• Tidak ada hasil yang ditemukan

COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP

COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)

(Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman)

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

DISUSUN OLEH :

BENEDICTUS SATRIO KURNIADI

NIM. F 0107035

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

MOTTO

“Apa pun yang kau lakukan, lakukan yang terbaik agar tak ada penyesalan di esok hari”

“Bekerjalah untuk membantu kelangsungan hidup orang lain, bukan untuk mencari keuntungan pribadi”

“Don’t follow me, follow Jesus”

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat dan petunjuk-Nya. 2. Keluarga, khususnya Dian dan Steven.

3. Almamater, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas maret Surakarta.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia dan rahmat-Nya yang melimpah maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman)”

Latar belakang penulisan dengan tema CBT ini karena CBT merupakan konsep yang diharapkan mampu mengatasi dampak negatif industri, seperti kemiskinan akibat kesenjangan pendapatan dan kerusakan alam. Seperti yang diungkapkan oleh Rest bahwa dampak konsep CBT meliputi aspek sosial, budaya, lingkungan, politik dan aspek ekonomi. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih dalam konsep CBT melalui studi kasus di Desa Wisata Garongan dan kemudian merumuskan tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Garongan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan dan untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan. Selain itu tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

commit to user

vii itu dengan segala kerendahan hari dan rasa bangga, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak baik perorangan maupun instansi yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada :

1. Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing skirpsi yang telah sabar, telaten dan tak henti-hentinya membimbing, memotivasi, mempertajam pola pikir dan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam penyusunan ide dan penulisan skripsi ini.

2. Drs. Supriyono, MEP selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan sekaligus dosen pembimbing akademik (PA) yang telah membantu dan membimbing penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Teman-temanku EP 2007. Thanks to Kunto, Galih, Andry, Faisal, Wahyu, Thithut, Ari, Rendi, Johan, Febri, Desta, Eliza, Fina dan semua temen satu angkatan yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk semua kenangan dan persahabatan kita selama ini.

5. Kakak tingkat dan adik tingkat HMJ EP UNS yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

(8)

commit to user

viii 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala dukungan dan bantuan dalam bentuk apa pun sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis mengharap agar semua pihak yang peduli dengan topik penelitian ini memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menyempurnakan kuaitas tulisan ini. Akhir kata besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, September 2011

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi A. Gambaran Umum Pariwisata ... 9

1. Definsi Pariwiasata ... 9

2. Karakteristik Kepariwisataan ... 11

3. Kajian Ekonomi-Kepariwisataan ... 12

4. Dampak Pembangunan Kepariwisataan ... 15

B. Pariwisata Minat Khusus ... 18

C. Desa Wisata ... 22

(10)

commit to user

x

1. Konsep Community Based Tourism (CBT) ... 23

2. Definisi CBT ... 25

3. Prinsip CBT ... 26

4. Perbedaan Konsep CBT dengan Konsep Wisata Lainnya ... 28

E. Penelitian Terdahulu ... 29

F. Kerangka Pemikiran ... 32

E. Teknik Analisis Data... 36

1. Analisis Model Interaktif ... 36

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Desa Garongan ... 37

1. Aspek Geografis... 37

2. Aspek Sosial... 38

B. Perkembangan Pariwisata di Desa Garongan ... 40

1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Garongan ... 40

2. Daya Dukung Masyarakat... 41

3. Komponen Penawaran Desa Wisata Garongan ... 43

4. Perkembangan Kunjungan Wisata ... 53

C. Dampak Kepariwisataan di desa Wisata Garongan ... 58

1. Manfaat Ekonomi Pariwisata ... 58

a. Timbulnya Tambahan Pendapatan Masyarakat Lokal Dari Sektor pariwisata ... 60

(11)

commit to user

xi c. Adanya Dana Untuk Pengembangan Komunitas ... 66 D. Keterbatasan Konsep CBT di Desa Wisata Garongan …………. 74 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Klasifikasi Pariwisata Minat Khusus ……….……….. 21

Tabel II.2 Perbedaan Konsep CBT ……… 28

Tabel IV.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ………... 39

Tabel IV.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan …… 39

Tabel IV.3 Aksebilitas Menuju Desa Wisata Garongan ………. 49

Tabel IV.4 Kegiatan Wisata di Desa Wisata Garongan ……….. 53

Tabel IV.5 Daftar Pengunjung Desa Wisata Garongan ………... 54

Tabel IV.6 Daftar Kunjungan Menginap ……… 56

Tabel IV.7 Daftar Kunjungan Tidak Menginap ……….. 57

Tabel IV.8 Kategori Pengunjung Desa Wisata Garongan ……… 58

Tabel IV.9 Daftar kelompok Paket dan Rincian Pengeluaran …………. 61

Tabel IV.10 Daftar Kelompok Item Pengeluaran Lain-lain ……….. 62

Tabel IV.11 Distribusi Value Added ... 64

Tabel IV.12 Persentase Value Added ... 65

Tabel IV.13 Rekapitulasi Pengeluaran Total Live-in SMAK St. Louis Surabaya ... 67

Tabel IV.14 Peringkat Pengeluaran Paket ... 68

Tabel IV.15 Persebaran Distribusi Pendapatan ... 70

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Komponen Perencanaan Wisata ... 13

Gambar II.2 Kerangka Pemikiran ... 32

Gambar IV.1 Sapta Pesona ... 42

Gambar IV.2 Kuliner Pedesaan ... 46

Gambar IV.3 Sign Road Menuju Desa Wisata Garongan ... 49

Gambar IV.4 Grafik Perkembangan Kunjungan dan Transaksi di Desa Wisata Garongan Per Tahun ... 55

Gambar IV.5 Aspek Utama Pengembangan CBT ... 59

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rincian Pengeluaran Live-in SMAK St. Louis Surabaya .... 82 Lampiran 2 Dokumentasi Foto-Foto ... 84 Lampiran 3 Transkip Wawancara Dengan Kepala Desa Wisata

(15)

commit to user

(16)

commit to user

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)

(Studi Kasis Desa Wisata Garongan di Kecamatan Turi, Sleman)

