USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
MINI WETLAND SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MENURUNKAN
KANDUNGAN ORGANIK AIR LIMBAH
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN ILMIAH
DIUSULKAN OLEH:
SUCI WULANDARI
1210941001
DIAN PARAMITA
1210942005
ANNISA MARYAM
1210942013
WIDIA DETIARI RUKMANA
1210942023
HASNURETA
1210942037
Pengesahan PKM Gagasan Tertulis
1 Judul Kegiatan : Mini Wetland Skala Rumah Tangga untuk Menurunkan Kandungan Organik Air Limbah
2 Bidang Kegiatan : PKM-GT
3 Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Suci Wulandari
b. NIM : 1210941001
c. Jurusan : Teknik Lingkungan
d. Universitas : Andalas
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Moh. Hatta, Kampung Periuk/ 085274775288
f. Alamat email : suciwulandari717@gmail.com 4 Anggota pelaksana Kegiatan
/Penulis
: 4 Orang
5 Dosen pendamping
Nama Lengkap dan Gelar : Dewi Fitria, Ph. D
NIDN : 0004097905
Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Perumahan Kemilau Permata Kuranji Blok B No. 14 Kuranji/ 082284513246 6 Biaya kegiatan total:
a. Dikti : Rp.
10.000.000,-b. Sumber lain :
-7 Jangka waktu pelaksanaan : Bulan
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan... i
Daftar Isi... ii
Bagian Inti 1. Pendahuluan ... 1
2. Tinjauan Pustaka... 3
3. Gagasan... 10
4. Daftar Pustaka... 14 Lampiran-Lampiran
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah cair domestik yang tidak terolah merupakan permasalahan lingkungan karena secara kualitas maupun kuantitas dapat mengganggu kesehatan manusia, mencemari badan air penerima dan menjadi sarang dari vektor-vektor penyakit masyarakat sekitar. Peningkatan jumlah limbah cair domestik mengakibatkan jumlah limbah dalam badan air penerima melebihi daya tampung maupun daya dukung lingkungannya. Menurut data yang didapatkan, angka kesakitan diare pada balita di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 orang. Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan 400.000 balita. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai sanitasi seperti belum adanya sistem PAB mengakibatkan kasus ini akan meningkat setiap tahunnya.
Indonesia memiliki sistem drainase yang masih jauh di bawah standar sistem drainase yang seharusnya. Di Indonesia, air buangan langsung di salurkan ke saluran drainase. Bercampurnya air hujan dan air buangan di suatu saluran, menyebabkan selokan menjadi sangat kotor. Seringkali saluran tersebut menjadi tersumbat, berbau bahkan tak jarang pula menyebabkan banjir. Sistem Pengolahan Air Buangan (PAB) di Indonesia masih belum merata di setiap wilayah. Bisa di katakan sistem PAB di Indonesia belum ada.
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan sistem pengolahan air buangan yang tepat dengan skala rumah tangga yang mudah, murah dan efektif untuk dilakukan seperti constructed wetland. Constructed Wetlandadalah proses pengolahan limbah yang merupakan aplikasi dari proses penjernihan air yang terjadi dilahan basah/rawa, dimana tumbuhan air yang tumbuh didaerah tersebut memegang peranan penting dalam proses pemulihan kualitas air limbah secara alamiah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pencetusan gagasan ini adalah:
1. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat belum adanya sistem PAB yang layak; 2. Menawarkan sistem PAB yang mudah, murah dan efektif;
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah Domestik
2.1.1 Karakteristik Air Limbah Domestik
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pada ayat 14 disebutkan bahwa air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah domestik, menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik disebutkan pada Pasal 1 ayat 1, bahwa air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.
Secara prinsip air limbah domestik terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu air limbah yang berasal dari toilet (black water) dan air limbah yang berasal dari buangan dapur dan kamar mandi (grey water), yang sebagian besar merupakan bahan organik (Veenstra, 1995).
