• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD N Plumutan Kecamatan Bancak Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD N Plumutan Kecamatan Bancak Kabupaten "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1.1 Pembelajaran IPA

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Triatno (2014:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh kumpulan-kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Menurut Gagne dan Briggs dalam Sugandi (2006:9) pembelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Menurut Triatno (2014:136) IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaaan bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati dengan indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA harus dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang zat, baik mahluk hidup maupun benda mati yang diamati.

(2)

2.1.2 Prinsip Belajar IPA

Menurut Richharson dalam Triatno (2014:138) ada 7 prinsip dalam penggunaan proses pembelajaran IPA yaitu prinsip belajar berkesinambungan, keterlibatan siswa secara aktif, motifasi, multisaluler, penemuan, totalitas dan yang terahir yaitu prinsip perbedaan indifidu.

Dalam prinsip-prinsip pembelajaran IPA diatas dapat dikaji bahwa pembelajaran IPA seharusnya melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, belajar IPA dilaksanakan secara berkesinambungan selain itu pembelajaran IPA juga mempunyai prinsip totalitas dalam belajar hal itu bertujuan agar siswa benar-benar memahami tentang apa yang dipelajarinya dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.3 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya sesuatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif.rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataanya, atau sesuai dengan pengalaman-pengalaman melalui panca indra.pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu dendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia.Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

(3)

menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sika ilmiah (Depdiknas, 2004:6).

Menurut Winaputera dalam Samatowo (2010:3) IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. IPA adalah ilmu yang tersusun secara teratur berlaku umum yang berupa kumpulan dari observasi dan eksperimen yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Beberapa pengertian dari para ahli tersebut penulis berpendapat bahwa hakikat IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan. Dalam IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).

2.1.4 Tujuan Pembelajaran IPA

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan yang masih terpadu, karena belum dipisah-pisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, fisika.

(4)

Dari uraian tujuan pembelajaran IPA diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA mempunyai tujuan agar siswa mengetahui bahwa semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Tuhan yang Maha Esa, maka dari itu siswa akan mensyukurinya dan mempunyai kesadaran untuk melestarikan dan menjaga semua ciptaan Tuhan. Setelah siswa mengikuti pembelajaran diharapkan siswa dapat menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memecahkan masalah secara ilmiah. Dengan mempelajari IPA di SD maka siswa akan memperoleh bekal pengetahuan untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya.

2.2 Hakikat Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah atau saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut bantuan guru sangat diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.

Menurut Daryanto (2014:59) langkah-langkah pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan (Observing), bertanya

(5)

menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar (Associating), kemudian menyimpulkan dan mencipta (Networking). Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara procedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas menurut pemikiran penulis pendekatan saintifik merupakan pembelajaran menggunakan cara ilmiah, siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan di tuntut untuk mencari solusi dari permasalahan itu sendiri dengan cara penelitian atau eksperimen. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal materi menggunakan pendekatan ilmiah. Contohnya pada materi IPA di SD yang berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Menurut Daryanto (2014:58) adapun prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran terhindar dari verbalitas. Selain itu pendekatan saintifik juga dapat mendorong kemampuan berfikir siswa dan meningkatkan motifasi siswa, saintifik juga melatih kemampuan dalam berkomunikasi siswa.

Prinsip dalam pendekatan saintifik lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa yang artinya siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator. Siswa diberikan kesempatan lebih untuk mengembangkan kemampuan inteleknya dengan cara bereksplorasi. Selain mengembangkan kemampuan berfikir siswa pembelajaran dengan pendekatan ilmiah juga Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam berkomunikasi.