BENEDICTUS SATRIO KURNIADI NIM. F 0107035

Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat merupakan sebuah konsep wisata dimana masyarakat atau warga setempat sebagai produsen pariwisata memainkan peranan penting dan menjadi pelaku utama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Rest bahwa dampak konsep CBT meliputi aspek sosial, budaya, lingkungan, politik dan aspek ekonomi yang menjadi fokus utama penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Garongan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan dan untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen dan wawancara baik data kualitatif maupun kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis secara tabulasi dan statistik deskriptif, sedangkan data kualitatif dianalisa secara deskriptif studi kasus yaitu dengan mendiskripsikan, kemudian memberikan penafsiran- penafsiran dengan interpretasi rasional yang memadai terhadap fakta-fakta yang diperoleh di lapangan. Untuk menghindari keraguan pada hasil data, maka dilakukan triangulasi yaitu cross check data dari berbagai sumber terkait.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (i) Penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat (CBT) yang diterapkan di Desa Wisata Garongan secara umum memberikan manfaat ekonomi. (ii) Dana yang terdistribusikan ke komunitas atau masyarakat Desa Wisata Garongan sebesar 94,56% dari total pengeluaran yang terjadi atau sekitar Rp 22.048.500,00 dengan share terbesar ada pada paket akomodasi sebesar Rp 18.773.500,00 atau sekitar 80,52% dari total pengeluaran. Kebocoran distribusi dana ke luar komunitas adalah sebesar Rp 1.266.410,00 atau sekitar 5,44% dari total pengeluaran. Kebocoran terjadi dalam bentuk pengeluaran lain-lain. (iii) Total pengeluaran yang terpakai adalah sebesar Rp 23.314.910,00 atau sebesar 88,17% dari total pemasukan yang sebesar Rp 26.444.500,00. (iv) Secara keseluruhan, sebesar 66,67% dari total item transaksi dapat menciptakan value added, atau sebanyak 19 pos item dari 30 pos item yang ada dapat menciptakan nilai tambah. (v) Adanya dana pengembangan yang masuk ke komunitas dari adanya kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan. (vi) Ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan. (vii) Keterbatasan penerapan konsep CBT di Desa Wisata Garongan antara lain lemahnya manajemen desa wisata, kinerja pengurus kurang maksimal, kurang pengalaman, kurang kompak, masih adanya gap untuk berbaur antara usia tua/muda dan latar belakang pendidikan, masalah pemasaran dan pengembangan obyek, lemahnya bargaining power, dan terjadinya kebocoran ekonomi atau leakage.

(17)

commit to user

TOURISM ECONOMIC IMPACT FROM IMPLEMENTING COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) CONCEPT

(Case Study at Garongan Tourism Village in Turi Subdistrict, Sleman)

BENEDICTUS SATRIO KURNIADI created by the application of the concept of CBT on Garongan Tourism Village, to find out whether there are differences in people's income before and after the born of Garongan Tourism Village and to know the weaknesses or limitations of the concept of CBT as applied to development Tourism attractions in the village of Garongan.

The type of this research is descriptive qualitative . Methods of data collection is done by means of document studies and interviews both qualitative and quantitative data. Quantitative data were analyzed by tabulation and descriptive statistics, while qualitative data were analyzed in a descriptive case study is to describe, then give interpretations with adequate rational interpretation of the facts obtained in the field. For the avoidance of doubt on the results of the data, triangulation is then performed cross-checks data from multiple sources related.

The results of this study indicate that: (i) Application of the concept of community-based tourism (CBT) which is applied at the Garongan Tourism Village in general provide economic benefits. (ii) The funds are distributed to the community or society Garongan Tourism Village for 94.56% of the total expenditure incurred, or about Rp 22,048,500.00 with the largest share of accommodations exist in the package of Rp 18,773,500.00, or approximately 80.52 % of total expenditures. Leakage distribution of funds to the outside community is Rp 1,266,410.00, or approximately 5.44% of total expenditures. Leakage occurs in the form of miscellaneous expenditures. (iii) Total expenditures in use was Rp 23,314,910.00 or 88.17% of the total income of Rp 26,444,500.00. (iv) On the whole, amounting to 66.67% of the total items of transactions can create value added, or a total of 19 post items of the 30 post items that are able to create added value. (v) The funds flow into the community development from the tourism activities in the Garongan Tourism Village. (vi) There is a difference in people's income before and after the born of Garongan Tourism Village. (vii) The limited application of the concept of CBT in Garongan Tourism Village, among others, the weakness of rural tourism management, the board's performance less than the maximum, less experience, less compact, is still a gap to blend between the age old / young and educational background, marketing problems and development of the object, weak bargaining power, and economic leakage.

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri pariwisata merupakan sebuah industri yang multidimensional dan saling berkaitan dengan industri lain yang menjadi industri pendukung pariwisata. Masyarakat awam biasanya hanya mengenal komponen atau industri pendukung pariwisata tersebut, seperti industri perhotelan, transportasi, hiburan, restoran dan industri lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung, sehingga masing- masing industri sering tidak bertindak sama sebagai suatu kelompok terintegrasi dan saling mendukung. Seperti definisi pariwisata sendiri yaitu suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian ( pelancong, musafir) (Hadinoto, 1996:11)

(19)

commit to user

2 dan mendayagunakan potensi yang ada di wilayahnya untuk dijadikan sumber pendapatan asli daerah (PAD) termasuk dalam sektor pariwisata.

Namun pada pelaksanaannya, pelaku industri pariwisata baik konsumen maupun produsen sering tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga terjadi kerusakan keragaman hayati baik tumbuhan maupun binatang dan pencemaran lingkungan akibat pembuangan sampah sembarangan, belum lagi pembuangan limbah dari industri pendukung pariwisata. Dampak negatif industrialisasi yang merusak lingkungan telah menjadi perhatian banyak pihak, sehingga para praktisi termasuk pemerintah mencari jalan keluar untuk mengatasi dampak negatif tersebut, khususnya dalam industri pariwisata melalui konsep Ecotourism atau ekowisata.. Simposium Ekowisata di Bogor pada 16-17 Januari 1996, mengeluarkan rumusan mengenai ekowisata, yakni sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan/atau daerah-daerah yang dibuat dengan kaidah alam, yang mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Rumusan tersebut sebenarnya berakar dari pengertian ecotourism dari The Ecotourism Society yang berbunyi :

“Ecotourism is apurposeful travel to natural areas to understand the culture and natural history of environment, taking care not to alter the integrity of the ecoystem, while producing economic opportunities that make the conservation of natural resources benefecial to local people.” (http://staff.ui.ac.id/internal/132058059/publikasi/ekowisatamuaragembon g1.doc, 14/03/2011, 19:15)

(20)

commit to user

3 pelaku utama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Dalam mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat, berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai macam strategi. Salah satunya adalah pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang secara konseptual memiliki ciri-ciri unik serta sejumlah karakter sebagai berikut:

1. Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam properti dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan, secara ekologis aman, dan tidak banyak menimbulkan dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional

2. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal.

3. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya lebih dari pariwisata konvensional, dimana komunitas lokal melibatkan diri dalam menikmati keuntungan perkembangan pariwisata, dan oleh karena itu lebih memberdayakan masyarakat. (Nasikun, 2000 dalam file.upi.edu/ai.php)

(21)

commit to user

4 “Community-based ecotourism (CBET) has become a popular tool for biodiversity conservation, based on the principle that biodiversity must pay for itself by generating economic benefits, particularly for local people. There are many examples of projects that produce revenues for local communities and improve local attitudes towards conservation, but the contribution of CBET to conservation and local economic development is limited by factors such as the small areas and few people involved, limited earnings, weak linkages between biodiversity gains and commercial success, and the competitive and specialized nature of the tourism industry.”(http://www.ibcperu.org/doc/isis/8351.pdf )

Desa Wisata Garongan yang terletak di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY, merupakan salah satu desa wisata yang menerapkan konsep CBT, dengan keunikan dibanding daerah tujuan wisata ataupun desa wisata lain, yaitu seluruh warganya ikut berperan aktif dalam menjalankan desa wisata, seperti untuk paket home stay, wisatawan bisa menempati seluruh rumah warga yang berjumlah + 134 rumah atau bisa menampung +300pengunjung. Jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan menurut data terakhir Tahun 2011 total sebanyak 1.238 jiwa yang terdiri dari 342 KK dengan jumlah keluarga miskin sebanyak 63 KK atau sebesar 18,42% dari jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki sebanyak 627 jiwa atau sekitar 50,65% dari total penduduk, dan perempuan sebanyak 611 jiwa atau sekitar 49,35% dari total penduduk. Jumlah penduduk usia produktif atau yang berusia antara 15-60 tahun sebanyak 968 jiwa atau sekitar 78,19% dari total jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan.