2.1.2 Sumber Air Limbah Domestik
Limbah rumah tangga merupakan limbah yang dihasilkan oleh satu rumah atau beberapa rumah. Sumber limbah rumah tangga adalah sebagai berikut:
a. Limbah Organik, berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung unsur Karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup, air seni (umumnya mengandung nitrogen dan posfor), dan sisa makanan. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi, misalnya: sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong B3 yaitu bahan berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya. Namun secara teknis sebagian orang mendefinisikan limbah organik sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya bahan-bahan organik alami namun sulit membusuk/atau terurai, seperti kertas, dan bahan organik sintetik (buatan) yang sulit membusuk atau terurai.
sehingga tidak dapat di urai oleh mikroorganisme. Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah organik yang sering diterapkan dilapangan umumnya limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah) agak sedikit berbeda dengan pengertian diatas secara teknis limbah anorganik didefinisikan sebagai limbah yang tidak dapat atau sulit terurai atau busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Bahan organik seperti plastik, karet, kertas, juga dikelompokan sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit terurai oleh mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang.
2.2 Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland)
Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) merupakan proses pengolahan limbah yang meniru/ aplikasi dari proses penjernihan air yang terjadi dilahan basah/ rawa (Wetland), dimana tumbuhan air yang tumbuh didaerah tersebut memegang peranan penting dalam proses pemulihan kualitas air limbah secara alamiah.
Menurut Hammer (1986) pengolahan limbah Sistem Wetland didefinisikan sebagai sistem pengolahan yang memasukkan faktor utama, yaitu:
a. Area yang tergenangi air dan mendukung kehidupan tumbuhan air sejenishydrophyta; b. Media tempat tumbuh berupa tanah yang selalu digenangi air (basah);
c. Media bisa juga bukan tanah, tetapi media yang jenuh dengan air.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan penelitian, maka definisi tersebut disempurnakan oleh Metcalf & Eddy (1993), menjadi “Sistem yang termasuk pengolahan alami, dimana
terjadi aktivitas pengolahan sedimentasi, filtrasi, transfer
gas, adsorpsi, pengolahan kimiawi dan biologis, karena aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan aktivitas tanaman”. Prinsipnya Sistem Lahan Basah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kategori dan secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Lahan Basah Alamiah (Natural Wetland)
Sistem ini umumnya merupakan suatu sistem pengolahan limbah dalam area yang sudah ada secara alami, contohnya daerah rawa. Kehidupan biota dalam Lahan Basah Alamiah sangat beragam. Debit air limbah yang masuk, jenis tanaman dan jarak tumbuh pada masing–masing tanaman tidak direncanakan serta terjadi secara alamiah.
b. Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland)
Sistem pengolahan yang direncanakan seperti untuk debit limbah, beban organik, kedalaman media, jenis tanaman, dan lain-lain sehingga kualitas air limbah yang keluar dari sistem tersebut dapat dikontrol/ diatur sesuai dengan yang dikehendaki oleh pembuatnya.
Secara umum sistem pengolahan limbah dengan Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) ada dua tipe, yaitu sistem aliran permukaan (Surface Flow Constructed Wetland) atau FWS (Free Water System) dan sistem aliran bawah permukaan (Sub-Surface Flow Constructed Wetland) atau sering dikenal dengan sistem SSF-Wetland (Leady, 1997). Perbedaan sistem aliran dari kedua sistem Lahan Basah tersebut dapat dilihat secara rinci pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 Tipe Aliran Lahan Basah Buatan
Sedangkan klasifikasi Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) berdasarkan jenis tanaman yang digunakan terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Sistem yang menggunakan tanaman air mengambang atau sering disebut dengan Lahan Basah Sistem Tanaman Air Mengambang (Floating Aquatic Plant System);
3. Sistem yang menggunakan tanaman makrophyta yang akarnya tenggelam atau sering disebut juga amphibiuos plants dan biasanya digunakan untuk Lahan Basah Buatan tipe Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Wetland) SSF-Wetland(Suriawiria, 1993).
