• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN 2580-1465

 189

Analytic Hierarchy Process

Dalam

Pembobotan Untuk Pengaturan

Jadwal Dosen

Menur Wahyu Pangestika[1], Alda Cendekia Siregar[2] Universitas Muhammadiyah Pontianak

JL. Jend. Ahmad Yani No.111 Pontianak, (0561) 764571

e-mail: menur.wahyu@unmuhpnk.ac.id[1] alda.siregar@unmuhpnk.ac.id[2]

Abstrak

Penjadwalan merupakan salah satu hal penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode analisis system yang dapat memecahkan masalah yang rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi sebuah bagian-bagian yang terperinci yang digunakan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. AHP digunakan berdasarkan dekomposisi tujuan, evaluasi preferensi melalui perbandingan berpasangan secara bertahap dan mampu memilih alternative terbaik dari sejumlah alternative. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan apakah metode AHP dapat digunakan dalam pembobotan untuk pemilihan jadwal dosen dan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari pembobotan AHP yang digunakan dalam penentuan jadwal dosen. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kriteria mata kuliah, usia dosen, SKS, status dosen, ruang, waktu yang digunakan untuk menentukan bobot dan alternative yaitu berupa nama pengajar di semester genap. Sedangkan untuk menghasilkan rekomendasi jurusan, dibutuhkan inputan berupa bobot dosen yang dihasilkan dari perhitungan AHP dan kriteria berupa ruang yang menunjukkan lantai, hari dan mata kuliah. Penelitian ini menggunakan data kriteria dan alternative yang sama dari penelitian sebelumnya yaitu data penjadwalan untuk Perkuliahan Program Studi Teknik Mesin Semester Genap yang dikhususkan pada penjadwalan untuk perkuliahan regular. Hasil akhir dari penelitian ini berupa urutan nama dosen pengampu mata kuliah yang dapat melakukan penjadwalan terlebih dahulu. Dilihat dari penelitian sebelumnya menggunakan metode DS/AHP di dapatkan 17 dosen yang mendapatkan urutan dari 29 dosen, sedangkan dalam penelitian ini, keseluruhan dosen dapat diurutkan.

Kata kunci: Analytic Hierarchy Process, Pembobotan, Jadwal Dosen

Abstract

(2)

Keywords: Analytic Hierarchy Process, Weighting, Lecturer Schedule 1. Pendahuluan

Penjadwalan merupakan salah satu hal penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Penjadwalan mata kuliah adalah masalah pada menempatkan waktu dan ruangan kepada sejumlah kuliah. Penjadwalan memperhatikan sejumlah aturan yang berhubungan dengan kapasitas dan lokasi ruangan yang tersedia, waktu bebas dan aturan lain yang berkaitan dengan toleransi untuk dosen, dan hubungan antar mata kuliah khusus [13].

Sistem pendukung keputusan tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan namun merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem pendukung keputusan dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang [6].

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode analisis system yang diusulkan pada tahun 1970an oleh saaty [12]. AHP merupakan metode pemecah masalah yang rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi sebuah bagian-bagian yang terperinci [2]. AHP digunakan berdasarkan dekomposisi tujuan, evaluasi preferensi melalui perbandingan berpasangan secara bertahap [3]. Metode ini mampu memilih alternative terbaik dari sejumlah alternative. Suatu persoalan yang akan dipecahkan dengan AHP dalam suatu kerangka pikir yang terorganisi, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut [10].

Metode AHP dapat digunakan sebagai metode penyusunan penjadwalan perkuliahan multi kampus. Kriteria yang digunakan meliputi jumlah dosen pengampu, jenis mata kuliah, waktu dan ruang. Hasil penelitian didapatkan susunan jadwal perkuliahan berbasis web yang lebih cepat dan optimal sehingga dapat mempermudah pengguna dalam mengakses informasi laporan jadwal perkuliahan serta pengaturan ruang kelas menjadi lebih terkoordinasi [11].