(22)

commit to user

5 sebesar 65,87% yang terdiri dari petani sebanyak 413 jiwa dan buruh tani sebanyak 52 jiwa. Mata pencaharian yang kedua yaitu pegawai swasta sebanyak 100 jiwa atau sebesar 14,16%, pegawai negeri atau PNS sebanyak 53 jiwa atau sebesar 7,5% , pedagang 37 jiwa atau sebesar 5,24% dan sisanya bekerja di bidang industri rumah tangga dan lain-lain sebanyak 51 jiwa atau sebesar 7,22%.

Dari tiga kategori desa wisata yaitu : desa wisata tumbuh, berkembang, dan mandiri, Desa Wisata Garongan termasuk kategori desa wisata tumbuh yang merupakan desa wisata pertanian berprestasi, hal tersebut dibuktikan dengan menjadi juara 2 dalam festival desa wisata tahun 2010 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman bekerjasama dengan Forum Komunikasi Desa Wisata Kabupaten sleman (http://ekowisataku.blogspot.com, 30/03/2011, 20.30).

(23)

commit to user

6 dapat dioptimalkan untuk daya tarik wisata antara lain : wisata persawahan, perikanan,outbond, masakan tradisional,home industry, camping ground,home stay,kesenian,tracking sungai,wisata alam pedesaan, wisata menangkap ikan, danperkebunan salak.

Kecamatan Turi sendiri memiliki + 11 desa wisata, diantaranya : Desa Wisata Garongan, Desa Wisata Kampoeng Sedjarah Kélor, Desa Wisata Dukuh, Desa Wisata Gabugan, Kembangarum, Desa Wisata Nganggring, Desa Wisata Tunggularum, dan beberapa desa wisata lain yang sedang bertumbuh.

Alasan penulis memilih Desa Wisata Garongan (1) Dekat dengan tempat tinggal penulis, sehingga diharapkan bisa membantu menganalisis permasalahan dan mengembangkan potensi yang ada melalui saran, (2) Desa wisata ini memiliki kelebihan dibanding desa wisata lain di kecamatan Turi yaitu seluruh warganya turut berperan aktif dalam kegiatan pariwisata, salah satunya untuk paket home stay, seluruh rumah warga bisa ditempati, (3) Untuk menguji hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti, dan (4) Untuk menghitung dampak ekonomi pariwisata dari penerapan konsep Community Based Tourism( CBT) di Desa Wisata Garongan yang merupakan desa wisata tumbuh.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai penerapan konsep CBT dan dampak ekonomi bagi masyarakat dengan mengambil judul penelitian “Dampak Ekonomi Pariwisata Dari Penerapan Konsep Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata

(24)

commit to user

7 B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana identifikasi, pemetaaan dan analisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Garongan? 2. Apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan

sesudah adanya Desa Wisata Garongan?

3. Seperti apa keterbatasan konsep CBT yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Garongan.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan.

3. Untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan.

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi stakeholder yang berkepentingan untuk mengetahui efektivitas konsep Community Based Tourism (CBT) di Desa Wisata Garongan.

(25)

commit to user

(26)

commit to user

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Pari mempunyai arti banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan kata wisata mempunyai arti perjalanan dan bepergian. Berdasarkan dua suku kata tersebut pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.

Bila ditinjau dari segi ekonomi mikro, maka yang dimaksud dengan industri pariwisata adalah setiap unit produksi yang dapat menghasilkan produk atau jasa tertentu. Atas dasar pengertian ini, maka dalam pengertian sempit, hotel, transportasi, restoran dan sebagainya secara sendiri-sendiri dapat disebut sebagai industri pariwisata.

(27)

commit to user

10 1. Definisi Pariwisata

Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional, banyak pengertian yang dijabarkan oleh para praktisi, Oka A. Yoeti dalam bukunya mendefinisikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat lain , dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Praktisi pariwisata lain juga memiliki definisi sendiri sebagai berikut :

“Tourism comprises the ideas and opinions people hold which shape their decisions about going on trips, about where to go (and where not to go) and what to do or not to do, about how to relate to other tourists, locals and service personnel. And it is all the behavioural manifestations of those ideas and opinions” (Leiper, 1994, dalam Pitana & Diarta, 2009:44).

“Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the interaction among tourists, business supplier, host government, host communities, origin governments, universities, community colleges and non- governmental organizations, in the process of attracting, transporting, hosting, and managing these tourists and other visitor”(Weaver and Opperman, 2003, dalam Pitana & Diarta, 2009:45).

(28)

commit to user

11 Berdasarkan UU NO 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pada pasal 1 disebutkan bahwa Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah perjalanan seseorang ataupun sekelompok orang di luar lingkungan kesehariannya untuk menghibur diri, urusan bisnis maupun tujuan lain yang menghasilkan kesenangan di lingkungan tempat tinggal sementara tersebut.

2. Karakteristik Kepariwisataan

a. Lintas Sektoral (Multi-faceted)

(29)

commit to user

12 b. Multidisciplinary

Pariwisata sebagai ilmu mandiri ( Pitana & Diarta , 2009:9) memiliki keterkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. Sehingga kajian ilmiah tentang kepariwisataan dapat didekati melalui segala disiplin ilmu. Kegiatan pariwisata memberi pengaruh di semua sektor yang merupakan bidang disiplin ilmu lainnya seperti sosiologi, ilmu lingkungan, geografis , politik sampai psikologi stakeholder yang terlibat dalam industri pariwisata.

3. Kajian Ekonomi Kepariwisataan

Untuk dapat menghubungkan antara konsep ekonomi dan pariwisata terlebih dahulu akan dijelaskan konsep-konsep sebagai berikut: a. Aspek Penawaran Pariwisata

Menurut Miles 1992 dalam materi perkuliahan Ekonomi Pariwisata oleh Bambang Irawan, ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah:

· Attraction (daya tarik),

· Accessible (bisa dicapai),

· Amenities (fasilitas),

(30)

commit to user

13 Gambar II.1

Komponen Perencanaan Wisata Kelompok Wisatawan Domestik dan Internasional

Sumber : Inskeep (1991, dalam tulisan Yuniati Dina)

Gambar II.1 menunjukkan komponen-komponen wisata tersebut dalam suatu hubungan keseluruhan dari lingkungan alami dan sosial ekonomi antara pasar internasional dan wisatawan domestik yang akan dilayani dan kawasan tempat tinggal yang digunakan sebagai tempat atraksi, penyediaan fasilitas, pelayanan, dan infrastruktur.

b. Aspek Permintaan Pariwisata

Menurut ilmu ekonomi permintaan merupakan sejumlah barang dan jasa yang ingin dibeli oleh pelanggan dan mampu untuk membeli dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Kemudian terdapat hubungan yang tetap antara harga pasar dengan jumlah permintaan.

