di lembaga pemerintahan.6

DPRGR masih menampung orang-orang PKI. Keadaan seperti ini

menambah sulitnya keadaan. Apalagi orang-orang yang diangkat oleh Presiden

Soekarno menjadi para menteri masih dipenuhi oleh oknum-oknum PKI dan

organisasi yang seazas. Keadaan seperti ini harus dibersihkan. Demikianlah

aksi mahasiswa dan masyarakat. Seluruh rakyat menuntut agar kabinet harus

dibersihkan dari tangan-tangan orang PKI yang telah nyata terlibat dalam

Gerakan 30 September 1965 atau G.30 S/PKI. PKI dan antek-anteknya

mempunyai dasar dan pandangan hidup bangsa PANCASILA dan KAMI

Dibubarkan.7

6

Djiwandono, J Soedjati dan T.A Legowo, “revitalisasi Sistem politik Indonesia” (Jakarta : CSIS,1996)h.34

7

(9)

Setelah mempelajari situasi negara yang sangat penting itu Mayor

Jenderal Soeharto selaku Panglima Kostrad, Komando Keamanan dan

Pemulihan Keamanan mulai mencari langkah yang bijaksana untuk

mengatasinya. Sementara itu aksi mahasiswa meningkat terus yang ditunjukkan

langsung kepada Pendukung Soekarnoisme (BPS). Hal ini tentu sangat

berbahaya, sebab sudah ada dua golongan yang akan saling bermusuhan. Tetapi

berkat kebijaksanaan Mayor Jenderal Soeharto keadaan dapat diatasi. BPS

hilang dengan sendirinya dan KAMI seolah-olah mendapat angin. Semua

komponen dalam kesatuan aksi itu bekerjasama dengan ABRI selaku pelindung

dan pembela rakyat. Pada tanggal 26 Februari 1966, KAMI dibubarkan oleh

Presiden Soekarno, tetapi aksi Tritura tetap dilanjutkan. Rakyat tetap berdiri

disamping pemimpinnya. Walaupun Mayor Jenderal Soeharto telah mempunyai

konsep untuk menenangkan suasana, akan tetapi belum dapat berbuat banyak

Karena atasannya masih ada yaitu Presiden Soekarno. Oleh sebab itu perlu

dicari waktu yang tepat.8

Dari KAMI yang dibubarkan, perjuangan berpindah secara estafet kepada

KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Demonstrasi bertambah

hebat. Suasana semakin memuncak. Jakarta berada dalam keadaan demam

revolusi. Penyerangan Cakrabirawa ke U. I. di gagalkan oleh Jenderal Soeharto

dengan menempatkan pasukan Kostrad di sana. Puncak kejadian ialah tanggal

11 Maret 1966, sewaktu Soekarno memimpin kabinet di istana negara, tiba-tiba

Ajudan Presiden, Kolonel Bambang Wijarno menyampaikan laporan kepada

Presiden, bahwa pasukan tentara yang tak dikenal kesatuannya, sedang menuju

istana. Soekarno terkejut, lalu menyerahkan pimpinan sidang kepada Dr.

Leimena, kemudian lari terbirit-birit menuju helikopter yang berada di halaman

istana. Wakil-wakil Perdana Menteri Dr. Soebandrio dan Chairul Saleh

mengikut di belakang. Mereka bertiga terbang ke Bogor.

8

(10)

Jenderal Soeharto mengirim delegasi ke Bogor untuk bermusyawarah

dengan Presiden. Delegasi itu terdiri dari tiga Jenderal, yaitu

AMIRMACHMUD, BASUKI RACHMAT dan M. JUSUF. Musyawarah

menghasilkan Surat Perintah 11 Maret yang berisi tentang pemindahan

kekuasaan eksekutif dari presiden Soekarno kepada Jenderal SOEHARTO.

Berdasarka Surat Perintah 11 Maret ini, Jenderal Soeharto mengeluarkan

keputusan membubarkan PKI atas nama Presiden, Keputusan ini sangat

mengejutkan Soekarno.9

Dalam pada itu Jenderal Soeharto berusaha dengan gigih meyakinkan

Soekarno bahwa sebagian pembantu-pembantunya dalam kabinet yang menjadi

tuntutan massa demonstran-demonstran, antaranya Dr. Soebandrio, tidak

mungkin dipertahankan lagi. Presiden Soekarno sudah dapat memahami dan

menerima keadaan itu. Tetapi pada tanggal 16 Maret 1966, tiba-tiba Presiden

Soekarno mengeluarkan pengumuman, yang isinya pada hakekatnya mencabut

isi dari Surat Perintah 11 Maret 1966. Pengumuman Presiden Soekarno ini

sangat mengejutkan Jenderal Soharto dan para Panglima militer, serta

membangkitkan kemarahan massa kembali.

