BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Subjek Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015 yang diasuh dengan pola asuh orangtua otoritatif sebanyak 134 orang siswa.
Tabel 4.1
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
Laki-laki 122 91,04%
Perempuan 12 8,96%
Total 134 100%
Sumber: Data primer diolah, 2014
Berdasar Tabel 4.1, mayoritas siswa kelas X yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki yaitu sebanyak 122 orang siswa (91,04%).
Tabel 4.2
Data Responden Berdasarkan Usia
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
14 tahun 2 1,5%
15 tahun 66 49,25%
16 tahun 38 28,36%
17 tahun 22 16,41%
Berdasar Tabel 4.2, mayoritas responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berusia 15 tahun (49,25%).
B.
Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data secara deskriptif dan korelasional. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran keadaan suatu variabel dilihat dari frekuensi dan prosentasenya. Analisis korelasi dilakukan dengan menghubungkan dua variabel antara variabel bebas: Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru (X1) dan Pola Asuh Otoritatif Orangtua (X2)
dengan variabel terikat yaitu Motivasi Belajar Siswa (Y). Skor variabel Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru yang dikategorikan menjadi lima kategori dengan menggunakan rumus:
Lebar Interval = skor maks – skor min kategori
Keterangan:
Maks = skor jawaban tertinggi (diberi skor 4) Min = skor jawaban terendah (diberi skor 1) Skor maksimal : 40 x 4 = 160
Skor minimal : 40 x 1 = 40
= 160 – 40 = 24
5
Tabel 4.3
Klasifikasi Kategori Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru
No. Kategori Range Skor Frekuensi Prosentase
1. Sangat Tinggi 136 – 160 35 26,11%
2. Tinggi 112 – 135 92 68,66%
3. Sedang 88 – 111 7 5,23%
4. Rendah 64 – 87 0 0%
5. Sangat Rendah 40 – 63 0 0%
Sumber: Data primer diolah, 2014
Pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru menurut responden sebagian besar berada pada kategori tinggi (68,66%).
Skor variabel Pola Asuh Otoritatif Orangtua yang dikategorikan menjadi lima kategori dengan menggunakan rumus:
Lebar Interval = skor maks – skor min kategori
Keterangan:
Maks = skor jawaban tertinggi (diberi skor 4) Min = skor jawaban terendah (diberi skor 1) Skor maksimal : 45 x 4 = 180
Skor minimal : 45 x 1 = 45
Tabel 4.4
Klasifikasi Kategori Pola Asuh Otoritatif Orangtua
No. Kategori Range Skor Frekuensi Prosentase
1. Sangat Tinggi 153 - 180 38 28,36 %
2. Tinggi 126 - 152 93 69,40 %
3. Sedang 99 - 125 3 2,24 %
4. Rendah 72 - 98 0 0 %
5. Sangat Rendah 45 - 71 0 0 %
Sumber: Data primer diolah, 2014
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden diasuh dengan pola asuh otoritatif orangtua yang berada dalam kategori tinggi (69,40%).
Skor variabel Motivasi Belajar Siswa yang dikategorikan menjadi lima kategori dengan menggunakan rumus:
Lebar Interval = skor maks – skor min kategori
Keterangan:
Maks = skor jawaban tertinggi (diberi skor 4) Min = skor jawaban terendah (diberi skor 1) Skor maksimal : 31 x 4 = 124
Skor minimal : 31 x 1 = 31
Setelah diperoleh skor maksimal dan skor minimal, maka interval skor Motivasi Belajar Siswa adalah sebagai berikut:
= 124 – 31 = 18,6
Tabel 4.5
Klasifikasi Kategori Motivasi Belajar Siswa
No. Kategori Range Skor Frekuensi Prosentase
1. Sangat Tinggi 105,4 - 124 46 34,32 %
2. Tinggi 86,8 – 104,4 87 64,93 %
3. Sedang 68,2 – 85,8 1 0,75 %
4. Rendah 49,6 – 67,2 0 0 %
5. Sangat Rendah 31 – 48,6 0 0%
Sumber: Data primer diolah, 2014
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi belajar dalam kategori tinggi (64,93%).