(31)

commit to user

14 1) Permintaan efektif atau permintaan aktual wisatawan yang sedang menikmati fasilitas pariwisata misalnya orang-orang yang sedang melakukan perjalanan

2) Permintaan tertahan (suppressed demand) merupakan seluruh atau sebagian masyarakat yang tidak melakukan perjalanan karena alasan tertentu.

3) Tidak ada permintaan. Mereka yang termasuk kategori ini adalah mereka yang tidak ada dan tidak mau mengadakan perjalanan (no demand)

Menurut G.A Schmoll,1977 (dalam Oka A. Yoeti, 2008 : 120) permintaan dalam industri pariwisata dapat dibagi menjadi enam kelompok, yaitu :

1) Travel Preparation

Sebelum membeli paket wisata, wisatawan memerlukan : information, advice, reservations, tickets and vouchers, money exchanges, travel clothing, and equipments.

2) Movement

Dalam perjalanan seseorang wisatawan memerlukan : transportation to and from destination, sightseeing and tours, safaris, act at the tourist destination.

3) Accommodation and Catering

(32)

commit to user

15 4) Activities at The Destination

Di DTW wisatawan membutuhkan : entertainment, sports, sightseeing, shopping, visit to museums.

5) Purchases and Personal Needs

Sebagai kenang-kenangan pada suatu DTW, wisatawan akan membeli bermacam oleh-oleh dalam bentuk : Purchases of personal items, clothing, medical care, souvenirs, dan lain-lain. 6) Recording and Preserving Impressions

Untuk keperluan dokumen perjalanannya wisatawan memerlukan : Puchases of film, cameras, photo or video shooting, dan lain-lain.

4. Dampak Pembangunan Kepariwisataan

a. Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi yang diciptakan oleh pembangunan industri pariwisata antara lain terhadap ekonomi internasional terkait interaksi antar negara yang terjadi akibat pemenuhan kebutuhan sektor - sektor pariwisata. Seperti yang diungkapkan oleh Theobald, 2005 (dalam Pitana & Diarta 2009:184) sebagai berikut :

(33)

commit to user

16 Pariwisata internasional memiliki dua dampak utama, yang pertama adalah dalam hal perdagangan dimana sangat memungkinkan terjadinya transaksi ekspor-impor, yang kedua adalah efek redistribusi terkait dengan adanya kecenderungan dimana wisatawan internasional berasal dari negara berpendapatan tinggi dan membelanjakan uang mereka pada destinasi wisata yang berada pada negara berpendapatan rendah.

Selain itu, dampak ekonomi lain yang disebutkan adalah pengaruhnya pada kondisi balance of payment yang menggambarkan posisi interaksi perdagangan suatu negara dengan negara-negara lain. Dan dampak terjadi juga pada pendapatan devisa nasional. Dalam hal ini dijelaskan lebih detail dengan menggunakan multiplier analysis dan leakagemeskipun pada penelitian ini tidak menghitung multiplier effect. 1) Multiplier Analysis

(34)

commit to user

17 memang terjadimultiplier effect pada kegiatan kepariwisataan. Angka pengganda pariwisata dapat dibagi dalam lima jenis utama, yaitu :

a) Transaction or sales multiplier. Kenaikan pengeluaran wisatawan akan memberikan tambahan pemasukan pedagang.

b) Output multiplier. Hal ini terkait jumlah output tambahan yang dihasilkan oleh ekonomi sebagai akibat dari adanya kenaikan pengeluaran wisatawan. Perbedaan yang mendasar dengan poin sebelumnya adalah bahwa fokus multiplier output adalah perubahan pada level produksi saat ini bukan pada perubahan volume atau nilai penjualan.

c) Income multiplier. Ini mengukur tambahan pendapatan yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran wisatawan.

d) Government revenue multiplier. Ini mengukur tambahan pemasukan pemerintah yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran wisatawan.

e) Employment multiplier. Ini mengukur jumlah total penyerapan tenaga kerja yang disebabkan oleh adanya tambahan unit dari pengeluaran wisatawan.

2) Leakages

(35)

commit to user

18 makanan, kesehatan dan sebagainya. Untuk menyesuaikan dengan ekspektasi mereka seringnya mengakibatkan terjadinya impor barang untuk memenuhi permintaan wisatawan. Pembayaran untuk barang dan jasa tersebut yang digunakan untuk menyangga industri kepariwisataan inilah yang kita sebut dengan kebocoran (leakages), atau dengan kata lain ada sebagian dari pengeluaran wisatawan yang bocor dari perekonomian untuk membiayai kebutuhan impor.

Hal ini juga terjadi dalam kasus impor barang antar daerah dalam satu negara. Yaitu bocornya pendapatan wisata suatu daerah akibat barang atau jasa yang berasal dari luar daerah. Sehingga terjadi capital outflow atau dana yang mengalir ke luar yang berasal dari pendapatan pariwisata.

b. Dampak Negatif

Kegiatan pariwisata selain memberi dampak yang menguntungkan juga memiliki dampak negatif yang harus ditangani dengan baik. Baik itu dampak sosial, ekonomi, lingkungan, dan dampak bagi sektor lain yang berhubungan dengan industri pariwisata. Khusus dampak ekonomi, seperti yang diungkapkan Mathieson dan Wall, 1982 (dalam Pitana & Diarta, 2009:191) sebagai berikut :

1) Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata

2) Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah

(36)

commit to user

19 4) Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat, menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya.

5) Timbulnya biaya - biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat.

B. Pariwisata Minat Khusus

Salah satu sebab terjadinya segmentasi atau spesialisasi pasar pariwisata adalah karena adanya kecenderungan wisatawan dengan minat khusus baik dalam jumlah wisatawan maupun area minatnya. Pariwisata dengan minat khusus ini diperkirakan akan menjadi trend perkembangan pariwisata ke depan sebab wisatawan telah menginginkan jenis pariwisata yang fokus yang mampu memenuhi kebutuhan spesifik wisatawan.

Seperti yang dikemukakan oleh Host and Guest, 1989 dalamwww.docstoc.com/docs/51116516/bab_2baru, mereka mengklasifikasikan jenis-jenis pariwisata menjadi :

1. Marine Tourism (Pariwisata Pantai), kegiatan pariwisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya.

(37)

commit to user

20 3. Culture Tourism (Pariwisata Budaya), yaitu perjalanan untuk meresapi (dan terkadang untuk ikut mengalami) suatu gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

4. Recreational Tourism (Pariwisata Rekreasi), yaitu kegiatan wisata yang berkisar pada olah raga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak sosial dalam suasana yang santai.

5. Ecotourism (Pariwisata Alam),yaitu perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih asli/belum tercemar, dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada/pernah ada di tempat tersebut.

6. City Tourism (Pariwisata Kota),yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk melihat/mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada/pernah ada di daerah tersebut.