Pemilihan jadwal untuk dosen telah dilakukan penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode Dempster Shafer Analytic Hierarchy Process (DS/AHP) yang digunakan sebagai pembobotan. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan yaitu mata kuliah, usia dosen, SKS, status dosen, ruang, dan waktu. Hasil dari perhitungan bobot dengan menggunakan DS/AHP di dapatkan 17 dosen yang mendapatkan urutan dari 29 dosen [9].

Dalam penelitian ini, dilakukan kembali pembobotan untuk pengaturan jadwal dosen pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak dengan menggunakan metode AHP untuk mengetahui kembali hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode yang berbeda. Penelitian ini menggunakan data kriteria dan alternative yang sama dari penelitian sebelumnya yaitu data penjadwalan untuk Perkuliahan Program Studi Teknik Mesin Semester Genap yang dikhususkan pada penjadwalan untuk perkuliahan regular.

2. Metode Penelitian 2.1 Bahan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak. Bahan penelitian yang digunakan untuk mendukung dalam perhitungan yaitu berupa kriteria dan alternative. Kriteria dalam penelitian ini berupa, usia dosen, SKS, status dosen, ruang, waktu dan alternative yang digunakan dalam peneltiian ini berupa nama pengajar di semester genap. Sedangkan untuk menghasilkan rekomendasi jurusan, dibutuhkan inputan berupa bobot.

2.2 Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif yang melakukan pembobotan dengan metode AHP. Penelitian ini dilakukan dengan 4 (Empat) tahap, yaitu identifikasi masalah, studi pustaka, pengumpulan data, dan tahap menghitung perangkingan dengan AHP, yang ditunjukkan pada Gambar 1.

2.2.1 Identifikasi Masalah

(3)

metode AHP. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perkuliahan semester genap Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak yang didapatkan dari hasil wawancara di Program Studi Teknik Mesin dan salinan data fisik.

A

Tahap studi pustaka merupakan tahapan yang digunakan untuk mendapatkan dan mengumpulkan informasi dalam menganalisis permasalahan yang ada. Peneliti menggunakan literatur berupa jurnal, penelitian terdahulu dan buku yang berkaitan dengan metode Sistem pendukung keputusan dan AHP.

2.2.3 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perkuliahan semester genap Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak. Data tersebut digunakan untuk mengetahui dan mengelompokkan kriteria dan alternative sehingga didapatkan hirarki keputusan yang digunakan sebagai data olahan pada metode AHP. Adapun kriteria dan alternative yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :

1. Menentukan Kriteria dan Alternative

Kriteria yang digunakan untuk dapat menentukan penjadwalan pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak meliputi 5 aspek yaitu Status Dosen, Usia, Ruang, Waktu, dan SKS. Alternative yang digunakan dalam penelitian ini adalah nama nama pengajar di Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak. Kriteria dan alternative tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.

(4)

7 Octavia Shinta Aryani, M.Pd Tidak Tetap <50 Teori B Pagi B OSA 2 MPB Manajemen

Model hirarki keputusan digunakan untuk dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan pada penjadwalan perkuliahan yang ditunjukkan pada Gambar 2.

2.2.4 Perangkingan dengan AHP

Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami,yaitu [6] :

1. Decomposition (membuat hierarki) Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami.

2. Comparative judgment (penilaian kriteria dan alternatif) Kriteria dan alternative dilakukan dengan perbandingan berpasangan, sehingga dapat diketahui skala kepentingan dari masing-masing kriteria terhadap kriteria lainnya.

3. Synthesis of priority (menentukan prioritas) 4. Logical Consistency (konsistensi logis)

Adapun langkah-langkah dalam metode AHP untuk menentukan bobot penjadwalan adalah sebagai berikut [1]:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

(5)

3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

Prosedur untuk mendapatkan bobot kriteria adalah [8]: 4. Kuadratkan matriks tersebut

5. Jumlahkan nilai dari setiap baris dan hasil penjumlahan tersebut dijumlahkan kembali

6. Lakukan normalisasi dengan cara membagi dengan hasil penjumlahan terakhir yang akan menghasilkan nilai Eigenvector (Bobot setiap kriteria)

Langkah selanjutnya adalah

7. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi

8. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. 9. Menguji konsistensi hirarki.