C.
Uji Normalitas Data
Tabel 4.6
Uji Normalitas Data Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif
Orangtua, dan Motivasi Belajar Siswa
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KMG PAO MBS
N 134 134 134
Normal Parametersa Mean 1.2893E2 1.4551E2 1.0276E2
Std. Deviation 1.05575E1 1.17580E1 9.00975
Most Extreme Differences Absolute .058 .052 .075
Positive .058 .052 .075
Negative -.058 -.039 -.048
Kolmogorov-Smirnov Z .668 .601 .863
Asymp. Sig. (2-tailed) .763 .863 .446
a. Test distribution is Normal.
Histogram 4.1
Histogram 4.3
D.
Analisis Korelasi
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson’s Product Moment karena data berdistribusi normal. Korelasi Pearson’s Product Moment
dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat (Riduwan & Sunarto, 2011).
Tabel 4.7
Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y
Nilai Korelasi Keterangan
0,00 – < 0,20
≥ 0,20 – < 0,40 ≥ 0,40 – < 0,70 ≥ 0,70 – < 0,90 ≥ 0,90 – ≤ 1,00
Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
Hubungan rendah Hubungan sedang/ cukup
Hubungan kuat/ tinggi Hubungan sangat kuat/ tinggi
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program
SPSS version 16.0 for Windows. Hasil uji korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Motivasi Belajar
Siswa
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari Tabel 4.8 koefisien korelasi antara variabel Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Motivasi Belajar Siswa (rx1y) = 0,789 p = 0,000 <
Tabel 4.9
Hubungan Antara Pola Asuh Otoritatif Orangtua dengan Motivasi Belajar Siswa
Correlations
PAO MBS
PAO Pearson Correlation 1 .846**
Sig. (2-tailed) .000
N 134 134
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari Tabel 4.9 koefisien korelasi antara variabel Pola Asuh Otoritatif Orangtua dengan Motivasi Belajar Siswa (rx2y) = 0, 846 p = 0,000 < 0,05, berarti ada hubungan
yang kuat dan signifikan antara variabel Pola Asuh Otoritatif Orangtua dengan Motivasi Belajar Siswa.
Peneliti memakai 2-tailed test karena rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mencari adanya hubungan yang signifikan antara pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru dan pola asuh otoritatif orangtua dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015.
E.
Pengujian Hipotesis
Tabel 4.10
Uji Hipotesis Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Motivasi
Belajar Siswa
Besarnya koefisien korelasi Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi Belajar Siswa adalah 0,789 besarnya nilai probabilitas atau sig. (2 tailed) adalah p = 0,000 ≤ 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Motivasi Belajar Siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015 yang diasuh dengan pola asuh otoritatif orangtua.
hubungan yang signifikan antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Motivasi Belajar Siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015 yang diasuh dengan pola asuh otoritatif orangtua.
Tabel 4.11
Uji Hipotesis Hubungan Antara Pola Asuh Otoritatif Orangtua dengan Motivasi Belajar Siswa
Variabel
Besarnya koefisien korelasi Pola Asuh Otoritatif Orangtua dan Motivasi Belajar Siswa adalah 0,846 besarnya nilai probabilitas atau sig. (2 tailed) adalah p = 0,000 ≤ 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pola Asuh Otoritatif Orangtua dengan Motivasi Belajar Siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015 yang diasuh dengan pola asuh otoritatif orangtua.
penelitian ini menemukan ada hubungan signifikan antara pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru dan pola asuh otoritatif orangtua dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015, maka hipotesis diterima.
F.