Jenderal Soeharto bertindak mendahului massa, sehingga keadaan tetap

dikuasai. Pada tanggal 18 Maret 1966 dikeluarkan Surat Keputusan atas nama

Presiden oleh Jenderal Soeharto, menangkap dan menahan lima belas Menteri,

serta menunjuk penggantinya sekali. Tindakan Jenderal Soeharto yang

mendahului massa ini, sangat mencengangkan. Jenderal Soeharto yang tadinya

diduga dan dituduh lamban, ternyata seorang yang bertindak tepat pada

waktunya, dengan perhitungan yang masak. Kekuatan Presiden Soekarno sudah

habis. Menurut hukum revolusi, riwayatnya sudah tamat, dan Presiden

Soekarno sudah tidak ada lagi. Kekuasaan sudah berada dalam tangan Jenderal

Soeharto.

9

Harief Harahap, “himpunan peraturan-peraturan dan perundang-undangan republic

(11)

Sementara itu Jenderal Soeharto telah berusaha menyempurnakan MPRS,

DPRGR, DPA dan Lembaga Pemerintah Pusat yang lain. Dengan cara begini,

ia telah mengambil langkah-langkah untuk memberikan nafas bagi kehidupan

demokrasi kembali, setapak demi setapak, sesuai dengan kemungkinan. Pada

tanggal 20 Juni 1966, sampai tanggal 6 Juli 1966, diadakan sidang MPRS, yang

ke-IV di Jakarta. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara, diminta

memberikan laporan kepada sidang, mengenai pemberontakan G 30 S yang

gagal. Pemberian laporan pertanggungan jawab oleh Presiden Soekarno itu,

sekaligus juga merupakan langkah mematuhi UUD 45.10

B. Perkembangan kekuasaan dan kebijakan pemerintah pada masa orde baru

1. Perkembangan kekuasaan pada masa orde baru

Dengan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) Soeharto mengatasi

keadaan yang serba tidak menentu dan sulit terkendali itu. Dengan berkuasanya

Soeharto sebagai pemegang tampuk pemerintahan di negara Republik

Indonesia sebagai pengganti Presiden Soekarno, maka dimulailah babak baru

yaitu sejarah Orde Baru. 11

Pada hakikatnya, Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,

bangsa, dan negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan

UUD 1945, atau sebagai koreksi terhadap penyelewengan-penyelewengan yang

terjadi di masa lampau. Di samping itu juga berupaya menyusun kembali

kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat

proses pembangunan bangsa.

10

Harief Harahap, “himpunan peraturan-peraturan dan perundang-undangan republic

Indonesia”(Jakarta : Pradnya paramita 1973)h.49

11

(12)

Permulaan tahun 1967 suasana bertambah panas lagi.

Mahasiswa-mahasiswa turun ke jalan kembali, dengan sasaran yang terang, yaitu Soekarno.

Pada tanggal 23 Januari 1967, Jenderal Soeharto mengeluarkan pengumuman

yang bernada keras, terhadap kontra-kontra Orde Baru. Dalam pengumuman

itu, ditegaskan bahwa kesabaran yang diperlihatkan Angkatan Bersenjata dalam

menghadapi bencana Gestapu/PKI akan sampai pada batasnya: “Di saat itu kita

akan menarik garis yang jelas antara kita dan mereka yang berdiri di luar garis

yang telah ditentukan oleh MPRS. Barulah di waktu itu, kita akan mengambil

langkah-langkah yang tegas dan tindakan yang keras terhadap siapapun”.12 Setelah peristiwa G30S / PKI, negara Republik Indonesia dilanda

instabilitas politik akibat tidak tegasnya kepemimpinan Presiden Soekarno

dalam mengambil keputusan atas peristiwa itu. Sementara itu, partai-partai

politik terpecah belah dalam kelompok-kelompok yang saling bertentangan,

antara penentang dan pendukung kebijakan Presiden Soekarno. Selanjutnya,

terjadilah situasi konflik yang membahayakan persatuan dan keutuhan bangsa.