7. Resort City, yaitu suatu kota/perkampungan yang mempunyai tumpuan kehidupan pada penyediaan sarana dan prasarana wisata, yaitu penginapan, restoran, olah raga, hiburan dan jasa tamasya lainnya.

8. Agro Tourism (Pariwisata Agro)/Rural Tourism/Farm Tourism, merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan.

(38)

commit to user

21 10. Social Tourism, adalah suatu pendekatan untuk menyelenggarakan liburan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta orang-orang yang tidak memilki inisiatif untuk melakukan perjalanan .

11. Alternatif Tourism, adalah suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial.

Jenis-jenis sumber daya minat khusus yang bisa dijadikan atraksi dapat diklasifikasikan seperti yang dijelaskan pada tabel II.1

Tabel II.1

Klasifikasi Pariwisata Minat Khusus

No Klasifikasi Contoh No Klasifikasi Contoh

1. Active - Scuba diving / snorkelling - Walking tours

3. Affinity - Artist’s workshop - Senior tour

- Tour for the handicapped

8. Spiritual - Pilgrimage / mythology

(39)

commit to user

22 C. Desa Wisata

Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata.

Syarat utama desa wisata diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya. Selain keaslian, juga dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan demikian, pemodelan desa wisata harus terus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas daerah.

Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain:

1. memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, 2. menguntungkan masyarakat setempat,

(40)

commit to user

23 4. melibatkan masyarakat setempat,

5. menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan

Bentuk pengelolaan desa wisata pada dasarnya adalah milik masyarakat yang dikelola secara baik, degan mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam pengelolaan seperti : aspek sumber daya manusia, aspek keuangan, aspek material, aspek pengelolaan dan aspek pasar. Dalam satu wadah organisasi masyarakat yang berbentuk kemitraan, manajemen korporasi, yayasan atau badan pengelola desa wisata yang unsur-unsur pengelolaannya direkrut dari kemampuan masyarakat setempat dan lebih mendahulukan peranan para pemuda yang memiliki latar belakang pendidikan atau keterampilan yang dibutuhkan.

D. Community Based Tourism (CBT)

1. Konsep Community Based Tourism (CBT)

Kepariwisataan sebagai salah satu kegiatan pembangunan diupayakan dapat sejalan dengan konsep dan prinsip pembangunan berkelanjutan, perlu menerapkan kaidah-kaidah sebagai berikut:

a. Pengembangan pariwisata berorientasi jangka panjang dan menyeluruh (holistic) tidak hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek dan daya tarik wisata yang memberikan manfaat secara adil bagi semua. b. Pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter wilayah, kondisi

(41)

commit to user

24 c. Penciptaan keselarasan, senergitas antara kebutuhan wisatawan dan penyedia oleh masyarakat lokal, yang memunculkan hubungan timbal balik dan saling menghargai nilai, adat istiadat, kebiasaan, warisan, budaya, dan lain-lain.

d. Pemanfaatan sumber daya pariwisata yang memperhitungkan kemampuan kelestariannya yang pengelolaannya secara eco-efficiency (reduce, reuse, dan recyle) sehingga mencapai eco-effectivity (redistribute, reactual).

e. Pengelolaan kegiatan pariwisata yang tanggap terhadap perubahan yang terjadi dari kedua sisi permintaan (pasar) dan penawaran (produk).

Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development paradigma) pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar. Pariwisata berbasis masyarakat tidak berarti merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan dalam konteks kerjasama masyarakat secara global.

(42)

commit to user

25 unik serta sejumlah karakter yang oleh Nasikun, 2000 (dalam http://file.upi.edu/Direktori ) dikemukakan sebagai berikut:

a. Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam properti dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan, secara ekologis aman, dan tidak banyak menimbulkan dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional

b. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal.

c. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya lebih dari pariwisata konvensional, dimana komunitas lokal melibatkan diri dalam menikmati keuntungan perkembangan pariwisata, dan oleh karena itu lebih memberdayakan masyarakat.

2. Definisi CBT

(43)

commit to user

26 "CBT is tourism that takes environmental, social, and cultural sustainability into account. It is managed and owned by the community, for the community, with the purpose of enabling visitors to increase their awareness and learn about the community and lokal ways of life.”

Sedangkan definisi CBT Menurut Garrod 2001 (dalam www.journal.unair.ac.id) yaitu:

a. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata,

b. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha -usaha pariwisata juga mendapat keuntungan,

c. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.

Suansri 2003 (dalam www.journal.unair.ac.id) mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan. Atau dengan kata lain CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

3. Prinsip CBT

(44)

commit to user

27 dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunanan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak pembangunan ekowisata.

Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan. Ada beberapa prinsip dasar CBT yang disampaikan Suansri 2003 (dalam www.journal.unair.ac.id) dalam gagasannya yaitu:

a. mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri pariwisata,

b. mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek, dan mengembangkan kebanggaan dankualitas hidup komunitas,

c. menjamin keberlanjutan lingkungan,mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal,

d. membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas, menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia,

(45)

commit to user

28 4. Perbedaan Konsep CBT dengan Konsep Wisata Lainnya

Rest, 1997 dalam tulisan Yuniati Dina Astuti, menjelaskan tentang perbedaan yang mendasar antara konsep CBT dengan konsep wisata yang lain seperti ekowisata, short visit dan homestay. Rest mengidentifikasi beberapa perbedaan diantara mereka seperti yang disajikan pada tabel II.2 :

Tabel II.2

Perbedaan Konsep CBT Dengan Ekowisata, Short Visit dan Homestay

Ekowisata CBT

Tujuan

Bertanggung jawab kepada kekayaan alam (atraksi alam), kebudayaan lokal dan keunikan kualitas dari objek wisata

Bertanggung jawab pada lingkungan, sumber daya alam, sistem sosial dan kebutuhan komunitas.

Kepemilikan Unspecified Komunitas

Pengelola wisata Unspecified Komunitas

Keterkaitan wisata Menitikberatkan pada wisata dan lingkungan Menitik beratkan pada pembangunan menyeluruh

Short visits CBT

Waktu kunjungan

waktu yang cukup pendek untuk melakukan pengamatam, sedikit atau tidak ada cukup waktu untuk para pengunjung dapat berpartisipasi padaa kegiatan masyarakat setempat dan pertukaran budaya.

Waktu yang cukup untuk memahami lingkungan setempat melalui pengematan, aktifitas dan diskusi.

Partisipasi kegiatan

di masyarakat Rendah Tinggi

Pertukaran budaya

dan pembelajaran Rendah Tinggi

Harga dan pendapatan

komunitas memiliki kontrol yang terbatas. Ditetepkan oleh komunitas

Pemahaman wisatawan terhadap komunitas

Memerlukan bantuan dari orang luar yang memiliki pengetahuan tentang masyarakat lokal untuk menjelaskan pada wisatawan

Dapat mengoptimalkan pemahaman wisatawan melalui pengamatan mendalam, percakapan dan interaksi

langsung dengan anggota masyarakat sebagai hasil dari desain program yang ada.