Prinsip kerja dari rasio konsistensi adalah untuk menentukan bobot yang sesuai dari kriteria [5]: 10. Hitung Jumlah Matrik Tertimbang (Weighted Sum Vector)

11. Bagi semua elemen dari jumlah matriks tertimbang dengan nilai Priority Vector

12. Hitung nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai λmax dengan menjumlahkan nilai Vector Consisitency dan membaginya dengan jumlah faktor yang sedang dibandingkan.

13. Rumus untuk menghitung Consisitency Ratio :

CR=CIRI 1

Keterangan :

Consistency Ratio (CR) = Apabila nilai CR ≤ 0,1, maka matriks perbandingan

berpasangan dapat diterima, dan apabila nilai CR > 0,1, maka perhitungan perbandingan berpasangan diulang kembali hingga menghasilkan matriks yang konsisten.

CI = Consistency Index

RI = Random Consistency Index ditunjukkan pada Tabel 2 14. Rumus dari Consistency Index yaitu :

CI=λ max- n

n-1 2

Keterangan :

λmax = eigenvalue tertinggi dari matriks n = Banyaknya elemen / Ukuran matriks

Tabel 2. Random consistency index (RI) [4]

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51

Prinsip kerja dari AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan yang kompleks dengan menatanya ke dalam suatu hirarki. Untuk menetapkan variabel yang berperan untuk mempengaruhi hasil dan memiliki prioritas tinggi, maka setiap variabel diberikan nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain dengan memberikan skala perbandingan Tingkat Kepentingan Relatif [8]. Skala perbandingan berpasangan ditunjukkan pada Tabel 3 [7].

Tabel 3. Tingkat kepentingan relatif

Nilai Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Sama Penting Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen satu sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen atas lainnya

(6)

7 Sangat penting Satu elemen sangat disukai dan dominannya ditunjukkan dalam praktek

9 Mutlak lebih penting Bukti mendukung satu elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang

mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j , maka j mempunyai nilai

kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i

(7)

Bobot Penjadwalan Perkulahan

RUANG USIA

STATUS DOSEN WAKTU SKS

PENSIUN TETAP

TIDAK TETAP SAKIT

≥ 50 < 50

TEORI B TEORI A

Pagi B Pagi A

Pagi C

Pagi D

Pagi E

Siang A

Siang B

Siang C

3 SKS

2 SKS

1 SKS

0 SKS Praktikum

Prestasi dan FDM

Lab. Fisika

Lab. Manufaktur

Lab. Konversi

Lab. Bahan

PENGAJAR

Gambar 2. Hirarki bobot penjadwalan perkuliahan

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil

Berikut adalah tahapan dalam pembobotan pengaturan jadwal dosen dengan metode AHP untuk mendapatkan hasil berupa bobot untuk setiap dosen.

(8)

a. Membuat matriks perbandingan berpasangan

Langkah pertama adalah mencari nilai bobot prioritas kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 4. Pada tahapan ini dilakukan pemberian bobot di masing-masing kriteria menggunakan model AHP. Bobot tersebut didapatkan dari hasil wawancara oleh dosen Teknik Mesin untuk menentukan seberapa besar nilai kepentingan antar kriteria. Setelah dilakukan proses pembobotan, maka selanjutnya adalah melakukan penjumlahan tiap kolom.

