commit to user
i
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUSU
TERHADAP SIFAT SENSORIS DAN FISIKOKIMIA
PUREE
LABU KUNING
( Cucurbita moschata )Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pangan
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan / Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Oleh :
Eli Budi Santoso
H1910005
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUSU TERHADAP
SIFAT SENSORIS DAN FISIKOKIMIA PUREE LABU KUNING
( Cucurbita moschata )
Yang dipersiapkan dan di susun oleh
ELI BUDI SANTOSO
H1910005
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal Februari 2013
Dan dinyatakan telah memenuhi berbagai syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua
Ir. Basito, MSi NIP. 195206151983031001
Anggota I
Dimas Rahadian A.M., S.TP., M.Sc. NIP. 198602112010121007
Anggota II
Dwi Ishartani, S.TP. MSi NIP.198104302005012002
Surakarta, Februari 2013
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Susu Terhadap Sifat
Sensoris dan Fisikokimia Puree Labu Kuning ( Cucurbita moschata ).
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada program studi
Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi selaku Ketua Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta..
3. Bapak Ir. Windi Atmaka, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Ir. Basito. MSi sebagai Pembimbing Utama Skripsi yang telah
membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dimas Rahadian A.M., S.TP., M.Sc. selaku Pembimbing Pendamping
Skripsi, yang selalu memberi masukan dan nasihat kepada saya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Selaku Dosen Penguji Skripsi, Bu Dwi Ishartani S.TP, M.Si, terima kasih atas
masukan, saran dan kritiknya untuk perbaikan penulisan skripsi saya.
7. Prof.Ir.Sri Handayani, MS,PhD selaku pembimbing saya ,beribu ribu makasih
atas bimbingannya
8. Bapak Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi. selaku Dosen Pembimbing Akademik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
9. Ibu Sri Liswardani, SP., Pak Slamet, Pak Giyo, Pak Joko, terima kasih banyak
atas segala bantuannya.
10.Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan selama masa perkuliahan penulis.
11.Skripsi ini, saya persembahkan kepada orang tua saya “Bapak dan Ibu” saya
yang telah begitu banyak mencurahkan kasih sayang, cinta dan pengorbanan,
memberi pendidikan, mengajarkan saya tentang arti hidup untuk saling
memahami dan mengasihi, sehingga saya dapat lulus menjadi Sarjana (S1)
saat ini.
12.Saudara – saudara Q yang selalu memberikan semangat dan selalu mendoakan
yang terbaik untuk kakaknya.
13.Harapan dan dan keinginan saya yang selama ini belum tercapai, moga tahun
ini tercapai dan disetiap jalan yang kutempuh serta kulewati ini kuingin
menjadi juara dalam setiap tantangan dan rintangan yang kulalui. Amien.
14.Bela yang mau menemani Q waktu semprop dan uji sensoris terima kasih dan
makasih juga atas semua ini.
15.Terima kasih banyak untuk teman-teman Transfer , Feri, Dimas gendut, Mas
Deni, Aries, Lambat, Joko, Rini, Dimitra, Lusi, Ratna, Firda, Rizky, Isti, Rifa,
Guno dan semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, terima kasih
telah menjadi teman, sahabat, saudara yang baik selama aku berada kampus
ini.
16.Adik-adik tingkat saya, Branca, Galang, dan seluruh adik tingkat ITP09 dan
ITP10, terima kasih atas dukungannya.
17.Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini dan
memberi dukungan, doa serta semangat bagi penulis untuk terus berjuang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Februari 2013
commit to user
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN……….... ii
KATA PENGANTAR……….... iii
DAFTAR ISI………..…. iv
DAFTAR TABEL………...…… v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN………..………… ix
RINGKASAN………...……… x
SUMMARY………...……….. xi
I. PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang……….. 1
B. Perumusan Masalah……….….. 4
C. Tujuan penelitian……….……….. 4
D. Manfaat Penelitian………..………….. 4
E. Pembatasan Masalah………. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI... 6
1. Puree... 6
2. Labu Kuning……….. 7
3. Susu Segar………..… 9
4. Susu Full Cream………. 11
5. Susu Skim……….. 12
6. Betakaroten……… 13
B. Kerangka Berpikir………. 15
C. Hipotesa……… 15
III. METODE PENELITIAN………... 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Pembuatan Puree Labu Kuning……… 18
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Labu Kuning……… 9
Tabel 2.2 Syarat Mutu Susu Segar……….... 11
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Susu Skim………... 13
Tabel 3.1 Metode Analis………... 19
Tabel 4.1 Hasil Uji Sensori………... 20
Tabel 4.2 Viskositas………..……… 25
Tabel 4.3 Warna……….... 27
Tabel 4.4 Kadar air……….... 29
Tabel 4.5 Kadar Abu………... 30
Tabel 4.6 Kadar Protein……….... 31
Tabel 4.7 Kadar Lemak……….... 33
Tabel 4.8 Kadar Karbohidrat……….... 35
Tabel 4.9 Serat……….. 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Labu kuning………... 7
Gambar 2.2 Struktur kimia Betakaroten………... 14
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir……….... 15
Gambar 3.1 Diagram Alir pembuatan Puree Labu Kuning………. 18
Gambar 4.1Gambar kuantitatif kesukaan panelis terhadap puree labu kuning dengan penambahan susu segar pada berbagai konsentrasi... 20
Gambar 4.2 Gambar kuantitatif kesukaan panelis terhadap puree labu kuning dengan penambahan susu full cream pada berbagai konsentrasi... 21
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis data sensoris menggunakan SPSS………... 45
2. Metode Analisis………... 53
a. Uji sensoris………... 53
b. Analisis kadar Air………... 53
c. Analisis kadar Abu………... 53
d. Analisis kadar Lemak………... 54
e. Analisis kadar Protein………... 55
f. Analisis kadar Karbohidrat………... 55
g. Analisis Betakaroten………... 55
h. Analisis Serat Kasar………... 56
i. Analisis Warna………... 57
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi susu skim cair, full cream cair, dan pasteurisasi yang ditambahkan pada puree labu kuning sehingga mempunyai tingkat penerimaan konsumen tertinggi dan mengetahui sifat fisikokimia puree labu kuning yang di tambah susu skim cair, full cream cair, dan pasteurisasi pada pengujian viskositas, warna air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar dan betakaroten. Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan : Tahap pertama bertujuan menentukan konsentrasi terbaik pada masing – masing jenis susu berdasar penilaian panelis. Tahap kedua bertujuan menentukan sifat fisikokimia puree labu kuning. Setiap tahapan dilakukan dengan menggunakan RAL .
Hasil penelitian yang didapat adalah Puree labu kuning dengan penambahan susu segar 5%, penambahan susu krim 5%, dan penambahan susu skim 10 % memiliki kualitas sensoris paling disukai konsumen, Penambahan susu segar 5%, penambahan susu krim 5%, dan penambahan susu skim 10 % berpengaruh nyata terhadap warna, kadar abu dan protein, namun tidak berpengaruh nyata terhadap viskositas, kadar air, lemak, karbohidrat, serat, dan betakaroten puree labu kuning.
Kata kunci : Puree Labu kuning dengan penambahan berbagai jenis dan konsentrasi susu terhadap sifat sensoris dan sifat fisikokimia
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUSU TERHADAP SIFAT SENSORIS DAN FISIKOKIMIA PUREE
LABU KUNING ( Cucurbita moschata )
Eli Budi Santoso1), Basito2), Dimas Rahadian A. M.2) 1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan 2)
ABSTRACT
The objectives of research are to find out the concentration of liquid skim milk, liquid full cream, and pasteurization added into yellow gourd puree so that it has the highest acceptance level to the consumer and to find out the physicochemical properties of yellow gourd puree with liquid skim milk, liquid full cream, and pasteurization addition in viscosity, water color, ash, protein, fat, carbohydrate, coarse fiber and beta-carotene tests. This study consisted of 2 stages: the first one was aimed at determining the best concentration of each milk type considering the panelists’ assessment. The second one was aimed at determining the physicochemical property of yellow gourd puree. Every stage was conducted using Completely Random Design (CRD).