Homestay CBT

Definisi Pembelajaran didapat melalui pendalaman

kepada tuan rumah yang ditempati

Pembelajaran didapat dari komunitas

Akomodasi Akomodasi ditempat tuan rumah

Memungkinkan dilakukan dengan berbagai konsep termasuk tenda, kabin, homestay atau

guesthouse

langsung dengan anggota masyarakat, tuan rumah, lokal

guide dan kelompok atau organisasi yang ada di komunitas tersebut.

Manfaat yang diperoleh masyarakat

Terkadang hanya rumah tangga yang cukup sejahtera yang mendapatkan kesempatan untuk menyediakan akomodasi dan akan mengumpulkan keuntungan untuk mereka sendiri.

Anggota komunitas dengan status kesejahteraan yang berbeda dapat memperoleh manfaat dengan mengikuti beberapa aturan main yang ditetapkan oleh pengelola seperti menjadi guide, tenaga pendamping, tuan rumah dan lain-lain. Bagian dari keuntungan dialokasikan untuk proyek komunitas.

(46)

commit to user

29 E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan olehYuniati Dina Astuti (2010) dengan judul ”Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul)” menunjukkan adanya manfaat berupa tambahan pendapatan dari kegiatan kepariwisataan kepada komunitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran yang terpakai adalah sebsar 95% dari total transaksi, dengan uang yang terdistribusikan kepada komunitas sebesar 71,28%, sedang kebocoran ekonomi (leakage) sebesar 28,72% . Yuniati juga menyimpulkan bahwa konsep pengembangan wisata berbasis masyarakat (CBT) secara umum memberikan manfaat ekonomi.

(47)

commit to user

30 Peneliti menyimpulkan bahwa komunitas menerima konsep ecotourism karena berdampak positif bagi keluarga dan komunitas masyarakat lokal.

Hasil serupa juga muncul dalam penelitian yang dilakukan oleh Athanasia Drakopoulou (2004) dengan tujuan penelitian yaitu untuk menginvestigasi konsep community-based ecotourism (CBET) dan potensinya untuk menopang sektor pariwisata di Yunani. Penelitian kualitatif studi kasus ini berjudul “Tourism Certification and Community-based Ecotourism as Tools for Promoting Sustainability in the Greek Tourism Sector - the example of Zagori” dalam kesimpulannya, penulis mengatakan bahwa konsep CBET berhasil menstimulasi pembangunan ekonomi termasuk melestarikan lingkungan alam dan kekayaan budaya di Zagori.

(48)

commit to user

(49)

commit to user

32 F. Kerangka Pemikiran

Penelitianini lebih memfokuskan pada penghitungan dampak ekonomi pariwisata yang terjadi dari penerapan konsep CBT tanpa melupakan sektor-sektor pendukung industri pariwisata. Kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan hasil analisa digunakan untuk membuat kesimpulan dan saran tentang penerapan konsep CBT di Desa Based Tourism di Desa

(50)

commit to user

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Riset

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti dengan judulPemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul)” ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Dikatakan deskriptif kuantitatif karena pada penelitian ini menggunakan lebih banyak data kuantitatif dan juga analisis statistika deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2001 dalam tulisan Yuniati Dina).

(51)

commit to user

34 B. Jenis Dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder baik untuk data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer didapatkan dengan mengadakan wawancara mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan hasil-hasil penelitian sebelumnya melalui studi dokumen. Hal ini dilakukan dengan menelusuri informasi dari berbagai sumber data yang terdiri atas informan, tempat dan peristiwa serta dokumentasi/arsip terkait yang ada. Subjek dalam penelitian ini adalah pengelola Desa Wisata Garongan, Dinas Pariwisata dan kantor pemerintahan wilayah setempat, serta masyarakat desa sebagai objek utama CBT.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Dokumen

(52)

commit to user

35 2. Wawancara

Wawancara semi terstruktur atau wawancara yang bersifat percakapan. Tidak menggunakan kuesioner melainkan panduan wawancara yang fleksibel untuk membantu pewawancara fokus pada topik yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan sejumlah informan yang dipilih secara purposif sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

Informan terutama adalah jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Camat, Lurah, dan pengelola wisata. Terkait dengan fokus kajian CBT, maka informasi langsung dari tokoh masyarakat dan warga masyarakat desa setempat menjadi unsur yang penting dalam objek wawancara. Pengumpulan data melalui wawancara akan di record dengan menggunakan video recorder utuk membantu peneliti mengurangi kesalahan dan merekam informasi secara utuh. Perekaman pada pengamatan lapangan akan menggunakan catatan lapangan peneliti (field note) dan kamera.

(53)

commit to user

36 kepedulian memprogram data, dan membuat penggunaan pertimbangan pakar. Selain itu dengan mengecek data dari beberapa sumber yang berbeda mengenai masalah yang sama. Untuk mendapatkan kebenaran informasi, setiap informan dilakukan recheck hingga data terakhir hasil wawancara mencerminkan reabilitas data.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Garongan yang terletak di Kelurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) . Lokasi Desa Wisata Garongan berada di kaki Gunung Merapi.

E. Teknik Analisis Data

1. Metode Deskriptif-Kuantitatif

(54)

commit to user

37 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah Desa Garongan

1. Aspek Geografis

Desa Wisata Garongan merupakan sebuah dusun yang terletak di Kelurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Desa Wisata Garongan sendiri terdiri dari dua pedukuhan yaitu Pedukuhan Pojok dan Pedukuhan Kembang, pusat kegiatan wisata berada di Pedukuhan Kembang, namun sekretariat Desa Wisata Garongan berada di Pedukuhan Pojok. Kelurahan Wonokerto sendiri terdiri dari 13 Pedukuhan, yaitu : Pedukuhan Pojok, Pedukuhan Kembang, Pedukuhan Tunggularum, Pedukuhan Gondoarum, Pedukuhan Sempu, Pedukuhan Manggungsari, Pedukuhan Imorejo, Pedukuhan Jambusari, Pedukuhan Banjarsari, Pedukuhan Dukuhsari, Pedukuhan Bejiji, Pedukuhan Dadapan, dan Pedukuhan Samorejo. Topografi yang berupa dataran tinggi 600 m/dpl dan terletak di kaki Gunung Merapi membuat kondisi tanah sangat subur dan dekat dengan sumber air yang melimpah.

(55)

commit to user

38 Dusun Turi, Dusun Girikerto, Dusun Nganggrung dan Dusun Sidosari. Berikut adalah batas-batas wilayah Desa Wisata Garongan :

Utara : Dusun Nganggrung dan Dusun Sidosari Timur : Dusun Girikerto

Selatan : Dusun Turi Barat : Dusun Dadapan

2. Aspek Sosial

Jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan menurut data terakhir Tahun 2011 total sebanyak 1.238 jiwa yang terdiri dari 342 KK dengan jumlah keluarga miskin sebanyak 63 KK atau sebesar 18,42% dari jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki sebanyak 627 jiwa atau sekitar 50,65% dari total penduduk, dan perempuan sebanyak 611 jiwa atau sekitar 49,35% dari total penduduk. Jumlah penduduk usia produktif atau yang berusia antara 15-60 tahun sebanyak 968 jiwa atau sekitar 78,19% dari total jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan.

