• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Penerapan Metode Kepelatihan Pada Sekolah Sepakbola Surakarta Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Tentang Penerapan Metode Kepelatihan Pada Sekolah Sepakbola Surakarta Tahun 2009"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STUDI TENTANG PENERAPAN METODE KEPELATIHAN PADA

SEKOLAH SEPAKBOLA SURAKARTA TAHUN 2009

Studi Kasus pada Pelatih-Pelatih Sekolah Sepakbola

di Surakarta Tahun 2009

SKRIPSI

Oleh:

M. FIKRI NUR HAKIM K.5603063

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

STUDI TENTANG PENERAPAN METODE KEPELATIHAN PADA

SEKOLAH SEPAKBOLA SURAKARTA TAHUN 2009

Studi Kasus pada Pelatih-Pelatih Sekolah Sepakbola

di Surakarta Tahun 2009

Oleh:

M. FIKRI NUR HAKIM K.5603063

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Jum’at

Tanggal : 21 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes.

Sekretaris : Fadillah Umar, S. Pd, M. Or

Anggota I : Drs. Sapta Kunta Purnama, M. Pd

Anggota II : Drs. Waluyo, M. Or

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

M. Fikri Nur Hakim. STUDI TENTANG PENERAPAN METODE

KEPELATIHAN PADA SEKOLAH SEPAKBOLA di SURAKARTA TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 21 Januari 2011.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Keadaan pelatih pada SSB di

Surakarta tahun 2009. (2) Pelaksanaan latihan yang dilaksanakan pada SSB di

Surakarta tahun 2009. (3) Program latihan yang disusun pelatih pada SSB di

Surakarta tahun 2009. (4) Keadaan pemain pada SSB di Surakarta tahun 2009. (5)

Sarana dan prasarana yang ada pada SSB di Surakarta tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber data

diperoleh dari pelatih-pelatih Sekolah sepakbola di Surakarta tahun 2009. Sumber

data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: pelatih, latihan, program

latihan, pemain dan sarana prasarana. Teknik pengumpulan data dengan angket

tertutup (quisioner). Teknik analisis data dengan deskriptif yang didasarkan pada

analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: Keadaan

pelatih SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik sekali dengan jumlah total nilai

rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 90.08%. (2) Keadaan latihan SSB Surakarta tahun

2009 adalah baik dengan jumlah total nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 65%.

(3) Program latihan SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik dengan jumlah total

nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar 82.97%. (4) Keadaan pemain SSB Surakarta

tahun 2009 adalah baik dengan jumlah total nilai rata-rata 4 (jawaban a) sebesar

69.64%. (5) Keadaan sarana prasarana SSB Surakarta tahun 2009 adalah baik

(6)

commit to user

vi

MOTTO

Apapun masa lalu kita, mari terus tatap masa depan.

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kusunting skripsi ini untuk:

 Buat simbok yang dengan sangat, sangat ,sangat sabar terus, terus, terus

mendorong untuk tetap semangat menyelesaikan kuliah. Semoga doa dan

kesabaran simbok bisa mengantarkan saya menjadi pribadi yang lebih baik

yang selanjutnya menghadirkan keberkahan dalam hidup saya.aminnn…

 Teman-teman ku Angkatan ’03 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu

memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi

 Almamater

(8)
(9)
(10)

commit to user

x

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………

A. Simpulan……….

B. Implikasi……….

C. Saran……….

DAFTAR PUSTAKA...………..

LAMPIRAN………..

78

78

78

79

80

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan

penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Drs.Bambang Wijanarko, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Drs. Sapta Kunta Purnama, M. Pd., sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs.Waluyo, M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan motivasi

dan arahan dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK Surakarta yang secara tulus memberikan

ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

7. Para Pelatih SSB Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan

penelitian di sekolah yang dipimpin.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap

semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan

bagi para pembaca.

Surakarta, Agustus 2010

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Sepakbola Mantan Pemain

Sepakbola………..

Tabel 2. Frekuensi dan Prosentase Prestasi yang Dicapai Pelatih SSB

di Surakarta saat Menjadi Pemain Sepakbola………..

Tabel 3. Frekuensi dan Prosentase Pendidikan Kepalatihan atau

Kursus Pelatih Sepakbola……….

Tabel 4. Frekuensi dan Prosentase Lamanya Menjadi Pelatih SSB……

Tabel 5. Frekuensi dan Prosentase Pemanduan Bakat untuk Atllet

Sepakbola………..

Tabel 6. Frekuensi dan Prosentase Tanggapan Pelatih terhadap

Pendapat pemain………

Tabel 7. Frekuensi dan Prosentase Jalinan Komunikasi Pelatih dengan

Pemain………

Tabel 8. Frekuensi dan Prosentase Kerjasama Pelatih dengan Pemain

Saat Latihan………..

Tabel 9. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Memberikan Masukan dan

Motivasi Kepada Pemain Sebelum dan Sesudah

Pertandingan……….

Tabel 10. Frekuensi dan Prosentase Pelaksanaan Latihan Disesuaikan

dengan Kelompok Umur………

Tabel 11. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan Pelatih

Selalu Terprogram………

Tabel 12. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Mempunyai

Sasaran………..

Tabel 13. Frekuensi dan Prosentase Kehadiran Siswa dalam Latihan….

Tabel 14. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan Sesuai

(13)

commit to user

xiii

Tabel 15. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan dengan

Metode Sirkuit………..

Tabel 16. Frekuensi dan Prosentase Penerapan Prinsip Overload………

Tabel 17. Frekuensi dan Prosentase Periodesasi Latihan……….

Tabel 18. Frekuensi dan Prosentase Evaluasi pada Saat dan Setelah

Latihan………

Tabel 19. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Membuat Suasana Senang

Pada Saat Latihan……….

Tabel 20. Frekuensi dan Prosentase Latihan yang Diberikan Pelatih

Sesuai dengan Prosedur………

Tabel 21. Frekuensi dan Prosentase Pelaksanaan Latihan Sudah Sesuai

dengan Program Latihan………

Tabel 26. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Menganalisis Kekurangan

Kondisi Fisik Pemain………

Tabel 27. Frekuensi dan Prosentase Latihan Taktik Dibuat dalam

Program Latihan………

Tabel 28. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Memuat Latihan

Mental………

Tabel 29. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Mengadakan Latihan Uji

Coba………..

Tabel 30. Frekuensi dan Prosentase Kedisiplinan Pemain Mengikuti

(14)

commit to user

xiv

Tabel 31. Frekuensi dan Prosentase Tingkah Laku Pemain terhadap

Pelatih………

Tabel 32. Frekuensi dan Prosentase Keaktifan Pemain dalam

Mengikuti Tes Keterampilan……….

Tabel 33. Frekuensi dan Prosentase Perkembangan Pemain dalam

Penguasaan Teknik Dasar Bermain Sepakbola………..

Tabel 34. Frekuensi dan Prosentase Upaya Pelatih dalam Pengadaan

Perlengkapan untuk Latihan……….