Tabel 4. Matriks perbandingan berpasangan kriteria

STATUS DOSEN USIA DOSEN SKS RUANG WAKTU

STATUS DOSEN 1,00 3,00 5,00 7,00 9,00

USIA DOSEN 0,33 1,00 3,00 5,00 7,00

SKS 0,20 0,33 1,00 3,00 5,00

RUANG 0,14 0,20 0,33 1,00 3,00

WAKTU 0,11 0,14 0,20 0,33 1,00

Jumlah 1,79 4,68 9,53 16,33 25,00

b. Sintesis (matriks kriteria)

Pada tahapan ini dilakukan perhitungan prioritas dengan membagi penjumlahan baris kriteria dengan total kriteria. Nilai prioritas ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks kriteria

STATUS DOSEN

USIA

DOSEN SKS RUANG WAKTU JUMLAH PRIORITAS

STATUS DOSEN 0,56 0,64 0,52 0,43 0,36 2,51 0,50

USIA DOSEN 0,19 0,21 0,31 0,31 0,28 1,30 0,26

SKS 0,11 0,07 0,10 0,18 0,20 0,67 0,13

RUANG 0,08 0,04 0,03 0,06 0,12 0,34 0,07

WAKTU 0,06 0,03 0,02 0,02 0,04 0,17 0,03

c. Menghitung rasio konsistensi

Selajutnya adalah membuat matriks penjumlahan tiap baris untuk mendapatkan nilai dari rasio konsistensi. Perhitungan rasio konsistensi ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel 7

Tabel 6. Matriks penjumlahan tiap baris

STATUS DOSEN

USIA

DOSEN SKS RUANG WAKTU JUMLAH

STATUS DOSEN 0,50 0,78 0,67 0,47 0,31 2,74

USIA DOSEN 0,17 0,26 0,40 0,34 0,24 1,41

SKS 0,10 0,09 0,13 0,20 0,17 0,70

RUANG 0,07 0,05 0,04 0,07 0,10 0,34

WAKTU 0,06 0,04 0,03 0,02 0,03 0,18

Tabel 7. Rasio konsistensi

JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL

STATUS DOSEN 2,74 0,50 5,46

(9)

SKS 0,70 0,13 5,20

RUANG 0,34 0,07 5,03

WAKTU 0,18 0,03 5,09

TOTAL 26,21

Kemudian dilakukan perhitungan λmax yang diperoleh dengan menjumlahkan hasil rasio konsistensi dan membaginya dengan jumlah kriteria menggunakan persamaan 1 yaitu :

λmax =Σλ

𝑛 (1)

λmax =26,21

5

λmax = 5,24

Hitung nilai Consistency Index dengan menggunakan persamaan 2 yaitu :

𝐶𝐼 =λmax − n𝑛−1 (2)

𝐶𝐼 =5,24 − 55 − 1

𝐶𝐼 = 0,06

Untuk n = 5, RI (Random Index) = 1,12 (Tabel Franek dan Kresta), maka dapat diperoleh nilai CR (Consistency Ratio) dengan menggunakan persamaan 3 yaitu :

𝐶𝑅 =𝑅𝐼CI (3)

𝐶𝑅 =0,061,12

𝐶𝑅 = 0,05

CR < 0,1 maka bernilai konsisten

2. Menentukan prioritas sub kriteria terhadap masing-masing kriteria a. Menghitung prioritas sub kriteria dan kriteria status dosen

Langkah selanjutnya adalah membuat matriks perbandingan berpasangan untuk menghitung prioritas sub kriteria dan kriteria status dosen yang ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Menghitung prioritas sub kriteria dan kriteria status dosen

STATUS DOSEN TETAP TIDAK TETAP PENSIUN

TETAP 1,00 3,00 5,00

TIDAK TETAP 0,33 1,00 3,00

PENSIUN 0,20 0,33 1,00

TOTAL 1,53 4,33 9,00

(10)

Tabel 9. Matriks sub kriteria status dosen

STATUS

DOSEN TETAP

TIDAK

TETAP PENSIUN JUMLAH PRIORITAS

PRIORITAS SUB KRITERIA

TETAP 0,65 0,69 0,56 1,90 0,63 1,00

TIDAK TETAP 0,22 0,23 0,33 0,78 0,26 0,41

PENSIUN 0,13 0,08 0,11 0,32 0,11 0,17

Selajutnya adalah membuat matriks penjumlahan tiap baris untuk mendapatkan nilai dari rasio konsistensi. Perhitungan rasio konsistensi ditunjukkan pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Matriks penjumlahan tiap baris sub kriteria status dosen