(56)

commit to user

39 jiwa atau sebesar 5,24% dan sisanya bekerja di bidang industri rumah tangga dan lain-lain sebanyak 51 jiwa atau sebesar 7,22%.

Tabel IV.1

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase

1. Petani 413 58,50

Sumber : Monografi Desa Wisata Garongan

Berdasarkan latar belakang pendidikan, penduduk Desa Wisata Garongan mayoritas berijasah SMA sebanyak 396 jiwa atau sekitar 31,9% dari total penduduk, penduduk berijasah SD sebanyak 240 jiwa atau sekitar 19,39%. Kemudian SMP 207 jiwa (16,72%), akademi/Perguruan Tinggi 123jiwa (9,94%), tidak sekolah 98 jiwa (7,9%), TK 90 jiwa (7,27%), belum sekolah 66 jiwa (5,33%), dan terakhir PAUD 18 jiwa (1,45%).

Tabel IV.2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

1. SMA 396 31,90

(57)

commit to user

40 B. Perkembangan Pariwisata di Desa Garongan

1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Garongan

Awal mula tercetusnya Desa Wisata Garongan yaitu berasal dari sebuah kebiasaan pada saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik dari Gunung Merapi. Banyak orang dari dalam maupun luar Kota Yogyakarta yang datang ke Garongan untuk melihat Merapi karena “view-nya” bagus bisa terlihat mulai dari kaki sampai puncak gunung. Ditambah saat Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman melakukan Proyek Agropolitan pada awal tahun 1990-an dengan jalur mulai dari Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem, Kecamatan Turi, sampai Kecamatan Tempel, dan sebagai wakil dari Kecamatan Turi, Garongan mendapat bagian untuk tempat camping ground .

(58)

commit to user

41 Pada tahun 1995 meski belum ada kejelasan konsep apakah akan dijadikan desa wisata atau tidak, namum Desa Wisata Garongan sudah mulai aktif melayani kunjungan wisatawan dengan manajemen yang sudah seperti manajemen desa wisata. Sampai pada akhir tahun 1990-an sempat mati suri karena meskipun terdapat pengurus namun tidak ada laporan pendapatan dari penggunaan aset-aset desa. Kemudian pada tanggal 5 Agustus 2006, dengan mediasi dari mahasiswa KKN untuk berkomunikasi dengan Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat maka dicetuskan untuk membentuk sebuah desa wisata. Untuk menjadi sebuah desa wisata tidak mudah karena harus melalui proses panjang untuk mendapat pengakuan dari Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman, yaitu dengan mengirimkan laporan pendirian desa wisata, kemudian dilakukan verifikasi untuk kelayakan desa wisata, setelah dinilai bagus oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman maka resmi terbentuk Desa Wisata Garongan yang masuk pada kategori desa wisata tumbuh dengan tema wisata alam dan budaya, Desa Wisata Garongan menggunakan konsep pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT).

2. Daya Dukung Masyarakat

(59)

commit to user

42 warga Desa Wisata Garongan memegang teguh prinsip-prinsip yang tertuang dalam “Sapta Pesona”, yaitu :

·Aman

·Tertib

·Bersih

·Sejuk

·Indah

·Ramah

·Kenangan

Gambar IV.1 Sapta Pesona

(60)

commit to user

43 3. Komponen Penawaran Desa Wisata Garongan

a. Atraksi

Desa Wisata Garongan dikenal sebagai desa wisata alam dan budaya, dengan ciri khas perikanan. Desa Wisata Garongan memiliki beberapa atraksi yang menarik, antara lain :

1) Atraksi Alam a) Alam Pertanian

Desa Wisata Garongan memiliki lahan pertanian yang luas, terdiri dari sawah & ladang seluas 15,7 Ha, dan kebun 59,57 Ha yang dimanfaatkan untuk kebun salak atau sekitar 57,13 % dari total luas wilayah yang sebesar 104,273 Ha sehingga menjadikan salak menjadi produk unggulan di Desa Wisata Garongan dan Kecamatan Turi pada umumnya. Dari sumber daya pertanian tersebut, Desa Wisata Garongan menawarkan atraksi, seperti :

· Bajak (membajak sawah dengan sapi/kerbau),

· Angkler (meratakan sawah dengan sapi/kerbau dan menyiapkan lahan untuk ditanami) ,

· Tandur (menanam bibit padi),

· Petik salak (memetik salak dan boleh dimakan sepuasnya), dan

(61)

commit to user

44 b) Alam Perairan

Desa Wisata Garongan mempunyai wisata air berupa perikanan yang menjadi ciri khas Desa Wisata Garongan dan sungai dengan air yang bening dari mata air di kaki Gunung Merapi. Dari sumber daya perairan tersebut, Desa Wisata Garongan menawarkan atraksi :

· Tracking sungai,

· Memancing& menangkap ikan, dan

· Disediakanjuga pelatihan budidaya ikan.

2) Potensi Flora dan Fauna a) Potensi Flora

(62)

commit to user

45 b) Potensi Fauna

Masyarakat Desa Wisata Garongan tetap mengembangkan berbagai jenis satwa “rajakaya” yang bisa dimanfaatkan untuk produksi maupun konsumsi, seperti: sapi, kerbau, kambing, itik, ayam dan sebagainya. Dengan paket membajak sawah maka hewan seperti sapi dan kerbau dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menambah penghasilan petani atau pemilik sapi/kerbau.

3) Potensi Industri Rumah Tangga

Sebagai daerah penghasil salak, penduduk Desa Wisata Garongan ada yang berinisiatif mengolah buah salak menjadi produk dengan nilai tambah. Di sini wisatawan bisa mencoba meembuat makanan khas, mulai dari proses persiapan, pembuatan, pemasakan dan sampai siap dihidangkan, seperti :

· Industrikripik salak,

· Dodolsalak,

· Wajiksalak, dan

· Sirupsalak

4) Potensi Budaya dan Seni Tradisi

(63)

commit to user

46

· Gejog Lesung,

· Tari Kubro Siswa,

· Tari Jathilan,

· Kenduri Budaya,

5) Potensi kuliner

Desa Wisata Garongan yang terletek di pedesaan masih memiliki makanan adat yang cukup unik, di sini pengunjung bisa belajar memasak makanan khas adat , seperti :

· Jadah

· Wajik,

· Apem,

· Gethuk, dan

· Makanandari ubi-ubian lainnya.

(64)

commit to user

47 b. Aksesibilitas

Infrastruktur jalan yang terdapat di Desa Wisata Garongan cukup baik dengan jalan aspal sekitar 90 %, dan sisanya jalan tanah yang cukup nyaman untuk dilalui. Akses dari rumah yang digunakan untuk home stay ke menuju ke setiap tempat atraksi wisata cukup baik dan mudah.

Untuk menuju ke Desa Wisata Garongan cukup mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dari Kota Yogyakarta bisa ditempuh menggunakan angkutan umum dan turun di Terminal Pakem kemudian dilanjutkan naik bis jurusan Turi dan Tempel, pintu masuk Desa Wisata Garongan terdapat di pinggir jalan besar yang dilalui kendaraan umum. Bagi pengguna kendaraan pribadi, untuk menuju Desa Wisata Garongan juga cukup mudah karena terdapat petunjuk jalan (sign road) yang cukup jelas di setiap persimpangan menuju Desa Wisata Garongan.