Tabel 35. Frekuensi dan Prosentase Kondisi Perlengkapan SSB

Surakarta………

Tabel 36. Frekuensi dan Prosentase Kondisi Lapangan yang

Digunakan Latihan SSB Surakarta………

Tabel 37. Frekuensi dan Prosentase Jumlah Bola yang Dimiliki SSB

Surakarta………

Tabel 38. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen

Pelatih SSB Surakarta Tahun 2009………

Tabel 39. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen

Latihan SSB Surakarta Tahun 2009……….

Tabel 40. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen

Program Latihan SSB Surakarta Tahun 2009………

Tabel 41. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen

Pemain SSB Surakarta Tahun 2009……….

Tabel 42. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skematis Disiplin Ilmu yang Mendukung Metodologi

Pelatihan………..

9

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Penelitian Metode Kepelatihan pada

Sekolah Sepakbola di Surakarta Tahun 2009……….

Lampiran 2. Angket Try Out Studi Metode Kepelatihan pada

Sekolah Sepakbola Salatiga Tahun 2009……….

Lampiran 4. Hasil Uji Validasitas Hasil Try Out Angket Penelitian

pada Sekolah Sepakbola Salatiga Tahun 2009…………

Lampiran 3. Angket Penelitian Studi Metode Kepelatihan pada

Sekolah Sepakbola Surakarta Tahun 2009………

Lampiran 5. Data Hasil dari Angket Penelitian pada Sekolah

Sepakbola Surakarta Tahun 2009………..

Lampiran 6. Dokumentasi Pelaksanan Penelitian pada SSB Surakarta

(17)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepakbola merupakan olahraga permainan yang populer di dunia. Hampir

seluruh masyarakat di dunia menggemari permainan sepakbola. Banyak sudah

kejuaraan-kejuaraan sepakbola seperti Liga Indonesia, Piala Champion, Piala

Eropa, Piala Dunia dan lain sebagainya menjadi tontonan yang menarik bagi

semua orang. Di negara-negara Eropa permainan sepakbola telah dijadikan

olahraga Nasional. Seperti diungkapkan Beltasar Tarigan (2001: 1) bahwa,

“Sepakbola merupakan permainan beregu yang paling populer di dunia dan bahkan telah menjadi permainan Nasional bagi setiap negara di Eropa, Amerika

Selatan, Asia, Afrika dan bahkan pada saat ini permainan itu digemari di Amerika

Serikat”.

Di Indonesia, permainan sepakbola sebenarnya sudah lama dikenal dan

dimainkan oleh masyarakat Indonesia. Soekatamsi (1995: 7) menyatakan,

“Permainan sepakbola dikenal di Indonesia sejak tahun 1600. Permainan

sepakbola pertama kali dikenal oleh masyarakat Sulawesi dan Maluku dengan

nama sepak raga”. Sampai saat ini permainan sepakbola di Indonesia berkembang pesat hingga ke pelosok-pelosok desa. Munculnya klub-klub sepakbola, sekolah

sepakbola atau lembaga pendidikan sepakbola merupakan wujud perkembangan

dan kemajuan permainan sepakbola di Indonesia. Berkembangnya permainan

sepakbola di Indonesia ternyata belum menunjukkan prestasi yang

membanggakan bagi Bangsa Indonesia. Sampai saat ini permasalahan prestasi

sepakbola Indonesia menjadi masalah yang belum terpecahkan.

Munculnya klub-klub sepakbola atau sekolah sepakbola/lembaga

pendidikan sepakbola merupakan salah satu sarana untuk mencetak

pemain-pemain sepakbola sejak usia muda. Melalui pembinaan dan pelatihan yang

dilakukan sejak dini diharapkan nantinya menjadi pemain sepakbola yang

terampil dan mampu berprestasi yang tinggi. M. Furqon H. (2003: 3) menyatakan,

(18)

commit to user

Sedangkan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 37) berpendapat,

“Pelaksanaan dalam pemassalan olahraga yang ditujukan kepada para pelajar merupakan langkah awal dalam usaha untuk menemukan bibit-bibit atlit atau

olahragawan yang berbakat sehat fisik dan mental, bentuk tubuh yang predominan

terhadap cabang olahraga dan intelegensi”.

Di Surakarta banyak sekali klub-klub sepak bola dan Lembaga Pendidikan

sepakbola (LPSB) atau Sekolah Sepakbola (SSB) yang cukup eksis dan

berkembang pesat. Lembaga Pendidikan Sepakbola atau Sekolah Sepakbola yang

ada di Surakarta di antaranya KSATRIA, BONANSA, NEW PELITA, TUNAS

TIRTA, ADIDAS, PELITA dan MTA. Melalui pembinaan yang dilaksanakan

sekolah sepakbola tersebut diharapkan dapat memunculkan generasi sepakbola

baru dengan harapkan ke depannya menjadi pemain sepakbola yang profesional.

Upaya mencetak pemain-pemain sepakbola yang terampil dibutuhkan

atlet-atlet yang potensial, selain itu perlu didukung seorang pelatih yang

profesional. Frank S. Pyke yang dikutip Remmy Muchtar (1992: 2)

menyatakan”…the coach is an educated director of people who are striving for a goal”. He must quide them intelligently towards this goal”. Pelatih adalah seorang

pemimpin yang berpendidikan dari sekelompok orang yang berusaha untuk

mencapai tujuan tujuan.

Sebagai seorang pelatih yang berpendidikan harus memahami cara yang

tepat dalam membimbing anak asuhnya dalam usaha untuk mencapai tujuan

dalam pembinaan dan pelatihan olahraga prestasi. Pelatih yang berpendidikan

maksudnya bahwa, pelatih harus mempunyai pengetahuan tentang pelatihan

dengan segala masalahnya. Tidak saja pengetahuan tentang teori dan praktek

cabang olahraga yang dibinanya, tetapi juga ilmu-ilmu pendukung lainnya seperti

ilmu jiwa olahraga, ilmu faal olahraga, ilmu gerak dan lain sebagainya.

Seorang pelatih dalam tugasnya berhadapan dengan berbagai ragam sikap

para atletnya. Karena keberhasilannya seorang pelatih banyak ditentukan oleh

kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan harapan yang kompleks dari

anak didiknya. Seorang pelatih memegang peran penting untuk membina dan

(19)

commit to user

prestasi yang tinggi. Dari pelatihan yang dilaksanakan terkadang hasilnya tidak

sesuai yang diharapkan. Seringkali timnya gagal meraih prestasi, bahkan

mengalami kekalahan yang telak. Kondisi semacam ini hendaknya ditelusuri

faktor penyebabnya baik dari pelatih, program latihan, atlet dan lain sebagainya.

Program latihan merupakan bagian yang penting dalam pelatihan olahraga.