Melihat situasi konflik antara masyarakat pendukung Orde Lama dengan

Orde Baru semakin bertambah gawat, DPR-GR berpendapat bahwa situasi

konflik harus segera diselesaikan secara konstitusional. Pada tanggal 3 Februari

1967 DPR-GR menyampaikan resolusi dan memorandum yang berisi anjuran

kepada ketua Presidium Kabinet Ampera agar diselenggarakan Sidang

Istimewa MPRS. Pada tanggal 20 Februari 1967, Presiden Soekarno

menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Soeharto. Penyerahan kekuasaan

dari Presiden Soekarno kepada Soeharto dikukuhkan di dalam sidang Istimewa

MPRS. MPRS dalam ketetapannya No. XXXIII/MPRS/1967 mencabut

kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat

Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Dengan adanya

ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang merupakan sumber instabilitas politik

telah berakhir secara konstitusional.

12

(13)

Sekalipun situasi konflik berhasil diatasi, namun kristalisasi Orde Baru

belum selesai. Untuk mencapai stabilitas nasional diperlukan proses yang baik

dan wajar, agar dapat dicapai stabilitas yang dinamis, yang mendorong dan

mempercepat pembangunan. Proses ini dimulai dari penataan kembali

kehidupan politik yang berlandaskan kepada Pancasila dan UUD 1945.

Usaha penataan kembali kehidupan politik dimulai pada awal tahun 1968

dengan penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan untuk menumbuhkan

hak-hak demokrasi dan mencerminkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam

masyarakat. Komposisi anggota DPR terdiri dari wakil-wakil partai politik dan

golongan karya. Tahap selanjutnya adalah penyederhanaan kehidupan

kepartaian, keormasan dan kekaryaan dengan cara pengelompokkan

partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini dimulai tahun 1970 dengan

mengadakan serangkaian konsultasi dengan pimpinan partai-partai politik.

Hasilnya lahirlah tiga kelompok di DPR yaitu:

1. Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari parta-ipartai PNI,

Parkindo, Katolik, IPKI, serta Murba.

2. Kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri dari partai-partai NU,

Partai Muslimin Indonesia, PSII, dan Perti.

3. Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi pemuda,

organisasi tani dan nelayan, organisasi seniman dan lain-lain tergabung

dalam kelompok Golongsan Karya.

Selanjutnya pemerintah Orde Baru memurnikan kembali politik luar

negeri yang bebas-aktif. Politik konfrontasi dengan Malaysia dihentikan.

Normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia berhasil dicapai dengan

ditandatanganinya Jakarta Accord pada tanggal 11 Agustus 1966. Kemudian

pemerintah memutuskan untuk kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28

September 1966, guna mengembalikan kepercayaan dunia internasioanal serta

menumbuhkan saling pengertian yang sangat bermanfaat bagi pembangunan.

(14)

regional bangsa-bangsa Asia Tenggara, pada tanggal 8 Agustus 1967 Deklarasi

Bangkok berhasil ditandatangani. Dengan ini, lahirlah Perhimpunan

Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Association of South East Asian Nation (ASEAN).

Perhimpunan ini beranggotakan Indonesia, Muangthai, Malaysia, Singapura,

dan Filipina.13

2. Kebijakan pemerintah pada masa orde baru

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, langkah

selanjutnya yang ditempuh oleh pemerintah adalah melaksanakan

Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional yang diupayakan pada zaman

Orde Baru direalisasikan melalui Pembangunan Jangka Pendek dan

Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan Jangka pendek dirancang melalui

Pembangunan Lima Tahun (pelita). Setiap pelita memiliki misi pembangunan

dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia.

Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional

tersebut, maka MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara

(GBHN) sejak tahun 1973, yang pada dasarnya merupakan pola umum

pembangunan nasional dengan rangkaian program-programnya. GBHN

dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang berisi

program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima

tahun. Pelaksanaan Repelita telah dimulai sejak tahun 1969.

Dilakukan pembangunan nasional pada masa orde baru dengan tujuan

terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD

1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala

bidang. Pedoman pembangunan nasional adalah Trilogi Pembangunan dan

Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah

13

(15)

kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan

ekonomi yang stabil.

Selama periode Orde Baru terdapat 6 pelita, yaitu :

1. Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi

landasan awal pembanguna ORBA

2. Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979

3. Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984

4. Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989

5. Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994

6. Dilaksankan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999

C. Perkembangan Sosial Budaya pada Masa orde baru

1. Pendidikan

Kebijaksanaan pokok di bidang pendidikan dan sekaligus pembinaan

generasi muda di arahkan kepada pemecahan secara mendasar dari sejumlah

masalah pokok yang berkaitan satu sama lainnya. Pemecahan itu dilakukan

secara sistematis dan bertahap khususnya terhadap sistem pendidikan.14

Pemecahan secara mendasar itu antara lain menyangkut kebijaksanaan

untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih luas. Dan ini di imbangi pula

dengan kebijaksanaan peningkatan mutu pendidikan. Khususnya pendidikan

tinggi di arahkan pada sasaran pembinaan mahasiswa yang mampu menjawab

tantangan moderanisasi. Pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan

relevansinya dengan situasi riil masyarakat. karena itulah sistem pendidikan

sering di kaitkan dengan kebijaksanaan pengembangan kesempatan dan

kualifikasi bagi jenis-jenis lapangan kerja yang di perlukan oleh pembangunan

14

(16)

nasional. Di samping itu diselaraskan pula dengan keperluan pembangunan

daerah. Dengan kata lain pengembangan sistem pendidikan bertujuan

melakukan pembaharuan sistem pendidikan secara menyeluruh. Tujuannya

adalah terwujudnya sistem pendidikan nasional yang efektif, efisien, dan serasi

dengan tujuan pembangunan dan tujuan nasional. Usaha ini dilakukan dengan

membina dan memantapkan sistem informasi pendidikan. Dan penilaian serta

penelitian secara terus menerus terhadap sistem pendidikan yang sedang

berjalan.

Dengan patokan penilaian secara terus menerus terhadap sistem

pendidikan itu, maka pertama-tama kita kenalkan dengan konsepsi menteri

Mashuri S.H., Menteri P dan K ini mengajukan kosepsi yang dikenal sebagai

konsepsi sekolah pembangunan. Dalam konsepsi sekolah pembangunan para

anak didik dikenalkan pada jenis-jenis dan lapangan sert lingkungan kerja. Hal

ini dimaksudkan agar mereka dapat melihat kemungkinan untuk memberikan

jasa melalui karyanya. Dan itu berarti kepada anak didik bukan hanya diberikan

pelajaran teori, tapi juga diperkenalkan kepada sejumlah pekerjaan yang

kira-kira bisa mereka lakukan. Dengan cara itu mereka akan dapat menyalurkan

bakatnya masing-masing dan sekaligus dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan kerja yang mereka akan hadapi. Dalam konsepsi ini anak-anak

diberi pengertian akan dirinya sejak mulai dari rumah, disekolah hingga ke

dalam masyarakat.15

sekolah pembangunan merupakan perwujudan dari prinsip bahwa

pendidikan harus serasi dengan kenyataan-kenyataan yang hidup dalam

masyarakat. Konsepsi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh terjadinya

perombakan sistem pendidikan dibeberapa Negara, baik di Asia maupun di

Amerika. Perombakan sistem pendidikan yang dilakukan oleh Negara-negara

tersebut umumnya dimaksudkan untuk memecahkan masalah dispensasi

anatara jumlah lulusan sekolah dengan tersediannya lapangan kerja. Bagi

15

(17)

Indonesia usaha itu juga dimaksudkan untuk menghilangkan anggapan bahwa

pendidikan hanya mengejar ijazah saja. Pendidikan bertujuan untuk

memberikan kemampuan kepada anak-anak agar mereka langsung dapat

berkarya.

Berhubungan erat dengan sistem pendidikan adalah kurikulum

pendidikan. Selain mata pelajaran yang biasa diberikan di sekolah-sekolah,

mata pelajaran agama menjadi mata pelajaran wajib dari tingkat sekolah dasar

sampai ke perguruan tinggi. Hal ini mulai dilakukan sejak permulaan orde

baru. Menjadi wajibnya mata pelajaran agama antara lain berhubungan juga

denga peristiwa meletus pemberontakan G-30-S/PKI, dimana pada masa-masa

sebelumnya mata pelajran agama agak dikesampingkan .

Dibidang pendidikan tinggi, baik di universitas dan intansi juga di adakan

perbaikan-perbaika. Salah satu usaha perbaikan kurikulum yang menonjol

adalah memperkenalkan sistem kredit, yang pemakaiannya mulai dilaksanakan

di berbagai universitas pemerintah. Sistem ini memungkinkan para mahasiswa

yang berbakat untuk mengatur studinya sendiri sesuai dengan petunjuk

kurikulum yang ditetapkan.Pemakaian sistem kredit ini memungkinkan para

mahasiswa mempercepat penyelesaian pendidikannya disbanding dengan

lamanya waktu yang diperlukan dalam sistem yang lama. Sitem it uterus

disempurnakan dan pemakaiannya diusahakan merata pada berbagai perguruan

tinggi. 16

Dari uraian di atas terlihat bahwa sejak orde baru memegang tampuk

pemerintahan telah banyak perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan dibidang

pendidikan. Namun demikian perbaikan-perbaikan itu di anggap masih belum

memadai disbanding dengan tantangan pendidikan yang yang sedang dan akan

muncul. Karena itulah ketika Dr.Daoed Joesoef menjabat sebagai menteri P

dan K dalam cabinet pembangunan III tindakan fundamental yang

dilakukannya adalah membentuk komisi pembaharuan pendidikan. Komisi ini

16

(18)

terdiri dari wakil-wakil masyarakat yang menghayati dan menaruh perhatian

besar terhadap masalah pendidikan.