Pada gambar berikut ini dapat dilihat secara rinci perbedaan penggunaan tanaman dari ketiga jenis sistem Lahan Basah tersebut.
Gambar 2.3 Perbedaan Penggunaan Tanaman Sistem Lahan Basah 2.3 Tanaman
Jenis tanaman yang sering digunakan untuk Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan adalah jenis tanaman air atau tanaman yang tahan hidup di air tergenang (Submerged plants atauamphibiuos plants).
Pada umumnya tanaman air tersebut dapat dibedakan menjadi 3 tipe/ kelompok, berdasarkan area pertumbuhannya didalam air. Adapun ketiga tipe tanaman air tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tanaman yang muncul ke permukaan air, merupakan tanaman air yang memiliki sistem perakaran pada tanah di dasar perairan dan daun berada jauh diatas permukaan air;
b. Tanaman yang mengambang dalam air, merupakan tanaman air yang seluruh tanaman (akar, batang, daun) berada didalam air;
c. Tanaman yang mengapung di permukaan air, merupakan tanaman air yang akar dan batangnya berada dalam air, sedangkan daun diatas permukaan air.
2007). Pengolahan kedua dapat berupa jenis yang muncul di permukaan air maupun yang mengambang dalam air. Tanaman jenis ini mampu menurunkan kadar BOD, COD, TDS dan TSS hasil pengolahan dari pengolahan pertama. Tanaman yang bisa digunakan setelah proses filter sampai pengolahan kedua, antara lain (Kusumawardani dan Rony, 2013):
1. Eichornia crassipes;
Akar Eichornia crassipes merupakan akar serabut yang bercabang-cabang halus, permukaan akarnya digunakan oleh mikroorganisme sebagai tempat pertumbuhan dan eceng gondok dapat digunakan untuk menghilangkan polutan karena fungsinya sebagai sistem filtrasi biologis, menghilangkan nutrien mineral, untuk menghilangkan logam berat seperti cuprum, aurum, kobalt, strontium, merkuri, timah, kadmium, dan nikel (Hidayati, 2004).
2. Echinodorus paleafolius;
Melati air (Echinodorus palaefolius) merupakan tanaman hias yang dapat hidup dalam berbagai musim dan selalu membutuhkan air pada media tanamnya. Melati air dalam pemanfaatannya sebagai pereduktor/ filter kontaminan sangat efektif dalam memperluas area tempat mikroorganisme melengket dan akarnya mengeluarkan oksigen sehingga akan membentuk zona rizosfer yang kaya oksigen. Hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa tanaman melati air sangat efektif dalam menurunkan kadar zat pencemar.
3. Typha angustifolia;
Tumbuhan air jenis Cattail (Typha Angustifolia) memiliki sistem perakaran yang banyak yang dapat menyerap zat organik di bagan air. Tanaman ini memiliki kinerja yang cukup baik dalam pengolahan air limbah domestik dengan sistem lahan basah buatan (Constructed Wetland) dengan didapat penyisihan COD pada sebuah penelitian terbaik sebesar 91.8% pada jarak tanaman 10 cm dan waktu tinggal 15 hari, didapat penyisihan BOD terbaik sebesar 91.6% pada jarak tanaman 15 cm dan waktu tinggal 15 hari, didapat penyisihan TSS terbaik sebesar 83.3% pada saat waktu tinggal 15 hari.
4. Cyperus alternifolius;
dimanfaatkan sebagai taman atau sering disebut sebagai Taman Pengolah Limbah (Waste water Garden).