The result of research obtained was that the yellow gourd puree with 5% fresh milk, 5% cream milk, and 10% skim milk addition had the most preferred sensory quality to the consumer. The addition of 5% fresh milk, 5% cream milk, and 10% skim milk affected significantly the color, ash and protein levels, but did not affect significantly the viscosity, water, fat, carbohydrate, fiber, and beta-carotene levels of yellow gourd puree.
Keyword : Yellow gourd puree with a variety of milk types and concentration addition on sensory and physicochemical properties.
1)University Student of Study Program Food Science and Technology 2) Lecturer of Food Science and Technology Department
THE EFFECT OF VARIOUS MILKS ADDITION ON THE SENSORY AND PHYSICOCHEMICAL PROPERTIES OF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masih mempunyai masalah defisiensi
vitamin A. Data menunjukkan bahwa masih terdapat 10 juta anak yang
kekurangan vitamin A, 66000 diantaranya terancam kebutaan
( Anonim 2000). Menurut Anonim ( 2003 ) sebanyak 50,2 persen balita di
Indonesia masih menderita kekurangan vitamin A. Defisiensi vitamin A dapat
menimbulkan kebutaan karena kekurangan vitamin A, senyawa karoten juga
termasuk golongan antioksidan yang dapat digunakan sebagai reaktan radikal
bebas atau anti karsinogen. Dalam menanggulangi kekurangan vitamin A
seorang anak hanya memerlukan 70 g/ hari untuk buah segar atau 2,5 g
tepung labu, buah Labu Kuning cukup potensial sebagai bahan dasar industri
maupun bahan pada industri jasa boga ( Gardjito, 2006 )
Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata), termasuk komoditas
hortikultura yang telah banyak dikenal masyarakat. Labu kuning berbentuk
bulat gepeng, lonjong, atau bulat gemuk, berkulit tebal, daging buahnya
berwarna kuning sampai orange. Tingkat produksi Labu kuning di Indonesia
relatif tinggi, dan produksinya dari tahun ke tahun terus meningkat yaitu
Pada tahun 1999 produksinya 73.744 ton, pada 2000 naik menjadi 83,333 ton,
pada 2001 menjadi 96,667 ton, 103.451 ton pada tahun 2003 dan 212.697 ton
pada tahun 2006 (Anonim, 2003).Jumlah produksi tahun 2010 yang tercatat
dalam BPS mencapai 369.846 ton. Hasil panen labu kuning berlimpah dan
membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Namun, pengolahannya masih
sebatas pengolahan produk secara umum misal: kolak, dodol, maka dari itu
perlu adanya diversifikasi pangan yang berbahan baku labu kuning antara
lain: selai, jelly, manisan, kue, dan puree.
Labu kuning yang pertumbuhannya baik dapat mencapai panjang 5-10
meter dan buahnya dapat mencapai 10 buah dalam setiap sulur dan beratnya
commit to user
mengandung β-karoten yang tinggi yang memiliki senyawa antioksidan. Olahan labu kuning sangat manis dan memiliki warna kuning orange
sehingga menarik untuk dinikmati disamping rasa dan penampilannya yang
menarik. labu kuning merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A dan C,
mineral, serta karbohidrat dan daging buahnya pun mengandung antioksidan
yang bermanfaat sebagai anti kanker (Kamsiati, 2010).
Menurut Hidayah (2010), labu kuning juga memiliki kandungan serat,
vitamin, dan karbohidrat yang tinggi. Selain itu, di dalam labu kuning juga
terkandung 34 kalori, lemak 0,8 gram, kalsium 45 mg, dan mineral 0,8
sehingga labu kuning sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang
tua. Kandungan gizi labu kuning cukup besar, khusus kandungan serat
makanan dan perlu dikembangkan suatu produk sebagai sumber serat
makanan agar dapat memenuhi konsumsi serat makanan penduduk Indonesia.
Serat makanan yang ada pada labu kuning banyak manfaatnya bagi kesehatan
manusia, yakni untuk mencegah diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner,
kanker usus besar, divertikular, konstipasi (Muchtadi, 2001).
Labu kuning merupakan satu-satunya komoditas yang tahan disimpan
lama tanpa perlakuan yang berarti apabila dipanen sekurang kurangnya 60
HSP ( Hari setelah panen ) ( Gardjito, 1989 ). Labu kuning merupakan
tanaman yang dapat dibudidayakan pada lahan marginal dan tidak terlalu
menuntut pemupukan dan pemeliharaan intensif, menghasilkan 20-25 ton/ha. Sumber karbohidrat ini juga mengandung β karoten yang cukup tinggi ( 2100 µg/100 g ) sehingga apabila konsumen mengkonsumsi 70 gram labu kuning
segar perhari, asupan provitamin A telah dicapai ( Gardjito,2006 ).
Puree secara sederhana dapat diartikan sebagai bubur dan dapat dibuat
dengan bahan dasar aneka buah maupun sayuran. Proses pembuatan puree
labu kuning relatif mudah dan membutuhkan waktu yang relatif cepat, namun
produk yang di hasilkan masih bercita rasa langu, oleh karena itu diperlukan
bahan tambahan dalam proses pembuatan puree labu kuning yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
beberapa senyawa terlarut. Protein susu bertindak sebagai emulsifier, sehingga
lemak dan air dalam susu tidak mudah terpisah. Kadar air dalam susu
besar manfaatnya bagi manusia terutama bagi anak-anak, karena susu dapat
membantu pertumbuhan dan juga mencukupi kebutuhan gizi bagi anak-anak
selama masa pertumbuhan
Ada beberapa jenis susu yang popular di masyarakat, antara lain susu
segar, susu full cream cair, dan susu skim cair. Susu pasteurisasi adalah susu
segar yang telah mengalami proses pasteurisasi yaitu perlakuan pemanasan
makanan dan minuman dengan tujuan membunuh mikroba yang merugikan
seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Standar pasteurisasi susu
menggunakan suhu sekitar 62oC selama 3 menit atau suhu 71oC selama 15
detik. Pemanasan ini bertujuan mematikan bakteri pathogen sehingga dapat
memperpanjang umur simpan.Susu full cream adalah susu yang mengandung
lemak susu minimal 26 persen yang dibuat dengan cara pengeringan atau
spray dryer untuk menghilangkan sebagian air dan mengandung laktosa,
protein, mineral, vitamin yang larut lemak, dan vitamin yang larut air (B12).
Susu skim Milk Powder adalah susu bubuk tanpa lemak yang di buat dengan
cara pengeringan atau spray dryer untuk menghilangkan sebagian air dan
lemak tetapi masih mengandung laktosa, protein, mineral, vitamin yang larut
lemak dan vitamin yang larut air. Perbedaan kadar lemak pada ketiga jenis
susu tersebut di duga dapat berpengaruh terhadap rasa susu, sebab lemak
commit to user
Proses pembuatan puree labu kuning dengan adanya penambahan susu
segar, susu full cream cair, dan susu skim cair diharapkan dapat
meningkatkan kandungan gizi dan sensoris dari puree labu kuning. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian tentang proporsi konsentrasi susu dalam
pembuatan puree dan untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai jenis
susu terhadap sensoris dan fisikokimia untuk menghasilkan puree yang
mempunyai nilai gizi yang tinggi.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapakah konsentrasi terbaik susu yang ditambahkan sehingga mampu
meningkatkan kualitas sensoris puree labu kuning?