2. Perkembangan budaya

Terdapat Perkembanagn erat antara perkembangan pendidikan dengan

perkembangan pendidikan dengan perkembangan seni. Dalam peningkatan dan

pengembangan seni nasional, segala usaha dan kegitan di arahkan kepada

usaha-usaha yang dapat memperkuat kepribadian nasional, kebanggaan, serta

kesatuan nasional. Untuk itu telah diadakan langkah-langkah peningkatan

pembinaan dari pengembangan seni secara luas. Hal itu dilakukan melalui

sekolah, kursus seni, organisasi seni, dan wadah-wadah kegiatan seni lainnya

dalam masyarakat. Selain itu pembentukan pusat-pusat pengembangan seni

telah diperbanyak. Hal itu karena fungsinya sangat yang sangat penting sebagai

arena usaha pemeliharaan, pembinaan, serta pengembangan kehidupan seni

bangsa. Tidak kalah pentingnya adalah pengamanan seni, untuk menjamin dan

meneruskan warisan seni. Usaha itu antara lain mencakup usaha inventarisasi,

dokumentasi, dan penelitian warisan budaya nasional, pembinaan dan

pemeliharaan peninggalan-peninggalan purbakala.17

Tentang perkembangan seni drama, pada masa orde baru usaha-usaha

mempertinggi derajat serta mutu kesandiwaraan umumnya terutama berpusat

pada serikat Artis Sandiwara. Hal ini terutama terdapat pada masa revolusi.

Sejak tahun 1965, bentuk seni drama memperoleh corak baru.

Dramawan-dramawan terkemuka seperti W.S Rendra, Arifin C. Noer, Ikranegara, dan

lain-lain telah membawakan bentuk cerita-cerita baru dalam setiap pementasannya.

Sebagian dari pementasan itu merupakan karya-karya terjemahan, di samping

ciptaan mereka sendiri. Corak cerita adakalanya mempunyai warna protes

sosial, yakni suatu mode yang sering ditampilkan para seniman pada masa orde

(19)

baru . Mereka sering juga menampilkan suasana yang hidup di kalangan

masyarakat ke panggung sandiwara, yang sedikit banyak masih ada pengaruh

keresahan. Kalau tidak, mereka sudah berhenti sebagai seniman. Karena pada

jiwa yang resah sering muncul karya-karya yang besar.

Mengenai masalah seni daerah dapatlah dikemukakan bahwa sebagai

akibat meluasnya publikasi dalam pers, banyak orang-orang yang tinggal di

daerah telah membaca atau mendengar perkembangan seni di ibukota

negaranya, meskipun mereka tidak pernah pendapatkan kesempatan untuk

menyaksikannya sendiri. Mengenai penyesuaian nilai-nilai tradisional untuk

kehidupan modern hingga saat ini masih berada dalam tingkat percobaan. Seni

tradisional berhubungan erat dengan siklus perkembangan hidup manusia,

misalnya khitanan dan perkawinan. Karena itu seni tradisional bersifat sacral

dan bukan bersifat hiburan.

Perkembangan seni bangunan juga memperlihatkan kemajuan. pada

masa-masa sebelumnya, keadaan bangunan di kota-kota pada umumnya

kurang berketentuan dan tidak menyelaraskan diri dengan alam.

Sekolah-sekolah, kantor-kantor besar, took, gedung tua, pondok rakyat, berselang seling

sepanjang satu jalan atau dalam bagiankota yang seharusnya mempunyai

ketentuang pasti.18

Mengenai film sebagai salah satu wahana budaya dapat dipergunakan

sebagai sarana penerangan, pendidikan dan sekaligus hiburan, pada masa orde

lama diadakan pembatasan yang ketat terhadap film-film impor, khususnya dari

Eropa dan Amerika, maka pemerintah orde baru agak melonggarkan

pembatasan itu, namun dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain, seperti itu

tidak berarti setiap film barat dapat di putar di Indonesia. Keluwesan terhadap

film asing diiringi dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain, seperti seleksi

yang ketat. Tujuannya adalah agar tidak merusak moral bangsa Indonesia dan

18

(20)

sepanjang film-film impor itu tidak mematikan pemasaran film-film produksi

dalam negeri.