5. Equisetum hyemale.
Tumbuhan bambu air (Equisetum hyemale) termasuk anggota genus Equisetum. Pada dasarnya sistem pengolahan limbah dengan wetland adalah pada proses respirasi tumbuhan air. Tumbuhan air ini mampu menghisap oksigen dari udara melalui daun, batang, akar dan rhizomanya yang kemudian dilepaskan kembali pada daerah sekitar perakaran.
Komposisi tanaman tersebut akan menghasilkan air olahan dengan fisik yang baik, yaitu bening dengan TDS dan TSS sangat rendah. Beberapa dari tanaman tersebut juga memiliki bunga dan bentuk daun yang indah, sehingga dapat menambah nilai estetik dari sebuah taman. Selain itu air olahan (output) dari TPL dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan dan sebagai cadangan air rumah tangga.
3. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang diharapkan tumbuh dan berkembang dalam media SSF-Wetland tersebut adalah jenis heterotropik aerobik, karena pengolahan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan mikroorganisme anaerobik (Vymazal dalam Tangahu & Warmadewanthi, 2001). Untuk menjamin kehidupan mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dengan baik, maka transfer oksigen dari akar tanaman harus dapat mencukupi kebutuhan untuk kehidupan mikroorganisme. Kandungan oksigen dalam media akan disuplai oleh akar tanaman, yang merupakan hasil samping dari proses fotosintesis tanaman dengan bantuan sinar matahari, dengan demikian pada siang hari akan lebih banyak terjadi pelepasan oksigen. Kondisi aerob pada daerah sistem perakaran (Rhizosphere) dan ketergantungan mikroorganisme aerob terhadap pasokan oksigen dari sistem perakaran tanaman yang ada dalam SSF-Wetland, akan menyebabkan jenis–jenis mikroorganisme yang dapat hidup pada rhizospheretersebut hanya jenis tertentu dan spesifik.
4. Temperatur
Temperatur/ suhu air limbah akan berpengaruh pada akvititas mikroorganisme maupun tanaman, sehingga akan mempengaruhi kinerja pengolahan air limbah yang masuk ke bak/ cell SSF-Wetland yang akan digunakan. Menurut Suriawiria, U., (1993) diketahui bahwa temperatur/ suhu akan dapat mempengaruhi reaksi, dimana setiap kenaikan suhu 10oC akan meningkatkan reaksi 2–3 kali lebih cepat. Disamping itu, suhu juga merupakan salah satu faktor pembatas bagi kehidupan mikroorganisme. Walaupun batas kematian mikroorganisme pada daerah suhu yang cukup luas (0oC–90oC), namun kehidupan optimal untuk tiap–tiap jenisnya mempunyai kisaran tertentu. Berdasarkan hal tersebut, maka ada 3 kelompok mikroorganisme, yaitu:
a. MikroorganismePsikrofil(pertumbuhan optimal pada suhu 15oC); b. MikroorganismeMesofil(pertumbuhan optimal pada suhu 25oC–37oC); c. MikroorganismeTermofil(pertumbuhan optimal pada suhu 55oC–60oC).
BAB III
GAGASAN YANG DIAJUKAN
3.1 Umum
Sistem lahan basah atau sering merupakan proses pengolahan limbah yang meniru/ aplikasi dari proses penjernihan air yang terjadi di lahan basah/ rawa, dimana tumbuhan air (Hydrophita) yang tumbuh di daerah tersebut memegang peranan penting dalam proses pemulihan kualitas air limbah secara alamiah (self purification).
3.2 Perletakan Mini Wetland
Mini wetland ini dapat diletakkan di pipa air buangan sebelum menuju selokan. Mini wetland ditanam di dalam tanah di halaman rumah. Dari luar, hanya terlihat tanaman mini wetland yang tumbuh. Pipa air buangan dari dapur maupun kamar mandi menuju selokan dipotong sedikit untuk perletakan mini wetland. Kemudian, air yang keluar dari mini wetland dialirkan ke selokan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaGambar 3.1.