2. Bagaimana sifat fisikokimiawi puree labu kuning yang ditambahkan susu
skim, susu full cream, susu pasteurisasi yang paling di sukai panelis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui konsentrasi susu skim cair, full cream cair, dan pasteurisasi
yang ditambahkan pada puree labu kuning sehingga mempunyai tingkat
penerimaan konsumen tertinggi
2. Mengetahui sifat fisikokimia puree labu kuning yang di tambah susu skim
cair, full cream cair, dan pasteurisasi
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pangan khususnya pemanfaatan labu kuning dalam pembuatan puree
labu kuning yang mempunyai kandungan gizi dan dapat disukai oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah dalam analisa.
Analisa yang dilakukan hanya sebatas sifat kimia dan fisik pada puree labu
kuning, dikarenakan oleh keterbatasan waktu, tempat serta biaya. Oleh karena
itu penelitian ini hanya dibatasi menggunakan analisa kadar air, abu, protein,
lemak, karbohidrat, serat kasar, β-karoten (uji kimia) dan uji viskositas, warna
commit to user
6
II . TINJAUAN PUSTAKA
A.LANDASAN TEORI
1. Puree
Labu kuning juga dapat diolah menjadi puree yang merupakan
konsentrat dari buah-buahan berbentuk pasta. Teknik pembuatan puree
adalah pencucian buah, pengupasan dan pembelahan, blanching,
penghalusan labu kuning sehingga didapatkan bubur buah, penambahan
susu, pemasakan, dan pengemasan hingga didapatkan puree labu kuning
(Antarlina dkk, 2006). Menurut Woodroof et al. (1975), puree adalah
hancuran daging buah dengan konsistensi bubur. Puree merupakan bahan
setengah jadi yang dapat disimpan beberapa bulan.
Di Amerika Serikat, puree biasanya digunakan sebagai campuran
dalam pembuatan es krim, minuman ringan seperti nectar dan pembuatan
jam dan jelly. Puree dapat disimpan dalam bentuk beku atau dikeringkan.
Puree kering jika akan digunakan dapat ditambahkan air hingga
mempunyai konsistensi bubur seperti sebelum dikeringkan. Puree secara
sederhana dapat diartikan sebagai bubur buah dan dapat dibuat dengan
bahan dasar aneka buah maupun sayuran. Puree komersial adalah puree
yang dibuat dari buah yang merupakan puree yang berbahan baku daging
buah. Puree sayuran labu kuning dapat digunakan sebagai produk antara
bubur atau produk lainnya. Industri sari buah mulai mengembangkan
pembuatan puree untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, sebab
pengolahannya lebih sederhana dengan biaya pembuatan lebih murah.
Produk olahan puree labu kuning dengan penambahan berbagai jenis susu
mempunyai keunggulan praktis. Secara umum umur simpan puree yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Labu Kuning
Tanaman Labu Kuning merupakan suatu jenis tanaman sayuran
menjalar dari famili Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis tanaman
semusim yang telah berbuah akan langsung mati. Tanaman labu kuning ini
telah banyak dibudidayakan di negara-negara Afrika, Amerika, India, dan
Cina. Tanaman ini dapat tumbuh didataran rendah maupun dataran tinggi.
Adapun ketinggian tempat yang ideal adalah antara 0–1500 m di atas
permukaan laut. Labu jenis ini kulitnya berwarna oranye atau kuning atau
hijau. Semakin cerah warnanya semakin banyak pula kandungan
betakarotennya (Hendrasty, 2011). Buah labu kuning dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Labu Kuning (Hendrasty, 2011)
Labu kuning (Cucurbita moschata Durch) adalah salah satu tanaman
yang banyak tumbuh di Indonesia, yang penanamannya tidak sulit, baik
pembibitannya, perawatannya, hasilnya cukup memberikan nilai ekonomis
untuk masyarakat. Tanaman ini dapat ditanam di lahan pertanian, halaman
rumah atau tanah pekarangan yang kosong dapat dimanfaatkan. Intinya
tanaman ini dapat ditanam di daerah tropis maupun sub tropis (Hidayah,
2010).
Tanaman labu kuning merupakan famili Cucurbitaceae yang
commit to user Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (Berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (Menghasilkan Biji) Divisio : Magnoliophyta (Berbunga)
Class : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil) Sub class : Dilleniidae
Ordo : Violales
Familia : Cucurbitacea ( Suku labu labuan ) Genus : Cucurbita
Spesies : Cucurbita Moschata Durch
(Plantamor, 2005)
Di negara Indonesia sudah terdapat beberapa jenis dan varietas
waluh antara lain varietas lokal yang sering ditanam oleh para petani adalah
sebagai berikut:
a. Jenis bokor atau crème
Ciri-ciri buahnya adalah sebagai berikut terdapat alur, berbentuk bulat
pipih, batang bersulur panjang (3-5 m), warna daging buah kuning,
tebal, rasanya gurih, manis, berdaging halus dan padat, beratnya
mencapai 4-5 kg atau lebih.
b. Jenis kelenting
Jenis waluh ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut buah berbentuk
lonjong oval, memanjang, kulitnya berwarna kuning, daging buah juga
berwarna kuning, beratnya 2-5 kg/buah, sulurnya panjang (3-5 m), masa
panennya mencapai 4,5-6 bulan.
c. Jenis ular
Waluh jenis ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: buahnya panjang
ramping, warna daging buah kuning, beratnya 1-3 kg/buah,
kadang-kadang buahnya kasar dan rasanya tidak enak (Sudarto Yudo, 1993).
Kandungan gizi dalam labu kuning terdiri atas protein, gula, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Komposisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 2.1. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Buah Labu Kuning
No Komponen Kadar / 100 g Bahan
kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama sangat potensial digunakan
sebagai salah satu sumber provitamin A. Karotenoid merupakan provitamin
A dan suatu zat warna alami yang menyebabkan warna kuning, orange, dan
merah yang merupakan pigmen tanaman (Pujimulyani, 2011). Labu kuning
(Cucurbita moschata) merupakan tanaman sayuran yang sangat potensial
untuk di kembangkan sebagai alternatif pangan masyarakat. Kandungan
betakaroten pada labu kuning per 100 g nya 6,9 µg, labu kuning fresh
sendiri 767 mikrogram/g untuk tepung labu kuning adalah 7,29 µg/100 g.
Dengan kandungan gizi yang dimilikinya, terutama betakarotennya
(provitamin A) yang tinggi, tepung labu kuning banyak digunakan untuk
bahan fortifikasi pangan (Departemen Pertanian. 2011).
3. Susu Segar
Susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan
bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya
tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat
perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi
kemurniannya (SNI 01-3141-1998). Pada umumnya susu yang dikonsumsi
sehari-hari adalah susu dari hasil pemerahan sapi perah. Susu banyak
commit to user
vitamin dan beberapa mineral, susu yang normal mempunyai sedikit rasa
asin dan manis. Aroma susu sangat khas dengan bau sedikit amis. Aroma
susu akan hilang bila dibiarkan beberapa jam atau diaerasi (Hadiwiyoto,
1994).
Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena
mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein,
lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Nilai gizinya yang tinggi juga menyebabkan susu merupakan
medium yang sangat disukai oleh mikrooganisme untuk pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi
tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar (Saleh, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik susu segar adalah
komposisinya. Perubahan yang terjadi pada komponen-komponen serta
faktor kerusakan karena pengolahan ataupun pada saat penanganannya
akan mempengaruhi sifat fisiknya.
Secara kimia susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung
gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal.