STATUS DOSEN TETAP TIDAK TETAP PENSIUN JUMLAH

TETAP 0,63 0,78 0,53 1,94

TIDAK TETAP 0,21 0,26 0,32 0,79

PENSIUN 0,13 0,09 0,11 0,32

Tabel 11. Rasio konsistensi sub kriteria status dosen

STATUS DOSEN JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL

TETAP 3,07 0,63 3,07 Usia Dosen, Ruang, Waktu, dan SKS ditunjukkan Pada Tabel 12.

Tabel 12. Prioritas sub kriteria pada kriteria usia dosen, ruang, waktu, dan SKS

3. Analisa hasil perhitungan dengan meode Analytic Hierarchy Process

Langkah terakhir adalah mengalikan nilai prioritas sub kriteria dengan nilai prioritas. Dari hasil akhir perkalian matrik tersebut, maka dapat dilihat hasil peringkat yang ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil perhitungan dengan meode analytic hierarchy process

(11)

Mata Kuliah Dosen Status Dosen Usia SKS Ruang Waktu Total Rangking

Material Teknik WH 0,21 0,04 0,06 0,04 0,01 0,37 23

Material Teknik WH 2 0,21 0,04 0,03 0,01 0,01 0,30 29

Teknik Manufaktur Lanjut ZZ 0,50 0,26 0,06 0,07 0,01 0,91 1

Teknik Manufaktur Lanjut ZZ 2 0,50 0,26 0,03 0,01 0,01 0,82 2

Mesin Konversi Energi II ES 0,50 0,04 0,03 0,04 0,03 0,66 8

Mesin Konversi Energi II ES 2 0,50 0,04 0,03 0,01 0,03 0,62 12

Manajemen Industri OSA 2 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,38 22 Teknik Tenaga Listrik UAG 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,53 14 Mekanika Fluida Dasar GUN 0,50 0,04 0,13 0,04 0,01 0,74 4

Ekonomi Teknik OSA 0,21 0,04 0,06 0,04 0,03 0,39 21

Ibadah Muamalah Akhlak HER 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,37 24

Islam dan Ilmu

Pengetahuan QOM 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,37 25

Retorika Dakwah NF 0,21 0,04 0,01 0,04 0,02 0,33 28

Fisika Teknik Lanjut FUA 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,67 6

Fisika Teknik Lanjut FUA 2 0,50 0,04 0,03 0,02 0,01 0,61 13

Matematika Teknik Lanjut HEL 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,52 17

Mekatronika HP 0,21 0,11 0,06 0,07 0,03 0,48 19

Kewarganegaraan SUT 0,50 0,11 0,06 0,07 0,01 0,75 3

Termodinamika Teknik

Lanjut DH 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,66 7

Peneumatik Dan Hidrolik AR 0,21 0,04 0,06 0,04 0,00 0,36 27

Statika Struktur FUA 3 0,50 0,04 0,06 0,04 0,03 0,69 5

Elemen Mesin Dasar MHS 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,53 15