Gambar 3.1 Perletakan Mini Wetland
Sumber:http://beranda-miti.com
3.3 Detail Mini Wetland 3.3.1 Alat dan bahan
Gambar 3.2 Box Plastik Gambar 3.3Typha angustifolia L
Gambar 3.4 Rumput Gajah Gambar 3.5 Eceng Gondok
Gambar 3.6 Media penyaring air 3.3.2 Cara pembuatan
Pembuatan mini wetland ini sangat sederhana dan mudah untuk diterapkan. Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Pada bagian sisi ember dibuat lobang untuk pipa masuk dan keluar mini wetland. Ukurannya dapat disesuaikan dengan diameter pipa air buangan;
b. Media tanam yang jenuh air dimasukkan ke dalam ember tersebut dan ditanami dengan tumbuhanTypha angustifolia L., eceng gondok, rumput gajah, atau tumbuhan air lainnya; c. Media tanam ini dapat berupa susunan kerikil, pasir kasar dan pasir sedang (dengan
perbandingan kerikil : pasir kasar : pasir sedang = 1 : 1: 2). Diameter kerikil yang digunakan kira-kira 8 mm, pasir kasar 2 mm dan pasir sedang 1 mm.
d. Gali tanah di halaman rumah untuk meletakkan mini wetland;
f. Hubungkan pipa air buangan tersebut ke mini wetland, sehingga pipa dari dapur/ kamar mandi akan masuk ke mini wetland dan sebagian pipa lainnya akan menghubungkan mini wetland dengan selokan;
g. Air buangan yang masuk ke mini wetland yang sudah diolah akan keluar menjadi air yang lebih bersih dan lebih jernih.
h. Untuk menghindari tersumbatnya pipa karena kerikil masuk ke pipa, sebaiknya dipasang kain kasa pada ujung pipa outlet.
Mini wetland ini harus dibongkar secara berkala, karena sisa-sisa air buangan yang masuk ke mini wetland akan mengendap di media tanam. Pengendapan ini dapat menghambat efektifitas kerja mini wetland. Dengan banyaknya endapan yang menumpuk di mini wetland, penyaringan air akan menjadi semakin lama. Pembongkaran mini wetland ini bertujuan untuk membersihkan media tanam mini wetland. Setelah dilakukan pembongkaran dan pembersihan media, dilakukan penyusunan media tanam dan penanaman tumbuhan air kembali seperti langkah sebelumnya.
3.3.3 Prinsip Kerja Mini Wetland
Air buangan dari pipa dialirkan ke mini wetland. Kotoran dari air buangan yang masuk ke mini wetland akan diserap oleh tumbuhan sebagai nutrisi. Kekeruhan air buangan akan diserap oleh media tanam, sehingga air yang keluar dari mini wetland akan menjadi lebih bersih dan lebih jernih. Dengan menggunakan mini wetland ini, air yang masuk ke selokan bisa langsung dibuang ke badan air tanpa mencemari badan air tersebut.