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Motivasi Belajar Siswa
membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan terlibat aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Guru yang terampil mengajar dan membina interaksi dengan siswa saat mengajar di kelas akan menimbulkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan pemberian penguatan atau pujian dari guru. Pemberian pujian dari guru bagi siswa yang berani tunjuk jari untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru akan membuat siswa merasa senang dan dihargai, dengan demikian siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dengan giat. Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru sudah berada dalam kategori Tinggi dan siswa kelas X memiliki motivasi belajar pada kategori Tinggi pula. Temuan ini memberi isyarat bahwa dengan meningkatkan pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat pula.
yang menyenangkan merupakan dasar keberhasilan belajar siswa. Motivasi belajar siswa akan meningkat jika guru berhasil menerapkan keterampilan dasar mengajar dengan baik dan efektif di dalam kelas. Interaksi yang terjalin pada saat guru sedang mengajar di kelas akan menimbulkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar karena keterampilan guru memberi penguatan atau pujian.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Malingkas (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan motivasi belajar siswa dengan populasi penelitian siswa SMK Kristen 1 Tomohon kelas X Jurusan Teknik Kendaraan Ringan tahun ajaran 2010/2011, dengan koefisien korelasi rxy = 0,466 dan p = 0,00 < 0,05 yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sedang/ cukup. Malingkas dan peneliti sama-sama menggunakan instrumen kuesioner untuk mengukur Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dan skala untuk mengukur Motivasi Belajar Siswa.
Malang. Permata menggunakan purposive non random sampling dengan sampel sebanyak 64 orang siswa dengan alat ukur skala motivasi belajar dan skala pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru. Adanya perbedaan jumlah sampel dan instrumen penelitian yang digunakan peneliti dan Permata memungkinkan temuan penelitian yang berbeda pula. Permata menggunakan skala motivasi belajar berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang dikemukakan oleh Suryabrata (2004) yaitu: menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran, mengendapkan hasil pelajaran, mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik, dan menepati jadwal belajar yang dibuat. Skala motivasi belajar kemudian dimodifikasi dari skala motivasi belajar yang disusun oleh Hardiyani (2005) yang memodifikasi sebaran nomor item dan daftar pernyataan agar lebih sesuai dengan kondisi penelitian. Sedangkan peneliti menggunakan skala motivasi belajar berdasarkan teori Pintrich et al. (2002).
2. Hubungan Pola Asuh Otoritatif Orangtua dengan Motivasi Belajar Siswa
bahwa siswa kelas X diasuh oleh orangtua otoritatif sebanyak 87 orang siswa (69,40%) berdasarkan jenis pola asuh otoritatif dilihat dari aspek pengontrolan dan tanggapan orangtua. Orangtua otoritatif tegas dalam mendidik anak namun orangtua mendidik anak dengan kehangatan dan memberi dorongan belajar serta disiplin belajar kepada anak yang disepakati bersama berdasarkan diskusi keluarga. Motivasi belajar siswa meningkat ketika orang tua mengawasi dengan penuh kehangatan kegiatan belajar siswa selama di rumah dan mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas belajarnya. Dengan demikian maka dukungan orangtua dengan pola asuh otoritatif akan membuat siswa lebih bersemangat dan termotivasi dengan baik untuk belajar.
Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Khoiron (2011) yaitu terdapat hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif dengan motivasi belajar siswa, dengan koefisien korelasi rxy = 0,601 dan p
= 0,00 < 0,05. Penelitian dilakukan dengan populasi penelitian siswa kelas XI berjumlah 160 orang siswa, dengan sampel sebanyak 112 orang yang diambil dengan teknik proportional random sampling. Pengambilan data pola asuh orangtua siswa dan motivasi belajar siswa menggunakan instrumen angket, analisis korelasional menggunakan Pearson’s Product Moment untuk menguji hipotesis. Ada hubungan yang signifikan karena koefisien korelasi rxy = 0,601 dan p = 0,00 < 0,05 yang berarti
bahwa ada hubungan sedang/ cukup (Abdurahman & Muhidin, 2007).
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Annisa (2012) yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif orangtua dengan motivasi belajar siswa SMK Cikini Jakarta dengan analisis menggunakan Pearson’s Product Moment dengan koefisien korelasi rxy = -0,043 dan koefisien signifikansi p = 0,413 >
pula. Annisa menggunakan instrumen angket yang terdiri dari tiga alternatif jawaban yaitu (a), (b), dan (c) dengan ketentuan yaitu jawaban (a) berarti demokratis, jawaban (b) berarti cukup, dan jawaban (c) berarti tidak demokratis. Sedangkan peneliti menggunakan kuesioner