Seorang pelatih mempunyai tugas menyusun program latihan secara sistematis

sesuai dengan kebutuhan atletnya. Berhasil tidaknya tujuan dari latihan yang

dilaksanakan tergantung dari program latihan yang disusun oleh pelatih. Untuk

menyusun program latihan yang baik hendaknya diperhatikan efektifitas dari

program latihan, kondisi individual, kondisi puncak dan evaluasi program latihan.

Banyak kasus yang dijumpai di lapangan, banyak pelatih sepakbola tanpa

dibekali dengan ilmu kepelatihan yang memadai. Terkadang ada seorang pelatih

dari sebuah klub sepakbola dari mantan atlet atau pemain. Ada juga seorang

pelatih yang baru saja lulus dari sebuah lembaga pendidikan olahraga atau

pendidikan kepelatihan, kemudian mereka berusaha menerapkan ilmu kepelatihan

yang didapatkannya. Seorang mantan atlet kemudian menjadi seorang pelatih

unggul dibidang pengalaman, namun dari segi teori penyusunan dan pelaksanaan

latihan masih belum menguasainya. Program latihan dan pelaksanaan latihan yang

diberikan berdasarkan pengalaman semasa menjadi atlet. Hal ini tentu kurang

tepat, karena kondisi atletnya sekarang tentu berbeda dengan kondisi semasa

menjadi atlet. Demikian halnya seorang pelatih yang baru saja lulus dari sebuah

lembaga pendidikan keolahragaan juga belum bisa menjadi seorang pelatih yang

baik. Dari segi teori sangat menguasai, sebagai contoh mudah membuat suatu

program latihan yang disesuaikan dengan kondisi individual dari atletnya. Namun

dari segi pendekatan terhadap atlet dan pembentukan mental juara masih kurang

mampu, dan kurang handal dalam hal memberikan motivasi kepada atlet baik saat

pertandingan atau setelah pertandingan.

Menjadi seorang pelatih yang baik dibutuhkan suatu pengalaman dan

kemampuan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis ilmu

kepelatihan didapatkan melalui jalur pendidikan formal dan informal seperti

(20)

commit to user

pendidikan kepelatihan olahraga. Secara praktis melatih merupakan skill yang

telah dimiliki dan bisa dikembangkan melalui kematangan. Pelatih yang mantan

atlet dapat menambah ilmu kepelatihannya dengan mengikuti pendidikan atau

kursus-kursus kepelatihan, sehingga mendapatkan sertifikat kepelatihan serta

keberadaannya dikepelatihan akan semakin diakui. Untuk pelatih-pelatih muda

yang baru lulus dari lembaga pendidikan kepelatihan olahraga, sebaiknya

berusaha magang di sebuah klub sepakbola atau menjadi asisten pelatih untuk

menambah pengalaman berinteraksi dengan atlet.

Menerapkan metode kepelatihan yang baik dan tepat merupakan

langkah-langkah yang harus dilakukan seorang pelatih dalam proses latihan.

Langkah-langkah dalam penerapan metode kepelatihan tersebut berkaitan dengan

prinsip-prinsip latihan yang meliputi: prinsip-prinsip individu, penambahan beban latihan, prinsip-prinsip

interval, prinsip penekanan beban, variasi dalam latihan, prinsip penetapan

sasaran dan prinsip eveluasi. Selain hal ini, memperhatikan komponen-komponen

latihan juga sangat penting. Komponen-komponen latihan mencakup: volume

latihan, intensitas latihan, dan kompleksitas latihan harus diperhatikan dan

diterapkan dalam pelaksanaan latihan.

Prinsip-prinsip latihan dan komponen-komponen latihan merupakan

bagian penting dalam penyusunan program latihan. Namun hal-hal tersebut

seringkali tidak diperhatikan para pelatih. Bagaimanakah dengan para pelatih

cabang olahraga permainan sepakbola di SSB yang berada di Surakarta. Apakah

latihan yang telah dilaksanakan disusun program latihan yang tepat dan

didasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar ataukah sebaliknya. Banyak

dijumpai di lapangan sepertinya latihan yang dilaksanakan pada SSB di Surakarta

berjalan baik, namun belum diketahui bagaimana program latihan yang diberikan.

Terjadinya kasus tim SSB mengalami kekalahan yang telak dapat dijadikan

cerminan apakah program latihan yang diberikan kurang tepat ataukah disebabkan

faktor lain. Demikian juga sebaliknya, apakah tim SSB menuai kemenangan

karena program latihannya sudah tepat, ataukah hanya karena keberuntungan.

(21)

commit to user

tim yang solid tidaklah mudah, banyak faktor yang harus dikembangkan, salah

satunya menyusun program latihan yang tepat.

Penyusunan program latihan permainan sepakbola pada umumnya hanya

bertumpu pada latihan teknik dan latihan game saja. Hal ini tentunya kurang tepat

untuk mencapai prestasi maksimal, karena masih dibutuhkan berbagai jenis

latihan termasuk latihan fisik, teknik, taktik dan pembentukan mental juara.

Pelatih-pelatih kebanyakan belum membuat program latihan dengan terperinci,

sehingga hal ini menyebabkan atlet tidak dapat berlatih secara maksimal yang

menyebabkan atlet tidak bisa mendapatkan kondisi puncak dan prestasi maksimal.

Keberadaan seorang pelatih perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan

kualitas dan mutu seorang atlet. Seorang pelatih sangat diharapkan menguasai

metode kepelatihan yang tepat dan dapat menyusun program latihan yang baik.

Ilmu kepelatihan termasuk ilmu terapan, oleh karena itu pelatih perlu

mengerti, menghayati teori dan metodologi melatih yang benar. Salah satu ciri

pelatih yang baik adalah pandai memilih atau menciptakan metode latihan yang

efektif dan efisien untuk mencapai sasaran latihan. Metode melatih menuntut

seorang pelatih untuk memahami dan menguasai prinsip-prinsip latihan yang

benar. Seorang pelatih akan mudah menentukan metode latihan yang tepat bagi

atletnya, sehingga tujuan utama mencapai prestasi maksimal bisa dicapai.

Mencapai prestasi yang tinggi banyak faktor yang mempengaruhinya di

antaranya kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Semua faktor tersebut menjadi

tugas seorang pelatih untuk membina dan meningkatkan kualitasnya. Untuk hal

tersebut maka dibutuhkan penyusunan program latihan yang tepat. Program

latihan harus direncanakan dan diperhitungkan dengan matang, sehingga pada

waktu yang telah ditentukan atau ditetapkan prestasi yang tinggi dapat dicapai.

Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya penerapan metode kepelatihan cabang

olahraga permainan sepakbola di SSB Surakarta, maka dilakukan suatu kajian

atau penelitian. Permasalahan inilah yang melatar belakangi judul penelitian,

“Studi tentang Penerapan Metode Kepelatihan Pada SSB di Surakarta. (Studi

(22)

commit to user B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat

diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Perlunya pembinaan secara sistematis dan kontinyu untuk mencapai prestasi

yang tinggi.