Komponen utama susu adalah air, lemak, protein (kasein dan albumin),
laktosa (gula susu) dan abu. Komponen susu selain air merupakan “Total
Solid” (TS) dan “total solid”tanpa komponen lemak merupakan “Solid non
fat” (SNF) (Fardiaz, 1992). Syarat mutu susu segar dapat dilihat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tabel 2.2 Syarat Mutu Susu Segar
No Karakteristik Syarat
1. Berat jenis (pada suhu 27,5°C)
5. Warna, bau, rasa, dan kekentalan Tidak ada perubahan
6. Derajat asam 6 – 7 ° SH
7. Uji alcohol ( 70 % ) Negatif
8. Uji katalase maksimum 3 ( cc )
9. Angka refraksi 36 – 38
10. Angka reduktase 2 – 5 jam
11. Cemaran mikroba maksimum
a) Total kuman 1 x 10 CFU/ ml
b) Salmonella Negatif
c) E. colli (pathogen) Negatif
d) Coliform 20/ ml
e) Streptococcus group B Negatif
f) Staphylococcus aureus 1 x 10 / ml Bersama Menteri kesehatan dan
menteri pertanian yang berlaku
Krim adalah bagian dari susu yang kaya akan lemak, yang timbul ke
bagian atas dari susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan dengan alat
pemisah sentrifugal. Kandungan lemak dalam krim dapat bervariasi
tergantung pada penggunaan selanjutnya, tetapi di negara barat di jual di
pasar sebagai light coffee krim untuk makan, lemaknya 18-30%, whipping
cream ringan lemaknya 30-36% dan Whipping cream berat lemaknya lebih
commit to user
terdiri dari kira-kira 60-80% lemak. Butiran-butiran lemak pada susu yang
timbul ke permukaan bagian atas membentuk suatu lapisan krim yang jelas.
Tebal krim sering dipakai sebagai petunjuk bagi mutu susu. Susu segar
telah didinginkan sampai 4oC akan mempunyai lapisan krim yang tebal dan
maksimum. Susu yang dipanaskan pada suhu 75oC akan kehilangan sifat
krimnya, dengan homogenisasi juga akan merusak sifat krim tersebut
(Nurwantoro dkk, 2003).
5. Susu Skim
Susu skim adalah bagian dari susu yang tertinggal setelah lemak
diambil melalui sentrifugasi. Susu terbagi menjadi dua bagian utama yaitu
krim susu dan skim susu. Pemisahan krim dan skim dapat dilakukan
dengan cara mekanik dan gravitasi. Krim adalah bagian susu yang muncul
ke permukaan sewaktu susu didiamkan pada suhu tertentu atau dengan
pemisahan secara mekanik. Krim dapat diolah menjadi mentega dan es
krim (Foley et al., 1972). Skim adalah bagian susu yang telah diambil
lemaknya sehingga banyak mengandung protein (setelah dipisahkan dari
lemak susu). Skim disebut juga sebagai serum susu. Skim berbobot
molekul lebih berat sehingga setelah disentrifugasi, bagian krim berada di
atas skim. Susu skim dapat digunakan oleh seseorang yang menginginkan
nilai kalori rendah di dalam makanannya, karena susu skim hanya
mengandung 55% dari seluruh energi susu, dan juga digunakan dalam
pembuatan keju dengan lemak rendah dan yoghurt (Suharyanto, 2009).
Susu skim mengandung lemak rendah hanya sebesar 1% dengan
demikian kandungan vitamin A, D, E, K juga rendah akan tetapi susu skim
mengandung laktosa yang cukup tinggi yaitu 49,20% (Davis, 1997).
Laktosa merupakan komponen padatan utama pada susu dan sering
digunakan sebagai protein stabilizer serta sumber energi. Penambahan susu
skim dalam produk MP-ASI berfungsi untuk memberikan flavor dan untuk
menambah kegurihan produk dengan adanya laktosa, selain itu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dalam (Buckle et al., 1985) menyatakan bahwa susu skim
mengandung semua bahan makanan dari susu kecuali lemak dan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Peningkatan konsumsi susu skim
didukung oleh hasil riset yang menyatakan hubungan antara konsumsi
lemak tinggi dengan penyakit kronis seperti cardiovascular diseases dan
jenis kanker tertentu. Hasil persilangan makanan yaitu substitusi susu skim
untuk susu segar dapat menurunkan resiko penyakit jantung koroner. Satu
liter susu segar dapat mengandung kolesterol sekitar 132 mg, sedangkan
pada susu skim 16 mg. Komposisi kimia susu skim per 100 gram bahan
dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3. Komposisi Kimia Susu Skim per 100 gram bahan
No Komponen Kadar/100 g Bahan
1 Energi (Kal) 362
Sumber: DKBM, 2004 (Rahman, dkk. 1992)
6. Betakaroten
Betakaroten adalah salah satu jenis senyawa hidrokarbon karotenoid
yang merupakan senyawa golongan tetraterpenoid (Winarsi, 2007). Adanya
ikatan ganda menyebabkan betakaroten peka terhadap oksidasi. Oksidasi
betakaroten akan lebih cepat dengan adanya sinar, dan katalis logam,
khususnya tembaga, besi dan mangan. Oksidasi akan terjadi secara acak
pada rantai karbon yang mengandung ikatan rangkap. Betakaroten
merupakan penangkap oksigen dan sebagai antioksidan yang potensial,
tetapi betakaroten efektif sebagai pengikat radikal bebas bila hanya tersedia
oksigen 2–20%. Pada tekanan oksigen tinggi diatas kisaran fisiologis,
commit to user
Beta (β) karoten (C40H56) merupakan komponen penyusun vitamin A
yang banyak terkandung dalam ubi-ubian yang berwarna merah kekuning-kuningan, seperti ubi jalar dan wortel. Dewasa ini β-karoten banyak diproduksi karena merupakan zat pewarna alami yang banyak dibutuhkan
untuk pewarna bahan makanan, seperti mentega, margarine, saus, dan
minuman ringan. Selain sebagai pewarna yang tidak mempunyai dampak negative, β-karoten juga mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai mikro nutrient, sebagai provitamin A, dapat mengatasi dan menyambuhkan
penyakit kangker jenis tertentu, mencegah pertumbuhan yang terhambat,
dan mencegah kerusakan mata (Rahayuningsih, 1998). Struktur kimia
betakaroten dapat dilihat di Gambar 2.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
B.Kerangka Berpikir
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
C.Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah:
1. Penambahan berbagai variasi jenis susu pada konsentrasi yang berbeda
akan berpengaruh terhadap tingkat penerimaan konsumen.
2. Penambahan berbagai konsentrasi susu segar, susu full cream, dan susu
skim dalam pembuatan puree labu kuning akan berpengaruh terhadap sifat
fisikokimia.
1. Perlu dikaji perbandingan komposisi antara labu kuning dan susu yang mampu meningkatkan kualitas sensoris puree labu kuning.
2. Perlu dikaji pengaruh penambahan berbagai konsentrasi susu segar, susu full cream, dan susu skim dalam pembuatan puree labu kuning terhadap sifat fisikokimia
Produksi melimpah
Labu Kuning
Belum di manfaatkan optimal
Kaya Betakaroten
puree
Tingkat penerimaan konsumen masih kurang
Penambahan variasi jenis susu untuk meningkatkan citarasa dan menambah
commit to user
16
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses
Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Laboratorium Pangan dan Gizi
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan
mulai Bulan Maret 2012 sampai dengan Juni 2012.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan puree labu kuning
meliputi buah labu kuning, susu segar, susu full cream cair, dan susu skim
cair. Sedangkan bahan-bahan untuk analisa antara lain:
a. Labu kuning : Pemanenan dilakukan setelah buah berumur 30 – 35 hari
setelah bunga mekar. Ciri-ciri buah labu yang siap
panen anatara lain kulit buah keras, berwarna kuning,
daun sudah kering dan gugur sehingga yang tertinggal
hanya batang dan sulurnya (Gardjito, 2006). diperoleh
di daerah Klero, Boyolali.