(65)

commit to user

48 Apabila pengunjung berasal dari Kota Yogyakarta, maka dapat menuju ke Desa Wisata Garongan dengan melalui baik Jalan Kaliurang yang nanti melewati Kecamatan Pakem maupun melalui Jalan Tentara Pelajar yang langsung menuju Kecamatan Turi, keduanya adalah jalan kabupaten. Namun disarankan agar wisatawan melalui Jalan Tentara Pelajar karena pada jam berangkat maupun pulang kerja dan sekolah Jalan Kaliurang rawan macet, sedang Jalan Tentara Pelajar relatif sepi. Kondisi jalan baik Jalan Kaliurang maupun Jalan Tentara Pelajar beraspal dan cukup lebar + 8 meter, terdapat banyak warung makan, toko oleh-oleh, pasar dan pom bensin yang di Jalan Kaliurang terdapat pada KM 10 dan KM 13, sedang di Jalan Tentara Pelajar, pom bensin terdapat di KM 8.

Jalan terakhir adalah Jalan Tempel-Turi yang bisa dilewati oleh wisatawan yang berasal dari arah Magelang, Semarang dan sekitarnya. Jalan ini merupakan terusan dari Jalan Pakem-Turi dan merupakan jalan kabupaten yang sering dijadikan jalur alternatif Solo-Magelang. Kondisi di jalan ini beraspal dengan lebar + 6 meter dan cukup sepi karena masih jarang terdapat bangunan di pinggir jalan. Namun cukup banyak terdapat warung makan, toko oleh-oleh, Pasar Tempel, Pasar Turi dan sebuah pom bensin yang terdapat di dekat Kantor Kecamatan Turi.

(66)

commit to user

49 Desa Wisata Garongan. Begitu memasuki jalan kecil menuju Desa Wisata Garongan dengan kondisi beraspal dan lebar jalan + 3 meter, mengunjung langsung disuguhi oleh pemandangan baik kebun salak, sawah maupun ladang dan rumah dengan suasana kental pedesaan.

Untuk mengetahui rincian kondisi akses jalan menuju Desa Wisata Garongan, dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut ini.

Tabel IV.3

Aksebilitas Menuju Desa Wisata Garongan

No Jalan

Kondisi Fasilitas

Aspal Lebar Pom Bensin

Warung

Makan Toko Pasar

1. Jl. Pakem-Turi Ya + 6 M 1 Ya Ya Ya

2. Jl. Kaliurang Ya + 8 M 2 Ya Ya Ya

3. Jl. Tentara Pelajar Ya + 8 M 1 Ya Ya Ya

4. Jl. Tempel-Turi Ya + 6 M 1 Ya Ya Ya

5. Jl. Desa Garongan Ya + 3 M Tidak Ya Ya Tidak

Gambar IV.3

(67)

commit to user

50 c. Amenitas

Dari data yang berhasil dikumpulkan, Desa Wisata Garongan memiliki sarana penunjang pariwisata yang cukup baik, antara lain : 1) Sekretariat

Sebagai sebuah desa wisata dengan manajemen yang terus berkembang baik, Desa Wisata Garongan memiliki kantor sekretariat yang terletak di Pedukuhan Kembang meskipun penggunaannya masih kurang maksimal, karena hanya digunakan saat ada pengunjung.

2) Akomodasi

Terdapat + 134 rumah yang siap digunakan untuk home stay yang tersebar di Desa Wisata Garongan, dengan jumlah kamar rata-rata 2 kamar/ rumah untuk 2 orang/kamar, sehingga sanggup melayani pengunjung dalam sekali kunjungan sampai +300 pengunjung.Letak rumah tersebar ke kedua pedukuhan. Di Pedukuhan Pojok terdapat + 80 rumah dan Pedukuhan Kembang + 54 rumah.

(68)

commit to user

51 3) Pramuwisata

Untuk melayani pengunjung, Desa Wisata Garongan juga memiliki pramuwisata atau guide yang berasal dari warga setempat. Meski jabatannya tidak tetap tergantung dari keadaan dan kebutuhan.

4) Puskesmas

Desa Wisata Garongan tidak memiliki puskesmas sendiri, namun menjadi satu dengan puskesmas Kelurahan Wonokerto. Namun bagi pengunjung yang memiliki penyakit bawaan, pengelola akan menyiapkan obat-obatan atau perlengkapan P3K sebagai bagian dari pelayanan terhadap wisatawan.

5) Toko Kelontong, Warung Makan

Sebagai tempat wisata yang mempunyai paket home stay, maka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pengunjung, Desa Wisata Garongan memiliki beberapa toko kelontong dan warung makan yang merupakan usaha milik warga setempat.

6) Komunikasi

(69)

commit to user

52 7) Lain-lain

Fasilitas-fasilitas lain yang terdapat di Desa Wisata Garongan seperti akses jalan, penerangan, alat-alat kesenian, tempat pementasan dan sarana penunjang lain. Semua dalam kondisi baik dan siap digunakan.

d. Aktifitas

Wisatawan yang datang keDesa Wisata Garongan tentu memiliki tujuan khusus dan memiliki kebutuhan yang dapat terpenuhi di Desa Wisata Garongan. Sehingga atraksi-atraksi yang ditawarkan oleh Desa Wisata Garongan harus memiliki nilai jual dan ciri khas yang tidak bisa ditemukan di desa wisata maupun tempat lain. Dalam tabel IV.4 berikut akan dipaparkan paket-paket atraksi beserta tarif yang ditawarkan oleh Desa Wisata Garongan.

Gambar

Gambar II.1
Gambar II.1 menunjukkan komponen-komponen wisata tersebut
Tabel II.1
Tabel II.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan pada perusahaan lain dapat juga dilakukan dengan sistem penyediaan jasa pekerja/ buruh. Perusahaan penyedia jasa pekerja wajib

Berdasarkan hasil analisis bivariat (uji Chi-Square Test) diperoleh hasil yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga

Dengan demikian pembangunan perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Bengkulu dengan model arsitektur three tier sangat aman diterapkan pada jaringan

Dari nilai tersebut dapat disimpulkan pada pengujian delay , bahwa untuk keadaan yang tidak padat lebih optimal koneksi internetnya dibandingkan dengan keadaan

Hasil dari penelitian ini akan didapat solusi stratejik Sistem / Teknologi Informasi yang disertai dengan dukungan teknis atas infrastruktur TI yang sesuai untuk

Tuhan menyertai Yusuf telah mengubah Yusuf yang lama (seorang anak kesayangan dengan perlakuan istimewa dari keluarga dan hidup dalam zona kenyamanan) menjadi Yusuf yang

Dengan AoA, maka mastermind (pola pikir) pertanian adalah dengan memberlakukannya sebagai produk industri atau manufaktur yang di- perdagangkan secara bebas. Intinya tidak

Menurut Hamka orang bahagia adalah apabila tekun menempuh laju spiritual tertentu, menyiksa badan hingga hancur lebur, dikiranya dengan itu dapat mencapai