3. Perkembangan pers dan media elektronika

Titik tolak dari pembinaan pers nasional adalah ketetapan siding umum

MPRS IV tahun 1966. Dalam ketetapan ini disebutkan “ Kebebasan pers

Indonesia adalah kebebasan untuk menyatakan serta menegakkankebenaran

dan keadilan, dan bukanlah kebebasan dalam pengertian libelarisme”

Disebutkan juga bahwa kebebasan pers berhubungan erat dengan keharusan

adanya pertanggung jawaban, atau singkatnya pers yang bertanggung jawab

Dengan dasar itu kemudian disyahkan Undang-Undang No.11

tahun1966 tentang ketentuan-ketentuan pokok pers, yang kemudian

disempurnakan lagi dengan Undang-undang No.4 tahun 1967. Fungsi Pers

Nasional menurut undang-undang tersebut adalah sebagai alat revolusi dan

merupakan mass media yang bersifat aktif, dinamis kreatif, edukatif,

informative, dan mempunyai fungsi kemasyarakatan penorong dan penumpuk

daya pikiran kritis dan progresif meliputi segala perwujudan kehidupan

masyarakat Indonesia. Karena itu per mempunyai hak kontrol, kritik dan

koreksi yang bersifat korektif dan konstruktif.19

Untuk melaksanakan fungsi, kewajiban dan hak pers, mereka

membentuk tiga organisasi profesi, yakni : Persatuan Wartawan Indonesia

(PWI) , Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), dan Serikat Grafika Pers (SGP).

Ketiga organisasi ini kemudian membentuk dewan pers yang bertugas untuk

mendampingi pemerintah dalam bersama-sama membina pertumbuhan dan

perkembangan pers nasional. Anggota dewan pers terdiri dari wakil-wakil

organisasi dan ahli-ahli dalam bidang pers, sedangkan ketuanya langsung di

19

(21)

pegang oleh menteri penerangan. Karena dewan pers bertugas mendampingi

pemerintah, maka secara tidak langsung ia merupakan forum penyalur

aspirasi-aspirasi pers dalam rangka komunikasi timbal balik dan interaksi

antara pemerintah, pers dalam masyarakat.

4. Penataran P-4 Sebagai gerakan Budaya

Pancasila adalah bagian dari pada sistem nilai budaya dan filosofis idil

dari bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari jiwa dan nilai-nilai ‟45, Pancasila telah diterima dan disepakati sebagai nilai luhur oleh segenap masyarakat

Indonesia. Pancasila memberi kekuatan hidup kepada bangasa Indonesia serta

membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di

dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.20

Walaupun Pancasila secara resmi telah menjadi falsafah bangsa sejak

tahun 1945, namum hampir tiga dekade sesudah itu baru di tetapkan detail

perumusan konsepsi yang di kandungnya. Pada bulan februari 1959 pernah

diadakan seminar mengenai Pancasila di Yogyakarta, dan setelah itu berbagai

seminar juga diadakan selain bermunculan bengkel-bengkel pancasila di

berbagai di perguruan tinggi. Namun kesemuanya itu malah memunculkan

tafsiran yang bermacam-macam mengenai pancasila karena itulah dalam

banyak kesempatan presiden Soeharto menganjurkan agar pancasila disatu

tafsirkan. Pada Dies Natalis Universitas Gajah Madah tahun 1974 kembali

presiden menekankan anjuranya itu.

Salah satu organisasi sosial yang memanfaatkan seruan itu adalah Dewan

Harian Nasional Angkatan ‟45, yang pada tahun itu juga membentuk panitia

khusus yang terdiri dari : Dr. Moh. Hatta (sebagai ketua) , Mr. Ahmad

Subardjo, Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo, Prof. Mr. Sunario dan A.A Maramis (

20

(22)

masing-masing sebagai anggota). Karena panitia ini terdiri dari lima orang,

maka disebut sebagai panitia lima. Tugas panitia lima adalah merumuskan

tafsiran pancasila. Panitia ini pada tanggal 10 febuari 1975, mengumumkan

hasil kerjanya kepada pers yang mereka namakan „ Uraian Pancasila”.