(6)

membentuk kemampuan dalam menyelesaikan masalah secara sistematis. Selainitu saintifik juga bertujuan untuk mengembangkan karakteristik siswa sehingga diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik mempunyai tujuan yaitu melatih siswa untuk berfikir kritis dan dapat mengomunikasikan ide-ide mereka.Sehingga diperoleh hasil belajar siswa yang tinggi. Selain itu pendekatan saintifik bertujuan untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah secara sistematis dan dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik

Menurud Ridwan (2014:76) setiap hal didunia ini tercipta dengan segala kelebihan dan kekuranganya masing – masing. Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari pendekatan saintifik yang pertama kelebihan saintifik yaitu dapat dipertanggung jawabkan, mengajarkan bahwa semua ada tahapanya, mangajarkan untuk menatap realita dan segala sesuatu yang ada logis dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Disamping kelebihan saintifik juga ada kekurangannya yaitu pembelajaran saintifik membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan kreatifitas tinggi dari guru.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik diatas maka pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik mempunyai beberapa kelebihan diantaranya pendekatan saintifik mengajarkan bahwa semua itu ada tahapannya, sehingga siswa mengalami proses-proses dalam memecahkan masalah. Pendekatan saintifik ini juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Dengan adanya tahapan-tahapan tersebut maka siswa diajarkan untuk berfikir kritis untuk memecahkan masalah.

(7)

guru harus mulai mencoba untuk menggunakan pendekatan saintifik terutama pada pembelajaran IPA yang seharusnya menggunakan pendekatan ilmiah agar siswa dapat menyelesaikan masalah secara sistematis dan melatih siswa berfikir kritis.

2.3 Pengertian Model Pembelajaran

Model merupakan cara atau pola. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merancang dan melaksanakan aktifitas pembelajaran.

Menurut Agus Suprijono (2009:46) “bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas”. Menurut Joyce dan Weil (2001:1) model pembelajaran biasanya disususn berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model-model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung. Joice dan Weal mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weal berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce dan Weal, 2001:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

(8)

dapat menjadikan guru lebih kreatif dalam mengolah pembelajaran agar siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Tan dalam Rusman (2010:229) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada pada era globalisasi saat ini. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada (Amir, 2009:7). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Beberapa definisi tentang pembelajaran berbasis Masalah (PBM):

Menurut Daryanto (2014:29) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Menurut Suyadi (2013:129) PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.

(9)

sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari (Amir, 2009:8). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajarisiswa.Dengan model PBM diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapandaripada pengetahuan yang dihafal.Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi (Amir, 2009:10).

Berdasarkan uraian dari pendapat para ahli mengenai pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menurut pemikiran penulis bahwa PBM merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world)

untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajar yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran Berbasis Masalah cocok jika diterapkan pada pembelajaran IPA, karena dalam pembelajaran IPA berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen.

(10)

memanfaatkan sumber belajar yang beragam di sekitar siswa sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian tentang karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah di atas maka dapat dikaji bahwa karakter PBM yang utama adalah permasalahan dalam pembelajaran, kemudian permaslahan yang diambil dalam dunia nyata yang telah di ketahui oleh siswa dan permasalahan tersebut tidak terstruktur hal tersebut bertujuan agar siswa dapat mengarahkan dirinya untuk memecahkan masalah yang ada. Keterbukaan proses dalam PBM melatih siswa berfikir kritis dan ilmiah untuk mencapai solusi dari sebuah permasalahan.

2.3.1.1 Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

PBM adalah sebuah cara memanfaatkan masalah untuk menimbulkan motivasi belajar. Suksesnya pelaksanaan PBM sangat bergantung pada seleksi, desain, dan pengembangan masalah.Bagaimanapun juga, pertama-tama perlu memperkenalkan PBM pada kurikulum atau berpikir tentang jenis masalah yang digunakan.Hal penting adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam pengguanaan PBM. Tujuan PBM adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBM juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide learning), keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim, dan keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif.

Menurut Ibrahim (2002:6) menjabarkan tujuan PBM/PBL secara rinci, yaitu:

1. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan

memecahkan masalah.

2. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pemgalaman nyata.

3. Menjadi para siswa yang otonom.

(11)

siswa lebih aktif dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan memecahkan suatu masalah dalam dunia nyata.

2.3.1.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Hosnan (2014:301) penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri atas lima langkah utama berikut adalah langkah-langkah dalam PBM yang pertama orientasi siswa pada masalah, seterlah itu guru mengorganisasikan siswa untuk belajar dan membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan yang terakhir yaitu guru membantu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Menurut pemikiran penulis secara ringkas, kegiatan pembelajaran melalui PBM diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM adalah lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada keterampilanintelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sntral siswa bukan pada guru.