Gambar 3.6 Design Mini Wetland
DAFTAR PUSTAKA
Haberl, R., and Langergraber, H., 2002, Constructed wetlands: a chance to solve wastewater problems in developing countries. Wat. Sci. Technol. 40:11–17
Hammer, M.J., 1986, Water and Wastewater Technology SI Version, John Wiley & Sons, Singapore
Hindarko, S., 2003, Mengolah Air Limbah : Supaya Tidak Mencemari Orang Lain, Penerbit ESHA, Jakarta
Khiatuddin, M., 2003, Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa Buatan
Leady, B., 1997, Constructed Subsurface Flow Wetlands For Wastewater Treatment, Purdue University
Metcalf & Eddy, 1993, Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse, McGraw- Hill Comp
Suriawiria, U., 1993, Mikrobiologi Air, Penerbit Alumni, Bandung
Tangahu, B.V. dan Warmadewanthi, I.D.A.A., 2001, Pengelolaan Limbah Rumah Tangga Dengan Memanfaatkan Tanaman Cattail (Typha angustifolia) dalam Sistem Constructed Wetland, Purifikasi, Volume 2 Nomor 3, ITS–Surabaya
Veenstra, 1995,“Wastewater Treatment, IHE Delf” dalam
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota 1. Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Suci Wulandari
2 Jenis Kelamin : Perempuan
3 Program Studi : Teknik Lingkungan
4 NIM : 1210941001
5 Tempat dan Tanggal Lahir : Solok, 04 Maret 1994
6 E-mail : suciwulandari717@gmail.com
7 Nomor Telepon / HP : 085274775288
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SDN 17 Aro IV Korong
Tahun Masuk–Lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan HibahPKM Gagasan Tertulis
Padang, Maret 2015 Pengusul,
2. Biodata Anggota 1 A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Dian Paramita
2 Jenis Kelamin : Perempuan
3 Program Studi : Teknik Lingkungan
4 NIM : 1210942005
5 Tempat dan Tanggal Lahir : Pariaman, 06 Juli 1994
6 E-mail : dianparamitaa@yahoo.com
7 Nomor Telepon / HP : 083181415589
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SDN 09 Cubadak
Air SMPN 1 Pariaman SMAN 1 Pariaman
Jurusan IPA
Tahun Masuk–Lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan HibahPKM Gagasan Tertulis
Padang, Maret 2015 Pengusul,
3. Biodata Anggota 2 A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Annisa Maryam
2 Jenis Kelamin : Perempuan
3 Program Studi : Teknik Lingkungan
4 NIM : 1210942013
5 Tempat dan Tanggal Lahir : Lubuk Alung, 14 Maret 1995
6 E-mail : annisamaryam@yahoo.co.id
7 Nomor Telepon / HP : 081270709795
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SDN 26 Lubuk Alung
SMPN 1 Lubuk Alung
SMAN 1 Lubuk Alung
Jurusan IPA
Tahun Masuk–Lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan HibahPKM Gagasan Tertulis
Padang, Maret 2015 Pengusul,
4. Biodata Anggota 3 A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Widia Detiari Rukmana
2 Jenis Kelamin : Perempuan
3 Program Studi : Teknik Lingkungan
4 NIM : 1210942023
5 Tempat dan Tanggal Lahir : Bukittinggi, 03 Januari 1995
6 E-mail : widia.dr95@gmail.com
7 Nomor Telepon / HP : 085263356877
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SDN 10 Sapiran SMPN 2 Bukittinggi
SMAN 4 Bukittinggi
Jurusan IPA
Tahun Masuk–Lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan HibahPKM Gagasan Tertulis
Padang, Maret 2015 Pengusul,
5. Biodata Anggota 4 A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Hasnureta
2 Jenis Kelamin : Perempuan
3 Program Studi : Teknik Lingkungan
4 NIM : 1210942037
5 Tempat dan Tanggal Lahir : Bukittinggi, 31 Maret 1994
6 E-mail : hasnureta37@gmail.com
7 Nomor Telepon / HP : 085766340478
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SDN Islam Alfalah SMPN 1 Bukittinggi
SMAN 1 Bukittinggi
Jurusan IPA
Tahun Masuk–Lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan HibahPKM Gagasan Tertulis
Padang, Maret 2015 Pengusul,
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS ANDALAS
GEDUNG REKTORAT LIMAU MANIS PADANG - 25163 Telp/PABX : 71181,71175,71086,71087,71699 Fax.71085
http : www.unand.ac.id e-mail : rektorat@unand.ac.id
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Suci Wulandari
NIM : 1210941001
Program Studi : Teknik Lingkungan Fakultas : Teknik
Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKMGagasan Tertulissaya dengan judul:
Mini Wetland Skala Rumah Tangga untuk Menurunkan Kandungan Organik Air Limbah
yang diusulkan untuk tahun anggaran 2015 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.