D. Pola dan Kebijakan Pedidikan Islam di Indonesia pada Masa Orde Oaru

1. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah mulai dari pemerintahan kolonial, awal dan pasca

kemerdekaan hingga masuknya Orde baru terkesan meng-„anak tirikan”, mengisolasi bahkan hampir saja menghapuskan sistem pendidikan islam hanya

karena alasan “ Indonesia bukanlah Negara islam” Namun berkat semangat

juang yang tinggi dari tokoh-tokoh pendidikan islam, akhirnya berbagai

kebijakan tersebut mampu “diredam‟ untuk sebuah tujuan ideal, yaitu “menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia” seperti tercantum dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003. Dengan demikian, sebenarnya banyak faktor yang memengaruhi

kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap pendidikan islam, baik dari aspek

sosial politik maupun aspek religious.21

Secara operasional, kata kebijakan berasal dari kata “bijak” yang berarti rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak pemerintah,

organisasi dan sebagainya. Sedangkan Orde Baru merupakan suatu

pemerintahan dan sebagainya, peraturan pemerintah, angkatan sejak tanggal 11

maret 1966. Selanjtnya rentang waktu sistem pemerintahan RI sejek lahirnya

21

(23)

20 Mei 1998 yang merupakan awal masa reformasi di Indonesia, penulis

jadikan sebagai batasan pembahasan dalam penyajian tulisan ini. Disamping

itu , tulisan ini juga berupaya mendeskripsikan berbagai kebijakan

pemerintahan era orde baru terutama yang ada kai kaitanya dengan pendidikan

islam.

2. Menjembatani Dualisme Pendidikan

Diakui bahwa kebijakan pemerintah orde baru mengenai pendidikan

islam dalam konteks madrasah di Indonesia bersifat positif dan konstruktif,

khususnya dalam dua dekade terakhir 1980-an sampai dengan 1990-an pada

masa pemerintah orde baru, lembaga pendidikan (madrasah) dikembangkan

dalam rangka pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan.22

Pada awal-awal masa pemerintahan orde baru, kebijakan tentang

madrasah bersifat melanjutkan dan meningkatkan kebijakan orde lama. Pada

tahap ini madrasah belum di pandang sebagai bagian dari sistem pendidikan

nasional, tetapi baru bersifat lembaga pendidikan otonom dibawah pengawasan

menteri agama . Hal ini disebabkan pendidikan madrasah belum di dominasi

oleh muatan-muatan agama, menggunakan kurikulum yang belum tersandar ,

memiliki struktur yang tidak seragam, dan kurang terpantaunya manajemen

madrasah oleh pemerintah.

Dari uraian di atas di pahami bahwa upaya melakukan formalisasi dan

strukturisasi madrasah merupakan agenda awal pemerintah (menteri agama)

pada masa orde baru. Proses penegerian sejumlah madrasah swasta tampaknya

didorong oleh animo masyarakat yang cukup tinggi, yang pada satu sisi lain

berkeinginan untuk sejajar dengan sekolah-sekolah umum yang sudah

22

(24)

berstatus negeri, sehingga dengan demikian output lembaga madrasah juga

dapat memiliki peluang dan kesempatan untuk duduk dan memegang jabatan

pada istansi-instansi yang ada. Sementara upaya strukturisasi kurikulum dengan

memasukkan mata pelajaran pendidikan agama ke sekolah-sekolah mulai dari

jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi tampaknya didorong oleh

keinginan melahirkan output yang tidak “hampa” dari nilai-nilai religious. Agaknya hal ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berbagai

kebijakan pemerintah terhadap pendidikan islam di Nusantara.23

3. Restrukturisasi kurikulum madrasah dan mengatasi kelangkaan ulama

Setelah SKB Tiga Menteri, usaha pengembangan madrasah selanjutnya

adalah di keluarkannya SKB Menteri P dan K nomor 299/u/1984 dengan

menteri agama nomor 45 tahun 1984, tentang pengaturan pembaruan kurikulum

sekolah umum dan kurikulum madrasah yang isinya antara lain adalah

mengizinkan kepada lulusan madrasah untuk melanjutkan ke sekolah-sekolah

umum yang lebih tinggi. SKB 2 menteri dijiwai oleh TAP MPR

No.II/TAP/MPR/1983 tentang perlunya penyesuaian sistem pendidikan sejalan

dengan daya kebutuhan pembangunan di segala bidang, antara lain dilakukan

melalui perbaikan kurikulum sebagai salah satu di antara berbagai upaya

perbaikan penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan madrasah.