2.3.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a. Kelebihan

(12)

mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis. Kemudian kelebihan yang terahir adalah PBM memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan mkasalah dunia nyata.

b. Kelemahan

Disamping kebihan di atas, PBM juga memiliki kelemahan siswa yang tidak memiliki minat dan merasa pesimis untuk memecahkan masalah maka mereka enggan mencoba, dan yang terahir sebagian siswa akan belajar apa yang ingin mereka pelajari saja sehingga mereka malas untuk memecahkan masalah yag mereka anggap susah.

Dari uraian tentang kelebihan dan kelemahan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat di kaji bahwa kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata. Kemudian membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baikterhadap hasil maupun proses belajarnya. Kemudian kelemahan model PBM yaitu siswa akan mudah putus asa dan enggan untuk mencoba jika siswa tidak mempunyai minat yang tinggi untuk bisa memecahkan masalah. Untuk menghindari kelemahan dalam PBM guru harus memotivasi siswa agar mereka bersemangat dan antusias dalam melakukan tahap-tahap pembelajaran.

2.4Pendekatan Saintifik melalui Model PBM

(13)

RPP.Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1. Rencana pembelajaran (Persiapan) a. Merumuskan Indikator yang akan dicapai.

b. Merancang pembelajaran dengan berorientasi pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPA melalui penyusunan RPP.

c. Menyiapkan sumber dan bahan yang diperlukan.

d. Membuat lembar observasi guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat tindakan berlangsung.

e. Membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

2. Pelaksanaan kegiatan

1. Pendahuluan (10 menit)

Tahap 1 orientasi siswa pada masalah

1. Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran Salah satu siswa diminta memimpin doa.

Melakukan presensi

2. Melakukan apersepsi, siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang dipelajari sebelumnya.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Siswa mengamati video tentang perubahan lingkungan fisik akibat hujan dan angin.

5. Guru memunculkan permasalahan untuk memotivasi siswa dengan

memunculkan berbagai pertanyaan seputar video yang

(14)

b. Inti (50 menit)

Tahap 2 mengorganisasikan siswa untuk belajar

1. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (1 kelompok 5-6 siswa) kemudian diberikan topik permasalahan yaitu pengaruh hujan dan angin terhadap lingkungan fisik

2. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui berdasarkan masalah yang telah diamati. (menanya)

Tahap 3 membantu investigasi kelompok

1. Guru membantu investigasi kelompok dengan menyediakan fasilitas untuk membantu siswa memecahkan masalah melalui penyajian gambar-gambar, video atau media lain.

2. Membimbing siswa menalar berbagai informasi yang telah doperoleh untuk memecahkan permasalah. (Menalar)

Tahap 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1. Siswa dibimbing untuk merumuskan hasil diskusi dengan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan. (mengolah informasi)

2. Siswa membuat laporan hasil diskusi dengan kelompok masing-masing, 3. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan

ditanggapi kelompok lain. (mengkomunikasikan)

Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

1. Siswa dengan bimbingan guru melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

2. Siswa dengan bimbingan guru menyampaikan rangkuman kesimpulan semua

kelompok. (mengkomunikasikan)

(15)

1. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan

3. Menginformasikan materi pembelajaran selanjutnya.

Beberapa model, strategi, atau metode pembelajaran dapat diterapkan dengan mengintegrasikan elemen-elemen pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik yaitu model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) contohnya seperti sintaks yang telah di buat diatas. Pemilihan model atau metode pembelajaran terkait dengan karakteristik siswa dan materi yang dipelajari. Contohnya pembelajaran IPA yang memiliki karakteristik dengan menggunakan pembelajaran eksperimen cocok jika pembelajaran IPA di terapkan menggunakan pendekatan saintifik melalui model PBM, karena penekatan saintifik merupan pembelajaran ilmiah yang langkah-langkahnya umumnya melibatkan observasi atau pengamatan

2.5 Pengertian Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Konvensional adalah pembelajaran klasikal yang di lakukan oleh para guru. Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan dari pada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.