Statistik Teknik HEL 2 0,21 0,11 0,06 0,07 0,03 0,48 18

Fenomena Dasar Mesin FUA 4 0,50 0,04 0,03 0,04 0,02 0,64 10

Fenomena Dasar Mesin FUA 5 0,50 0,04 0,03 0,03 0,02 0,63 11

Englise For Academic

Purpose RL 0,21 0,04 0,06 0,04 0,01 0,37 26

Perpindahan Kalor dan

Masa Dasar EK 0,21 0,04 0,13 0,04 0,01 0,44 20

Kalkulus Lanjut HEL 3 0,21 0,11 0,13 0,07 0,00 0,52 16

Perencanaan Elemen

Mesin GUN 2 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,66 9

3.2 Pembahasan

Analytical Hierarchy Process digunakan untuk memperoleh bobot relatif dari suatu hirarki. Dalam sistem pengambilan keputusan, metode AHP digunakan untuk pemecahan masalah yang memperhatikan faktor – faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. Pada pembobotan untuk pengaturan jadwal dosen, maka diperoleh hasil akhir berupa urutan nama dosen pengampu mata kuliah yang dapat melakukan penjadwalan terlebih dahulu. Hasil urutan perangkingan dengan menggunakan metode AHP dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Tabel peringkat hasil perhitungan ahp

(12)

Teknik Manufaktur Lanjut ZZ 0,50 0,26 0,06 0,07 0,01 0,91 1

Teknik Manufaktur Lanjut ZZ 2 0,50 0,26 0,03 0,01 0,01 0,82 2 Kewarganegaraan SUT 0,50 0,11 0,06 0,07 0,01 0,75 3 Mekanika Fluida Dasar GUN 0,50 0,04 0,13 0,04 0,01 0,74 4 Statika Struktur FUA 3 0,50 0,04 0,06 0,04 0,03 0,69 5

Fisika Teknik Lanjut FUA 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,67 6 Termodinamika Teknik

Lanjut DH 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,66 7

Mesin Konversi Energi II ES 0,50 0,04 0,03 0,04 0,03 0,66 8 Perencanaan Elemen

Mesin GUN 2 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,66 9

Fenomena Dasar Mesin FUA 4 0,50 0,04 0,03 0,04 0,02 0,64 10

Fenomena Dasar Mesin FUA 5 0,50 0,04 0,03 0,03 0,02 0,63 11

Mesin Konversi Energi II ES 2 0,50 0,04 0,03 0,01 0,03 0,62 12

Fisika Teknik Lanjut FUA 2 0,50 0,04 0,03 0,02 0,01 0,61 13

Teknik Tenaga Listrik UAG 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,53 14

Elemen Mesin Dasar MHS 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,53 15

Kalkulus Lanjut HEL 3 0,21 0,11 0,13 0,07 0,00 0,52 16

Matematika Teknik Lanjut HEL 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,52 17

Statistik Teknik HEL 2 0,21 0,11 0,06 0,07 0,03 0,48 18 Mekatronika HP 0,21 0,11 0,06 0,07 0,03 0,48 19 Perpindahan Kalor dan

Masa Dasar EK 0,21 0,04 0,13 0,04 0,01 0,44 20

Ekonomi Teknik OSA 0,21 0,04 0,06 0,04 0,03 0,39 21

Manajemen Industri OSA 2 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,38 22

Material Teknik WH 0,21 0,04 0,06 0,04 0,01 0,37 23

Ibadah Muamalah Akhlak HER 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,37 24 Islam dan Ilmu

Pengetahuan QOM 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,37 25

Englise For Academic

Purpose RL 0,21 0,04 0,06 0,04 0,01 0,37 26

Peneumatik Dan Hidrolik AR 0,21 0,04 0,06 0,04 0,00 0,36 27

Retorika Dakwah NF 0,21 0,04 0,01 0,04 0,02 0,33 28 Material Teknik WH 2 0,21 0,04 0,03 0,01 0,01 0,30 29

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan mengenai penjadwalan perkukliahan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode AHP dapat digunakan dalam pengurutan dosen berdasarkan dari kriteria penilaian yaitu status dosen, usia, ruang, waktu, dan SKS.

2. Hasil perhitungan bobot dengan menggunakan AHP dapat dilakukan perangkingan untuk semua kriteria. Jika dilihat dari penelitian sebelumnya menggunakan metode DS/AHP di dapatkan 17 dosen yang mendapatkan urutan dari 29 dosen.

3. Semakin banyak alternative yang digunakan, maka semakin banyak pula kriteria yang digunakan untuk mendapatkan hasil perangkingan yang lebih besar.