4. Unifikasi sistem pendidikan

Memasuki dekade 90-an kebijakan pemerintah orde baru mengenai

madrasah ditujukan secara penuh untuk membangun satu sistem pendidikan

nasioanal yang utuh. Maksudnya adalah sistem pendidikan nasional tidak

hanya bergantung kepada pendidikan jalur sekolah. Untuk tujuan ini,

pemerintah melakukan berbagai langkah dan terobosan. Satu di antaranya

23

(25)

melalui penyusunan UU No. 1 tahun 1989 tersebut memuat 20 bab, 59 pasal

yang secara umum terdiri dari kelembagaan, peserta didik, tenaga

kependidikan, sumber daya pendidikan,kurikulum, pembelajaran evaluasi, dan

supervise. Berdasarkan undang-undang tersebut, pendidikan di Indonesia

dilaksanakan secara semesta, menyeluruh, dan terpadu. 24

24

(26)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpilan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, peristiwa 30

September 1965 Tragedi Berdarah dalam sejarah bangsa Indonesia membawa

masyarakat Indonesia untuk menata kembali kehidupan berbangsa dan

bernegara kembali kepada ideologi Pancasila dan UUD 1945. Dan keinginan

untuk melaksanakan secara murni dan konsekwen Ideologi negara Pancasila

dan UUD 1945. Dalam peristiwa tanggal 30 September 1965 ini telah

membawa korban rakyat banyak, dan para pemimpin bangsa diantaranya tujuh

orang Perwira Tinggi Angkatan Darat. Tuntutan masyarakat terhadap aksi

Gerakan 30 September semakin meningkat. Hal ini menimbulkan tekanan berat

bagi Pemerintah Soekarno untuk memberikan perintah kepada Letnan Soeharto

sebagai Panglima Angkatan Darat untuk memulihkan keadaan dan wibawa

pemerintah. Dalam menjalankan tugas Letnan Jenderal Soeharto juga harus

melaporkan segala sesuatu kepada Presiden Soekarno, mandat itu dikenal

dengan nama Supersemar.

Kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Baru ini

adalah: menghentikan konfrontasi dengan Malaysia, memprakarsai

terbentuknya ASEAN, keikutsertaan Indonesia dalam Organisasi Internasional.

Kebijaksanaan politik dalam negeri Indonesia pada masa Orde Baru

diantaranya adalah: melasanakan pemilu, penataan dalam bidang Pemerintahan

mulai dari Tingkat Pusat sampai ke bawah melaksanakan berbagai sektor

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Doto, 1985 Indonesia pada masa orde baru. Jakarta: Erlangga

http://anisamaulina.blogspot.com/2012/03/kebijakan-ekonomi-pada-masa-orde-baru.html

Usman, Sjarif. 1972. Mengapa Rakyat Indonesia Mendukung Presiden

Soeharto.jakarta. Cetakan ke III

Nogroho, Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jakarta: Balai

Pustaka

M.C Rickleft, 2005. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta : Serambi Ilmu

Semesta.

Nizar, Samsul . 2011. sejarah pendidikan islam ,Jakarta: Kharisma putra utama

Sunny, Ismail. 1986. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: Aksara Baru.

Kuntowijoyo. 2005. pengantar ilmu sejarah. Yogyakarta : bentang.

Djiwandono, J Soedjati dan T.A Legowo. 1996. “revitalisasi Sistem politik

Indonesia” Jakarta : CSIS

Hariyono. 1995,“Mempelajari sejarah secara efektif”,Jakarta : Pustaka Jaya. Harol Crouch, 1986 ,“Militer dan politik di Indonesia”,Jakarta : sinar harapan

Harief Harahap .1973, “himpunan peraturan-peraturan dan

perundang-undangan republic Indonesia”,Jakarta : Pradnya paramita

Suryohadiprojo Sayidiman, suatu pengantar dalam ilmu perang , (Jakarta :

Referensi

Dokumen terkait

Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah ini diantaraya adalah karena karakter nasabah, rasio modal (capital)

[r]

Pada perancangan MP3 Player, pemodelan dengan UML digunakan untuk mengidentifikasi serta menganalisa sistem dan kebutuhan sistem yang diperlukan agar dalam proses

Bagi karyawan yang melakukan perjalanan dinas, dimana tempat tujuan tidak tersedia fasilitas penginapan milik perusahaan (mess atau tempat menginap yang disediakan

[r]

- Kolesterol Kolesterol bebas bebas yg yg diperoleh diperoleh dari dari jaringan jaringan perifer perifer / lipoprotein lain / lipoprotein lain.  diubah diubah menjadi

Dengan demikian, Perusahaan pengiriman barang memerlukan sebuah inisiatif untuk mengatasi masalah tersebut dengan merancang sistem tracing pengiriman barang dengan

Sudut cone antena infinite sama dengan yang digunakan dalam %