b. Kadar protein : H2SO4, Na2SO4, HgO, NaOH, Na2S2O3, K2SO4 dan HCl
0,1N
c. Kadar Lemak : Petroleum eter, Natrium Sulfat anhidrat (Ketaren, 1986)
d. Betakaroten :Petroleum Eter, Alkohol 96 %, Larutan
potassium hidroksida, Sodium Hidroksida, Sodium
Sulfat, Etanol absolute, dietil eter (Muchtadi D, 1989)
e. Serat Kasar : Antifoam agent, Asbes, Larutan H2SO4 (1,25g H2SO4
pekat/100 ml =0,255 N, H2SO4), NaOH (1,25 g
NaOH/100 ml=0,313 N NaOH)., Larutan K2SO4 10%,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Alat
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan puree adalah panci,
timbangan, pengaduk, baskom, pisau, blender, dan kompor gas, Alat alat
pengujiannya antara lain:
a. Alat yang digunakan untuk analisis kadar air adalah kruss atau cawan
dan tutupnya, Oven ( Memmert ), desikator, penjepit cawan serta neraca
analitik ( Ohaus Adventurer ).
b. Alat untuk analisis kadar abu adalah cawan pengabuan dan tutup, tanur
pengabuan. ( Barnsstead Thermolyne) serta penjepit cawan.
c. Alat untuk analisis serat kasar adalah penggiling, timbangan analitik,
soxhlet, Erlenmeyer 600 ml, pendingin balik, kertas saring,spatula, oven
110° C, dan desikator.
d. Alat untuk analisis kadar protein adalah pemanas kjeldahl lengkap, labu
kjeldahl, alat destilasi lengkap dengan Erlenmeyer berpenampung
berukuran 125 ml, buret 25 ml / 50 ml, dan neraca analitik.
e. Alat untuk analisis kadar lemak adalah labu soxhlet ( Iwaki PyrexTE-32 ),
desikator, neraca analitik, ( Ohaus Adventurer ), kertas saring.
f. Alat untuk analisis Beta Karoten adalah Tabung berskala kapasitas 1 ml,
pipet ukur 0,5 ml, kolom kromatografi, spektrofotometer dengan kisaran
sinar tampak, dan UV, kuvet gelas dan silika.
g. Uji warna menggunakan chromameter minolta CR-310
h. Alat analisis sensori menggunakan borang, piring kecil, dan nampan.
C. Tahapan Penelitian
1.Preparasi sampel
Labu Kuning yang sudah benar-benar matang dipotong menjadi
beberapa bagian dengan tujuan agar mudah dilakukan penghilangan kulit
buah (pengupasan), Sebelum pengupasan dilakukan, jonjot dan biji buah
dihilangkan terlebih dahulu, dicuci menggunakan air bersih yang mengalir,
commit to user
2. Pembuatan puree Labu Kuning
Labu Kuning yang sudah matang di potong menjadi beberapa
bagian agar mudah dilakukan penghilangan kulit buah (pengupasan).
Sebelum pengupasan dilakukan, jonjot dan biji buah dihilangkan terlebih
dahulu, dicuci menggunakan air bersih yang mengalir, Kemudian daging
buah yang di dapat diiris kecil-kecil dan dimasukan dalam kukusan selama
25 menit, Setelah matang diamkan 5 menit kemudian dimasukan dalam
blender dan ditambah susu segar, susu full cream, susu skim dengan
konsentrasi 5%, 10%, dan 15% untuk dijadikan puree labu kuning.
Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Puree Labu kuning
3. Analisis
Analisis yang digunakan pada puree Labu kuning terdiri dari
analisis sensoris, fisikokimia, vitamin A. Pengujian sifat sensoris puree
berbahan dasar labu kuning dan penambahan susu segar, susu full cream,
susu skim, ini dilakukan oleh 25 panelis semi terlatih. Metode analisis
tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Labu kuning
Pengupasan
Pencucian
Pengecilan ukuran 4x4 cm kecil
Pengukusan selama 25 menit ( sampai matang )
Penghancuran
Puree Labu Kuning
Biji Jonjot Kulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tabel 3.1Metode Analisis
No Analisis Metode
1. Sifat Sensoris Uji Scoring, organoleptik 2. SifatFisikokimia : Cara Kering (Apriyantono, dkk, 1989). Kjeldahl-Mikro (Apriyantono, dkk, 1989) Soxhlet (Apriyantono, dkk, 1989)
By difference (Apriyantono, dkk, 1989) Soxhlet (Apriyantono, dkk.1989)
Spektrofotometer ( Carr Price, dkk dalam Armiyati ( 2004 )
D. Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan penelitian menggunakan pola Rancangan Acak
Lengkap ( RAL ) yang terdiri dari satu faktor yaitu konsentrasi ( 5 %, 10
%, 15 % ) pada setiap jenis susu yang digunakan. Produk dengan tingkat
penerimaan panelis yang pada masing – masing jenis susu, selanjutnya
dianalisis sifat fisikokimia. Data yang diperoleh pada masing – masing
jenis susu dianalisis dengan One Way ANOVA dan apabila ada perbedaan
maka dilanjutkan dengan uji beda nyata menggunakan Duncan Multiple
commit to user
20 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sifat Sensori Puree Labu Kuning
Hasil uji sensori puree labu kuning dengan penambahan berbagai jenis
susu ditunjukkan pada Tabel 4.1 hingga Tabel 4.3
Tabel 4.1 Kesukaan Panelis terhadap Puree Labu Kuning dengan
Penambahan Susu Segar pada berbagai Konsentrasi
Sampel Warna Aroma Rasa Kekentalan Overall
Kontrol 2,28ab 2,92ab 3,36a 2,84b 3,12bc
Susu segar 5% 1,96a 2,48ab 2,80a 2,16a 2,40a Susu segar 10% 2,68bcd 2,56ab 2,68a 2,24ab 2,48ab Susu segar 15% 2,80abc 2,64ab 2,72a 2,48ab 2,76abc
Keterangan :
* Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata pada taraf α 0,05
* Skor 1 = sangat suka, skor 2 = suka, skor 3 = netral, skor 4 = tidak suka, skor 5 = sangat tidak suka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tabel 4.2 Kesukaan Panelis terhadap Puree Labu Kuning dengan
Penambahan Susu Full Cream pada berbagai Konsentrasi
Sampel Puree Warna Aroma Rasa Kekentalan Overall
Kontrol 2,28ab 2,92ab 3,36a 2,84b 3,12ab
Susu Full cream 5 % 2,28ab 2,28a 2,80a 2,56ab 2,60ab Susu Full cream 10 % 3,04cd 2,72ab 2,76a 2,64ab 2,88abc Susu Full cream 15 % 3,32d 3,12b 3,20a 2,52ab 3,36a
Keterangan :
* Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata pada taraf α 0,05
* Skor 1 = sangat suka, skor 2 = suka, skor 3 = netral, skor 4 = tidak suka, skor 5 = sangat tidak suka
Gambar 4.2 Spider Web deskripsi Kuantitatif Kesukaan Panelis terhadap Puree Labu Kuning dengan Penambahan Susu Full Cream pada berbagai Konsentrasi
Tabel 4.3 Kesukaan Panelis terhadap Puree Labu Kuning dengan
Penambahan Susu Skim pada berbagai Konsentrasi
Sampel Puree Warna Aroma Rasa Kekentalan Overall
Kontrol 2,28ab 2,92ab 3,36a 2,84b 3,12bc
Susu skim 5 % 2,60abc 2,64ab 2,96a 2,84b 3,00abc Susu skim 10 % 2,52abc 2,56ab 2,88a 2,84b 2,84abc Susu skim 15 % 2,88bcd 2,80ab 2,88a 2,84b 2,88abc
Keterangan :
* Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata pada taraf α 0,05
commit to user
Gambar 4.3 Spider Web deskripsi Kuantitatif Kesukaan Panelis terhadap Puree Labu Kuning dengan Penambahan Susu Skim pada berbagai Konsentrasi
1. Warna
Menurut Fenema (1985) warna adalah atribut kualitas yang paling
penting. Meskipun suatu produk bernilai gizi tinggi, rasa enak dan tekstur
baik namun jika warna tidak menarik maka akan menyebabkan produk
tersebut kurang diminati. Kartika dkk (1988) juga menyatakan bahwa
warna merupakan salah satu profil visual yang menjadi kesan pertama
konsumen dalam menilai bahan makanan.