4. Sistem pendukung keputusan ini dapat digunakan dalam proses penjadwalan perkuliahan yang sesuai dengan kriteria dosen yang bersangkutan.

(13)

[1] Adhi, Antono. "Pengambilan keputusan pemilihan handphone terbaik dengan Analytical Hierarchy Process (AHP)." Jurnal Ilmiah Dinamika Teknik 4.2 (2010).

[2] Awasthi, Anjali, and Satyaveer S. Chauhan. "A hybrid approach integrating Affinity Diagram, AHP and fuzzy TOPSIS for sustainable city logistics planning." Applied Mathematical Modelling 36.2 (2012): 573-584.

[3] Durbach, Ian, Risto Lahdelma, and Pekka Salminen. "The analytic hierarchy process with stochastic judgements." European Journal of Operational Research 238.2 (2014): 552-559. [4] Franek, Jiří, and Aleš Kresta. "Judgment scales and consistency measure in AHP."

Procedia Economics and Finance 12 (2014): 164-173.

[5] Goshal, Sujit Kumar, Sukanta Kumar Naskar, and Dipankar Bose. "AHP in Assessing Performance of Diploma Institutes–A Case Study." Journal of Technical Education and Training 3.2 (2012).

[6] Kusrini, Mukhsin, and M. Kom. "Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan." Yogyakarta: Penerbit Andi (2007).

[7] Kousalya, P., et al. "Analytical Hierarchy Process approach–An application of engineering education." Mathematica Aeterna 2.10 (2012): 861-878.

[8]

Marimin

, Marimin. "Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk." PT.

Grasindo, Jakarta (2004).

[9] Pangestika, Menur Wahyu. "Analisis Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jadwal Untuk Dosen Dengan Metode Dempster Shafer Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan." CYBERNETICS 1.02 (2017): 91-104.

[10] Piliang

, Faisal, and Sri Marini. "EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY

PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN

MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE." JREC (Journal of Electrical and Electronics) 2.2 (2015).

[11]

Suasana

, I.S., Wibowo, M.C., Danang., Ongkowijoyo,S. “Pengaturan Jadwal Kuliah Multi

Kampus Dengan Metode AHP Berbasis Web”. Prosiding Seminar Nasional IlmuKomputer (2013): Hal 91-94.

[12] Tung, Yi-Ti, et al. "Analytic hierarchy process of academic scholars for promoting energy saving and carbon reduction in Taiwan." Procedia Environmental Sciences 20 (2014): 526-532.

Gambar

Tabel 1. Data dosen
Tabel 3. Tingkat kepentingan relatif
Gambar 2. Hirarki bobot penjadwalan perkuliahan
Tabel 4. Matriks perbandingan berpasangan kriteria
+4

Referensi

Dokumen terkait

8alaupun analisis varians adalah alat yang ampuh, alat tersebut memiliki  beberapa keterbatasan. Keterbatasan yang paling penting adalah bahwa walaupun analisis ini

 Jumlah item obat generik yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota di satu

Tujuan umum kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi kesulitan dan keterampilan guru-guru biologi Madrasah Aliyah Negeri se Jakarta dalam menyusun

Peran yang dilakukan pemerintah terhadap produksi film dilatarbelakangi oleh peristiwa menurunnya produksi film nasional yang diakibatkan oleh film impor dan tekanan politik yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) perencanaan sarana laboratorium IPA sebagian besar sudah dilakukan cukup baik di SMP N se-kecamatan Godean, namun masih terdapat sekolah yang

Pemeriksaan langsung benih kering merupakan metode pengujian kesehatan benih yang dapat dilaksanakan untuk mendeteksi cendawan patogen terbawa benih, berdasarkan

Berdasarkan tingkat kosmopolitan tersebut, masyarakat Dusun Pintau mengetahui manfaat dan tujuan adanya perubahan luasan hutan mangrove menjadi pertambakan bagi

[r]