2. Masih banyak pelatih yang tidak dibekali dengan ilmu kepelatihan dan ilmu

pengetahuan yang mendukung kepelatihan olahraga prestasi.

3. Perlunya pelatih yang profesional dalam menangani kepelatihan olahraga

prestasi.

4. Para pelatih SSB pada umumnya kurang memperhatikan penerapan metode

kepelatihan yang tepat.

5. Perlunya pemain yang berpotensi agar mencapai prestasi yang tinggi

6. Perlunya sarana dan prasarana latihan yang baik agar latihan berjalan dengan

lancar

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang dapat diidentifikasi, maka perlu dibatasi agar

tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Keadaan pelatih SSB di Surakarta tahun 2009.

2. Pelaksanaan latihan pada SSB di Surakarta tahun 2009.

3. Program latihan pada SSB di Surakarta tahun 2009.

4. Pemain pada SSB di Surakarta tahun 2009.

5. Sarana dan prasarana pada SSB di Surakarta tahun 2009.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

(23)

commit to user

2. Bagaimana pelaksanaan latihan yang dilaksanakan pada SSB di Surakarta

tahun 2009?

3. Bagaimana program latihan yang disusun pelatih pada SSB di Surakarta tahun

2009?

4. Bagaimana keadaan pemain pada SSB di Surakarta tahun 2009?

5. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada pada SSB di Surakarta tahun 2009?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permnasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Keadaan pelatih pada SSB di Surakarta tahun 2009.

2. Pelaksanaan latihan yang dilaksanakan pada SSB di Surakarta tahun 2009.

3. Program latihan yang disusun pelatih pada SSB di Surakarta tahun 2009.

4. Keadaan pemain pada SSB di Surakarta tahun 2009.

5. Sarana dan prasarana yang ada pada SSB di Surakarta tahun 2009.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Sebagai rangsangan yang positif pengurus SSB Surakarta dalam usaha

meningkatkan latihan dan pencapaian prestasi yang lebih maksimal.

2. Dapat dijadikan bahan evaluasi dan motivasi untuk meningkatkan latihan yang

lebih maksimal pada pengurus SSB Surakarta.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kemajuan SSB

(24)

commit to user

Dalam kegiatan olahraga prestasi dibutuhkan seorang pelatih yang

profesional agar mampu mencapai prestasi. Berkaitan dengan pelatih Heru

Suranto (1992: 51) bahwa, “Pelatih adalah seseorang yang mengelola atau

menangani sekelompok atau seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan

tertentu”. Hal ini artinya, pelatih olahraga sudah barang tentu mengelola atau

menangani sekelompok atau seseorang untuk mencapai olahraga prestasi olahraga

tertentu setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan itu seorang pelatih yang baik

harus memenuhi beberapa persyaratan. Russel R. Pate Bruce Mc. Clenaghan &

Robert Rotella (1993: 1) menyatakan:

Sebagaimana profesi yang lainnya, kepelatihan membutuhkan pelatih yang berhasrat:

1) Memiliki kesenangan dasar dan sifat-sifat yang dibutuhkan oleh

profesi.

2) Memiliki keterampilan dan pengetahuan yang meningkatkan

kemungkinannya dapat berhasil.

Sedangkan Heru Suranto (1992: 51) menyatakan agar menjadi pelatih yang baik

diperlukan beberapa syarat tertentu di antaranya:

1) Kemampuan fisik.:

Seorang pelatih harus memiliki kemampuan secara fisik. Kemampuan fisik yang dimaksud mencakup tiga hal yaitu:

(1) Kesegaran jasmani

(2) Physical atau skill performance

(3) Proporsi fisik

2) Kemampuan psikologis:

(1) Memiliki pengetahuan yang luas dalam bidangnya

(2) Memiliki intelegensi yang tinggi, memiliki daya imajinasi dan

kreasi yang tinggi

(3) Memiliki keberanian bertindak

(25)

commit to user

(a) Memiliki kesehatan mental yang baik

(b) Memiliki sense of humor

3) Memiliki social approach yang baik

(1) Mudah bergaul sesuai dengan situasinya

(2) Memiliki tingkah laku dan tutur bahasa yang baik

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, syarat yang harus

dipenuhi untuk menjadi pelatih yang baik dan profesional meliputi syarat fisik,

psikologis dan memiliki hubungan sosial yang baik. Selain syarat tersebut perlu

didukung ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kepelatihan olahraga. Yusuf

Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 24) menggambarkan skema disiplin ilmu

yang mendukung dalam kepelatihan olahraga sebagai berikut:

Gambar 1.

Gambar 1. Skema Disiplin Ilmu yang Mendukung Metodologi Pelatihan (Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin, 1996: 24)

Kemajuan ilmu dan teknologi merupakan faktor penting dalam pembinaan

olahraga agar mencapai prestasi yang tinggi. Keberhasilan seorang pelatih dalam

melakukan pembinaan olahraga prestasi harus ditunjang pengetahuan tentang

prinsip-prinsip ilmiah terkait yang dimiliki oleh pelatih itu sendiri. Melalui

penerapan ilmu yang relevan dan penggunaan teknologi sesuai kebutuhan, maka

akan diperoleh hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan

pelatihan olahraga prestasi perlu ditangani secara komperhensif dan terpadu.

PHISIOLOGI BIOMEKANIKA PEDAGOGI SPORT MEDECINE

METODOLOGI PELATIHAN

(26)

commit to user b. Gaya-Gaya Kepemimpinan Pelatih

Kepemimpinan dalam olahraga sering pula diistilahkan atau diartikan

dengan cara atau gaya melatih, yang dalam istilah asingnya disebut ”Coaching Style”. Menurut Tutko dan Ricard yang dikutip Remmy Muchtar (1992: 3)

membagi tipe kepemimpinan menjadi lima yaitu, “(1) gaya otorier, (2) gaya

pelatih yang baik hati (nice guy coach), (3) gaya pelatih pemacu (driven coach),

(4) gaya pelatih santai dan (5) gaya pelatih tipe bisnis atau disebut the scientific

coach”. Sedangkan Russel R. Pate Bruce Mc. Clenaghan & Robert Rotella (1993:

12) membedakan jenis tipe kepemimpinan menjadi dua yaitu, “(1) gaya

kepemimpinan yang otoriter versus demokratis dan, (2) gaya yang berpusat pada

manusia versus yang berpusat pada tugas”.

Gaya kepemimpinan tertentu dapat digunakan pada tingkatan yang

berbeda pada situasi yang berlainan. Banyak pelatih memperlihatkan kombinasi

gaya otoriter dan demokratis. Ada alasan yang jelas dalam penggunaan salah satu

gaya kepemimpinan tersebut dan ada keuntungan serta kerugian untuk

masing-masing gaya. Lebih lanjut Russel R. Pate Bruce Mc. Clenaghan & Robert Rotella

(1993: 12) menyatakan ciri-ciri pelatih otoriter dan demokratis sebagai berikut:

1) Pemimpin otoriter:

(1) Menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan orang lain.