Menurut Freire dalam Tri Astuti, (2010:45) memberikan istilah metode konvensional adalah suatu penyelenggaraan pendidikan bergaya “bank” (banking concept of education). Pembelajaran pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktifitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang harus diingat dan dihafal.

(16)

Dari pendapat para ahli diatas maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran konvensional adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang didalamnya aktivitas guru mendominasi kelas.

2.6 Pengertian Belajar

Belajaran merupakan proses dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilaku. Belajar adalah aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap Winkel dalam Purwanto (2014:38). Perubahan itu diperoleh karena usaha bukan karena kematangan, menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.

Dalam pandangan behavioristik, belajar merupakan sebuah perilaku membuat hubungan antar stimulus (S) dan respont (R), kemudian memperkuatnya. Pengertian dan pemahaman tidaklah penting karena S dan R dapat diperkuat dengan menghubungkannya secara berulang-ulang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dan menghasilkan perubahan yang diinginkan .Belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati melalui kaitan antara stimulus dan respons merupakan prinsip yang mekanistik (Dahar dalam Purwanto, 2014:40-41). Dasar belajar adalah asosiasi antar kesan (Impresian) dengan dorongan untuk berbuat Impuls to action).

Dalam belajar tentu saja ada prosesnya, proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berfikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan belajar aspek kemampuan merasakan (afective), sedangkan belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric).

(17)

mengikatkan antar stimulus dan respon secara berulang, sedangkan dalam teori kognitif, proses belajar membutuhkan pengertian dan pemahaman.

2.7 Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “ Hasil” Dan “Belajar”. Pengertian hasil (produc) menunjuk pada suatu perolehanakibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsiaonal. Hasil produksi adalah perolehan yang didapat karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibansing sebelumnya.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar.Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Nawawi, 2013:7). Menurut Ahmad Susanto (2013:5) secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Pendapat ahli lain yaitu menurut Bloom dalam Suprijono (2013:6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

(18)

responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakteristik).Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Dari uraian mengenai beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli penulis berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Kemudian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD yang berupa kemampuan akademik siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui model PBM. Ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain dibagi menjadi dua kategori yaitu factor internal dan factor external. Dalam proses belajar dan mengajar seorang guru wajib menentukan tujuan pembelajaran, baik tujuan pembelajaran umum maupun khusus.

Hasil belajar siswa menjadi sangat penting karena hasil belajar merupakan ukuran ketercapaian sebuah standar kompetensi. Dengan adanya pencapaian standar kompetensi yang baik maka nantinya akan tercapai standar kompetensi lulusan, karena tujuan akhir dari pendidikan adalah terciptanya lulusan yang berkompeten.

Menurut Purwanto (2008:99) prinsip-prinsip penilaian hasil belajar pada siswa SD harus mencakup beberapa aspek penilaian harus sahih atau valid, objektif adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, ekonomis, akuntabel dan yang terahir penilaian harus edukatif.

(19)

dipertanggung jawabkan oleh pihak internal dan external dan penilaian tersebut bertujuan untuk memajuakan pendidikan dan kemajuan peserta didik.

2.8 Kajian Penelitian yang Relefan

Merinda Dian Prametasari (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning-PBL) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Gugus Hasanudin Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa didalam penelitianya ada pengaruh pemanfaatan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa kelas V di SD Gugus Hasanudin Salatiga yang nampak pada hasil rata-rata kelas kelas kontrol lebih rendah daripada rata-rata-rata-rata nilai tes siswa kelas eksperimen, yaitu 74,53 < 83,38 dengan perbedaan rata-rata (mean difference) sebesar 8,851. Perbedaan tersebut ditinjau dari kesignifikansiannya nampak t hitung > t tabel (3.201 > 1.674) dengan taraf signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disarankan supaya guru dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL) sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL) perlu dikembangkan oleh guru di sekolah agar siswa dapat belajar secara kontekstual ke taraf berpikir tingkat tinggi sehingga hasil belajar yang diperoleh meningkat.