Puree labu kuning mempunyai warna kuning/orange yang lebih tua
dibandingkan dengan warna labu kuning mentah, sedangkan susu
berwarna putih susu. Puree labu kuning dengan penambahan susu
menghasilkan warna kuning yang lebih muda jika dibandingkan puree
labu kuning tanpa penambahan susu (kontrol). Tabel 4.1, 4.2,dan 4.3
menunjukkan bahwa panelis memberikan penilaian antara sangat suka
hingga netral terhadap warna puree labu kuning dengan berbagai
perlakuan. Panelis lebih menyukai warna puree labu kuning dengan
penambahan susu segar 5%, penambahan susu krim 5%, dan penambahan
susu skim 5%, dibandingkan dengan penambahan susu pada konsentrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
warna puree semakin berbeda nyata yaitu semakin pucat sehingga kurang
disukai panelis.
2. Aroma
Menurut de Mann (1989) dalam Mayasari (2010), dalam industri
pangan, pengujian aroma atau bau dianggap penting karena cepat dapat
memberikan hasil penilaian terhadap produk terkait diterima atau tidaknya
suatu produk. Timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau tersebut
bersifat volatile (mudah menguap), sedikit larut air dan lemak.
Labu kuning dan susu masing-masing memiliki aroma yang khas,
namun labu kuning mempunyai aroma langu. Penambahan susu pada
pembuatan puree labu kuning ini diharapkan dapat menutupi aroma langu
yang berasal dari labu kuning. Tabel 4.1,4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa
panelis memberikan penilaian antara suka hingga netral terhadap aroma
puree labu kuning dengan berbagai perlakuan. Namun, penambahan
berbagai jenis dan konsentrasi susu menghasilkan aroma puree labu
kuning yang tidak berbeda nyata menurut panelis.
3. Rasa
De Mann (1989) dalam Mayasari (2010), mendefinisikan flavor atau
rasa sebagai rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan yang dimakan, yang
dirasakan oleh indera pengecap atau pembau, serta rangsangan lainnya
seperti perabaan dan penerimaan derajat panas oleh mulut. Menurut
Winarno (2004), rasa suatu bahan pangan dipengaruhi oleh banyak hal,
diantaranya komponen kimia penyusun bahan pangan tersebut, tekstur,
suhu, konsentrasi, dan interaksi antara komponen rasa.
Penambahan berbagai jenis dan konsentrasi susu pada puree labu
kuning diharapkan dapat menutupi citarasa puree yang langu karena susu
memiliki rasa yang khas. Citarasa agak manis pada susu berasal dari
laktosa, sedangkan rasa asin dari klorida. Tabel 4.1,4.2, dan 4.3
menunjukkan bahwa panelis memberikan penilaian antara suka hingga
commit to user
Penambahan berbagai jenis dan konsentrasi susu pada puree labu kuning
menghasilkan rasa yang sama.
4. Kekentalan
Penilaian panelis terhadap kekentalan puree labu kuning ini antara
netral hingga suka. Berdasarkan Tabel 4.1,4.2 dan 4.3 panelis menyukai
kekentalan puree labu kuning pada berbagai perlakuan. Penambahan susu
pada berbagai konsentrasi, secara rata-rata menunjukkan kekentalan puree
labu kuning yang sama. Namun, penambahan berbagai jenis susu
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata yaitu penambahan susu skim
(dinilai netral) berbeda nyata dibandingkan dengan penambahan jenis susu
lainnya yaitu susu segar dan susu krim yang dinilai suka oleh panelis.
5. Overall
Penilaian keseluruhan parameter yang meliputi warna, aroma, rasa
dan kekentalan, tergabung dalam parameter overall. Secara statistik,
penambahan berbagai jenis dan konsentrasi susu pada puree labu kuning
dilihat dari parameter aroma dan rasa tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata, namun dilihat dari parameter warna dan kekentalan terdapat
perbedaan. Warna puree labu kuning dengan penambahan susu segar, susu
krim, dan susu skim 5%, paling disukai dibandingkan dengan penambahan
susu pada konsentrasi 10% maupun 15%. Kekentalan puree labu kuning
dengan penambahan susu segar 5% dan susu krim 15% paling disukai,
sedangkan penambahan susu skim pada berbagai konsentrasi dinilai sama.
Secara overall, penambahan berbagai konsentrasi dan jenis susu
pada puree labu kuning menghasilkan puree labu kuning terbaik dengan
penambahan susu segar 5%, penambahan susu krim 5%, dan penambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Viskositas puree labu kuning dengan penambahan berbagai
konsentrasi dan jenis susu terbaik ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Viskositas Puree Labu Kuning dengan Penambahan berbagai
Meskipun demikian, bukan berarti bahan-bahan cair tidak mengandung
bahan-bahan padatan (solid) dan sebaliknya. Dalam bahan padatan
terdapat pula bahan cair. Bahan-bahan pangan padatan umumnya bersifat
kental, sedangkan bahan-bahan pangan cair bersifat encer. Kedua sifat
pada bahan pangan inilah yang diketahui sebagai sifat alir bahan pangan.
Bahan pangan yang memiliki sifat alir yang sangat mudah mengalir
disebut fluiditas. Adapun bahan pangan yang memiliki sifat alir tidak mau
mengalir disebut viskositas. Pengujian viskositas memiliki arti penting
untuk menunjukkan kualitas fisik produk pangan. Pada produk jenis kecap
dan sirup, semakin besar viskositasnya, semakin bagus kualitas produk
tersebut. Viskositas merupakan resistensi atau ketidakmampuan suatu
bahan untuk mengalir bila dikenai gaya irisan (shearing stress), yaitu
gesekan yang timbul karena hasil perubahan cairan yang disebabkan
adanya resistensi berlawanan yang diberikan cairan tersebut (Kanoni,
1999).
Menurut Fardiaz (1992) dalam Hamzah (2000), viskositas atau
kekentalan merupakan suatu sifat yang penting pada produk koloid dan
commit to user
puree labu kuning dengan penambahan berbagai konsentrasi dan jenis
susu terbaik berkisar antara 83,75-93,75 dPa.s. Viskositas puree labu
kuning kontrol (tanpa penambahan susu) sebesar 93,75 dPa.s; viskositas
puree labu kuning dengan penambahan susu segar 5% sebesar 90,00 dPa.s;
viskositas puree labu kuning dengan penambahan susu full cream 5%
sebesar 85,00 dPa.s; dan viskositas puree labu kuning dengan penambahan
susu skim 10% sebesar 83,75 dPa.s.
Menurut Hadiwiyoto (1996) dalam Nugraheni (2008), besar kecilnya
viskositas suatu produk dipengaruhi oleh beberapa hal seperti; suhu,
konsentrasi, dan berat molekul bahan. Viskositas dan suhu memiliki
perbandingan terbalik, dimana semakin tinggi suhu maka viskositas dari
produk tersebut akan semakin rendah. Semakin besar konsentrasi bahan
padatan dalam suatu produk maka viskositasnya semakin kecil. Bila
dibandingkan dengan kontrol, puree labu kuning dengan penambahan
berbagai jenis susu baik penambahan susu segar 5%, penambahan susu
full cream 5%, maupun penambahan susu skim 10%, viskositasnya lebih
rendah. Viskositas yang semakin menurun pada penelitian ini disebabkan
penambahan susu yang berupa cair akan meningkatkan sifat alir puree
labu kuning sehingga viskositasnya semakin menurun. Demikian pula
semakin banyak konsentrasi susu yang ditambahkan, viskositas puree labu
kuning semakin menurun karena semakin meningkatkan sifat alir puree
labu kuning. Hal ini ditandai dengan lebih rendahnya viskositas puree labu
kuning dengan penambahan susu full cream 5% dibandingkan dengan
puree labu kuning dengan penambahan susu segar 5% maupun kontrol.