(2) Memerintah yang lain dalam kelompok

(3) Berusaha agar semuanya dikerjakan menurut keyakinannya.

(4) Bersikap tidak mengorangkan orang lain. Menghukum anggota

yang mengabaikan atau menyimpang.

(5) Memutuskan pembagian pekerjaan.

(6) Menentukan bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan.

(7) Memutuskan kebenaran ide.

2) Pemimpin demokratis:

(1) Bersikap ramah, bersahabat.

(2) Membiarkan kelompok sebagai keseluruhan membuat rencana.

(3) Mengijinkan anggota-anggota kelompok untuk berinteraksi dengan

yang laintanpa ijin.

(4) Menerima saran-saran.

(5) Berbicara sedikit lebih banyak dari rata-rata anggota kelompok.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, gaya kepemimpinan

seorang pelatih tergantung dari pribadi masing-masing, karena setiap gaya

(27)

commit to user c. Ciri-Ciri Pelatih yang Baik

Dalam berbagai kegiatan cabang olahraga yang dipertandingkan selalu ada

orang yang sibuk di luar lapangan atau dibangku cadangan yang menentukan

strategi, mengatur taktik, meminta pergantian pemain atau time out ia adalah

pelatih atau coach.

Seorang pelatih sangat diharapkan dapat berperan dalam berbagai disiplin

ilmu seperti petugas bimbingan dan penyuluhan, psikologi, pemimpin, guru, ahli

strategi dan lain sebagainya. Bahkan seorang pelatih diharapkan dapat berperan

sebagai bapak atau teman akrab sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati

atletnya atau pelindung atletnya. Dalam tugasnya pelatih biasanya dibantu dengan

seorang atau beberapa asisten pelatih. Seorang pelatih dengan beberapa asistennya

harus menjaga keharmonisan dan kekompakkan hubungan antara pelatih dengan

asisten, dengan atlet maupun dengan lingkungannya.

Pelatih merupakan seseorang yang mempunyai peranan penting dalam

pembinaan olahraga prestasi. Pelatih yang berkualitas akan sangat membantu

dalam pencapian prestasi yang optimal. Menurut Rice (1975) yang dikutip Yusuf

Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 26-27) ciri-ciri pelatih yang baik adalah:

1) Kemampuan profesional sebagai guru, baru kemudian menjadi pelatih.

Proses mengajar (teaching) adalah sangat penting baik formal (di

dalam kelas) atau dalam aktivitas olahraga. Satu hal yang membedakan antara pelatih dan pengajar olahraga, pelatih lebih banyak berhubungan dengan prestasi dengan tingkat kemampuan lebih tinggi, dibandingkan dengan tingkat kemampuan siswa pada profesi pengajaran.

2) Mengetahui cara melatihnya (coaching). Dalam kaitan ini pengalaman

sebagai pemain dapat digunakan dalam melatih, meskipun tidak selalu dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan pelatihan.

3) Kepribadian yang baik. Pelatih yang baik juga mempunyai kualitas

pribadi yang menarik, sehingga atlet yang dilatih atau dalam bimbingannya menjadi loyal serta berusaha melakukan perintahnya dengan tidak merasa terpaksa.

4) Karakter. Salah satu kualitas dasar yang harus dipenuhi seorang pelatih

(28)

commit to user

Pendapat tersebut menunjukkan, seorang pelatih yang baik memiliki

ciri-ciri di antaranya memiliki basic pengetahuan yang relevan dengan kepelatihan,

mengetahuai cara melatih yang baik dan benar, memiliki kepribadian yang baik

dan memiliki karakter yang baik. Ciri-ciri tersebut sangat penting untuk dimiliki

seorang pelatih. Seorang pelatih yang memiliki ciri-ciri tersebut di atas akan dapat

mencerminkan kualitas latihan yang dilaksanakan, sehingga akan sangat

membantu pencapaian tujuan latihan.

d. Kemampuan dan Tugas Seorang Pelatih

Pelatih mempunyai peran penting dalam pelatihan olahraga prestasi.

Pelatihan yang dilaksanakan dapat mencapai prestasi sangat dipengaruhi oleh

kualitas pelatih. Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam pelatihan olahraga,

maka seorang pelatih harus memiliki beberapa kemampuan. Menurut Mc. Kinney

(1975) yang dikutip Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 27)

menyatakan pelatih yang baik mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1) Mempunyai kemampuan untuk membantu atlet dalam

mengaktualisasikan potensinya.

2) Bila membentuk tim, didasarkan pada keterampilan individu yang

telah diajarkan.

3) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis yang seimbang.

4) Mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkat intelektual

dengan keterampilan neuromuscular atletnya.

5) Mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam bentuk kondisi atlet.

6) Lebih mementingkan pada unsur pendidikan secara utuh, baru

kemudian pada unsur pelatihan.

7) Membenci kekalahan, tetapi tidak mencari kemenangan dengan

berbagai cara yang tidak etis.

8) Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dirinya ke arah

penyimpangan profesinya.

9) Mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian dengan rentang

yang luas terhadap partisipasi atletnya.

10)Mampu menyatakan bahwa keberhasilannya adalah kerja timnya

kepada media komunikasi.

11)Mempunyai kemampuan untuk selalu dihormati oleh atlet dan

teman-temannya.

(29)

commit to user

Banyak kemampuan yang harus dimiliki seorang pelatih. Di samping itu,

seorang pelatih harus mengetahui tugas dan tanggungjawabnya. Sudjarwo (1993:

9) menyatakan tugas-tugas pokok yang harus dilakukan seorang pelatih adalah:

1) Mengadakan pemanduan untuk memilih bibit unggul atlet (talent

scounting).

2) Menyusun program latihan untuk jangka pendek maupun jangka

panjang.

3) Menyusun strategi dan menentukan taktik dalam menghadapi

pertandingan.

4) Mengadakan evaluasi setelah selesai melakukan latihan atau

pertandingan.

5) Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan, baik secara teori maupun

praktik dalam cabang olahraga yang dibinannya.

Tugas dan tanggungjawab seorang pelatih dalam pelatihan olahraga sangat

penting dan harus diperhatikan. Keberhasilan pelatihan sangat bergantung pada

kualitas seorang pelatih. Oleh karena itu, seorang pelatih berfungsi sebagai

seorang perencana (planner), seorang pemimpin (leader), sebagai teman (friend),

sebagai seorang yang selalu mau belajar (learner) dan realist (Andi Suhendro

(1999: 1.4).

2. Metode Latihan

a. Tujuan Latihan

Latihan pada prinsipnya merupakan suatu proses yang dilakukan secara

teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan latihan A.

Hamidsyah Noer (1996: 6) menyatakan, “Latihan suatu proses yang sistematis dan

kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara

kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai

tujuan”. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) bahwa, “Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara

berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta

intensitas latihannya”. Menurut Bompa (1990: 3) bahwa, “Latihan merupakan

aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara

(30)

commit to user

psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Hal senada dikemukakan Russel R. Pate., Bruce Mc. Clenaghan & Robert Rotella (1993: 317)

bahwa, “Latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam

latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya

tahan latihan”.

Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis

dan kontinyu, dilakukan dalam waktu yang lama dan secara berulang-ulang

dengan beban latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Tujuan akhir latihan menurut Russel R. Pate., BruceMc. Clenaghan &

Robert Rotella (1993: 317) yaitu, “Untuk meningkatkan penampilan olahraga”.

Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 126) bahwa, “Tujuan utama

latihan adalah untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan dan prestasi

olahraganya semaksimal mungkin”. Sedangkan Bompa (1990: 4) menyatakan

tujuan umum latihan yaitu:

1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara

multilateral.

2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang

spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.

3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang

olahraganya.

4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi

yang diperlukan.

5) Untuk mengelola kualitas kemauan.

6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim

secara optimal.

7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit.

8) Untuk pencegahan cidera.

9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.

Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama

dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan

mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlit yang berlatih.Untuk mencapai tujuan

tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “(1)

Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental (Yusuf

(31)

commit to user

Dari keempat aspek latihan tersebut harus dilatih dan dikembangkan

secara serempak agar tujuan latihan dapat tercapai. Dari keempat aspek tersebut

saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya.

b. Metode Latihan

Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam

menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan

metode latihan, Noseck (1982: 15) menyatakan, “Metode latihan merupakan

prosedur dan cara-cara pemilihan jenis-jenis latihan dan penataannya menurut

kadar kesulitan, kompleksitas dan beratnya beban”. Menurut Yusuf Adisasmita

dan Aip Syarifuddin (1996: 142) “metode mengajar atau melatih adalah suatu cara

tertentu, sistem kerja seorang pelatih, atau olahragawan, sehubungan dengan

pengetahuan dan kemampuannya yang cukup”. Hal senada dikemukakan Andi

Suhendro (1999: 3.53) bahwa, “Metode latihan adalah suatu cara sistematis dan

terencana, yang berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan fungsi fisiologis,

psikologis dan keterampilan gerak, agar memiliki keterampilan yang lebih baik

pada suatu penampilan khusus”.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, metode latihan

merupakan cara yang digunakan seorang pembina atau pelatih berfungsi sebagai

alat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan bagi atlet

yang dilatih. Seorang pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang

efektif. Hal ini karena, keberhasilan dari suatu latihan dapat dipengaruhi oleh

metode latihan yang diterapkan oleh pelatih.

c. Prinsip-Prinsip Latihan

Tujuan dari latihan olahraga prestasi yaitu mencapai prestasi yang

semaksimal mungkin. Tujuan latihan dapat tercapai secara maksimal jika dalam

latihan diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Tujuan prinsip

latihan menurut Sudjarwo (1993: 21) yaitu, “Agar pemberian dosis latihan dapat

dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”. Sedangkan yang dimaksud

(32)

commit to user

merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang

terorganisir dengan baik Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal,

hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat”.

Prinisp latihan pada dasarnya merupakan pedoman yang digunakan dalam

latihan yang terorganisir secara baik dan teratur agar tujuan latihan dapat tercapai.

Jika dalam latihan berpedoman Latihan Penerapan prinsip latihan yang baik dan

tepat sangat penting agar pemberian dosis latihan tepat. Pemberian dosis latihan

yang tepat dalam latihan, maka tujuan latihan akan tercapai sesuai yang

diharapkan. Menurut Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam

latihan menurut Sudjarwo (1993: 21-23) di antaranya: “(1) Prinsip individu, (2)

Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban

(stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan sepanjang tahun”.

Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam

latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan

tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip

latihan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Prinsip Individu

Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan

didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara

atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta

prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan

dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan,

"Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang

sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut

Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu

syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan

kepada setiap atlet, sekalipun atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep

latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar

(33)

commit to user

Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan

direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet.

Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu

mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu

yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau

lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran jasmani serta psychologis”.

2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle)

Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih

dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk

memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat

meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat,

yaitu di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7)

menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam

latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat:

Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban

lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh.

Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh

untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan

meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk

mencapai prestasi yang lebih baik.

Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban

latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang

(34)

commit to user

yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet

menjadi sakit.

3) Prinsip Interval

Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval

Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan

serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu(interval). Faktor

istirahat (interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat

akibat latihan.”

Istirahat atau interval merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan

memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya

kondisinya akan lebih baik.

4) Prinsip Penekanan Beban (Stress)

Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan

tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atlet stress. Penekanan

beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik

kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu

tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya

kelelahan lokal yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total

disebabkan adanya beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya

maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban (stress)

diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental

yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.

5) Prinsip Makanan Baik

Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan

(35)

commit to user

Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus

bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Untuk seorang

atlet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin

serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang

atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan

mendukung pencapaian prestasi yang maksimal.

6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun

Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan

terprogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari

latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun

tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan

prinsip interval”.

Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui

periode-periode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam

periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka

tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai.

d. Komponen-Komponen Latihan

Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang

bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi dari

suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh

dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta

frekuensi penampilan (densitas).

Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang

sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga

yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan

secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai

tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak

(36)

commit to user

kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi

Suhendro (1999: 3.17) komponen-komponen penting yang harus diperhatikan

dalam suatu latihan meliputi: “(1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3) density atau kekerapan latihan dan, (4) kompleksitas latihan”.

Komponen-komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan

olahraga prestasi. Komponen-komponen latihan tersebut berkaitan antara yang

satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut

harus diterapkan dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai. Untuk

lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat

sebagai berikut:

1) Volume Latihan

Volume latihan merupakan syarat yang sangat penting untuk mencapai

kemampuan fisik yang yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17)

bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri

atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan Depdiknas (2000: 106) menyatakan, “Unsur-unsur latihan meliputi: (1) waktu atau lama latihan, (2) jarak tempuh atau berat beban yang diangkut setiap waktu dan (3) jumlah ulangan

latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan

mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan.

Untuk meningkatkan kemampuan fisik, maka volume latihan harus ditingkatkan

secara berangsur-angsur (progresif). Peningkatan beban latihan harus disesuaikan

dengan perkembangan yang dicapai. Hal ini karena, semakin tinggi kemampuan

seseorang makin besar volume latihannya, karena terdapat korelasi antara volume

latihan dan prestasi.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu

(37)

commit to user

banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya. Suharno HP. (1993:

31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau

tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan

maupun pertandingan”.

Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan) syaraf dalam

latihan. Kuatnya rangsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan variasi

interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume latihan

sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas dan

kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan

yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu

latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang

ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas

latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.

3) Densitas Latihan

Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dala melakukan serangkaian

stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan.

Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “Density merupakan

ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”.

Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara

aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai

berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu isntirahat

atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antar alain: intensitas

latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang

ditingkatkan. Berkaitan dengan densitas latihan Depdiknas (2000: 107)

berpendapat:

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan

(38)

commit to user

“Kompleksitas latihan menunjukkann tingkat keragaman unsur yang dilakukan

dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,

dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan.

Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan

permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot,

khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan

lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang

kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang

baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa

(1990: 28) “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya”.

3. Program Latihan

a. Pengertian Program Latihan

Program latihan merupakan bagian yang penting dalam proses pelatihan

olahraga prestasi. Tujuan latihan tidak akan tercapai dengan baik, tanpa adanya

program latihan yang tersusun dengan baik. Berkaitan dengan program latihan

Andi Suhendro (1999: 5.13) menyatakan, “Program latihan merupakan suatu

petunjuk atau pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan

ditempuh untuk mencapai tujuan dimasa mendatang yang telah ditetapkan”.

Program latihan pada dasarnya merupakan cara-cara yang telah disusun

secara baik untuk meningkatkan kemampuan fisik atau keterampilan dalam jangka

yang panjang. Harsono (1988: 233) menyatakan, “Perkembangan fisik dan

mental, pembinaan serta peningkatan prestasi hanyalah dapat dikembangkan

melalui suatu program latihan jangka panjang, oleh karena perubahan-perubahan

dalam organisasi mekanisme neurophysiologis dan perkembangan

jaringan-jaringan tubuh tidak mungkin terjadi dalam waktu yang pendek”.

Pendapat tersebut menunjukkan, prestasi yang tinggi dapat dicapai melalui

program latihan jangkan panjang. Unsur-unsur yang mendukung pencapaian

(39)

commit to user

secara maksimal membutuhkan proses latihan yang panjang. Dengan adanya

program latihan yang tersusun dengan baik, maka latihan akan lebih terarah,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan akan dapat tercapai. A. Hamidsyah Noer

(1995: 309) menyatakan, “Tuntutan suatu latihan adalah untuk mencapai prestasi

semaksimal mungkin. Itulah sebabnya dibutuhkan penyusunan program dan

perencanaan latihan yang baik dan tepat”.

Prestasi yang tinggi dapat dicapai melalui usaha latihan yang dituangkan

dalam rencana program latihan tertulis sebagai pedoman arah kegiatan untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karenannya, pelatih dituntut

memiliki kemampuan membuat rencana program latihan yang cermat dan tepat.

Andi Suhendro (1999: 5.15) menyatakan manfaat pembuatan program latihan

adalah:

1) Sebagai pedoman/pimpinan kegiatan yang terorganisir untuk mencapai

prestasi puncak.

2) Untuk menghindari faktor kebetulan dalam mencapai prestasi prima

dalam olahraga.

3) Efektif dan efisien dalam penggunaan waktu, dana dan tenaga untuk

mencapai tujuan.

4) Untuk mengetahui hambatan-hambatan dengan cepat dan menghindari

pemborosan waktu dan tenaga.

5) Dengan penyusunan program latihan akan memperjelas arah dan

tujuan yang ingin dicapai.

6) Sebagai alat kontrol apakah target yang telah ditentukan sudah tercapai

atau belum.

Program latihan mempunyai manfaat yang penting terhadap pelaksanaan

dan tujuan latihan. Untuk menyusun program latihan yang baik, dibutuhkan

langkah-langkah yang tepat. Lebih lanjut Andi Suhendro (1999: 5.16)

memberikan beberapa langkah penting yang harus diperhatikan dalam menyusun

program latihan yaitu:

1) Mengidentifikasi masalah dan menganalisa semua masalah atau

kendala yang berhubungan dengan penentuan tujuan yang ingin dicapai.

2) Pembuatan rumusan program latihan

3) Penjabaran secara rinci program latihan, terutama target-target latihan.

4) Melaksanakan program latihan dengan disiplin dan konsekuen.

(40)

commit to user

6) Mengevaluasi untuk mengontrol apakah program latihan itu berhasil

atau belum mencapai tujuan.

Langkah-langkah dalam menyusun program latihan tersebut sangat

penting untuk dipahami dan dikuasai seorang pelatih. Keberhasilan tujuan latihan

sangat bergantung dari program latihan yang diterapkan. Melalui program latihan

akan diketahui, apakah tujuan latihan sudah tercapai atau belum.

b. Dasar Pemikiran Penyusunan Program Latihan

Keberhasilan tujuan latihan tidak bisa terlepas dari program latihan yang

diterapkan oleh pelatih. Dalam menyusun program latihan harus berlandaskan

beberapa hal yang mengarah pada pencapaian tujuan latihan. Menurut Dalimin,

Sarwono dan M. Furqon H. (1996: 62-64) beberapa landasan pemikiran dalam

penyusunan program latihan yaitu: “(1) Efektivitas program, (2) Metode

pengembangan, (3) Kondisi inisial, (4) Kondisi puncak dan, (5) Evaluasi

program”

Pendapat tersebut menunjukkan, landasan penyusunan program latihan

terdiri lima bagian yaitu, efektivitas program, metode pengambangan, kondisi

inisial, kondisi puncak dan evaluasi program. Dengan berlandaskan pemikiran

yang tepat dalam menyusun program latihan, maka tujuan latihan akan dapat

tercapai secara maksimal. Secara singkat landasan-landasan penyusunan program

latihan dijelaskan sebagai berikut:

1) Efektivitas Program

Program latihan dinyatakan efektif jika langkah-langkah kerja yang

dilakukannya memilih nilai tepat guna dengan tujuan yang hendak dicapai. Jika

kita akan menyusun program latihan sepakbola, guna menghasilkan atlet yang

mampu membuat suatu prestasi, terlebih dahulu dilakukan analisa tentang

unsur-unsur yang memegang peranan penting dalam cabang olahraga sepakbola. Jika

langkah ini dilakukan perlu melihat bagaimana hubungan antara unsur-unsur

tersebut satu sama lainnya. Unsur mana yang lebih penting dan unsur mana yang

(41)

commit to user

Berdasarkan analisa tersebut akan mendapat suatu gambaran anatomis

pembinaan sepakbola, dimana kerangka anatomis tersebut menjadi landasan dan

tujuan pembinaan. Unsur-unsur tersebut dijabarkan dalam sub unsur yang lebih

teliti dan kemudian dirumuskan struktur anatomisnya, sehingga merupakan wujud

bangunan yang teratur. Langkah berikutnya adalah merumuskan tata peran atau

fungsi dari tiap-tiap unsur dalam hubungan kerja dengan sistem pembinaan secara

keseluruhan. Dengan merumuskan tata peran dari setiap unsur tersebut, kerangka

pembinaan merupakan sistem yang bekerja secara harmonis dan tak ada satu

unsur pun di dalamnya tidak memegang peranan dalam menciptakan suatu

prestasi yang tinggi.

2) Metode Pengembangan

Tujuan utama latihan adalah meningkatkan kualitas dari setiap unsur

maupun sub unsur yang terdapat didalam anatomis pembinaan secara sistematis.