(20)

belajar siswa kelas IV SDN 3 Jepon Kecamatan Jepon Kabupaten Blora yang Nampak pada teknik analisa data menggunakan teknik tes dan observasi. Subjek pada penelitian ini yaitu semua siswa kelas IV SD Negeri 3 Jepon yang berjumlah 32 siswa sebagai kelompok eksperimen dan semua siswa kelas IV SD Negeri 3 Jepon yang berjumlah 34 siswa sebagai kelompok kontrol. Teknik analisis data yang dipakai untuk menguji skor hasil belajar siswa adalah uji t dengan teknik Independent Sample T Test. Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan metode pembelajaran konvensional ditemukan bahwa nilai t hitung > t tabel (5.345>4660). Signifikansi (0.000<0.005). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak berarti Ha diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Jepon semester II tahun ajaran 2011/2012.

(21)

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2012/2013 dengan kompetensi dasar (KD) mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi. Mendasarkan pada hasil penelitian ini, maka disarankan kepada para guru IPA untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA SD. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam belajar

Johari Marjan (2014) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadaphasil belajar biologi dan keterampilan proses sains siswa MA. MU allimat NW Pancor Selong Lombok Timur. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Post Test Only Control Group Disigen. Data dalam penelitian ini merupakan data hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains. Dan data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis infrensial dengan menggunakan analisis satatistik multivariate (manova). Dari hasil penelitian sebagai berikut: 1) Terdapat beberapa hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran berpendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung (F= 40,293;p,<0,05). 2) terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang mengikuti pembelajaran berpendekatan saintifik dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung (F= 70,630;p,<0,05). 2) dan 3) terdapat perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung (F= 13,013;p,<0,05). 2). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains.

(22)

sebelumnya yaitu persamaan terhadap hasil belajar IPA. Perbedaan terletak pada penggunaan PBM yang dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik pada penelitian yang akan dilakukan sedangkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tidak memakai pendekatan saintifik. Berdasarkan perbedaan dan persamaandari penelitian yang telah dilakukan sebelumnyaterdapat persamaan yang dapat diyakini bahwa hasil belajar IPA dapat berpengaruh melalui berbagai pendekatan dan model pembelajaran. Salah satu pendekatan dan model belajar yang diharapkan dapat menimbulkan antusias belajar yang tinggi, membuat siswa lebih aktif dan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah pembelajarn dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

2.9 Kerangka Berfikir Penelitian

(23)

mereka lupakan baik setelah pembelajaran selesai maupun pada saat mengerjakan tes, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

2.10 Hipotesis Penelitiaan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, kajian hasil-hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD yang diajar menggunakan pendekatan saintifik melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah mengalami perbedaan yang signifikan dibanding dengan menggunakan metode konvensional (ceramah).

Referensi

Dokumen terkait

Diagram alur data merupakan alat yang cukup populer sekarang, karena dapat menggambarkan arus data di dalam suatu sistem dengan terstruktur dan jelas, itulah

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah dan Inayah-Nya, melalui ilmu-Nya yang Maha Luas dan tak

Oleh karena itu, banyak perusahaan yang bersaing untuk memberikan kualitas dalam bidang teknologi dan dengan adanya persaingan yang semakin ketat ini menjadikan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari jenis dan sifat (sifat kimia atau fisika) dari zat yang direaksikan, serta untuk mencari rumus

Maka dari itu, akan sangat bermanfaat ketika menjelang MEA 2015 UIN Raden Fatah merangkul mahasiswanya untuk melihat peluang dan tantangan yang akan dihadapi

Kebijakan pelayanan kesehatan menjadi salah satu komponen yang utama (Pujowati, 2012). Peningkatan pelayanan kesehatan yang baik seharusnya tidak berhenti sampai pada

means song can help student to increase and memorable the word using song, because for students elementary school leam vocabulary using song Is very fun and easy to remember.. Songs

I , tanggal 25 Januari 2017 pukul 12:00 didapatkan data Subyektif yaitu klien mengatakan akan menerima keadaan yang dialami sekarang ini, dan data Obyektif yang