Sedangkan puree labu kuning dengan penambahan susu skim 10%
memiliki viskositas paling rendah dibandingkan puree labu kuning
perlakuan lain, yaitu sebesar 83,75 dPa.s sehingga puree labu kuning ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Warna
Data hasil pengujian warna puree labu kuning dengan penambahan
berbagai konsentrasi dan jenis susu terbaik dicantumkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Warna Puree Labu Kuning dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi dan Jenis Susu Terbaik
Parameter Kontrol Susu Segar 5 % beda nyata pada taraf signifikansi α 0,05
Penentu mutu suatu bahan pangan umumnya tergantung pada
beberapa faktor, salah satu faktor tersebut secara visual adalah warna.
Warna adalah atribut mutu yang pertama kali dinilai dalam penerimaan
suatu makanan. Warna adalah faktor paling menentukan menarik tidaknya
suatu produk makanan. Menurut Kartika, dkk (1988), warna merupakan
suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari penyebaran spektrum sinar,
selain itu warna bukan merupakan suatu zat atau benda melainkan suatu
sensasi seseorang oleh karena adanya rangsangan dari seberkas energi
radiasi yang jatuh ke indera mata atau retina mata.
Analisis warna pada puree labu kuning dilakukan dengan
menggunakan alat Chromameter minolta CR-310. Nilai pengukuran
ditampilkan dengan sistem notasi warna Hunter. Alat ini menggunakan
sistem warna L, a, dan b. L menunjukan kecerahan dengan nilai 0
(gelap/hitam) hingga 100 (terang/putih), sedangkan a untuk warna hijau (a
negatif) sampai merah (a positif) dan b untuk warna biru (b negatif)
sampai kuning (b positif). Konversi nilai L, a, b menjadi nilai Hue (0Hue)
dan nilai kemerahan (a/b) (Soekarto, 1990).
Dari hasil statistik dapat diketahui bahwa perlakuan penambahan
berbagai konsentrasi dan jenis susu terbaik berpengaruh signifikan
terhadap warna puree labu kuning. Puree labu kuning memiliki warna
commit to user
kuning dengan penambahan susu menghasilkan warna kuning yang lebih
muda jika dibandingkan puree labu kuning tanpa penambahan susu
(kontrol). Berdasarkan Tabel 4.3 perubahan warna puree labu kuning
dengan penambahan susu segar 5% dan susu full cream 5% menunjukkan
bahwa tingkat kecerahan (notasi L) semakin meningkat dibandingkan
dengan warna puree labu kuning kontrol (tanpa penambahan susu) yaitu
berkisar antara 40,34-42,94. Hal ini disebabkan penambahan susu yang
berwarna putih akan memudarkan warna kuning/orange yang berasal dari
puree labu kuning. Semakin besar kosentrasi susu yang ditambahkan,
warna puree semakin pucat. Sedangkan pada puree labu kuning dengan
penambahan susu skim 10% memiliki nilai L paling rendah (38,23)
dibandingkan puree labu kuning perlakuan lain karena susu berwarna
putih dan labu kuning berwarna kuning jadi semakin banyak konsentrasi
susu yang jika ditambahkan pada puree akan menghasilkan warna puree
labu kuning yang tidak terlalu cerah dibandingkan dengan perlakuan
warna puree labu kuning dengan perlakuan lain.
Nilai a untuk menunjukkan warna hijau (a negatif) sampai merah (a
positif) dan b untuk warna biru (b negatif) sampai kuning (b positif). Nilai
a puree labu kuning berkisar antara 3,81-4,94 yang menunjukkan warna
mendekati merah. Nilai b puree labu kuning berkisar antara 21,56-24,31
yang menunjukkan warna kuning. Konversi nilai L, a, dan b adalah
menjadi nilai Hue (0Hue). Nilai 0Hue puree labu kuning tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua perlakuan kecuali pada
puree labu kuning dengan perlakuan penambahan susu segar 5%. Secara
umum 0Hue puree labu kuning berkisar antara 78,05-79,98 yang
menunjukkan puree labu kuning pada kisaran warna yellow red (YR) atau
kuning kemerahan.
3. Kadar Air
Kadar air puree labu kuning dengan penambahan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 4.4 Kadar air Puree Labu Kuning dengan Penambahan berbagai Konsentrasi dan Jenis Susu Terbaik
Sampel Puree Kadar Air (%wb)
Kontrol 90,78 a
Menurut Winarno (2004), air merupakan komponen yang sangat
penting bagi manusia. Meskipun tidak termasuk kedalam komponen
nutrien, peranan air sangat vital, salah satunya dalam proses metabolisme.
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang bervariasi,
kandungan air ini dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, citarasa, dan
daya tahan bahan makanan tersebut.
Susu merupakan bahan makanan bernilai gizi tinggi, kandungan
gizinya lengkap dengan sifat gizi yang mudah dicerna dan diserap oleh
tubuh. Pada dasarnya susu terdiri dari air, lemak susu, dan padatan
non-lemak. Padatan non-lemak terbagi menjadi protein, laktosa, dan mineral.
Total lemak susu dan padatan non-lemak disebut total padatan. Hingga
saat ini, susu yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia berasal dari
sapi. Secara kimiawi, susu sapi tersusun atas air (87%), dan substansi
kering, yaitu lemak (4%), protein (3,5%), laktosa (4,7%), serta abu (0,8 %)
(Bylund, 1995). Sedangkan labu kuning mengandung 91,2% air
(Departemen Kesehatan RI, 1996). Berdasarkan Tabel 4.4 kadar air puree
labu kuning dengan penambahan berbagai konsentrasi dan jenis susu
terbaik berkisar antara 90,78%-91,26%. Puree labu kuning kontrol (tanpa
penambahan susu) memiliki kadar air paling rendah dibandingkan dengan
perlakuan lain yaitu sebesar 90,78%. Puree labu kuning dengan
penambahan susu segar 5% memiliki kadar air sebesar 91,23%. Puree labu
kuning dengan penambahan susu full cream 5% memiliki kadar air sebesar
91,09%. Kadar air tertinggi terdapat pada puree labu kuning dengan
penambahan susu skim 10% yaitu sebesar 91,26%. Semakin besar
commit to user
semakin tinggi. Namun, penambahan susu baik susu segar 5%, susu full
cream 5%, maupun susu skim 10% pada puree labu kuning menghasilkan
kadar air yang tidak berbeda nyata dibandingkan puree labu kuning
kontrol.
4. Kadar Abu
Kadar abu puree labu kuning dengan penambahan berbagai
konsentrasi dan jenis susu terbaik ditunjukkan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Kadar Abu Puree Labu Kuning dengan Penambahan berbagai Konsentrasi dan Jenis Susu Terbaik
Sampel Puree Kadar Abu (%wb)
Kontrol 0,095 a
Kadar abu merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas
suatu bahan. Penentuan kadar abu untuk mengontrol konsentrasi garam
anorganik seperti natrium, kalium, karbonat, dan fosfat. Pengujian kadar
abu pada penelitian ini untuk mengetahui jumlah mineral yang terkandung
pada puree labu kuning dengan berbagai perlakuan. Apabila kadar abunya
tinggi maka kandungan mineralnya juga tinggi (Sudarmadji dkk, 1996).
Kadar abu merupakan bentuk kasar dari jumlah mineral yang
terkandung dalam suatu bahan. Mineral merupakan mikronutrien yang
penting bagi tubuh, beberapa manfaat dari mineral antara lain untuk
pembentukan tulang dan gigi, untuk sekresi beberapa hormon
pertumbuhan, regenerasi sel darah merah, membentuk sistem imunitas dan
masih banyak yang lainnya (Winarno, 2004). Labu kuning dalam 100 g
bahan memiliki kandungan mineral antara lain magnesium 66 mg, kalsium
113 mg, fosfor 118 mg, zat besi 1.8 mg (Anam dan Sri Handajani, 2010).