Tiap-tiap unsur dalam pembinaan bersifat karateristik, sehingga metode

pengembangannya berbeda satu sama lainnya. Latihan pengembangan unsur

kekuatan misalnya, berbeda dengan metode pengambangan unsur kecepatan. Oleh

sebab itu, pengetahuan dan penguasaan metode pengembangan dari setiap unsur

mutlak dibutuhkan oleh setiap pelatih. Tanpa mengetahui metode pengembangan

tersebut, maka latihan akan sia-sia dan tujuan latihan tidak akan tercapai.

3) Kondisi Inisial

Sebelum latihan dimulai perlu diketahui terlebih dahulu pada tingkat mana

kondisi dan prestasi atlet itu berada. Data-data kemampuan inisial dijadikan

landasan di dalam menyusun dosisi latihan. Atas dasar kemampuan yang berbeda,

disusunlah dosis latihan yang sifatnya individual. Kondisi inisial ini sangat

penting dalam pelaksanaan latihan untuk dijadikan alat evaluasi kemajuan yang

(42)

commit to user 4) Kondisi Puncak

Kondisi puncak merupakan faktor yang penting agar nantinya atlet mampu

berprestasi. Kondisi puncak harus diperoleh pada saat musim pertandingan. Oleh

sebab itu, latihan harus diarahkan sedemikian rupa agar pada saat pertandingan

atlet benar-benar dalam kondisi puncak, baik fisik maupun teknik. Pada kondisi

puncak akan berhadapan dengan dua macam masalah yaitu: waktu yang tersedia

dan besarnya beban latihan yang harus dicapai setiap atlet. Oleh karena itu latihan

harus dibagi dalam beberapa tahapan secara sistematis.

5) Evaluasi Program

Pelaksanaan program latihan harus selalu dikontrol dengan suatu langkah

evaluasi berkala. Dari evaluasi program latihan akan diketahui apakah metode

yang dipergunakan efektif atau tidak. Dengan langkah ini kesalahan fatal akan

dapat dihindari. Di samping itu juga, melalui evaluasi akan diketahui tingkat

kelemahan-kelamahan dalam pelatihan, sehingga kelemahan-kelamahan tersebut

dapat segera dipenuhi atau diatasi.

c. Periodesasi Latihan

Prestasi yang maksimal seorang atlet hanya dapat dicapai melalui suatu

program latihan jangka panjang, karena perubahan-perubahan dalam organisasi

tubuh tidak mungkin terjadi dalam jangka waktu yang pendek. Prgram latihan

harus disusun secara teliti dan dilaksanakan secara teratur sesuai dengan

prinsip-prinsip latihan.

Pelaksanaan program latihan membutuhkan waktu yang cukup panjang,

sehingga jadwal latihan perlu dibagi-bagi menjadi beberapa tahap atau musim

latihan. Dari tiap-tiap tahap latihan dapat ditekankan pada aspek tertentu.

Pembagian tahap latihan dalam program latihan disebut periodesasi latihan.

Berkaitan dengan periodesasi latihan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin

(1996: 128) menyatakan, “Periodesasi latihan adalah suatu proses pembagian

latihan dari rencana tahunan ke dalam tahap yang lebih kecil”. Sedangkan Bompa

(43)

commit to user

yaitu:”(1) Masa persiapan (Preparation Period), (2) Masa pertandingan (Competition Period) dan, (3) Masa peralihan (Transisi period)”.

1) Masa Persiapan (Preparation Period)

Pada masa persipan dari program latihan tahunan diklasifikasikan menjadi

dua bagian yaitu persiapan umum dan persiapan khusus. Pada persiapan umum

penekanan latihan ditujukan pada pembentukan atau pembinaan fisik seperti

kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, agilitas, power dan koordinasi serta

pembinaan mental, seperti disiplin, keberanian, tanggungjawab dan sebagainya.

Bobot latihan berkisar sekitar 70-80% fisik dan 30-35% teknik serta 5% mental.

Periode ini berlangsung selama 2-3 bulan. Sedangkan pada persiapan khusus

menekankan pada penguasaan teknik dasar, kemudian ditingkatkan menjadi satu

kesatuan gerak yang sempurna, misalnya teknik ke taktik permainan. Kondisi fisik

yang telah dimiliki pada tahap sebelumnya harus tetap dipertahankan agar tidak

menurun. Dari segi mental harus dapat diperhatikan sepenuhnya oleh pelatih,

antara lain rasa percaya diri, disiplin, dedikasi, semangat bertanding dan motivasi.

Test trial serta pertandingan uji coba merupakan umpan balik dan evaluasi bagi

hasil latihan. Pada periode persiapan khusus berlangsung 2-3 bulan dengan bobot

teknik 50%, taktik 20%, mental 10%, fisik 10% dan test trials 10%.

2) Masa Pertandingan (Competition Period)

Pada masa pertandingan atau competition period dibedakan menjadi dua

macam yaitu masa pra kompetisi (pre competition). Pada masa pra kompetisi

penekanannya lebih diutamakan pada masalah taktik permainan, baik taktik

individu, maupun taktik beregu baik dalam offensive maupun defensive. Segala

macam bentuk atau pola permainan harus diketahui oleh para atlet. Perkembangan

mental emosional atlet perlu mendapat perhatian khusus. Demi kematangan

mental atlet lebih banyak diberikan penglaman bertanding dengan lawan-lawan

yang setaraf atau calon lawan di dalam kompetisi kelak. Menurut pelatih Bristol

Rovers, Paul Trollope, kegiatan pra-musim yang dilakukan klub adalah berusaha

Gambar

Gambar  1. Skematis Disiplin Ilmu yang Mendukung Metodologi
Gambar 1.  SOSIOLOGI
Tabel 1. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Sepakbola Mantan Pemain Sepakbola
Tabel 4. Frekuensi dan Prosentase Lamanya Menjadi Pelatih SSB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kutai Kartanegara memberitahukan bahwa masa sanggah yang telah diumumkan pada tanggal 23 Agustus 2012 s/d 29 Agustus 2012, TELAH BERAKHIR dengan tidak ada sanggahan

Implementasi Pendekatan Inquiry Untuk Meningkatkan Partisipasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Di Sekolah Dasar.. : Penelitian Tindakan Kelas

[r]

Lihat aspek estetika: repetisi lebih banyak yang

This Research will discover the Rate of Net Promoter Score Brands Value to Generation C (youth).. This Research is done with Net Promoter Score

Metode untuk memilih anggota sampel ya ng dinotasikan dengan „n‟ dari anggota populasi yang dinotasikan dengan „N‟ sehingga anggota populasi mempunyai kesempatan

Anomali medan gravitasi regional menunjukkan adanya anomali positif di sepanjang Kepulauan Nusa Tenggara dari pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores bagian barat,

Untuk meningkatkan kerja sama dan pertukaran antara Republik Rakyat Tiongkok dan Republ ik Indonesia, Para Pihak sepakat untuk membentuk Program Beasiswa Pendidikan