Susu dikenal memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi dibanding
bahan lain. Kalsium, fosfor, dan magnesium merupakan makromineral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yang sangat baik. Susu mengandung 1300 g kalsium, 1030 mg fosfor, dan
0,6 mg magnesium. Selain ketiga mineral tersebut, susu juga mengandung
beberapa mineral lain dalam jumlah yang sedikit (Rahman, dkk. 1992).
Dari hasil statistik dapat diketahui bahwa perlakuan penambahan
berbagai konsentrasi dan jenis susu terbaik mempengaruhi kadar abu puree
labu kuning. Berdasarkan Tabel 4.5 kadar abu puree labu kuning dengan
berbagai perlakuan berkisar antara 0,095%-0,120%. Puree labu kuning
kontrol (tanpa penambahan susu) memiliki kadar abu terendah yaitu
sebesar 0,095%. Kadar abu puree labu kuning dengan penambahan susu
segar 5% sebesar 0,105%. Kadar abu puree labu kuning dengan
penambahan susu full cream 5% sebesar 0,110%. Kadar abu tertinggi
terdapat pada puree labu kuning dengan penambahan susu skim 10% yaitu
sebesar 0,120% bila dibandingkan dengan kontrol maupun dengan
perlakuan lain. Tingginya kadar abu puree labu kuning dengan
penambahan susu skim 10% ini dikarenakan konsentrasi susu yang
ditambahkan pada puree adalah paling tinggi yaitu sebesar 10% sehingga
mineral yang ditambahkan pada puree juga paling tinggi, dibandingkan
kadar abu puree pada perlakuan lain yang hanya menambahkan susu
sebesar 5%. Semakin tinggi konsentrasi susu yang ditambahkan pada
puree, kadar abu puree semakin meningkat.
5. Kadar Protein
Kadar protein puree labu kuning dengan penambahan berbagai
konsentrasi dan jenis susu terbaik ditunjukkan pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Kadar Protein Puree Labu Kuning dengan Penambahan
berbagai Konsentrasi dan Jenis Susu Terbaik
commit to user
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting, karena zat
ini selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur (Syarief dan Anies, 1988). Protein
merupakan senyawa makronutrien bermolekul besar yang tersusun dari
unsur-unsur C, H, O, N, S, dan kadang-kadang P, Fe, Cu (sebagai senyawa
kompleks dalam protein). Seperti senyawa polimer lain (misalnya selulosa,
pati) atau senyawa-senyawa hasil kondensasi beberapa unit molekul
(misalnya trigliserida) maka protein juga dapat dihidrolisa atau diuraikan
menjadi komponen unit-unitnya oleh molekul air. Hidrolisis pada protein
akan melepas asam-asam amino penyusunnya (Sudarmadji dkk, 1996).
Menurut hasil statistik, perlakuan penambahan berbagai konsentrasi
dan jenis susu terbaik menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kadar
protein puree labu kuning. Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kadar
protein puree labu kuning dengan berbagai perlakuan berkisar antara
0,202%-0,296%. Puree labu kuning dengan penambahan susu full cream
5% memiliki kadar protein terendah yang tidak berbeda nyata dengan
puree labu kuning kontrol (tanpa penambahan susu) yaitu berkisar antara
0,202-0,207%. Kadar protein tertinggi terdapat pada puree labu kuning
dengan penambahan susu segar 5% yang tidak berbeda nyata dengan
puree labu kuning dengan penambahan susu skim 10% yaitu berkisar
antara 0,286-0,296%.
Penambahan berbagai jenis dan konsentrasi susu ini diharapkan
dapat meningkatkan kandungan protein puree labu kuning. Labu kuning
hanya memiliki kandungan protein sebesar 1,1%. Sedangkan menurut SNI
01-3141-1998, susu segar mengandung minimal 2,7% protein. Susu segar
memiliki kandungan protein yang masih utuh dibandingkan susu full
cream yang telah mengalami proses penghilangan protein, sehingga
penambahan susu segar pada puree labu kuning dapat meningkatkan
kandungan proteinnya bahkan menghasilkan kandungan protein puree labu
kuning yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lain. Kandungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
berbeda nyata dengan kandungan protein puree labu kuning dengan
penambahan susu skim 10%. Sama halnya dengan susu segar, susu skim
juga memiliki kandungan protein yang masih utuh dibandingkan susu full
cream. Susu skim merupakan bagian susu yang telah diambil lemaknya
sehingga banyak mengandung protein. Tingginya kadar protein puree labu
kuning dengan penambahan susu skim 10% ini juga dikarenakan susu
yang ditambahkan pada puree konsentrasinya cukup besar yaitu sebesar
10% sehingga jumlah protein yang ditambahkan pada puree juga tinggi
dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan penambahan susu full cream
5%. Susu full cream merupakan susu yang telah melewati proses
penghilangan protein dan kaya akan lemak. Penambahan susu jenis ini
pada puree labu kuningtidak meningkatkan kandungan protein puree labu
kuning, justru dapat menurunkan kandungan protein puree labu kuning
karena susu mengandung air yang dapat melarutkan protein dalam puree
labu kuning sehingga kandungan proteinnya lebih rendah dibandingkan
puree labu kuning kontrol maupun puree labu kuning perlakuan lainnya.
6. Kadar Lemak
Kadar lemak puree labu kuning dengan penambahan berbagai
konsentrasi dan jenis susu terbaik ditunjukkan pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Kadar Lemak Puree Labu Kuning dengan Penambahan berbagai
Konsentrasi dan Jenis Susu Terbaik
kesehatan tubuh manusia. Lemak juga merupakan sumber energi yang
lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak
atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein
commit to user
Labu kuning merupakan suatu jenis tanaman sayuran menjalar yang
mengandung sedikit lemak yaitu 0,3%. Susu merupakan emulsi lemak
dalam air yang mengandung garam-garam mineral, gula dan protein.
Kadar lemak susu segar minimal 3%. Lemak susu berkontribusi terhadap
48% total kalori pada susu. Lemak susu mengandung sekitar 66% lemak
jenuh, 30% lemak tak jenuh rantai tunggal, serta 4% lemak tak jenuh
rantai banyak (Chandan, 1997). Komponen mikro dari lemak susu antara
lain adalah fosfolipid, sterol, tokoferol (vitamin E), karoten, vitamin A,
serta vitamin D. Susu mengandung kira-kira 0,3% fosfolipid terutama
lesitin, dan sphingomielin. Pada waktu susu dipisahkan menjadi skim dan
krim, sekitar 70% fosfolipid terdapat pada krim (Buckle et al., 2009).
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kadar lemak puree
labu kuning dengan penambahan berbagai konsentrasi dan jenis susu
terbaik berkisar antara 1,272%-1,801%. Kadar lemak puree labu kuning
kontrol (tanpa penambahan susu) sebesar 1,399% dan kadar lemak puree
labu kuning dengan penambahan susu segar 5% sebesar 1,585%. Susu
segar adalah susu murni yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau
ditambah sesuatu apapun, sehingga penambahan susu segar pada puree
labu kuning selain meningkatkan kadar protein juga meningkatkan kadar
lemak puree labu kuning. Kadar lemak terendah terdapat pada puree labu
kuning dengan penambahan susu skim 10% yaitu sebesar 1,272%. Susu
skim adalah bagian susu yang telah diambil lemaknya sehingga banyak
mengandung protein. Susu skim hanya mengandung 1% lemak, oleh
karena itu penambahan susu skim tidak meningkatkan kandungan lemak
tetapi justru menurunkan kandungan lemak pada puree labu kuning. Susu
mengandung air yang dapat melarutkan lemak dalam puree labu kuning
sehingga kandungan lemaknya lebih rendah dibandingkan puree labu
kuning kontrol maupun puree labu kuning perlakuan lainnya.
Kadar lemak tertinggi terdapat pada puree labu kuning dengan
penambahan susu full cream 5% yaitu sebesar 1,801%. Susu full cream